Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENUGASAN UJIAN AKHIR SEMESTER PENYAKIT TAN.

SAWIT & KARET

DISUSUN OLEH :

NAMA :Riski Ramanda

NIM : 2001020

KELAS : BDP II A

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luas perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut di Indonesia saat ini diperkirakan 600.000
ha. Perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, khususnya gambut dalam akan dihadapkan
pada serangan sejumlah penyakit. Serangan penyakit itu dapat mengganggu pertumbuhan
dan pada akhirnya akan berpengaruh pada penurunan produksi. Jika serangan penyakit tidak
secara efektif ditangani secara baik, maka akan berakibat pada penurunan hasil dan bahkan
tanaman akan mati.
Salah satu penyakit yang diperkirakan akan menjadi kendala utama di perkebunan kelapa
sawit lahan gambut adalah penyakit Ganoderma boninense. Ganoderma adalah cendawan
patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan primer dan
menyerang berbagai jenis tanaman hutan. Cendawan ini dapat bertahan dalam tanah dalam
jangka waktu yang lama. Sesungguhnya Ganoderma tergolong pada kelompok cendawan
yang lemah. Serangan pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi keseimbangan
agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya cendawan kompetitor dalam
tanah, akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanah dan aplikasi herbisida yang tidak
bijaksana.
Awalnya, penyakit Ganoderma terlupa menyerang tanaman menghasilkan saja dan secara
ekonomi tidak berbahaya, dengan kejadian penyakit masih <1%. Namun beberapa tahun
terakhir ini Ganoderma telah menjadi satu masalah yang paling utama terutama pada satu
atau lebih dari 2 generasi tanam. Kejadian Ganoderma berkorelasi positif dengan generasi
kebun kelapa sawit. Saat ini Ganoderma sudah bisa ditemukan hampir di semua kebun kelapa
sawit di Indonesia meski kejadian penyakitnya bervariasi. Perkembangan cepat penyakit ini
tidak hanya di lahan mineral tetapi juga di lahan gambut. Pada tanah yang miskin unsur hara
di laporkan kejadian penyakit Ganoderma lebih besar. Di beberapa kebun di Indonesia,
Ganoderma telah menyebabkan kematian kelapa sawit hingga 80% atau lebih populasi
kelapa sawit dan hal tersebut menyebabkan penurunan produk kelapa sawit persatuan luas
(Susanto, et al, 2002).
Gejala awal penyakit sulit dideteksi karena gejala eksternal perkembangannya yang
lambat. Pada tanaman kelapa sawit muda (TBM), gejala penyakit busuk pangkal batang
(BPB) yang dapat diamati dari luar adalah adanya daun yang menguning pada satu sisi, atau
adanya bintik-bintik kuning dari daun yang lebih pendek, yang kemudian diikuti dengan
nekrosis (Singh). , 1991). Pada daun yang baru membuka tampak lebih pendek dibandingkan
daun yang normal lalu mengalami klorosis dan bahkan mengalami nekrosis. Seiring penyakit
ini terus berkembang, tanaman kelapa sawit tampak keseluruhan, pertumbuhan lambat dan
daun tombak yang tersisa tidak terbuka.
Gejala serupa juga dapat dilihat pada tanaman menghasilkan (TM), terdapat beberapa daun
tombak tidak terbuka dan kanopi daun umumnya pucat. Daun yang terserang kemudian mati
dimana nekrosis dimulai pada daun yang paling tua dan merambat ke atas ke arah mahkota
daun. Tanaman kemudian mati dimana daun kering terkulai pada ujung pelepah pada batang
atau patah tulang di beberapa titik sepanjang malai, dan menggantungkan ke bawah seperti
“rok wanita”. Umumnya apabila gejala pada daun yang terus diamati biasanya akan
ditemukan bahwa setidaknya satu bagian jaringan bawah telah mati diserang cendawan. Jika
tanaman belum terinfeksi, biasanya akan mengalami kematian dalam kurun waktu 6-24 bulan
sejak munculnya gejala pertama.

1.2 Rumusan Masalah


a. Penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
b. Teknik deteksi dini penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
c. Pengendalian penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
d. Penyakit bercak daun tanaman kelapa sawit

1.3 Tujuan
a. Mengetahui penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit Mengetahui teknik deteksi
dini penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
b. Mengetahui pengendalian penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
c. Mengetahui penyakit bercak daun pada tanaman kelapa sawit dan juga pengendalian nya
penyakit bercak daun tanaman kelapa sawit
BAB II

METODE PENYELESAIAN

Untuk menyatukan keberadaan pokok yang terserang Ganoderma maka perlu dilakukan
diagnosa. Diagnosa yang umum dilakukan adalah dengan mengamati gejala visual (eksternal)
untuk mengetahui infeksi penyakit. ini berdasarkan gejala visual penampakan daun tombak yang
ganda dan tanda adanya badan buah Ganoderma pada pangkal batang kelapa sawit. Deteksi
secara visual yang saat ini masih banyak dilakukan untuk mengetahui tingkat serangan
ganoderma dengan mengelompokkan tingkat serangan berdasarkan klasifikasi. Pemantauan
dapat dilakukan melalui citra satelit untuk mendapatkan informasi banyak tentang tanaman yang
mati akibat Ganoderma. Sensus terhadap titik Ganoderma yang terinfeksi dapat menggunakan
analisis Spatial Autocorrelation and Near analysis dari program software ArcGIS.

Gambar 1 Symptom tanaman terserang ganoderma boninense

Dinamika kemunculan tingkat gejala penyakit Ganoderma boninense adalah sebagai berikut :

a. 3 daun muda atau lebih tidak membuka.


b. 3 daun muda atau lebih tidak membuka, terdapat fruiting body jamur Ganoderma.
c. 3 daun muda atau lebih tidak membuka, terdapat lebih dari 1 fruiting body jamur
Ganoderma.
d. Tanaman mati.
Gambar 2 tanaman terserang ganoderma boninense

Cendawan Curvularia yang dalam bentuk teleomorfnya adalah Cochliobolus sp. merupakan
patogen bagi berbagai tanaman di daerah tropik dan subtropik. Curvularia yang terdiri atas
sembilan spesies mampu menginfeksi berbagai tanaman (Watanabe 2002). Curvularia
mempunyai kisaran inang yang sangat luas dan dapat ditemukan di berbagai belahan dunia.
Cendawan ini juga berperan sebagai penyebab penyakit pada manusia, yakni penyakit keratitis
(endophthalmitis) pada mata setelah terjadi trauma pada mata (Alex et al. 2013). Curvularia
merupakan salah satu cendawan yang menyerang suku Araceae (Yulianty 2005). Curvularia
biasa ditemukan pada bibit kelapa. Curvularia yang menyerang asparagus adalah Curvularia
lunata (85%), C. pallescens (32%), C. eragrostidis (18%), dan C. barchyspora (11.5%) (Salleh et
al. 1996). Salah satu patogen terbawa benih kakao hibrida ialah C. geniculata (Baharudin et al.
2012) serta C. lunata dapat menyebabkan penyakit bercak daun pada berbagai kultivar bibit
pisang dengan intensitas penyakit sampai 1–32% (Soesanto et al. 2012). Di Timur Tengah,
Curvularia juga menyerang buah kurma (Atia 2011). Pada tanaman kelapa dan kelapa sawit,
cendawan ini merupakan penyebab penyakit utama yang menyerang pada stadium pembibitan
yang sering disebut dengan penyakit bercak daun. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh
Curvularia sp. di pembibitan kelapa sawit dapat mencapai 38% (Solehudin et al. 2012). Penyakit
dapat menyebabkan kematian bibit kelapa sawit apabila penyakit ini tidak dikendalikan.
Curvularia juga ditemukan sebagai penyebab penyakit bercak daun kelapa sawit di Venezuela
(Escalante et al. 2010), di Thailand Selatan (Kittimorakul et al. 2013), dan di Kamerun (Oben et
al. 2011).
Gambar 3 Bibit yang terserang bercak daun

Gambar 4 Bibit yang terserang bercak daun


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Busuk Pangkal Batang

Ganoderma merupakan salah satu penyakit tular tanah (soil borne disease) sehingga pada
umumnya penyakit ini berkembang sangat lambat. Umumnya gejala serangan primer
penyakit ini adalah terjadinya pembusukan pada pangkal batang. Pada lahan gambut selain
melalui kontak akar jamur ini juga dapat menyebar dengan basidiospora melalui udara (air
borne disease), sehingga penyebaran penyakit akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan di
lahan gambut hampir setiap tahunnya areal akan tergenang air, sehingga dengan adanya
genangan air tersebut basidiospora jamur yang terdapat di dalam tanah akan mati karena
Ganoderma adalah jamur yang memerlukan udara (aerob).

Penyebaran untuk Ganoderma ke daerah yang baru, peranan basidiospora yang dilepaskan
dari badan buah sangat besar. Hal ini karena jumlah basidiospora yang sangat banyak,
ukurannya yang sangat kecil, bobotnya sangat ringan dan kemampuan bertahan (dorman)
dalam waktu yang sangat lama (bertahun-tahun). Dalam hal ini peranan angin sangat besar
dalam penyebaran basidiospora. Hal yang menarik dari gejala peyakit Ganoderma di lahan
gambut adalah gejala busuk pangkal batang atas (upper stem rot disease). Penyakit
Ganoderma sering dikenal sebagai penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot disease)
yang merupakan soil born disease sehingga penyebarannya cenderung lambat. Hal ini
diduga karena mekanisme penyebaran umumnya melalui kontak akar, sehingga penyakit ini
digolongkan ke dalam penyakit yang berbunga sederhana.

Pengendalian penyakit Ganoderma harus dilakukan dengan pengkajian yang lebih


mendalam. Saat ini, penyakit ini juga belum dapat diatasi dengan sangat efektif pada
perkebunan kelapa sawit lahan mineral. Pengendalian yang mungkin dapat dilakukan adalah
dengan cara metode penghindaran penyakit. Metode ini dilakukan dengan tujuan
menghindarkan akar tanaman yang sehat dengan sumber-sumber inokulum penyakit yang
telah ada. Di lahan mineral, metode penghindaran penyakit adalah dengan pembuatan sistem
lubang tanam besar.
Ada beberapa metode pengendalian maupun penghindaran dalam pengendalian penyakit
busuk pangkal batang atas yang disebabkan oleh jamur ganoderma baik secara
mekanis,hayati maupun kimiawi yaitu diantaranya

a) Secara Mekanis
Dalam pengendalian secara mekanis untuk penyakit busuk pangkal batang atas yang
disebabkan oleh jamur ganoderma ini adalah pada saat replanting
 Pada saat masa replanting,tanah sebaiknya dibajak atau dibalikkan menggunakan alat
mekanis untuk bertujuan membalikan unsur hara yang terkandung dan juga pathogen
penyakit dan juga spora spora jamur yang diindikasikan terkandung dalam tanah.
 Pembuatan lubang tanam besar pada saaat ingin melakukan penanaman .
 Pembubunan atau penimbunan tanaman pada saat tanaman sudah terserang.hal ini
memang tidak dapat membunuh spora jamur atau mengembalikan fisik tanaman
secara sempurna,akan tetapi metode ini diharapkan dapat memperpanjang umur
produksi tanaman
 Pembongkaran dan pencincanga.metode ini juga diterapkan pada tanaman yang sudah
terserang.hal ini dimaksud agar tanaman yang lain tidak ikut terserang denagn cara
yaitu pembongkaran tanaman sampai ke akarnya,setelah tumbang,sisa sisa akar di
bongkar sehingga membentuk lubang petak sekitar 4 x 4 meter dan pokok tadi
cincang dan dipanaskan.dengan cara ini diharapkan pokok skeitar nya tidak ikut
terindikasi jamur ganoderma.

b) Secara Hayati
Pengendalian Hayati lebih bersifat sebagai tindakan pencegahan dalam menekan laju
infeksi Ganoderma. Perlakuan pada awal pembibitan kelapa sawit dengan antagonis
cendawan (Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.) serta Mikoriza, untuk meningkatkan
pertahanan tanaman terhadap serangan penyakit BPB pada pembibitan kelapa sawit, ke
dalam polibag diitambahkan 15-30 gram cendawan antagonis. Pada saat bibit
dipindahkan ke lapangan, ke dalam lubang tanam ditambahkan cendawan Trichoderma
spp. sebanyak 75-150 gram. Cendawan seperti Gliocladium sp, Trichoderma spp. ( T.
viridae, T.hamatum, T. harzianum, T. koningii dan T. polysporum) dilaporkan dapat
menekan Ganoderma melalui kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat
dengan patogen (Cook and Baker, 1989) dengan memanfaatkan Trichoderma spp.
sebagai organisme yang memiliki kemampuan antagonistik dalam mengendalikan
penyakit tanaman. Trichoderma sp. cendawan yang sangat umum dijumpai dalam tanah
dan merupakan jamur yang bersifat antagonistik terhadap cendawan lain (Chet, 1987).
Saat ini cendawan Trichoderma spp sudah banyak diproduksi massal dan mudah
didapatkan.

Selain itu juga ada pengendalian menggunakan tandan kosong yaitu diberikan pada saat
tbm atau bahkan baru penanaman.itulah salah satu tujuan dibuat big hole yaitu untuk
memasukan tandan kosong yang diharapkan mampu mengendalikan jamur ganoderna

c) Secara Kimiawi
Upaya pengendalian yang lain adalah aplikasi fungisida kimiawi dengan metode injeksi
batang. Hal ini didasarkan pada sistem penyebaran penyakit yang tidak lagi soil borne
melainkan air borne disease. Keadaan ini memungkinkan pathogen hanya berkembang
pada jaringan batang kelapa sawit dan cenderung tidak terdapat pada akar tanaman.
Dengan adanya injeksi fungisida ke dalam batang tanaman maka bahan akifnya akan
mudah menghambat perkembangan pathogen. Berbeda dengan lahan mineral, fungisida
yang diinjeksikan sulit mengenai pathogen karena pathogen tersebut telah menyebar
sesuai dengan pergerakan akar.

3.2 Penyakit Bercak Daun Kelapa Sawit


Pengendalian penyakit bercak daun sangat berkaitan dengan kesehatan bibit kelapa sawit.
Bibit kelapa sawit yang dalam kondisi lemah akibat kurang pemupukan dan penyiraman
akan menjadi faktor predisposisi penyakit bercak daun. Kelembapan yang tinggi pada bibit
kelapa sawit akibat terlambatnya pindah tanam dari pembibitan prenursery ke main nursery
juga akan memperparah penyakit ini .Praktik pengendalian penyakit bercak daun yang
paling sering dilakukan ialah sanitasi daun terinfeksi dan aplikasi fungisida dengan bahan
aktif mancozeb dengan interval 7–10 hari . Aplikasi fungisida dengan bahan aktif mancozeb
dalam waktu yang sangat lama akan menyebabkan resistensi Curvularia terhadap fungisida
ini. Oleh karena itu, pemilihan bahan aktif fungisida lain dan cara aplikasinya akan sangat
membantu pengendalian penyakit bercak daun. Pengendalian secara kimiawi ini diharapkan
tetap kompatibel dengan teknik pengendalian yang lain, yaitu menjaga kesehatan bibit
kelapa sawit dengan melaksanakan seluruh pembibitan kelapa sawit sesuai standar dan
sanitasi daun terinfeksi. Identifikasi cendawan juga dilakukan untuk konfirmasi penyebab
penyakit bercak daun pada kelapa sawit.
BAB IV

KESIMPULAN

Pola penyebaran penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boninense tidak sepenuhnya
mengelompok tetapi agak acak mengelompok. Pola penyebaran lebih didominasi oleh peran
basidiospora yang disebarkan oleh angin. Ganoderma yang ada tidak berkembang dengan baik
di bagian pangkal batang kelapa sawit diduga karena sering tergenang oleh air. Akibatnya gejala
yang sering muncul sebagian besar adalah upper stem rot dan basal stem rot.

Teknik pengendalian Ganoderma yang sering dilakukan adalah isolasi tanaman kelapa sawit
yang terserang dengan membuat parit isolasi dan di dalam parit ditabur Trichoderma. Selain itu,
juga biasa dilakukan dengan pembongkaran tanaman dan pembakaran tanaman yang terserang
agar jamur Ganoderma mati.

Pengendalian terbaik penyakit bercak daun kelapa sawit adalah dengan menerapkan kultur teknis
pembibitan yang baik dan apabila terjadi epidemi penyakit sebaiknya dilakukan pengendalian
dengan sanitasi sumber inokulum dan aplikasi fungisida secara rotasi, yaitu difeconazol dan
tembaga oksida dengan frekuensi setiap 10 hari.
Daftar pustaka

Agus Susanto, Patra Anjara Ginting, Surianto, Agus Eko Prasetyo. 2008. Pola Penyebaran
Ganoderma boninense pada Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit. 16(3): 135-145.

Majalah Sawit Indonesia. 2014. “Ganoderma : Planter “Momok Menakutkan” Kelapa Sawit”.
https://sawitindonesia.com/ganoderma-momok-menakutkan-planter-kelapa-sawit/
diakses pada tanggal 18 juli 2022 pukul 08.23.

Abadi, AL. 1987. Biologi Ganoderma boninense Pat pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
dan pengaruh beberapa mikroba tanah antagonistik terhadap pertumbuhannya
[Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 147 p.

Purba RY, Puspa W, Hutauruk C. 1999. Pedoman teknis hama dan penyakit di pembibitan
kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. No 1-1.3, Pub Jan.

Utomo C. 1987. Penyakit daun pada bibitan kelapa sawit di Sumatera Utara. Bul Perkebunan.
18(2):83–88

Anda mungkin juga menyukai