JUDUL :
1. Development And Implementation of 3D Printing Technology from Ms. Delila
Permatasari
2. Renewable Energy to Supply Rural Community Needs from Prof. Caesar Rico
S. Acanto
Umumnya pencetakan 3D menggunakan teknik ekstrusi material yang disebut dengan Fused
Deposition Modeling (FDM). Meskipun demikian, banyak juga teknik-teknik yang
diimplementasikan oleh pelbagai merek Printer 3D, seperti:
Vat Photopolymerization
Material Jetting
Binder Jetting
Powder bed fusion
Directed Energy Deposition
Sheet lamination
Beberapa merek Printer 3D yang kita kenal antara lain: Makerbot, Prusa, Anet, Creality Ender dll.
Menariknya, beberapa diantara perusahaan tersebut melepas paten dan teknologinya secara
opensource dan openhardware, sehingga bisa dinikmati oleh khalayak umum, dengan membuat
perangkat printer 3D sendiri.
1. Modelling Objek 3D
Model 3D ini dapat diciptakan menggunakan software khusus desain 3D. Software
tersebut juga harus didukung oleh printer yang akan digunakan. Software meliputi
Tinkercad, Solidwork, Catia, Delcam dan lainnya. Untuk mendapatkan file CAD ini,
pengguna juga bisa menggunakan scanner 3D.
2. Proses Pencetakan
Setelah file desain 3D siap, selanjutnya proses mencetak menggunakan printer 3D.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pencetakan dapat bergantung pada
dimensi model. Tahapan yang dilakukan diantaranya mesin printer membaca desain
3D, kemudian menyusun lapisan berturut-turut sehingga menjadi model virtual yang
otomatis digabungkan agar membentuk sebuah objek lengkap yang utuh.
3. Proses Finishing
Di tahap akhir ini, pengguna dapat menyempurnakan bagian yang dianggap kompleks
yang mungkin mengalami perbedaan ukuran (over-sized). Teknik yang bertujuan
untuk menyempurnakan ini juga bisa dilakukan dengan bahan yang berbeda (multiple
material), dan warna berbeda (multiple color).
Teknologi cetak 3D ini pertama kali ditemukan oleh Chuck Hull dari System corp. Sejak
itulah printer 3D berkembang dan digunakan secara luas dalam bidang arsitektur, otomotif,
militer, medis fashion bahkan biotech. Berikut adalah 6 teknik dalam membuat 3D printing
:
2. Stereolithography (SLA)
Digital Light Processing adalah proses 3D printing lain yang sangat mirip
dengan stereolithography (SLA). Bahan yang digunakan untuk pencetakan
adalah resin plastik cair yang ditempatkan dalam wadah resin transparan.
Resin akan mengeras dengan cepat ketika terkena cahaya dengan jumlah yang
besar. Lapisan material yang dikeraskan dapat dibuat dengan printer tersebut
dalam beberapa detik. Hasil pencetakan akan jauh lebih kuat dan memiliki detail
yang sangat baik.Keuntungan DLP dibandingkan SLA adalah jauh lebih sedikit
bahan yang digunakan untuk produksi, sehingga biayanya lebih murah.
Electronic Beam Melting (EBM) adalah jenis lain dari manufaktur aditif untuk
bagian-bagian logam. Bahan yang digunakan dalam EBM adalah serbuk logam
yang meleleh dan membentuk lapisan-lapisan setiap bagian produk 3D.
Berbeda dengan SLS, EBM digunakan untuk mencairkan serbuk logam
sepenuhnya. Proses ini biasanya dilakukan di bawah suhu tinggi hingga 1000
°C. Proses EBM agak lambat dan mahal, selain itu keterbatasan bahan juga
menjadi kekurangan metode ini, sehingga EBM tidak begitu populer meskipun
masih digunakan dalam beberapa proses manufaktur.
Selective laser melting (SLM) adalah teknik yang juga menggunakan data CAD
3D sebagai sumber data untuk membentuk objek 3D dengan menggunakan sinar
laser daya tinggi yang melebur logam. Jenis loga, yang dapat digunakan pada
teknik SLM adalah stainless steel, titanium, krom kobalt dan aluminium.
Metode 3D printing ini secara luas diterapkan untuk membuat produk geometri
dan struktur kompleks dengan permukaan dan saluran.
2. P LA ( P ol y l ac t ic aci d )
Bahan polylactic acid atau PLA termasuk yang mulai naik daun dan digunakan oleh
banyak pelaku dan penggiat 3D print. Alasan penggunaan PLA adalah bahan bakunya
yang alami sehingga akan terurai kalau dibuang ke tanah. Secara harga produk ini
cenderung murah dan membutuhkan daya rendah untuk pencairan.
Karena tidak membutuhkan suhu tinggi, bantalan untuk mesin tidak diperlukan lagi.
Kemungkinan membakar benda di sekitarnya juga rendah. Kekurangan dari bahan
PLA hanyalah mudah meleleh, apalagi di suhu yang sangat tinggi. Hindari terkena
sinar matahari agar bentuk model tidak berantakan.
3. H IP S ( H i gh Im pac t P ol y st y re ne )
HIPS juga cukup bisa diandalkan karena memiliki beberapa kelebihan seperti kekuatan
bahan yang sangat tinggi. Selain itu bahan HIPS ini juga fleksibel meski sangat kuat
dibandingkan jenis lainnya. Jenis filamen 3D printing ini juga merupakan alternatif
dari ABS yang memiliki kekurangan pada asap berbahaya yang dikeluarkan.
Suhu yang digunakan untuk melakukan pencetakan atau printing cukup tinggi dan
butuh bantalan di bawahnya. Serat yang digunakan sebagai filamen juga rawan patah
dan juga ruwet kalau tidak ditata dengan baik. Terakhir, kalau mendapatkan suhu
tinggi, model 3D yang dihasilkan akan mudah lembek.
4. Ny l on
Bahan nylon juga sangat diandalkan untuk membuat model 3D. Alasan penggunaan
bahan nylon tidak lain dan tidak bukan adalah masalah kekuatan. Selama ini nylon
banyak digunakan untuk tekstil karena kekuatannya yang sempurna. Kalau
diaplikasikan pada model 3D, kemungkinan cepat leleh akan rendah.
Selain itu stabilitas pada suhu panas juga cukup stabil dan mudah diwarnai sesuai
dengan kebutuhan. Barangkali kekurangan dari bahan nylon adalah butuh suhu tinggi
untuk melelehkannya sebelum diaplikasikan menjadi bentuk tertentu. Selain itu nylon
juga mudah bengkok dan rawan ruwet sehingga proses cetak jadi terhambat.
5. P VA ( P ol y v i nyl Al c ohol )
Jenis filamen 3D printing yang terbuat dari bahan PVA merupakan bahan organik dan
bisa diuraikan dengan mudah. Kalau ada sisa atau residu bisa dibuang ke tanah tanpa
memicu pencemaran seperti plastik. Meski bahannya organik, model 3D yang
dihasilkan tahan dengan berbagai pelarut dan juga minyak.
Bahan PVA juga mudah sekali larut dalam air sehingga tidak merugikan atau meracuni
penggunanya. Kalau Anda ingin menggunakan bahan PVA ada baiknya menjauhkan
bahan ini dari panah yang berlebihan dan kelembaban tinggi. Selain itu pertimbangkan
masalah biaya meningkat produk ini cukup mahal.
Number Of Nozzle :1
Filament : ABS
Display : LCD
Energi terbarukan (renewable energy) adalah energi yang berasal dari sumber-sumber alamiah
seperti sinar matahari, angin, hujan, geothermal dan biomassa.
Beberapa sumber energi terbarukan (Renewable Energy Resources (RES)) yang potensial dan
ketersediaanya berlimpah di Indonesia antara lain: angin, geothermal, hydropower, surya,
biomassa (biogas, biofuel padat dan biofuel cair).
1. Angin
Angin tergolong RES yang paling berlimpah di dunia. Besar energi yang dihasilkan dari sebuah
turbin angin tergantung pada diameter turbin dan kecepatan angin. Oleh karena itu turbin angin
dipasang diatas menara yang dapat mencapai ketinggian 50 m dan ditempatkan di sepanjang pantai
atau puncak bukit.
2. Geothermal
Geothermal atau panas bumi merupakan energi yang diperoleh dari panas bumi. Panas yang
berasal dari perut bumi menembus dan menyebar di seluruh muka bumi namun hanya beberapa
lokasi saja dimana terdapat panas yang cukup terkonsentrasi dan ekonomis untuk dieksploitasi.
3. Hydropower
Hydropower adalah energi yang berasal dari air. Sumber energi ini antara lain aliran sungai, air
terjun dan pasang surut air laut. Hydropower merupakan RES yang sangat banyak tersedia di
Indonesia. Energi surya
Energi surya adalah energi yang dihasilkan dari matahari dalam bentuk radiasi matahari. Teknologi
yang digunakan untuk memanfaatkan energi surya antara lain photovoltaic, solar thermal, solar
collectors dan solar thermal power.
Bioenergi dari biomassa adalah salah satu bentuk energi yang paling dikenal dalam penggunaan
energi terbarukan.
Fase penerapan dari Project BEP ( Barangay Electrification Program)
3. Design
4. Pengadaan
5. Proses pembuatan
6. Instalasi
7. Pemantauan proyek