Makalah Penugasan Ujian Akhir Semester Penyakit Tan
Makalah Penugasan Ujian Akhir Semester Penyakit Tan
DISUSUN OLEH :
NIM : 2001020
KELAS : BDP II A
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mengetahui penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit Mengetahui teknik deteksi
dini penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
b. Mengetahui pengendalian penyakit ganoderma pada tanaman kelapa sawit
c. Mengetahui penyakit bercak daun pada tanaman kelapa sawit dan juga pengendalian nya
penyakit bercak daun tanaman kelapa sawit
BAB II
METODE PENYELESAIAN
Untuk menyatukan keberadaan pokok yang terserang Ganoderma maka perlu dilakukan
diagnosa. Diagnosa yang umum dilakukan adalah dengan mengamati gejala visual (eksternal)
untuk mengetahui infeksi penyakit. ini berdasarkan gejala visual penampakan daun tombak yang
ganda dan tanda adanya badan buah Ganoderma pada pangkal batang kelapa sawit. Deteksi
secara visual yang saat ini masih banyak dilakukan untuk mengetahui tingkat serangan
ganoderma dengan mengelompokkan tingkat serangan berdasarkan klasifikasi. Pemantauan
dapat dilakukan melalui citra satelit untuk mendapatkan informasi banyak tentang tanaman yang
mati akibat Ganoderma. Sensus terhadap titik Ganoderma yang terinfeksi dapat menggunakan
analisis Spatial Autocorrelation and Near analysis dari program software ArcGIS.
Dinamika kemunculan tingkat gejala penyakit Ganoderma boninense adalah sebagai berikut :
Cendawan Curvularia yang dalam bentuk teleomorfnya adalah Cochliobolus sp. merupakan
patogen bagi berbagai tanaman di daerah tropik dan subtropik. Curvularia yang terdiri atas
sembilan spesies mampu menginfeksi berbagai tanaman (Watanabe 2002). Curvularia
mempunyai kisaran inang yang sangat luas dan dapat ditemukan di berbagai belahan dunia.
Cendawan ini juga berperan sebagai penyebab penyakit pada manusia, yakni penyakit keratitis
(endophthalmitis) pada mata setelah terjadi trauma pada mata (Alex et al. 2013). Curvularia
merupakan salah satu cendawan yang menyerang suku Araceae (Yulianty 2005). Curvularia
biasa ditemukan pada bibit kelapa. Curvularia yang menyerang asparagus adalah Curvularia
lunata (85%), C. pallescens (32%), C. eragrostidis (18%), dan C. barchyspora (11.5%) (Salleh et
al. 1996). Salah satu patogen terbawa benih kakao hibrida ialah C. geniculata (Baharudin et al.
2012) serta C. lunata dapat menyebabkan penyakit bercak daun pada berbagai kultivar bibit
pisang dengan intensitas penyakit sampai 1–32% (Soesanto et al. 2012). Di Timur Tengah,
Curvularia juga menyerang buah kurma (Atia 2011). Pada tanaman kelapa dan kelapa sawit,
cendawan ini merupakan penyebab penyakit utama yang menyerang pada stadium pembibitan
yang sering disebut dengan penyakit bercak daun. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh
Curvularia sp. di pembibitan kelapa sawit dapat mencapai 38% (Solehudin et al. 2012). Penyakit
dapat menyebabkan kematian bibit kelapa sawit apabila penyakit ini tidak dikendalikan.
Curvularia juga ditemukan sebagai penyebab penyakit bercak daun kelapa sawit di Venezuela
(Escalante et al. 2010), di Thailand Selatan (Kittimorakul et al. 2013), dan di Kamerun (Oben et
al. 2011).
Gambar 3 Bibit yang terserang bercak daun
PEMBAHASAN
Ganoderma merupakan salah satu penyakit tular tanah (soil borne disease) sehingga pada
umumnya penyakit ini berkembang sangat lambat. Umumnya gejala serangan primer
penyakit ini adalah terjadinya pembusukan pada pangkal batang. Pada lahan gambut selain
melalui kontak akar jamur ini juga dapat menyebar dengan basidiospora melalui udara (air
borne disease), sehingga penyebaran penyakit akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan di
lahan gambut hampir setiap tahunnya areal akan tergenang air, sehingga dengan adanya
genangan air tersebut basidiospora jamur yang terdapat di dalam tanah akan mati karena
Ganoderma adalah jamur yang memerlukan udara (aerob).
Penyebaran untuk Ganoderma ke daerah yang baru, peranan basidiospora yang dilepaskan
dari badan buah sangat besar. Hal ini karena jumlah basidiospora yang sangat banyak,
ukurannya yang sangat kecil, bobotnya sangat ringan dan kemampuan bertahan (dorman)
dalam waktu yang sangat lama (bertahun-tahun). Dalam hal ini peranan angin sangat besar
dalam penyebaran basidiospora. Hal yang menarik dari gejala peyakit Ganoderma di lahan
gambut adalah gejala busuk pangkal batang atas (upper stem rot disease). Penyakit
Ganoderma sering dikenal sebagai penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot disease)
yang merupakan soil born disease sehingga penyebarannya cenderung lambat. Hal ini
diduga karena mekanisme penyebaran umumnya melalui kontak akar, sehingga penyakit ini
digolongkan ke dalam penyakit yang berbunga sederhana.
a) Secara Mekanis
Dalam pengendalian secara mekanis untuk penyakit busuk pangkal batang atas yang
disebabkan oleh jamur ganoderma ini adalah pada saat replanting
Pada saat masa replanting,tanah sebaiknya dibajak atau dibalikkan menggunakan alat
mekanis untuk bertujuan membalikan unsur hara yang terkandung dan juga pathogen
penyakit dan juga spora spora jamur yang diindikasikan terkandung dalam tanah.
Pembuatan lubang tanam besar pada saaat ingin melakukan penanaman .
Pembubunan atau penimbunan tanaman pada saat tanaman sudah terserang.hal ini
memang tidak dapat membunuh spora jamur atau mengembalikan fisik tanaman
secara sempurna,akan tetapi metode ini diharapkan dapat memperpanjang umur
produksi tanaman
Pembongkaran dan pencincanga.metode ini juga diterapkan pada tanaman yang sudah
terserang.hal ini dimaksud agar tanaman yang lain tidak ikut terserang denagn cara
yaitu pembongkaran tanaman sampai ke akarnya,setelah tumbang,sisa sisa akar di
bongkar sehingga membentuk lubang petak sekitar 4 x 4 meter dan pokok tadi
cincang dan dipanaskan.dengan cara ini diharapkan pokok skeitar nya tidak ikut
terindikasi jamur ganoderma.
b) Secara Hayati
Pengendalian Hayati lebih bersifat sebagai tindakan pencegahan dalam menekan laju
infeksi Ganoderma. Perlakuan pada awal pembibitan kelapa sawit dengan antagonis
cendawan (Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.) serta Mikoriza, untuk meningkatkan
pertahanan tanaman terhadap serangan penyakit BPB pada pembibitan kelapa sawit, ke
dalam polibag diitambahkan 15-30 gram cendawan antagonis. Pada saat bibit
dipindahkan ke lapangan, ke dalam lubang tanam ditambahkan cendawan Trichoderma
spp. sebanyak 75-150 gram. Cendawan seperti Gliocladium sp, Trichoderma spp. ( T.
viridae, T.hamatum, T. harzianum, T. koningii dan T. polysporum) dilaporkan dapat
menekan Ganoderma melalui kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat
dengan patogen (Cook and Baker, 1989) dengan memanfaatkan Trichoderma spp.
sebagai organisme yang memiliki kemampuan antagonistik dalam mengendalikan
penyakit tanaman. Trichoderma sp. cendawan yang sangat umum dijumpai dalam tanah
dan merupakan jamur yang bersifat antagonistik terhadap cendawan lain (Chet, 1987).
Saat ini cendawan Trichoderma spp sudah banyak diproduksi massal dan mudah
didapatkan.
Selain itu juga ada pengendalian menggunakan tandan kosong yaitu diberikan pada saat
tbm atau bahkan baru penanaman.itulah salah satu tujuan dibuat big hole yaitu untuk
memasukan tandan kosong yang diharapkan mampu mengendalikan jamur ganoderna
c) Secara Kimiawi
Upaya pengendalian yang lain adalah aplikasi fungisida kimiawi dengan metode injeksi
batang. Hal ini didasarkan pada sistem penyebaran penyakit yang tidak lagi soil borne
melainkan air borne disease. Keadaan ini memungkinkan pathogen hanya berkembang
pada jaringan batang kelapa sawit dan cenderung tidak terdapat pada akar tanaman.
Dengan adanya injeksi fungisida ke dalam batang tanaman maka bahan akifnya akan
mudah menghambat perkembangan pathogen. Berbeda dengan lahan mineral, fungisida
yang diinjeksikan sulit mengenai pathogen karena pathogen tersebut telah menyebar
sesuai dengan pergerakan akar.
KESIMPULAN
Pola penyebaran penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boninense tidak sepenuhnya
mengelompok tetapi agak acak mengelompok. Pola penyebaran lebih didominasi oleh peran
basidiospora yang disebarkan oleh angin. Ganoderma yang ada tidak berkembang dengan baik
di bagian pangkal batang kelapa sawit diduga karena sering tergenang oleh air. Akibatnya gejala
yang sering muncul sebagian besar adalah upper stem rot dan basal stem rot.
Teknik pengendalian Ganoderma yang sering dilakukan adalah isolasi tanaman kelapa sawit
yang terserang dengan membuat parit isolasi dan di dalam parit ditabur Trichoderma. Selain itu,
juga biasa dilakukan dengan pembongkaran tanaman dan pembakaran tanaman yang terserang
agar jamur Ganoderma mati.
Pengendalian terbaik penyakit bercak daun kelapa sawit adalah dengan menerapkan kultur teknis
pembibitan yang baik dan apabila terjadi epidemi penyakit sebaiknya dilakukan pengendalian
dengan sanitasi sumber inokulum dan aplikasi fungisida secara rotasi, yaitu difeconazol dan
tembaga oksida dengan frekuensi setiap 10 hari.
Daftar pustaka
Agus Susanto, Patra Anjara Ginting, Surianto, Agus Eko Prasetyo. 2008. Pola Penyebaran
Ganoderma boninense pada Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit. 16(3): 135-145.
Majalah Sawit Indonesia. 2014. “Ganoderma : Planter “Momok Menakutkan” Kelapa Sawit”.
https://sawitindonesia.com/ganoderma-momok-menakutkan-planter-kelapa-sawit/
diakses pada tanggal 18 juli 2022 pukul 08.23.
Abadi, AL. 1987. Biologi Ganoderma boninense Pat pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
dan pengaruh beberapa mikroba tanah antagonistik terhadap pertumbuhannya
[Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 147 p.
Purba RY, Puspa W, Hutauruk C. 1999. Pedoman teknis hama dan penyakit di pembibitan
kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. No 1-1.3, Pub Jan.
Utomo C. 1987. Penyakit daun pada bibitan kelapa sawit di Sumatera Utara. Bul Perkebunan.
18(2):83–88