Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

“SEWA GUNA LEASING”

Dosen Pengampuh :

Disusun oleh:
Kelompok 4 – Kelas A
Ainun Zahrani Rahman (210902500006)
Nur Hikma (210902501001)
Dinda Rahmawati (210902500007)
Rezky Nadia Irfan (210902501009)
Miftha Fajriani (210902502003)
Alhady Kinan Rahmanu (210902502001)
Muhammad Zulkipli Hasim (210902501012)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Membahas tentang Sewa Guna Usaha(Leasing), Indonesia
merupakan negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya terus
berkembang dari waktu ke waktu. Namun untuk mengembangkan potensi
usaha tersebut tentulah aspek pendanaan sangat penting. Untuk memenuhi
kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan
suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana
ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam
mengembangkan usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut merupakan
lembaga keuangan non bank. Yang membedakan lembaga pembiayaan
dengan bank adalah bank mengambil dana secara langsung dari
masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan non bank tidak mengambil
dana secara langsung dari masyarakat.
Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah
sewa guna usaha atau biasa disebut juga dengan leasing. Kegiatan sewa
guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia
pada Tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama
Menteri keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No.
Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30 /KPB/I/74 Tanggal
7 Pebruari 1974 tentang “Perijinan Usaha Leasing”. Sejak saat itu dan
khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan
transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke
tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dalam dunia
usaha.
B. Relevansi
Pada Bagian ini dibahas tentang “Sewa Guna Usaha”Dengan dasar
pemahaman ini akan menjadi landasan bagi mahasiswa untuk memahami :
1. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing).
2. Bagaimana Perkembangan Sewa Guna Usaha (Leasing) di Indonesia.
3. Jenis-jenis Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing).
4. Pihak-pihak yang terlibat dalam Sewa Guna Usaha (Leasing).
5. Bagaimana Mekanisme Dan Teknik Pembiayaan (Leasing)
6. Bagaimanakah Perjanjian Sewa Guna Usaha (Leasing)
C. Indikator
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian Sewa Guna Usaha
(Leasing).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Perkembangan Sewa Guna
Usaha (Leasing) di Indonesia.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Jenis-jenis Perusahaan Sewa
Guna Usaha (Leasing).
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pihak-pihak yang terlibat
dalam Sewa Guna Usaha (Leasing).
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Mekanisme dan Teknik
Pembiayaan (Leasing).
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Bagaimana Perjanjian Sewa
Guna Usaha (Leasing).
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA (Leasing)


Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama
Leasing. Kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan
yang dimaksud jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang
modalseperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli
secara kredit dapat diperoleh diperusahaan leasing.
Pihak Leasing dapat membiayai keinginan nasabah dengan perjanjian yang
telah disepakati kedua pihak.Perusahaan Leasing dapat diselenggarakan oleh
atau badan usaha yang berdiri sendiri. Keterbatasan perusahaan leasing
adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti
memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara
lessor(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak
lessormemyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan
imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan
MenteriKeuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah “Kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untukdigunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaransecara berkala”. Yang dimaksud dengan finance
lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untukmembeli objek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya,operating lease tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objeksewa guna usaha.
Kegiatan Leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di indonesia
setelahskeluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan,Menteri
Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974,
Nomor32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974
Tentang Perizinan Usaha Leasing di Indonesia.
Wewenang untuk memberikan usaha Leasing di keluarkan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan Surat keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 Tanggal
6Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan
kegiatanusaha leasing di Indonesia.
Lembaga Pembiayaan Menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk melakukan
salah satu dari kegiatan pembiayaan seperti :
1. Sewa guna usaha ( Leasing )
2. Modal ventura ( venture capital )
3. Anjak Piutang ( factoring )
4. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
5. Kartu Kredit ( credit card )

Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti di


atas,terlebih dulu harus memperoleh izin dari Menteri Keuangan.

B. PERKEMBANGAN SEWA GUNA USAHA (Leasing)


Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000
sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-
dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa
transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang
piaraan.
Kegiatan Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada
tahun 1974 dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No.
Kep.122/MK/2/1974, No.32/M/SK/1974 dan No. 30/Kpb/1/1974 Tanggal 7
februari 1974 tentang “Perijinan usaha Leasing”. Sejak saat itu (khususnya
tahun 1980) jumlah perusahaan leasing dari tahun ke tahun untuk membiayai
penyediaan barang-barang modal dunia usaha. Untuk mendukung
perkembangan usaha ini,Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK
No. 650/MK/IV/5/1974Tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan
pajak penjualan dan besarnya bea meterai terhadap usaha leasing.
Selanjutnya, tanggal 20 Desember 1988dengan kebijakan deregulasi,
perusahaan pembiayaan di antaranya usaha leasing diatur dalam paket
tersebut. Dengan berlakunya paket kebijakan tersebut ketentuan leasing
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Dalam paket tersebut juga
diperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa
guna sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan
para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional
yang lazim dilakukan melalui perbankan. Ketentuan minimum modal disetor
untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan
usaha leasing diatur dalam pakdes 20, 1988 dengan keputusan Menteri
Keuangan no.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan
jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai
berikut :
a. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar
b. Perusahaan patungan indonesia-asing sebesar Rp. 10 milyar
c. Koperasi sebesar Rp. 3 milyar

C. JENIS-JENIS PERUSAHAAN GUNA USAHA (Leasing)


Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi
kedalam beberapa kelompok yaitu :
1. Independent Leasing
Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus
sebagai supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier lain
untuk dileasekan
2. Captive Lessor
Produsen dan supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang mereka
leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri. Tujuan utamanya
adalah untuk dapat meningkatkan penjualan, sehingga mengurangi
penumpukan barangdi gudang/toko.
3. Lease Broken
Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee
untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk
dileasekan.Jadi,dalam hal ini lease broken hanya sebagai perantara antara
pihak lessordengan pihak lessee.
4. Sales type lease
Sales type lease merupakan salah satu dari jenis-jenis leasing yang
umumnya dikelola oleh sebuah perusahaan industri. Tipe ini melakukan
penjualan lease barang dari hasil produksinya.
Pada dasarnya, terdapat dua macam profit sales type lease, yakni :
 Pendapatan bunga selama jangka waktu lease
 Pendapatan dari penjualan barang.
5. Leverage lease
Leverage leasing adalah tipe yang melibatkan pihak ketiga atau credit
provider. Sehingga, pihak lessor tidak menyediakan pembiayaan sebesar
100%, melainkan hanya sekitar 20 sampai 40% saja. Ini dikarenakan sisa
tanggungan akan dibiayai oleh pihak ketiga tersebut.
6. Cross border lease
Cross border lease ialah tipe perusahaan leasing yang dilakukan antar
negara. Ya, hal ini berarti pihak lessor maupun lessee tidak berada dalam
satu negara, namun di dua wilayah berbeda. Umumnya, jenis leasing ini
hanya dilakukan pada barang dengan nominal tinggi, misalnya pesawat
terbang.
Ada begitu banyak contoh perusahaan leasing di Indonesia yang memiliki
beragam tawaran layanan dan sudah cukup populer. Adapun beberapa contoh
leasing adalah sebagai berikut.

1. PT BCA Finance
2. PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk.
3. PT Federal International Finance (FIF)
4. PT Oto Multi Artha
5. PT Astra Credit Companies (ACC)
6. PT Summit Oto Finance
7. PT Bussan Auto Finance (BAF)
8. PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM

D. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM SEWA GUNA USAHA


(Leasing)
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah:
1. Lessor
adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan
menyediakan berbagai macam barang modal. Perusahaan pembiayaan
atau perusahaan sewa-guna-usaha (Lessor) dapat melakukan kegiatan
sewa-guna-usaha setelah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan.
Perusahaan leasing tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh
bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang. Lessor
hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada
lessee yang telah memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau
pekerjaan bebas
2. Lessee
adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor
untuk memperoleh barang modal yang diinginkan. lessee dilarang
menyewa-guna-usahakan kembali barang modal yang disewa-guna-usaha
kepada pihak lain.
3. Supplier
adalah pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai
perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga
dapat bertindak sebagai lessor.
4. Asuransi
adalah perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap perjanjian
antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi
dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung risiko
sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang dileasingkan.

E. MEKANISME DAN TEKNIK PEMBIAYAAN SEWA GUNA USAHA


(Leasing)
1. Mekanisme Sewa Guna Usaha (Leasing)
Adapun mekanisme sewa guna usaha (Leasing) yaitu ;
a. Lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis
barang, spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan
purna jual atas barang yang akan disewa.
b. Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan
pembiayaan barang modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease
quotation ang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat
syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain: keterangan
barang, harga barang, cash security deposit, residual value, asuransi,
biaya administrasi, jaminan uang sewa ( leaserental ), dan
persyaratan-persyaratan lainnya.
c. Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter
kepadalessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk
membiayaai barang modal yang dibutuhkan, lessee menandatangani
dan mengembalikannya kepaada lessor.
d. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan
dipenuhilessee, dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-
pihak yang terlibat,hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi
lessee, penutupan asuransi,tanggung jawab dan objek leasing,
perpajakan jadwal pembayaran angsuransewa dan sebagainya.
e. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman
barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang
telahdisetujui.
f. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan
serta menandatangani surat tanda terim dan perintah bayar
selanjutnyadiserahkan kepada pemasok.
g. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk fakturdan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
h. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok
i. Pembayaran sewa ( lease payment ) secara berkala oleh lesseekepada
lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai beserta bunganya.
2. Tehnik Sewa Guna Usaha (Leasing)
Teknik pembiayaan leasing dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu
finance lease dan operating lease.
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (Financial Lease)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna (lessor) adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan
sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan
pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Serta dimana lessee
(nasabah) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati.
Dalam praktinya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk
transaksiantara lain sebagai berikut :
 Direct finance lease yaitu dalam transaksi direct finance lease,
pihak lessor membeli barang modal atas permintaan dari lessee dan
langsung disewaguna usahakan kepada lessee.Lessee dapat terlibat
dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.
 Sale and lease back yaitu pihak lessee menjual barang modalnya
kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha
atas barang tersebut dengan jangka waktuyang disepakati bersama.
Metode transaksi ini membantu lessee yang mengalami kesulitan
modal kerja.
 Leveraged lease yaitu dalam proses sewa guna ini, pihak yang
terlibat adalah lessor, lessee dankreditor jangka panjang dalam
membiayai objek leasing. Pihak kreditor inilah yang biasanya
justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan. Kreditor
jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang
akan menyediakan pembiayaan sebesar 60% - 80% yang
disebutkan leverage debt without recourse kepada pihak leassor.
Apabila pihak lessee mengalami default dan tidak mampu
mengangsur, lessor tidak ikut bertanggungjawab kepada bank.
 Syndicated lease yaitu metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa
guna usaha dilakukan oleh lebih dari satu lessor. Kerja sama antara
lessor ini didasarkan pada pertimbangan risiko atau objek leasing
yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
 Vendor Program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan
oleh dealer kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas
leasing. Lessor akan membayar objek leasing kepada vendor/dealer
dan selanjutnya lessee akan membayar angsuran secara periodik
langsung kepada lessor atau melalui dealer.

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha


dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

 Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-


usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus
dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessor;
 Masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya :
1. 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I,
2. 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III,
3. 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan.

Penggolongan jenis barang modal ini mengacu kepada ketentuan


dalam Undang-undang Pajak Penghasilan. Perjanjian sewa-guna-usaha
memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.Kegiatan sewa-guna-
usaha dengan hak opsi ditetapkan sebagai kegiatan lembaga keuangan
lainnya.

b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease)


Dalam teknik operating lesae, pihak pemilik objek leasing atau
lessor membeli barang modal dan disewa guna usahakan kepada
lesee. Pembayaran periodik yang dilakukan oleh lessee tidak
mencangkup biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan
barang modal tersebut dan bunganya. Lessor mengharapkan
keuntungan dari penjualan barang modal yang disewaguna usahakan.
Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari perjanjian
sewa sewa guna usaha yang lain.
Operating lease dapat juga disebut leasing biasa yaitu satu
perjanjiankontrak antara leasor dengan lessee, dengan catatan bahwa :
 Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada
pihak lesseeuntuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih
pendek dari umur ekonomis barang modal tersebut.
 Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar
sejumlah sewasecara berkala kepada leasor yang jumlahnya tidak
meliputi jumlah keseluruhan biaya pemerolehan barang tersebut
beserta bunganya. Hal ini disebut nonfull pay out lease.
 Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas
barang- barang tersebut.
 Lessee pada ahir kontrak harus mengembalikan objek leasing
pada lessor.
 Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-
waktu.

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha


tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

 Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-


usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang
modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor;
 Perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee.

F. PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA (Leasing)


Setiap transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa-
guna-usaha (lease agreement).Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus
memuat hal-hal sebagai berikut :
 Jenis transaksi sewa-guna-usaha,
 Nama dan alamat masing-masing pihak;
 Nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal;
 Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa-guna-usaha,
angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa-guna-usaha, nilai
sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang modal
yang disewa-guna-usahakan;
 Masa sewa-guna-usaha;
 Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa-guna-usaha yang
dipercepat, dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi
hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun;
 Opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-usaha
dengan hak opsi;
 Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-
usaha.
 Perjanjian sewa-guna-usaha itu wajib dibuat dalam bahasa indonesia,
dan apabila dipandang perlu dapat diterjemahkan kedalam bahasa
asing.

Pelaksanaan Hak Opsi Pada saat berakhirnya masa sewa guna usaha dengan
hak opsi,

1. Lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada


permulaan masa sewa-guna-usaha. Opsi untuk membeli dilakukan dengan
melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usaha.
Dalam hal lessee menggunakan opsi membeli maka dasar penyusutannya
adalah nilai sisa barang modal.
2. Lessee dapat juga memilih untuk memperpanjang jangka waktu
perjanjian sewa-guna-usaha. Jika Lessee memilih untuk memperpanjang
jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal
yang disewa-guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan
piutang sewa-guna-usaha
BAB III

PENUTUP

Rangkuman

Sewa guna usaha sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No.


1169/KMK.01/1991 adalah “Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi(finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untukdigunakan oleh
lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaransecara berkala”.
Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana
lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untukmembeli objek sewa
guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya,operating lease
tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objeksewa guna usaha.

Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000
sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen
yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing
meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang piaraan.

Kegiatan Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada


tahun 1974 dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan,
Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep.122/MK/2/1974,
No.32/M/SK/1974 dan No. 30/Kpb/1/1974 Tanggal 7 februari 1974 tentang
“Perijinan usaha Leasing”. Sejak saat itu (khususnya tahun 1980) jumlah
perusahaan leasing dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-
barang modal dunia usaha
Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi kedalam
beberapa kelompok yaitu :

1. Independent Leasing
2. Captive Lessor
3. Lease Broken
4. Sales type lease
5. Leverage lease
6. Cross border lease

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah:

 Lessor
 Lessee
 Supplier
 Asuransi

Mekanisme Sewa Guna Usaha (Leasing)

1. Lesse menghubungi pemasok


2. Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan
pembiayaan barang modal.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada lessee
yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayaai
barang modal yang dibutuhkan,
4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee,
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman
barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang
telahdisetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan
serta menandatangani surat tanda terim dan perintah bayar
selanjutnyadiserahkan kepada pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk fakturdan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok
9. Pembayaran sewa ( lease payment ) secara berkala oleh lessee kepada
lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai beserta bunganya.

Teknik pembiayaan leasing dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu finance lease
dan operating lease.

1. Sewa guna usaha dengan hak opsi (Financial Lease)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha


dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

 Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-


usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus
dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessor;
 Masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya :
4. 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I,
5. 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III,
6. 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan.
2. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease)
Dalam teknik operating lesae, pihak pemilik objek leasing atau
lessor membeli barang modal dan disewa guna usahakan kepada
lesee. Pembayaran periodik yang dilakukan oleh lessee tidak
mencangkup biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan
barang modal tersebut dan bunganya.

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha


tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :
 Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-
guna-usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah
keuntungan yang diperhitung.
 Perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee.
Setiap transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa-guna-
usaha (lease agreement).Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus memuat
hal-hal sebagai berikut :
 Jenis transaksi sewa-guna-usaha,
 Nama dan alamat masing-masing pihak;
 Nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal;
 Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa-guna-usaha,
angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa-guna-usaha, nilai
sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang modal
yang disewa-guna-usahakan;
 Masa sewa-guna-usaha;
 Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa-guna-usaha yang
dipercepat, dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi
hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun;
 Opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-usaha
dengan hak opsi;
 Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-
usaha.
 Perjanjian sewa-guna-usaha itu wajib dibuat dalam bahasa indonesia,
dan apabila dipandang perlu dapat diterjemahkan kedalam bahasa
asing.
SOAL LATIHAN

1. Apakah yang membuat perusahaan lebih memilih menggunakan Leasing


daripada membeli langsung?
2. Mengapa perjanjian Leasing saat ini lebih banyak dipilih oleh masyarakat
untuk mendapatkan barang barang modal ketimbang perjanjian yang lain?
3. Mengapa dalam finansial leasing perjanjian nya tidak dapat dihentikan
oleh sebelah pihak atau para pihak ?
4. Bagaimanakah cara penyelesaian yang diberikan lessor yang menderita
kerugian kepada pembeli yang curang ?
5. Apa yang menyebabkan dalam pelaksanaan suatu perjanjian sewa guna
usaha dengan hak opsi kadang terputus sehingga masa sewa guna usaha
menjadi lebih pendek?
6. Sanksi apa saja kah yang diberikan oleh pihak Lessor jika ada pihak pihak
Lesse yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian ?
REFERENSI

Achmad Anwari, 1987, Leasing Di Indonesia, Jakarta Timur: Ghalia Indonesia,


hal. 14.

Anonim A. 2022. Pengertian Leasing: Jenis, Manfaat & Contoh Perusahaannya.


Diakses pada tanggal 25 November 2022. https://prospeku.com/artikel/leasing-
adalah---3925

Ara, Thiara. ___. Leasing. Diakses pada tanggal 25 November 2022.


https://www.academia.edu/7237483/MAKALAH_LEASING

Chairil Anwar Pohan. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan


Pajak dan Bisnis. Penerbit : Gramedia.

Eddy P. Soekadi, 1987, Mekanisme Leasing, Jakarta Timur: Ghalia Indonesia,


hal. 26.

Gunadi, M.Sc.,Ak.,Ph.D. (2014). Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. 02.


Bee Media Indonesia. Jakarta. ISBN: 9789793122120.

Anda mungkin juga menyukai