Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN

KASUS ABORTUS INKOMPLITRUANGAN GARDENIA DI RSU


SEMBIRING TAHUN 2022

BAB I

PENAHULUAN

DI SUSUN OLEH :

ANASTYA USWATUN HASANAH HARAHAP


ASWANI
DIAN ANGGRENI BR GINTING
MARIAH
NADIA CLAUDIA
NURLELA
REHMA ARIHTA BT SITEPU
SUARTI NINGSIH
SUCI ANNUR NASUTION
SUTANTI EKA WINARSIH
TASYA NURIDAYANTI
VITALIA KRISNAWATI GIAWA
WARDIANA
YULIA NINGSIH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh Swt yang telah melimpahkan rahmat-

Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU HAMIL DENGAN KASUS ABORTUS INKOMPLIT RUANGAN GARDENIA DI

RSU SEMBIRING TAHUN 2022” dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini berisi

tentang hal yang berhubungan dengan remaja yang mengalami hambatan penyesuaian sosial

(Social Adjusment) dikarenakan pengaruh penggunaan narkoba.

Secara garis besar lingkup makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab I mengenaiAbortus

merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan

kematian ibu. Bab II mengenai Landasan Teoritis,penjelasan mengenai abortus inkomplit; dan

Bab III mengenai Intervensi Bimbingan Dan Konseling Terhadap studi kasus, yang terdiri dari:

Teknik yang digunakan, Proses Konseling kognitif perilaku, Hasil yang Diharapkan, dan Skrip

Simulasi sebagai gambaran implementasi secara praktis, Bab IV berupa pembahasan , dan Bab V

berupa kesimpulan dan saran.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung

penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi

kemajuan selanjutnya.

Deli Tua,17 Oktober 2022

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Umum........................................................................................................................4
1.4 Tujuan khusus........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Tinjauan Teori Abortus Inkompletus.....................................................................................5
2.1.1 Pengertian........................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi............................................................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi.....................................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................................................7
2.1.5 Tanda dan Gejala...........................................................................................................10
2.1.6 Penatalaksanaan.............................................................................................................10
2.1.7 Komplikasi....................................................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................12
2.1.9 Pengertian Kuretase.......................................................................................................12
2.1.10 Persiapan Sebelum Kuretase menurut Rustam Mochtar (2016).................................12
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................................26
BAB V...........................................................................................................................................28
PENUTUP....................................................................................................................................28
A. Kesimpulan...........................................................................................................................28
B. Saran......................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada

kesakitan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan berupa

komplikasi yang disebabkan oleh abortus. Abortus inkomplit merupakan salah satu penyebab

kematian Neonatal dan Maternal di Indonesia. Risiko terjadinya abortus inkomplit meningkat

bersamaan dengan peningkatan jumlah paritas dan usia ibu.Abortus meningkat 10% pada wanita

dengan paritas primipara dan grandemultipara, sedangkan pada usia abortus meningkat sebesar

12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40

tahun (Cunningham, 2012).

Angka kematian merupakan indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu

Negara. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator dalam bidang obstetrik. AKI

juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan Sustainable Development

Goals (SDG) yaitu tujuan ke-3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong

kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (Depkes, 2015).

World Health Organization (WHO), pada tahun 1999 telah mengeluarkan panduan

“Making Pregnancy Safer” sebagai prioritas setiap negara dan pada tahun 2000, para negara

anggota PBB mengadopsi Milenium Development Declaration yang memberi penekanan pada

kesehatan ibu serta kehamilan dan persalinan yang aman dalam perkembangan di setiap negara.

Sasarannya ialah mengurangi angka kematian ibu sebesar 75 % antara tahun 1990-2015

(Manuaba, 2008).

1
Departemen Kesehatan RI (2003) menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup

tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus

per tahun. Affandi (2003) menambahkan bahwa dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia,

sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 diaborsi

karena tidak digunakannya alat KB.

Masalah kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas

utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia mendatang.Tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya penurunan angka kematian ibu, menunjukkan bahwa

pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas

pelayanan.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram

atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di

luar kandungan (Sarwono, 2008).

Proses terhentinya kehamilan dapat dijabarkan menurut kejadiannya yaitu abortus

spontan (terjadi tanpa intervensi dari luar dan berlangsung tanpa sebab yang jelas) dan abortus

buatan (tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur

28 minggu atau berat janin 500 gram).Abortus disebabkan 4 faktor yaitu Kelainan pertumbuhan

hasil konsepsi, Kelainan pada plasenta, penyakit ibu dan kelainan traktus genitalus (Sarwono,

2007).

Usia menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang

mengacu pada setiap pengalaman, usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki usia

perkawinan dan kehamilan akan membantu sesorang dalam kematangan menghadapi kesiapan

2
terhadap masalah atau persoalan, dalam hal ini menghadapi kehamilan dan perubahan psikologis

dan fisiologis selama hamil. Dimana semakin muda umur WUS maka semakin kurang perhatian

serta pengalaman yang dimilki WUS karena ketidaksiapan WUS dalam menerima kehamilan dan

sistem reproduksi yang belum matang. Hal ini berdampak pada psikologis WUS tersebut (Yuni,

2010).

Angka kejadiaan abortus sulit ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak

dilaporkan, kecuali sudah terjadi komplikasi. Rata-rata terjadi 114 kasus perjam. Sebagian besar

studi menyatakan kejadian abortus spontan 15-20% dari semua kehamilan. Hal ini dikarenakan

angka chemical pregnancy lost yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi.

Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan keganasan gamet ( misalnya: sperma dan

disfungsi oosit).

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus antara lain, factor genetik (mendelian,

multifaktor, robertsonian, respirokal). Kelainan konginetal uterus (anomaly duktus mulleri,

sektum uterus, uterus bikornis, inkompetensi servik uterus, mioma uteri, sindroma asherman),

antoimun (aloimun, mediasi imunitas humeral, mediasi imunitas seluler) defek fase luteal (faktor

endokrin eksternal, antibodi antitiroid hormon, sintesis Lh yang tin ggi, infeksi hematologik,

lingkungan.

Bila terjadi perdarahan yang hebat akibat abortus inkomplit dianjurkan segera melakukan

pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya

kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan

bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan

kuret vakum menggunakan kanula dan plastik. Pasca tindakan perlu diberikan uretonika parental

atau peroral dan antibiotika

3
Berdasarkan latar belakang diatas data abortus inkomplit setiap tahunnya mengalam

peningkatan oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul

“Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah“Apakah ada

hubungan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit

1.3 Tujuan Umum


Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus Inkomplit

melaluipendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.

1.4 Tujuan khusus


1. Mengetahui pengertian dari abortus serta klarifikasi nya

2. Mengetahui patofisiologi abortus

3. Mengetahui faktor penyebab serta komplikasi abortus

4. Mengetahui diagnosa klinis beserta penatalaksanaan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori Abortus Inkompletus


2.1.1 Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup luar

kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram (Prawirohardjo, 20017).

Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus

(Nugroho, 2018).

2.1.2 Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian. Sebaliknya, pada

kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang

menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.

Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang

menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah

sebagai berikut :

a. Kelainan kromosom

b. Lingkungan kurang sempurna

c. pengaruh dari luar

5
2. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta

terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa

terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,malaria, dan lain-lain dapat

menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta ke janin,

sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus.

4. Kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.

Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa

yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik

inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks

berlebihan, amputasi, atau robakan serviks luas yang tidak dijahit ( Prawirohardjo, 2006).

2.1.3 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh

nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus

berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi

itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara

6
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

dalam,sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak

perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban

pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai

persalinan dalam bentuk miniatur. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam

berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil

tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised abortion)

( Prawirohardjo, 2006).

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Abortus Spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme ataupun

medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor faktor ilmiah. Abortus ini terbagi lagi

menjadi :

a) Abortus imminens (keguguran mengancam)

Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut

atau dipertahankan1.Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada Wanita hamil terjadi

perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus

membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada

beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang

jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam

7
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah,

cepat berhenti, dan tidak disertai mules-mules.

b.) Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Perdarahan intrauterin sebelum kehamilan lengkap 20 minggu dengan dilatasi serviks

berlanjut tetapi tanpa pengeluaran product ofconception (POC). Pada abortus ini mungkin terjadi

pengeluaran sebagian atas seluruh hasil konsepsi dengan cepat. Abortus dianggap inspiens jika

ada tanda-tanda berikut : penipisan serviks derajat sedang, dilatasi serviks > 3 cm, pecah selaput

ketuban, perdarahan > 7hari, kram menetap meskipun sudah diberikan analgetik narkotik, dan

tanda-tanda penghentian kehamilan (misal, tidak ada mastalgia).

c) Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)

Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari

kavum uteri melalui kanalis servikalis. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di

uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus

inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif

sehingga menyebabkan hypovolemia berat.

d) Abortus kompletus (keguguran lengkap)

Proses abortus di mana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.Tanda

dan gejalanya yaitu ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah

mengecil.Penderita tidak memerlukan pengobatan khusus.

e) Missed abortion (retensi janin mati)

8
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak

dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih

f) Abortus habitualis

Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita

tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

g) Abortus infeksiosa dan Abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus

septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam

peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap

abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada

abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya pada

abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi,dan

infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar

lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok

2. Abortus Provokatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.

Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a) Abortus Medisinalis

9
b) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan

dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

c) Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

d) Abortus Kriminalis

e) Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak

berdasarkan indikasi medis.

2.1.5 Tanda dan Gejala


Menurut ( Mitayani, 2017 ) tanda dan gejala abortus inkompletus yaitu:

1. Terlambat haid.

2. Perdarahan pervaginam, tidak akan berhenti sampai hasil konsepsi dikeluarkan.

3. Rasa mulas atau kram perut.

4. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah.

2.1.6 Penatalaksanaan
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan cairan

infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi perdarahan yang hebat,

dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang

mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung

baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase

harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan

yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca tindakan

disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan kontraksi uterus ( Prawirohardjo, 2006).

2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari abortus inkompletus menurut

10
Prawirohardjo(2016) yaitu :

1.Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika

perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2.Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada

tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk

perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu hosterektomi. Perforasi uterus pada abortus

yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoaln gawat karena perlukaan uterus

biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.dengan

adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan

untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan

seperlunya guna mengatasi komplikasi .

3.Infeksi

4.Syok

Syok pada abortus bisa terjadi perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat

(syok endoseptik).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 hari

setelah abortus.

11
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. (Arif

Mansjoer, 2015).

2.1.9 Pengertian Kuretase


Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok

kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk

menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah

terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi

( Rustam Mochtar,2016).

2.1.10 Persiapan Sebelum Kuretase menurut Rustam Mochtar (2016)


1. Konseling Pra Tindakan

a. Memberi informed consent ( tindakan persetujuan medik)

b. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita.

c. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan.

d. Memeriksa keadaan umum pasien, bila mungkin pasien dipuasakan.

2. Pemeriksaan sebelum kuretase

a. USG (ultrasonografi)

b. Mengukur tensi dan Hb darah

c. Memeriksa sistim pernafasan

d. Mengatasi perdarahan

e. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit.

12
3. Persiapan pasien

a. Lakukanlah pemerikasaan umum : tekanan darah, nadi, keadaan jantung, Hb darah

paru-paru dan sebagainya.

b. Cairan dan selang infus sudah terpasang.

c. Mengosongkan kandung kemih.

d. Perut bawah dan lipat paha dibersihkan dengan air dan sabun.

e. Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi.

4. Persiapan alat-alat kuretase

a. 1 cunan tampon.

b. 1 tenakulum

c. 2 klem ovum (forester/fenster clamp) lurus dan lengkung

d. 1 set sendok kuret

e. 1 penala kavum uteri (sonde uterus)

f. 2 spekulum sim’s atau L

g. 1 kateter keret

h. O2 dan regulator

5. Prosedur tindakan

a. Pasien dalam posisi litotomi

b. Pasang O2

c. Suntikkan valium 10 mg dan atropin sulfat 0,25 mg intravena.

d. Tindakan dan antisepsis genitalia eksterna, vagina, dan serviks.

e. Kosongkan kandung kemih

13
f. Pasang spekulum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan tenakulum

menjepit dinding depan porsio pada jam 12. angkat spekulum depan dan spekulum

belakang dipegang oleh seorang

asisten.

g. Masukkan sonde uterus dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah uterus.

h. Keluarkan jaringan dengan cunam abortus, dilanjutkan dengan kuret tumpul secara

sistematis menurut putaran jarum jam. Usahakan seluruh kavum uteri dikerok.

i. Setelah diyakini tidak ada perdarahan, tindakan dihentikan. Awasi tanda vital 15-30

menit pasca Tindakan

14
BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL


DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas/Biodata
Nama :Ny.G Nama suami :Tn.T
Umur :29 Tahun Umur :30 Tahun
Suku/Kebangsaan :BatakSuku/Kebangsaan :Batak
Agama :Kristen Agama :Kristen
Pendidikan :S1 Pendidikan :S1
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Dosen
Alamat rumah :Deli Tua Alamat rumah :Deli Tua

B. Anamnese (Data Subjektif)


Pada tanggal :07-09-2022 Pukul :15.00 Oleh :Bidan
1. Alasan kunjungan saat ini :  Pertama  Ulangan  Ada keluhan
2. Keluhan-keluhan : Ibu menyatakan keluar darah dari jalan lahir sejak tiga hari
yang lalu
3. Riwayat menstruasi
 Haid pertama : umur 13 tahun
 Siklus : 28 hari
 Banyaknya :2 x ganti duk
 Dismenorrhoe :ada
 Teratur/tidak teratur :teratur
 Lamanya :3-5 hari
 Sifat darah :encer
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G1P0A0
N Tgl Usia Jenis Tmpt Komplikasi Penolong Bbl Nifas
o lahir/ kehamilan persalinan persalinan Ibu Bayi Bb Keadaan Laktasi Kelainan
Umur lahir
Hami
l ini

5. Riwayat kehamilan ini


 Hari Pertama Haid Terakhir : 16-07-2022
 TTP : 23-04-2023
 Keluhan pada : Trimester I :Mual muntah
Trimester II :-
Trimester III : -
 Pergerakan anak pertama sekali : -
 Pergerakan anak 24 jam terakhir
< 10 kali 10-20 kali > 20 kali
Bila lebih dari 20 x dalam 24 jam, dengan frekuensi :

15
< 15 detik > 15 detik
 Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan)
- Rasa lelah : Tidak ada
- Mual muntah yang lama : Tidak ada
- Nyeri perut : ada
- Panas, menggigil : Tidak ada
- Sakit kepala berat/terus menerus : Tidak ada
- Penglihatan kabur : Tidak ada
- Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada
- Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
- Pengeluaran cairan pervaginam : ada
- Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
- Oedema :Tidak ada
- Lain-lain (jelaskan) : Tidak ada
 Obat-obat yang dikonsumsi : Trimester I :-
: Trimester II : -
: Trimester III : -

 Kekhawatiran khusus : -
 Pola eliminasi :
- BAK : frekuensi 7-8 kali/hari, warna : Jernih
Keluhan BAK : Tidak ada
- BAB : frekuensi 1 kali/hari, warna : Coklat konsistensi : -
Keluhan BAB : Tidak ada

 Pola aktivitas sehari-hari


- Pola istirahat dan tidur : Siang 1-2 jam, malam 6 jam
- Seksual : Ada
 Imunisasi TT 1 tanggal :- TT 2 tanggal : -
 Kontrasepsi yang pernah digunakan : Tidak ada

6. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita


Jantung : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Asma/TB Paru : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
7. Riwayat penyakit keluarga
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Gemelli : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
8. Riwayat ekonomi
 Status perkawinan : Sah

16
 Respon ibu dan keluarga kehamilan :
 Direncanakan  Tidak direncanakan
 Tidak diterima  Diterima
 Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan :
 Ada dukungan  Tidak ada dukungan
 Pengambil keputusan dalam keluarga
 Suami  Ibu hamil  Mertua/orang tua
 Pola makan/minum
- Makanan sehari-hari, frekuensi : 3 kali / hari, banyaknya :1 Piring
- Jenis makanan yang dimakan : Nasi,ikan, sayur buah
- Perubahan makan yang dialami (ngidam, nafsu makan, dll) : -
- Minum : 6-7gelas/hari
Kebiasaan merokok :  Ya Tidak
Minuman keras :  Ya Tidak
Mengkonsumsi obat terlarang :  YaTidak
 Kegiatan sehari-hari (bebas kerja) :Tidak bekerja
 Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan membantu persalinan :
..............Bidan ....................................................................................................

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


1. Status emosional : Baik
2. Pemeriksaan fisik umum : BB : 48 kg TB : 155 cm, Lila : 24 cm
BB sebelum hamil : 45 kg

3. Tanda vital TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit


Pernapasan : 22 x/menit, Temp. : 36,5 ° C

4. Kepala : Kulit kepala :  Bersih, Tidak bersih


Distribusi rambut :  Merata Tidak merata
Warna rambut :  Hitam mengkilat
 Kemerahan
 kuning seperti rambut jagung

5. Wajah : Oedema :  Ada  Tidak ada


Cloasma gravidarum :  Ada  Tidak ada
Pucat :  Ya  Tidak ada
6. Mata : Conjungtiva :  Merah muda
 Merah
Sklera :  ikterus
 Tidak ikterus
Odem palpebral :   tidak ya
7. Hidung : Polip :  ada tidak ada
Pengeluaran :  ada, sebutkan tidak ada

8. Mulut : Lidah :  tidak bersih bersih


Stomatitis :  ada  tidak ada

17
Gigi : Caries :  ada  tidak ada
Berlobang :  ya tidak berlobang
Epulis pada gusi :  ada  tidak ada
Tonsil :  meradang  tidak meradang
Pharynx :  meradang  tidak meradang
9. Telinga : Serumen :  ada  tidak ada
Pengeluaran :  ada tidak ada, jelaskan
10. Leher : Luka bekas operasi :tidak ada  Ada, jelaskan.......
Kelenjar thyroid : membesar  Tidak membesar
Pembuluh limfe :  membesar tidak membesar
11. Dada
Mammae : Simetris : ya  tidak simetris
Areola Mammae :
Puting susu : Menonjol Mendatar masuk kedalam
Benjolan :  ada, tidak ada
Pengeluaran dari puting susu :ada, sebutkan……. tidak ada

12. Aksila : Pembesaran kelenjar getah bening :  ada,sebutkan..... tidak ada

13.Genitalia
- Vulva : Pengeluaran : tidak ada ada, jelaskan darah
Varices : ada tidak ada
Kemerahan/lesi : ada tidak ada
- Perineum Bekas luka/luka parut :  ada  tidak ada
Lain-lain : jelaskan.....

14. Pinggang (periksa ketuk : Coste-Vertebre-Angel-Tendernes = CVAT)


Nyeri :  tidak ada, ada, jelaskan :

15. Ekstremitas :
Oedem pada tangan/jari : Tidak ada
Oedem ekstremitas bawah : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Refleks patella : Ada

D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb :9 gr%
2. Protein urine : -
3. Glukose urine : -
4. Lain-lain :-

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Usg : Ada
2. Rontgen :-
3. Lain – lain : -
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH AKTUAL

18
Diagnosa aktual : Ny. G usia 29 tahun,G1 P0 A0 Gestasi 11 minggu 4 hari, dengan Abortus
Inkomplit.
Masalah aktual : Nyeri perut bagian bawah.
1. Data subjektif
a. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama.
b. Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 16 juli 2022
c. Ibu mengatakan darah keluar dari vagina
2. Data objektif
a. terdapat pengeluaran darah
b. konjungtiva pucat
c. lemas
d. nyeri pada bagian perut bawah

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


A. masalah potensial pada ibu hamil dengan abortus inkomplet
1. kematian pada ibu
2. pendarahan
3. infeksi pada jalan lahir
4. anemia
5.kerusakan pada leher rahim
6. resiko kanker

IV. TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI


A. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
1. Penatalaksanaan pemberian cairan infus ringer laktat (RL), drips oxytocin 20
unit dalam 500 cc cairan IV, dengan 28 tetes/menit.
2. Rencana kuret tanggal 08 September 2022, pukul 16.00 wib
B. Penataklasanaan pemberian obat
1. Antibiotik (ceftriaxone 1gr/12 jam/IV).
2. Analgetik (Asam Mefenamat 500 mg/8 jam/oral).
3. Penambah darah (SF 300 mg/24 jam/oral).

19
4. Misoprostol 2 tablet/vagina

V. RENCANA/INTERVENSI
A. Diagnosa : ny. G usia 29 tahun, G1 P0 A0, gestasi 11 minggu 4 hari, dengan Abortus
Inkomplit
B. Masalah aktual : Nyeri perut bagian bawah
C. Masalah potensial :
1. Antisipasi terjadinya infeksi jalan lahir
2. Antisipasi terjadinya anemia

D. Tujuan:
1. Abortus inkomplit dapat teratasi
2. Nyeri perut dapat teratasi
3. Keadaan ibu baik
4. Infeksi tidak terjadi
5. Anemia tidak terjadi

E. Kriteria:
1. Perdarahan pervaginam berhenti
2. Ibu tidak mengeluh nyeri dan tidak ada nyeri tekan pada perut
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal:
a) TD : sistole 90-140 mmHg, diastole 60-90 mmHg
b) N : 60-100 kali/ menit
c) S : 36,5-37,5oc
d) P : 16-24 kali/ menit

F. Rencana tindakan :
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan menjelaskan keadaan yang
Dialaminya, Rasional: dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu
dapatmengerti tentang keadaannya dan dapat mengurangi kecemasan ibu.
2. Observasi tanda-tanda vital

20
Rasional: tanda-tanda vital merupakan indikator dari keadaan umum klien
danmenentukan intervensi selanjutnya.
3. Beri informasi kepada klien tentang penyebab perdarahan
Rasional: agar ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret, jika kliensetuju
maka akan dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 08 September 2022, pukul
16:00 wib, Rasional: dengan penjelasan kepada klien/keluarganya diharapkan
dapatmenyetujui rencana tindakan kuret dan ibu dapat menyiapkan fisik dan
psikis.
5. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: sebagai pernyataan persetujuan dari ibu/keluarga untuk tindakan dan
sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan dalam melakukan tindakan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat.
Rasional : agar tubuh ibu Kembali membaik
7. Persiapan pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: dengan persiapan yang dilakukan yakni dengan persiapan alat,
penolong dan persiapan pasien maka akan memudahkan dalam melakukan
prosedur kerja sesuai dengan protap.
8. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik dan antibiotik
Rasional: analgetik akan membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu
dan antibiotik akan membantu mencegah terjadinya infeksi.
9. Bantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien
10. Ajarkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
11. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
12. Beri dorongan spiritual kepada ibu
13. Libatkan orang terdekat klien selama perawatan
14. Anjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan didri dengan mengganti doek
atau pembalut stiap kali basah
15. Berikan terapi obat anagetik dan antibiotik
VI. IMPLEMENTASI
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan keadaan yang

21
dialaminya.
Hasil: ibu memahami dan mengerti dengan keadaanya
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
a. TD : 100/70 mmhg
b. S : 36,80C
c. N : 78x/ menit
d. P : 20x/menit
3. Memberikan informasi kepada klien tentang penyebab pendarahan
Hasil: klien mengerti dengan apa yang diinformasikan
4. Menjelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret jika klien
setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 08 September 2022, pukul
16:00 wib.
Hasil: ibu/keluarga mengerti dan setuju, maka akan dilakukan tindakan kuretase.
5. memberikan Informet consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase.
Hasil: suami setuju dan telah menandatangani persetujuan tindakan kuret,
rencana kuret tanggal 08 September 2022, pukul 16:00 wib.
6. Menganjurkan ibu untuk istrahat sebelum dikuret
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya.
7. Melakukan persiapan pelaksanaan tindakan kuretasi yakni berupa persiapan
alat, penolong dan persiapan pasien
a) Persiapan alat kuret
1. Handscoen 2 pasang
2. Kain kasa secukupnya
3. Duk steril 1 buah
4. Kateter 1 buah
5. Spekulum anterior dan posterior
6. Tampongtan
7. Tenakulum
8. Sonde uterus
9. Abortus tang
10. Kuret tajam dan kuret tumpul

22
11. Kapas DTT
12. Larutan betadin
b) Persiapan penolong
1) Masker
2) Celemek
3) Kacamata
4) Tutup kepala
5) Sepatu boot
c) Persiapan alat-alat lain
1) Tempat darah
2) Tempat sampah
3) Larutan klorin
4) Lampu sorot
5) Tabung oksigen
d) Persiapan pasien
Hasil: persiapan kuret telah dilaksanakan
8. Memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian bawah yang
dirasakan oleh ibu
Hasil: ibu mengerti dengan keadaanya sekarang
9. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien
Hasil: ibu merasa nyaman dengan posisinya sekarang
10. Mengajarkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
Hasil: ibu melakukan tekhnik relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui
hidung dan menghembuskan secaraperlahan-lahan lewat mulut.
11. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil: ibu meraa tenang telah mengungkapkan perasaannya
12. Memberikan dorongan spiritual kepada ibu
Hasil: ibu mengerti dan tampak mulai berdoa
13. Melibatkan orang terdekat klien selama perwatan
Hasil: klien didampingi oleh suami
14. Menganjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan diri dengan

23
mengganti doek atau pembalut setiap kali basah.
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya
15. Memberikan terapi obat analgetik dan antibiotik
Hasil:
a. Ceftriaxone 1 gr /12 jam/IV
b. Asam mefenamat 500/8 jam/oral.
c. SF 300 mg/24 jam/oral.

VII. EVALUASI
A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa keadaannya mulai membaik
2. Ibu merasa masih ada darah yang keluar dari jalan lahir dan perut masih terasa nyeri.
3. Klien bisa beristirahat dengan baik.

B. DATA OBJEKTIF
1. Post kuret abortus inkomplit tanggal 07 September 2022
2. Ekspresi wajah tampak tenang dan cerah
3. Keadaan umum ibu baik
a) TD : 100/70 mmHg
b) N : 82x/menit
c) S : 36,60C
d) P : 22x/menit
4. Tampak masih ada sedikit pengeluaran darah dari vagina
5. Masih ada sedikit nyeri tekan pada perut bagian bawah.
6. Pemberian obat-obat dilanjutkan berdsarkan instruksi dokter
a) Antibiotik (cefadroxil 500 mg/12 jam/oral).
b) Analgetik (asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral).
c) Penambah darah (SF 300 mg/24 jam/oral).
7. Hb post kuret 9 gr%
C. ASSESMENT (A)
Post kuret abortus inkomplit hari kedua dengan nyeri perut bagian bawah

24
D. PLANNING (P)
1. Menganjurkan pada ibu untuk istrahat yang banyak
Hasil: ibu bersedia melakukannya
2. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihannya
Hasil: ibu bersedia tetap menjaga kebersihannya
3. Menganjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi
Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
3. Observasi perdarahan dan TTV
a) Tampak pengeluaran darah sedikit
b) TTV
1) TD : 100/70 mmHg
2) N :82x/menit
3) P : 22x/menit
4) S : 36,60C
4. Mengingatkan pada ibu untuk teratur minum obat.
a) Cefadroxil 500 mg/12 jam/oral
b) Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
c) Sf 300 mg/24 jam/oral.
5. Melakukan pemeriksaan laoratorium pada tanggal 09 September 2022
Hasil: Hb pada tanggal 09 September 2022 12,7 gr%
6. Tanggal 09 September 2022, pukul 13:00 pasien pulang dengan sehat.

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Abortus inkomplit di diagonasa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau

teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal( biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam

rahim. Perdarahan terus berlangsung banyak dan membahayakan ibu( feryanto,2016)

Pada abortus inkomplet sering serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim

yang di anggap sebagai benda asing(corpus alienum). Oleh karena itu uterus akan terus

mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri .

Terbukanya jalan rahim dan adanya perdarahan merupakan media perkembangannya

mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi dalam uterus dan sekitarnya

dapat terjadi di setiap abortus tetapi biasanya di temukan pada abortus inkomplet yang lebih

sering pada abortus buatan yang di kerjakan tanpa memperhatikan asepsisi dan antisepsis (irianti

bayu dkk, 2016 )

Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan,

padausia kehamilan < 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (4). Usia abortus dapat

diklasifikasi menjadi 2: abortus awal dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan (12 minggu)

dan abortus telat dengan usia kehamilan lebih dari 3 bulan (12 minggu sampai 20 minggu),

dimana ibu yang aborsi pada trimester kedua (usia kehamilan ≥ 12 minggu) berisiko lebih tinggi,

lebih mahal dan lebih sulit diakses daripada aborsi pada kehamilan lebih awal Abortus inkomplit

adalah dimanasebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada

pemeriksaan vagina, kanalis servikalismasih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau

menonjol pada ostium uteri eksternum, beberapa faktor penyebab abortus inkomplit menurut

beberapa jurnal yaitu faktor janin, yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu adanya

26
kelainan genetik, dan faktor ibu,antara lain anemia, kelainan endokrin (hormonal), faktor

kekebalan (imunologi),kelemahan otot leher rahim, kelainan bentuk rahim, dan infeksi yang

diduga akibat beberapa virus seperti campak jerman, cacar air, herpes, toksoplasma, danklamidia

(Muchtar, 2010) Salah satu penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia yang

disebabkankarena gangguan nutrisi dan peredaranoksigen menuju sirkulasi

uteroplasentersehingga dapat secara langsungmempengaruhi pertumbuhan janin

dalamkandungan melalui plasenta. (Siti khodijah ,2016).

Umur berpengaruh terhadap kejadian abortus karena mengingat seorang wanita yang

ingin hamil, mereka harus mempersiapkan diri secara fisik maupun mental, Wanita yang

memiliki usia kurang dari 20 tahuntentunya belum memiliki kematangan organ-organ reproduksi

sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, selain itu psikologinya juga belum

mapan untuk menerima perubahan yang terjadi selama hamil, begitu pula wanita yang usianya

lebih dari 35 tahun, mereka memiliki alat reproduksi yang sudah tidak sanggup lagi bekerja

semaksimal mungkin, sehingga kejadian abortus lebih sering terjadi.(Heryanti, 2018)

Kejadian abortus juga diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada

timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan ibu sendiri. Wanita dengan riwayat

abortus mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus

berulang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)(Siti khodijah ,2016).

27
BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan sel telur dan sel

sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,

sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran

hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup)

sebelum 28 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature.

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil

konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. (Prawiroharjo, S. Pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal;hal.145;2006). Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami

kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa

diantaranya diakhiri dengan abortus. Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang

merupakan salah satu dari perdarahan dalam masa kehamilan. Abortus ada 2 macam, baik itu

spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari abortus ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak

bentuk-bentuk abortus yang kita temui..Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam

kehamilan baik itu dari faktor ibu, bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab

terjadinya abortus atau kehamilan yang tidak dapat dipertahankan.

B.Saran
1. Saran untuk klien

a. Menganjurkan kepada ibu agar banyak beristrahat.

b. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi makanan dengan gizi seimbang.

28
c. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur sesuai instruksi

dokter.

d. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan organ genetalianya.

e. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dini.

2. Saran untuk bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

professional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI).

Oleh karena itu bidan harus meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,

melalui program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang

berkualitas sesuai dengan perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK).

b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen kebidanan

perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan untuk

memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.

c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai resiko

untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu bidan

diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tandatanda bahaya kehamilan dan

menganjurkan ibu dan keluarga segerah kepelayanan kesehatan bila mengalami hal

tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

Adil,Ferdinand.”Kajian yuridis tentang pengguguran kandungan karena alasan kesehatan ibu


menurut pasal 299 KUH Pidana”Lex Crimen Vol.I/No.1/JanMrt/2012.

Al-Djufri, Shaleh Muhammad.”Aborsi dalam Perspektif Kedokteran dan Hukum


Islam”.Makassar .2015.

Andriza.“hubungan Umur dengan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortu sInkomplit di
Rumah sakit Muhammadiya Palembang 2013”Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No. 1, Juli
2013. C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.2013. Fauziah, Yulia. Obstetri Patologi. Yogyakart: Nuha Medika. 2012.

Fathala, Mahmoud dan Robecca J Cook.”women, Abortion and the new Thecnical and
PolicyGuidance from WHO”Competing interests: None declared.Bull World Health
Organ 2012;90:712 doi:10.2471/BLT.12.107144.

Feryanto Achmad dan Padlun.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.2014.


Jannah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Yogyakarta:ANDI. 2012.

Irianti, Bayu dkk. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.2014.

Kemenkes RI. “Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI” Jakarta. 2014.

Kementrian Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung :Jabal. 2010.

Mangkuji, Abetty dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.2013.

Manriwati. Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta:EGC.2012.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungandan KB, Jakarta:
EGC. 2013.

Maliana, Andesia “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di ruang
kebidanan”JurnalKesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016.

Ngot Thi Nuh Nguyen dkk “Results from a study using misoprostol formanagement of
incomplete abortion in Vietnamese hospitals: implications for task shifting” Ngoc et al.
BMC Pregnancy and Childbirth 2013, 13:118 http://www.biomedcentral.com/1471-
2393/13/118.

Nurhayati dkk. Konsep Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika. 2013.

Permenkes RI.“Tentang pelatihan dan penyelenggaraan pelayanan aborsi atas indikasi


kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan. Jakarta: Permenkes RI No.3,
2016.

30
Pudiastuti,Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.Yogyakarta: Nuha
Medika. 2012.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2014.

Reskiyah Septi Yanti dan Fruriolina Ariani.Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta: EGC.2012.

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternadan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Sarwono Prawirohardjo.2014.

Sandi, DebyMatia, “Gambaran Umum dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”Jurnal Harapan BangsaVol 2.
2014.

Shihab, M.Quraish.Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lenterahati, 2009.

Sulistyawati Ari. Asuhan Kebidanan pada masa Kehamilan. Jakarta: salemba medika.2013.

Sunarti. Asuhan Kehamilan. Jakarta: In Media. 2013.

Susiana, Sali. “Aborsi dan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan” Studi khusus Gender pada
bidang kesejahteraan social”Badan Keahlian DPR RI. Vol. VIII, No
06/II/P3D/Maret/2016.

Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar: Alauddin University Press.
2013.

Syahrirdkk.”profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan 2014”.Dinas Kesehatan Provinsi


Sulawesi Selatan Makassar 2016.

WHO, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:Unicef,
2013.

WHO (World Health), Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta.EGC.2012.

Wulandari, Sri.”Perilaku Seksual Pranikah Berisiko terhadap Kehamilan tidak Diinginkan pada
Remaja SMKN Tandun Kabupaten Rokan Hulu”Jurnal Maternity and Neonatal Volume
2 No 2, 2016.

Yulaikha, Lili. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC. 2012.

31

Anda mungkin juga menyukai