PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan gangguan saluran nafas kronik dan bersifat kompleks yang
menyebabkan timbulnya gejala seperti sesak nafas, mengi, dan batuk terutama pada
malam hari, dini hari, dan pada saat cuaca dingin. Asma bersifat episodik yang dapat
terdapat empat karakteristik asma, pertama yaitu adanya gejala tetrad klasik seperti
batuk, bersin, dahak, dan sesak nafas. Kedua, adanya obstruksi jalan nafas. Ketiga,
adanya peradangan pada saluran nafas, dan yang terakhir adanya bronkus yang hiper
Gejala pada asma dapat dikurangi dengan pemberian obat melalui nebulizer,
selain itu juga dapat diberikan latihan pernafasan seperti segmental breathing dan
pernafasan dengan teknik melakukan inspirasi secara dalam dan melakukan ekspirasi
secara rileks, dengan memberikan stimulasi pada bagian thoraks yang mengalami
penurunan frekuensi pernafasan dada dan memaksimalkan jumlah gas dalam darah
(Lehrer, 2010).
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Asma
mucus secara berlebih. Perubahan ini akan mengakibatkan berkurangnya ruang aliran
udara dan menghasilkan bunyi ronkus, penderita asma merasa tercekik, mereka
merasa sulit untuk memasukkan udara ke paru-paru, tapi ketika udara sudah masuk
ke dalam paru-paru, udara ini akan terperangkat dan sulit untuk dihembuskan keluar
(Shidartani, 2007)
B. Klasifikasi Asma
percakapan normal, nilai aliran puncak lebih dari 50% nilai terbaik.
2. Sedang-berat: mengi atau batuk dengan distres, berbicara dalam kalimat atau
frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan beberapa derajat desaturasi
oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai saturasi antara 90-
lelah dan bingung, usaha respirasi buruk, sedikit mengi (silent chest) dan suara
napas lemah, takitmea, bradikardia, hipotensi, aliran tungkak kurang dari 30%
angka prediksi atau angka terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur
3
C. Fisiologi Pernapasan
1. Sistem Respirasi
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara
1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan
kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif
glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru,
maka tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama
dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan
tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar
4
0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi
pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang
otomatis terletak di pons dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari
sistem ini terletak di rami alba medulla spinalis di antara bagian lateral dan
Serat saraf yang membawa impuls ekspirasi, bersatu terutama pada neuron
5
antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini aadalah
waktu singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini
nampaknya adalah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan
sekumpulan sel di medulla oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap
3. Etiologi Asma
6
4. Faktor Resiko Asma
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (host factor)
a. Faktor host
Genetik
Obesitas
Jenis kelamin
b. Faktor lingkungan
Rangsangan alergen.
Infeksi.
Merokok
Obat.
Gejala klinis asma klasik terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi. Gejala
lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum, penurunan toleransi kerja,
nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat disertai dengan pilek atau bersin.
Gejala tersebut dapat bervariasi menurut waktu dimana gejala tersebut timbul
Timbulnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti
paparan terhadap alergen, udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan, atau
aktivitas fisik. Faktor sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien
asma, seperti karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat bekerja
yaitu obstruksi aliran udara (terkait dengan bronkospasme, edema dan hipersekresi),
BHR, dan peradangan saluran nafas. Peradangan muncul dari BHR spesifik,
bronchoalveolar lavage, biopsies bronkial dan induksi dahak, serta dari pengamatan
postmortem pasien asma yang meninggal karena serangan asma atau penyebab lain.
tinggi dari saluran pernapasan sebagai bentuk respon pertahanan normal saluran
napas. Respon ini dapat mengakibatkan reaksi abnormal jaringan saluran pernapasan
7. Diagnosa Asma
fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar bunyi mengi pada
pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi,
karena pasien sudah lelah untuk bernapas). Dan yang cukup penting adalah
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri. Spirometri adalah
mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa
diperlukan instruksi operator yang jelas dan kooperasi pasien. Untuk mendapatkan
nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan
napas diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%
(Depkes, 2007).
Penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma antara lain : 1) Mengi pada saat
menghirup nafas. 2) Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak
8
yang terjadi berulang dan nafas tersenggal-senggal. 5 3) Hambatan pernafasan yang
reversible secara bervariasi selama siang hari. 4) Adanya peningkatan gejala pada
saat olahraga, infeksi virus, eksposur terhadap allergen dan perubahan musim. 5)
8. Permasalahan Fisioterapi
1. Impairment adalah suatu gangguan setingkat jaringan atau bisa juga suatu keluhan
yang dirasakan oleh pasien yang berhubungan dengan penyakit penderita. Dalam
kasus ini impairment yang didapat adalah sesak napas dan pengurangan expansi
thorak.
impairment.
melakukan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan, hal ini terjadi
apabila impairment dan function limitation tidak dikendali dan tak tertangani.
exercise yang digunakan dalam kasus asma ini adalah pursed lip breathing yang
maupun ekspirasi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
mucus secara berlebih. Perubahan ini akan mengakibatkan berkurangnya ruang aliran
udara dan menghasilkan bunyi ronkus, penderita asma merasa tercekik, mereka
merasa sulit untuk memasukkan udara ke paru-paru, tapi ketika udara sudah masuk
ke dalam paru-paru, udara ini akan terperangkat dan sulit untuk dihembuskan keluar
(Shidartani, 2007).
B. Saran
Dalam mencapai keberhasilan program tindakan fisioterapi diharapkan pasien
melakukan latihan sesuai yang dianjurkan oleh fisioterapi agar terapi berjalan dengan
efisien.
10