Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nurhikmah

Nim : 200609500013

Prodi : Sosiologi/A

TENTANG KEARAH KESETARAAN GENDER

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi laki-laki dan perempuan untuk


memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politk, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
nasional dan kesamaan dalam hal menikmati hasil pembagunan.

Persepsi masyarakat tentang perempuan dan peran serta kedudukannya masih menjadi
kontroversi. Bahkan di era globalisasi perempuan masih sering "dicurigai" dan dijadikan
"komoditas. Ketidakadilan gender merupakan system dan struktur dimana baik laki-laki
maupun perempuan menjadi korban dari system tersebut. Ketidakadilan gender
termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni marginalisasi atau pemiskinan
ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan
stereotype atau melalui pelabelan negatif, kekerasan atau violence, beban kerja lebih banyak
dan lebih panjang, serta sosialisasi ideology nilai peran gender. Manifestasi ketidakadilan
gender ini tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan dengan berhubungan saling
mempengaruhi secara dialektis Dalam pembagian kerja, sebagian besar tokoh agama melihat
bahwa perempuan tidak dibedakan dalam wilayah pembagian kerjanya dengan laki-laki.

Hanya perbedaan terjadi dalam peranan mereka dalam rumah tangga, dimana secara
kodrati, wanita haruslah menjadi seorang ibu dan laki-Iaki adalah kepala rumah tangga. Hal ini
berbeda dalam peran wanita politik, sampai saat ini masih menjadi polemik di kalangan tokoh
agama, terutama menyangkut legalitas perempuan untuk menjadi kepala Negara / pemimpin.
Umumnya mereka menggunakan kaidah agama untuk menghambat kemajuan keterlibatan
perempuan dalam berbagai aktivitas. Persoalan-persoalan yang terkait dengan pembagian
kerja, keadilan gender, diskriminasi perempuan dan pemberdayaan perempuan sering dianggap
sebagai ancaman bagi aliran-aliran dalam agama. Diskriminasi terhadap wanita terjadi di setiap
aspek kehidupan, seperti lingkungan kerja, kegiatan perekonomian, politik, budaya bahkan
dalam kehidupan rumah tangga.
Dalam kehidupan beragama terlihat pula bahwa di satu sisi dalam sebagian besar
agama berkembang gerakan liberal, ada tarikan yang sama kuatnya ke arah fundamentalisme.
Fundamentalisme cenderung menekankan perbedaan perempuan dan laki-laki, baik di gereja-
gereja AS ataupun masjid-masjid Iran, mengklaim sanksi ketuhanan bagi peran gender yang
terpolarisasi. Tapi sebagain besar tokoh agama tidak setuju adanya diskriminasi terhadap
wanita. Pada dasarnya mereka beranggapan bahwa diskriminasi terhadap wanita tidak perlu
ada. Perempuan tetap mempunyai kesempatan untuk memimpin dalam berbagai bidang, tetapi
hal ini berbeda dengan keberadaan mereka dalam keluarga. Pada dasarnya perempuan tetap
mempunyai kewajiban untuk tunduk dan patuh kepada laki-laki (suami). Perempuan bisa
memimpin jika laki-laki tidak ada di rumah.

Deskriminasi akan hal gender di berbagai wilayah memiliki sifat dan tingkat yang
beragam. Gender sendiri jika diartikan adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan
perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tidak hanya itu, peran gender
terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Ada
perbedaan mencolok yang sudah lama dikaitkan dengan seperangkat tuntuan sosial tentang
kepantasan dalam berperilaku, dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan kuasa. Terdapat
pengelompokan sosial yang menentukan jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam
kehidupan bermasyarakat maupun kegiatan ekonomi. Misalkan saja, dalam sebuah keluarga,
pihak ibu memainkan peran dalam mengasuh anak, sedangkan pihak ayah memainkan peran
untuk bekerja. Kondisi seperti ini terkadang bisa berubah secara drastis apabila terjadi
perubahan kebijakan dan masalah ekonomi

Konsep ketidaksetaraan gender itu adalah kurangnya nilai-nilai dan norma yang
berlaku dimasyarakat. Namun, Paradigma kesetaraan gender adalah selama norma dan nilai
yang berlaku dimasyarakat tidak mengurangi harkat dan martabat seorang perempuan. Dengan
adanya kesetaraan gender ini bertujuan agar perempuan dan laki-laki memperoleh akses yang
sama untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, seperti proses pengambilan keputusan,
memiliki kontrol yang sama dalam pembangunan, dan memperoleh manfaat yang sama dari
pembangunan. Dengan adanya kesetaraan gender ini dapat menjadi strategi pembangunan
dalam rangka memberdayakan masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan untuk keluar dari
rantai kemiskinan ataupun untuk meningktakan taraf hidup mereka

Anda mungkin juga menyukai