Anda di halaman 1dari 6

Resume

Karakteristik dan Kompetensi Konselor

1. Karakteristik Konselor
Konselor adalah tenaga pendidik yang memiliki keahlian dan kompetensi untuk
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang guru pembimbing di sekolah, salah
satu keahlian yang harus dimiliki tersebut adalah melaksanakan layanan-layanan
bimbingan dan konseling.
Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan keprofesiannya, dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan. (Riswanto, Mappiare-at, Irtadji, Negeri, & Dodyriswantoyahoocom, 2016).
Kualitas yang ada pada konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk
pribadi, pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan
memudahkannya dalam proses konseling sehingga mencapai tujuan yang efektif. Salah
satu kualitas konselor yang dimaksud di atas adalah kualitas pribadi konselor. Adapun
yang dimaksud dengan kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut
segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika
dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang diperolehnya.
Konselor dalam menjalankan tugas dan perannya di sekolah dituntut harus memiliki
kompetensi-kompetensi yang mendukung kinerjanya sebagai konselor tersebut agar
dapat menjadi tenaga yang profesional, ahli dan ideal di bidangnya. Salah satu
kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor adalah kompetensi kepribadian. Hal
ini dinilai sangat penting sebagaimana menurut undang-undang nomor 27 tahun 2008
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa
diantara kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor adalah kompetensi
kepribadian.
Hal inilah yang memberikan pemahaman tentang bagaimana standar
kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seorang konselor sebagaimana yang telah
diatur dalam buku undang-undang tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kajian
yang komprehensif mengenai karakteristik pribadi konselor yang dapat dipahami oleh
konselor-konselor di sekolah sebagai pembentuk kepribadian yang ideal.
Kajian tentang karakteristik pribadi konselor selama ini hanya berpusat pada teori-teori
kepribadian yang berasal dari barat saja, khususnya Amerika Serikat, yaitu sebagai
pelopor utama dari hampir semua teori-teori dalam bimbingan dan konseling. Namun,
tidak semua teori-teori dalam bimbingan dan konseling yang berasal dari Amerika
Serikat khususnya teori tentang kepribadian konselor dapat digunakan oleh konselor di
Indonesia karena memperhatikan beberapa aspek-aspek penting, seperti nilai spiritual,
nilai adat, nilai sopan santun dan lain-lain. Hal ini dianggap wajar karena pembelajaran
bimbingan dan konseling di dalam perguruan tinggi masih memberikan bagian yang
besar pada pembelajaran teori-teori kepribadian konselor yang berasal dari Amerika
Serikat.
Teori-teori pribadi konselor yang berasal dari barat yang kini dianggap tidak
sesuai dengan pengembangan kepribadian konselor di Indonesia adalah nilai spiritual,
sebagaimana yang diketahui bahwa Indonesia adalah negera yang memiliki ideologi
Pancasila dimana mewajibkan penduduknya memeluk agama yang resmi oleh
pemerintah. Konselor dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah akan selalu
berhubungan dengan nilai spiritual yang dianutnya, baik ketika konselor akan
melaksanakan ibadah maupun melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dimana
para siswa lebih mendengarkan nasihat yang bersifat spiritual daripada nasihat yang
bersifat duniawi sebagaimana yang ada dalam teori konseling barat yang jarang
menyebutkan pentingnya aspek-aspek spiritual.
Nilai-nilai kepribadian konselor yang terdapat dalam teori bimbingan dan konseling
barat yang kini dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian konselor di
Indonesia ialah nilai adat dan sopan santun. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam
teori-teori bimbingan dan konseling barat bahwa dalam pelayanan konseling wajar
konselor mellaksanakan sesi konseling dengan konseli lawan jenis. Namun, bagi
konseli yang memegang nilai adat dan nilai sopan santun, hal itu dianggap telah
melanggar nilai sopan santun dikarenakan konselor yang bertemu dengan konseli
lawan jenis didalam satu ruangan konseling, hal ini dapat menimbulkan persepsi negatif
bagi konseli yang memegang nilai tata krama dan nilai sopan santun.

Karakteristik kepribadian konselor yang ideal tidak hanya terdapat dalam teori
bimbingan dan konseling barat saja, namun ada tambahan nilai kepribadian yang tepat
dengan nilai-nilai ketimuran. Oleh sebab itu, perlu adanya penyesuaian nilai-nilai
kepribadian yang dapat diterapkan di Indonesia serta tidak bertentangan dengan nilai-
nilai yang terdapat di Indonesia.
Willis (2014:86—87) menyatakan ada 13 karakteristik kepribadian yang harus dimiliki
seorang konselor. Karakteristik kepribadian tersebut, yaitu : beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan,
menjadi komunikator yang terampil dan pendengar yang baik, memiliki ilmu dan
wawasan tentang manusia, sosial budaya,
fleksibel, tenang dan sabar; menguasai keterampilan teknik dan memiliki intuisi,
memahami etika profesi, sikap hormat, jujur, asli, menghargai dan tidak menilai; empati,
memahami, menerima, hangat, bersahabat; menjadi fasilitator sekaligus motivator;
emosi stabil, pikiran jernih, cepat dan mampu, objektif, rasional, logis, konkrit, serta
konsisten dan bertanggung jawab.
Permendiknas nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor menyatakan bahwa diantara kompetensi-kompetensi yang harus
dimiliki seorang konselor adalah kompetensi kepribadian. Permendiknas Nomor 27
Tahun 2008 menyebutkan hal-hal sebagai berikut. 
Pertama, Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
Kedua, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas
dan kebebasan memilih. 
Ketiga, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat. 
Keempat, menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
Pemahaman nilai-nilai tersebut diantaranya ialah pemahaman beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemahaman ini sangatlah penting dan menjadi nilai
utaman dalam karakteristik kepribadian konselor, dengan pemahaman ini diharapkan
untuk calon konselor dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik entah
disekolah maupun diluar sekolah.
Pemahaman nilai-nilai berikutnya ialah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas, dan kebebasan memilih. Pemahaman ini diharapkan dapat menjadikan
pribadi konselor lebih baik dalam bersikap, peduli terhadap konseli, bertoleransi tinggi,
dan demokratis.
Pemahaman nilai-nilai berikutnya ialah menunjukkan integritas dan stabilitas
kepribadian yang kuat, yang artinya menampilkan kepribadian dan perilaku terpuji,
berwibawa, jujur, sabar, ramah, konsisten, serta bertoleransi tinggi terhadap konseli
yang beragam.
Pemahaman nilai-nilai lainnya ialah menampilkan kinerja berkualitas tinggi, ini berarti
konselor harusnya menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif.
Dan juga harus memiliki semangat yang tinggi, disiplin, mandiri, berpenampilan
menarik, menyenangkan, dan berkomunikasi secara efektif.
2. Kompetensi Konselor
Kompetensi merujuk kepada penguasaan konsep, penghayatan dan perwujudan
nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu, dan unjuk kerja profesional yang
akuntabel. Dalam Landasan Bimbingan dan Konseling karya Syamsu Yusuf dan A.
Juntika Nurihsan, konselor haruslah kompeten (2009:38). Kompeten maksudnya,
bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral
sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi konselor, sebab
klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang
diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia.
Jadi, kompetensi merupakan hasil konstruksi kemampuan (compose skill) sehingga
seseorang mampu; (1) melaksanakan pekerjaan sesuai peran, posisi atau profesi, (2)
mentransfer ke tugas dan situasi baru, serta (3) melanjutkan studi dan mencapai
kedewasaan diri.
Sosok utuh kompetensi konselor  terdiri atas dua komponen yang berbeda namun
terintegrasi dalam praksis sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu kompetensi akademik
dan kompetensi profesional 
Seorang konselor/pendidik konselor menurut  Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Depdiknas, 2005a), dan Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2005b), memiliki
empat kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran, yakni: kompetensi
paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial (Prayitno, 2009:59).

1.    Kompetensi Paedagogik
Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.
Pada kompetensi paedagogik ini, sub kompetensi dan indikatornya (SKKI), adalah
sebagai berikut:
a.  Memahami landasan keilmuan pendidikan (filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi)
1)  Memahami hakikat kebenaran dan sistem nilai yang mendasari proses-proses
pendidikan
2)  Memahami proses pembentukan perilaku individu dalam proses pendidikan
3)  Memahami karakteristik individu berdasar usia, gender, ras, etnisitas, status sosial, dan
ekonomi dan ekonomi dapat mempengaruhi individu dan kelompok
4)  Menguasai konsep dasar dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan
b.  Memahami hubungan antar unsur-unsur pendidikan (pendidik, peserta didik, tujuan
pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan)
c.  Mampu memilih dan menggunakan alat-alat pendidikan (kewibawaan, kasih sayang,
kelembutan, keteladanan, dan hukuman yang mendidik).

2.    Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Pada kompetensi kepribadian ini, sub kompetensi dan indikatornya (SKKI),
adalah sebagai berikut:
a.    Menampilkan keutuhan kepribadian konselor
1)    Menampilkan perilaku membantu berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2)    Mengkomunikasikan secara verbal dan atau nonverbal minat yang tulus dalam
membantu orang lain
3)    Mendemonstrasikan sikap hangat dan penuh perhatian
4)    Secara verbal dan nonverbal mampu mengkomunikasikan rasa hormat konselor
terhadap klien sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung jawab
5)    Mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa klien memiliki
kapasitas untuk memecahkan problem, menata dan mengatur hidupnya, dan
berkembang.
6)    Mendemonstrasikan sikap empati dan atribusi secara tepat
7)    Mendemonstrasikan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik
8)    Memiliki toleransi yang tinggi terhadap stress dan frustrasi
9)    Mendemonstrasikan berfikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya

3.    Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4.    Kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan pendidik membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Jadi, seorang konselor harus bersemangat, berdisiplin, dan mandiri.


Bersemangat, artinya konselor dituntut memiliki gairah dan energi yang besar
sehingga semangat tinggi bisa ditampilkan.
Berdisiplin artinya konselor memiliki manajemen waktu yang baik.
Mandiri, artinya konselor harus independen tidak bergantung dengan orang lain.
Seorang konselor harus berpenampilan menarik dan menyenangkan.
Berpenampilan menarik, artinya adalah konselor dituntut untuk berpenampilan
rapi dan baik.
Menyenangkan, artinya konselor memiliki sikap yang baik serta bersahabat
dengan orang lain.
Seorang konselor harus bisa berkomunikasi secara efektif, artinya adalah
konselor harus memiliki keterampilan komunikasi yang mampu dipahami oleh
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai