Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIK

PERCOBAAN V
SIFAT ALIR CIRAN (RHEOLOGI)

Nama : Andri Priagung


NPM : 1620003031
Kelas /Kelompok :A / B
Dosen PengampU : Metha Anung A., M.Sc., Ap

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2021
PERCOBAAN 1

PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

1. Tujuan
Untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis cairan dan padatan

2. Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bbot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
unuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa
persatuan volume, yaitu bobot zat persatuan volume. Misalnya, satu mililiter
raksa berbobot 13,6 g dengan demikian kerapatannya adalah 113,6 g/ml. Jika
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis
merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot
suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan
memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25
artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yag setara, dan bobot jenis alkohol
0,81 artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara (Ansel,
2006).Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.
Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.Bobot
jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka dibelakang koma sebayak
akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka dibelakang
koma sudah mencukupi.
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan bobot
molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)
(Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat
lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin,
1993).

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai


perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4ºC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis : 25ºC/25ºC, 25ºC/4ºC, dan 4ºC/4ºC. Angka yang
pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat ditimbang, angka dibawah
garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi
menggunakan patokan 25ºC/25ºC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe


piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan
perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupkan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1985).

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis


yaitu(Lachman, 1994) :

1. Bobot jenis sejati


Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang
terbuka dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori / lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan
tertutup.

Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan
konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi
(Lachman, 1994).

3. Alat dan Bahan

1. Alat :
 Piknometer

2. Bahan :

 Air
 Etanol
 virgin coconut oil
 Serbuk zn okside dan ekstrak
4. Cara Kerja
Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan

Ditimbang piknometer beserta tutupnya yang bersih dan kering dengan


seksama (p gram)

Diisi piknometer dengan air hingga penuh, lalu direndam air es hingga

suhunya berkurang 2

Ditutup piknometer, pipa kapiler dibiaarkan terbuka,suhu dinaikan

hingga kembali kesuhu percobaan. Mestinya sebagian air tumpah terjadi


Dibersihkan air yang menempel. Timbang piknometer beserta isinya

(p+a gram)

Dilihat tabel (merk index) densitas air pada suhu percobaan

Dihitung massa air dalam piknometer (p+a-p=a gram) volume

piknometer pada suhu percobaan adalah massa air x densitas pada suhu

percobaan (da)

Penentuan kerapatan zat cair

Ditimbang piknometer beserta tutupnya yang bersih dan kering dengan


seksama (p gram)

Diisi piknometer dengan air hingga penuh, lalu direndam air es hingga suhunya
berkurang 2ºC dari suhu percoba
Ditutup piknometer, pipa kapiler dibiaarkan terbuka,suhu dinaikan
hingga kembali kesuhu percobaan. Mestinya sebagian air tumpah
terjadi pemuaian, lalu pipa kapiler ditutup

Dibersihkan air yang menempel. Timbang piknometer beserta isinya


(p+a gram)

Dilihat tabel (merk index) densitas air pada suhu percobaan

Dihitung kerapatan cairan dari massa cairan piknometer dibagi volume


piknometer
Penentuan zat padat yang kerapatannya lebih besar daripada air

Ditimbang pikno kosong, tambahkan serbuk dalam pikno dan timbang kembali

Diisi air piknometer hingga penuh,lalu direndam didalam es sampai


suhu -2ºC suhu kamar

Ditutup piknometer,pipa kapiler dibiarkan terbuka,suhu dinaikan hingga


kembali kesuhu percobaan, mestinya sebagian air tumpah terjadi
pemuaian, lalu pipa kapiler ditutup

Dibersihkan air yang menempel. Timbang piknometer beserta isi nya


(p+a+s gram)

Dihitung bobot air yang tertinggal dalam piknometer


(p+a+s-(p+s)=ar

Dihitung bobot air yang tertumpahkan (a-ar=a’)

Dihitung bobot air yang tertinggal dalam piknometer


(p+a+s-(p+s)=ar
Penentuan zat padat yang kerapatan lebih kecil dari pada air

Ditimbang zat padat tersebut dengan seksama

Siapkan kelereng besi yang telah di ukur densitas dan massanya.kaitkan padatan
tadi dalam kelereng ini

Masukkan piknometer isi dengan air hingga penuh, maka sekarang padatan
tersebut akan tenggelam bersama kelereng

Piknometer lalu diisi penuh dengan air,lalu rendam didalam es sampai suhu -2 C
suhu kamar

Piknometer ditutup,pipa kapiler dibiarkan terbuka,suhu dinaikkan hingga


kembali ke suhu percobaan. Mestinya sebagian air tumpah terjadi pemuaian.
Lalu pipa kapiler ditutup

Bersihkan air yang menempel. Timbang piknometer beserta isinya (p+a+s+k


gram)
9. Daftar Pustaka

Ansel, H.C., & prince, S.J.,2006, Kalkulasi farmasetik, penerbit buku


kedokteran. EGC, Jakarta

Depkes RI. 1995 . Farmakope Indonesi edisi IV. Departemen Kesehatan


republik Indonesia : Jakarta.

Ditjen POM,1979, “Farmakope Indonesia”, edisi Iii, Depkes RI, Jakarta,65,96.

Lachman, L., dkk., 1994, Teori dan praktek Farmasi Industri II, Edisi III,
diterjemahkan oleh siti suyatmi, UI Press, Jakarta.

Martin , A. 1990. Farmasi Fisika Indonesia Universitas Press : Jakarta.

Petrucci R,H, 1999,Kimia Dasar dan Teori Modern, Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai