SNI 7061-2019 Pengukuran Dan Evaluasi Iklim Kerja
SNI 7061-2019 Pengukuran Dan Evaluasi Iklim Kerja
ICS 13.040.30
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 13-01: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan tidak untuk dikomersialkan”
© BSN 2019
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 13-01: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 7061:2019
Daftar isi
© BSN 2019 i
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 13-01: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 7061:2019
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7061:2019, dengan judul Pengukuran dan evaluasi iklim
kerja, merupakan hasil pengembangan sendiri yang disajikan dalam Bahasa Indonesia. SNI
ini merupakan revisi dari SNI 16-7061-2004, Pengukuran iklim kerja (panas) dengan
parameter indeks suhu basah dan bola.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 13-01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai sekretariat Komite Teknis. Standar ini telah
dibahas dalam rapat-rapat teknis, dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Jakarta
pada tanggal 25 September 2019 yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait, yaitu perwakilan dari produsen, konsumen, pakar dan pemerintah, serta
perwakilan dari lembaga penguji, asosiasi, perguruan tinggi, pakar serta instansi terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 14 Oktober 2019 sampai dengan
14 November 2019 dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Dalam standar ini digunakan kosa kata yang mempunyai maksud tertentu, yaitu:
“harus” yang artinya disyaratkan.
“sebaiknya” yang artinya direkomendasikan.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggungjawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
© BSN 2019 ii
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 13-01: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 7061:2019
Pendahuluan
Iklim kerja merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya cukup dominan terhadap kinerja
sumber daya manusia baik iklim kerja panas maupun iklim kerja dingin bahkan pengaruhnya
tidak terbatas pada kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu pada keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan standar pengukuran dan evaluasi iklim kerja.
Standar pengukuran dan evaluasi iklim kerja mencakup prinsip pengukuran, peralatan,
prosedur kerja, penentuan titik pengukuran dan perhitungan serta evaluasi. Teknisi yang
menggunakan metoda ini harus seorang yang berkompetensi dalam melakukan pengukuran
iklim lingkungan kerja.
Standar pengukuran ini merupakan cara pemantauan tempat kerja yang mempunyai potensi
bahaya bagi tenaga kerja yang bersumber dari iklim kerja (panas maupun dingin). Dalam
penerapannya di lapangan, pengukuran dan evaluasi iklim kerja dilaksanakan bersamaan
dengan perhitungan beban kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018.
Iklim kerja merupakah salah satu faktor fisik yang apabila tidak sesuai dengan kondisi
pekerja dan karakteristik pekerjaan, akan dapat menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan. Iklim kerja yang tidak memadai (panas atau dingin) tidak hanya mengganggu
kinerja pekerja, namun dapat berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan terkait iklim
kerja dan keselamatan pekerja. Oleh sebab itu pengukuran dan monitoring iklim kerja baik
iklim kerja panas maupun iklim kerja dingin merupakan aspek penting dalam pengelolaan
iklim kerja yang sesuai dengan standar dan peraturan perundangan yang berlaku.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran iklim kerja yang valid dan terpercaya, maka diperlukan
suatu standar pengukuran iklim kerja yang sejalan dengan perkembangan teori dan
teknologi. Disamping itu perlu ditetapkan suatu standar yang menjamin keakuratan proses
dan hasil pengukuran serta keseragaman metode secara nasional sehingga memudahkan
dalam evaluasi dan penilaian.
Standar pengukuran iklim kerja ini mencakup ruang lingkup; istilah dan definisi; simbol,
satuan dan singkatan; metode pengukuran; dan pelaporan. Metode pengukuran
menjelaskan tentang prinsip, peralatan, prosedur, penentuan titik pengukuran, dan
pembacaan dan perhitungan hasil. Pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan metode
ini harus dilakukan oleh teknisi yang kompeten melaksanakan pengukuran iklim kerja.
Pengukuran iklim kerja bertujuan untuk mendapatkan tingkat temperatur lingkungan kerja
dan membandingkannya dengan standar dan peraturan yang berlaku sehingga dapat
dinyatakan bahwa temperatur lingkungan kerja tersebut beresiko dan membutuhkan
tindakan perbaikan.
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan metode pengukuran dan evaluasi iklim kerja yang meliputi iklim
kerja panas dengan parameter indeks suhu basah dan bola (ISBB) dan iklim kerja dingin
dengan parameter temperatur ekuivalen.
2.1
iklim
kondisi cuaca atau suhu udara lingkungan tempat kerja yang dipengaruhi oleh tingkat suhu
udara, kelembaban, dan kecepatan aliran udara (angin)
2.2
iklim kerja
kondisi suhu udara lingkungan kerja yang dibedakan menjadi iklim kerja panas dan iklim
kerja dingin
2.3
iklim kerja panas
kondisi suhu udara lingkungan kerja yang panas, disebabkan oleh suhu udara yang tinggi
sebagai perpaduan dari suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola (suhu radian) yang
dikenal dengan ISBB
2.4
iklim kerja dingin
kondisi suhu udara lingkungan kerja yang dingin, disebabkan oleh perpaduan suhu udara
yang rendah (suhu kering) dengan kecepatan aliran udara (angin)
2.5
indeks suhu basah dan bola (ISBB)
parameter iklim kerja panas yang merupakan perpaduan antara suhu basah alami, suhu
kering dan suhu bola (suhu radian) dalam satuan derajat celcius
2.6
lingkungan kerja indoor
lingkungan kerja yang karena karakteristik bangunan atau lokasinya sehingga tidak terpajan
secara langsung dengan cahaya matahari, seperti lingkungan kerja yang ada di dalam
ruangan, di tempat teduh, atau pada kondisi cuaca berawan sehingga menghalangi cahaya
matahari, dikategorikan sebagai lingkungan kerja indoor
2.7
lingkungan kerja outdoor
lingkungan kerja yang karena karakteristik bangunan atau lokasinya sehingga terpajan
secara langsung dengan cahaya matahari yang tidak tertutup atau terlindungi
2.8
suhu basah alami (natural wet bulb temperature)
suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan
uap air di udara yang dipengaruhi oleh kelembaban dan kecepatan angin
2.9
suhu kering (dry bulb temperature)
suhu udara lingkungan sekitar atau ambien yang diukur dengan termometer suhu kering.
2.10
suhu bola (globe temperature)
suhu yang mengindikasikan tingkat panas radiasi baik radiasi alami maupun buatan
2.11
ekuivalen temperatur dingin
parameter iklim kerja dingin yang merupakan kombinasi antara suhu lingkungan aktual
dengan kecepatan angin dalam satuan derajat celcius. Suhu lingkungan aktual merupakan
suhu kering
dalam derajat celcius dan kecepatan angin dalam satuan m/det (dtambahkan catatan 1 mile
per hour = 2,2 m/det)
2.12
kelembaban
kelembaban adalah kelembaban udara relatif yang merupakan persentase uap air per meter
kubik udara
2.13
kecepatan angin
kecepatan aliran udara dalam satuan meter per detik
2.14
alat konvensional
alat ukur iklim kerja yang terdiri atas termometer suhu kering, suhu basah alami dan suhu
bola, yang pembacaannya dilakukan secara terpisah dan perhitungan iklim kerja ISBB
dilakukan dengan rumus yang terdapat pada dokumen ini.
2.15
alat digital
alat ukur yang memperagakan suatu pengukuran dalam bentuk angka sebagai pengganti
jarum penunjuk pada skala kontinyu dalam alat ukur analog
2.16
titik pengambilan contoh uji
titik pengambilan contoh uji adalah tempat peralatan pengambilan contoh uji diletakan untuk
melaksanakan pengambilan contoh uji.
2.17
beban kerja
Aktifitas fisik pekerja yang dihitung berdasarkan laju metabolik yang dikategorikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
°C derajat celsius
ISBB indeks suhu basah dan bola
WBGT wet bulb globe temperature
SBA suhu basah alami
SK suhu kering
SB suhu bola
4 Metode pengukuran
4.1 Prinsip
Pengukuran iklim kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dapat menghasilkan
indikator pengukuran yang mencakup suhu basah alami, suhu kering, suhu bola,
kelembaban dan kecepatan aliran udara. Hasil pengukuran suhu lingkungan kerja
dinyatakan dalam ISBB untuk iklim kerja panas dan ekuivalen suhu dingin untuk iklim kerja
dingin.
4.2 Peralatan
Alat-alat yang dipakai harus terkalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi. Peralatan
pengukuran iklim kerja terdiri atas alat ukur dan perlengkapan pengukuran. Alat ukur iklim
kerja panas meliputi alat ukur suhu yang dapat mengukur suhu kering (SK), suhu basah
alami (SBA) dan suhu bola/radian (SB), alat ukur kelembaban udara dan alat ukur kecepatan
angin. Alat ukur iklim kerja dingin meliputi alat ukur yang dapat mengukur suhu kering dan
alat ukur kecepatan angin.
CATATAN Kalibrasi terhadap alat ukur yang dilakukan minimal setahun sekali.
4.3 Prosedur
1. Persiapan
a. Umum
1) Siapkan denah pengukuran atau membuat layout sendiri jika perusahaan tidak
memiliki denah (lihat lampiran D)
2) Siapkan formulir pencatatan (contoh formulir dapat dilihat pada Lampiran E & F)
b. Alat
1) Alat digital
- Pastikan baterai alat memiliki daya yang cukup untuk melakukan pengukuran.
- Pastikan alat ukur berfungsi dengan baik melalui pengecekan antara.
- Lakukan pengaturan alat sesuai dengan kebutuhan dan manual alat (waktu,
tanggal, satuan, dan sebagainya).
- Siapkan alat pengukur kecepatan angin.
2) Alat konvensional
- Siapkan termometer sesuai indikator pengukuran.
- Siapkan alat pengukur kecepatan angin dan kelembaban udara.
- Pasang termometer pada alat penyangga dan tempatkan pada titik pengukuran.
2. Pengukuran
a. Persyaratan pengukuran
1) Pengukuran dilaksanakan pada kondisi kerja normal.
2) Kondisi lingkungan yang diukur tidak membahayakan bagi operator maupun alat
seperti hujan, angin kencang, ombak.
3) Pengukuran tidak boleh mengganggu aktivitas pekerjaan.
b. Langkah-langkah pengukuran
1) Langkah-langkah pengukuran iklim kerja panas
a) Alat digital
- Letakkan alat pengukur iklim kerja pada titik pengukuran dengan mengatur
ketinggian sensor alat sesuai posisi kerja mayoritas pekerja (posisi berdiri
sekitar 1,00 m dan posisi duduk sekitar 0,60 m).
- Hidupkan alat ukur dengan menekan tombol on dan biarkan selama minimal
10 menit untuk penyesuaian terhadap suhu lingkungan kerja.
- Mulai pengukuran iklim kerja dengan mengaktifkan perekaman selama 30
menit. Untuk alat yang tidak dapat merekam maka pembacaan hasil
pengukuran dilakukan setiap 5 menit selama 30 menit. Untuk lingkungan
kerja yang dipengaruhi oleh matahari langsung maka pengukuran dilakukan.
sebanyak 3 kali (pagi, siang, sore) atau pengukuran dilakukan pada kondisi
iklim kerja paling dirasa panas oleh pekerja.
- Nonaktifkan fungsi perekaman. Apabila akan dilakukan pengukuran pada
titik berikutnya, maka ulangi mulai dari langkah kedua.
- Lakukan unggah data apabila pengukuran telah selesai.
b) Alat konvensional
- Letakkan alat pengukur iklim kerja pada titik pengukuran dengan mengatur
ketinggian termometer sesuai posisi kerja mayoritas pekerja (posisi berdiri
sekitar 1,00 m dan posisi duduk sekitar 0,60 m).
- Tempatkan alat ukur di titik pengukuran selama 20 menit untuk penyesuaian
terhadap suhu lingkungan kerja.
- Lakukan pembacaan hasil pengukuran setiap 5 menit sebanyak 6 kali
pembacaan dan catat dalam formulir yang disediakan (lampiran E).
- Untuk lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh matahari langsung maka
pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali (pagi, siang, sore) atau pengukuran
dilakukan pada kondisi iklim kerja paling dirasa panas oleh pekerja.
- Apabila akan dilakukan pengukuran pada titik selanjutnya, maka ulangi
mulai dari langkah pertama.
CATATAN Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan jumlah sumber atau luas area terpajan
panas atau dingin.
a. Alat digital
Hasil pengukuran dapat dibaca dengan mencetak data pengukuran yang terekam di
dalam alat ukur atau tercatat dalam formulir (lampiran E). Hasil pengukuran yang dicatat
mencakup, namun tidak terbatas pada :
1) Rata-rata indeks ISBB
2) Rata-rata kelembaban relatif
3) Rata-rata kecepatan angin
b. Alat konvensional
1) ISBB merupakan perpaduan antara suhu basah alami, suhu kering dan suhu bola
(suhu radian), jadi nilai ISBB sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai ketiga suhu
tersebut.
2) Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan ISBB, yaitu :
Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu
tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung (outdoor)
sebagai berikut:
Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari
(indoor) sebagai berikut:
Rumus yang digunakan untuk menghitung data yang lebih dari satu hasil
pengukuran sebagai berikut :
Keterangan :
ISBB indeks suhu basah dan bola
ISBB1 indeks suhu basah dan bola pada hasil pengukuran 1
ISBB2 indeks suhu basah dan bola pada hasil pengukuran 2
ISBBn indeks suhu basah dan bola pada hasil pengukuran n
SBA suhu basah alami
SK suhu kering
SB suhu bola
t1, t2, tn lama waktu pengukuran pada ISBB1, ISBB2, ISBBn.
Ekivalen suhu dingin merupakan kombinasi matriks antara suhu kering dan kecepatan angin.
Pembacaan matriks ekivalen suhu dingin mengacu pada Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku (lihat lampiran C).
CATATAN Pada beberapa alat ukur perhitungan ISBB sudah dilakukan secara otomatis ISBB
rata-rata digunakan apabila pekerja yang bekerja ditempat berpindah-pindah dan terpajan dengan
sumber yang berbeda-beda dalam satu shift.
5 Metode evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mementukan apakah hasil pengukuran temperatur lingkungan kerja
(panas atau dingin) melebihi nilai ambang batas yang sudah ditentukan. Sehingga dapat
diketahui apakah hasil ukur tersebut memerlukan tindak lanjut perbaikan atau tidak.
CATATAN Nilai diatas tidak boleh digunakan untuk pakaian kerja yang tertutup rapat (encapsulating
clothes). Faktor kesesuaian pakaian tidak ditambahkan pada saat digunakan pakaian kerja lebih dari
dua rangkap. Pada saat menggunakan coveralls, pakaian dalam tidak diperhitungkan sebagai pakaian
dua rangkap.
Contoh Kasus 1
Seorang pekerja dengan berat badan 75 kg melakukan suatu pekerjaan diluar ruangan yang
menghasilkan kalori 335 kkal/jam, pola kerja yang dilakukan di tempat panas adalah 30
menit bekerja dan 30 menit istirahat setiap jam. Pakaian yang digunakan adalah coveralls.
Apabila hasil pengukuran iklim kerja panas adalah 28.5°C, apakah pekerja tersebut terpajan
iklim kerja panas melebihi Nilai Ambang Batas?
Penyelesaian :
Dari kasus di atas diketahui :
ISBB : 28.5°C
Beban Kerja : 75/70 * 335 kkal/jam = 358,9 kkal/jam (termasuk beban kerja berat).
Pola Pajanan : 30 menit kerja – 30 menit istirahat (setiap jamnya)
Jenis Pakaian : coveralls (+0)
Evaluasi :
Berdasarkan tabel di atas, dengan ISBB 28,5°C, maka pajanan terhadap pekerja tidak
melebihi nilai ambang batas iklim kerja panas.
Contoh Kasus 2
Seorang pekerja dengan berat badan 60 kg melakukan suatu pekerjaan dibeberapa lokasi
yang terpajan panas dengan waktu yang berbeda - beda. Lokasi A hasil pengukuran ISBB
30°C selama 1 jam, lokasi B hasil pengukuran ISBB 29°C dengan waktu 120 menit dan
lokasi C hasil pengukuran ISBB 29,5°C selama 30 menit. Pekerja beristirahat dilokasi
dengan ISBB 25°C. Pekerja tersebut melakukan pekerjaan dengan kategori beban kerja
ringan diketiga lokasi. Pakaian yang digunakan adalah coveralls. apakah pekerja tersebut
terpajan iklim kerja panas melebihi Nilai Ambang Batas?
Penyelesaian :
Dari kasus di atas diketahui :
ISBB Lokasi A : 30°C dengan waktu pajanan 60 menit
ISBB Lokasi B : 29°C dengan waktu 120 menit
ISBB Lokasi C : 29,5°C dengan waktu 30 menit
Beban Kerja : ringan
Jenis Pakaian : coveralls (+0)
Berdasarkan tabel diatas, dengan ISBB 26,9°C, maka pajanan terhadap pekerja tidak
melebihi nilai ambang batas iklim kerja panas.
Evaluasi bertujuan untuk menentukan apakah seseorang berisiko bekerja di lingkungan kerja
dingin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melebihi nilai ambang
batas yang sudah ditentukan atau tidak. Sehingga dapat diketahui apakah hasil ukur
tersebut memerlukan tindak lanjut perbaikan atau tidak.
Contoh Kasus
Seorang operator cold storage melakukan pekerjaan selama 4 jam dengan hasil pengukuran
suhu kering -1°C dan kecepatan angin 15 mil/jam. Apakah pekerja tersebut berisiko terpapar
Iklim Kerja Dingin?
Penyelesaian :
Dari kasus di atas diketahui :
suhu kering -1°C
kecepatan angin 15 mil/jam
Berdasarkan tabel pada Lampiran C tentang Matriks Ekuivalen Suhu Dingin, maka dapat
disimpulkan bahwa pekerja tersebut termasuk kategori sedikit berbahaya.
Lampiran A
(informatif)
Peralatan untuk pengukuran iklim kerja
3 2
Keterangan gambar :
a) Heatstress apparatus monitor
b) Sensor suhu basah alami
c) Sensor suhu kering
d) Sensor suhu radian (suhu bola)
Lampiran B
(informatif)
Jadwal kerja dan pemanasan untuk shift kerja 4 jam
Tabel B.1 - Jadwal kerja dan pemanasan untuk shift kerja 4 jam
Temperatur Kec. Angin Tidak
Kec. Angin 5 mph Kec. Angin 10 mph Kec. Angin 15 mph Kec. Angin 20 mph
Udara Terbaca
Periode Periode Periode Periode Periode
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
°C Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja
Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
Maks. Maks. Maks. Maks. Maks.
-26° s.d -28° (istirahat normal) 1 (istirahat normal) 1 75 menit 2 55 menit 3 40 menit 4
-28° s.d -31° (istirahat normal) 1 75 menit 2 55 menit 3 40 menit 4 30 menit 5
-32° s.d -34° 75 menit 2 55 menit 3 40 menit 4 30 menit 5
-35° s.d -37° 55 menit 3 40 menit 4 30 menit 5
-38° s.d -39° 40 menit 4 30 menit 5
Pekerjaan yang
-40° s.d -42° 30 menit 5 Pekerjaan yang tidak darurat
Pekerjaan yang tidak darurat
Pekerjaan yang tidak darurat sebaiknya
Pekerjaan yang tidak darurat sebaiknya
sebaiknya dihentikan
-43° & tidak darurat sebaiknya dihentikan
dibawahnya sebaiknya dihentikan
dihentikan
dihentikan
Lampiran C
(normatif)
Matriks ekivalen suhu dingin
12 dari 17
SNI 7061:2019
© BSN 2019
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 13-01: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 7061:2019
Lampiran E
(normatif)
Formulir hasil pengukuran parameter ISBB
Nama perusahaan :
Alamat :
No. Telp dan Fax. :
Jenis perusahaan :
Tanggal pengukuran :
Alat yang digunakan :
Pelaksana :
……………….,……………………………
…
Mengetahui Pelaksana
(………………………………) (……………………………………….)
(Diketahui oleh Kepala/Penanggung Jawab Unit Kerja)
Lampiran F
(normatif)
Formulir hasil pengukuran parameter ekivalen suhu dingin
Nama perusahaan :
Alamat :
No. Telp dan Fax. :
Jenis perusahaan :
Tanggal pengukuran :
Alat yang digunakan :
Pelaksana :
Ekivalen
Kecepatan suhu
No. Bagian/ SK aliran udara dingin Sumber Ket
Lokasi Jam
o o
C m/dt C dingin
……………….,……………………………
…
Mengetahui Pelaksana
(………………………………) (……………………………………….)
(Diketahui oleh Kepala/Penanggung Jawab Unit Kerja)
Lampiran G
(informatif)
Contoh pakaian kerja
16 dari 17
6. Pakaian kerja (coveralls/wearpack)
5. Pakaian Kerja dua rangkap
kedap uap
SNI 7061:2019
© BSN 2019
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 13-01: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 7061:2019
Bibliografi
[1] Pedoman Teknis Penerapan K3 Lingkungan Kerja Permen No. 05 Tahun 2018.
[2] Nilai koreksi ISBB berdasarkan jenis pakaian kerja fundamental industrial hygene