BAB I
PENAHULUAN
DI SUSUN OLEH :
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh Swt yang telah melimpahkan rahmat-
Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
RSU SEMBIRING TAHUN 2022” dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini berisi
tentang hal yang berhubungan dengan remaja yang mengalami hambatan penyesuaian sosial
Secara garis besar lingkup makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab I mengenaiAbortus
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan
kematian ibu. Bab II mengenai Landasan Teoritis,penjelasan mengenai abortus inkomplit; dan
Bab III mengenai Intervensi Bimbingan Dan Konseling Terhadap studi kasus, yang terdiri dari:
Teknik yang digunakan, Proses Konseling kognitif perilaku, Hasil yang Diharapkan, dan Skrip
Simulasi sebagai gambaran implementasi secara praktis, Bab IV berupa pembahasan , dan Bab V
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kemajuan selanjutnya.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Umum........................................................................................................................4
1.4 Tujuan khusus........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Tinjauan Teori Abortus Inkompletus.....................................................................................5
2.1.1 Pengertian........................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi............................................................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi.....................................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................................................7
2.1.5 Tanda dan Gejala...........................................................................................................10
2.1.6 Penatalaksanaan.............................................................................................................10
2.1.7 Komplikasi....................................................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................12
2.1.9 Pengertian Kuretase.......................................................................................................12
2.1.10 Persiapan Sebelum Kuretase menurut Rustam Mochtar (2016).................................12
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................................26
BAB V...........................................................................................................................................28
PENUTUP....................................................................................................................................28
A. Kesimpulan...........................................................................................................................28
B. Saran......................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kesakitan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan berupa
komplikasi yang disebabkan oleh abortus. Abortus inkomplit merupakan salah satu penyebab
kematian Neonatal dan Maternal di Indonesia. Risiko terjadinya abortus inkomplit meningkat
bersamaan dengan peningkatan jumlah paritas dan usia ibu.Abortus meningkat 10% pada wanita
dengan paritas primipara dan grandemultipara, sedangkan pada usia abortus meningkat sebesar
12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40
Negara. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator dalam bidang obstetrik. AKI
juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan Sustainable Development
Goals (SDG) yaitu tujuan ke-3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
World Health Organization (WHO), pada tahun 1999 telah mengeluarkan panduan
“Making Pregnancy Safer” sebagai prioritas setiap negara dan pada tahun 2000, para negara
anggota PBB mengadopsi Milenium Development Declaration yang memberi penekanan pada
kesehatan ibu serta kehamilan dan persalinan yang aman dalam perkembangan di setiap negara.
Sasarannya ialah mengurangi angka kematian ibu sebesar 75 % antara tahun 1990-2015
(Manuaba, 2008).
1
Departemen Kesehatan RI (2003) menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup
tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus
per tahun. Affandi (2003) menambahkan bahwa dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia,
sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 diaborsi
Masalah kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas
utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia mendatang.Tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya penurunan angka kematian ibu, menunjukkan bahwa
pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas
pelayanan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
spontan (terjadi tanpa intervensi dari luar dan berlangsung tanpa sebab yang jelas) dan abortus
buatan (tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur
28 minggu atau berat janin 500 gram).Abortus disebabkan 4 faktor yaitu Kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi, Kelainan pada plasenta, penyakit ibu dan kelainan traktus genitalus (Sarwono,
2007).
Usia menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang
mengacu pada setiap pengalaman, usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki usia
perkawinan dan kehamilan akan membantu sesorang dalam kematangan menghadapi kesiapan
2
terhadap masalah atau persoalan, dalam hal ini menghadapi kehamilan dan perubahan psikologis
dan fisiologis selama hamil. Dimana semakin muda umur WUS maka semakin kurang perhatian
serta pengalaman yang dimilki WUS karena ketidaksiapan WUS dalam menerima kehamilan dan
sistem reproduksi yang belum matang. Hal ini berdampak pada psikologis WUS tersebut (Yuni,
2010).
Angka kejadiaan abortus sulit ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali sudah terjadi komplikasi. Rata-rata terjadi 114 kasus perjam. Sebagian besar
studi menyatakan kejadian abortus spontan 15-20% dari semua kehamilan. Hal ini dikarenakan
angka chemical pregnancy lost yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi.
Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan keganasan gamet ( misalnya: sperma dan
disfungsi oosit).
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus antara lain, factor genetik (mendelian,
sektum uterus, uterus bikornis, inkompetensi servik uterus, mioma uteri, sindroma asherman),
antoimun (aloimun, mediasi imunitas humeral, mediasi imunitas seluler) defek fase luteal (faktor
endokrin eksternal, antibodi antitiroid hormon, sintesis Lh yang tin ggi, infeksi hematologik,
lingkungan.
Bila terjadi perdarahan yang hebat akibat abortus inkomplit dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya
kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan
bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan
kuret vakum menggunakan kanula dan plastik. Pasca tindakan perlu diberikan uretonika parental
3
Berdasarkan latar belakang diatas data abortus inkomplit setiap tahunnya mengalam
peningkatan oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul
“Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
4
BAB II
PEMBAHASAN
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
(Nugroho, 2018).
2.1.2 Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian. Sebaliknya, pada
kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang
sebagai berikut :
a. Kelainan kromosom
5
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa
3. Penyakit ibu
menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta ke janin,
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa
yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, amputasi, atau robakan serviks luas yang tidak dijahit ( Prawirohardjo, 2006).
2.1.3 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
6
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam,sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam
berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised abortion)
( Prawirohardjo, 2006).
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor faktor ilmiah. Abortus ini terbagi lagi
menjadi :
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan1.Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada Wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada
beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang
jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam
7
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah,
berlanjut tetapi tanpa pengeluaran product ofconception (POC). Pada abortus ini mungkin terjadi
pengeluaran sebagian atas seluruh hasil konsepsi dengan cepat. Abortus dianggap inspiens jika
ada tanda-tanda berikut : penipisan serviks derajat sedang, dilatasi serviks > 3 cm, pecah selaput
ketuban, perdarahan > 7hari, kram menetap meskipun sudah diberikan analgetik narkotik, dan
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri melalui kanalis servikalis. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di
uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif
Proses abortus di mana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.Tanda
dan gejalanya yaitu ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
8
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
f) Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus
septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya pada
abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi,dan
infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok
2. Abortus Provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
a) Abortus Medisinalis
9
b) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan
d) Abortus Kriminalis
e) Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
1. Terlambat haid.
2.1.6 Penatalaksanaan
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan cairan
infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi perdarahan yang hebat,
dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung
baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase
harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan
yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca tindakan
2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari abortus inkompletus menurut
10
Prawirohardjo(2016) yaitu :
1.Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
2.Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu hosterektomi. Perforasi uterus pada abortus
yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoaln gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
3.Infeksi
4.Syok
Syok pada abortus bisa terjadi perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).
setelah abortus.
11
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. (Arif
Mansjoer, 2015).
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah
( Rustam Mochtar,2016).
a. USG (ultrasonografi)
d. Mengatasi perdarahan
12
3. Persiapan pasien
d. Perut bawah dan lipat paha dibersihkan dengan air dan sabun.
a. 1 cunan tampon.
b. 1 tenakulum
g. 1 kateter keret
h. O2 dan regulator
5. Prosedur tindakan
b. Pasang O2
13
f. Pasang spekulum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan tenakulum
menjepit dinding depan porsio pada jam 12. angkat spekulum depan dan spekulum
asisten.
g. Masukkan sonde uterus dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah uterus.
h. Keluarkan jaringan dengan cunam abortus, dilanjutkan dengan kuret tumpul secara
sistematis menurut putaran jarum jam. Usahakan seluruh kavum uteri dikerok.
i. Setelah diyakini tidak ada perdarahan, tindakan dihentikan. Awasi tanda vital 15-30
14
BAB III
STUDI KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas/Biodata
Nama :Ny.G Nama suami :Tn.T
Umur :29 Tahun Umur :30 Tahun
Suku/Kebangsaan :BatakSuku/Kebangsaan :Batak
Agama :Kristen Agama :Kristen
Pendidikan :S1 Pendidikan :S1
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Dosen
Alamat rumah :Deli Tua Alamat rumah :Deli Tua
15
< 15 detik > 15 detik
Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan)
- Rasa lelah : Tidak ada
- Mual muntah yang lama : Tidak ada
- Nyeri perut : ada
- Panas, menggigil : Tidak ada
- Sakit kepala berat/terus menerus : Tidak ada
- Penglihatan kabur : Tidak ada
- Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada
- Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
- Pengeluaran cairan pervaginam : ada
- Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
- Oedema :Tidak ada
- Lain-lain (jelaskan) : Tidak ada
Obat-obat yang dikonsumsi : Trimester I :-
: Trimester II : -
: Trimester III : -
Kekhawatiran khusus : -
Pola eliminasi :
- BAK : frekuensi 7-8 kali/hari, warna : Jernih
Keluhan BAK : Tidak ada
- BAB : frekuensi 1 kali/hari, warna : Coklat konsistensi : -
Keluhan BAB : Tidak ada
16
Respon ibu dan keluarga kehamilan :
Direncanakan Tidak direncanakan
Tidak diterima Diterima
Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan :
Ada dukungan Tidak ada dukungan
Pengambil keputusan dalam keluarga
Suami Ibu hamil Mertua/orang tua
Pola makan/minum
- Makanan sehari-hari, frekuensi : 3 kali / hari, banyaknya :1 Piring
- Jenis makanan yang dimakan : Nasi,ikan, sayur buah
- Perubahan makan yang dialami (ngidam, nafsu makan, dll) : -
- Minum : 6-7gelas/hari
Kebiasaan merokok : Ya Tidak
Minuman keras : Ya Tidak
Mengkonsumsi obat terlarang : YaTidak
Kegiatan sehari-hari (bebas kerja) :Tidak bekerja
Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan membantu persalinan :
..............Bidan ....................................................................................................
17
Gigi : Caries : ada tidak ada
Berlobang : ya tidak berlobang
Epulis pada gusi : ada tidak ada
Tonsil : meradang tidak meradang
Pharynx : meradang tidak meradang
9. Telinga : Serumen : ada tidak ada
Pengeluaran : ada tidak ada, jelaskan
10. Leher : Luka bekas operasi :tidak ada Ada, jelaskan.......
Kelenjar thyroid : membesar Tidak membesar
Pembuluh limfe : membesar tidak membesar
11. Dada
Mammae : Simetris : ya tidak simetris
Areola Mammae :
Puting susu : Menonjol Mendatar masuk kedalam
Benjolan : ada, tidak ada
Pengeluaran dari puting susu :ada, sebutkan……. tidak ada
13.Genitalia
- Vulva : Pengeluaran : tidak ada ada, jelaskan darah
Varices : ada tidak ada
Kemerahan/lesi : ada tidak ada
- Perineum Bekas luka/luka parut : ada tidak ada
Lain-lain : jelaskan.....
15. Ekstremitas :
Oedem pada tangan/jari : Tidak ada
Oedem ekstremitas bawah : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Refleks patella : Ada
D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb :9 gr%
2. Protein urine : -
3. Glukose urine : -
4. Lain-lain :-
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Usg : Ada
2. Rontgen :-
3. Lain – lain : -
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH AKTUAL
18
Diagnosa aktual : Ny. G usia 29 tahun,G1 P0 A0 Gestasi 11 minggu 4 hari, dengan Abortus
Inkomplit.
Masalah aktual : Nyeri perut bagian bawah.
1. Data subjektif
a. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama.
b. Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 16 juli 2022
c. Ibu mengatakan darah keluar dari vagina
2. Data objektif
a. terdapat pengeluaran darah
b. konjungtiva pucat
c. lemas
d. nyeri pada bagian perut bawah
19
4. Misoprostol 2 tablet/vagina
V. RENCANA/INTERVENSI
A. Diagnosa : ny. G usia 29 tahun, G1 P0 A0, gestasi 11 minggu 4 hari, dengan Abortus
Inkomplit
B. Masalah aktual : Nyeri perut bagian bawah
C. Masalah potensial :
1. Antisipasi terjadinya infeksi jalan lahir
2. Antisipasi terjadinya anemia
D. Tujuan:
1. Abortus inkomplit dapat teratasi
2. Nyeri perut dapat teratasi
3. Keadaan ibu baik
4. Infeksi tidak terjadi
5. Anemia tidak terjadi
E. Kriteria:
1. Perdarahan pervaginam berhenti
2. Ibu tidak mengeluh nyeri dan tidak ada nyeri tekan pada perut
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal:
a) TD : sistole 90-140 mmHg, diastole 60-90 mmHg
b) N : 60-100 kali/ menit
c) S : 36,5-37,5oc
d) P : 16-24 kali/ menit
F. Rencana tindakan :
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan menjelaskan keadaan yang
Dialaminya, Rasional: dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu
dapatmengerti tentang keadaannya dan dapat mengurangi kecemasan ibu.
2. Observasi tanda-tanda vital
20
Rasional: tanda-tanda vital merupakan indikator dari keadaan umum klien
danmenentukan intervensi selanjutnya.
3. Beri informasi kepada klien tentang penyebab perdarahan
Rasional: agar ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret, jika kliensetuju
maka akan dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 08 September 2022, pukul
16:00 wib, Rasional: dengan penjelasan kepada klien/keluarganya diharapkan
dapatmenyetujui rencana tindakan kuret dan ibu dapat menyiapkan fisik dan
psikis.
5. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: sebagai pernyataan persetujuan dari ibu/keluarga untuk tindakan dan
sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan dalam melakukan tindakan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat.
Rasional : agar tubuh ibu Kembali membaik
7. Persiapan pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: dengan persiapan yang dilakukan yakni dengan persiapan alat,
penolong dan persiapan pasien maka akan memudahkan dalam melakukan
prosedur kerja sesuai dengan protap.
8. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik dan antibiotik
Rasional: analgetik akan membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu
dan antibiotik akan membantu mencegah terjadinya infeksi.
9. Bantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien
10. Ajarkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
11. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
12. Beri dorongan spiritual kepada ibu
13. Libatkan orang terdekat klien selama perawatan
14. Anjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan didri dengan mengganti doek
atau pembalut stiap kali basah
15. Berikan terapi obat anagetik dan antibiotik
VI. IMPLEMENTASI
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan keadaan yang
21
dialaminya.
Hasil: ibu memahami dan mengerti dengan keadaanya
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
a. TD : 100/70 mmhg
b. S : 36,80C
c. N : 78x/ menit
d. P : 20x/menit
3. Memberikan informasi kepada klien tentang penyebab pendarahan
Hasil: klien mengerti dengan apa yang diinformasikan
4. Menjelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret jika klien
setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 08 September 2022, pukul
16:00 wib.
Hasil: ibu/keluarga mengerti dan setuju, maka akan dilakukan tindakan kuretase.
5. memberikan Informet consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase.
Hasil: suami setuju dan telah menandatangani persetujuan tindakan kuret,
rencana kuret tanggal 08 September 2022, pukul 16:00 wib.
6. Menganjurkan ibu untuk istrahat sebelum dikuret
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya.
7. Melakukan persiapan pelaksanaan tindakan kuretasi yakni berupa persiapan
alat, penolong dan persiapan pasien
a) Persiapan alat kuret
1. Handscoen 2 pasang
2. Kain kasa secukupnya
3. Duk steril 1 buah
4. Kateter 1 buah
5. Spekulum anterior dan posterior
6. Tampongtan
7. Tenakulum
8. Sonde uterus
9. Abortus tang
10. Kuret tajam dan kuret tumpul
22
11. Kapas DTT
12. Larutan betadin
b) Persiapan penolong
1) Masker
2) Celemek
3) Kacamata
4) Tutup kepala
5) Sepatu boot
c) Persiapan alat-alat lain
1) Tempat darah
2) Tempat sampah
3) Larutan klorin
4) Lampu sorot
5) Tabung oksigen
d) Persiapan pasien
Hasil: persiapan kuret telah dilaksanakan
8. Memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian bawah yang
dirasakan oleh ibu
Hasil: ibu mengerti dengan keadaanya sekarang
9. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien
Hasil: ibu merasa nyaman dengan posisinya sekarang
10. Mengajarkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
Hasil: ibu melakukan tekhnik relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui
hidung dan menghembuskan secaraperlahan-lahan lewat mulut.
11. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil: ibu meraa tenang telah mengungkapkan perasaannya
12. Memberikan dorongan spiritual kepada ibu
Hasil: ibu mengerti dan tampak mulai berdoa
13. Melibatkan orang terdekat klien selama perwatan
Hasil: klien didampingi oleh suami
14. Menganjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan diri dengan
23
mengganti doek atau pembalut setiap kali basah.
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya
15. Memberikan terapi obat analgetik dan antibiotik
Hasil:
a. Ceftriaxone 1 gr /12 jam/IV
b. Asam mefenamat 500/8 jam/oral.
c. SF 300 mg/24 jam/oral.
VII. EVALUASI
A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa keadaannya mulai membaik
2. Ibu merasa masih ada darah yang keluar dari jalan lahir dan perut masih terasa nyeri.
3. Klien bisa beristirahat dengan baik.
B. DATA OBJEKTIF
1. Post kuret abortus inkomplit tanggal 07 September 2022
2. Ekspresi wajah tampak tenang dan cerah
3. Keadaan umum ibu baik
a) TD : 100/70 mmHg
b) N : 82x/menit
c) S : 36,60C
d) P : 22x/menit
4. Tampak masih ada sedikit pengeluaran darah dari vagina
5. Masih ada sedikit nyeri tekan pada perut bagian bawah.
6. Pemberian obat-obat dilanjutkan berdsarkan instruksi dokter
a) Antibiotik (cefadroxil 500 mg/12 jam/oral).
b) Analgetik (asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral).
c) Penambah darah (SF 300 mg/24 jam/oral).
7. Hb post kuret 9 gr%
C. ASSESMENT (A)
Post kuret abortus inkomplit hari kedua dengan nyeri perut bagian bawah
24
D. PLANNING (P)
1. Menganjurkan pada ibu untuk istrahat yang banyak
Hasil: ibu bersedia melakukannya
2. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihannya
Hasil: ibu bersedia tetap menjaga kebersihannya
3. Menganjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi
Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
3. Observasi perdarahan dan TTV
a) Tampak pengeluaran darah sedikit
b) TTV
1) TD : 100/70 mmHg
2) N :82x/menit
3) P : 22x/menit
4) S : 36,60C
4. Mengingatkan pada ibu untuk teratur minum obat.
a) Cefadroxil 500 mg/12 jam/oral
b) Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
c) Sf 300 mg/24 jam/oral.
5. Melakukan pemeriksaan laoratorium pada tanggal 09 September 2022
Hasil: Hb pada tanggal 09 September 2022 12,7 gr%
6. Tanggal 09 September 2022, pukul 13:00 pasien pulang dengan sehat.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Abortus inkomplit di diagonasa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal( biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam
Pada abortus inkomplet sering serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang di anggap sebagai benda asing(corpus alienum). Oleh karena itu uterus akan terus
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi dalam uterus dan sekitarnya
dapat terjadi di setiap abortus tetapi biasanya di temukan pada abortus inkomplet yang lebih
sering pada abortus buatan yang di kerjakan tanpa memperhatikan asepsisi dan antisepsis (irianti
Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan,
padausia kehamilan < 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (4). Usia abortus dapat
diklasifikasi menjadi 2: abortus awal dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan (12 minggu)
dan abortus telat dengan usia kehamilan lebih dari 3 bulan (12 minggu sampai 20 minggu),
dimana ibu yang aborsi pada trimester kedua (usia kehamilan ≥ 12 minggu) berisiko lebih tinggi,
lebih mahal dan lebih sulit diakses daripada aborsi pada kehamilan lebih awal Abortus inkomplit
adalah dimanasebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalismasih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum, beberapa faktor penyebab abortus inkomplit menurut
beberapa jurnal yaitu faktor janin, yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu adanya
26
kelainan genetik, dan faktor ibu,antara lain anemia, kelainan endokrin (hormonal), faktor
kekebalan (imunologi),kelemahan otot leher rahim, kelainan bentuk rahim, dan infeksi yang
diduga akibat beberapa virus seperti campak jerman, cacar air, herpes, toksoplasma, danklamidia
(Muchtar, 2010) Salah satu penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia yang
Umur berpengaruh terhadap kejadian abortus karena mengingat seorang wanita yang
ingin hamil, mereka harus mempersiapkan diri secara fisik maupun mental, Wanita yang
memiliki usia kurang dari 20 tahuntentunya belum memiliki kematangan organ-organ reproduksi
sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, selain itu psikologinya juga belum
mapan untuk menerima perubahan yang terjadi selama hamil, begitu pula wanita yang usianya
lebih dari 35 tahun, mereka memiliki alat reproduksi yang sudah tidak sanggup lagi bekerja
Kejadian abortus juga diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada
timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan ibu sendiri. Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus
27
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan sel telur dan sel
sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 28 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature.
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. (Prawiroharjo, S. Pelayanan
kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus. Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang
merupakan salah satu dari perdarahan dalam masa kehamilan. Abortus ada 2 macam, baik itu
spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari abortus ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak
bentuk-bentuk abortus yang kita temui..Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam
kehamilan baik itu dari faktor ibu, bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab
B.Saran
1. Saran untuk klien
28
c. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur sesuai instruksi
dokter.
professional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI).
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen kebidanan
perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan untuk
c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai resiko
untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu bidan
diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tandatanda bahaya kehamilan dan
menganjurkan ibu dan keluarga segerah kepelayanan kesehatan bila mengalami hal
tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andriza.“hubungan Umur dengan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortu sInkomplit di
Rumah sakit Muhammadiya Palembang 2013”Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No. 1, Juli
2013. C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.2013. Fauziah, Yulia. Obstetri Patologi. Yogyakart: Nuha Medika. 2012.
Fathala, Mahmoud dan Robecca J Cook.”women, Abortion and the new Thecnical and
PolicyGuidance from WHO”Competing interests: None declared.Bull World Health
Organ 2012;90:712 doi:10.2471/BLT.12.107144.
Irianti, Bayu dkk. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.2014.
Kemenkes RI. “Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI” Jakarta. 2014.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungandan KB, Jakarta:
EGC. 2013.
Maliana, Andesia “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di ruang
kebidanan”JurnalKesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016.
Ngot Thi Nuh Nguyen dkk “Results from a study using misoprostol formanagement of
incomplete abortion in Vietnamese hospitals: implications for task shifting” Ngoc et al.
BMC Pregnancy and Childbirth 2013, 13:118 http://www.biomedcentral.com/1471-
2393/13/118.
30
Pudiastuti,Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.Yogyakarta: Nuha
Medika. 2012.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2014.
Reskiyah Septi Yanti dan Fruriolina Ariani.Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta: EGC.2012.
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternadan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Sarwono Prawirohardjo.2014.
Sandi, DebyMatia, “Gambaran Umum dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”Jurnal Harapan BangsaVol 2.
2014.
Sulistyawati Ari. Asuhan Kebidanan pada masa Kehamilan. Jakarta: salemba medika.2013.
Susiana, Sali. “Aborsi dan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan” Studi khusus Gender pada
bidang kesejahteraan social”Badan Keahlian DPR RI. Vol. VIII, No
06/II/P3D/Maret/2016.
Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar: Alauddin University Press.
2013.
WHO, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:Unicef,
2013.
Wulandari, Sri.”Perilaku Seksual Pranikah Berisiko terhadap Kehamilan tidak Diinginkan pada
Remaja SMKN Tandun Kabupaten Rokan Hulu”Jurnal Maternity and Neonatal Volume
2 No 2, 2016.
31