Anda di halaman 1dari 93

IRIGASI MATA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
180/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/II/2017

Ditetapkan
Tanggal Terbit Rumah Sakit Umum Putri Bidadari
STANDAR
15 Februari 2017
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Prosedur Merupakan tindakan membersihkan mata menggunakan prinsip steril baik
spuit maupun cairannya.

Tujuan Untuk mengeluarkan benda atau adanya luka guna mencegah kontaminasi.

Kebijakan Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat.
Alat dan Bahan

1. Larutan yang dihangatkan (NaCl).


2. Spuit 60cc.
3. Bak steril untuk larutan.
4. Bengkok
5. Pengalas
6. Handuk kecil
7. Sarung tangan sekali pakai
Langkah-langkah
1. Jelaskan Prosedur Pelaksanaan.
2. Cuci tangan.
3. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan.
4. Menggunakan sarung tangan.
5. Posisikan kepala pasien miring kanan/kiri
6. Meletakan perlak dan pengalasnya dibawah mata.
7. Letakan bengkok disamping mata.
8. Buka mata dengan jari, anjurkan klien melihat keatas.

55
IRIGASI MATA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
180/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/II/2017

9. Spuit yang sudah berisi cairan 30-60 ml perlahan-lahan disemprotkan


kearah konjungtiva dari pangkal hidung kearah keluar. Dilakukan
berulang-ulang sampai bersih.
10.Keringkan mata dengan kapas lidi.
11.Bereskan alat dan cuci tangan.

UNIT TERKAIT UGD

56
CEDERA KEPALA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
181/SPO-YanMed/RSUPB/
0 1/3
II/2017

Ditetapkan
Tanggal Terbit Rumah Sakit Umum Putri Bidadari
STANDAR
15 Februari 2017
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Suatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma

TUJUAN Mencegah kerusakan otak sekunder


Mempertahankan pasien tetap hidup
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat.
PROSEDUR Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort
2)   2. Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)
3)    3. Imobilisasi C spine dengan neck collar
4)    4. Jika tiba-tiba muntah miringkan dengan teknik “Log Roll”.
5)    5. Letakkan pasien di atas long spine board
6. Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang
sesuai oropharingeal jangan difiksasi
7)   7. Membantu dokter pasang intubasi (jika ada indikasi)
8. Pertahankan breathing dan ventilation dengan memakai masker oksigen dan
berikan oksigen 100 % diberikan dengan kecepatan 10-12/menit
9. 9. Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada
tanda-tanda syok dan gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara
balut tekan.

CEDERA KEPALA

57
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
181/SPO-YanMed/RSUPB/
0 2/3
II/2017

10. Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya
Eye Response Membuka mata spontan 4
Membuka mata dengan respon verbal (perintah) 3
Membuka mata dengan respon nyeri (penekanan 2
supraorbital maupun ujung jari)
Tidak ada respon 1
Verbal Response Perhatian dan orientasi baik 5
Bingung, orientasi buruk 4
Kata-kata tidak teratur, non kalimat (misal: aduh, 3
sakit)
Suara tidak jelas (misal: mengerang, tidak ada arti) 2
Tidak ada respon 1
Motoric Response Mengikuti perintah, gerak bebas 6
Melokalisir nyeri (menjangkau atau menjauhkan 5
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
Flexi normal (menarik anggota yang dirangsang) 4
Flexi abnormal (dekortikasi, tangan satu atau 3
keduanya posisi kaku diatas dada, kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri)
Extensi abnormal (deserebrasi, tangan satu atau 2
keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal dan kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri)
Tidak ada respon 1
Level cedera kepala
Severe (berat) : 3-8
Moderate (sedang) : 9-12
Mild (ringan) : 13-15

CEDERA KEPALA

58
SYOK ANAFILAKTIK

No.Dokumen
No Revisi Halaman
182/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
Tanggal Terbit
SPO
15/01/2017
(Standart Prosedur
Operasional) dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

PENGERTIAN Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaktik yang disertai

59
hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah dengan
atau tanpa penurunan kesadaran.
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam
TUJUAN
melakukan pelayanan penanganan Syok Anafilaktik

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.

Tahapan kerja :
1. Persiapan :
a. Infus Ringer lactate
b. Adrenalin (1:1000)
2. Penatalaksanaan
a. Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
b. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari
kepala.
PROSEDUR c. Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml )
- Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 –
0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb), dapat diulang tiap lima
menit,
- pada tempat suntikan atau sengatan dapat diberikan 0,1 –
0,3 ml
- Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon
pada pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi
dan syok, dengan dosis ( dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 :

SYOK ANAFILAKTIK

No.Dokumen
No Revisi Halaman
182/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

- 1000 ( 1 mg / ml ) diencerkan dalam 10 ml larutan garam


faali dan diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi)
sampai syok teratasi.
5. Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah

60
systole kurng dari 100 mmHg.
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit
B. Penanganan Tambahan
1. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB
setiap 6 jam atau deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah
reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok
anafilaktik.
3. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila
terjadi tanda – tanda bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse
0,6 mg /kgbb/jam, atau brokodilatator aerosol (terbutalin,
salbutamol ).
C. Penanganan penunjang :
1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.
UNIT TERKAIT 1. UGD
2. Unit Rawat Inap

KEJANG DEMAM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
183/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

61
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berhubungan dengan
demam (suhu di atas 38C per rektal) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium, tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut. Kejang demam terjadi pada anak berusia 6
bulan – 5 tahun dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam disebut sederhana jika bersifat
umum tanpa gerakan fokal, singkat, dan hanya terjadi sekali dalam 24
jam.
Kejang demam disebut kompleks apabila :
- Kejang bersifat fokal atau parsial satu sisi
PENGERTIAN
- Lamanya lebih dari 10-15 menit, atau
- Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Pada anamnesis perlu diketahui mengenai :
- Jenis kejang, lama kejang, frekuensi kejang, interval antar
kejang, keadaan anak pasca kejang
- Suhu saat atau sebelum kejang, kesadaran
- Penyebab demam diluar infeksi susunan saraf pusat (gejala
ISPA, ISK, OMA, dll)
- Singkirkan penyebab kejang yang lain ( misal diare/muntah
yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang
mengakibatkan hipoksemia, atau asupan yang kurang yang
menyebabkan hipoglikemia)
- Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi.

KEJANG DEMAM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
183/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

dalam keluarga.
Dari pemeriksaan fisik perlu diperiksa :
- Kesadaran, suhu tubuh
- Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, Brudzinsky I dan II,
Kernique, Laseque
- Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun-ubun besar

62
membonjol
- Pemeriksaan neurologi : motorik, reflex fisiologis dan reflex
patologis
- Tanda infeksi diluar SSP.
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan indikasi untuk
mencari penyebab kejang demam. Pemeriksaan dapat meliputi darah
perifer lengkap, gula darah, elektrolit, dan urinalisis
TUJUAN Memberikan penatalaksanaan kejang sesuai standar
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
1. Lakukan tindakan ABC (airway, breathing, circulation)
2. Berikan diazepam supp 5 mg (BB<10kg) atau 10 mg
(BB>10kg) atau diazepam iv 0.3-0.5 mg/kgBB/kali. Bila
pemberian dilakukan secara iv, masukkan pelan-pelan dan
kapanpun kejang berhenti, stop pemberian.
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
4. Bila kejang masih berlanjut maka dilakukan penatalaksanaan
PROSEDUR
sesuai tatalaksana kejang untuk status epileptikus.
5. Berikan pengobatan profilaksis intermiten saat demam
berupa:
- Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali sehari atau iboprofen 5-10 mg/kgBB/kali 3-4 kali.
- Antikejang : diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB/kali setiap 8
jam pada saat suhu tubuh >38.5C.

KEJANG DEMAM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
183/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

- Pengobatan jangka panjang/ rumatan (dilakukan hanya oleh


dokter spesialis anak) : fenobarbital dosis 3-4 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis atau asam valproat dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis.
6. Indikasi rawat :

63
- Kejang demam kompleks
- Hiperpireksia
- Usia dibawah 6 bulan
- Kejang demam pertama kali
-Terdapat kelainan neurologis
1. UGD
UNIT TERKAIT 2. NICU
3. Rawat Inap

EPISTAKSIS

No.Dokumen
No Revisi Halaman
184/SPO-YanMed/
0 ¼
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung,
64
rongga hidung atau nasofaring.
TUJUAN Memberikan penatalaksanaan epistaksis sesuai standar
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
PENATALAKSANAAN
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu
menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah
berulangnya epistaksis.
a. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam
posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan
syok, pasien bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.
b. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan
dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan,
kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5
PROSEDUR
menit (metode Trotter).
c. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan
dengan alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran
dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah
membeku.
d. Bila perdarahan tidak berhenti, kapas dimasukkan ke dalam
hidung yang dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc
larutan pantokain 2% atau 2 cc larutan lidokain 2% yang
ditetesi 0,2 cc larutan adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh

EPISTAKSIS

No.Dokumen
No Revisi Halaman
184/SPO-YanMed/
0 2/4
RSUPB/I/2017

darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk


mencari sumber perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas
dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
e. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat
dengan jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi
larutan nitrasargenti 20 - 30% atau asam trikloroasetat 10%.
Sesudahnya area tersebut diberi salep untuk mukosa dengan

65
antibiotik.
f. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus
berlangsung, diperlukan pemasangan tampon anterior dengan
kapas atau kain kasa yang diberi vaselin yang dicampur betadin
atau zat antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat
dari kasa sehingga menyerupai pita dengan lebar kurang ½ cm,
diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke puncak
rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat
asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x 24 jam.
Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari
faktor penyebab epistaksis. Selama pemakaian tampon,
diberikan antibiotik sistemik dan analgetik.

Gambar 1. Tampon anterior

EPISTAKSIS

No.Dokumen
No Revisi Halaman
184/SPO-YanMed/
0 3/4
RSUPB/I/2017

g. Untuk perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon


posterior, yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini terbuat dari
kasa padat berbentuk bulat atau kubus berdiameter kira-kira 3
cm. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah pada
satu sisi dan sebuah pada sisi lainnya. Tampon harus dapat
menutupi koana (nares posterior). Teknik pemasangan tampon
posterior, yaitu:
66
1. Masukkan kateter karet melalui kedua nares anterior
sampai tampak di orofaring, lalu tarik keluar melalui mulut.
2. Kaitkan kedua ujung kateter masing-masing pada 2 buah
benang tampon Bellocq, kemudian tarik kembali kateter itu
melalui hidung.
3. Tarik kedua ujung benang yang sudah keluar melalui nares
anterior dengan bantuan jari telunjuk, dorong tampon ke
nasofaring. Jika dianggap perlu, jika masih tampak
perdarahan keluar dari rongga hidung, maka dapat pula
dimasukkan tampon anterior ke dalam cavum nasi.
4. Ikat kedua benang yang keluar dari nares anterior pada
sebuah gulungan kain kasa di depan lubang hidung, supaya
tampon yang terletak di nasofaring tidak bergerak.
5. Lekatkan benang yang terdapat di rongga mulut dan terikat
pada sisi lain dari tampon Bellocq pada pipi pasien.
Gunanya adalah untuk menarik tampon keluar melalui
mulut setelah 2-3 hari.
6. Berikan juga obat hemostatik selain dari tindakan
penghentian perdarahan itu.
RENCANA TINDAK LANJUT
Pasien yang dilakukan pemasangan tampon perlu tindak lanjut untuk
mengeluarkan tampon dan mencari tahu penyebab epistaksis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LANJUTAN

EPISTAKSIS

No.Dokumen
No Revisi Halaman
184/SPO-YanMed/
0 4/4
RSUPB/I/2017

67
Pemeriksaan radiologi: Foto sinus paranasal bila dicurigai sinusitis.
1. UGD
UNIT TERKAIT
2. Unit Rawat Inap

BENDA ASING DI HIDUNG

68
No.Dokumen
No Revisi Halaman
185/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Benda asing di hidung ialah benda yang berasal dari luar tubuh
(eksogen) atau dari dalam tubuh (endogen), yang dalam keadaan
PENGERTIAN
normal tidak ada dalam hidung. Benda asing di hidung biasanya
merupakan benda asing eksogen.
TUJUAN Memberikan penatalaksanaan benda asing di hidung sesuai standar
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
PENATALAKSANAAN
a. Edukasi untuk pencegahan
Memperingatkan pasien (biasanya anak-anak), agar tidak
memasukkan sesuatu ke dalam hidung.
b. Tindakan
Keluarkan benda asing dari dalam hidung dengan memakai
pengait (hook) tumpul yang dimasukkan ke dalam hidung di
bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai melewati benda
asing. Lalu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan.
PROSEDUR
Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat
pula menggunakan cunam Nortman atau wire loop.
c. Farmakoterapi
i. Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan
bila terjadi laserasi mukosa hidung.
ii. Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan
pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi
hidung maupun sinus.

69
BENDA ASING DI HIDUNG

No.Dokumen
No Revisi Halaman
185/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

PEMERIKSAAN PENUNJANG LANJUTAN


Bila sudah terjadi infeksi sinus, perlu dilakukan pemeriksaan radiologi
dengan foto sinus paranasal.
1. UGD
UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Inap

70
APENDICITIS AKUT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
186/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada
PENGERTIAN apendik merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering
ditemui,dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi.
TUJUAN Memberikan penatalaksanaan benda asing di hidung sesuai standar
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Tata Laksana Non-farmakologis
1. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
2. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan
apapun melalui mulut.
3. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada
dehidrasi.
4. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung dan
untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi
anestesi.
PROSEDUR
5. Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6
jam sebelum dilakukan pembedahan.
Tata Laksana Farmakologi
1 Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat
adalah apendiktomi cito dan merupakan satu-satunya pilihan
yang terbaik.
2 Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau perforasi.
3 Antibiotik spektrum luas

71
APENDISITIS AKUT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
186/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

4. Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan dalam


rekam medis

UNIT TERKAIT UGD

72
LUKA BAKAR

No.Dokumen
No Revisi Halaman
187/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Luka bakar adalah luka yang mengenai kulit dan lapisan dibawahnya
PROSEDUR yang disebabkan oleh trauma panas/dingin, trauma elektrolis dan
trauma kimia
TUJUAN Sebagai acuan dalam pelaksanaan diagnosis dan terapi luka bakar
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
1. Anamnesa
- Trauma panas
- Trauma elektrik
- Trauma kimia
2. Pemeriksaan Fisik
- Eritema
- Penuh bula
- Edema
3. Pemeriksaan penunjang
PROSEDUR
Laboratorium
4. Penatalaksanaan
- Bebaskan jalan napas
- Atasi keadaan syok
- Timbang berat badan
- Tanyakan kronologis terjadinya luka bakar, jam terjadinya
- Hitung luas luka dengan rule of nine

73
LUKA BAKAR

No.Dokumen
No Revisi Halaman
187/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

- Rehidrasi
Dengan memasang infus RL, dengan dosis menurut formula boxter :
% luas luka bakar x kgBB x 4 ml RL
Setengah dari jumlah tersebut diberikan dalam 8 jam pertama dan
setengahnya lagi 16 jam berikutnya.
- Bersihkan luka
- Keluarkan cairan darah, bulla
- Cuci dengan NaCl 0,9%

74
LUKA BAKAR

No.Dokumen
No Revisi Halaman
187/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

- Tutup luka dengan sofratulle dan silvadene


- Balut luka
- Awasi keadaan umum dan balance cairan
- Medikamentosa
Antibiotik
Analgetik
ATS 1500 mg
- Rawat inap tergantung tingkat luka bakar dan luasnya
- Rawat jalan tergantung tingkat luka bakar dan luasnya.
UNIT TERKAIT UGD

75
DENGUE SHOCK SYNDROM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
186/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Yang dimaksud DSS adalah serangan demam berdarah yang bersifat
PENGERTIAN
lanjut dimana dapat menyebabkan kematian bila tidak diatasi
Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam
TUJUAN
menangani dengue shock syndrom
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
1. Anamnesa
- Riwayat demam yang mulai secara tiba -tiba 2-7 hari
dengan gejala tidak spesifik sakit kepala ,sakit sendi atau sakit
perut
- Timbul bintik-bintik merah pada kulit atau epistaxis atau
perdarahan gusi serta batuk darah.
- Dapat terjadi renjatan dengan penurunan kesadaran atau terjadi
kejang.
2. Pemeriksaan Fisik
PROSEDUR - Febris dengan kesadaran menurun dengan tensi tak terukur, uji
torniket (+), dapat terjadi kejang, kaki dan tangan terasa dingin
dapat disertai hepatomegali yang nyeri tekan dan
splenomegali.
3. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium rutin darah : Hb, Leukosit,Ht, trombosit tiap 4-6
jam, pemeriksaan serologis dengue
4. Diagnosa Banding
- ITP
- Anemia Plastik

76
DENGUE SHOCK SYNDROM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
186/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

5. Penatalaksanaan
- Penggantian cairan dengan infus RL 20 ml/KgBB per jam jika
renjatan teratasi jika tak tampak perbaikan diberikan plasma
expander 15-20 ml/KgBB/jam jika renjatan teratasi tetesan
dipertahankan 14-48 jam
- Awasi terjadinya asidosis dapat dikoreksi dengan meylon
- Jika terjadi hemtemesis atau melena pada pemeriksaan berkala
menunjukkan penurunan transfusi darah
- Observasi tiap jam keadaan umum (tensi, nadi)
- Pemeriksaan laboratorium bekala Hb, Ht, trombo tiap 4-6 jam
- Tetapi antibiotik sesuai indikasi
- Terapi simptomatik
1. UGD
UNIT TERKAIT
2. Unit Rawat Inap

77
TRAUMA THORAX

No.Dokumen
No Revisi Halaman
188/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Trauma thorax adalah suatu bentuk kegawatdaruratan di bidang bedah
PENGERTIAN karena adanya rauma , baik trauma tumpul maupun tajam yang
mengenai thorax dan dapat mengancam nyawa pasien
TUJUAN Sebagai acuan dalam penanganan trauma Thorax
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Pada trauma thorax secara cepat harus dilakukan penilaian mengenai
airway, Breathing dan circulation
A. Prosedur Diagnosis
a. Anamnesa
- adanya riwayat trauma
- mengeluh sakit dada
- mengeluh sesak nafas
b. Pemeriksaan klinis
- penderita nampak sesak nafas
PROSEDUR - takikardi
- tekanan darah menurun
- Sianosis
- pada hemi thorax yang tekena, suara paru hipersonor dan vesikuler
menghilang
c. Pemeriksaan penunjang
- terapi tension pneumothorax tidak boleh terhambat oleh karena
pemeriksaan radiologis
- pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah X-foto thorax
d. Penanganan

78
TRAUMA THORAX

No.Dokumen
No Revisi Halaman
188/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

- segera dilakukan pemasangan jarum ukuran besar pada sela iga ke-2
linea midcalvicularis.
B. Open pneumothorax
1. Prosedur Diagnosis :
a. Anamnesa
adanya riwayat trauma dada
b. pemeriksaan klinis
- adanya defek atau luka terbuka di daerah dada
- penderita kesakitan
- sesak nafas sampai sianosis
2.Penanganan
a. Penanganan awal meliputi menutup luka dengan kasa steril yang
diplester pada tiga sisi saja
b. segera pasang selang WSD
c. setelah terpasang WSD, luka pada dada ditutup.
C. Flail Chest
1. Prosedur Diagnosis :
a. Anamnesa
* adanya riwayat trauma di daerah dada
* sakit dada
* sesak nafas
b. pemeriksaan Fisik
* adanya jejas di thorax
* adanya fraktur tulang iga multiple pada dua atau lebih tulang iga
dengan dua atau lebih garis fraktur.
* terlihat adanya segmen 'Flail chest'
* penderita dispnoe
2. Penanganan
a. stabilisasi segment flail dan pemberian analgetik
b. pemasangan ventilator

79
TRAUMA THORAX

No.Dokumen
No Revisi Halaman
188/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

D. Hemothorax
1. Prosedur Diagnosis :
a. anamnesa
* adanya riwayat trauma
* sakit dada
* penderita sesak nafas
b. Pemeriksaan klinis :
* adanya jejas atau luka di daerah dada
* bila terjadi masif hemothorax, penderita nampak anemis
* sesak nafas
* pada sisi dada yang mengalami trauma suara nafas menghilang dan
perkusi pekak
* bila terjadi masif hemothorax akan ditemukan tanda-tanda shock
hipovolemik.
2. Penanganan
Penanganan awal berupa dekompresi rongga pleura dengan WSD
bersama-sama dengan pemasangan infus.
UNIT TERKAIT UGD

80
PERTOLONGAN KERACUNAN

No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 1/9
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Masuknya bahan beracun memulai saluran cerna, saluran pernafasan,
PENGERTIAN
kulit maupun pembuluh darah.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penatalaksanaan keracunan
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
PROSEDUR 1. KERACUNAN INSEKTISIDA.
Seperti: Baygon, Raid, Morten, dan lain-lain
Seperti pasien yang datang karena keracunan, maka yang harus
dilakukan adalah:
1. Petugas jaga menganamneses; cari penyebab dan berapa
banyak yang ditelan.
2. Petugas jaga menilai kesadarannya, observasi tanda-tanda
vital.
3. Petugas jaga melakukan tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3 – 4 lt/menit.
b. Pasang infuse Dextrose 5 % /RL.
c. Berikan injeksi SA 2 mg IV setiap 15 menit, dan diulangi
sampai ada gejala atropinisasi:
1. Muka merah.

81
2. Mulut kering.
3. Takikardi.
4. Midriasis.
5. Isap lendir yang berlebihan dengan suction.
d. Cegah dan perlambat terjadinya absorbs dengan
melakukan:

PERTOLONGAN KERACUNAN

No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 2/9
RSUPB/I/2017

82
1. Beri minum susu yang banyak.
2. Bila susu belum tersedia, beri air putih sebanyak-
banyaknya.
3. Rangsang supaya muntah, dengan cara; merangsang
pharynx dan belakang lidah dengan tongue spatel.
4. Bila kesadaran pasien menurun, maka cepat lakukan
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
e. Lakukan lavage/bilas lambung dengan susu cair, kalau
tidak ada atau belum tersedia berikan air hangat 38 0
C
sebanyak 300 cc.
f. Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah
terlungkup, pertahankan posisi ini selama prosedur
berlangsung.
g. Mulut dihisap dengan suction catheter, mencegah
terjadinya aspirasi pada saat pasien muntah.
h. Lavage lambung inidilakukan terus sampai bersih, yang
terbukti dari susu tidak mengandung minyak lagi atau air
sudah jernih.
Prosedur ini tidak boleh ditunda-tunda, harus segera
dilaksanakan. Kalau susu/air hangat belum tersedia, lakukan
dengan air biasa dulu. Dan pada akhir prosedur, lambung harus
kosong dan NGT sementara jangan dilepas dulu. Pada waktu
melakukan bilas lambung, secara simultan dapat diberikan
mucolitik, Mylanta sirup, atau injeksi Ulsicur 1 amp IV yang
diencerkan dan diberikan secara perlahan-lahan.
Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah kedinginan,
tetapi jangan diberi kompres panas, cukup diberi selimut saja.
Setelah kegawatan pasien telah diatasi, maka dianjurkan pada
pasien/ keluarga untuk dirawat.
2. KERACUNAN PADA KULIT.
1. Guyur/ semprot tubuh/ kulit yang kena kontaminasi dengan air

PERTOLONGAN KERACUNAN

83
No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 3/9
RSUPB/I/2017

yang mengalir.
2. Bersihkan kulit seluruhnya dangan sempurna memakai sabun
dan air.
3. Jangan memakai zat-zat sebagai antidotum.
3. KERACUNAN INHALASI.
Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan inhalasi, antara lain:
1. Carbodioksida (CO).
2. Cyanida.
3. Bensin.
4. Dan macam-macam pelarut organic
Petugas jaga melakukan tindakan:
1. Bawa segera korban ke udara bebas/ segar, longgarkan
pakaian pakaian yang ketat. Observasi tanda-tanda vital (T, S,
N, P).
2. Beri oksigen 3 – 4 lt/menit.
3. Lakukan pernafasan buatan kalau ada tanda-tanda cyanosis
atau pernafasan kurang memadai.
a. Berdasarkan jalan nafas.
b. Buang sumbatan di mulut.
c. Dagu tarik ke belakang, kepala ditengadahkan (se-
ekstensi mungkin).
4. Bila terjadi bronchospasme, berikan aminophylin 1 amp IV
pelan pelan dan lanjutkan dengan Dex 5% + 1 amp
Aminophylin dengan kecepatan tetesan 10 tetes/ menit, atau
disesuaikan dengan kebutuhan.
5. Observasi kembali tanda-tanda vital.
Bila terjadi hipotensis selai Dex 5 % dapat diberikan cairan
RL/RD. Kemungkinan beri terapi Oradexon 5 – 10 mg IV tiap
6 jam, Rekam selama 24 jam.

PERTOLONGAN KERACUNAN

84
No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 4/9
RSUPB/I/2017

6. Rekam EKG. Kemudian konsulkan ke dokter penyakit dalam


7. Bila keadaan pasien ringan, lakukan observasi minimal 3 jam
setelah masa kegawatannya telah lewat.
4. GIGITAN BINATANG
Ada beberapa cara yang diterima manusia dari hewan:
1. Gigitan : anjing, ular, kera, dll.
2. Sengatan : semut, tawon, kalajengking.
3. Kontak pasif : ulat bulung.
4. Semprotan : serangga.
Oleh karena itu sikap yang harus diambil, yaitu bagaimana
menghadapi manusianya dan bagaimana menhadapi binatangnya
(bila ada).
Anamnesa:
1. Binatangnya.
a. Apakah tempat tinggal endemic Rabies/ tidak?
b. Apakah keadaan binatang pada waktu menggigit:
1) Sedang beranak.
2) Dalam keadaan terangsang.
3) Vaksinasi yang masih berlaku.
2. gigitannya
a. Jenis luka.
b. Banyak luka dan dekat/tidak pada CNS.
c. Vaksinasi yang diterima.
Petugas jaga melakukan tindakan:
1. Tindakan debridement pada luka.
Bila lukanya parah dan terdapat jaringan yang nekrosis, maka
buang jaringan yang nekrosis atau jaringan yang akan nekrosis.
Kemudian luka dicuci dengan air sabun atau larutan H2O2 dan
luka jangan dijahit. Tutup luka tersebut, tetapi jangan terlalu tebal
untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran.

PERTOLONGAN KERACUNAN

85
No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 5/9
RSUPB/I/2017

2. Anjurkan pada pasien untuk dirujuk ke rumah sakit yang


mempunyai serum nti rabies
5. GIGITAN/ PATUKAN ULAR
Keracunan akut karena gigitan ular, paling sering terjadi di
daerah tropis dan subtropics. Derajat keracunan akibat gigitan
ular tergantung pada:
1. Kekuatan racun (tergantung jenis ular).
2. Kenali sifat racunnya, seperti:
a. Bersifat Neurotoksik,
b. Bersifat Haemotoksik,
c. Bersifat kardiotoksin, .
d. Bersifat Cytolytik,
Jenis ular Cobra termasuk jenis neurotoksik yang hebat, sedangkan
ancistrodon (ular tanah) menyebabkan haemolysis yang hebat.
Gejalanya:
1. Tanda-tanda bekas taring, laserasi.
2. Bengkak dan kemerahan kadang-kadang bulae/ vaksikular.
3. Sakit kepala, enek dan muntah.
4. Demam, keringat dingin.
5. * Untuk bisa bersifat Neurotoksik, mengakibatkan:
a. Kelumpuhan otot pernafasan.
b. Kardiovaskuler terganggu
c. Kesadaran menurun sampai koma
 Untuk bisa yang bersifat hemolytic:
a. Luka bekas patukan yang terus berdarah.
b. Haematoma pada tiap suntikan IM.
c. Haemturia.
d. Haemoptisis/ haematemesis.
Petugas jaga melakukan tindakan.
Prinsipnya:
1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa.

86
PERTOLONGAN KERACUNAN

No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 6/9
RSUPB/I/2017

2. Menetralkan bisa.
3. Mengobati komplikasi.
Pertolongan yang diberikan:
1. Tourniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah
bening. Pita dilepas bila anti telah diberikan.
2. Imobilisasi penderita, terutama daerah bekas gigitan/ patukan.
3. Bersihkan luka dengan air garam fisiologi dan air garam biasa
atau air steril.
4. Incisi.
Lakukan incise menyilang antara 0,5 – 0,25 cm dalamnya, lalu
tekan sampai darahnya keluar (hisap darahnya degan alat
penghisap), hal ini akan menghilangkan sampai 20 %, bila
dilakukan kurang dari 30 menit
Kemudian segera kirim ke rumah sakit yang mempunyai
persediaan ABU (Anti Bisa Ular).
Catatan:
Untuk gigitan yang bersifat haemolotik, jangan dilakukan incisi
sebab menyebabkan pendarahan hebat.
5. RACUN YANG TER/DISUNTIKKAN (OVER DOSIS)
Penatalaksanaan adalah:
1. Petugas jaga meletakkan/terlentangkan pasien pelan-pelan.
2. Petugas jaga memasang Torniquet sebelah proksimal dari
lokasi suntikan dan nadi sebelah distal harus tetap teraba,
minimal harus dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Lepaskan
turniket tiap 15 menit.
3. Petugas jaga mengompres tempat suntikan dengan es.
Pada prinsipnya, penanganan kasus ini adalah:
1. Cegah/ kurangi/ hambat proses absorsinya.
2. Kurangi efek racun itu.
3. Kenalilah berat ringannya/ serius atau kegawatannya, sehingga
dapat ditentukan tentang pengobatan selanjutnya.

87
PERTOLONGAN KERACUNAN

No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 7/9
RSUPB/I/2017

Pada kasus keracunan, ada 3 kemungkinan yang harus dihadapi


dalam keracunan, yaitu:
- Keracunan diketahui jenisnya.
- Racun tidak diketahui jenisnya.
- Tidak diketahui sakitnya apa, sehingga pada DD/ harus
dimasukkan keracunan.
UNIT TERKAIT UGD

88
PERTOLONGAN KERACUNAN

No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 8/9
RSUPB/I/2017

Perkiraan Dosis Tanda dan


Nama Zat Terapi
Letal Gejalanya

Antihistamin Depresi SSP sampai Simtomatik:


koma, kejang, perhatikan
disusul dengan pernafasannya.
depresi pernafasan. Bila kejang beri anti
Mulut kering dan konvulsi.
takhi-kardi
Aspirin 20 – 30 mg Hipervetilasi, Simtomatik: awasi
keringat, pernafasan. Beri
muntah,kesadaran susu. Bilas lambung
delirium, kejang, dengan nabikorbonat.
dan koma. Beri vitamin K bila
Akhirnya depresi terdapat. Anti
pernafasan. konvulsi tidak
diberikan.
Insektisida Setiap dosis berbahaya Keracunan lewat Bersihkan jalan
oral, inhalasi dan nafas. Berikan segera
kontak kulit, kuat, 2 mg SA IV, diulang
muntah, diare, hiper tiap 10 – 15 menit,
salivasi. dll. sampai terlihat muka
merah, hipersalivasi
berhenti dan
bradikardi dan kult
tidak berkeringat
lagi. Observasi
perderita terus
menerus dan bila
gejala kembali,
diulang kembali
pemberian atropin.

89
PERTOLONGAN KERACUNAN

No.Dokumen
No Revisi Halaman
189/SPO-YanMed/
0 9/9
RSUPB/I/2017

Jengkol Kolik ureter dan Natrium bikorbonat


renal hematuri, 4x2 g peroral. Bila
oliguria, kadang- ada anuria
kadang anuria pengobatan tersebut
dengan bahaya di atas tidak berguna.
Uremi. Obatilah sebagai
penderita uremia.
Kamfer 2 g oral Kejang Simtomatik: luminal
100 – 200 mg IM.
Karbonmonoksida Sakit kepala, Pernafasan buatan
depresi nafas dan dengan O2 murni di
syok bawah tekanan
(oronasal mask).
Minyak tanah 120 – 150 ml. Asirasi dalam paru- Bilas lambung tidak
paru paling boleh. Simtomatik
berbahaya iritasi saja. Berikan O2
saluran cerna, under pressure bila
depresi SSp dengan ada udem paru.
depresi nafas. Antibiotika
Muntah: aspirasi
dengan akibat
dispnea, asfiksia,
udem paru dan
kadang-kadang
kejang.
Sianida (racun Mual, muntah, Beri segera 50 ml
singkong) pernafasan cepat, natrium tiosulfat 25
delirium, sianosis % IV.
dan koma.

90
PERTOLONGAN KERACUNAN ALKOHOL

No.Dokumen
No Revisi Halaman
190/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

PENGERTIAN Keracunan akibat mengkonsusi alkohol yang berlebihan.

Sebagai acuan dalam memberikan pertolongan pada keracunan


TUJUAN
alcohol.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Anamnesis : Informasi mengenai jumlah dan jenis minuman
yang dikonsumsi
Pemeriksaan fisik : Emosi labil, kulit kemerahan, muntah, depresi
pernafasan, stupor-koma.
Penatalaksanaan:
1. Petugas jaga membebaskan jalan nafas dari benda asing
PROSEDUR
(muntahan)
2. Petugas jaga memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
3. Emesis dan bilas lambung dengan air/NaHCO3 5%.
4. Petugas jaga memasang Infus glukosa untuk menghindari
hipoglikemia.

UNIT TERKAIT UGD

91
PERTOLONGAN KERACUNAN OPIAT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
191/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Keracunan akibat penggunaan obat golongan opiat; morfin
petidin,heroin opium, pentazokain, kodein, loperamid,
dextrometorfan.
TUJUAN Sebagai acuan dalam pemberian pertolongan pada keracunan opiat.

KEBIJAKAN Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
PROSEDUR Anamnesis : Informasi mengenai seluruh obat yang
digunakan sisa obat yang ada.
Pemeriksaan fisik : Pupil miosis - pin point, depresi nafas,
penurunan kesadaran, nadi lemah, hipotensi,
tanda edema paru, needle track sign, sianosis,
spasme saluran cerna dan bilier, kejang.
Laboratorium : Opiate urine positif atau kadar dalam darah
tinggi.
1. Petugas jaga memberikan penanganan kegawatan : resusitasi A-B-
C (airway,breathing,circulation) dengan memperhatikan prinsip
kewaspadaan universal:
- Bebaskan jalan nafas.
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
- Pasang infus dan beri cairan sesuai dengan kebutuhan.
2. Petugas jaga memberikan antidote nalokson
- Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4mg IV pelan-
pelan atau diencerkan.
- Dengan hypoventilasi: dosis awal diberikan nalokson 1-2 mg

92
PERTOLONGAN KERACUNAN OPIAT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
191/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

IV pelan-pelan atau diencerkan.


- Bila tidak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg IV tiap 5-10
menit hingga timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya
depresi pernafasan, dilatasi pupil) atau telah mencapai dosis
maksimal 10 mg. Bila tetap tak ada respon, diagnosis opiate
perlu dikaji ulang.
Efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit dan pasien dapat
jatuh kedalam keadaan overdosis kembali sehingga perlu
pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan perubahan pupil
selama 24 jam untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson
satu ampul dalam 500 ml d5% atau nAcl 0.9% diberikan dalam
4-6 jam.
- Simpan sampel urine untuk pemeriksaan opiate urine dan
lakukan rontgen thoraks.
- Pertimbangkan pemasangan ETT bila: pernafasan tak adekuat
setelah pemberian nalakson yang optimal.
- Pasien dipuasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat
spasme pilorik bila diperlukan dapat pasang NGT untuk
mencegah aspirasi atau bilas lambung.
- Activated charcoal, dapat diberikan pada intoksikasi peroral
dengan memberikan 240 ml cairan dengan 30 gram charcoal
dapat diberikan sampai 100 gram.
- Bila terjadi kejang dapat diberikan diazepam IV 5-10 mg dan
dapat diulang bila perlu.
UNIT TERKAIT UGD

93
ASMA BRONCHIALE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
192/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Suatu kondisi gangguan inflamasi kronik pada saluran pernapasan
PENGERTIAN
yang melibatkan beberapa sel inflamasi.
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan asma bronchiale dalam
TUJUAN
mengatasi serangan akut dan mencegah serangan
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
1. Anamnesa pasien: gejala-gejala asma seperti sesak napas yang
berbunyi misalnya ngik-ngik, kapan serangan timbul, adakah
faktor pencetus, serangan, faktor apa jaya yang dapat
meringankan gejala, misalnya adakah obat-obat yang bisa
diminum jika timbul serangan, adakah riwayat asma dalam
keluarga
2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
a. Hitung nafas dalam satu menit
b. Mengukur suhu badan pasien
PROSEDUR c. Adakah sionosis
d. Adakah tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
e. Adakah terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang pada
auskultasi paru
3. Penatalaksanaan
a. Anjurkan istirahat dan banyak minum dangat penting, juga
anjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok
b. Sedapat mungkin mengenghilangkan atau setidaknya
menghindar faktor pencetus seperti misalnya stress, asap
rokok, insektisida, debu dan hewan peliharaan

94
ASMA BRONCHIALE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
192/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

c. Bronkodilator terpilih adalah teofilin 3x100-150 mg pada


dewasa
d. Pilihan lain salbutamol 3x2-4 mg
e. Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak
menolong dan diberikan beberapa hri saja, untuk mencegah
sttus asmatikus, namun diberikanya tidak boleh terlamat
f. Bronkodilator terpilih adalah teofilin 3x100-150 mg pada
dewasa
g. Pilihan lain salbutamol 3x2-4 mg
h. Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak
menolong dan diberikan beberapa hri saja, untuk mencegah
sttus asmatikus, namun diberikanya tidak boleh terlamat
i. Pengobatan simtomatik dapat diberikan untuk
menghilangkan gejala
j. Parasetamol 3x500mg atau asetosal 3x300-500mg untuk
menghilangkan nyeri dan demam
k. Efedrin 3x10mg, psudoefedrin 3x30mg fenilpropanolamin
15-25mg /kali diperlukan bila terjadi udema dan ingus yang
berlebihan
l. Jika batuk berdahak dapat diberikan gliseril guaiaokolat
3x1 tablet/ hari atau ekspektoran lain
m. Antibiotik diberikan bila perlu saja
n. Penderita status asmatikus memerlukan oksigen terapi
parenteral dan perawatan intensif sehingga harus dirujuk
dengan tindakan awal sebagai berikut
o. Penderita diinfus glukosa 5%
p. Aminofilin 5-6 mg /kg BB disuntik IV perlahan bila
penderita belum memperoleh teofilin oral
q. Prednison 2x10 -20 mg sehari untuk beberapa hari,
kemudian diturunkan dosisnya

95
ASMA BRONCHIALE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
192/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

UNIT TERKAIT 1. UGD

96
SINDROMA KORONER AKUT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
193/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Sindroma klinis yang terdiri dari infark miokard akut dengan atau
PENGERTIAN
tanpa elevasi segmen ST serta angina pektoris tidak stabil.
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan sindroma koroner akut dalam
TUJUAN
mengatasi serangan akut dan mencegah serangan.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
 Diagnosis
1. SKA tanpa elevasi segmen ST
- Riw. Nyeri dada / perasaan tidak nyaman yang bersifat
substernal, lamanya lebih dari 20 menit disertai penjalaran,
mual, muntah dan keringat dingin.
- Depresi segmen ST > 0,5 mm di dua atau lebih sadapan yang
berhubungan.
- Peningkatan enzim jantung (CKMB, TroponinT/I
2. SKA dengan elevasi segmen ST
PROSEDUR - Riw. Nyeri dada / perasaan tidak nyaman yang bersifat
substernal, lamanya lebih dari 20 menit disertai penjalaran,
mual, muntah dan keringat dingin.
- Elevasi segmen ST > 1mm pada 2 sadapan prekordial atau
ekstremitas yang berhubungan, LBBB yang dianggap
baru.
- Peningkatan enzim jantung (CKMB, Troponin)
Tata laksana
- Memeriksa tanda vital
- Mendapatkan akses intravena

97
SINDROMA KORONER AKUT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
193/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

- Merekam dan menganalisis EKG


- Mengambil foto thoraks (<30 menit)
- Pemberian Oksigen 4L/ menit (saturasi oksigen dipertahankan
>90%)
- Aspirin 160-325 mg (dikunyah)
- Tablet nitrat diberi 5 mg sublingual (dapat diulang 3x)
- Morfin iv (2,5-5 mg) bila nyeri dada tidak teratasi dengan
nitrat dengan syarat TD sistol >100.
- Clopidogrel 300 mg per oral (jika sebelumnya belum pernah
diberi) selanjutnya 75mg per hari.
UNIT TERKAIT - UGD

98
LUKA TUSUK PAKU

No.Dokumen
No Revisi Halaman
195/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Tatacara mengobati luka tusuk paku

TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka tusuk paku

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Alat dan Bahan
Alat Steril :
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurge
3. Gunting
4. Bengkok
5. Kom kecil
6. Kassa
7. Kapas
8. Hand scoen
PROSEDUR
9. Spuit
10.NaCl
11.H2O2
12.bethadine
13.Mess

Baki/Poley Berisi Alat Non Steril :


1. Gunting balutan
2. Plester
3. Verban

99
LUKA TUSUK PAKU

No.Dokumen
No Revisi Halaman
195/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

4. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine)


5. Tempat sampah
6. Lidokain injeksi sebagai anasthesi

Langkah-langkah
1. Memberitahu pasien dan keluarga
2. Perawat cuci tangan
3. Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
4. Dsinfeksi luka dan daerah sekitar luka dengan bethadine
4. Memberikan diclor ethil atau lidokain
5. Membuat luka tusuk paku pada luka/ cross insisi
6. Berikan cairan H2O2 untuk mengeluarkan kotoran yang ada
didalam luka
7. Perawat  membersihkan luka dengan cairan NaCl 0,95 dan
betadine
8. Pemberian ATS. Dosis yang diberikan  untuk orang dewasa
adalah 1500 IU per IM, dan untuk anak adalah 750 IU per IM.
9. Tutup luka dengan kasa steril
10. Mencatat kegiatan dan hasil observasi
11. Klien dirapikan
12. Alat dibereskan dan dibersihkan
13. Perawat cuci tangan
UNIT TERKAIT UGD

100
NAIL EKSTRACTION

No.Dokumen
No Revisi Halaman
196/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Tindakan yang dilakukan berupa melepas kuku akibat terkena trauma
PENGERTIAN
atau infeksi
1. Mencegah terjadinya perkembangbiakan mikroorganisme
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mempercepat penyembuhan
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Alat dan Bahan
1. Bak instrumen steril
2. Pinset anatomis 1 buah, pinset sirurgis 1 buah
3. Gunting jaringan 1 buah gunting kasa 1 buah
4. Nailfoder 1 buah, kom kecil 1 buah
5. Nierbeken 1 buah
6. Cairan pembersih luka NaCl 0,9 %
7. Betadin dan kasa steril
8. Salf antibiotik ,sofratul
PROSEDUR
9. Hepafik
10. Lampu tindakan
11. Obat anastesi lokal
12. Spuit 3 cc
13. Handscoen
Langkah-langkah
1. Memberitahukan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan serta informed consent
2. Posisikan pasien senyaman mungkin dan jaga privasi pasien

101
NAIL EKSTRACTION

No.Dokumen
No Revisi Halaman
196/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

3. Cuci tangan sebelum tindakan


4. Letakkan alat secara setrategis
5. Pakai Handscoen
6. Lihat kondisi kuku, ambil kasa steril oleskan betadin sampai
dengan 1 cm disekitarnya
7. Anastesi lokal tunggu sampai dengan pasien merasa tebal didaerah
yang dianastesi
8. Ambil kuku dengan nail foeder dari sisi samping kanan atau kiri
9. Bersihkan dengan larutan NaCl 0,9 %
10. Keringkan dengan kasa steril kering , oleskan betadin dengan kasa
steril
11. Menutup luka dengan salf antibiotik, sufratul dan kasa steril
12. Fiksasi dengan hipafik
13. Beri tahu pasien prosedur telah selesai
14. Bereskan alat
15. Cuci tangan
UNIT TERKAIT UGD

102
HECTING LUKA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
197/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Suatu tindakan untuk menutup luka sayatan atau goresan benda tajam
PENGERTIAN
pada permukaan kulit
1. Mengembalikan keadaan yang sebagaimana aslinya sesuai struktur
permukaan kulit
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya perkembangbiakan mikroorganisme
3. Mencegah terjadinya infeksi
4. Mempercepat penyembuhan jaringan permukaan kulit
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Alat dan Bahan
1. Bak instrumen steril
2. Pinset anatomis 1 buah, pinset sirurgis 1 buah
3. Gunting jaringan 1 buah gunting kasa 1 buah,gunting benang 1
buah dan klem arteri
4. Benang jaringan benang kulit.
5. Jarum kulit dan jarum jaringan 1 buah
6. Nailfoder 1 buah, kom kecil 1 buah (tempat betadin)
PROSEDUR
7. Kassa steril, hipafik/plester
8. Nierbeken 1 buah
9. Doek lubang kecil atau sedang
10.Cairan pembersih luka NaCl 0,9 %,bethadin.
11.Larutan H2O2 2 %
12.Salf antibiotik ,sofratul
13.Hepafik
14.Lampu tindakan

103
HECTING LUKA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
197/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

15.Obat anastesi lokal


16.Spuit 3 cc,5 cc sesuai dengan kebutuhan
17.Handscoen

Langkah-langkah
1. Memberitahukan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan serta informed consent Posisikan pasien senyaman
mungkin dan jaga privasi pasien
2. Cuci tangan sebelum tindakan
3. Letakkan alat secara setrategis
4. Pakai Handscoen
5. Lihat kondisi luka ,ambil kasa steril oleskan betadin sampai
dengan 1 cm disekitar luka
6. Anastesi lokal tunggu sampai dengan pasien merasa tebal didaerah
yang dianastesi
7. Bersihkan luka dengan cairan NaCl 0,9 %
8. Berikan H2O2 2 % untuk mengangkat kotoran pada luka
9. Bersihkan lagi dengan larutan NaCl 0,9 %
10.Oleskan betadin dengan kasa steril
11.Merapikan luka
12.Heating luka
13.Bersihkan luka dan sekitarnya dengan NaCl 0,9 %
14.Keringkan dengan kasa steril oleskan betadin
15.Menutup luka dengan salf antibiotik, sufratul dan kasa steril
16.Fiksasi dengan hipafik
17.Letakkan alat pada nier beken yang berisi larutan klorin
18.Beri tahukan pasien prosedur telah selesai
19.Bereskan alat
20.Cuci tangan

104
HECTING LUKA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
197/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

UNIT TERKAIT UGD

105
PERAWATAN LUKA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
198/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Suatu tindakan meliputi ganti balut pada pasien meliputi VL dan VE

1. Mencegah infeksi
TUJUAN 2. Meningkatkan penyembuhan luka
3. Menilai proses penyembuhan
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
Alat dan Bahan
1. Bak instrumen steril
2. Pinset anatomis 1 buah, pinset sirurgis 1 buah
3. Kasa steril
4. Kom kecil steril 1 buah (tempat betadin)
5. Korentang dan tempat
6. Bengkok 1 buah atau nief beken
7. Hipafik
8. Gunting kasa
PROSEDUR
9. Gunting plester
10. Handscoen steril 1 buah
11. Cairan NaCl 0,9 %
12. Salf antibiotik dan sofratul
Langkah-langkah
1. Memberitahukan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan
2. Posisikan pasien senyaman mungkin dan jaga privasi pasien
3. Cuci tangan sebelum tindakan

106
PERAWATAN LUKA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
198/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

4. Letakkan alat secara setrategis


5. Pakai Handscoen
6. Oles hipafik dengan alkohol ,buka dengan pinset cirurgis
7. Gunakan pinset anatomis untuk mengambil balutan dalam dan
letakkan
8. Lihat kondisi luka
9. Ambil kasa steril ,bersihkan luka dengan NaCl
10. Keringkan luka
11. Ambil kasa steril ,bersihkan luka dengan betadine
12. Oleskan salf antibiotik ,beri sofratul
13. Tutup luka dengan kasa kering fiksasi hipavic /plester
14. Letakkan alat (pinset dan gunting ) pada nir beken yang berisi
larutan klorin
15. Beritahukan pasien prosedur telah selesai dan jadwal kontrol
16. Bersihkan alat
17. Cuci tangan
1. UGD
UNIT TERKAIT
2. Unit Rawat Inap

107
PENATALAKSANAN PENERIMAAN PASIEN
INPARTU DI UGD

No.Dokumen
No Revisi Halaman
202/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Pelayanan kepada pasien yang sudah menunjukkan tanda-tanda
PENGERTIAN
persalinan
1. Penatalaksanaan persalinan optimal
TUJUAN
2. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.
1. Pasien ditidurkan di tempat periksa
2. Dokter/perawat/bidan melakukan anamnesa meliputi:
a. Ketuban
b. Keluarnya lendir darah
c. Riwayat kehamilan
d. Riwayat persalinan dahulu
e. Riwayat penyakit berat
PROSEDUR f. Keluhan saat ini
3. Dokter/perawat/bidan memeriksa tanda vital:
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Pernafasan
d. Suhu badan
4. Dokter/perawat/bidan Pemeriksa Obstetri:
a. Mengukur TFU

108
PENATALAKSANAN PENERIMAAN PASIEN
INPARTU DI UGD

No.Dokumen
No Revisi Halaman
202/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

b. Mengukur TBJ
c. Memeriksa DJJ (manual/dopler)
d. Periksa dalam (bila tidak ada kontaindikasi)
5. Dokter meminta pemeriksaan penunjang laboratorium:
a. Darah lengkap
b. Golongan Darah
c. HBs Ag
d. APPT PTT
6. Dokter / perawat / bidan melakukan tindakan pertolongan di UGD
denagn pemasangan infus apabila ada dan sesuai indikasi
7. Pasien di antar ke ruang VK olaeh petugas disertakan dokumentasi
rekam medis (RM)
8. Perawat/bidan melakukan serah terima petugas UGD dan kamar
bersalin (VK)

UNIT TERKAIT UGD

109
PEMASANGAN OKSIGEN (O2) BINASAL

No.Dokumen
No Revisi Halaman
203/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda

TUJUAN Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Menjaga privacy pasien
4. Memastikan tabung masih berisi oksigen
5. Mengisi botol pelembab dengan aqua sesuai batas
6. Menyambungkan selang binasal 02 dengan humidifier
PROSEDUR 7. Mengatur posisi semi fowler
8. Membuka flow meter dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan dan memastikan ada aliran udara
9. Memasang kanula pada hidung pasien dengan hati-hati
10.Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien
11.Merapikan pasien
12.Membereskan alat dan mencuci tangan
UNIT TERKAIT UGD

110
PEMASANGAN FLOWMETER

No.Dokumen
No Revisi Halaman
204/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

PENGERTIAN Alat pengukur aliran oksigen

TUJUAN Menghubungkan aliran oksigen dari tabung oksigen ke pasien

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
1. Lepas protektor cap
2. Putar handwell sampai oksigennya keluar sedikit. Hati-hati karena
dapat menimbulkan suara yang keras (merentangkan silinder) agar
debu dan kotoran di jalan oksigen hilang.
3. Sambungan outlet pengaturan aliran dengan oultet silinder,
kencangkan dengan kunci inggris/ tang
PROSEDUR 4. Letakan pada posisi mantap kemudian tutup secara perlahan dan
terbuka penuh, lalu kembalikan/ ditutup sampai ¼ nya
5. Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (intruksi dokter)
6. Isi botol pelembab dengan air suling kemudian pasang pada
tempatnya
7. Sambungkan aliran oksigen tersebut dengan alat yang akan
digunakan pasien
1. UGD
2. Unit Rawat Inap
UNIT TERKAIT 3. NICU
4. ICU
5. Unit Bedah

111
MENGUKUR TEKANAN DARAH

No.Dokumen
No Revisi Halaman
205/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Mengukur tekanan darah pasien dengan alat tensimeter

TUJUAN Perkembangan atau untuk pelayanan sesuai kondisi pasien

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
Alat dan Bahan
1. Stetoskop
2. Sphygmometer dengan manset
3. Pena / pencil, dan lembar kerja atau rekam medic
Langkah-langkah
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Pastiksn posisi pasien dalan posisi yang nyaman (duduk atau
berbaring)
PROSEDUR 4. Gulung lengan baju pasien keatas.
5. Pasang manset setinggi letak jantung, jarak manset 2-3 cm dari
fosa cubiti .
6. Pastikan manometer terletak pada setinggi titik pandang mata .
7. Letakan stetoskop pada arteri brachialis pada fosa cubiti dan
tentukan sistolnya
8. Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis
sampai denyut hilang.
9. Turunkan tekanan dalam manset dengan kecepatan 4
mmhg/detik sambil mendengar bunyi pembuluh darah

112
MENGUKUR TEKANAN DARAH

No.Dokumen
No Revisi Halaman
205/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

10. Ulangi pengukuran satu kali lagi .


11. Lepaskan manset dari lengan, lipat manset dan simpan dengan
benar yang sebelumnya buang udara yang ada dalam manset.
12. Bantu pasien untuk posisi yang diinginkan
13. Cuci tangan
14. Catat hasil tindakan dalam lembar atau rekam medik
1. UGD
2. Unit Rawat Inap
UNIT TERKAIT
3. NICU, ICU
4. Unit Bedah

113
MENGHITUNG RESPIRASI

No.Dokumen
No Revisi Halaman
207/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

PENGERTIAN Menghitung /mengukur pernafasan pasien

1. Mengetahui frekwensi, irama, kedalaman pernafasan


TUJUAN
2. Menilai fungsi pernafasan
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
Alat dan Bahan
1. Jam tangan yang ada detiknya.
2. Pena, pensil dan lembar kerja atau rekam medic

Langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien
PROSEDUR 3. Pastiksn posisi pasien dalan posisi yang nyaman
4. Observasi, hitung pernafasan lengkap dengan cara sekali inspirasi
dan sekali ekspirasi jika teratur selama 30 detik kalikan dua, jika
tidak teratur lakukan hitungan selama satu menit penuh.
5. Selama menghitung kaji irama, pernafasan dangkal atau normal
atau terjadi peubahan pola .
6. Cuci tangan .
7. Catat hasil tindakan dalam lembar atau rekam medik.
1. UGD
UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Inap
3. ICU, NICU

114
MENGHITUNG NADI

No.Dokumen
No Revisi Halaman
208/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

PENGERTIAN Menghitung denyut nadi pada pasien

1. Mengetahui denyut nadi berserta irama, frekwensi dan kekuatanya.


TUJUAN
Menilai kemampuan kardiovaskuler.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
Alat dan Bahan
1. Jam tangan yang ada detikannya.
2. Pena / pensil dan lembar kerja atau rekam medik

Langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien yang nyaman. Bila berbaring letakan tanganya
menyilang pada dada, bila duduk tekuk sikunya 90o dan sangga
PROSEDUR lengan bawah nya di kursi atau tangan anda.
4. Letakan ujung dua jari pertama atau tiga jari tengah anda menekan
sepanjang celah radial.
5. Lakukan tekanan ringan sehingga denyutan mudah di palpasi.
6. Bila nadi teratur hitung frekwensi nadi mulai dari nol selama 30
detik dan hasilnya kalikan dengan dua. Bila ritme tidak teratur
hitung selama satu menit penuh.
7. Kaji keteraturan frekwensi disretmia.
8. Tentukan kekuatan nadi, perhatikan apakah nadi yang diraba
dengan ujung jari kuat, menonjol, atau lemah atau cepat.

115
MENGHITUNG NADI

No.Dokumen
No Revisi Halaman
208/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

8. Cuci tangan .
9. Catat hasil tindakan dalam lembar atau rekam medik.
1. UGD
UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Inap
3. ICU, NICU

MENGUKUR SUHU AKSILA

116
No.Dokumen
No Revisi Halaman
209/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
PENGERTIAN Mengukur suhu badan pasien pada aksila menggunakan termometer

TUJUAN Mendapatkan data objektif

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
Alat dan Bahan
1. Termometer aksila (air raksa atau digital)
2. Kertas tisu
3. Sarung tangan
4. Pena, pensil, dan lembar kerja atau rekam medic
5. Kapas alcohol

Langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
PROSEDUR
3. Untuk termometer air raksa, bersihkan dan keringkan termometer
dari ujung sampai pangkal. Turunkan air raksa sampai di bawah
35oC. Untuk termometer digital hidupkan termometer sesuai
jenisnya
4. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman.
5. Buka atau lepaskan baju dari bahu, bersihkan daerah Aksila atau
daerah yang akan dipasang termometer.
6. Masukkan termometer ke tengah aksila pasien dan letakkan
lengan bawah menyilang di atas dada .
7. Tahan termometer pada aksila selama 5-10 menit

117
MENGUKUR SUHU AKSILA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
209/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

8. Lepaskan thermometer, bersihkan menggunakan tisu dan baca


hasilnya
9. Bantu pasien merapikan bajunya /pakaiannya .
10.Turunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal.
Bersihkan termometer dan simpan pada tempatnya .
11.Cuci tangan.
12.Catat hasil pengukuran pada catatan perawat dan rekam medik.
1. UGD
UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Inap
3. ICU, NICU

118
Prosedur Penggunaan Bidai / Spalk

No.Dokumen
No Revisi Halaman
210/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Adalah prosedur pemasangan bidai / spalk yang berfungsi untuk
PENGERTIAN memfiksasi bagian anggota gerak tubuh yang mengalami dislokasi
atau fraktur agar kondisinya tidak menjadi lebih buruk.
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemasangan bidai / spalk
TUJUAN pasien yang mengalami dislokasi atau fraktur pada anggota gerak
tubuhnya.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
Dokter jaga UGD melakukan anamnesa ( Auto / Allo-anamnesa )
2. Perawat periksa tanda – tanda vital pasien
3. Dokter jaga lakukan pemeriksaan akan adanya tanda – tanda fraktur
atau dislokasi
PROSEDUR 4. Observasi keadaan luka fraktur terbuka atau tertutup
5. Pasang bidai / spalk pada daerah fraktur atau dislokasi pada bagian
kiri dan kanannya
6. Lakukan rontgen pada bagian yang mengalami fraktur atau dislokasi
7. Rujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih memadai.

UNIT TERKAIT UGD

119
STROKE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
211/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur

Pengertian Prosedur penanganan pasien dengan diagnosis stroke

Tujuan Memberikan pedoman dalam penanganan pasien dengan stroke

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat

TATA CARA PELAKSANAANYA


1. Dokter menyatakan diagnosis pasien adalah stroke berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Dokter mempertahankan jalan nafas, oksigenasi
3. Dokter memberikan advise dan memastikan pasien terpasang jalur
intravena dengan cairan Ringer Solution dengan kecepatan tetesan
20 ml/jam,jangan memakai cairan hipotonis seperti dextrose 5 %
dan salin 0,45% karena dapat memperberat edema otak.
4. Berikan oksigenasi dengan kanul nasal 2 – 4 liter/menit.
5. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut jika
Prosedur
terdapat gangguan kesadaran atau kecurigaan ke arah stroke
hemoragik kita pertimbangkan untuk rujuk ke RS dengan fasilitas
CT Scan,jika tidak kita lanjutkan dengan point berikut.
6. Lakukan EKG dan Ro Thorax.
7. Lakukan pemeriksaan darah meliputi hematology lengkap, kimia
darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan creatinin). .
8. Berikan terapi :
Injeksi pirasetam 3 x 1 gram.
Injeksi citicholin 2 x 500 mg
9. Konsul/lapor dokter spesialis syaraf

120
STROKE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
211/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

Unit Terkait UGD

121
INFARK MIOKARD AKUT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
212/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Infark Miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis
otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis
antara suplai oksigen dan kebutuhan miokardium. Ini biasanya
Pengertian merupakan hasil dari ruptur plak dengan trombus dalam pembuluh
darah koroner, mengakibatkan kekurangan suplai darah ke
miokardium.

Memberikan pedoman dalam penanganan pasien dengan infark


Tujuan
Miokard Akut
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat

Keluhan
a. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda
berat.
b. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan
epigastrium. Penjalaran ke tangan kiri lebih sering terjadi.
c. Disertai gejala tambahan berupa sesak, mual muntah, nyeri
epigastrium, keringat dingin, dan anxietas.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda sering tidak membantu diagnosis
a. Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucat
Prosedur b. Hipertensi/hipotensi
c. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3
d. Ronki basah disertai peningkatan vena jugularis dapat
ditemukan pada AMI yang disertai edema paru
e. Sering ditemukan aritmia

Pemeriksaan Penunjang
EKG:
a. Pada STEMI, terdapat elevasi segmen ST diikuti dengan
perubahan sampai inversi gelombang T, kemudian muncul
peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
b. Pada NSTEMI, EKG yang ditemukan dapat berupa depresi
segmen ST dan inversi gelombang T, atau EKG yang normal.

122
INFARK MIOKARD AKUT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
212/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
Kriteria diagnosis pasti jika terdapat 2 dari 3 hal di bawah ini:
a. Klinis : nyeri dada khas angina.
b. EKG : ST elevasi atau ST depresi atau T inverted.
c. Laboratorium : peningkatan enzim jantung.
Klasifikasi
a. STEMI
b. NSTEMI
Penatalaksanaan
a. Tata Laksana: Segera rujuk setelah pemberian MONACO:
M : Morfin, 2,5-5 mg IV
O : Oksigen 2-4 L/m
N : Nitrat, bisa diberikan nitrogliserin infus dengan
dosis mulai dari 5mcg/m (titrasi) atau ISDN 5-10
mg sublingual maksimal 3 kali
A : Aspirin, dosis awal 160-320 mg dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 x 160 mg
CO: Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg, dilanjutkan
dosis pemeliharaan 1 x 75 mg
Konsul/ Lapor dokter spesialis jantung

Unit Terkait UGD

123
RETENSIO URINE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
213/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Retensi Urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan
urin yang
Pengertian terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli
terlampaui

Tujuan Memberikan pedoman dalam penanganan pasien dengan retensio urin


Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:

Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat


Darurat

1. Anamnesis
- Tidak bisa kencing atau kencing menetes /sedikit-sedikit
- Nyeri dan benjolan/massa pada perut bagian bawah
- Riwayat trauma: "straddle", perut bagian bawah/panggul, ruas
tulang belakang.
- Pada kasus kronis, keluhan uremia
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi:
Penderita gelisah
Benjolan/massa perut bagian bawah
Tergantung penyebab : batu dimeatus eksternum, pembengkakan
dengan/tanpa fistulae didaerah penis dan skrotum akibat striktura
uretra, perdarahan per uretra pada kerobekan akibat trauma.
Prosedur - Palpasi dan perkusi:
Teraba benjolan/massa kistik-kenyal (undulasi) pada perut bagian
bawah.
Bila ditekan menimbulkan perasaan nyeri pada pangkal penis atau
menimbulkan perasaan ingin kencing yang sangat mengganggu.
Terdapat keredupan pada perkusi.
Dari palpasi dan perkusi dapat ditetapkan batas atas buli-buli yang
penuh, dikaitkan dengan jarak antara simfisis-umbilikus. Tergantung
penyebab :
Teraba batu di uretra anterior sampai dengan meatus eksternum.
Teraba dengan keras (indurasi) dari uretra pada striktura yang
panjang
Teraba pembesaran kelenjar prostat pada pemeriksaan colok
dubur.

124
RETENSIO URINE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
213/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

Teraba kelenjar prostat letaknya tinggi bila terdapat ruptur total


uretra posterior.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urin lengkap
2. Foto Polos Abdomen
3. USG ginjal, buli, prostat
Tata Laksana
Urin dapat dikeluarkan dengan cara Kateterisasi bila gagal lakukan
atau Sistostomi.
Konsul/Lapor dokter spesialis bedah
Unit Teerkait UGD

GAGAL JANTUNG

125
No.Dokumen
No Revisi Halaman
214/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak sanggup
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik, meskipun
Pengertian darah yang kembali dari vena (venous return) adalah normal dan
mekanisme kompensasi jantung telah dipergunakan.

TUJUAN Sebagai acuan dalam memberikan pertolongan pada gagal jantung

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


KEBIJAKAN 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat.

1. Anemnesis
Sesak nafas jika beraktifitas (dypsnoe de effort),
orthopnoe
 Jantung berdebar
 Sembab pada kedua tungkai
 Badan lemah dan cepat lelah
 Batuk
2. Pemeriksaan Fisik
JVP meningkat
Prosedur Takikardia, atrial fibrilasi
Ronkhi basah halus di basal paru
Gallop, murmur d S3
Edema pretibial
Hepatomegali
Ascites
3. Pemeriksaan Penunjang
o Darah rutin, elektrolit, ureum, kreatinin, profil lipid.
o EKG
o Ro thorax
o Echocardiograph

126
GAGAL JANTUNG

No.Dokumen
No Revisi Halaman
214/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

4. Penatalaksanaan
Posisi ½ duduk
Oksigen
Infus emergensi
Kateter urin
Diuretik: furosemid 40-80 mg iv bolus dapat diulangi atau
ditingkatkan tiap 6 jam sampai dicapai produksi urin 1
cc/kgBB/jam
 Ace inhibitor : Captopril atau ARB : Valsartan (dosis
disesuaikan dengan tekanan darah)
 Pemberian antiplatelet : Aspilet 1 x 80 mg atau Clopidogrel
1 x 75 mg
 Digoxin jika ditemukan arterial fibrilasi
 Spironolacton 1 x 12,5 mg
 Jika tekanan darah turun, drip dobutamin 2-10µgr/kgBB
atau dopamin 2-5 µgr/kgBB atau kombinasi keduanya
5. Konsul/Lapor dokter spesialis jantung
Unit Terkait UGD

127
RESUSITASI JANTUNG PARU

No.Dokumen
No Revisi Halaman
215/SPO-YanMed/
0 1/4
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
1. Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti
nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest)
Pengertian
pada orang dimana fungsi Pelaksanaan tersebut gagal total oleh
suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya
bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
1. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan respirasi
yang adekuat sampai keadaan henti jantung terayasi atau sampai
Tujuan penderita di nyatakan meninggal.
2. Memberikan oksigenasi terhadap otak, jantung dan organ-organ
vital lain sampai datangnya sistem pengobatan yang definitif.

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat


Kebijakan 49/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pelayanan Pasien Resiko Tinggi
Dan Ketentuan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi.
a. Penilaian respon
- Segera setelah menemukan pasien tidak sadar lakukan
penilaian respon
- Penilaian respon di lakukan setelah petugas yakin dirinya
aman untuk melakukan pertolongan
- Penilaian dilakukan dengan cara menepuk-nepuk atau
menggoyangkan sambil memanggil pasien
- Jika tidak ada respon aktifkan system layanan gawat darurat
b. Aktifkan system layanan gawat darurat dengan mengaktifkan
code blue “101”
Prosedur c. Kompresi jantung
- Sebelum melakukan kompresi dada periksa nadi karotis
maksimal 10 detik. Jika nadi tidak teraba:
Pada dewasa:
- Tentukan lokasi kompresi di dada yaitu di setengah
bagian bawah tulang sternum. Letakkan tumit salah
satu tangan di titik kompresi tersebut. Tangan satunya
ditumpangkan di atas tangan yang melakukan kompresi
dengan kedalaman 5 hingga 6 cm.
- Berikan kompresi 100-120x/menit tanpa interupsi
dengan rasio kompresi 30:2 (1 dan 2 penolong)

128
RESUSITASI JANTUNG PARU

No.Dokumen
No Revisi Halaman
215/SPO-YanMed/
0 2/4
RSUPB/I/2017

- Lakukan rekoil penuh dada setiap kali kompresi.jangan


bertumpu di atas dada pada setiap kompresi
Pada Anak umur 1-8 tahun
- Letakkan tumit satu tagan pada setengah bawah
sternum. Menekan sternum sedalam 5 cm kemudian
lepaskan dengan rasio menekan, melepas dengan
kecepatan 100-120 x/menit
- Kompresi dan napas buatan dengan rasio 30:2 (1
penolong)15:2 (2 penolong)
Pada Bayi
- Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah
sernum. Menekan sternum sedalam 4cm dengan
kecepatan 100-120 x/menit.
- Kompresi dan napas buatan dengan rasio 30:2 ( 1
penolong) dan 15:2 (2 penolong)
- Cek nadi setelah 5 siklus
d. Cek nadi setelah 5 siklus

e. Airway (pembukaan jalan napas)


Dengan menggunakan tehnik angkat kepala –angkat dagu
(head tilt-chin lift) pada penderita yang diketahui tidak
mengalami cedera leher. Pada penderita trauma servical
tehnik yang digunakan adalah menarik rahang tanpa
melakukan ekstensi kepala (jaw trust).

129
RESUSITASI JANTUNG PARU

No.Dokumen
No Revisi Halaman
215/SPO-YanMed/
0 3/4
RSUPB/I/2017

f. Breathing (Pemberian napas bantuan)


Beberapa cara memberikan bantuan pernapasan buatan adalah:
- Pernapasan buatan mulut ke mulut
- Pernapasan buatan mulut ke hidung
- Pernapasan buatan mulut ke sungkup
- Pernapasan buatan dengan kantung napas buatan (bag mask
device)
Berikan napas bantuan dalam waktu 1 detik. Diberikan 2 kali
napas bantuan setelah 30 kali kompresi.

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

130
g.
g.
g.
g.
g.
g.
g.
g.
g.
g.
Pasang minitor / defibrillator bila ada
 bila irama Vertrikel Tachicardi tanpa nadi/ Verntrikel Fibrilasi,
lakukan defibrilasi. Penderita dewasa diberikan energi kejutan

RESUSITASI JANTUNG PARU

No.Dokumen
No Revisi Halaman
215/SPO-YanMed/
0 4/4
RSUPB/I/2017

360 joule pada defibrilator monofasik atau 200 joule pada


bifasik. Pada anak, energi kejut listrik diberikan dengan dosis 2-
4j/kg dapat diulang dengan dosis 4-10 j/kg dan tidak melebihi
energi yang diberikan kepada penderita dewasa.
 Kemudian segera lanjutkan RJP selama 5 siklus/ 2 menit,
kemudian lakukan evaluasi irama dan cek nadi
 bila irama asystole/PEA, lakukan RJP selama 5 siklus/2 menit,
lakukan pemasangan iv line bila belum terpasang, berikan
vasopressor epineprin 1 mg iv/io pada penderita dewasa, pada
anak vasopresor epinefrin , ulangi setiap 3-5 menit. Pada bayi
dan anak dosis epinefrin 0,1-0,3 ml/kgbb yang diencerkan
dalam larutan 1:10.000 (0.01mg-0,03mg/kgbb), ulangi setiap 3-
5 menit.
 Jika irama Sinus Rytme dan nadi sudah ada, hentikan kompresi.
Jika nafas sudah spontan, hentikan ventilasi. Kemudian cari dan
tangani faktor penyebab, lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
1. UGD
2. ICU
Unit Terkait
3. Unit Rawat Jalan
4. SMF

131
CODE BLUE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
216/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus
segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi
cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah sakit.
Pengertian Code blue response team atau tim code blue adalah suatu tim yang
dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas merespon kondisi code blue
didalam area rumah sakit.

1. Untuk memberikan panduan baku bagi tim code blue dalam


melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tim reaksi cepat jika code
blue diaktifkan.
2. Membangun respon seluruh petugas di RSU Putri Bidadari
Tujuan Langkat pada pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat darurat.
3. Mempercepat respon time kegawatdaruratan di rumah sakit untuk
menghindari kematian dan kecacatan yang seharusnya tidak perlu
terjadi.

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat


Kebijakan 49/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pelayanan Pasien Resiko Tinggi
Dan Ketentuan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi.

Prosedur 1. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac


respiratory arrest maka perawat ruangan (I) atau first
responder berperan dalam tahap pertolongan, yaitu:
132
2. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.
3. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan
pertolongan.
4. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau
menepuk bahu.
5. Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas
yang ditemui di lokasi untuk mengaktifkan code blue.
6. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim
code blue
7. Perawat ruangan yang lain (II) atau penolong kedua, segera
menghubungi operator telepon “101” untuk mengaktifkan
code blue, dengan prosedur sebagai berikut:
8. Perkenalkan diri.
9. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue.
10. Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest

CODE BLUE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
216/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

dengan lengkap dan jelas, yaitu: nama lokasi atau ruangan.


11. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan :
“ nama ruangan ….. nomor …. “.
12. Waktu respon operator menerima telepon “101” adalah harus
secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon.
13. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun
rawat jalan,
setelah menghubungi operator, perawat ruangan II segera
membawa troli emergensi (emergency trolley) ke lokasi dan
membantu perawat ruangan I melakukan resusitasi sampai
dengan tim Code Blue datang. Operator menggunakan alat
telekomunikasi Handy Talky (HT) atau pengeras suara
mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut:
14. “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di ….., nama lokasi atau
ruangan…..”.
15. Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan:
“Code Blue, Code Blue, Code Blue, nama ruangan ….. nomor
kamar …..”.
16. Setelah tim code blue menerima informasi tentang aktivasi
code blue, mereka segera menghentikan tugasnya masing-
masing, mengambil resusitasi kit dan menuju lokasi terjadinya
cardiac respiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi code
blue sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi
terjadinya cardiac respiratory arrest adalah 5 menit.
17. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code
blue untuk memastikan bahwa tim code blue sudah menuju
lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest
18. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi
yang padat manusia (public area) maka petugas keamanan
(security) segera menuju lokasi terjadinya untuk
mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code blue dapat
133
melaksanakan tugasnya dengan aman dan sesuai prosedur.
19. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan
diputuskannya bahwa resusitasi dihentikan oleh ketua tim code
blue.
20. Untuk pelaksanaan code blue di area empat, Tim code blue
memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien kemudian
segera ditransfer ke Unit Gawat Darurat.
21. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca
resusitasi, yaitu:
22. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan
secepatnya ke Unit Perawatan Intensif untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien setuju.
23. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan
Intensif penuh maka pasien di rujuk ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas

CODE BLUE

No.Dokumen
No Revisi Halaman
216/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

24. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di


ruang perawatan biasa, maka keluarga pasien menandatangani
surat penolakan.
25. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka
lakukan koordinasi dengan bagian bina rohani, kemudian
pasien dipindahkan ke kamar jenazah.
26. Ketua tim code blue melakukan koordinasi dengan DPJP.
27. Ketua tim code blue memberikan informasi dan edukasi
kepada keluarga pasien.
28. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam
rekam medis pasien dan melakukan koordinasi dengan
ruangan pasca resusitasi.
1. UGD
Unit Terkait 2. Unit Rawat Jalan
3. SMF

134
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

No.Dokumen
No Revisi Halaman
217/SPO-YanMed/
0 1/3
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Resusitasi bayi baru lahir adalah suatu intervensi yang

Pengertian dilangsungkan saat lahir untuk menyokong penetapan pernafasan dan


sirkulasi bayi baru lahir.

Sebagai dasar agar petugas medis mampu memberikan pertolongan


Tujuan
pertama pada bayi baru lahir yang membutuhkan tindakan resusitasi.

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat


Kebijakan 49/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pelayanan Pasien Resiko Tinggi Dan
Ketentuan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi.
Prosedur 1. Dokter/Perawat menerima informasi mengenai adanya persalinan
risiko tinggi yang sedang terjadi.
2. Perawat menyiapkan peralatan yang diperlukan :
- Infant Warmer dinyalakan dan handuk hangat tersedia.
- Memeriksa alat suction, oksigen, sungkup wajah dengan
ukuran yang sesuai serta ambu bag.
- Perawat menyediakan ETT dengan ukuran yang sesuai,

135
potong hingga 13 – 15 cm.
- Perawat menyiapkan obat-obatan, kateter umbilikal.
3. Perawat segera menempatkan bayi baru lahir di bawah infant
warmer dengan posisi bayi terlentang pada posisi setengah
tengadah untuk membuka jalan nafas.
4. Dokter/perawat meletakkan sebuah gulungan handuk di bawah
bahu untuk mencegah fleksi leher dan penyumbatan jalan nafas.
5. Dokter/perawat membersihkan jalan nafas dengan mengisap
mulut terlebih dahulu kemudian hidung, dengan menggunakan
alat Suction.

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

No.Dokumen
No Revisi Halaman
217/SPO-YanMed/
0 2/3
RSUPB/I/2017

6. Perawat melakukan pengisapan dan pengeringan tubuh secara


bersamaan, bila air ketuban bersih dari mekonium
7. Dokter /perawat mengeringkan, melakukan stimulasi dan
mereposisi kepala.
8. Seluruh langkah di atas dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
9. Dokter/perawat menilai pernafasan bayi
10. Jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai, periksa
denyut jantung. Jika denyut jantung > 100 kali/menit dan bayi
tidak mengalami sianosis, hentikan resusitasi. Tetapi jika sianosis
ditemui, segera berikan oksigen aliran bebas.
11. Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap-megap, vetilasi
tekanan positif diawali dengan menggunakan ambu bag dan
sungkup, dengan frekuensi 40 – 60 kali/menit.
12. Jika denyut jantung < 100 kali/menit, bahkan dengan pernafasan
memadai, Ventilasi Tekanan Positif harus dimulai kembali pada
kecepatan 40 – 60 kali/menit
13. Dokter melakukan intubasi endotrakea bila bayi tidak berespon
terhadap ventilasi tekanan positif dengan menggunakan ambu
bag dan sungkup.
14. Perawat melakukan persiapan untuk memindahkan bayi ke
NICU. Jika denyut jantung masih < 60 kali/menit setelah 30 detik
ventilasi tekanan positif memadai, maka dokter segera memulai

136
kompresi dada.
15. Penolong melakukan kompresi dada pada sternum di proksimal
dari xifoid. Jangan menekan di atas xifoid.
16. Kedua ibu jari penolong menekan sternum sementara jari-jari lain
mengelilingi dada; atau jari tengah dan telkunjuk dari jari tangan
dapat digunakan untuk kompresi sementara tangan lain menahan
punggung bayi. Sternum dikompresi sedalam 1/3 tebal antero-
posterior dada. Kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron
terkoordinasi.

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

No.Dokumen
No Revisi Halaman
217/SPO-YanMed/
0 3/3
RSUPB/I/2017

dengan rasio 3 : 1. Kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus


120 kali/menit (yaitu 90 kompresi dan 30 ventilasi).
kegiatan tersebut harus 120 kali/menit (yaitu 90 kompresi dan 30
ventilasi).
17. Penolong mengevaluasi respon bayi setelah 30 detik.
18. Jika denyut jantung > 60 kali/menit, kompresi dada dihentikan
dan ventilasi tekanan positif dilanjutkan hingga denyut jantung
mencapai 100 kali/menit dan bayi bernafas efektif.
19. Penolong memberikan epinefrin jika denyut jantung tetap < 60
kali/menit setelah 30 detik ventilasi tekanan positif dan 30 detik
lagi ventilasi tekanan positif dan kompresi dada.

137
Unit Terkait 1. UGD
2. Kamar Bersalin
3. Kamar Operasi
4. NICU

138
VISUM ET REPERTUM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
219/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Pelayanan Visum Et Repertum adalah suatu proses kegiatan
pembuatan surat keterangan tertulis yang dibuat dan ditandatangani
oleh dokter tentang hasil pemeriksaan medis yang dilakukan terhadap
Pengertian seorang korban (terperiksa) baik berupa temuan ataupun pendapat
berdasarkan ilmu dan profesionalnya dibawah sumpah demi jaminan
kepastian hukum untuk menegakkan keadilan.

Acuan bagi petugas terkait agar pelayanan Visum Et Repertum lancar,


Tujuan akurat, aman, nyaman, rahasia sesuai peraturan dan hukum yang
berlaku.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Kebijakan
Darurat

1. Visum Et Repertum dilayani bila ada permintaan tertulis dari


POLRI dan ditandatangani seorang polisi Tidak melayani Visum
Et Repertum Mayat (Otopsi Forensik).
2. Melayani Visum Et Repertum Asusila bagi seorang wanita yang
dating bersama polisi.
3. Visum Et Repertum luka – luka (Visum luar) dilayani.
4. Bila permintaan point 2,3, agar diarahkan ke Rumah Sakit
Pemerintah.
5. Visum Et Repertum hasil explorasi dengan/ pembedahan dilayani
oleh dokter ahli bedah yang melakukan pembedahan dan
Prosedur
diarahkan ke Rumah Sakit Pemerintah.
Petugas melakukan :
1. Menerima dan meneliti surat permintaan Visum dari Polisi atau
dari keluarga pasien.
2. Membubuhkan tanggal, jam diterima, menulis nama, jabatan dan
tandatangan 2 lembar. Lembar pertama untuk Rumah Sakit Outri
Bidadari Lembar kedua dikembalikan kepada yang membawa
surat dengan pesan agar surat tersebut harus dibawa oleh polisi
saat mengambil hasil (VER).
3. Mempersiapkan :

139
VISUM ET REPERTUM

No.Dokumen
No Revisi Halaman
219/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

- Lembaran disposisi Direktur


- Berkas Rekam Medis pasien
- Pastikan siapa Dokter yang berwenang mengisi dan
tandatangan hasil
- Formulir konsep dan asli Visum Et Repertum.
4. Menyerahkan dokumen 1,2,3,4 kepada Direktur untuk diarahkan
dan ditandatangani.
5. Petugas menyerahkan dokumen kepada Dokter penanggungjawab
pengisianVisum Et Repertum.
6. Dokter mengisi dan menandatangani konsepVisum Et Repertum
7. Petugas mengetik asli Formulir Visum Et Repertum rangkap 2.
8. Petugas menyerahkan asli Visum Et Repertum kepada Dokter
untuk diperiksa dan ditandatangani.
9. Petugas mengetik surat pengantar VER dalam rangkap 2 untuk
diparaf Ka Instalasi dan ditandatangani.
10. Mencatat VER pada Expedisi keluar.
11. Memasukkan asli VER ke dalam amplop bercap Rahasia.
12. Menyerahkan amplop Rahasia dan surat pengantar kepada
penyidik dengan tandatangan buku Expedisi dan dibubuhi nama
dan nomor kartu identitas.
13. Petugas menyimpan lembaran kedua (duplikat) di arsip.
14. Pembuatan visum et repartum paling lama 1 minggu, setelah
waktu tersebut polisi dapat mengambil hasil permintaan visum et
repartum
Unit Terkait UGD

140
PASIEN DATANG SUDAH MENINGGAL ( DEATH ON
ARRIVAL /DOA )

No.Dokumen
No Revisi Halaman
221/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional) dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Kasus tiba mati adalah suatu keadaan dimana penderita yang datang di
Pengertian
IGD sudah dalam keadaan meninggal
agar petugas IGD mampu melakukan penatalaksanaan kasus tiba mati
Tujuan
(Death On Arrival) dengan baik dan benar
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
- Identifikasi jenazah dan catat peristiwa kematian di rekam medis
pasien
- Dokter jaga UGD memeriksa kondisi jenazah untuk memperkirakan
sebab kematian
Bila diduga mati wajar, jenazah dirawat sesuai prosedur, Surat
kematian dapat diperoleh di bagian Rekam Medik RSU Putri Bidadari
Langkat
- Bila diduga mati tidak wajar, maka petugas :
Prosedur Ø  Lapor polisi sesuai TKP
Ø  Melakukan pemeriksaan pada jenazah sesuai dengan prosedur
pembuatan Visum et Repertum.
Ø  Apabila dipandang perlu diadakan Otopsi dalam, maka
jenazah di kirim ke RSUD
- Bila keluarga/pengantar jenazah menolak untuk dilakukan
pemeriksaan dalam pada jenazah, maka keluarga/pengantar
menandatangani surat pulang paksa dan tidak diberikan surat
kematian

Unit Terkait UGD

141
HIPOGLIKEMIA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
219/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60
Pengertian
mg/dL ,atau kadar glukosa darah ,<80 mg/dL,dengan gejala klinis

Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan hipoglikemia

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:


Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
Prosedur  Stadium permulaan ( sadar )
• Berikan gula murni 30 gram ( 2 sendok makan ) atau sirop
/permen atau gula murni ( bukan pemanis pengganti gula atau gula
diit /gula diabetes ) dan makanan yang mengandung karbohidrat
• Hentikan obat hipoglikemik sementara
• Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
• Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL ( bila sebelumnya tidak
sadar)
• Cari penyebab
 Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia );
1) Diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)
bolus intra vena ,
2) Diberikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam perkolf
3) Periksa GD sewaktu (GDs) ,kalau memungkinkan dengan
glukometer ;
• Bila GDs < 50 mg /dL-- + bolus dekstrosa 40% 50 % ml IV
• Bila GDs < 100 mg /dL --+ bolus dekstrosa 40 % 25 % mL IV
4) periksa GDs setiap satu jam setelah pemberian dekstrosa 40%
• bila GDs < 50 mg/dL -- + bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV
• bila GDs <100 mg/dL -- +bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV
• bila GDs 100 – 200 mg /dL -- tanpa bolus dekstrosa 40 %
• bila GDs > 200 mg/dL – pertimbangan menurunkan kecepatam
drip dekstrosa 10 %
5) Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut –turut ,pemantauan
GDs setiap 2 jam ,dengan protocol sesuai diatas ,bila GDs >200
mg/dL – pertimbangkan mengganti infuse dengan dekstrosa 5 %
atau NaCI 0,9 %
6) Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-
turut ,pemantauan GDs setiap 4 jam ,dengan protocol sesuai
diatas .bila GDs > 200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infuse

142
dengan

HIPOGLIKEMIA

No.Dokumen
No Revisi Halaman
219/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

dekstrosa 5 % atau NaCI 0.9 %


Unit Terkait UGD

143
PENANGANAN PERDARAHAN
POST PARTUM SEKUNDER

No.Dokumen
No Revisi Halaman
221/SPO-YanMed/
0 1/2
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Tata cara memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam yang
Pengertian terjadi > 24jam – 42 hari setelah melahirkan dengan jumlah
perdarahan lebih dari 500 cc atau perdarahan yang disertai dengan
gejala dan tanda-tanda syok.
Sebagai dasar atau acuan untuk mencari penyebab perdarahan yang
Tujuan terjadi serta menstabilkan kondisi ibu agar morbiditas dan mortalitas
ibu dapat diturunkan.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat

1. Dokter melakukan pengkajian penyebab perdarahan postpartum


sekunder yang bisa disebabkan oleh :
a. Sisa plasenta
b. Endometritis
c. Robekan Jalan Lahir
2. Dokter/bidan melakukan masase uterus segera setelah plasenta
dan selaput ketuban dilahirkan agar uterus berkontraksi (selama
maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil
melakukan masase fundus uteri, dokter/bidan memeriksa plasenta
untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
Prosedur 3. Bidan segera melakukan pesangan IV line dengan Abbocath yang
besar (14G – 16G).
4. Dokter segera melakukan resusitasi cairan untuk mencegah syok
perdarahan.
5. Dokter menginstruksikan pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan (Darah Lengkap, Faktor Pembekuan Darah).
6. Dokter jaga UGD mengkonsulkan pasien tersebut kepada dokter
Sp.OG yang on call pada hari tersebut dan mencatat anjuran
dokter Sp.OG tersebut ke rekam medis pasien.
9. Pasien di antar ke ruang VK oleh petugas disertakan dokumentasi
rekam medis (RM). Perawat/bidan melakukan serah terima petugas
UGD dan kamar bersalin (VK)

144
PENANGANAN PERDARAHAN
POST PARTUM SEKUNDER

No.Dokumen
No Revisi Halaman
221/SPO-YanMed/
0 2/2
RSUPB/I/2017

Unit Terkait UGD

145
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN UNIT GAWAT
DARURAT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
222/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Pasien instalasi gawat darurat yang membutuhkan
Pengertian
pemeriksaan laboratorium
Sebagai acuan bagi dokter dan perawat unit gawat darurat, apabila
Tujuan
pasien UGD membutuhkan pemeriksaan laboratorium
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
1. Pasien datang di Unit Gawat Darurat, kemudian keluarga pasien
melakukan pendaftaran dibagian pendaftaran.
2. Dokter UGD melakukan pemeriksaan kepada pasien, apabila
pasien memerlukan pemeriksaan laboratorium, kemudian dokter
menjelaskan kepada pasien bahwa diperlukan pemeriksaan
laboratorium.
3. Bila pasien telah setuju dilakukan pemeriksaan laboratorium,
maka perawat UGD menelpon ke unit Laboratorium untuk
pemberitahuan bahwa ada pasien UGD yang membutuhkan
pemeriksaan laboratorium.
Prosedur 4. Dokter UGD membuat surat pengantar untuk pasien yang
memerlukan pemeriksaan laboratorium.
5. Petugas laboratorium datang ke UGD melihat surat pengantar
pemeriksaan laboratorium dari dokter UGD dan melakukan
pengambilan spesimen untuk pasien UGD yang memerlukan
pemeriksaan.
6. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium sudah selesai, petugas
laboratorium mengantar hasil pemeriksaan laboratorium ke
UGD/nurse station ruang rawat inap pasien.
7. Setelah seluruh pelayanan selesai keluarga pasien atau pasien
berobat jalan. Untuk rawat inap pembayaran akan dilakukan
setelah pasien mau pulang dari rawat inap (pasca bayar)
1. Unit Laboratorium
Unit Terkait 2. Bagian Pendaftaran
3. kasir

146
PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN UNIT GAWAT
DARURAT

No.Dokumen
No Revisi Halaman
223/SPO-YanMed/
0 1/1
RSUPB/I/2017

Ditetapkan Oleh,
RSU Putri Bidadari Langkat
SPO Tanggal Terbit
(Standart Prosedur 15/01/2017
Operasional)
dr. Maas Lubis, AAAK
Direktur
Pasien Unit Gawat Darurat yang membutuhkan pemeriksaan
Pengertian penunjang (Radiologi).

Sebagai acuan bagi Dokter dan perawat Unit Gawat Darurat, apabila
Tujuan
pasien UGD membutuhkan pemeriksaan penujang (Radiologi).
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Putri Bidadari Langkat No:
Kebijakan 215/KBJ/RSUPB/I/2017 Tentang Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat
1. Pasien datang ke Unit Gawat Darurat (UGD), kemudian keluarga
pasien melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran.
2. Dokter UGD melakukan pemeriksaan kepada pasien, apabila
pasien memerlukan pemeriksaan Radiologi, kemudian dokter
menjelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa pasien
memerlukan pemeriksaan Radiologi.
3. Bila pasien telah setuju dilakukan pemeriksaan Radiologi, maka
Dokter UGD menelfon ke Unit Radiologi untuk pemberitahuan
bahwa ada pasien UGD yang membutuhkan pemeriksaan
Radiologi. Dokter UGD membuat surat pengantar untuk pasien
Prosedur yang memerlukan pemeriksaan Radiologi.
4. Petugas radiologi datang ke UGD, mengambil surat pengantar dari
dokter UGD dan perawat UGD mendampingi pasien UGD ke
ruang pemeriksaan radiologi (Ct Scan atau Rontgen) untuk
melakukan pemeriksaan.
5. Apabila telah ada hasil pemeriksaan kemudian petugas
memberikan hasil pemeriksaan ke Unit Gawat Darurat/ nurse
station ruang rawat inap pasien dan hasil pemeriksaan dibaca oleh
dokter spesialis radiologi.
6. Setelah seluruh pelayanan selesai keluarga pasien atau pasien
berobat jalan. Untuk rawat inap pembayaran akan dilakukan
setelah pasien mau pulang dari rawat inap (pasca bayar)
1. Unit Radiologi
Unit Terkait 2. Bagian Pendaftaran
3. Kasir

147

Anda mungkin juga menyukai