Anda di halaman 1dari 20

BEST PRACTICE

PENDAMPINGAN TERHADAP SISWA


DENGAN KESULITAN BELAJAR
DI MASA PANDEMI COVID-19
DI UPTD SATUAN PENDIDIKAN SDN JELBUK 01

Oleh :

PONISI, S.Pd.
NIP. 19630722 198303 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS PENDIDIKAN
UPTD SATUAN PENDIDIKAN
SDN JELBUK 01
KABUPATEN JEMBER
ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : PONISH, S. Pd

NIP : 19630722 198303 2 005

Satuan Pendidikan : UPTD SDN Jelbuk 01, Kec. Jelbuk, Kab. Jember

dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa BEST PRACTICE ini secara keseluruhan

adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya.

Jember, 01 Mei 2021


Saya yang menyatakan,

PONISIH, S. Pd

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN ..................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 3
A. Karakteristik Kondisi Kesulitan Belajar ............................................... 3
B. Pendekatan untuk Siswa dengan Kesulitan Belajar ............................. 3
C. Pembelajaran di Masa Pandemi ............................................................. 4
BAB III METODE ............................................................................................... 5
A. Metode Penyajian ..................................................................................... 5
B. Metode Analisa ......................................................................................... 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 5
A. Hasil ........................................................................................................... 5
B. Pembahasan .............................................................................................. 9
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................. 13
A. Simpulan ................................................................................................. 13
B. Rekomendasi ............................................................................................ 13
REFERENSI ....................................................................................................... 14
LAMPIRAN FOTO ........................................................................................... 15

iv
PENDAMPINGAN TERHADAP SISWA DENGAN KESULITAN BELAJAR
DI MASA PANDEMI COVID 19

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Virus SARS CoV2, virus yang menyebabkan Corona Virus Disease 2019 (Covid
19), telah banyak merubah pola hidup manusia. Serangan penyakit yang awalnya
bermula di Wuhan China pada November 2019, dan dianggap sebagai gangguan
pernafasan biasa, ternyata dengan cepat bertansformasi sebagai Pandemi (penyakit
dengan skala penyebaran global),dan menyerang Indonesia. Penemuan obat dan
vaksin yang berlangsung lambat dibandingkan dengan kecepatan penyebaran,
membuat satu-satunya cara untuk pencegahan hanyalah dengan physical distancing
(menjaga jarak antar individu). Physical distancing diterjemahkan dengan cara
mengosongkan sebisa mungkin tempat-tempat publik dari keramaian,termasuk kantor
dan sekolah, dan memaksa semua kegiatan dilakukan dari rumah melalui kebijakan
work from home untuk para pekerja, serta Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk di
sekolah.
Pembelajaran jarak jauh di Indonesia dilaksanakan secara nasional pada 16 Maret
2020, hal itu dilakukan seiring dengan ditemukannya kasus positif pertama pada awal
bulan Maret. Kemendikbud melakukan beberapa penyesuaian terkait kebijakan
pembelajaran jarak jauh tersebut. Kemendikbud mendorong guru untuk tidak fokus
mengejar target kurikulum selama masa pandemi, melainkan juga membekali siswa
dengan kemampuan hidup yang sarat dengan nilai-nilai penguatan karakter. Hal itu
bertujuan agar PJJ tidak menjadi beban baru bagi guru dan terutama orang tua.
Penyesuaian tersebut tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid 19).
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)/ pembelajaran secara online yang dilakukan oleh
Kemendikbud dilakukan guna menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran dan
terpenuhinya hak siswa untuk mendapatkan akses pendidikan. Namun pelaksanaan
PJJ pada praktiknya, masih meninggalkan beberapa persoalan, beberapa di antaranya
adalah ketersedian gawai oleh para siswa; ketersediaan jaringan, kemampuan guru
dalam menyampaikan pembelajaran secara online, dan ketidakmampuan siswa yang
mengalami kesulitan belajar dalam melakukan PJJ. Pemerintah sudah berupaya keras
dalam menangani beberapa persoalan di atas. Penyediaan kuota pulsa belajar,
pelatihan untuk guru dalam pembelajaran online, bantuan subsidi gaji (bagi wali
murid) dan lain sebagainya dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,
namun ketidakmampuan siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam melakukan
PJJ bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipecahkan, karena hal itu menyentuh
persoalan yang lebih mendasar, yaitu kemampuan kognitif siswa.
Dalam konteks seperti itu, diperlukan kearifan dan kebijaksanaan sekolah dalam
mengatasi kesulitan pelaksanaan PJJ yang disebabkan oleh ketidakmampuan siswa
yang mengalami kesulitan belajar dalam melakukan PJJ.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengenali siswa dengan kesulitan belajar?
2. Bagaimana penanganan proses pembelajaran siswa dengan kesulitan belajar
di masa pandemi Covid 19?

C. MANFAAT
1. Mengenali siswa dengan kesulitan belajar
2. Mengetahui proses pembelajaran yang sesuai terhadap siswa dengan
kesulitan belajar di masa pandemi Covid 19

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KARAKTERISTIK KONDISI KESULITAN BELAJAR


Karakteristik kesulitan belajar sebagaimana disebutkan oleh Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen pendidikan Nasional terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Gangguan Internal
Pengertian gangguan internal adalah faktor-faktor yang menyebabkan seorang
anak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dan hal itu bersumber dari anak
itu sendiri. Dengan kata lain, kesulitan belajar yang terjadi, berasal dari siswa itu
tersebut, dan bukan oleh sebab lain. Salah satu contoh gangguan internal adalah
gangguan dalam pemusatan perhatian (focus). Adakalanya seorang anak memiliki
gangguan dalam pemusatan perhatian/ konsentrasi, sehingga kemampuan
perseptualnya terganggu. Kemampuan perseptual yang terganggu tersebut meliputi
persepsi visual (proses pemahaman terhadap obyek yang dipandang), persepsi
audiotoris (proses pemahaman terhadap objek yang didengar, maupun persepsi
taktis-kinestetik (proses pemahaman terhadap objek yang diraba dan digerakkan).
Anak/ siswa dengan gangguan dalam pemusatan perhatian adakalanya memiliki
potensi dan kemampuan yang di atas rata-rata, tetapi hasil belajat yang diraih
seringkali tidak selalu berbanding lurus dengan potensi yang ada karena konsentrasi/
fokus yang terganggu.
Contoh lain terkait dengan gangguan internal adalah slow learner (pembelajar
lamban). Slow learner adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan,
sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Anak dengan kasus slow learner
memiliki kecerdasan sedikit di bawah rata-rata berkisar antara 80-90. Kelambanan
belajar terjadi merata dalam semua mata pelajaran yang mereka hadapi.
2. Gangguan Eksternal
Pengertian gangguan eksternal adalah kesulitan belajar yang berasal dari luar diri
anak/ siswa. Hal itu boleh jadi bersumber dari kondisi keluarga yang tidak kondusif,
fasilitas belajar di rumah/ sekolah yang kurang memadai, tradisi/ budaya masyarakat
yang kurang mendukung terhadap semangat belajar dan lain sebagainya. Gangguan
eksternal sangat besar pengaruhnya dalam menyulitkan seorang anak dalam belajar.
Berbeda halnya dengan gangguan internal, gangguan eksternal ini biasanya bersifat
temporal dan tidak permanen.

B. PENDEKATAN UNTUK SISWA DENGAN KESULITAN BELAJAR


Siswa dengan kesulitan belajar sebenarnya adalah anak yang “normal”, dalam arti,
mereka bukan merupakan anak inklusi (ABK), namun dalam kesehariannya, mereka
menemukan hambatan/ gangguan dalam proses belajarnya. Oleh karenanya, mereka
tidak bisa dibedakan sepenuhnya dari teman-teman mereka yang lain. Diperlukan
beberapa pendekatan yang spesifik yang membuat mereka bisa mengejar
ketertinggalan-ketertinggalan mereka dari temannya yang lain. Beberapa pendekatan
yang diperlukan tetap harus mempertimbangkan faktor sosial, personal, dan lain
sebagainya. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi :
1. Pendekatan perkembangan
a. Kemampuan siswa berkembang sesuai usia
b. Kemampuan atau hambatan dipengaruhi oleh tahap perkembangan
selanjutnya

3
2. Pendekatan perilaku
a. Kemampuan atau hambatan siswa muncul dalam bentuk perilaku
b. Kemampuan atau hambatan yang muncul merupakan masalah saat ini
3. Pendekatan kognitif
a. Siswa harus memahami makna belajar
b. Belajar merupakan proses penataan pikiran
c. Pemahaman merupakan tujuan dari proses dan hasil belajar
4. Pendekatan humanistik
a. Pendekatan humanistik merupakan pandangan yang berusaha memahami
b. Manusia sebagai makhluk yang bemartabat
c. Perhatian dalam pendekatan humanistik adalah kebutuhan individu, potensi
diri, dan pengembangan harga diri

C. PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI


Kemendikbud, sebagai stake holder utama, dalam mengurusi kebijakan
pendidikan di Indonesia, bergerak cepat dalam melakukan langkah adaptasi terhadap
penyebaran virus corona. Tersebarnya virus corona pertama kali pada bulan Maret
2020, yang waktunya berdekatan dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di
berbagai tingkatan sekolah di Indonesia, segera disikapi dengan diterbitkannya SE
Mendikbud No 2 Tahun 2020. SE tersebut berisikan penghapusan pelaksanaan UN di
berbagai jenjang sekolah (kecuali SMK yang sudah terlanjur mengadakan), guna
menghindari kerumunan dan kontak fisik di lingkungan sekolah.
Pada tahapan berikutnya muncul SE Mendikbud No 3 Tahun 2020 yang berisikan
tentang Pencegahan Covid 19 pada Satuan Pendidikan. SE tersebut menjabarkan
berbagai hal terkait kebijakan penanganan Covid 19 di lingkungan sekolah. Hal itu
meliputi optimalisasi UKS, kerjasama antara sekolah-Puskesmas, pemenuhan
kelengkapan kebersihan dan sarpras kesehatan di sekolah, termasuk juga tentang
kehadiran tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan sekolah selama masa
pandemi.
SE yang paling signifikan yang dikeluarkan di masa darurat Covid 19 adalah SE
Mendikbud No 4 Tahun 2020. SE tersebut berisikan tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid 19). SE
tersebut menjabarkan berbagai hal penting meliputi PPDB, Ujian Nasional, Ujian
Sekolah, peraturan kenaikan kelas, penggunaan dana BOS, dan yang paling penting
dari semua itu adalah pelaksanaan proses belajar dari rumah (Pembelajaran Jarak
Jauh/ PJJ).
Ada empat (4) poin utama yang menjadi penjabaran dalam pelaksanaan PJJ
seperti termuat dalam SE Kemendikbud No 4 Tahun 2020. Pertama, PJJ hadir sebagai
pemberian pengalaman belajar bagi siswa selama masa pandemi, dengan tidak adanya
keharusan ketercapaian materi kurikulum. Kedua, PJJ dapat difokuskan kepada aspek
kecakapan hidup dan tidak selalu berisikan materi pembelajaran seperti halnya
bersekolah di waktu normal. Ketiga, aktivitas dan tugas pembelajaran dalam PJJ dapat
berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain, dengan mempertimbangkan aspek
minat, kemampuan, dan lain-lain. Keempat, tugas yang diberikan kepada siswa,
setelah dikerjakan harus diapresiasi oleh guru, baik dalam bentuk penilaian kualitatif
ataupun juga kuantitatif.

4
BAB III
METODE

A. METODE PENYAJIAN
Metode penyajian yang digunakan dalam best practice ini adalah deskriptif
analitis. Best practice ini menyajikan gambaran proses pembelajaran yang
berlangsung di SDN Jelbuk 01 selama masa pandemi Covid 19, dimulai sejak bulan
Maret 2020 hingga April 2021. Secara lebih spesifik, best practice ini juga ingin
menggambarkan pelaksanaan SE Medikbud No 4 Tahun 2020 dan problematika di
lapangan, di SDN Jelbuk 01. Pelaksanaan SE Mendikbud (PJJ) dihadapkan kepada
siswa dengan kesulitan belajar.

B. METODE ANALISA
Metode analisa yang digunakan dalam best practice ini, terutama dalam
memetakan anak/ siswa dengan kesulitan belajar adalah dengan triangulasi data. Guna
menetapkan seorang anak dengan kesulitan belajar, dilakukan dengan 3 cara, analisa
nilai raport, wawancara, dan observasi oleh wali kelas. Berdasarkan ketiga cara
tersebut, lalu dilakukan pengecekan melalui triangulasi guna mendapatkan hasil,
apakah anak tersebut memiliki kesulitan belajar atau tidak?.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
SDN Jelbuk 01 adalah salah satu sekolah dasar di Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember yang terletak di daerah perbatasan antara Kab. Jember dan Kab. Bondowoso.
Kondisi geografis daerah Jelbuk adalah pegunungan, dengan mata pencaharian utama
masyarakatnya sebagai petani dan buruh pabrik. Ada 12 rombel/ kelas yang ada di
SDN Jelbuk 01, hal itu menjadikan sekolah ini menjadi yang terbesar di Kecamatan
Jelbuk. Siswa terbagi ke dalam kelas A dan B. Pembagian siswa ke dalam kelas A dan
B tidak dilakukan berdasarkan acuan prestasi (kelas reguler dan unggulan), namun
dibagi secara random (acak). Oleh karenanya, kemampuan kognitif seluruh siswa
terbagi secara merata di semua kelas. Berikut ini adalah tabel jumlah keseluruhan
siswa di SDN Jelbuk 01 tahun pelajaran 2020/2021.

Jumlah Siswa SDN Jelbbuk 01


Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
IA 14 14 28
IB 13 15 28
II A 13 14 27
II B 12 15 27
III A 14 13 27
III B 12 16 28
IV A 16 14 30
IV B 18 12 30
VA 18 18 36
VB 16 20 36
VI A 18 19 37
VI B 16 20 36
JUMLAH 180 190 370
Tabel 01

Siswa di SDN Jelbuk 01, seperti halnya juga di sekolah lain, memiliki
kemampuan belajar yang beragam. Sebagian kecil siswa menerima proses
pembelajaran dengan cepat, melebihi kemampuan rata-rata teman sekelasnya,
sebagian kecil juga menerima materi dengan lambat dikarenakan faktor kesulitan
belajar, serta mayoritas menerima materi dengan kemampuan sedang/ rata-rata.
Faktor kesulitan belajar yang dimaksud di atas, tidak didasarkan pada asumsi
semata, namun berdasarkan kepada 3 metode analisa. 1). analisa hasil belajar (raport);
2). wawancara kepada siswa yang bersangkutan/ wali murid; 3) observasi oleh wali
kelas.
Analisa hasil belajar/ raport dilakukan dengan cara melihat kemampuan belajar
siswa dengan berdasarkan perolehan nilai yang dia dapatkan dalam laporan hasil
belajarnya. Kemampuan itu bisa dilihat secara umum atau secara detail setiap mata
pelajaran. Berdasarkan nilai di raport, seorang siswa bisa dilihat, mereka mengalami
kesulitan belajar atau tidak.
Wawancara dilakukan sebagai upaya tindak lanjut dari analisa hasil raport.
Berdasarkan wawancara nantinya kita bisa mendapatkan gambaran tentang kesulitan
belajar yang dihadapi oleh siswa, apakah dipengaruhi oleh faktor internal atau faktor
eksternal ? dan bagaimana solusi untuk menyelesaikannya. Adakalanya siswa tidak

6
bisa secara gamblang menjelaskan kesulitan belajar yang dihadapinya, oleh karenanya,
perlu juga digali keterangan dari orang tua siswa atau wali murid, tentang alasan atau
penyebab kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak-anak mereka.
Observasi dilakukan oleh wali kelas dengan mengisi check list berdasarkan
pengamatannya terhadap kemampuan siswa. Check list berisikan deskripsi-deskripsi
tentang anak yang mengalami kesulitan belajar sebagai hasil break down dari
berbagai literatur tentang teori belajar/ ilmu pedagogik. Berikut ini contoh instrumen
yang digunakan.

No Perilaku yang Diamati Check


List
1 Konsentrasi gampang teralihkan
2 Lambat dalam mengikuti instruksi/ melaksanakan tugas
3 Sering kehilangan barang atau mudah lupa
4 Sering menabrak benda saat berjalan
5 Cenderung ceroboh
6 Kesulitan mengikuti ritme atau ketukan
7 Kesulitan bekerja sama dengan teman
8 Kesulitan menirukan gerakan yang dicontohkan
9 Kesulitan dalam membedakan arah depan-belakang, kanan-kiri,
atas-bawah
10 Kesulitan dalam mengenal huruf
11 Kesulitan dalam membedakan huruf b-d, u-n, w-m, p-q
12 Kualitas tulisan tangan sangat buruk/ tidak terbaca
13 Kehilangan huruf saat menulis/ didikte
14 Kurang dapat memahami isi bacaan
15 Menghilangkan kata saat membaca
16 Kosakata terbatas
17 Kesulitan untuk mengemukakan pendapat, berdua/ di depan umum
18 Kesulitan untuk memahami konsep angka dan bilangan
19 Kesulitan memahami soal cerita
20 Kesulitan membedakan bentuk geometri, lingkaran, persegi, persegi
panjang, dan segi tiga
21 Sulit membedakan konsep +/-/:/x
22 Sulit berhitung secara berurutan
23 Sulit mengoperasikan hitungan
24 Perilaku lain yang teramati : ................................................

Tabel 02

Seorang siswa dikategorikan sebagai siswa dengan kesulitan belajar apabila


mengalami sekurang-kurangnya 8 dari perilaku dalam check list tersebut.

7
Secara sederhana proses pemetaan siswa dengan menggunakan ketiga metode
tersebut di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

Siswa SDN Jelbuk 01

Analisa Nilai raport

Wawancara terhadap
siswa/ wali murid

Observasi

Siswa tanpa kesulitan Siswa dengan kesulitan


belajar belajar

Pembelajaran Jarak jauh Pembelajaran Tatap


(PJJ) melalui grup WA Muka (PTM) dengan
Pondok Belajar

Berdasarkan ketiga metode tersebut di atas (analisa hasil belajar, wawancara, dan
observasi), maka diperoleh data valid tentang jumlah siswa dengan kesulitan belajar
di SDN Jelbuk 01. Jumlah dan sebaran kelas siswa dengan kesulitan belajar tergambar
dalam tabel di bawah ini:
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa dengan %
Kesulitan Belajar
IA 28 6 21
IB 28 6 21
II A 27 3 11
II B 27 5 18
III A 27 2 7
III B 28 4 14
IV A 30 6 20
IV B 30 3 10
VA 36 3 8

8
VB 36 9 25
VI A 37 5 13
VI B 36 8 22
Jmlh 370 60 16
Tabel 03

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 60 siswa dari jumlah total 370 siswa
SDN Jelbuk 01 mengalami kesulitan belajar. Hal itu membutuhkan perhatian khusus,
mengingat siswa dengan kesulitan belajar harus mendapatkan perhatian khusus/ lebih
dari guru dan pihak sekolah agar mereka bisa mengejar ketertinggalannya dari teman
di kelasnya. Perlakuan khusus (special treatment) sebagaimana di atas, menjadi tidak
mudah, bahkan sulit dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh/ on line, yang minim
interaksi dan cenderung memperlakukan murid secara setara.

B. PEMBAHASAN
Pembelajaran Jarak Jauh/ pembelajaran on line selama pandemi Covid 19 sesuai
dengan Surat Edaran Mendikbud No. 04 Tahun 2020 serta Surat Edaran Bupati
Jember No. 420/686/310/2020 tertanggal 24 Maret 2020 dan ditegaskan lagi dalam
Surat Edaran Bupati Jember No. 420/1402/310/2020 pada tanggal 29 Mei 2020, tidak
bisa diterapkan secara keselurahnnya di SDN Jelbuk 01.
Hal tersebut bukan berarti pihak sekolah mengabaikan hirarki kebijakan, namun
itu lebih disebabkan oleh perhatian sekolah yang tinggi terhadap pendidikan anak
dengan kesulitan belajar yang menjadi siswa di SDN Jelbuk 01. Sehingga dalam
praktiknya, selama masa pandemi Covid 19, SDN Jelbuk 01 menjalankan proses
pembelajaran secara terkombinasi (combined learning). Pembelajaran terkombinasi
adalah mengkombinasikan pembelajaran on line/ jarak jauh untuk siswa yang tidak
memiliki masalah dalam kegiatan belajarnya, sementara untuk siswa yang mengalami
kesulitan belajar, pihak SDN Jelbuk 01 melakukan pembelajaran off line/ tatap muka.
Pembelajaran off line terpaksa dilakukan, dengan pertimbangan prinsip
pendidikan untuk semua. 60 siswa dengan kesulitan belajar tersebut di atas, di waktu
normal sebelum pandemi Covid 19, memang selalu tertinggal dibanding rekan
sekelasnya, dan menjadi semakin tertinggal setelah menjalani pembelajaran on line.
1. Pembelajaran Jarak Jauh/ On Line di SDN Jelbuk 01
PJJ/ pembelajaran on line di SDN Jelbuk 01 dilakukan dengan cara membentuk
Grup WA/ Telegram di kelas masing-masing. Pembuatan grup diinisiasi oleh wali
kelas dan diikuti oleh hampir semua murid yang ada. Tidak semua murid memiliki HP,
berdasarkan data yang ada, ada 15 % siswa/ orang tuanya yang tidak memiliki HP.
Namun hal itu bisa disiasati dengan cara menumpang akses HP untuk menerima/
mengirim tugas melalui teman sekelas yang berdekata rumahnya/ masih bertetangga.
Pada masa awal pandemi, kesulitan juga masih ditambahi dengan terbatasnya kuota
paket internet/ pulsa yang dimiliki oleh siswa dan orang tuanya. Beruntung,
pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, secara sigap segera melencurkan paket kuota
internet untuk belajar secara gratis.
Melalui grup WA/ Telegram, para wali kelas/ guru di SDN Jelbuk 01 bisa
mengirimkan video materi pembelajaran yang dibuat secara mandiri oleh sang guru,
ataupun juga didownload dari kanal Youtube. Melalui WA juga, para guru dan murid
saling bertanya jawab mengenai materi pembelajaran, serta saling mengirim soal dan
jawaban atas materi yang telah dibahas.
Pembelajaran on line di SDN Jelbuk 01 masih terbatas pada penggunaan aplikasi
WA dan Telegram. Penggunaan aplikasi lain semisal Zoom, Skype, Google

9
Classroom, Google Form, Google Meet serta aplikasi lain yang sejenis dan biasa
digunakan oleh banyak sekolah yang lain, belum bisa diterapkan di SDN Jelbuk 01
karena terkendala keterbatasan para siswa dan juga wali murid dalam mengoperasikan
aplikasi tersebut. Faktor lain yang juga menjadikan penghambat adalah kondisi
geografis Jelbuk yang bergunung-gunung menyebabkan signal menjadi susah/ blank
spot dan juga faktor ekonomi yang tidak mendukung dalam penyediaan kuota internet,
karena beberapa aplikasi semisal Zoom dan Skype membutuhkan kuota yang cukup
besar dalam mengoperasikannya.
PJJ atau pembelajaran on line di SDN Jelbuk 01 sebagaimana diceritakan di atas,
diikuti oleh 310 siswa yang terbagi ke dalam masing-masing kelas. 310 siswa tersebut
memang terbiasa mengikuti proses pembelajaran secara normal dan tanpa kendala
ketika masa sebelum pandemi dan pembelajaran masih dilaksanakan di kelas. Bahkan
ketika pandemi berlangsung, dan membuat pembelajaran terpaksa dialihkan secara on
line, siswa-siswa tersebut juga bisa mengikuti pembelajaran di grup WA secara lancar
dan tanpa masalah. Mereka mendengarkan video pembelajaran, memahami soal,
menulis jawaban serta mengirimkannya dengan baik dan tepat waktu.
2. Pembelajaran Tatap Muka/ Off Line di SDN Jelbuk 01 dengan Konsep
Pondok Belajar
Pembelajaran tatap muka/ pembelajaran off line dilaksanakan di SDN Jelbuk 01
guna mengakomodasi 60 siswa yang mengalami/ memiliki kesulitan belajar. 60 siswa
tersebut terbagi ke dalam semua kelas dan jenjang, dengan tingkat kompleksitasnya
masing-masing. Kesulitan belajar paling dominan terjadi pada aspek
ketidakmampuan dalam membaca, menulis, dan berhitung, bahkan pada tingkatan
yang sederhana. Kesulitan belajar lain yang banyak terlihat di SDN Jelbuk 01 adalah
siswa tidak bisa memahami isi suatu bacaan/ cerita. Siswa tersebut lantas kesulitan
dalam mengerjakan soal narasi dan konseptual. Beberapa siswa juga terdeteksi tidak
bisa menjaga konsentrasi/ perhatian serta takut untuk mengungkapkan pendapat
secara verbal, walau dilakukan secar face to face antara siswa dan guru.
Siswa-siswa tersebut memang sudah tertinggal dalam memahami pelajaran di
kelas, di masa sebelum pandemi, dan semakin tertinggal dari teman-temannya di saat
pandemi berlangsung, dan pembelajaran berubah ke dalam sistem on line. Mereka
sulit memahami penjelasan guru yang detail di kelas, dan semakin sulit manakala
mencoba untuk memahami penjelasan guru dalam bentuk video di grup WA. Mereka
menganggap pembelajaran menjadi melompat dan berjalan terlalu cepat.
Dalam menghadapi fenomena seperti tersebut di atas, kebijakan sekolah adalah
melaksanakan pembelajaran tatap muka khusus untuk ke 60 siswa dengan kesulitan
belajar tersebut. Dalam hal ini, para guru kemudian melaksanakan pembelajaran
secara dua kali, on line dan off line sekaligus, inilah yang penulis maksudkan sebagai
combined learning (pembelajaran terkombinasi). Seorang guru/ wali kelas di SDN
Jelbuk 01, melaksanakan PJJ untuk siswanya yang tidak memiliki kendala dalam
belajar, sementara pada saat yang bersamaan, guru/ wali kelas tersebut juga
mengadakan pembelajaran tatap muka bagi siswanya yang mengalami kesulitan
belajar.
Pembelajaran tatap muka tersebut dilaksanakan oleh wali kelas dan hanya fokus
mengajar di kelasnya masing-masing, sehingga Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
berlangsung dalam jumlah peserta yang sangat kecil dan terbatas, paling banyak 9
siswa. Pelaksanaan PTM dengan jumlah peserta yang sedikit, memungkinkan
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penerapan protokol kesehatan yang
sangat ketat. Setiap wali kelas yang hendak mengajar, dibekali dengan Thermo Gun,
hand sanitizer, masker, face shield, dan penyemprot disinfektan berukuran kecil.

10
Begitupun juga ke-60 siswa yang mengikuti PTM diwajibkan menggunakan masker,
face shield, dan menjaga jarak selama kegiatan PTM berlangsung. Kegiatan PTM
berlangsung 2x dalam seminggu, hari Senin dan Rabu dengan durasi masing-masing
2 jam/ pertemuan.
Pembelajaran tatap muka dilaksanakan dengan cara guru/ wali kelas
mengumpulkan para siswa dengan kesulitan belajar di kelasnya di sebuah Surau/
Mushalah kosong yang memang banyak terdapat di daerah Jelbuk. Mushalah kosong
yang dimaksud adalah Musholah yang ada di halaman rumah warga, tidak dipakai
untuk kegiatan mengaji di malam hari, dan hanya khusus digunakan untuk keperluan
shalat keluarga besar/ Tanian Lanjhang. Pemilihan Mushalah yang kosong memang
dimaksudkan agar meminimalisasi potensi penyebaran virus karena digunakan oleh
orang banyak, pagi dan sore. Pemanfaatan Mushalah sebagai tempat PTM, dengan
istilah pondok belajar, dilakukan karena selama pandemi, dilarang ada kegiatan
pembelajaran dalam bentuk apapun di lingkungan sekolah. Setiap wali kelas
menggunakan pondok belajar sendiri, yang berbeda satu sama lain dengan wali kelas
lain yang ada di SDN Jelbuk 01.
3. Pedekatan Pembelajaran untuk Siswa dengan Kesulitan Belajar SDN
Jelbuk 01
Dalam melaksanakan proses pembelajaran tatap muka di pondok belajar, ada
beberapa pendekatan yang dilakukan oleh para wali kelas/ guru SDN Jelbuk 01 dalam
mendidik siswa dengan kesulitan belajar.
a. Melakukan kerja sama dan komunikasi yang erat dengan orang tua. Hal tersebut
dilakukan, dengan harapan materi yang disampaikan oleh guru/ wali kelas di
pondok belajar, dapat diulangi lagi di rumah dengan didampingi oleh orang tua
masing-masing. Hal tersebut penting untuk dilakukan, karena mengingat anak
dengan kesulitan belajar perlu mendapatkan banyak pengulangan (repetisi) dalam
kegiatan belajarnya, meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung dan
materi lainnya. Pada prinsipnya, semakin banyak repetisi dilakukan, mak semakin
baik hasil yang bisa dicapai.
b. Mengadakan kerja sama antar guru/ wali kelas dengan level jenjang yang sama
(kelas A dan B). Dalam praktiknya, harus terjalin komunikasi yang erat dan baik
di antara semua guru yang selevel dalam mengatasi kesulitan belajar yang
dialami siswa. Adakalanya para guru menghadapi masalah yang sama, sehingga
komunikasi yang erat di antara mereka, bisa menimbulkan sharing berbagai
macam informasi, terkait metode, keterampilan, tekhnik baru dalam mengajar
siswa dengan kesulitan belajar.
c. Menyajikan materi pelajaran dengan metode mengajar yang menarik, memancing
keterlibatan siswa secara penuh dalam kegiatannya. Semisal belajar membaca dan
berhitung dengan permainan.
d. Melengkapi pembelajaran dengan alat peraga dan media pembelajaran yang
menarik.
e. Mengajak siswa terlibat secara aktif dalam membantu temannya yang masih
belum bisa memahami pembelajaran dengan menjadi tutor sebaya. Baik
kelompok siswa yang tanpa kesulitan belajar, terlebih sesama siswa dengan
kesulitan belajar.
f. Memberikan reward dan apresiasi terhadap keberhasilan siswa dalam menjalani
proses pembelajaran.

4. Hasil Pembelajaran Tatap Muka Bagi Siswa dengan Kesulitan Belajar

11
Proses pembelajaran di SDN Jelbuk 01 yang menerapkan combined learning,
dimana sekolah menerapkan PJJ/ online dan juga PTM/ off line secara bersamaan,
memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan siswa. PJJ melalui grup
WA yang diterapkan kepada siswa tanpa kesulitan belajar, banyak membantu siswa
dalam menerima materi pembelajaran di saat pandemi. Pembelajaran jarak jauh
berlangsug dengan baik dan lancar, walau masih banyak kekurangan dalam berbagai
hal.
PTM yang dilakukan terhadap siswa dengan kesulitan belajar membantu siswa
dalam proses belajar secara konkrit dan faktual. Penggunaan media pembelajaran dan
alat peraga selama kegiatan PTM di pondok belajar, membuat siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan. Siswa dengan kesulitan belajar cenderung sulit
menerima materi yang bersifat abstrak dan konseptual seperti halnya PJJ melalui
grup WA. Interaksi antara guru dan siswa dalam PTM membantu mengatasi
kesulitan tersebut guna mengejar “ketertinggalan” mereka dari teman-teman
sekelasnya.

12
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
Siswa dengan kesulitan belajar memiliki karakteristik sendiri yang berbeda
dengan siswa pada umumnya. Mereka adalah siswa yang “normal” yang memiliki
hambatan pada proses pembelajarannya. Sudah selayaknya, pihak sekolah, dalam hal
ini, SDN Jelbuk 01, memberikan keberpihakan lebih (affirmative action) kepada
siswa dengan kesulitan belajat tersebut. Ketika pandemi memaksa sekolah untuk
melaksanakan PJJ secara keseluruhan melalui SE Mendikbud No 04 Tahun 2020,
maka SDN Jelbuk 01 menyiasatinya dengan melaksanakan combined learning, PJJ
dan PTM sekaligus.
PJJ diberikan kepada siswa tanpa kesulitan belajar, sementara PTM dilaksanakan
kepada siswa dengan kesulitan belajar. PTM dilaksanakan di Pondok Belajar selama
2x dalam seminggu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. PTM
dilakukan dengan beberapa pendekatan yang mengarahkan anak/ siswa ke dalam
pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, dengan harapan siswa dengan
kesulitan belajar tersebut bisa mengejar ketertinggalan mereka dari teman-temannya
yang lain.

B. REKOMENDASI
Model pembelajaran di masa pandemi, selain mempertimbangkan minat dan
bakat siswa, serta ketersediaan akses internet, seyogyanya juga memperhatikan aspek
kognitif siswa yang berbeda-beda. Kesenjangan kemampuan kognisi siswa yang ada
dalam satu kelas juga harus menjadi dasar perhatian. Satuan pendidikan terkecil, dlam
hal ini sekolah, juga harus diberikan ruang gerak lebih untuk melakukan inovasi dan
improvisasi dalam memberikan pelayanan pendidikan, selama terus mengikuti
peraturan kesehatan yang berlaku.

13
REFERENSI
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jamaris, Martini. 2009. Kesulitan Belajar (Perspektif, Asesmen, dan
Penanggulangannya). Jakarta: Yayasan Penamas Murni.
Munawir, Y. 2005. Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar. Jakarta:
Depdiknas.

14
LAMPIRAN FOTO

Analisa nilai rapor oleh Wali Kelas

Wawancara oleh Guru terhadap Wali Murid

15
Guru mengajar siswa dengan kesulitan belajar di Pondok Belajar

16

Anda mungkin juga menyukai