Anda di halaman 1dari 14

JurnalKimia Industri 1

2022, Vol. 1, No. 5

Penentuan Bilangan Peroksida


Evan Dean Nathanael Rorong(1), Nabila Irba Khanza(2), Iswatun Siti Aisyah(3), Nurul Irsha Azzahra*(4)
Ir. Elly Agustiani, M.Eng
Departemen Teknik Kimia Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
20 Oktober 2022

Abstrak
Penentuan minyak goreng yang layak pakai dapat ditentukan dengan menggunakan bilangan peroksida.
Bilangan peroksida adalah salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng yang dapat diukur dengan
menggunakan titrasi iodometri. Oleh karena itu, tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara
analisa bilangan peroksida pada suatu sampel minyak. Prosedur pertama praktikum ini yaitu pembuatan
pelarut minyak menggunakan asam asetat glasial dan kloroform dengan perbandingan sebanyak 3:2, asam
asetat diambil sebanyak 60 mL dan kloroform sebanyak 40mL. Kedua larutan kemudian dicampir kedalam
botol berwarna gelap yang tertutup. Setelah itu dilanjutkan dengan pengenceran larutan baku Na2S2O31N
menjadi larutan dengan kadar 0,01N 100 mL. Selanjutnya dilanjutkan dengan analisa bilangan peroksida
dengan menggunakan metode iodometri. Minyak ditimbang sebesar 10 gram kemudian dimasukkan kedalam
erlenmeyer, setelah itu ditambahkan 30mL pelarut yang telah dibuat kedalam erlenmeyer. Erlenmeyer
kemudian dikocok hingga larut setelah itu ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh dan dikocok kembali sambil
ditutup rapat. Larutan didiamkan selama 102 menit kemudian ditambahkan 30 mL aquades kedalam
erlenmeyer. Setelah itu Na2S2O3 yang dibuat dimasukkan kedalam buret lalu larutan dalam erlenmeyer dititrasi
dengan Na2S2O3 yang ada di buret hingga warna kuning hamper hilang. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL
indikator amilum 1% , titrasi kemudian dilanjutkan hingga titik ekivalen dimana warna biru tua hilang. Dari
hasil analisa bilangan peroksida pada delapan sample minyak, bahwa semua sample minyak yang dianalisa
tidak memenuhi standar SNI dengan batas maksimmum bilangan peroksida dalam minyak adalah 10 mek
O2/100kg. Bilangan peroksida pada minyak tahu bulat sebesar 11,9 mek O2/100kg dengan volume Na2S2O3
hasil titrasi yaitu sebanyak 11,9 mL, minyak gorengan 24,2 mek O2/100kg, minyak risol 18,5 mek O2/100kg,
minyak cakwe 15,78 mek O2/100kg, minyak roti goreng 49,40 mek O2/100kg, minyak sempol 15,25 mek
O2/100kg, minyak tahu kres 35,2 mg O2/100kg, minyak telur gulung 26,19 mg O2/100kg.
.
Kata Kunci : Bilangan Peroksida, Iodometri, Minyak Goreng

1.0 Pendahuluan
Minyak goreng sudah menjadi kebutuhan pokok sebagian masyarakat
Indonesia. Penggunaan minyak goreng yang berulang kali dilakukan untuk menekan
biaya produksi. Kadar peroksida berlebih dalam minyak goreng yang digunakan
berulang kali dapat membahayakan tubuh (Suratno & Utomo, 2018). Selama
penggorengan berulang kali, minyak goreng akan mengalami berbagai reaksi kimia
diantaranya reaksi hidrolisis, oksidasi, isomerisasi dan polimerisasi. Kerusakan
tersebut menyebabkan minyak menjadi berwarna kecoklatan, lebih kental, berbusa,
berasap, serta meninggalkan odor yang tidak disukai padamakanan (Herlina,
Astriyaningsih, Windarti, & Nurhayati, 2017)
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
mengalami oksidasi sehingga terdapat aroma tengik pada minyak karena terbentuknya
peroksida. Menurut SNI No.01 3741-2013, syarat bilangan peroksida maksimum
adalah 10 mek O2/kg bahan. Penentuan bilangan peroksida dapat dilakukan dengan
menggunakan titrasi iodometri. Prinsip titrasi ini adalah senyawa minyak akan
dioksidasi oleh kalium iodida (KI) dan iod yang dilepaskan natrium tiosulfat.

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
(Suratno & Utomo, 2018)
Tujuan utama praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara analisa
bilangan peroksida pada suatu sampel minyak.

2.0 Tinjauan Pustaka


2.1 Definisi minyak
Minyak goreng ialah minyak dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan, berbentuk cair pada suhu kamar antara 29°-30°C dan biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan. Minyak dikatakan baik adalah minyak yang
mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan
kandungan asam lemak jenuhnya. Berdasarkan SNI ditetapkan bahwa kadar asam
lemak bebas maksimal 0,3% dan bilangan peroksida maksimal 2 meq/kg sesuai
dengan standart SNI. Pada keadaan rusak kadar asam lemak bebas dan bilangan
peroksida melebihi standart SNI sehingga tidak dapat dipakai kembali atau sudah tidak
memenuhi syarat. (Siburian, Pardede, & Pandia, 2012)
Minyak adalah minyakbumi dalam bentuk apapun termasuk minyak mentah,
minyak bakar, minyak bekas, dan minyak hasil olahan.Minyak mentah
mengandunghydrocarbon sekitar 50% sampai 98% dan sisanya adalah sulfur,
Nitrogen, Oksigen, dan beberapa logam berat (Widodo & Wahyuni, 2020)
2.2 Fungsi minyak
Minyak goreng adalah bahan pangan non-esensialdan berfungsi sebagai bahan
pangan komplemen.Fungsi minyak goreng sangat penting dalammenciptakan aroma,
rasa, warna, dan penambahan nilai gizi termasuk vitamin A dan kalori. Minyakyang
biasadigunakan untuk menggoreng adalahminyak yang berasal dari ekstrak tumbuhan
atauminyak nabati. (Mujadin, Jumianto, & Puspitasari, 2014)
2.3 Jenis-Jenis minyak
Pengklasifikasian minyak goreng (Ramdan &marlina, 2017) yaitu:
 Berdasarkan sifat fisiknya:
1. Minyak tidak mengering (non dryingoil):
a. Tipe minyak zaitun, yaitu : minyak zaitun, minyak buah persik, dan minyak
kacang.
b. Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape, dan minyak biji mustard.
c. Tipe minyak hewani, yaitu : minyak ikan paus, minyak ikan salmon, minyak
ikan lumba-lumba, dan minyak ikan hiu.
2. Minyak nabati setengah mengering (semi dryingoil), misalnya minyak biji kapas,
minyak biji bunga matahari, gandum, dan jagung.
3. Minyak nabati mengering (dryingoil), misalnya minyak kacang kedelai, dan
minyak biji karet.
Berdasakan sumbernya:
1. Biji-bijian palawija, yaitu : minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kacang,
minyak wijen, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
2. Kulit buah tanaman tahunan, yaitu : minyak zaitun dan minyak kelapa sawit.
3. Biji-bijian tanaman tahunan, yaitu : minyak kelapa, minyak coklat, dan minyak inti
sawit.

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
 Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya:
1. Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fattyacids). Asam lemak jenuh dapat
ditemukan pada air susu ibu (asam laurat) dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan
tidak mudah bereaksi/ berubah menjadi asam lemak jenis lain.
2.Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturatedfattyacids/MUFA)
atau majemuk (polyunsaturatedfattyacids). Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan
atom karbon rangkap yang terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, hingga
mencapai komposisi yang stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak ikatan
rangkapnya (polyunsaturated), maka semakin mudah bereaksi /berubah minyak
tersebut.
2.4 Perubahan Kimia Minyak Akibat Pemanasan
Menurut (Mardiyah, 2016)Perubahan kimia atau penguraian minyak dan
lemak menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi baik secara positif maupun
negatif terhadap bau dan rasa bahan makanan. Penguraian minyak dan lemak biasanya
menghasilkan zat-zat yang tidak dapat dikonsumsi dikarenakan oleh turunnya nilai
gizi yang menyebabkan penyimpangan rasa dan bau. Perubahan kimia yang terjadi
dalam molekul lemak akibat pemanasan tergantung dari 4 faktor:
1. Lamanya pemanasan
2. Suhu
3.Adanya akselerator seperti oksigen atau hasil proses oksidasi
4. Komposisi campuran asam lemak serta posisi asam lemak yang terikat dalam
molekul trigliserida.
Kerusakan minyak kebanyakan terjadi dikarenakan pemanasan secara terus
menerus dengan temperatur yang tinggi sehingga susunan kimiawi mengalami
perubahan sebab terurainya gliserida menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Asam
lemak pada minyak bersifat tidak stabil terutama pada saat proses pemanasan.
Gliserol yang terjadi karena pemanasan akan berubah menjadi akrolien, hal ini
diketahui karena terdapat bau asap yang sangat merangsang. Dalam kepustakaan
dilaporkan, pemanasan minyak mengalami perubahan kimia yaitu:
1. terbentuknya peroksida dalam asam lemak tidak jenuh.
2. peroksida berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil.
3. polimerisasi oksidasi sebagian.
2.5 SNI Minyak Goreng
Menurut badan standarisasi SNI 01-3741-2013 standar mutu minyak goreng di
Indonesia maksimal bilangan peroksida 10 mek O2/kg, dan bilangan asam 0,6 mg
KOH/g. Minyak goreng curah banyak mengandung asam lemak, (asam lemak jenuh:
miristat 1-5%, palmitat 5-15%, stearat 5-10%; asam lemak tak jenuh: oleat 70-80%,
linoleat 3-11%, palmitoleat 0,8-1,4%), dan proses pengolahannya hanya satu kali
penyaringan pada bagian refiner, selanjutnya dikirim ke penimbunan (bulking) untuk
diekspor atau dijual kepasar tradisional dan banyak dikomsumsi masyarakat karena
harganya relatif murah, dan sebahagian lagi diolah menjadi minyak goreng kemasan.
Minyak goreng selama proses penggorengan apalagi dilakukan berulang dan suhu
tinggi, akan mengakibatkan kerusakan dimana bahan gorengan kurang menarik, cita

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
rasa tidak enak, terjadi kerusakan vitamin dan asam lemak esensial pada minyak,
ikatan rangkap asam lemak tak jenuh teroksidasi, terbentuk isomer cis menjadi trans,
terbentuk radikal bebas aktif, aldehid, keton, terjadi polimerisasi struktur karena
pengaruh panas dan dipercepat adanya oksigen, logam tembaga atau besi sebagai
wadah saat penggorengan. Oksidasi penyebab utama perubahan kimiawi dari minyak
disamping penyebab degradasi lainnya yang berpotensi menghasilkan racun.
(Nainggolan, Susanti, & Juniar, 2016)

3.1 Variabel Penelitian


3.1.1 Variabel bebas
1. Sampel Minyak Goreng
3.1.2 Variabel terikat
1. Kadar bilangan peroksida pada minyak
3.1.3 Variabel Tetap
1. 0,5 mL Indikator Amilum 1%
2. 0,5 mL KI jenuh
3. Na2S2O30,01 N
4. Kloroform 40 mL
5. AsetatGlasial 60 mL
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Bahan
1. Indikator Amilum
2.Aquades
3. Asam Asetat Glasial
4. KI Jenuh
5. Kloroform
6. Natrium Tiosulfat
3.2.2 Alat
1. Buret
2. Corong Kaca
3. Erlenmeyer
4. Gelas Beaker
5. Gelas Ukur
6. Statif
7. Klem Holder
8. Labu Ukur
9. Neraca Elektrik
10. Pipet Tetes
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Pelarut Minyak (Perbandingan AAG: Kloroform sebanyak 3:2)
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Ambil asam asetat glasial sebanyak 60 mL
3. Ambil kloroform sebanyak 40 mL

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
4. Campurkan asam asetat glasial dan kloroform ke dalam botol yang berwarna
gelap, tutup rapat
3.3.2 Pengenceran Larutan Baku Na2S2O3 1 N menjadi 0,01 N dalam 100 mL
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil larutan Na2S2O3sebanyak 1 mL
3. Mengisi labu ukur dengan sedikit aquades
4. Kemudian,masukkan larutan baku Na2S2O31 mL yang sudah diambil sebelumnya
ke dalam labu ukur dengan cara menambahkan aquades sedikit demi sedikit, lalu
dihomogenkan
3.3.3 Analisa Penentuan Bilangan Peroksida
1. Timbang minyak sebanyak 10 gram dan masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 30 mL pelarut yang telah dibuat ke dalam erlenmeyer kemudian
kocok hingga minyak larut.
3. Tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh dan kocok sambil ditutup rapat
4. Diamkan larutan 1-2 menit
5. Tambahkan 30 mLaquades ke dalam erlenmeyer
6. Masukkan larutan Na2S2O3yang telah dibuat sebelumnya ke dalam buret
7. Lakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.
8. Tambahkan 0,5 mL indikator amilum 1%
9. Lakukan titrasi sampai titik ekivalen yaitu tepat saat warna biru tua hilang.
10. Catat volume titran dalam buret dan lakukan perhitungan bilangan peroksida.
3.4 Diagram Alir
3.4.1 Pembuatan Pelarut Minyak (Perbandingan AAG: Kloroform sebanyak 3:2)

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Ambil asam asetat glasial sebanyak 60 mL

Ambil kloroform sebanyak 40 mL

Campurkan asam asetat glasial dan kloroform ke dalam botol yang berwarna

Selesai

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
3.4.2 Pengenceran Larutan Baku Na2S2O3 1 N menjadi 0,01 N dalam 100 mL

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil larutan Na S O sebanyak 1 mL


2 2 3

Mengisi labu ukur dengan sedikit aquades

masukkan larutan baku Na2S2O3 1 mL yang sudah diambil sebelumnya ke


dalam labu ukur dengan cara menambahkan aquades sedikit demi sedikit, lalu
dihomogenkan

Selesai

3.4.3 Analisa Penentuan Bilangan Peroksida

mulai

Timbang minyak sebanyak 10 gram dan masukkan ke dalam erlenmeyer

Tambahkan 30 mL pelarut yang telah dibuat ke dalam erlenmeyer kemudian


kocok hingga minyak larut.

Tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh dan kocok sambil ditutup rapat

Diamkan larutan 1-2 menit

Tambahkan 30 mLaquades ke dalam erlenmeyer

Masukkan larutan Na2S2O3yang telah dibuat sebelumnya ke dalam buret

Lakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.

Tambahkan 0,5 mL indikator amilum 1%

Lakukan titrasi sampai titik ekivalen yaitu tepat saat warna biru tua hilang

Catat volume titran dalam buret dan lakukan perhitungan bilangan peroksida

selesai
20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)
JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
4.0 Hasil Percobaan dan Pembahasan
4.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hasil Analisa Peroksida pada sample minyak

Normalitas Volume Bilangan


Sampel Minyak Berat Keterangan
Kelompok Na2S2O3 Na2S2O3 Peroksida Foto Pengamatan
goreng Sampel (gr) (SNI 3741:2013)
(mek/ml) (ml) (mek O2/kg)

1D Minyak 10 0,01 24,2 24,2 Tidak memenuhi


gorengan syarat

2D Minyak risol 10,04 0,01 18,5 18,42 Tidak memenuhi


syarat

3D Minyak cakwe 10,01 0,01 15,8 15,78 Tidak memenuhi


syarat

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
4D Minyak roti 10,02 0,01 49,5 49,40 Tidak memenuhi
goreng syarat Tidak ada
dokumentasi
5D Minyak tahu 10 0,01 11,9 11,9 Tidak memenuhi
bulat syarat

6D Minyak sempol 10,03 0,01 15,3 15,25 Tidak memenuhi


syarat

7D Minyak tahu 10,01 0,01 35,3 35,2 Tidak memenuhi


kres syarat

8D Minyak bola ubi 10,04 0,01 26,3 26,19 Tidak memenuhi


syarat Tidak ada
dokumentasi

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
4.2 Pembahasan
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida (Siburian,
Pardede, & Pandia, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara analisa
bilangan peroksida pada suatu sample minyak.
Prosedur pertama dari metode penentuan bilangan peroksida adalah
pembuatanpelarut Minyak (Perbandingan AAG: Kloroform sebanyak 3:2. Langkah
pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan. Kemudian ambil asam asetat glasial
sebanyak 60 mL. Selanjutnya ambil kloroform sebanyak 40 mL. Campurkan asam
asetat glasial dan kloroform ke dalam botol yang berwarna gelap, kemudian tutup
rapat. Fungsi dari penambahan kloroform sebagai pelarut, karena minyak termasuk
kelompok pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar misalnya, kloroform
(CH3Cl), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam
pelarut tersebut karena minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut
tersebut. Sedangkan digunakan larutan CH3COOH karena alkali iodida akan bereaksi
sempurna dalam larutan bersuasana asam. (Yeniza & Asmara, 2019)
Prosedur kedua yaitu pengenceran larutan baku Na2S2O3 1 N menjadi 0,01 N
dalam 100mL. Mengambil larutan Na2S2O3 sebanyak 1 mL terlebih
dahulu. Kemudian mengisi labu ukur dengan sedikit aquades. Selanjutnya, masukkan
larutan baku Na2S2O31 mL yang sudah diambil sebelumnya ke dalam labu ukur
dengan cara menambahkan aquades sedikit demi sedikit, lalu dihomogenkan.
Prosedur ketiga yaitu analisa penentuan bilangan peroksida. Timbang minyak
sebanyak 10 gram dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian tambahkan 30 mL
pelarut yang telah dibuat ke dalam erlenmeyer kemudian kocok hingga minyak larut.
Tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh dan kocok sambil ditutup rapat. Penambahan Ki
jenuh bertujuan untuk membebaskan iodin yang ditandai terbentuk senyawa warna
kuning pada sampel (Ferdinan, Hairunisa, Justicia, & Andhika, 2017). Jumlah Iodine
yang bebas akan menentukan angka peroksida pada minyak (Sulistiyowati & Al
Aajilaini, 2017). Pada tahap ini,terjadi reaksi sebagai berikut:

R-OOH + 2KI + H2O→R-OH + I2+ 2KOH

Lalu diamkan larutan 1-2 menit. Selanjutnya tambahkan 30 mL aquades ke


dalam erlenmeyer. Masukkan larutan Na2S2O3 yang telah dibuat sebelumnya ke dalam
buret. Lakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.
Kemudian tambahkan 0,5 mL indikator amilum 1% sampai terbentuk warna biru.
Penambahan amilum berfungsi sebagai indikator adanya I2 (Yeniza & Asmara, 2019).
Kemudian terbentuk nyawa warna biru setelah penambahan amilum, dikarenakan
struktur molekul amilum yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul
iodin. Jika warna biru gelap yang timbul disebabkan terbentuknya kompleks iodin

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
amilum (Aisyah, Yulianti, & Fasya, 2010). Kemudian lakukan titrasi sampai titik
ekivalen yaitu tepat saat warna biru tua hilang.Pada tahap ini terjadi reaksi
(Sudarmadji, Haryono, & Suhardi, 2010):

I2+ 2Na2S2O3→2NaI + Na2S4O6

Catat volume titran dalam buret dan lakukan perhitungan bilangan


peroksida. Berdasarkan Tabel 4.1 hasil analisa bilangan peroksida pada minyak tahu
bulat adalah sebesar 11,9 mek O2/100kg dengan volume Na2S2O3 hasil titrasi yaitu
sebanyak 11,9 mL, minyak gorengan 24,2 mek O2/100kg dengan volume
Na2S2O324,2 mL, minyak risol 18,5 mek O2/100kg dengan volume Na2S2O318,42,
minyak cakwe 15,78 mek O2/100kg dengan volume Na2S2O315,8 mL, minyak roti
goreng 49,40 mek O2/100kg dengan volume Na2S2O3 49,5 mL, minyak sempol 15,25
mek O2/100kg dengan volume Na2S2O315,3 mL, minyak tahu kres 35,2 mg O2/100kg
dengan volume Na2S2O3 35,3 mL, minyak telur gulung 26,19 mg O2/100kg dengan
volume Na2S2O3 26,3 gram. Dari hasil analisa bilangan peroksida pada delapan
sample minyak, bahwa semua sample minyak yang dianalisa tidak memenuhi standar
SNI sehingga dapat berakibat mengganggu kesehatan, apabila jumlah peroksida pada
bahan pangan melebihi batas standar mutu maka akan bersifat racun yang
mengandung senyawa karsinogenik dan tidak layak untuk dikonsumsi. Bahaya
mengkonsumsi bahan pangan tersebut diindikasi dengan gejala diare hingga penyakit
kanker. Terjadinya penumpukan lemak dan minyak dalam tubuh mengakibatkan
kolesterol tinggi. Penyumbatan pembuluh darah akan mengganggu mekanisme kerja
jantung dalam tubuh sehingga menyebabkan penyakit jantung (Astuti, Fatimah, &
Albari, 2015)

5.0 Kesimpulan
Pada percobaan ini disimpulkan bahwa kadar bilangan peroksida minyak
jelantah penjual Tahu Bulat adalah 11,9 mek O2/100kg. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak jelantah tersebut tidak memenuhi ketentuan standar baku mutu pada SNI
3741:2013 yakni standar bilangan peroksida sebesar 10 mek O2/100kg. Dari hasil
analisa bilangan peroksida pada delapan sample minyak bahwa semua sample minyak
yang dianalisa tidak memenuhi standar SNI yaitu sampel minyak tahu bulat, minyak
gorengan, minyak risol, minyak cakwe, minyak roti goreng, minyak sempol, minyak
tahu kres,dan minyak telur gulung. Bilangan Peroksida tertinggi terdapat pada sampel
minyak roti goreng sebesar 49,40 mek O2/100kg dengan volume Na2S2O3 49,5 mL

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Yulianti, E., & Fasya, A. G. (2010). PENURUNAN ANGKA PEROKSIDA DAN ASAM LEMAK
BEBAS (FFA) PADA PROSES Bleaching MINYAK GORENG BEKAS OLEH KARBON AKTIF POLONG
BUAH KELOR (Moringa Oliefera. Lamk) DENGAN AKTIVASI NaCl. ALCHEMY , 98.
Astuti, D. W., Fatimah, S., & Albari, E. (2015). Gambaran Angka Peroksida Pada Minyak Jelantah di Warung
Penyetan Wilayah Mancasan Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Biologi , 97.
Ferdinan, A., Hairunisa, Justicia, A. K., & Andhika. (2017). Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang
kepok (MusanormalisL). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina , 119.
Herlina, H., Astriyaningsih, E., Windarti, W. S., & N. N. (2017). TINGKAT KERUSAKAN MINYAK KELAPA
SELAMA PENGGORENGAN VAKUM BERULANG PADA PEMBUATAN RIPE BANANA CHIPS (RBC).
Jurnal Agroteknologi .
Mardiyah, S. (2016). Analisa Bilangan Peroksida dan Bilangan Asam pada Minyak Goreng Pedagang Penyetan
Di Sutorejo Surabaya. Surabaya: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA.
Mujadin, A., Jumianto, S., & Puspitasari, R. L. (2014). Pengujian Kualitas Minyak Goreng Berulang
Menggunakan Metoda Uji Viskositas dan Perubahan Fisis. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN
TEKNOLOGI .
Nainggolan, B., Susanti, N., & Juniar, A. (2016). Uji Kelayakan Minyak Goreng Curah dan Kemasan yang
Digunakan Menggoreng Secara Berulang. Jurnal Pendidikan Kimia , 45.
Siburian, A. M., Pardede, A. S., & Pandia, S. (2012). KARAKTERISASI PIROPILIT TERAKTIVASI ASAM
SULFAT DAN PENETAPAN TITIK JENUH ADSORPSI ASAM LEMAK BEBAS DAN BILANGAN
PEROKSIDA. UNESA Journal of Chemistry .
Siburian, A. M., Pardede, A. S., & Pandia, S. (2014). PEMANFAATAN ADSORBEN DARI BIJI ASAM JAWA
UNTUK MENURUNKAN BILANGAN PEROKSIDA PADA CPO (CRUDE PALM OIL). Jurnal Teknik Kimia
USU , 229.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (2010). Analisa bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Sulistiyowati, R., & Al Aajilaini, S. (2017). PENGARUH PENAMBAHAN BAWANG MERAH (Allium
ascalonicum) TERHADAP PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA DALAM MINYAK JELANTAH. Jurnal
Kesehatan Pena Medika , 101.
Suratno, & Utomo, R. V. (2018). BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG PENJUAL
GORENGAN DI JALAN RAJAWALI KOTA PALANGKA RAYA. Borneo Journal of Medical Laboratory
Technology .
Widodo, B. H., & Wahyuni, E. T. (2020). MANAJEMEN PENANGGULANGAN TUMPAHAN MINYAK DI
LAUT AKIBAT DARI PENGOPERASIAN KAPAL. Majalah Ilmiah Gema Maritim .
Wiryawan, A., Retnowati, R., Sabarudin, A., & ---. (2008). Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Yeniza, & Asmara, A. P. (2019). PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA MINYAK RBD (REFINED
BLEACHED DEODORIZED) OLEIN PT. PHPO DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI.
Penentuanbilangan peroksidaminyak RBD , 82.

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
Appendiks
1. Perhitungan pembuatan larutan baku Na2S2O3 0,01 N dalam 100 mL
N1 x V1 = N2 x V2
1 N x V1 = 0,01 N x 100 mL V x N x 1.000
V1 = ( 0,01 N x 100 mL) / 1N
V1 = 1 mL
2. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Tahu Bulat

= 11,9 mek O2/100kg

3. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Gorengan

= 24,2 mek O2 / 100kg

4. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Risol

= 18,5 mek O2 / 100kg

5. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Cakwe


= 15,8 mek O2 / 100kg
6. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Roti Goreng

= 49,5 mek O2 / 100kg


7. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Tahu Kres

= 35,3 mek O2 / 100kg


8. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Sempol

= 15,3 mek O2 / 100kg

9. Penentuan bilangan peroksida Sampel Minyak Tahu Bulat

= 26, 3 mek O2 / 100kg

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)


JurnalKimia Industri 1
2022, Vol. 1, No. 5
Lembar Revisi

Praktikum : Penentuan Bilangan Peroksida


Kelompok : 5D
Tanggal Tanggal Tanda
Keterangan
Revisi Kembali Tangan
Kamis, 2 Kamis, 2 1. format belum benar
November 2022 November 2022 2. variabel salah
3. tujuan percobaan belum dicantumkan
4. fungsi penambahan kloroform dan asam
asetat gliseal di bedakan
5. rekasi di kotaki
6. menambahi subab SNI pada bab 2
7. Kesimpulan kurang perbandingan hasil
dengan yang lain
8. ditambahkan dokumentasi pada tabel 4.1
9. Daftar pustaka ada 3 sitasi yang sama

1. Hasil penelitian pada abstrak tidak ada


Sabtu, 5 Sabtu, 5
2. Rumus kimia natrium tiosulfat salah
November 2022 November 2022
3. Sitasi kurang
4. Appendiks kurang tepat

ACC

20 Oktober 2022 (Revisi Jurnal Ke-1); 5 November 2022 (Jurnal Diterima)

Anda mungkin juga menyukai