Anda di halaman 1dari 194

k

HIMPUNAN FATWA ZAKAT


MAJELIS ULAMA INDONESIA

KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
2022
HIMPUNAN FATWA ZAKAT TIM PENYUSUN
MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua
Dr. H.M. Asrorun Niam Sholeh, MA

Anggota
Miftahul Huda, Lc
Dr. H. Abdurrahman Dahlan, MA
KH. Arwani Faishol
KH. Abdul Muiz Ali
Muh Irbabunnuha

Tata Letak dan Perwajahan


Tsabit Latief

ISBN: 978-623-90163-4-0

Diterbitkan oleh:
Sekretariat Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia
Alamat: Jl. Proklamasi No. 51
Menteng, Jakarta Pusat
E-mail: komisi.fatwamui@gmail.com

© All rights reserved


PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kekua-
tan untuk menyelesaikan buku Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indone-
sia ini sehingga dapat hadir di tengah pembaca. Shalawat dan salam ke hadirat
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan seluruh
pengikutnya serta juga untuk kita semua, amin.
Buku ini merupakan hasil kumpulan fatwa-fatwa MUI yang terkait de­
ngan masalah zakat dan pendayagunaannya. MUI telah melakukan banyak
hal untuk kepentingan umat dan bangsa Indonesia, berkhidmah memberikan
bimbingan keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walau
demikian, khidmah tersebut belum seberapa dibanding dengan kompleksitas
permasalahan yang dihadapi oleh umat.
Dalam perjalanannya, MUI melalui fatwa yang dilahirkan menjadi solusi
atas problematika umat dengan tujuan meningkatkan ukhuwah Islamiyah
dan kerukunan antar umat beragama dalam memantapkan persatuan dan ke-
satuan bangsa. Fatwa dilahirkan melalui proses musyawarah antar ulama dan
cendekiawan Muslim untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ter-
jadi di tengah masyarakat. Tentunya, hal itu tidak lepas dari fungsi dan peran
MUI itu sendiri yakni sebagai pewaris tugas para Nabi (waratsat al-anbiya’),
pemberi fatwa (mufti), pembimbing dan pelayan umat (ra’i wa khadim al-um-
mah), gerakan perbaikan dan pembaruan (harakah al-ishlah wa al tajdid) dan
penegak amar ma’ruf dan nahi munkar.
Salah satu amanah Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Munas
MUI) tahun 2020 adalah sosialisasi hasil fatwa-fatwa ke masyarakat agar dapat
diketahui oleh masyarakat banyak dan dijadikan pedoman dalam kehidupan
beragama dan bermasyarakat. Salah satu program prioritas Komisi Fatwa MUI
sebagaimana hasil Musyawarah Nasional (MUNAS) Majelis Ulama Indonesia
adalah mengoptimalkan sosialisasi fatwa MUI. Salah satu bentuk sosialisasi
fatwa MUI adalah dengan pembukuan agar dapat diketahui oleh masyarakat
luas, baik untuk kepentingan bahan rujuk­an dan pedoman maupun untuk ke-
pentingan kepustakaan.
Buku ini merupakan kumpulan hasil keputusan Fatwa MUI yang terkait
dengan masalah zakat dan pendayagunaannya sejak MUI berdiri, keputusan
fatwa yang dilahirkan dalam forum Sidang Pleno Komisi Fatwa MUI, Forum
Munas MUI, maupun Forum Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia. Fatwa
MUI yang lahir dibahas dan ditetapkan melalui proses Ijtihad Jama’i dalam
persidangan kelembagaan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada unsur Pimpinan dan Anggota
Komisi Fatwa MUI serta seluruh unsur yang telah ikut dalam proses pemba-
hasan dan penetapan fatwa yang dengan ikhlas mencurahkan waktu, tenaga,
serta pikirannya untuk melakukan ijtihad kolektif sehingga fatwa-fatwa yang
termuat dalam buku ini dapat dirampungkan. Ucapan terima kasih juga patut
disampaikan kepada Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia yang terus
memberikan dorongan dan dukungan. Semoga buku Himpunan Fatwa Zakat
Majelis Ulama Indonesia ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas
dan dapat menjadi salah satu referensi penting di dalam rujukan keagamaan.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thariq



Jakarta, 16 Rabiul Akhir 1444 H
10 November 2022 M


Dr. H. M. Asrorun Niam Sholeh, MA
Ketua Tim Penyusun

vi Pengantar
PENGANTAR
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Alhamdulillah atas rahmah Allah SWT serta bantuan berbagai pihak Komisi
Fatwa Majelis Ulama Indonesia akhirnya dapat menerbitkan buku “HIMPU-
NAN FATWA ZAKAT MAJELIS ULAMA INDONESIA” yang memuat fatwa-fat-
wa MUI atas masalah keagamaan yang berkaitan dengan zakat dan pendaya-
gunaannya sejak MUI berdiri.
MUI yang lahir pada 7 Rajab 1395 H bertepatan dengan 26 Juli 1975 meneguh-
kan posisinya sebagai wadah silaturrahmi ulama, zuama dan cendekiawan
muslim. Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghim-
pun para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatu-
kan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan
cita-cita bersama.
Selama rentang waktu lebih dari empat puluh enam tahun, MUI telah
melakukan banyak hal untuk kepentingan umat dan bangsa Indonesia, berkh-
idmah memberikan bimbingan keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam khitah pengabdiannya, telah dirumuskan lima fungsi dan
peran utama MUI yaitu (i) sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Waratsat-
ul Anbiya); (ii) sebagai pemberi fatwa (mufti); (iii) sebagai pembimbing dan
pelayan umat (Ra’i wa khadim al ummah); (iv) sebagai pelopor gerakan Islah
wa al Tajdid; dan (v) sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar.
Dinamika keberperanan MUI tidak bisa lepas dari dinamika problema-
tika keagamaan yang beragam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

Majelis Ulama Indonesia vii


perkembangan teknologi, serta pasang surut kondisi sosial politik Indonesia
yang berpengaruh dalam lenggam dan strategi MUI (siyasah syar’iyyah). Meng-
ingat MUI merupakan bagian tak terpisahkan dari komponen bangsa Indone-
sia.
Akhirnya, atas nama Majelis Ulama Indonesia kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Pimpinan dan Anggota Komisi Fatwa
MUI, Tim Penyusun, Tim Editor dan semua pihak yang telah membantu ter-
bitnya buku ini. Harapan kami, mudah-mudahan buku ini memberi manfaat
dan dapat menjadi panduan dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi masyarakat terkhusus bagi umat muslim.

Jakarta, 16 Rabiul Akhir 1444 H


10 November 2022 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,


ttd ttd
KH. Marsudi Syuhud H. Amirsyah Tambunan

viii Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Daftar Isi

Kata Pengantar v
Pengantar Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia vii
Daftar Isi ix
1. Fatwa MUI Tahun 1982 tentang Intensifikasi Pelaksanaan Zakat 1
2. Fatwa MUI Tahun 1982 tentang Mentasharufkan Dana Zakat
Untuk Kegiatan Produktif dan Kemaslahatan Umum 7
3. Fatwa MUI Tahun 1996 tentang Pemberian Zakat Untuk Bea
Siswa 11
4. Fatwa MUI No 3 tahun 2003 tentang Zakat Penghasilan 13
5. Fatwa MUI No 4 Tahun 2003 tentang Penggunaan Dana Zakat
Untuk Istitsmar (Investasi) 19
6. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia ke-3 tahun
2009 tentang Masalah yang terkait dengan Zakat 25
7. Fatwa MUI No 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat 33
8. Fatwa MUI No 13 tahun 2011 tentang Hukum Zakat atas Harta
Haram 41
9. Fatwa MUI No 14 Tahun 2011 Penyaluran Harta Zakat dalam Ben-
tuk Aset Kelolaan 45
10. Fatwa MUI No 15 Tahun 2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan
dan Penyaluran Harta Zakat 51
11. Fatwa MUI No 1 Munas 2015 tentang Pendayagunaan Harta Za-
kat, Infaq, Sedekah & Wakaf Untuk Pembangunan Sarana Air
Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat 59
12. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-6 tahun
2018 tentang Zakat Mal Untuk Bantuan Hukum 71
13. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-6 tahun
2018 tentang Tanggung Jawab dan Wewenang Ulil Amri Dalam
Pelaksanaan Kewajiban Pembayaran Zakat 77
14. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-6 tahun
2018 tentang Membayar Zakat Penghasilan Sebelum Terpenuhi
Syarat Wajib 83
15. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-6 tahun
2018 tentang Obyek Zakat Penghasilan 87
16. Fatwa MUI No 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta ZIS
untuk Penanggulangan Wabah Covid 19 dan Dampaknya 95
17. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-7 tahun
2021 tentang Zakat Perusahaan 111
18. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-7 tahun
2021 tentang Zakat Saham 117
19. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-7 tahun
2021 tentang Zakat dalam bentuk Al-Qardh al-Hasan 129
20. Keputusan Komisi Fatwa MUI No 67 Tahun 2021 tentang Pedo-
man Pengawasan Syariah di Badan Amil Zakat Nasional/Lem-
baga Amil Zakat 139
21. Fatwa MUI No 65 Tahun 2022 tentang Hukum Masalah-masalah
Terkait Zakat Fitrah 151
22. Fatwa MUI No 66 Tahun 2022 tentang Pemanfaatan Harta Zakat
untuk Penanggulangan Bencana dan Dampaknya 161
23. Fatwa MUI No 67 Tahun 2022 tentang Hukum Zakat atas Barang
Yang Digadaikan 177

x Daftar Isi
1

FATWA MUI TAHUN 1982 TENTANG INTENSIFIKASI


PELAKSANAAN ZAKAT

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 1 Rabi’ul
Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 26 Januari 1982 M, setelah:

Membaca: Surat dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


dan Urusan Haji, Departemen Agama R.I. Jakarta
Memperhatikan: 1. Al-Qur’an Surat An-Nur: 56
َ ُ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ َ ُ َّ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ُ ‫َوأَق‬
‫حون‬ ‫يموا۟ الصلوة وءاتوا۟ الزكوة وأ ِطيعوا۟ الرسول لعلكم تر‬ ِ
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
(QS. An-Nur [24]: 56)
2. Syarah al-Muhazzab, Juz 5 hal. 291:
ُ َ َ َ َ َ ُ
‫(وأقيموا الصالة وآتو الزاكة) وروى أبو ه َريْ َرة قال “كن َر ُسول‬
َ ُ َّ َ
‫اهلل َعليْ ِه وسلم ذات يوم جالسا فأتاه رجل فقال يا‬ ‫هلل صل‬ ِ ‫ا‬
‫رسول اهلل ما االسالم قال االسالم ان تعبد اهلل وال ترشك به‬
‫شيئا وتقيم الصالة املكتوبة وتؤدى الزاكة املفروضة وتصوم‬
َ ُ َّ ُ َُ َ ََ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫هلل َصل‬
ِ ‫شهر رمضان ثم ادبر الرجل فقال رسول ا‬
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬ُ َُ َ ََ َّ
‫اهلل‬ ِ ‫َو َسل َم ردوا عيل الرجل فلم يروا شيئا فقال رس‬
َّ َ
‫َعليْ ِه َو َسل َم هذا جربيل جاء يلعلم انلاس دينهم‬

“(Dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat). Abu


Hurairah meriwayatkan: Pada suatu hari ketika Rasu-
lullah sedang duduk datang serorang laki-laki berkata:
’Hai Rasulullah! Apakah Islam itu? Beliau menjawab:
‘Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak me-
nyekutukan-Nya, mendirikan shalat yang wajib, mem-
bayarkan zakat yang difardukan, dan berpuasa pada
bulan Ramadhan’. Kemudian laki-laki itu membe-
lakangi (pergi). Rasulullah SAW berkata: ‘Lihatlah laki-
laki itu!’ Mereka (para sahabat) tidak melihat seorang
pun; lalu Rasulullah berkata: ‘Itu adalah Jibril, datang
mengajari manusia agama mereka’.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim)

3. Jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terdiri:


a. Buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dijadikan
makanan pokok serta dapat disimpan
ُ َ ْ ُ ُ ْ َّ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
‫انلخل َوتؤخذ‬ ‫ أن يرص ال ِعنب كما يرص‬:‫أمر رسول اهلل‬
َ ُ ْ َّ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ ً َ ُ ُ َ َ
)‫انلخل ت ْم ًرا (رواه أبو داود‬ ‫زكته زبِيبا كما تؤخذ زكة‬
Rasulullah SAW menyuruh mengeringkan ang-
gur sebagaimana mengeringkan kurma, maka
diambil zakat korma itu berupa tamar” (HR. Abu
Dawud; lihat Nailul Authar, juz 4 hal. 161-162)

Dari Abi Burdah, dari Abi Musa dan Mu’az bin


Jabal:
َّ
‫هلل صىل اﷲ عليه وسلم بعثهما إىل ايلمن‬ ِ ‫أن رسول ا‬
‫وقال التأخذا‬، ‫انلاس أمر َدينهم‬ ‫لما‬ ِّ ‫فأمرهما أن‬
‫يع‬
َ َّ
‫ الشعري واحلنطة‬:‫الصدقة إال من هذه األصناف األربعة‬
)‫والزبيب واتلمر (رواه ابليهيق‬
“Sesungguhnya Rasulullah SAW mengutus kedua­
nya ke Yaman untuk mengajari manusia masalah-
masalah mereka. Nabi memerintahkan mereka
agar jangan mengambil zakat kecuali dari empat
macam: gandum, jelai, tamar, dan zabib”. (HR.
al-Baihaqi). Berkata al-Baihaqi, periwayatnya
adalah orang terpercaya dan bersambung. Di-
katakan juga demikian oleh Ibnu Hajar. Lihat
Tafsir Adhwa’ul Bayan, juz 2 hal. 191).
Imam Malik dan asy-Syafi’i mengajukan huj-
jah bahwa di dalam perkataan kedua orang itu,

2 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


“Sesungguhnya tidak ada zakat selain korma dan
anggur dari pepohonan dan tidak ada zakat dari
kacang-kacangan kecuali yang menjadi pokok
makanan dan disimpan; dan tak ada zakat pada
buah-buahan dan sayursayuran” karena baik
nash maupun ijma’ dalam menunjukkan wajibnya
zakat pada gandum, jelai, korma, dan zabib”.
Dan setiap macam itu adalah pokok makanan
yang dapat disimpan lalu mereka memasukkan
setiap apa yang termasuk dalam artinya, kare-
na sifatnya sebagai bahan pokok makanan dan
dapat disimpan. Kedua imam itu tidak melihat di
dalam pepohonan sebagai makanan pokok yang
dapat disimpan kecuali korma dan zabib. Dan
tidak memiliki lihat selain keduanya dari buah-
buahan. (Tafsir Adhwa’ul Bayan, juz 2 hal. 201).
Adapun dalil jumhur, diantaranya Imam Malik,
Imam Syafi’i dan Imam Ahmad yang menyatakan
bahwa sesungguhnya buah-buahan dan sayur-
sayuran tidak ada zakat padanya adalah nyata,
karena sayur-sayuran itu banyak di Madinah
sedang buah-buahan banyak di Thaif, tak ada
khabar (hadits) dari Rasulullah SAW atau salah
seorang dari sahabatnya bahwa beliau mengam-
bil zakat daripadanya (Tafsir Adhwa’ul Bayan, juz
2 hal. 202).
a. Binatang ternak gembala: unta, kerbau, sapi,
kambing, dan biri-biri.
ٌَ َ َ َ ْ ْ ُ ََ َ َْ
‫ف عبْ ِدهِ َوال ف َر ِس ِه َص َدقة‬ ِ ‫ليس ع المس ِل ِم‬
Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah SAW: “Ti-
dak diwajibkan bagi kaum muslimin zakat pada
hamba sahaya dan kudanya.” (HR. Al-Jama’ah)

4. Kitab I’anah at-Tabilin, Jilid 2 hal. 189:


“Sehingga bagi pimpinan negara boleh mengambil
zakat bagian fakir atau miskin dan memberikannya
kepada mereka. Masing-masing fakir miskin itu diberi
dengan cara: Bila ia bisa berdagang, diberi modal da-
gang yang diperkirakan keuntungannya mencukupi
guna hidup; bila ia biasa/dapat bekerja, diberi alat-
alat pekerjaannya. Dan bagi yang tidak dapat bekerja

Majelis Ulama Indonesia 3


atau berdagang diberi jumlah yang mencukupi se­umur
galib (63 tahun).
Kata-kata ‘diberi jumlah yang mencukupi untuk se­
umur galib’ bukan maksudnya diberi zakat sebanyak
untuk hidup sampai umur galib, tetapi diberi banyak
(sekira zakat pemberian itu diputar) dan hasilnya
mencukupinya. Oleh karena itu, zakat pemberian itu
dibelikan tanah (pertanian/perkebunan) atau bina-
tang ternak sekiranya dapat mengolah/memelihara
tanah atau ternak itu.
1. Kitab Fiqih as-Sunnah, Jilid 1 hal. 407:
“Imam Nawawi berpendapat, jika seseorang dapat
bekerja yang sesuai dengan keadaanya. Tetapi ia
sedang sibuk memperoleh ilmu Syara’ dan seki-
ranya ia bekerja, terputuslah usaha menghasilkan
ilmu itu, maka halallah baginya zakat, karena
menghasilkan ilmu itu hukumnya fardu kifayah
(keperluan orang banyak dan harus ada orang
yang menangganinya).”
2. Kitab Fiqh as-Sunnah, jilid 1 hal. 394:
“Pada masa sekarang ini, yang paling penting
dalam membagi zakat untuk atas nama sabilillah
ialah menyediakan propagandis Islam dan me­
ngirim rnereka ke negara-negara non-Islam. Hal
itu ditangani oleh organisasiorganisasi Islam,
yang teratur tertib dengan menyediakan bekal/
sangu yang cukup sebagaimana hal itu dilakukan
oleh golongan non-Islam dalam usaha penyiaran
agama mereka.
Termasuk dalam kategori sabililah membiayai
mad­rasah-madrasah guna ilmu syari’at dan lain-
nya yang memang diperlukan guna maslahat
umum. Dalam keadaan sekrang ini para guru
mad­rasah boleh diberi zakat selama melaksa­
nakan tugas keguruan yang telah ditentukan,
yang de­ngan demikian mereka tidak dapat beker-
ja lain.”
3. Benar, dana zakat itu hak syakhsiyah; akan teta-
pi, bagian sabililah dan alqarim ada yang mem-
bolehkan ditasarufkan guna keperluan pemba­
ngunan. Dalam kitab Fiqh as-Sunnah jilid 1 hal.
394 dikemukakan:

4 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


“Dalam tafsir al-Manar disebutkan, boleh mem-
berikan zakat dari bagian sahilillah ini untuk
pengamanan perjalanan haji, menyempurnakan
pengairan (bagi jamaah haji), penyediaan makan
dan saranasarana kesehatan bagijamaah haji, se-
lagi untuksemua tidak ada persediaan lain.
Dalam persoalan sabilillah ini tercakup segenap
maslahat-maslahat umum yang ada hubungan-
nya dengan soal-soal agama dan negara.
Yang paling utama dan pertama didahulukan
ialah persiapan seperti pembelian senjata, perse-
diaan makan angkatan bersenjata, alat-alat
angkutan, dan alat-alat perlengkapan tentara.
Termasuk ke dalam pengertian sabilllah adalah
mengadakan rumah sakit angkatan perang, kebu-
tuhan umm, membuka jalan jalan yang kuat dan
baik, memasang telepon guna angkatan perang,
mengadakan kapal-kapal yang dipersenjatai,
benteng, dan lobang-lobang persembunyian.”

Menimbang: Pentingnya masalah zakat di Indonesia, terutama


mengenai zakat jasa atau gaji pegawai dan sejenisnya.
MEMUTUSKAN
Menetapkan: 1. Penghasilan dari jasa dapat dikenakan zakat apabila
sampai nisab dan haul.
2. Yang berhak menerima zakat hanya delapan ashnaf
yang tersebut dalam Al-Qur’an pada surat at-
Taubah ayat 60. Apabila salah satu ashnaf tidak ada,
bagiannya diberikan kepada ashnaf yang ada.
3. Untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam,
maka yang tidak dapat dipungut melalui saluran
zakat, dapat diminta atas nama infaq atau shadaqah.
4. Infaq dan shadaqah yang diatur pungutannya oleh
Ulil Amri, untuk kepentingan tersebut di atas, wajib
ditaati oleh umat Islam menurut kemampuannya.

Majelis Ulama Indonesia 5


Ditetapkan : di Jakarta
Pada Tanggal : 1 Rabi’ul Akhir 1402 H
26 Januari 1982 M

KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Sekretaris
ttd ttd
Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML H. Musytari Yusuf, LA

6 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


2

FATWA MUI TAHUN 1982 TENTANG MENTASHARUFKAN DANA


ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN
UMUM

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi’ul
Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari 1982 M, setelah:

Membaca: Surat dari Sekolah Tinggi Kedokteran “YARSI” Jakarta.

Memperhatikan: 1. Al-Qur’an Surat An-Nur: 56


َ ُ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ َ ُ َّ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ُ ‫َوأَق‬
‫حون‬ ‫يموا۟ الصلوة وءاتوا۟ الزكوة وأ ِطيعوا۟ ٱالرسول لعلكم تر‬ ِ
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
(QS. An-Nur [24]: 56)

2. Syarah al-Muhazzab, Juz 5 hal. 291:


ُ َ َ َ َ َ ُ
‫(وأقيموا الصالة وآتو الزاكة) وروى أبو ه َريْ َرة قال “ كن َر ُسول‬
َ ُ َّ َ
‫اهلل َعليْ ِه وسلم ذات يوم جالسا فأتاه رجل فقال يا‬ ‫هلل صل‬ ِ ‫ا‬
‫رسول اهلل ما االسالم قال االسالم ان تعبد اهلل وال ترشك به‬
‫شيئا وتقيم الصالة املكتوبة وتؤدى الزاكة املفروضة وتصوم‬
َ ُ َّ ُ َُ َ ََ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫هلل َصل‬
ِ ‫شهر رمضان ثم ادبر الرجل فقال رسول ا‬
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬ُ َُ َ ََ َّ
‫اهلل‬ ِ ‫َو َسل َم ردوا عيل الرجل فلم يروا شيئا فقال رس‬
َّ َ
‫َعليْ ِه َو َسل َم هذا جربيل جاء يلعلم انلاس دينهم‬
“(Dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat). Abu
Hurairah meriwayatkan: Pada suatu hari ketika Ra-
sulullah sedang duduk datang serorang laki-laki
berkata:’Hai Rasulullah! Apakah Islam itu? Beliau
menjawab: ‘Islam adalah engkau menyembah Allah
dan tidak menyekutukan-Nya, mendirikan shalat yang
wajib, membayarkan zakat yang difardukan, dan ber-
puasa pada bulan Ramadhan’. Kemudian laki-laki itu
membelakangi (pergi). Rasulullah SAW berkata: ‘Li-
hatlah laki-laki itu!’ Mereka (para sahabat) tidak meli-
hat seorang pun; lalu Rasulullah berkata:’Itu adalah Ji-
bril, datang mengajari manusia agama mereka’.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim)

3. Kitab al-Baijuri, jilid 1 hal. 292:


“Orang fakir dan miskin (dapat) diberi (zakat) yang
mencukupinya untuk seumur galib (63 tahun). Kemu-
dian masing-masing dengan zakat yang diperolehnya
itu membeli tanah (pertanian) dan menggarapnya
(agar mendapatkan hasil untuk keperluan sehari-
hari). Bagi pimpinan negara agar dapat membelikan
tanah itu untuk mereka (tanpa menerimakan barang
zakatnya) sebagaimana hal itu terjadi pada petugas
perang.
Yang demikian itu bagi fakir miskin yang tidak dapat
bekerja. Adapun mereka yang dapat bekerja diberi
zakat guna membeli alat-alat pekerjaannya. Jadi, mi­
salnya yang pandi berdagang diberi zakat untuk mo­
dal dagang dengan baik yang jumlahnya diperkirakan
bahwa hasil dagang itu cukup untuk hidup sehari-hari
(tanpa mengurangi modal).”

4. Kitab I’anah at-Tabilin, Jilid 2 hal. 189:


“Sehingga bagi pimpinan negara boleh mengambil
zakat bagian fakir atau miskin dan memberikannya
kepada mereka. Masing-masing fakir miskin itu diberi
dengan cara: Bila ia bisa berdagang, diberi modal da-
gang yang diperkirakan keuntungannya mencu­kupi
guna hidup; bila ia biasa/dapat bekerja, diberi alat-
alat pekerjaannya. Dan bagi yang tidak dapat bekerja
atau berdagang diberi jumlah yang mencukupi seu-
mur galib (63 tahun).”
Kata-kata ‘diberi jumlah yang mencukupi untuk se­
umur galib’ bukan maksudnya diberi zakat sebanyak
untuk hidup sampai umur galib, tetapi diberi banyak
(sekira zakat pemberian itu diputar) dan hasilnya
mencukupinya. Oleh karena itu, zakat pemberian itu

8 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


dibelikan tanah (pertanian/perkebunan) atau bina-
tang ternak sekiranya dapat mengolah/memelihara
tanah atau ternak itu.
5. Kitab Fiqh as-Sunnah, Jilid 1 hal. 407:
‫ إال أنه مشتغل‬،‫ ولو قدر ىلع كسب يليق حباهل‬:‫قال انلووي‬
‫ حبيث لو أقبل ىلع الكسب‬،‫بتحصيل بعض العلوم الرشعية‬
‫ الن حتصيل العلم فرض‬،‫ حلت هل الزاكة‬،‫النقطع عن اتلحصيل‬
‫كفاية‬
“Imam Nawawi berpendapat, jika seseorang dapat
bekerja yang sesuai dengan keadaannya. Tetapi ia
sedang sibuk memperoleh ilmu Syara’ dan sekiranya
ia bekerja, terputuslah usaha menghasilkan ilmu itu,
maka halallah baginya zakat, karena menghasilkan
ilmu itu hukumnya fardu kifayah (keperluan orang
banyak dan harus ada orang yang menanganinya).

6. Kitab Fiqh as-Sunnah, jilid 1 hal. 394:

‫ إعداد ادلاعة‬،‫ يف زماننا هذا‬،‫ومن أهم ما ينفق يف سبيل اهلل‬


‫ من قبل مجعيات منظمة‬،‫ وإرساهلم إىل بالد الكفار‬،‫إىل السالم‬
‫ ويدخل‬.‫ كما يفعله الكفار يف نرش دينهم‬،‫تمدهم باملال الاكيف‬
‫ وغريها مما تقوم‬،‫ للعلوم الرشعية‬،‫فيه انلفقة ىلع املدارس‬
‫ ويف هذه احلالة يعطى منها معلمو هذه‬.‫به املصلحة العامة‬
‫ اليت ينقطعون‬،‫ ما داموا يؤدون وظائفهم املرشوعة‬،‫املدارس‬
‫بها عن كسب آخر‬
“Pada masa sekarang ini, yang paling penting dalam
membagi zakat untuk atas nama sabilillah ialah me-
nyediakan propagandis Islam dan mengirim rnereka
ke negara-negara non-Islam. Hal itu ditangani oleh
organisasi-organisasi Islam, yang teratur tertib dengan
menyediakan bekal/sangu yang cukup sebagaimana
hal itu dilakukan oleh golongan non-Islam dalam usa-
ha penyiaran agama mereka.
Termasuk dalam kategori sabililah membiayai ma-
drasah-madrasah guna ilmu syari’at dan lainnya yang
memang diperlukan guna maslahat umum. Dalam
keadaan sekarang ini para guru madrasah boleh di-
beri zakat selama melaksanakan tugas keguruan yang
telah ditentukan, yang dengan demikian mereka tidak

Majelis Ulama Indonesia 9


dapat bekerja lain.”
7. Benar, dana zakat itu hak syakhsiyah; akan tetapi, ba-
gian sabililah dan al-gharim ada yang membolehkan
ditasarufkan guna keperluan pembangunan. Dalam
kitab Fiqh as-Sunnah jilid 1 hal. 394 dikemukakan:
“Dalam tafsir al-Manar disebutkan, boleh memberikan
zakat dari bagian sabilillah ini untuk pengamanan
perjalanan haji, menyempurnakan pengairan (bagi
jamaah haji), penyediaan makan dan sarana-sarana
kesehatan bagi jamaah haji, selagi untuk semua tidak
ada persediaan lain.
Dalam persoalan sabilillah ini tercakup segenap masla-
hat-maslahat umum yang ada hubungannya dengan
soal-soal agama dan negara.
Termasuk ke dalam pengertian sabilllah adalah mem-
bangun rumah sakit militer, juga (rumah sakit) un-
tuk kepentingan umum, membangun jalan-jalan dan
meratakannya, membangun jalur kereta api (rel) un-
tuk kepentingan militer (bukan bisnis), termasuk juga
membangun kapalkapal penjelajah, pesawat tempur,
benteng, dan parit (untuk pertahanan).”

Menimbang: Pentingnya masalah zakat di Indonesia, terutama


mengenai tasarufnya.

MEMUTUSKAN
Menetapkan: 1. Zakat yang diberikan kepada fakir miskin dapat
bersifat produktif.
2. Dana zakat atas nama Sabilillah boleh ditasarufkan
guna keperluan maslahah’ammah (kepentingan
umum).

Ditetapkan : di Jakarta
Pada Tanggal : 8 Rabi’ul Akhir 1402 H
2 Februari 1982 M
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Sekretaris
ttd ttd
Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML H. Musytari Yusuf, LA

10 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


3

FATWA MUI TAHUN 1996 TENTANG PEMBERIAN ZAKAT


UNTUK BEA SISWA

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia setelah:


Memperhatikan: 1. Penjelasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro dan Ketua
Umum Majelis Ulama Indonesia K.H. Hasan Basri
pada hari Kamis tanggal 25 Januari 1996.
2. Rapat Pimpinan Harian Majelis Ulama Indonesia
tanggal 13 Februari 1996.
Meningat: 1. Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah SAW.
2. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga, serta
Program Kerja Majelis Ulama Indonesia 1995 2000.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT,


MEMUTUSKAN

Menetapkan: Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pemberian zakat un-


tuk beasiswa sebagaimana terlampir pada Surat Fatwa ini.
Ditetapkan: Jakarta, 29 Ramadhan 1416 H
19 Februari 1996 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Umum


ttd ttd
K.H. Hasan Basri Drs. H.A. Nazri Adlani
LAMPIRAN SURAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tentang Pemberian Zakat Untuk Beasiswa Nomor Kep.-120/MU/II/1996

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia dengan ini menyampaikan


bahwa pada hari Sabtu tanggal 20 Ramadhan 1416 Hijriah, bertepatan dengan
tanggal 10 Februari 1996 Miladiyah, dilanjutkan pada hari Rabu 24 Ramad-
han 1416 Hijriah, bertepatan tanggal 14 Februari 1996 Miladiyah, Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia telah bersidang untuk membahas pemberian zakat
untuk beasiswa, yaitu:

Bagaimana hukum pemberian zakat untuk keperluan pendidikan, khusus-


nya pemberian beasiswa?
Sehubungan dengan masalah tersebut Sidang merumuskan sebagai beri-
kut:
Memberikan uang zakat untuk keperluan pendidikan, khususnya dalam ben-
tuk beasiswa, hukumnya adalah SAH, karena termasuk dalam ashnaf fi sabilil-
lah, yaitu bantuan yang dikeluarkan dari dana zakat berdasarkan Al-Qur’an
surat At-Taubah ayat 60 dengan alasan bahwa pengertian fi sabilillah menurut
sebagian ulama fiqh dari beberapa mazhab dan ulama tafsir adalah “lafaznya
umum”. Oleh karena itu, berlakulah qaidah ushuliyah:
ُ ََ ْ َ َ
‫يبْق ال ُع ُم ْو ُم ع ع ُم ْو ِم ِه‬
Sidang memberikan pertimbangan bahwa pelajar/mahasiswa/sarjana muslim,
penerima zakat beasiswa, hendaknya:
1. Berprestasi akademik.
2. Diprioritaskan bagi mereka yang kurang mampu.
3. Mempelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Ditetapkan: Jakarta, 29 Ramadhan 1416 H


19 Februari 1996 M

Ketua Umum Ketua Komisi Fatwa


ttd ttd
K.H. Hasan Basri Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML

12 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


4
FATWA MUI NO 3 TAHUN 2003
TENTANG ZAKAT PENGHASILAN

Majelis Ulama Indonesia, setelah

Menimbang: 1. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik


penghasilan rutin seperti gaji pegawai/karyawan atau
penghasilan pejabat negara, maupun penghasilan
tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan,
penceramah, dan sejenisnya, serta penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya, masih sering
ditanyakan oleh umat Islam Indonesia;
2. bahwa oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa tentang status
hukum zakat penghasilan tersebut untuk dijadikan
pedoman oleh umat Islam dan pihak-pihak yang
memerlukannya.
Mengingat: 1. Firman Allah SWT tentang zakat; antara lain:
َْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫ات َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّما أخ َرجنا‬َ ِّ َ ْ
ِ ‫الين آمنوا أن ِفقوا ِمن طيب‬
ِ ‫يآ أيها‬
ْ َْ َ ْ ُ َ
‫لكم ِمن الر ِض‬
“Hai orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu …” (QS.
al-Baqarah [2]: 267).
َ ْ ُ ُ َ ُ ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
ِ ‫ويسألونك ماذا ين ِفقون ق ِل العفو كذلِك يبي اهلل لكم الي‬
‫ات‬
َ َّ َ َ ُ َّ َ
‫ل َعلك ْم تتَفك ُرون‬
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan“.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya ke-
padamu supaya kamu berfikir. (QS. Al Baqarah [2]:219)
ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mer-
eka… (QS. al-Taubah [9]: 103)

2. Hadis-hadis Nabi s.a.w.; antara lain:


َّ َ ُ َّ َ ُ ‫ َسم ْع‬:‫ت‬ْ َ‫ قَال‬،‫َع ْن َعئ َش َة‬
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ‫هلل َصل‬ ِ ‫ت َر ُسول ا‬ ِ ِ
ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ
‫رواه ابن ماجه‬-“‫ال حت يول علي ِه الول‬ ٍ ‫ “ل زكة ِف م‬:‫يقول‬
Dari ‘Aisyah ra, berkata: Saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada
zakat di dalam harta sehingga berputar satu tahun”.
(Hadis Riwayat Ibnu Majah)
َّ َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ‫عن أ ِب هريرة ر ِض اهلل عنه عن انل ِب صل‬
َ َ َ ٌَ ْ ََ َْ َ َ
‫قال لي َس ع ال ُم ْس ِل ِم َص َدقة ِف عبْ ِد ِه َول ِف فر ِسه‬
َ
“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Tidak ada zakat atas orang muslim terhadap hamba
sahaya dan kudanya’. (HR. Muslim). Imam Nawawi
berkata: “Hadis ini adalah dalil bahwa harta qinyah
(harta yang digunakan untuk keperluan pemakaian,
bukan untuk dikembangkan) tidak dikenakan zakat.”
َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫يم ب ْ ِن ِحزامٍ ر ِض اهلل عنه عن انل ِب ص ْل‬ ِ ‫ك‬ ِ ‫عن ح‬
ُ َ َ ْ ُّ ْ ْ
ٌ ْ ‫َو َسلَّ َم قَ َال الَ ُد الْ ُعلْيَا َخ‬
‫السفل َواب ْ َدأ بِ َم ْن ت ُعول‬ ‫ي ِم ْن الَ ِد‬
ُ ‫الص َدقَ ِة َع ْن َظ ْهر ِغ ًن َو َم ْن ي َ ْستَ ْعف ْف يُع َّف ُه‬
‫اهلل َو َم ْن‬ َّ ‫ي‬ ُ ْ ‫َو َخ‬
َ ِ ِ َ ِ
َ َ ٌ َ َََْ َ َ َْ ُ ْ َ َ ُ ُْ ْ
‫ام ع ْن أبِي ِه ع ْن‬ ‫ب قال أخبنا ِهش‬ ٍ ‫ي َ َ ْستَغ ِن يغ ِن ِه اهلل وعن وهي‬
َ َّ َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم بِ َهذا‬ ‫أ ِب هريرة ر ِض اهلل عنه عن انل ِب صل‬
Dari  Hakim bin Hizam ra. dari Nabi saw. berkata,
: Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang
di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang

14 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling
baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk ke-
butuhan dirinya). Maka barangsiapa yang berusaha
memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan
barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya
maka Allah akan mencukupkannya. Dan dari  Wu-
haib berkata, telah mengabarkan kepada kami Hisyam
dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw.
seperti ini. (HR. al-Bukhari)

‫ انما‬:‫عن ايب هريرة قال قال رسول اهلل صيل اهلل عليه وسلم‬
‫الصدقة عن ظهر غين و ايلد العليا خري من ايلد السفيل وابدأ‬
)‫بمن تعول (رواه أمحد‬
“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Sedekah hanyalah dikeluarkan dari kelebihan/kebutu-
han. Tangan atas lebih baik daripada tangan bawah.
Mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan orang
yang menjadi tanggung jawabmu” (HR. Ahmad).

Memperhatikan: 1. Pendapat Dr. Yusuf al-Qardhawi:


ّ
,‫من املعلوم أن االسالم لم يوجب الزاكة يف لك مال قل أو كرث‬
‫وانما أوجب فيما بلغ نصابا فاراغ من ادلين وفاضال عن‬
‫ وذالك يلتحقق معين الغين املوجب‬,‫احلاجات األصلية املالكية‬
‫للزاكة‬
Al Qardlawi menilai zakat profesi ini adalah wajib
karena Islam pada dasarnya tidak mewajibkan zakat
atas harta berdasarkan sedikit atau banyaknya, akan
tetapi zakat diwajibkan atas harta benda yang telah
mencapai nishab, bersih dari hutang, serta lebih dari
kebutuhan pokok pemiliknya. Hal ini lah yang mene-
tapkan siapa yang tergolong kaya yang wajib zakat
sebagaimana disebut dalam al Qur’an (al Baqarah:
219) dan hadits Rasulullah SAW: “kewajiban hanya bagi
orang kaya”
2. Pertanyaan dari masyarakat tentang zakat profesi,
baik melalui lisan maupun surat; antara lain dari Ba-
znas.
3. Rapat-rapat Komisi Fatwa, terakhir rapat pada Sabtu,
8 Rabi’ul Awwal 1424/10 Mei 2003 dan Sabtu, 7 Juni
2003/6 Rabi’ul Akhir 1424.

Majelis Ulama Indonesia 15


Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

MEMUTUSKAN

Menetapkan: FATWA TENTANG ZAKAT PENGHASILAN

Pertama : Ketentuan Umum


Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan
“penghasilan” adalah setiap pendapatan se­
perti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain-
lain yang diperoleh dengan cara halal, baik
rutin seperti pejabat negara, pegawai atau
karyawan, maupub tidak rutin seperti dokter,
pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta
pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan
bebas lainnya.

Kedua: Hukum
Semua bentuk penghasilan halal wajib dikelu-
arkan zakatnya dengan syarat telah mencapai
nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas
85 gram.
Ketiga: Waktu Pengeluaran Zakat
1. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan
pada saat menerima jika sudah cukup
nishab.
2. Jika tidak mencapai nishab, maka semua
penghasilan dikumpulkan selama satu
tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika
penghasilan bersihnya sudah cukup
nishab.

Keempat : Kadar Zakat


Kadar zakat penghasilan adalah 2, 5 %.

16 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 06 R. Akhir 1424 H.
07 Juni 2003 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris
ttd ttd
K.H. Ma’ruf Amin Drs. H. Hasanuddin, M.Ag

Majelis Ulama Indonesia 17


5
FATWA MUI NO 4 TAHUN 2003
TENTANG PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR
(INVESTASI)

Majelis Ulama Indonesia, setelah

Menimbang: a. bahwa pengelolaan dana zakat untuk dijadikan


modal usaha yang digunakan oleh fakir dan miskin
(mustahiq), banyak ditanyakan oleh umat Islam
Indonesia;
b. bahwa oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa menetapkan
fatwa tentang status pengelolaan dana zakat tersebut
untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam dan pihak-
pihak yang memerlukannya.

Mengingat: 1. Firman Allah SWT tentang zakat; antara lain:


َ َّ ْ َ َ ْ َ ‫ات للْ ُف َق َراء َوال ْ َم‬ ُ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َوال ُم َؤلف ِة‬ ‫ني َوال َعا ِم ِل‬ِ ‫ك‬
ِ ‫ا‬ ‫س‬ ِ ‫ِإنما الصدق‬
‫يل‬ ‫ب‬ َّ ‫ني َوف َسبيل اهلل َوابْن‬
‫الس‬ َ ‫الرقَاب َوالْ َغارم‬ ُ ُ‫قُل‬
ِّ ‫وب ُه ْم َوف‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫يم َحك‬
‫يم‬ ٌ ‫اهلل َعل‬ُ ‫يض ًة ِّم َن اهلل َو‬َ ‫فَر‬
ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pe­ngurus
zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwa-
jibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS. Al-Taubah: 60)
َ ْ ُ ُ َ ُ ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
ِ ‫ويسألونك ماذا ين ِفقون ق ِل العفو كذلِك يبي اهلل لكم الي‬
‫ات‬
َ َّ َ َ ُ َّ َ
‫ل َعلك ْم تتَفك ُرون‬
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan“.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya ke-
padamu supaya kamu berfikir. (QS. Al Baqarah [2]:219)
ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan me­
reka… (QS. al-Taubah [9]: 103)

2. Hadis-hadis Nabi s.a.w.; antara lain:


َ‫اهلل َعلَيْ ِه َو َسلَّم‬
ُ ‫ب َص َّل‬ َ
َّ ‫اهلل َعنْ ُه َع ْن‬
ِّ ‫انل‬ ُ ‫ض‬ َ ِ ‫َع ْن أب ُه َريْ َر َة َر‬
َ ِ َ ْ ََ ِ
َ ٌَ َْ َ َ
‫قال لي َس ع ال ُم ْس ِل ِم َص َدقة ِف عبْ ِد ِه َول ِف ف َر ِسه‬
“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Tidak ada zakat atas orang muslim terhadap hamba
sahaya dan kudanya’. (HR. Muslim). Imam Nawawi
berkata: “Hadis ini adalah dalil bahwa harta qinyah
(harta yang digunakan untuk keperluan pemakaian,
bukan untuk dikembangkan) tidak dikenakan zakat.”
َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫يم ب ْ ِن ِحزامٍ ر ِض اهلل عنه عن انل ِب ص ْل‬ ِ ‫ك‬
ِ ‫عن ح‬
ُ َ َ ْ ُّ ْ ٌ ْ ‫َو َسلَّ َم قَ َال ْالَ ُد الْ ُعلْيَا َخ‬
‫السفل َواب ْ َدأ بِ َم ْن ت ُعول‬ ‫ي ِم ْن الَ ِد‬
ُ ‫الص َدقَ ِة َع ْن َظ ْهر ِغ ًن َو َم ْن ي َ ْستَ ْعف ْف يُع َّف ُه‬
‫اهلل َو َم ْن‬ َّ ‫ي‬ ُ ْ ‫َو َخ‬
ِ ِ
َ َ ٌ َ َََْ َ َ َ َْ ْ َ َ ُ ِ
َ ُْ ْ
‫ام ع ْن أ ِبي ِه ع ْن‬ ‫ب قال أخبنا ِهش‬ ٍ ‫ي َ َ ْستَغ ِن يغ ِن ِه اهلل وعن ُوهي‬
َ َّ َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم بِ َهذا‬ ‫أ ِب هريرة ر ِض اهلل عنه عن انل ِب صل‬
Dari Hakim bin Hizam ra. dari Nabi saw. berkata, : Ta­
ngan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang
di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang
menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling
baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk ke-
butuhan dirinya). Maka barangsiapa yang berusaha
memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan
barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya
maka Allah akan mencukupkannya. Dan dari  Wu-
haib berkata, telah mengabarkan kepada kami Hisyam
dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw.

20 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


‫)‪seperti ini. (HR. al-Bukhari‬‬

‫‪3. Kaidah fiqh:‬‬


‫ح ِة‬ ‫ص ُف ْ َ َ َ َّ َّ َ ُ ٌ‬
‫وط بال ْ َم ْصلَ َ‬ ‫تَ َ ُّ‬
‫المامِ ع الر ِعي ِة من ِ‬
‫ِ‬
‫‪“Kebijakan imam (pemerintah) terhadap rakyat digan-‬‬
‫”‪tungkan pada kemaslahatan.‬‬

‫‪Memperhatikan:‬‬ ‫‪1. Pendapat ulama tentang ta’khir dan istitsmar zakat:‬‬


‫يرى مجهور الفقهاء رضورة أن تؤدى الزاكة إىل مستحقيها فورا‬
‫عند وجوبها والقدرة ىلع إخراجها‪ ،‬وأنه ال جيوز لصاحب املال‬
‫تأخريها‪ ،‬ويأثم باتلأخري لغري عذر‪ ،‬لألنها حق جيب رصفه إىل‬
‫مستحقيه دلفع حاجتهم‪ ،‬ولألن األمر بدفع الزاكة يف قوهل تعاىل‬
‫(خذ من أمواهلم صدقة) مقرتن بالفورية‪ .‬ويرى اخرون أنها‬
‫عمرية‪( .‬ص‪011 :‬‬
‫واخلالصة من ها لكه أننا نرى جواز اإلستثمار أموال الزاكة يف‬
‫اتلجارة واألنعام واملصانع وغريها وتشغيل العاطلني عن العمل‬
‫من الفقراء‪ ،‬ويكون املالك هلذه األموال ىلع احلقيقة أرباب‬
‫اإلستحقاق ينوب عنهم يف اإلرشاف عليها صندوق الزاكة أو‬
‫مصلحتها أو مؤسستها حتت رقابة ادلولة وإرشافها (ص‪911 .‬‬
‫ ‪2.‬‬ ‫‪Pertanyaan dari masyarakat tentang penggunaan‬‬
‫‪dana sebagai dana bergulir.‬‬
‫ ‪3.‬‬ ‫‪Rapat Komisi Fatwa, pada Sabtu, 6 Jumadil Awwal‬‬
‫‪1420/05 Juli 2003; Selasa, 15 Jumadil Awwal 1420/15‬‬
‫;‪Juli 2003; 30 Agustus 2003‬‬

‫‪Dengan bertawakkal kepada Allah SWT‬‬


‫‪MEMUTUSKAN‬‬

‫‪Majelis Ulama Indonesia‬‬ ‫‪21‬‬


Mengingat: FATWA TENTANG PENGGUNAAN DANA ZAKAT UN-
TUK ISTITSMAR (INVESTASI)

1. Zakat mal harus dikeluarkan sesegera mungkin (fau-


riyah), baik dari muzakki kepada amil maupun dari
amil kepada mustahiq.
2. Penyaluran (tauzi’/distribusi) zakat mal dari amil ke-
pada mustahiq, walaupun pada dasarnya harus fauri-
yah, dapat di-ta’khir-kan apabila mustahiq-nya belum
ada atau ada kemaslahatan yang lebih besar.
3. Maslahat ditentukan oleh Pemerintah dengan berpe­
gang pada aturan-aturan kemaslahatan )‫(املصلحة ضوابط‬
sehingga maslahat tersebut merupakan maslahat
syar’iyah.
4. Zakat yang di-ta’khir-kan boleh diinvestasikan (istits-
mar) dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus disalurkan pada usaha yang dibenarkan
oleh syariah dan peraturan yang berlaku (al-thur-
uq al-masyru’ah).
b. Diinvestasikan pada bidang-bidang usaha yang
diyakini akan memberikan keuntungan atas dasar
studi kelayakan.
c. Dibina dan diawasi oleh pihak-pihak yang memi-
liki kompetensi.
d. Dilakukan oleh institusi/lembaga yang profesio­
nal dan dapat dipercaya (amanah).
e. Izin investasi (istitsmar) harus diperoleh dari
Pemerintah dan Pemerintah harus menggantinya
apabila terjadi kerugian ataupailit.
f. Tidak ada fakir miskin yang kelaparan atau me-
merlukan biaya yang tidak bisa ditunda pada saat
harta zakat itu diinvestasikan.
g. Pembagian zakat yang di-ta’khir-kan karena diin-
vestasikan harus dibatasi waktunya.

22 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 06 Ramadhan 1424 H.
01 Nopember 2003 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris
ttd ttd
K.H. Ma’ruf Amin Drs. H. Hasanuddin, M.Ag

Majelis Ulama Indonesia 23


KEPUTUSAN
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA III

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III, setelah :

Menimbang: a. bahwa banyak pertanyaan dari masyarakat terkait


dengan masalah strategis kebangsaan, masalah
keagamaan aktual-kontemporer, dan masalah yang
terkait dengan peraturan perundang-undangan;
b. bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut mendesak
untuk segera dijawab sebagai panduan dan pedoman
bagi penanya dan masyarakat pada umumnya;
c. bahwa Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se Indonesia
III memiliki kewenangan untuk menjawab dan
memutuskan masalah-masalah tersebut;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai-mana
dimaksud di atas, perlu ditetapkan keputusan Ijtima’
Ulama Komisi Fatwa MUI se Indonesia III.

Memperhatikan : a. Pidato Wakil Presiden RI, H.M. Jusuf Kalla, pada


pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se
Indonesia III.
b. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI, DR. KH. M.A. Sahal
Mahfudh, pada pembukaan Ijtima Ulama Komisi
Fatwa MUI se Indonesia III.
c. Pidato Pengantar Koordinator Tim Materi Ijtima
Ulama Komisi Fatwa MUI se Indonesia III, KH. Ma’ruf
Amin.
d. Pendapat peserta komisi Ijtima Ulama Komisi Fatwa
MUI se Indonesia III.
e. Pendapat peserta Pleno Ijtima Ulama Komisi Fatwa
MUI se Indonesia III.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
Masail Fiqhiyah Waqi’iyah Mu’ashirah (Masalah Fikih Aktual
Kontemporer), yang meliputi masalah:
a. Masalah dalam wakaf
b. Masalah dalam zakat
c. Merokok
d. Vasektomi
e. Senam yoga
f. Bank mata dan organ tubuh lain.
g. Pernikahan usia dini
h. Produk halal

PIMPINAN PLENO
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III

Ketua, Sekretaris,

KH. Ma’ruf Amin Drs. H.M. Ichwan Sam

26 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


6

KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-3


TAHUN 2009 TENTANG MASALAH YANG TERKAIT
DENGAN ZAKAT

A. DESKRIPSI MASALAH
Terjadinya perubahan dalam mesyarakat diikuti oleh perbedaan pola pen-
gelolaan zakat, yang sebagian memunculkan berbagai masalah hukum
fikih.
Di sekitar bulan April dan Oktober 2008 Komite Akuntasi Syariah Dewan
Standar Akuntansi Keuangan telah mengajukan Permohonan Fatwa untuk
Zakat kepada Pimpinan Majelis Ulama Indonesikan.

B. KETENTUAN HUKUM
a. Definisi, Tugas, Fungsi, Kewajiban dan Hak-hak Amil
Definisi ‘amil adalah seseorang atau sekelompok orang yang ditunjuk/
disahkan oleh pemerintah untuk mengurus zakat,
Tugas ‘amil adalah memungut (dari orang kaya) dan menyalurkan ke-
pada mustahiq.
Fungsi ‘amil adalah sebagai pelaksana segala kegiatan urusan zakat
yang meliputi pengumpulan, pencatatan (administrasi), dan pendistri-
busian.
Kewajiban ‘amil adalah melakukan pencacatan data muzakki, para
mustahiq, memungut atau menerima, mengetahui jumlah dan be-
sarnya kebutuhan mustahiq dan menyerahkan harta zakat dengan baik
dan benar.
Hak ‘amil adalah menerima bagian dari harta zakat untuk melak-
sanakan seluruh tugas-tugasnya maksimal seperdelapan (12, 5%) dari
harta zakat, dan jika ada kekurangan boleh diambilkan dana di luar
zakat.
b. Amil tidak boleh meminta ongkos di luar hak-hak (bagian) amil karena
amil tidak boleh menerima pemberian hadiah dari muzakki apalagi
meminta ongkos di luar hak amil meskipun untuk operasional amil.
c. Amil tidak boleh memberikan hadiah kepada muzakki yang berasal
dari harta zakat.
d. Amil tidak boleh menerima hadiah dari muzakki dalam kaitan tugas-
nya sebagai amil.
e. Biaya yang ditimbulkan karena tugas penyaluran zakat baik langsung
atau tidak langsung bersumber dari porsi bagian amil. Apabila tidak
mencukupi dapat diambil dari dana di luar zakat.
f. Perusahaan yang telah memenuhi syarat wajib zakat, wajib mengeluar-
kan zakat, baik sebagai syakhshiyyah i’tibariyyah ataupun sebagai peng-
ganti (wakil) dari pemegang saham.

C. REKOMENDASI
1. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah diminta mengalokasikan
anggaran bagi Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
agar dapat melaksanan tugasnya, secara efektif dan produktif.
2. Pengelola BAZ dan LAZ diminta agar melakukan konsultasi kepada
Ulama dalam setiap pengambilan kebijakan terkait dengan masalah
fikih zakatnya.
3. MUI pusat diharapkan memberikan penjelasan lebih rinci terhadap
keputusan yang masih perlu penjelasan, misalnya tentang zakat peru-
sahaan.

D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT:

‫اب‬
َ ِّ َ ْ ُ ُ ُ ُ َ َّ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ‫ات لِلْ ُف َق َراء َوال ْ َم َسا ِكني َوالْ َعا ِم ِل‬
ُ َ َ َّ َ َّ
ِ ‫ني عليها والمؤلف ِة قلوبهم و ِف الرق‬ ِ ‫ِإنما الصدق‬
ٌ‫يم َحكيم‬ ٌ ‫يض ًة ِّم َن اللّ َواللّ َعل‬
َ ‫السبيل فَر‬ َّ ‫ني َوف َسبيل اللّ َوابْن‬ َ ‫َوالْ َغارم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

28 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Taubah: 60)
2. Hadis Nabi saw:

‫عن ابن عباس أن انليب صىل اهلل عليه وسلم ملا بعث معاذا إىل ايلمن قال إنك‬
‫تقدم ىلع قوم أهل كتاب فليكن أول ما تدعوهم إيله عبادة اهلل عز وجل فإذا‬
‫عرفوا اهلل فأخربهم أن اهلل قد فرض عليهم مخس صلوات يف يومهم ويللتهم فإذا‬
‫فعلوا فأخربهم أن اهلل قد فرض عليهم زاكة تؤخذ من أمواهلم فرتد ىلع فقراءهم فإذا‬
‫أطاعوا بها فخذ منهم وتوق كرائم أموال انلاس (رواه ابلخاري ومسلم مجيعا يف‬
)‫الصحيح عن أمية بن بسطام‬
“Dari Ibn Abbas RA bahwa Nabi SAW ketika mengutus Mu’adz ke yaman
bersabda: Engkau berada dilingkungan ahli kitab, maka hendaklah hal
pertama yang engkau dakwahkan adalah seruan beribadah kepada Al-
lah SWT. jika mereka telah mengenal Allah (bersyahadat) maka beri-
tahu mereka bahwa Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari
semalam. Apabila mereka telah lakukan, beritahu (lagi) mereka bahwa
Allah SWT mewajibkan zakat yang diambil dari harta orang kaya di an-
tara mereka dan dikembalikan kepada fuqara. Apabila mereka mentaati
perintah tersebut, ambil dari mereka (zakat) dan jagalah kehormatan
harta manusia (HR. Bukhari.i dan Muslim)
ُ َ َّ ُّ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ
‫الص َدقَة‬ ‫تل‬
ُ ُ َ َ َ َ َ ِّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
ِ ‫ “ل‬:‫هلل صل اهلل علي ِه وسل َم‬ ِ ‫ قالَ رسول ا‬:‫يد الد ِري قال‬ ٍ ‫عن أ ِب س ِع‬
‫ن أ ْو‬ٍّ ‫ني تُ ُص ِّد َق َعلَيْ ِه ِمنْ َها فَأ ْه َدى ِمنْ َها ِل َغ‬ ْ ‫ ل َعامل َعلَيْ َها أ ْو م‬:‫ن إ َّل ل َ ْمسة‬ َ
ِ ٍ ‫ك‬ ِ ‫س‬ ِ َ ٍ ِ َ ِ ٍ ِ ِ ِ ٍّ ِ ‫ِلغ‬
َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ‫اش‬ْ ُ َ
)‫الل َّ“ (رواه ابليهيق‬ ِ ‫يل‬ ِ ‫ال أو غ ِرمٍ أو غ ٍز ِف س ِب‬ ِ ِ ‫تاها بِم‬ ‫لِرج ٍل‬
Diriwayatkan dari Abi Sa›id al-Khudri ra ia berkata: Rasulullah SAW.
bersabda: Shadaqah (zakat) tidak halal dibayarkan kepada orang kaya
kecuali dalam lima kelompok, kepada yang sedang berperang di jalan
Allah, kepada yang bekerja (‹amil) mengurus zakat, kepada yang punya
hutang, kepada orang yang membeli zakatnya dengan hartanya, atau
kepada orang yang punya tetangga miskin lantas ia bersedekah atas
orang miskin tersebut kemudian si miskin memberi hadiah si kaya. (HR.
Al-Baihaqi)

3. Pendapat Imam As-Syafii dalam al-umm, Juz II halaman 84:

‫والعاملون عليها من واله الوايل قبضها وقسمها من اهلها اكن او غريهم ممن أاعن‬
....‫الوايل ىلع مجعها وقبضها من العرفاء ومن ال غين للوايل عنه وال يصلحها إال ماكنه‬

Majelis Ulama Indonesia 29


‫والعامل عليها يأخذ من الصدقة بقدر غناءه ال يزاد عليه وإن اكن العامل مورسا‬
‫إنما يأخذ ىلع معىن اإلجارة‬
Amil adalah orang yang dipekerjakan pemimpin untuk menarik dan
mendistribusikan harta zakat, orang yang ahli zakat atau bukan, terma-
suk yang membantu mengumpulkan dan menariknya...
Amil mengambil bagian zakat sekedar kebutuhannya dan tidak ber-
lebihan. Jika amil termasuk orang berada, ia hanya mengambil bagian
dalam pengertian ujrah
4. Pendapat syeikh Taqiyyuddin Abu Bakr Ibn Muhamad ad-Dimasyqi
As-Syafii dalam Kifayah al-Akhyar Juz I Halaman 196

‫الصنف اثلالث العامل وهو اذلي استعمله اإلمام ىلع أخذ الزكوات يلدفعها إىل‬
‫ ومن رشط العامل ان‬.... ‫مستحيقها كما أمره اهلل فيجوز هل أخذ الزاكة برشطه‬
‫يكون فقيها يف باب الزاكة حىت يعرف ما حيب من املال وقدرالواجب واملستحق‬
...‫من غريه وأن يكون أمينا حرا‬
Kelompok (penerima zakat) ketiga adalah amil, yaitu ornag-orang yang
diangkat oleh imam dan dipekerjakan untuk mengambil harta-harta za-
kat untuk dibayarkan kepada yang berhak sebagaimana diperintahkan
oleh Allah SWT. Ia memperoleh hak mendapatkan bagian zakat sesuai
syarat-syarat amil...
Di antara syarat amil adalah menguasai ketentuan fikih zakat, sehingga
ia dapat memahami kewajiban terkait harta, bagian kewajiban yang ha-
rus dikeluarkan, serta mengetahui mana yang mustahik dan mana yang
tidak. Ia juga harus seorang yang jujur dan merdeka..
5. Penjelasan Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi dalam al-Mughni, Juz VI
Halaman 326:

‫قال والعاملني ىلع الزاكة وهم اجلباةهلا واحلافظون هلا يعين العا ملني ىلع الزاكة وهم‬
‫الصنف اثلالث من أصناف الزاكة وهم السعاة اذلين يبعثهم اإلمام ألخذها من‬
‫أربابها ومجعها وحفظها ونقلها ومن يعينهم ممن يسوقها ويراعها وحيملها وكذالك‬
‫احلاسب والاكتب والكيال والوزان والعداد ولك من حيتاج إيله فيها فإنه يعطي‬
‫أجرته منها ألن ذلك من مؤنتها‬
Ia berkata: Amil adalah pemungut zakat dan penjaganya, amil adalah
kelompok ketiga penerima zakat yaitu pemungut zakat yang diutus oleh
Imam untuk mengambil zakat dari wajib zakat, kemudian mengumpul-
kan, menjaga, dan mendistribusikan. Juga orang yang membantu mereka
dalam pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusiannya. Demikian

30 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


juga termasuk amil adalah mereka yang menghitung, mencatat, men-
imbang, menakar, serta pekerja yang terkait untuk kepentingan penge-
lolaan zakat. Mereka semua diberikan ujrah dari harta zakat karena ia
termasuk dalam bagian biayanya.
6. Penjelasan Abu Abdillah Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi dalam
kitab al-furu, Juz II Halaman 457:

‫تنبه بىن بعض األصحاب اخلالف هنا ىلغ ما يأخذه العامل إنا قلنا ما يأخذه أجرة‬
‫لم يشرتط إسالمه وإن قلنا وهو زاكةاشرتط إسالمه والصحيح من املذهب املنصوص‬
‫عن اإلمام أمحد أن ما يأخذه أجرة‬
Tanbih.. terjadi perbedaan pendapat di antara sebagian Ulama (terkait
syarat islamnya amil) terkait perbedaan pandangan atas status harta
yang diambil amil. Jika kita menyatakan bahwa yang diberikan kepada
amil itu sebagai ujrah maka tidak dipersyaratkan Islam. Namun jika
itu merupakan bagian zakat dipersyaratkan keislaman amil. Menurut
madzhab yang tertulis dalam madzhab Ahmad bahwa yang diberikan
itu merupakan ujrah (upah)
7. Pendapat prof R. Subekti, bahwa badan hukum pada pokoknya adalah
suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan
melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekay-
aan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan.
8. Kaidah ushul fiqh
‫للوسائل حكم املقا صد‬
Hukum sarana adalah sebagaimana hukum maksud yang dituju
9. Kaidah Fiqhiyyah:
‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬
Sesuatu kewajiban yang hanya sempurna dengan melakukan sesuatu
hal, maka sesuatu itu hukumnya menjadi wajib.

Majelis Ulama Indonesia 31


7
FATWA MUI NO 8 TAHUN 2011
TENTANG AMIL ZAKAT

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah:

Menimbang: a. bahwa kesadaran keagamaan masyarakat telah


mendorong peningkatan jumlah pembayar zakat,
yang kemudian diikuti oleh adanya pertumbuhan
lembaga amil zakat secara signifikan;
b. bahwa dalam pengelolaan zakat, banyak ditemukan
inovasi yang dilakukan oleh amil zakat yang seringkali
belum ada rujukan formal dalam ketentuan hukum
Islamnya, sehingga diperlukan adanya aturan ter­
kait pengertian amil zakat, kriteria, serta hak dan
kewajibannya;
c. bahwa di tengah masyarakat muncul pertanyaan me­
ngenai hukum yang terkait dengan amil zakat, mulai
dari definisi, kriteria, serta tugas dan kewenangannya;
d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan
fatwa tentang amil zakat guna dijadikan pedoman.

Mengingat: 1. Firman Allah SWT:


ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ
)301 :‫ُذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka… (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ َّ ْ َ َ َٰ ْ َ ٰ َ َ ْ َ ٓ َ َ ُ ْ ُ ٰ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َوٱال ُم َؤلف ِة‬ ‫ني وٱالع ِم ِل‬
ِ ‫ك‬
ِ ‫س‬ ‫ِإنما اٱلصدقت لِلفقرا ِء واٱلم‬
ۖ ‫يل‬ ‫ب‬ َّ ‫ني َوف َسبيل اهلل َوٱبْن‬
‫ٱالس‬ َ ‫وب ُه ْم َوف ا ِّٱلرقَاب َوٱالْ َ ٰغرم‬
ُ ُ‫قُل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
]06 :‫يم [اتلوبة‬ٌ ‫يم َحك‬ٌ ‫واهلل َعل‬ ُ ۗ ‫يض ًة ِّم َن اهلل‬َ ‫فَر‬
ِ ِ ِ ِ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para mu›allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah [9]: 60)

2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:


‫عن ابن عباس أن انليب صىل اهلل عليه وسلم ملا بعث معاذا‬
‫إىل ايلمن قال إنك تقدم ىلع قوم أهل كتاب فليكن أول ما‬
‫تدعوهم إيله عبادة اهلل عز وجل فإذا عرفوا اهلل فأخربهم أن‬
‫اهلل قد فرض عليهم مخس صلوات يف يومهم ويللتهم فإذا‬
‫فعلوا فأخربهم أن اهلل قد فرض عليهم زاكة تؤخذ من أمواهلم‬
‫فرتد ىلع فقراءهم فإذا أطاعوا بها فخذ منهم وتوق كرائم أموال‬
‫انلاس (رواه ابلخاري ومسلم مجيعا يف الصحيح عن أمية بن‬
)‫بسطام‬
“Dari Ibn Abbas RA bahwa Nabi SAW ketika mengutus
Mu’adz ke yaman bersabda: Engkau berada di ling­
kungan ahli kitab, maka hendaklah hal pertama
yang engkau dakwahkan adalah seruan beribadah
kepada Allah SWT. jika mereka telah mengenal Allah
(bersyahadat) maka beritahu mereka bahwa Allah
SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam.
Apabila mereka telah lakukan, beritahu (lagi) mereka
bahwa Allah SWT mewajibkan zakat yang diambil dari
harta orang kaya di antara mereka dan dikembalikan
kepada fuqara. Apabila mereka mentaati perintah
tersebut, ambil dari mereka (zakat) dan jagalah
kehormatan harta manusia (HR. Bukhari dan Muslim)
ً ّ ّ
‫استعمل رسول اهلل أن رسول اهلل صل رجال من األسد ىلع‬
ّ
‫اللتبية فلما جاء حا سبه‬ ‫سليم يدىع ابن‬ ‫صدقات بين‬
ٍ
“Rasulullah SAW menugaskan seorang laki-laki
dari bani Al-Asdi yang bernama Ibnu Al-Lutbiyyah
sebagai Amil zakat di daerah bani Sulaim, kemudian

34 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Rasulullah SAW melakukan evaluasi atas tugas yang
telah ia laksanakan “. (HR. Bukhari dan Muslim dari
Abi Humaid Al-Sa’idy)
ّ ,‫استعملن عمر ىلع الصدقة‬
‫ أمرين‬,‫فلما فرغت وأديتها إيله‬
‫ خذ ما‬:‫ فقال‬, ‫ وأجري ىلع اهلل‬,‫ إنما عملته هلل‬:‫ فقلت‬,‫بعمالة‬
‫ فقلت مثل‬,‫ فإين قد عملت ىلع عهد رسو هلل فعملين‬,‫أعتيت‬
ّ
‫ إذا أعطيت شيئا‬:‫ فقال يل رسوهلل صل اهلل عليه وسلم‬,‫قولك‬
ّ ُ
‫من غري أن تسأهل فك وتصدق‬
“Umar RA telah menugaskan kepadaku untuk mengurus
harta zakat, maka tatkala telah selesai tugasku, beliau
memberiku bagian dari harta zakat tersebut, aku
berkata: sesungguhnya aku melakukan ini semua
karena Allah SWT, semoga Allah kelak membalasnya.
Beliau berkata: Ambillah apa yang diberikan sebagai
bagianmu, sesungguhnya aku juga menjadi amil zakat
pada masa Rasulullah SAW dan beliau memberiku
bagian (dari harta zakat), saat itu aku mengatakan
seperti apa yang kau katakan, maka Rasulullah SAW
bersabda: Apabila engkau diberi sesuatu yang engkau
tidak memintanya maka ambillah untuk kau gunakan
atau sedekahkan. (HR. Muslim dari seorang Tabi’in
yang bernama Ibnu Al-Sa’di)

3. Qaidah fiqhiyyah
‫للوسائل حكم املقا صد‬
“Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian
yang akan dituju“
‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬
“Sesuatu kewajiban yang hanya bisa diwujudkan
dengan melakukan sesuatu perkara, maka perkara
tersebut hukumnya menjadi wajib “

‫ح ِة‬ ٌ ُ َ َّ َّ َ َ َ ْ ‫ص ُف‬
َ َ‫وط بال ْ َم ْصل‬ ُّ َ َ‫ت‬
ِ ‫المامِ ع الر ِعي ِة من‬
ِ
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap
rakyat harus mengikuti kemaslahatan “

1. Pendapat Ibnu Qosim dalam Kitab Fathul Qorib


(Syarah Bajuri 1/543) yang menjelaskan tentang
definisi Amil sebagai berikut:

Majelis Ulama Indonesia 35


Memperhatikan: َ‫الص َدقَات َو َدفْعها‬
َّ ‫خذ‬ْ َ ََ ُ َ َََُْْ َ ُ َْ َ
ِ ِ ِ ‫اإلمام ع أ‬ِ ‫والعا ِمل م ِن استعمله‬
ِّ
‫ل ِ ُم ْستَ ِحق َها‬
“Amil zakat adalah seseorang yang ditugaskan oleh
imam (pemimpin negara) untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan harta zakat “
2. Pendapat Al-Syairazi dalam kitab Al-Muhadzzab
(AlMajmu’ Syarah Al-Muhadzzab 6/167) yang men-
erangkan mengenai distribusi zakat, salah satunya
kepada Amil sebagai berikut:
َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ َّ ُ ِّ َ ُ َّ َ َ ْ َ
‫ع ث َما ِنيَة أ ْس ُه ٍم‬ ‫المام قسمها‬ ِ ‫الي يفرق الزكة هو‬ ِ ‫ف ِإن كن‬
ْ َ َ َ ُ ُ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َّ َ َ ُ َ ْ ْ َ
‫ ِلنه يأخذه ع وج ِه‬،‫ ْوهو أول مايبت ِدئ بِ ِه‬،‫(سه ٌم) لِل َعا ِم ِل‬
ْ َ ْ َّ َ َ َ َ َّ ‫جه ال ْ ُم َو‬ ْ ََ ُ ُ ُ َ َُْ َ َ ْ
‫السه ُم قد َر‬ ‫ ف ِإذا كن‬، ُ ‫اسا ِة‬ ِ َ ‫يه يأخذه ع َو‬ ‫ُال ِع َو ِض وغ‬
َ َ َ ْ َ ْ َّ ْ َ َ ‫ َوإ ْن َك َن أ ْك‬،‫ج َرتِ ِه َد َف َع ُه إ َلْ ِه‬ ْ
‫ث ِم ْن أج َ َرتِ ِه َرد ُالفضل ع‬ ِ ِ َ ‫أ‬
َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ْ
،‫ َوإِن كن أقل ِم ْن أج َرتِ ِه ت َّم َم‬،‫ َوق َّس َمه ع ِس َها ِم ِه ْم‬،‫اف‬ ِ ‫الصن‬
َْ ََْ َ َ ْ ْ َ ْ ُ ِّ َ ُ ّ َّ َ َ ُ ِّ َ ُ َ ْ َ ْ َ
‫ ولو ِقيل‬،‫ يتمم ِمن سه ِ ْم المصا ِل ِح‬:‫و ِمن أين يتمم ؟ قال َالشافِ ِع‬
ُ َ َ ْ ْ َ ِّ َ ْ ِّ َ ُ
. ‫اف ل ْم يَك ْن بِ ِه بَأ ٌس‬ ِ ‫يتم ُم ِمن حق سائِ ِر الصن‬
“Apabila yang melakukan distribusi zakat adalah
Imam [pemerintah] maka harus dibagi kepada
delapan golongan penerima zakat. Bagian pertama
adalah untuk Amil, karena Amil mengambil bagian
harta zakat sebagai upah, sementara golongan lainnya
sebagai dana sosial. Apabila bagian Amil sesuai dengan
kewajaran sebagai upah pengelola zakat, maka akan
diberikan kepadanya bagian tersebut. Namun bilamana
bagian Amil lebih besar dari kewajaran sebagai upah
pengelola zakat, maka kelebihan – di luar kewajaran
tersebut – dikembalikan untuk golongangolongan
yang lain dari mustakhiq zakat secara proporsional.
Jika terjadi defisit anggaran, di mana bagian Amil lebih
kecil dari kewajaran upah pengelola zakat maka akan
ditambahkan. Ditambahkan dari mana? Imam Syafi’i
berpendapat: “ditambahkan dengan diambil dari
bagian kemashlahatan [ fi sabilillah]”. Sekiranya ada
yang berpendapat bahwa bagiannya dilengkapi dari
bagian golongan-golongan mustahiq yang lain maka
pendapat tersebut tidak salah “
3. Pendapat Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’
Syarah Al-Muhadzzab (6/168) mengenai orang-orang
yang dapat masuk kategori sebagai Amil sebagai beri-

36 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


kut:

‫ب‬ ‫ت‬
َ َ
‫الك‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫اس‬
ْ َ
َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ف‬ ْ‫اش َوالْعري‬ُ ِ َ ‫ال‬ْ
‫ى‬ ‫ط‬ َ ‫ َو ُي ْع‬:‫ابنَا‬ َ ‫قَ َال أَ ْص‬
ُ ‫ح‬
ِ ِ َ ِ ِ ِ
َ‫ل َّن ُه ْم ِمن‬ ْ ْ َِ ْ ْ َ
َ
ِ ،‫ال ِمن سه ِم العا ِم ِل‬ ِ ‫َواجل َ ِاب َوالق َّسامِ َ َو َحافِ ِظ ال َم‬
ْ ْ َّ َ ُ ْ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َّ ُ َ ْ َ َ َّ ُ ْ
،‫اس ِم ال َعا ِم ِل‬ ِ‫ ومعناه أ َنهم يعطون ِمن ْ الس َه ِم ال ُمسم ب‬، ‫ال‬ ِ ‫العم‬
ْ ْ ْ َ َ ْ ُ ِ ‫الز َكة ل َّن ُه ْم يُ َز‬ ََ ُ
. ‫ف أج َر ِة ِمث ِل ِه‬ ِ ‫احون العا ِمل‬ ِ ِ َّ ‫َوه َو ثم ُن‬
“Para pengikut madzhab Syafi’i berpendapat: Dan
diberi bagian dari bagian Amil yaitu ; Pengumpul wajib
zakat, orang yang mendata, mencatat, mengumpulkan,
membagi dan menjaga harta zakat. Karena mereka itu
termasuk bagian dari Amil Zakat. Tegasnya, mereka
mendapatkan bagian dari bagian Amil sebesar 1/8 dari
harta zakat karena mereka merupakan bagian dari
Amil yang berhak mendapatkan upah sesuai dengan
kewajarannya.
4. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat-Rapat Komisi
Fatwa yang terakhir pada tanggal 3 Maret 2011.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

Menetapkan: FATWA TENTANG AMIL ZAKAT


Pertama : Ketentuan Hukum
1. Amil zakat adalah:
a. Seseorang atau sekelompok orang yang diangkat
oleh Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan
ibadah zakat; atau
b. Seseorang atau sekelompok orang yang dibentuk
oleh masyarakat dan disahkan oleh Pemerintah
untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat.
2. Amil zakat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Beragama Islam;
b. Mukallaf (berakal dan baligh);
c. Amanah;
d. Memiliki ilmu pengetahuan tentang hukum-hu-
kum zakat dan hal lain yang terkait dengan tugas

Majelis Ulama Indonesia 37


Amil zakat.
3. Amil zakat memiliki tugas:
a. penarikan/pengumpulan zakat yang meliputi
pendataan wajib zakat, penentuan objek wajib za-
kat, besaran nishab zakat, besaran tarif zakat, dan
syaratsyarat tertentu pada masing-masing objek
wajib zakat;
b. pemeliharaan zakat yang meliputi inventarisasi
harta, pemeliharaan, serta pengamanan harta za-
kat; dan
c. pendistribusian zakat yang meliputi penyaluran
harta zakat agar sampai kepada mustahiq zakat
secara baik dan benar, dan termasuk pelaporan.
4. Pada dasarnya, biaya operasional pengelolaan zakat
disediakan oleh Pemerintah (ulil amr).
5. Dalam hal biaya operasional tidak dibiayai oleh
Pemerintah, atau disediakan Pemerintah tetapi tidak
mencukupi, maka biaya operasional pengelolaan za-
kat yang menjadi tugas Amil diambil dari dana zakat
yang merupakan bagian Amil atau dari bagian Fi Sabi-
lillah dalam batas kewajaran, atau diambil dari dana
di luar zakat.
6. Kegiatan untuk membangun kesadaran berzakat –
seperti iklan – dapat dibiayai dari dana zakat yang
menjadi bagian Amil atau Fi Sabilillah dalam batas
kewajaran, proporsional dan sesuai dengan kaidah
syariat Islam.
7. Amil zakat yang telah memperoleh gaji dari negara
atau lembaga swasta dalam tugasnya sebagai Amil
tidak berhak menerima bagian dari dana zakat yang
menjadi bagian Amil. Sementara amil zakat yang ti-
dak memperoleh gaji dari negara atau lembaga swasta
berhak menerima bagian dari dana zakat yang men-
jadi bagian Amil sebagai imbalan atas dasar prinsip
kewajaran.
8. Amil tidak boleh menerima hadiah dari muzakki
dalam kaitan tugasnya sebagai Amil.
9. Amil tidak boleh memberi hadiah kepada muzakki

38 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


yang berasal dari harta zakat.

Kedua : Ketentuan Penutup


1. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan seb-
agaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak
untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Rabi’ul Awwal 1432 H
3 Maret 2011 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA

Majelis Ulama Indonesia 39


8
FATWA MUI NO 13 TAHUN 2011
TENTANG HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM


Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah:

Menimbang: a. bahwa seiring dengan pesatnya sosialisasi kewajiban


membayar zakat, ada amil zakat yang menarik
zakat atas harta haram, dan demikian sebaliknya
seseorang yang memperoleh harta haram bermaksud
membayarkan zakat untuk membersihkan hartanya;
b. bahwa di tengah masyarakat muncul pertanyaan
mengenai apakah orang yang memiliki harta haram,
seperti barasal dari bunga bank, hasil korupsi, dan
hasil judi, memiliki kewajiban membayar zakat serta
bagaimana seharusnya memanfaatkan harta haram
tersebut;
c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan
fatwa tentang zakat atas harta non-halal guna
dijadikan pedoman.

Mengingat: 1. Firman Allah SWT:


ْ ْ َ ْ َ َ‫آمنُوا أَنْف ُقوا م ْن َطيِّب‬ َّ َ ُّ َ َ
‫ات َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّما أخ َرجنَا‬
ِْ ِ ِ
َ ‫ين‬
َ
َ ‫ال‬
ِ ‫يآ أيها‬
َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ
‫لك ْم ِم َن َال ْر ِض َول تيَ َّم ُموا ال َ ِب َيث ِمنه تن ِفقون َول ْستُ ْم‬
:‫حيد (ابلقرة‬
ٌ َ ٌّ َ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َّ
ِ ‫آخ ِذي ِه ِإل أن تغ ِمضوا ِفي ِه واعلموا أن اهلل غ ِن‬ ِ ِ‫ب‬
)762
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu.” (QS. Al-Baqarah: 267)
2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:
ّ ُ َ ْ َ ٌ ِّ َ َ ّ
ّ ‫إال‬
‫طيبا‬ ‫إن اهلل طيب ال يقبل‬
“Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Baik dan tidak
menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
َ ّ
‫لألموال‬
ِ ‫إن اهلل ف َرض الزاكة ُطهرا‬
“Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan zakat sebagai
pensucian harta”. (HR. Bukhari dari Abdullah bin
Umar)

‫اليقبل اهلل صدقة من غلول‬


“Allah SWT tidak menerima sedekah dari harta hasil
korupsi rampasan perang.” (HR. Muslim dari Abdullah
bin Umar)
َ َ ٌ َُ ْ ُ َْ َ َّ َ َّ َ َ ْ ً َ َ َ َ ْ َ
‫ َوكن‬,‫أجر‬ ‫ثم ت َصدق بِ ِه لم يكن ل‬ ٍ‫من جع ما ال ِمن حرام‬
َ ُ ْ
‫إص ُه َعلي ِه‬
“Barang siapa yang mengumpulkan harta dari cara
yang haram kemudian ia bersedekah darinya, maka
ia tidak mendapatkan pahala apapun, bahkan ia tetap
menanggung dosa dari harta haram tersebut.” (HR. al-
Baihaqi, al-Hakim, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban
dari Abu Hurairah)

Memperhatikan: 1. Pendapat Imam Ibnu Nujaim sebagaimana dikutip


dalam kitab Al-Bahru Al-Raaiq (2/221) yang mene­
rangkan tidak wajibnya membayar zakat atas harta
haram sekalipun sudah sampai satu nishab, sebagai
berikut:
َ ‫الواج‬ َ ُ َ َّ ُ ُ َ ْ َ َ ً َ
َ ‫ل َّن‬ َ ُ ْ َ َ َ َْ
‫ب‬ ِ ِ ,َ‫ال نِصابا ال يلزمه الزكة‬ ِ ‫لو كن اخل ِبيث ِمن الم‬
َ ْ ْ ‫عليه تَفريْ ُغ ذ َّمته ب َر ِّده إىل‬
,‫ أ ْو إىل َو َرث ِت ِه ْم‬,‫أر َباب ِه إن َع ِل ُم ْوا‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ‫ياب‬ َ َ ِّ ُ
َ ْ ‫ال يُفيْ ُد إ‬ ُ ُّ َ َّ ُ َ َ ُ َ َ َ ُ ْ ً
ِ ِ ‫ ف‬,‫يب اتلصدق بِ ِه ك ِه‬ ِ ‫ وهنا‬.ِ‫وإال فإىل الفقراء‬
ْ ُ ُّ َّ
.‫اتل َصدق بِبَع ِض ِه‬
“Seandainya ada seseorang yang memiliki harta

42 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


haram seukuran nishab, maka ia tidak wajib berzakat.
Karena yang menjadi kewajiban atas orang tersebut
adalah membebaskan tanggungjawabnya atas harta
haram itu dengan mengembalikan kepada pemiliknya
atau para ahli waris – jika bisa diketahui – , atau
disedekahkan kepada fakir miskin secara keseluruhan
– harta haram tersebut – dan tidak boleh sebagian
saja.”
2. Pendapat Imam Al-Qurthubi sebagaimana dikutip
dalam kitab Fathu Al-Baari (3/180) yang menjelaskan
alasan tidak diterimanya zakat atas harta haram seb-
agai berikut:
ِّ ْ ُ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ َّ
‫ي َم ْمل ْو ٍك لِل ُمتَ َصد ِق‬ ‫ ِلنه غ‬, ِ‫الص َدقة بِاحل َ َرام‬ ‫وإن َما ال يقبَل اهلل‬
ََ ٌ َّ َ َ ُ ُ ِّ ُ َ ْ ٌ ُْْ َ ََُ
‫ فل ْو‬,‫صف ِفيْ ِه‬ ‫الم ْتَ َصدق بِ ِه مت‬ ‫ و‬,‫ص ِف ِفي ِه‬ ُّ َ ‫اتل‬
َّ ‫ع ِم َن‬ ‫وهو ممنو‬
ْ ْ َّ َ ُ ْ َ ُْ َ
,‫قِبْل ِمنه ل ِز َم أن يَك ْون الش ُء َمأ ُم ْو ًرا َمن ِه ًّيا ِم ْن َوج ٍه َوا ِح ٍد‬
ٌ َُ ُ
‫َوه َو مال‬
“Sedekah/zakat dari harta haram itu tidak diterima
dengan alasan karena harta haram tersebut pada
hakekatnya bukan hak miliknya. Dengan demikian,
pemilik harta haram dilarang mentasharrufkan harta
tersebut dalam bentuk apapun, sementara bersedekah
adalah bagian dari tasharruf (penggunaan) harta.
Seandainya sedekah dari harta haram itu diangggap
sah, maka seolah-olah ada satu perkara yang di
dalamnya berkumpul antara perintah dan larangan,
dan itu menjadi mustahil”.
3. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat-Rapat Komisi
Fatwa yang terakhir pada tanggal 3 dan 17 Maret 2011.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

Menetapkan: FATWA TENTANG HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HA-


RAM
Pertama : Ketentuan Hukum
1. Zakat wajib ditunaikan dari harta yang halal, baik har-
tanya maupun cara perolehannya.
2. Harta haram tidak menjadi obyek wajib zakat.

Majelis Ulama Indonesia 43


3. Kewajiban bagi pemilik harta haram adalah bertaubat
dan membebaskan tanggung jawab dirinya dari harta
haram tersebut.
4. Cara bertaubat sebagaimana dimaksud angka 3 adalah
sebagai berikut:
a. Meminta ampun kepada Allah, menyesali perbu­
at­annya, dan ada keinginan kuat (‘azam) untuk ti-
dak mengulangi perbuatannya;
b. Bagi harta yang haram karena didapat dengan cara
mengambil sesuatu yang bukan haknya –seperti
mencuri dan korupsi–, maka harta tersebut harus
dikembalikan seutuhnya kepada pemiliknya. Na-
mun, jika pemiliknya tidak ditemukan, maka digu-
nakan untuk kemaslahatan umum.
c. Bila harta tersebut adalah hasil usaha yang tidak
halal – seperti perdangan minuman keras dan
bunga bank – maka hasil usaha tersebut (bukan
pokok modal) secara keseluruhan harus diguna­
kan untuk kemaslahatan umum.
Kedua : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, de­
ngan ketentuan jika di kemudian hari ternyata ter-
dapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau un-
tuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi’ul Tsani 1432 H
17 Maret 2011 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA

44 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


9
FATWA MUI NO 14 TAHUN 2011
TENTANG PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK
ASET KELOLAAN

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah:

Menimbang: a. bahwa perkembangan masyarakat telah mendorong


munculnya perkembangan tata kelola dana zakat
oleh amil zakat;
b. bahwa dalam penyaluran harta zakat, ada upaya
perluasan manfaat harta zakat agar lebih dirasakan
kemanfaatannya bagi banyak mustahiq dan dalam
jangka waktu yang lama, yang salah satunya dalam
bentuk aset kelolaan;
c. bahwa terkait pada huruf b di atas, di tengah mas­
yarakat muncul pertanyaan mengenai hukum penya­
luran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan;
d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan
fatwa tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk
aset kelolaan guna dijadikan pedoman.

Mengingat: 1. Firman Allah SWT:


ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka… (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ َّ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َوال ُم َؤلف ِة‬ ‫ني َوال َعا ِم ِل‬ِ ‫إِن ُما الصدقات لِلفقراء ْوالمسا ِك‬
‫يل‬ ‫ب‬ َّ ‫ني َوف َسبيل اهلل َوابْن‬
‫الس‬ َ ‫الرقَاب َوال َغارم‬
ِّ ‫وب ُه ْم َوف‬ ُ ‫قُل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫يم َحك‬
‫يم‬ ُ ‫يض ًة ِّم َن اهلل َو‬
ٌ ‫اهلل َعل‬ َ ‫فَر‬
ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (QS. Al-Taubah: 60).
2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:
َ ُ
‫اهلل َعليْ ِه‬
َّ
‫ب َصل‬ َّ ‫ أَ َّن‬:‫اهلل َعنْ ُه َما‬
َّ ‫انل‬ ُ ‫ض‬ َ ِ ‫اس َر‬ َّ َ ْ َ
ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ ُ ْ َ ََ ِ َ ُ ْ َ ُ َ َ ً َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ
‫ “ادع ُه ْم إِل‬:َ ‫ فقال‬،‫اهلل عنه إِل ايلَ َم ِن‬ ‫وسلم ب َعث معاذا ر ِض‬
َ َ ُ َ ْ ُ ْ َ ُ ُ َ ِّ َ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ
،‫ ف ِإن هم أطاعوا ِللِك‬،‫هلل‬ ِ ‫ وأن رسول ا‬،‫ش َهاد ِة أن َآل ِإل ِإل اهلل‬
ِّ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ‫فَأ ْعل ْم ُه ْم أ َّن‬
ٍ‫ات ِف ك يَ ْوم‬ ٍ ‫اهلل ق ِد افتض علَي ِهم خ َس صلو‬ ِ
ْ‫ت َض َعلَيْهم‬ َ َ ‫اف‬ ْ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ
ِ ‫ فأع ِلمهم أن اهلل‬،‫ ف ِإن هم أطاعوا ِللِك‬،‫ولل ٍة‬
ْ َ َ ُ َ َ ُّ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ً َ َ َ
‫(رواه‬-“‫صدقة ِف أموال ِ ِهم تؤخذ ِمن أغ ِنيائِ ِهم وترد ع فقرائِ ِهم‬
)‫ابلخاري‬
Dari Ibnu ‹Abbas ra: Sesungguhnya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah mengutus Mu’adz ra. ke Yaman,
lalu beliau bersabda: “Ajaklah mereka untuk bersaksi
sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Jika mereka
mentaatinya, maka beritahulah mereka sesungguhnya
Allah telah mewajibkan mereka shalat lima waktu
dalam sehari dan semalam. Jika mereka mentaatinya,
beritahulah mereka sesungguhnya Allah telah
mewajibkan zakat atas harta mereka yang diambil
dari orang-orang kaya diantara mereka, dan diberikan
kepada orang-orang fakir diantara mereka”. (Hadis
Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
3. Atsar dari Sahabat Muadz bin Jabal yang diriwayat-
kan oleh Imam Bukhari dan al-Thabrani serta al-Da-
ruquthni dari Thawus bin Kaisan yang menegaskan
bolehnya penunaian zakat dengan hal yang lebih
dibutuhkan oleh mustahiq sebagai berikut:

46 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ْ‫بميْص أَو‬ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ َْ ٌَ ُ َ َ
ٍ ِ ِ ‫ ِائـتـو ِن‬:َ ‫قال معاذ ريض اهلل عنه ِله ِل الم ِن‬
ُ َْ َ ُ َ ْ
ٌ ْ ‫ َو َخ‬، ‫ك ْم‬ ُّ َّ َ َ َ َ َ َّ ْ
ْ ‫الشع‬ ْ َ
‫ي‬ ‫ أهـون علي‬، ‫ي َواذل َّر ِة‬ ِ ِ ‫ِل َي ٍس ِف الصدق ِة مكن‬
ْ
‫ب صىل اهلل عليه وسلم بِال َم ِديْـنَ ِة‬ َّ ‫حاب‬
ِّ ‫انل‬
ِ ِ
َ ‫ل ْص‬
ِ
“Muadz berkata kepada penduduk Yaman: Berikanlah
kepadaku baju khamis atau pakaian sebagai pemba­
yaran zakat gandum dan biji-bijian, karena yang
sedemikian itu lebih mudah bagi kalian dan lebih baik
bagi para Sahabat Nabi SAW di kota Madinah” (HR.
Bukhari, al-Thabrani, dan al-Daruquthni)
4. Qaidah fiqhiyyah:

‫للوسائل حكم املقا صد‬


“Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian
yang akan dituju “

‫ح ِة‬ ٌ ُ َ َّ َّ َ َ َ ْ ‫ص ُف‬
َ َ‫وط بال ْ َم ْصل‬ ُّ َ َ‫ت‬
ِ ‫المامِ ع الر ِعي ِة من‬
ِ
“Tindakan pemimpin [ pemegang otoritas ] terhadap
rakyat harus mengikuti kemaslahatan “

Memperhatikan : 1. Pendapat Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Al-


Maliybari dalam kitab Fathul Muin (I’aanatu Al-Thal-
ibin 2/214) yang menjelaskan kebolehan penyaluran
harta zakat sesuai kebutuhan mustahiq sebagai beri-
kut:
ً َ ُ ْ ْ
،‫ال يَك ِفيْ ِه ِربُه غ ِلا‬ َ ‫ار ًة َرأْ ُس‬
‫م‬ َ َ‫ك ِمنْ ُه َما إ ْن َت َع َّو َد ِت‬ ٌّ ُ َ ْ ُ َ
‫فيعطى‬
ٍ ِ َ ًَْ َْ
َ ُ
... ... ‫أو ِحرفة آلها‬
“Maka keduanya – fakir dan miskin – diberikan harta
zakat dengan cara ; bila ia biasa berdagang, diberi modal
berdagang yang diperkirakan bahwa keuntungannya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ; bila ia
bisa bekerja, diberi alat-alat pekerjaannya … “.
2. Pendapat Imam Al-Ramly dalam kitab Syarah Al-
Minhaj li al-Nawawi (6/161) yang menerangkan
pendistribusian harta zakat bagi orang miskin untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya serta dimungkinkan
pembelian aset untuknya sebagai berikut:
ً ّ ّ
‫إن الفقري واملسكني إن لم حيسن لك منهما كسبا حبرف ٍة وال‬

Majelis Ulama Indonesia 47


َّ َ
‫جتار ٍة يعطى كفاية ما بيق من عمر الغا لب ألمثاهل يف بدله ألن‬
َ ُ ْ ُ ّ ْ
‫ره علي ِه أعطي‬ ‫ فإن زاد عم‬. ‫ وال حيصل إل بذلك‬,‫القصد إغناؤه‬
ُ ْ ُ ‫ وليس‬, ‫سنة بسنة‬ ً
‫إعطاؤه‬ ‫الم َراد بِ ِإعطاء من ال حيسن الكسب‬ ٍ
َ َ ْ ََ ُ ُ ْ َ ّ ْ
‫ت َي ُل بِ ِه‬
ِ ‫تلك املدة بل ما يكفيه دخله ِمنه فيش‬ ‫نق ًدا يكفيْ ِه‬
ّ ْ ُ ُّ ً
‫ويورث عنه‬ ‫عقارا يست ِغله ويغتين به عن الزاكة فيملكه‬
“Orang fakir dan miskin – bila keduanya tidak mampu
untuk bekerja dengan satu keahlian atau perdagangan
– diberi harta zakat sekiranya cukup untuk kebutuhan
seumur hidupnya dengan ukuran umur manusia yang
umum di negerinya, karena harta zakat dimaksudkan
untuk memberi seukuran kecukupan/kelayakan hidup.
Kalau umurnya melebihi standar umumnya manusia,
maka akan diberi setiap tahun seukuran kebutuhan
hidupnya selama setahun. Dan tidaklah dimaksudkan
di sini – orang yang tidak dapat bekerja – diberikan
dana tunai seukuran masa tersebut, akan tetapi dia
diberi dana di mana ia mampu membeli aset properti
yang dapat ia sewakan, sehingga ia tidak lagi menjadi
mustahiq zakat“.
3. Pendapat Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu
Fatawa (25/82) yang menyatakan kebolehan menge-
luarkan zakat dengan yang senilai jika ada kemasla-
hatan bagi mustahiq, sebagai berikut:
ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َّ َ
‫ح ِة أ ْو ال َعد ِل فل بَأ َس‬ ‫َوأما ِإخ َراج ال ِقيم َ ِة لِلحاج ِة أ ْو لِلمصل‬
‫اء‬ َّ ِ ‫ك ْو َن ال ْ ُم ْستَح ُّق ْو َن ل‬
َ ‫لز َك ِة َطلَبُ ْوا إ ْع َط‬ ُ َ ْ ُْ َ
‫ و ِمثل أن ي‬... ... ... ‫بِ ِه‬
ِ ِ
ْ َ َّ
ُ‫أن َفع‬ َّ َ َ ْ َ َّ ْ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ
‫اع أنها‬ ِ ‫ أو يرى الس‬، ‫ فيع ِطي ِهم إِياها‬، ‫ال ِقيم ِة ِلكونِها أنفع‬
َ ُْ
. ... ... ‫لِلفق َرا ِء‬
“Adapun mengeluarkan nilai dari obyek zakat karena
adanya hajat (kebutuhan) serta kemaslahatan dan
keadilan maka hukumnya boleh … seperti adanya
permintaan dari para mustakhiq agar harta zakat
diberikan kepada mereka dalam bentuk nilainya saja
karena lebih bermanfaat, maka mereka diberi sesuai
dengan apa yang mereka inginkan. Demikian juga
kalau Amil zakat memandang bahwa pemberian –
dalam bentuk nilai – lebih bermanfat kepada kaum
fakir “.
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Mentashar-
rufkan Dana Zakat untuk Kegiatan Produktif dan Ke-

48 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


maslahatan Umum Tanggal 2 Februari 1982;
5. Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama NU Ta-
hun 1981 yang menegaskan bahwa Memberikan
Zakat untuk kepentingan masjid, madrasah, pon-
dok pesantren, dan sesamanya hukumnya ada dua
pendapat; tidak membolehkan dan membolehkan;
6. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat-Rapat Komisi
Fatwa yang terakhir pada tanggal 3, dan 17 Maret 2011.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

Menetapkan: FATWA TENTANG PENYALURAN HARTA ZAKAT


DALAM BENTUK ASET KELOLAAN
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
Aset kelolaan adalah sarana dan/atau prasarana yang dia-
dakan dari harta zakat dan secara fisik berada di dalam
pengelolaan pengelola sebagai wakil mustahiq zakat, se-
mentara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahiq zakat.

Kedua : Ketentuan Hukum


Hukum penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelo-
laan adalah boleh dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tidak ada kebutuhan mendesak bagi para mustahiq
untuk menerima harta zakat.
2. Manfaat dari aset kelolaan hanya diperuntukkan bagi
para mustahiq zakat.
3. Bagi selain mustahiq zakat dibolehkan memanfaatkan
aset kelolaan yang diperuntukkan bagi para mustahiq
zakat dengan melakukan pembayaran secara wajar
untuk dijadikan sebagai dana kebajikan.
Ketiga : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, de­
ngan ketentuan jika di kemudian hari ternyata ter-
dapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan
Majelis Ulama Indonesia 49
se­bagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau un-
tuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi’ul Tsani 1432 H
17 Maret 2011 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA

50 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


10
FATWA MUI NO 15 TAHUN 2011
TENTANG PENARIKAN, PEMELIHARAAN DAN
PENYALURAN HARTA ZAKAT

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :

Menimbang: a. bahwa dalam hal operasional penarikan, pemeli­


haraan, dan penyaluran zakat dimungkinkan adanya
inovasi dan pengembangan tata cara seiring dengan
dinamika sosial masyarakat sepanjang sesuai dengan
ketentuan;
b. bahwa di tengah masyarakat muncul pertanyaan
mengenai ketentuan penarikan dan penyaluran
harta zakat, mulai dari penyaluran dari amil zakat
kepada amil zakat berikutnya, penyaluran dari amil
zakat kepada lembaga sosial, penyaluran harta zakat
muqayyadah, serta sumber biaya operasional untuk
kepentingan penarikan dan penyaluran zakat;
d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan
fatwa tentang penarikan dan penyaluran harta zakat
guna dijadikan pedoman.

Mengingat: 1. Firman Allah SWT:


ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka… (QS. al-Taubah [9]: 10)
َ‫ُخ ْذ م ْن أَ ْم َواله ْم َص َدقَ ًة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َوتُ َز ِّكيه ْم بها‬
ِ ِ ِِ ِ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka“ (QS. AlTaubah: 103).
َ َّ ْ َ َ ْ َ ‫ات للْ ُف َق َرا ِء َوال ْ َم‬ ُ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َوال ُم َؤلف ِة‬ ‫ني َوال َعا ِم ِل‬
ِ ‫ك‬
ِ ‫ا‬ ‫س‬ ِ ‫ِإنما الصدق‬
ۖ ‫يل‬ ‫ب‬ َّ ‫ني َوف َسبيل اهلل َوابْن‬
‫الس‬ َ ‫الرقَاب َوالْ َغارم‬ ُ ُ‫قُل‬
ِّ ‫وب ُه ْم َوف‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫يم َحك‬
‫يم‬ ٌ ‫اهلل َعل‬ ُ ‫يض ًة ِم َن الل َّ ۗ َو‬
َ ‫فَر‬
ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (QS. Al-Taubah: 60).
2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

‫معاذا إىل ايلمن قال‬ َ ْ ‫بعث‬ ‫أن انليب َصىل اهلل عليه وسلم ملا‬
ْ ِ ‫اهلل فَ َر َض َعلَيْه ْم َز َك ًة تؤخذ ِمن أغ ِنيائِهم فتد‬
ُّ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ َ ‫ب ُه ْم أ َّن‬ْ ‫خ‬ْ ََ
‫ف‬ ِ ِ ِ ‫فأ‬
ْ‫ُف َق َرائهم‬
ِِ
“Nabi Muhammad SAW ketika mengutus Muadz ke
Yaman bersabda: … … … Dan beritahukan kepada
mereka bahwa Allah SWT mewajibkan zakat yang
diambil dari harta orang kaya di antara mereka dan
dikembalikan kepada para orang-orang fakir di antara
mereka “. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)
ً ّ ّ
‫استعمل رسوهلل أن رسوهلل صل رجال من األسد ىلع صدقات‬
ّ
‫اللتبية فلما جاء حا سبه‬ ‫سليم يدىع ابن‬ ‫بين‬
ٍ
“Rasulullah SAW menugaskan seorang laki-laki da­
ri bani AlAsdi yang bernama Ibnu Al-Lutbiyyah
sebagai Amil zakat di daerah bani Sulaim, kemudian
Rasulullah SAW melakukan evaluasi atas tugas yang
telah ia laksanakan”. (HR. Bukhari dan Muslim dari
Abi Humaid Al-Saa’idy)
ّ ,‫استعملن عمر ىلع الصدقة‬
‫ أمرين‬,‫فلما فرغت وأديتها إيله‬
‫ خذ ما‬:‫ فقال‬, ‫ وأجري ىلع اهلل‬,‫ إنما عملته هلل‬:‫ فقلت‬,‫بعمالة‬
‫ فقلت مثل‬,‫ فإين قد عملت ىلع عهد رسو هلل فعملين‬,‫أعتيت‬

52 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ّ
‫ إذا أعطيت شيئا‬:‫ فقال يل رسوهلل صل اهلل عليه وسلم‬,‫قولك‬
ّ ُ
‫من غري أن تسأهل فك وتصدق‬
“Umar RA telah menugaskan kepadaku untuk mengurus
harta zakat, maka tatkala telah selesai tugasku, beliau
memberiku bagian dari harta zakat tersebut, aku
berkata: sesungguhnya aku menlakukan ini semua
karena Allah SWT, semoga Allah kelak membalasnya.
Beliau berkata: Ambillah apa yang diberikan sebagai
bagianmu, sesungguhnya aku juga menjadi amil zakat
pada masa Rasulullah SAW dan beliau memberiku
bagian (dari harta zakat), saat itu aku mengatakan
seperti apa yang kau katakan, maka Rasulullah SAW
bersabda: Apabila engkau diberi sesuatu yang engkau
tidak memintanya maka ambillah untuk kau gunakan
atau sedekahkan. (HR. Muslim dari seorang Tabi’in
yang bernama Ibnu Al-Sa’di)
3. Qaidah fiqhiyyah

‫للوسائل حكم املقا صد‬


“Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian
yang akan dituju “

‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬


“Sesuatu kewajiban yang hanya bisa diwujudkan
dengan melakukan sesuatu perkara, maka perkara
tersebut hukumnya menjadi wajib “
َ َ‫وط بال ْ َم ْصل‬
ٌ ُ‫الرع َّية َمن‬ َ َ َ ْ ُ ُّ َ َ
َّ ‫ع‬
‫ح ِة‬ ِ ِ ِ ِ‫المام‬
ِ ‫تصف‬
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap
rakyat harus mengikuti kemaslahatan”

Memperhatikan: 1. Pendapat Ibnu Qosim dalam Kitab Fathul Qorib


(Syarah Bajuri 1/543) yang menjelaskan tentang
definisi Amil sebagai berikut:
َْ َ َ َّ ْ َ ََ ُ َ َََُْْ َ ‫َوالْ َعام ُل‬
‫ات َودف ِع َها‬
ِ ‫اإلمام ع أخ ِذ الصدق‬ِ ‫ه‬‫ل‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫اس‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ِّ ِ
‫ل ِ ُم ْستَ ِحق َها‬
“Amil zakat adalah seseorang yang ditugaskan oleh
imam (pemimpin negara) untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan harta zakat “

Majelis Ulama Indonesia 53


2. Pendapat Al-Syairazi dalam kitab Al-Muhadzzab (Al-
Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab 6/167) yang menerang-
kan mengenai distribusi zakat, salah satunya kepada
Amil sebagai berikut:
َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ َّ ُ ِّ َ ُ َّ َ َ ْ َ
‫ع ث َما ِنيَة أ ْس ُه ٍم‬ ‫المام قسمها‬ ِ ‫الي يفرق الزكة هو‬ ِ ‫ف ِإن كن‬
ْ َ َ َ ُ ُ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َّ َ َ ُ َ ْ ْ َ
‫ ِلنه يأخذه ع وج ِه‬،‫ ْوهو أول مايبت ِدئ بِ ِه‬،‫(سه ٌم) لِل َعا ِم ِل‬
ْ َ ْ َّ َ َ َ َ
‫السه ُم قد َر‬ َّ ‫جه ال ْ ُم َو‬ ْ ََ ُ ُ ُ َ َُْ َ َ ْ
‫ ف ِإذا كن‬، ُ ‫اسا ِة‬ ِ َ ‫ُال ِعو ِض َوغيه يأخذه ع َو‬
َ َ َ ْ َ ْ َّ ْ َ َ ‫ َوإ ْن َك َن أ ْك‬،‫ج َرتِ ِه َد َف َع ُه إ َلْ ِه‬ ْ
‫ث ِم ْن أج َ َرتِ ِه َرد ُالفضل ع‬ ِ ِ َ ْ‫أ‬
ْ ْ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ َ
َ،‫ج َرتِ ِه َت َّمم‬ َ ْ
‫ وإِن كن أقل ِمن أ‬،‫ وقسمه ع ِسها ِم ِهم‬،‫اف‬ ِ ‫الصن‬
َْ ََْ َ َ ْ ْ َ ْ ُ ِّ َ ُ ّ َّ َ َ ُ ِّ َ ُ َ ْ َ ْ َ
‫ ولو ِقيل‬،‫ يتمم ِمن سه ِ ْم المصا ِل ِح‬:‫و ِمن أين يتمم ؟ قال َالشافِ ِع‬
ُ َ َ ْ ْ َ ِّ َ ْ ِّ َ ُ
. ‫اف ل ْم يَك ْن بِ ِه بَأ ٌس‬ ِ ‫يتم ُم ِمن حق سائِ ِر الصن‬
“Apabila yang melakukan distribusi zakat adalah
Imam [pemerintah] maka harus dibagi kepada dela­
pan golongan penerima zakat. Bagian pertama adalah
untuk Amil, karena Amil mengambil bagian harta zakat
sebagai upah, sementara golongan lainnya sebagai
dana sosial. Apabila bagian Amil sesuai dengan
kewajaran sebagai upah pengelola zakat, maka akan
diberikan kepadanya bagian tersebut. Namun bilamana
bagian Amil lebih besar dari kewajaran sebagai upah
pengelola zakat, maka kelebihan – di luar kewajaran
tersebut – dikembalikan untuk golongan-golongan
yang lain dari mustakhiq zakat secara proporsional.
Jika terjadi defisit anggaran, di mana bagian Amil lebih
kecil dari kewajaran upah pengelola zakat maka akan
ditambahkan. Ditambahkan dari mana? Imam Syafi’i
berpendapat: “ditambahkan dengan diambil dari
bagian kemashlahatan [ fi sabilillah]”. Sekiranya ada
yang berpendapat bahwa bagiannya dilengkapi dari
bagian golongan-golongan mustahiq yang lain maka
pendapat tersebut tidak salah “
3. Pendapat Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’
Syarah Al-Muhadzzab (6/168) mengenai orang-orang
yang dapat masuk kategori sebagai Amil sebagai beri-
kut:

‫ب‬ ‫ت‬
َ َ
‫الك‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫اس‬ َ ْ َ
‫ال‬ ‫و‬ ‫ف‬ْ‫اش َوالْعري‬
ُ َ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ َو ُي ْع‬:‫ابنَا‬
‫ط‬ َ ‫قَ َال أَ ْص‬
ُ ‫ح‬
ِ ِ َ ِ ِ َ ْ ِ ْ َِ ْ ِ
َ‫ل َّن ُه ْم ِمن‬ َ ْ ‫الق َّسامِ َو َحافظ ال‬ َ َ َ َ
ِ ، ‫ال ِمن سه ِم العا ِم ِل‬ ِ ‫م‬ ِِ ‫واجلاب و‬
َ ْ ْ َّ َ ُ ْ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ِ َّ ُ ْ
،‫ ومعناه أنهم يعطون ِمن السه ِم المسم بِاس ِم العا ِم ِل‬، ‫ال‬ ِ ‫العم‬

54 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َّ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ َ
. ‫احون العا ِمل ِف أجر ِة ِمث ِل ِه‬
ِ ‫وهو ثمن الزك ِة ِلنهم يز‬
“Para pengikut madzhab Syafi’i berpendapat: Dan
diberi bagian dari bagian Amil yaitu ; Pengumpul wajib
zakat, orang yang mendata, mencatat, mengumpulkan,
membagi dan menjaga harta zakat. Karena mereka itu
termasuk bagian dari Amil Zakat. Tegasnya, mereka
mendapatkan bagian dari bagian Amil sebesar 1/8 dari
harta zakat karena mereka merupakan bagian dari
Amil yang berhak mendapatkan upah sesuai dengan
kewajarannya.
4. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat-Rapat Komisi
Fatwa yang terakhir pada tanggal 3, dan 17 Maret 2011.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

Menetapkan: FATWA TENTANG PENARIKAN, PEMELIHARAAN DAN


PENYALURAN HARTA ZAKAT
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Penarikan zakat adalah kegiatan pengumpulan harta
zakat yang meliputi pendataan wajib zakat, penen-
tuan objek wajib zakat, besaran nishab zakat, besaran
tarif zakat, dan syarat-syarat tertentu pada masing-
masing objek wajib zakat.
2. Pemeliharaan zakat adalah kegiatan pengelolaan
yang meliputi inventarisasi harta, pemeliharaan, serta
peng­amanan harta zakat.
3. Penyaluran zakat adalah kegiatan pendistribusian
harta zakat agar sampai kepada para mustakhiq zakat
secara benar dan baik.
4. Zakat muqayyadah adalah zakat yang telah ditentu-
kan mustahiqnya oleh muzakki, baik tentang ashnaf,
orang perorang, maupun lokasinya.

Majelis Ulama Indonesia 55


Kedua : Ketentuan Hukum
1. Penarikan zakat menjadi kewajiban amil zakat yang
dilakukan secara aktif.
2. Pemeliharan zakat merupakan tanggung jawab amil
sampai didistribusikannya dengan prinsip yadul ama-
nah.
3. Apabila amil sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik, namun di luar kemampuannya terjadi keru-
sakan atau kehilangan maka amil tidak dibebani
tanggung jawab penggantian.
4. Penyaluran harta zakat dari amil zakat kepada amil
zakat lainnya belum dianggap sebagai penyaluran za-
kat hingga harta zakat tersebut sampai kepada para
mustahiq zakat.
5. Dalam hal penyaluran zakat sebagaimana nomor 4,
maka pengambilan hak dana zakat yang menjadi ba-
gian amil hanya dilakukan sekali. Sedangkan amil za-
kat yang lain hanya dapat meminta biaya operasional
penyaluran harta zakat tersebut kepada amil yang
mengambil dana.
6. Yayasan atau lembaga yang melayani fakir miskin bo-
leh menerima zakat atas nama fi sabilillah. Biaya ope­
rasional penyaluran harta zakat tersebut mengacu
kepada ketentuan angka 5.
7. Penyaluran zakat muqayyadah, apabila membutuh-
kan biaya tambahan dalam distribusinya, maka Amil
dapat memintanya kepada mustahiq. Namun apabila
penyaluran zakat muqayyadah tersebut tidak membu-
tuhkan biaya tambahan, misalnya zakat muqayyadah
itu berada dalam pola distribusi amil, maka amil tidak
boleh meminta biaya tambahan kepada muzakki.

Ketentuan Penutup
Ketiga :
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, de­
ngan ketentuan jika di kemudian hari ternyata ter-
dapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan
se­bagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau un-
tuk menyebarluaskan fatwa ini.

56 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi’ul Tsani 1432 H
17 M a r e t 2011 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA

Majelis Ulama Indonesia 57


11
FATWA MUI NO 1 MUNAS 2015
TENTANG PENDAYAGUNAAN HARTA ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH
DAN WAKAF UNTUK PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH
DAN SANITASI BAGI MASYARAKAT

Majelis Ulama Indonesia, dalam Musyawarah Nasional MUI IX pada tanggal


09-12 Dzulqaidah 1436 H/24-27 Agustus 2015 M, setelah:
Menimbang: a. bahwa salah satu hikmah disyari’atkannya zakat
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang berhak (mustahiq) guna menjamin kebutuhan
pokoknya;
b. bahwa di berbagai daerah di Indonesia terdapat
beberapa daerah yang masih sulit memperoleh akses
terhadap air bersih yang dapat langsung dikonsumsi
dan sanitasi untuk menjamin kesehatan mereka,
hingga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit,
seperti diare yang diakibatkan oleh kekurangan air,
atau oleh air yang tercemar;
c. bahwa dalam penyaluran harta zakat, ada pertanyaan
mengenai kebolehan perluasan manfaat harta zakat
agar lebih dirasakan kemanfaatannya bagi banyak
mustahiq dan dalam jangka waktu yang lama, yang
salah satunya dalam pembangunan sarana air bersih
dan sanitasi di daerah yang membutuhkan;
d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan
fatwa tentang pendayagunaan harta zakat untuk
pembangunan sarana air bersih dan sanitasi guna
dijadikan pedoman.

Mengingat : 1. Firman Allah SWT:


a. Firman Allah SWT yang memerintahkan pem-
bayaran zakat:
ِّ َ ُ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ
‫يه ْم بِ َها‬
ِ ‫خذ ِمن أموال ِ ِهم صدقة تطهرهم وتز‬
‫ك‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.” (QS. Al-Taubah: 103).
b. Firman Allah SWT yang menjelaskan kelompok
yang berhak menerima zakat:
َ
‫ني َعليْ َها‬ َ ‫ات للْ ُف َق َرا ِء َوال ْ َم َساكني َوالْ َعامل‬
ُ َ َ َّ
‫ِإن َما الصدق‬
َّ
ِِ ِ ِْ ِ
‫هلل‬
ِ ‫يل ا‬
َ َ َ َ َ َ ِّ َ ْ ُ ُ ُ ُ َ َّ َ ُ ْ َ
ِ ‫ار ِمني و ِف س ِب‬ ِ ‫اب والغ‬ ِ ‫والمؤلف ِة قلوبهم و ِ ًف الرق‬
ٌ ‫يم َحك‬ ٌ ‫واهلل َعل‬
ُ ۗ ‫يضة ِم َن اهلل‬ َ ‫السبيل ۖ فَر‬
َّ ْ َ
‫يم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫واب ِن‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS. Al-Taubah: 60).
c. Firman Allah SWT yang menerangkan posisi
penting air bagi kehidupan, baik bagi manusia,
hewan, maupun tumbuhan:
َ ْ َ َ َ ٍّ َ ْ َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
‫ح افل يُؤ ِمنُ ْون‬
ۗ ‫وجعلنا ِمن الماۤ ِء ك ش ٍء‬
“...dan dari air Kami jadikan semua yang hidup...“
(al-Anbiya: 30)
ْ َ ْ َ ْ َ ٓ ْ ُ َ َّ َ َ َ
‫أ ْ َول ْم يَ َر ْوا۟ أ َنا ن ُسوق ٱ َل َما َء إِل َٱل ْر ِض ٱل ُ ُر ِز فنُخ ِر ُج بِ ِ ۦه َز ْر ًع‬
َ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ُ ُ َ ْ ُ ُ َٰ ْ ُ ْ ُ ُ َ
‫صون‬ ِ ‫تأكل ِمنه أنعمهم وأنفسهم ۖ أفل يب‬
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan,
bahwasannya kami menghalau (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu dengan
air itu Kami tumbuhkan tanaman yang darinya
binatang-binatang mereka dan diri mereka

60 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


makan. Tidakkah mereka memperhatikan?“ (al-
Sajdah: 27)
ٰ َ ْ ْ َ َ ٓ ٓ َّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ
‫الس َما ِء َما ًء فأخ َرجنَا بِ ِ ۦه ث َ َم َر ٍت‬ ‫ألم تر أن اهلل أنزل ِمن ٱ‬
ٌ ٌ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ ٰ َ ْ َ ً َ ْ ُّ
َ‫يض َو ُحْ ٌر ُّمْتَل ٌف أل ْ َ ٰو ُنها‬
ِ ‫ال جد ۢد ِب‬ِ ‫الب‬
ِ ‫مت ِلفا ألونها ۚ و ِمن ٱ‬
ٌ
‫يب ُسود‬ُ ‫َو َغ َراب‬
ِ
“Apakah kamu tidak melihat bahwa Allah menu­
runkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya?“ (Fathir: 27)
2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:
‫ايلـمن قال‬ ‫صىل اهلل عليه وسلم ملا بـعث معـاذا إىل‬ ‫أن انليب‬
ْ‫ـن أَ ْغنيَائهم‬
ْ ‫ـذ م‬ُ َ ْ ُ ً َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ
ِِ ِ ِ ‫فأخ ِـربهم أن اهلل فـرض علي ِهم زكـاة تـؤخ‬
‫ـه ْم‬ َ َ ُ ْ ُّ َ ُ َ
ِ ِ‫فتد ِف فـقرائ‬
“Nabi Muhammad SAW ketika mengutus Muadz ke
Yaman bersabda: … … … Dan beritahukan kepada
mereka bahwa Allah SWT mewajibkan zakat yang
diambil dari harta orang kaya di antara mereka dan
dikembalikan kepada para orang-orang fakir di antara
mereka “. (Riwayat Bukhari Muslim dari Sahabat Ibnu
Abbas)
3. Atsar dari Sahabat Muadz bin Jabal yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan al-Thabarani serta al-
Daruquthni dari Thawus bin Kaisan yang menegaskan
bolehnya penunaian zakat dengan hal yang lebih
dibutuhkan oleh mustahiq sebagai berikut:
َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ‫ل ْهـل ْال‬َ ٌَ ُ َ َ
‫ن ِبـ ِمـيْ ٍص أ ْو‬ ِ ‫ـو‬ ‫ـت‬ ‫ئ‬ ‫ا‬
ِ : ‫ـن‬
ِ ‫م‬ ِ ِ ‫عنه‬ ‫اهلل‬ ‫ريض‬ ‫ذ‬ ‫قال معا‬
ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ َّ ُّ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َّ ْ
ٌ‫ َو َخ ْي‬، ‫ك ْم‬ ْ َ
‫ أهـون علي‬، ‫ي واذلر ِة‬ ِ ‫ع‬
ِ ‫الش‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ة‬
ِ ‫ق‬ ‫د‬ ‫الص‬ ‫ف‬ ِ ‫س‬ ٍ ‫ِل َي‬
َ‫ب صىل اهلل عليه وسلم بال ْ َمديْـنة‬ َّ
ِّ ‫اب انل‬ َ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِلصح‬
“Muadz berkata kepada penduduk Yaman: Berikanlah
kepadaku baju khamis atau pakaian sebagai pemba­
yaran zakat gandum dan biji-bijian, karena yang
sedemikian itu lebih mudah bagi kalian dan lebih baik
bagi para Sahabat Nabi SAW di kota Madinah “
4. Qaidah fiqhiyyah
َ َْ ُ ْ ُ ََْ
‫اص ِد‬
ِ ‫لِلوسائِ ِل حكم المق‬

Majelis Ulama Indonesia 61


“Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian
yang akan dituju“
َ َ‫الرع َّية َمنُ ْو ٌط بال ْ َم ْصل‬ َ َ َ ْ ُ ُّ َ َ
‫ح ِة‬ ِ ِ ِ َّ ‫المامِ ع‬ ِ ‫تصف‬
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap
rakyat harus mengikuti kemaslahatan“

Memperhatikan : 1. Pendapat Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Maliy­


bari dalam kitab Fathul Muin (I’aanatu Al-Thalibin
2/214) yang menjelaskan kebolehan penyaluran harta
zakat sesuai kebutuhan mustahiq sebagai berikut:
ً َ ُ ُ ْ ْ ْ َ َ ُ ْ َ ً َ َ َ َّ َ َ ْ َ ُ ْ ٌّ ُ َ ْ ُ َ
،‫ال يك ِفي ِه ِربه غ ِلا‬
ٍ ‫َفيعطى كَ ِمنهما إِن تعود ِتارة رأس م‬
ُ ‫أ ْو ِح ْرفَ ًة‬
... ... ‫آل َها‬
“Maka keduanya – fakir dan miskin – diberikan harta
zakat dengan cara ; bila ia biasa berdagang, diberi modal
berdagang yang diperkirakan bahwa keuntungannya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ; bila ia
bisa bekerja, diberi alat-alat pekerjaannya … … “.
2. Pendapat Imam al-Maraghi dalam kitab “Tafsir al-
Maraghi” Jilid IV halaman 145:
‫)وىف سبيل اهلل) وسبيل اهلل هو الطريق املوصل إىل مرضاته‬
‫ وروي عن اإلمام‬.‫ومثوبته واملراد به الغزاة واملرابطون للجهاد‬
‫أمحد أنه جعل احلج ىف سبيل اهلل ويدخل ىف ذلك مجيع وجوه‬
‫اخلري من تكفني املوىت وبناء اجلسور واحلصون وعمارة‬
‫املساجد وحنو ذلك‬
“Sabilillah ialah jalan yang menuju kepada ridha Allah
dan meraih pahala-Nya. Yang dimaksud ‘sabilillah’
ialah orang-orang yang berperang dan berjaga-jaga
untuk perang. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad RA
memasukkan haji dalam arti sabilillah, juga segala
usaha ke arah kebaikan, seperti mengkafani mayat,
membangun jembatan dan benteng, memakmurkan
masjid dan lain sebagainya“.
3. Pendapat Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu
Fatawa (25/82) yang menyatakan kebolehan me­nge­
luarkan zakat dengan yang senilai jika ada kemas­
lahatan bagi mustahiq, sebagai berikut:

62 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


َ‫حة أَ ْو الْ َع ْدل فَ َل بَأْس‬ َ َ‫اجة أَ ْو للْ َم ْصل‬ َ ‫ح‬ َ ْ‫اج الْقيْ َمة لل‬
ُ ‫خ َر‬ْ َّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫وأما إ‬
ُ َ ْ َ ُْ َ
َّ ِ ‫ك ْو َن ال ْ ُم ْستَح ُّق ْو َن ل‬
َ‫لز َك ِة َطلَبُ ْوا إ ْع َطاء‬
ِ ِ ‫ و ِمث َل أن ي‬... ... ... ‫بِ ِه‬
ْ َ َّ
ُ‫أن َفع‬ َّ ‫أو يَ َرى‬ َ َّ ْ ْ ُ َ
ْ ، ‫ فيعطيه ْم إياها‬، ‫ك ْون َها أ ْن َف َع‬ َ َْ ْ
‫اع أنها‬ ِ ‫الس‬ ِ ِ ِ ِ ‫ال ِقيم ِة ِل‬
َ ُْ
. ... ... ‫لِلفق َرا ِء‬
“Adapun mengeluarkan nilai dari obyek zakat karena
adanya hajat (kebutuhan) serta kemaslahatan dan
keadilan maka hukumnya boleh … … seperti adanya
permintaan dari para mustakhiq agar harta zakat
diberikan kepada mereka dalam bentuk nilainya saja
karena lebih bermanfaat, maka mereka diberi sesuai
dengan apa yang mereka inginkan. Demikian juga
kalau Amil zakat memandang bahwa pemberian –
dalam bentuk nilai – lebih bermanfat kepada kaum
fakir “.
4. Pendapat Syekh Wahbah al-Zuhayli dalam Fiqh al-
Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), juz ii,
hlm. 876
‫اتفق مجاهري فقهاء املذاهب ىلع أنه ال جيوز رصف الزاكة إىل غري‬
‫من ذكر اهلل تعاىل من بناء املساجد وحنو ذلك من القرب الىت‬
‫ ألن اهلل سبحانه وتعاىل‬:‫لم يذكرها اهلل تعاىل مما ال تمليك فيه‬
‫ ثبت‬.‫قال (إنما الصدقات للفقرء) ولكمة إنما للحرص واإلثبات‬
:‫املذكور وتنقىض ما عداه فال جيوز رصف الزاكة إىل هذه الوجه‬
‫ لكن فرس الكساىن ىف ابلدائع‬،‫ألنه لم يوجد اتلمليك اصال‬
‫سبيل اهلل جبميع القرب فيدخل فيه لك من سىع ىف طاعة اهلل‬
‫وسبيل اخلريات إذا اكن حمتاجا ألن ىف سبيل اهلل اعم ىف امللك‬
‫اى يشمل عمارة املسجد وحنوها مما ذكر وفرس بعض احلنيفية‬
‫“ىف سبيل اهلل” بطلب العلم ولو اكن الطلب عينيا‬
“Mayoritas fuqaha madzhab bersepakat bahwa tidak
boleh menyalurkan zakat kepada selain orang yang
disebutkan Allah SWT, seperti membangun masjid dan
jenis kebaikan lain yang tidak disebutkan oleh Allah SWT
yang tidak ada unsur pengalihan kepemilikan. Karena
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya za­kat tersebut
hanya untuk orang-orang fakir”. Kata “innamaa” di
sini berfungsi membatasi dan menetapkan. Yang telah
disebutkan sudah tetap dan cukup yang selainnya,
maka tidak boleh menyalurkan zakat pada jenis ini

Majelis Ulama Indonesia 63


karena tidak ditemukan unsur pengalihan hak milik
sama sekali. Akan tetapi, Imam al-Kasani dalam “al-
Bada’i” menafsirkan “sabilillah” dengan seluruh jenis
kebaikan. Maka termasuk di dalamnya setiap orang
yang berupaya dalam ketaatan kepada Allah SWT
dan jalan kebajikan jika dibutuhkan. Karena kata
“fi sabilillah” bersifat umum dalam hal kepemilikan,
termasuk memakmurkan masjid dan sejenisnya seba­
gaimana disebutkan. Sebagian Ulama Hanafiyyah
menafsirkan kata “fii sabiilillah” dengan menuntut ilmi
sekalipun menuntut ilmu itu wajib ain”.
5. Pendapat Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as-Sunnah
jilid 1 hal. 394:
ْ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َّ ُ ْ ُ َ َ‫َوف َت ْفس ْي ال ْ َمن‬
‫ي‬ِ ‫ع تأ ِم‬ ‫الصف ِ َمن هذا السه ِم‬ ‫ “ يوز‬:‫ار‬ ِ
َّ ُ ْ َّ ِّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ َ ِ ِّ َ ْ ُ ُ ِ ُ ِ
،‫اج‬ ِ ‫اب الصح ِة لِلحج‬ ِ ‫ والغذا ِء وأسب‬،ٌِ ‫ي الماء‬ ِ ‫ وتو ِف‬،‫طرق الج‬
ْ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُْ َْ ْ
“ ‫هلل‬ ِ ‫ “ وف سبيل ا‬:‫ “ و ِفي ِه‬.‫إِن لم يوجد ِللِك مصف آخر‬
َ َ َ ِ ِ َّ َ ِ َّ َ ْ َّ ْ َّ ْ ُ ْ ُ
ُ‫الك‬ ‫ ال ِت ِه م‬،‫َ َوه ْو يَشتَ ِمل َسائِ َر ال َم َصا ِل ِح الش ِعي ِة العام ِة‬
‫ات‬ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ‫ َو َي ْد ُخ ُل ف ُع ُم ْومه إن ْ َش‬...‫ادل ْولَة‬ َّ ‫ َو‬،‫ادليْن‬ ِّ ‫أ ْمر‬
ِ ‫اء المستشفي‬ ِ ِِ ِ ْ ِ ِ ِ
َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُّ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ُ َّ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ
،‫ وتع ِبيدها‬،‫ وإِشاع الطر ِق‬،‫يية العامة‬ ‫ وكذا ال‬،‫العسك ِري ِة‬
ُ‫ َو ِمنْ َها بنَاء‬،‫جار َّي ِة‬ َ ‫اتل‬
ِّ ‫ال‬ َ َّ َ ْ َ ْ ِ َّ ْ َ ْ ْ ‫ال ُ ُط‬ْ ُّ َ َ
ِ ْ ِ ْ ، ‫ة‬
ِ ‫ي‬ ‫ر‬ِ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ة‬
ِ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫ي‬ ‫د‬ ِ ‫ال‬ ‫ط‬ ِ ‫و‬ ‫ومد‬
ْ ُ ُ
،‫ والصو ِن‬،‫ات الربِي ِة‬ َ َ ْ َ َ َّ
ِ ‫ والطيار‬،‫اطي ِد‬
َّ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ ُ ْ
ِ ‫ والمن‬،‫ار ِج المدرع ِة‬ َْ
َ ‫ال‬
‫و‬
ِ ْ
.‫َوالَنَا ِد ِق‬
“Dalam tafsir al-Manar disebutkan, boleh memberikan
zakat dari bagian sahilillah ini untuk pengamanan
perjalanan haji, menyempurnakan pengairan (bagi
jamaah haji), pen yediaan makan dan sarana-sarana
kesehatan bagijamaah haji, selagi untuksemua tidak
ada persediaan lain. Dalam persoalan sabilillah ini
tercakup segenap maslahat-maslahat umum yang ada
hubungannya dengan soal-soal agama dan negara...
Termasuk ke dalam pengertian sabilllah adalah
membangun rumah sakit militer, juga (rumah sakit)
untuk kepentingan umum, membangun jalan-jalan
dan meratakannya, membangun jalur kereta api (rel)
untuk kepentingan militer (bukan bisnis), termasuk
juga membangun kapal-kapal penjelajah, pesawat
tempur, benteng, dan parit (untuk pertahanan).“
6. Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama NU Tahun
1981 yang menegaskan bahwa Memberikan Zakat
untuk kepentingan masjid, madrasah, pondok pesan­

64 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


tren, dan sesamanya hukumnya ada dua pendapat;
tidak membolehkan dan membolehkan;
7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 19 Februari
1996 tentang Pemberian Zakat untuk Beasiswa.
8. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang da­
lam Sidang Komisi Fatwa pada Musyawarah Nasional
IX MUI pada tanggal 26 Agustus 2015.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PENDAYAGUNAAN HARTA ZA-
KAT, INFAQ, SEDEKAH & WAKAF UNTUK PEMBAN-
GUNAN SARANA AIR BERSIH DAN SANITASI
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini yang dimaksud dengan:
Sanitasi adalah sarana dan/atau prasarana yang diada-
kan dari harta zakat dan secara fisik berada di dalam
pengelolaan pengelola sebagai wakil mustahiq zakat,
sementara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahiq
zakat.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Penyediaan sanitasi dan sarana air bersih bagi ma-
syarakat merupakan kewajiban pemerintah sebagai
wujud dari implementasi hifzhu an-nafs (menjaga
jiwa).
2. Pendayagunaan dana zakat untuk pembangunan
sarana air bersih dan sanitasi adalah boleh dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. tidak ada kebutuhan mendesak bagi para mus-
tahiq yang bersifat langsung.
b. manfaat dari sarana air bersih dan sanitasi
tersebut diperuntukkan untuk kepentingan ke-
maslahatan umum (maslahah aammah) dan
kebajikan (al-birr).
3. Pendayagunaan dana infak, sedekah, dan wakaf
untuk pembangunan sarana air bersih dan sani-
tasi adalah boleh sepanjang untuk kemaslahatan
umum.

Majelis Ulama Indonesia 65


Ketiga : Rekomendasi
1. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan air bersih
dan sanitasi untuk kepentingan masyarakat, salah
satunya dengan penyediaan alokasi anggaran yang
cukup untuk pembangunan sarana air bersih dan
sanitasi untuk masyarakat.
2. Masyarakat perlu bahu membahu untuk melakukan
hemat air dan menjamin kebersihan air dan meng-
hindari aktifitas yang menyebabkan pencemaran.
3. Lembaga Amil Zakat, dalam proses distribusi zakat-
nya perlu melakukan ikhtiar nyata guna menjawab
kebutuhan masyarakat, antara lain dengan penye-
diaan sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat
muslim yang membutuhkan.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan se-
bagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memer-
lukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua
pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Dzulqadah 1436 H
27 Agustus 2015 M

KOMISI C BIDANG FATWA


Ketua Sekretaris
Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA

Pendamping:
1. Prof. Dr. Yunahar Ilyas
2. Prof. Dr. Didin Hafidhudin
3. Prof. Dr. Muslim Ibrahim

66 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA VI TAHUN 2018
Tentang
MASALAH FIKIH KONTEMPORER
(MASAIL FIQHIYYAH MU’ASHIRAH)

Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VI yang diselenggarakan di Pondok


Pesantren Al-Falah, Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada tanggal 21-24 Sya’ban
1439 H/7-10 Mei 2018 M setelah:

Menimbang : a. bahwa seiring dengan dinamika sosial politik


dan kemasyarakatan, banyak masalah kontem-
porer yang terkait dengan masalah fikih kon-
temporer, baik yang terkait dengan masalah
ibadah, mu’amalah, masalah kenegaraan dan
kebangsaan, serta perkembangan ilmu penge-
tahuan dan muncul dan dihadapi oleh umat
Islam dan bangsa Indonesia;
b. bahwa terhadap masalah tersebut membu-
tuhkan jawaban hukum Islam dari para ula-
ma komisi fatwa melalui forum Ijtima Ulama
Komisi Fatwa;
c. bahwa jawaban hukum tersebut sebagaimana
huruf a perlu ditetapkan dalam sebuah Kepu-
tusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa untuk dijadi-
kan pedoman.
Mengingat : 1. Dalil-dalil yang menjadi landasan dalam pene-
tapan hukum yang terkait dengan masalah se-
bagaimana terlampir dalam keputusan, baik
al-Quran, Hadis, ijma, qiyas, dan dalil-dalil lain
yang muktabar;
2. Berbagai pertimbangan akademik dan timban-
gan maslahah-mafsadah yang disampaikan se-
bagaimana terlampir dalam keputusan.

Majelis Ulama Indonesia 67


Memperhatikan : 1. Pidato Menteri Agama RI dalam acara Pembu-
kaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia;
2. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI dalam acara
Pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-
Indonesia;
3. Penjelasan Ketua Tim Materi Ijtima Ulama
Komisi Fatwa se-Indonesia VI;
4. Laporan Hasil Sidang Komisi Masail Fiqhiyyah
Mu’ashirah yang dibacakan saat sidang Pleno
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia;
5. Masukan Ketua Umum MUI dalam Sidang
Pleno Pleno Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-
Indonesia;
6. Pendapat dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Pleno Ijtima Ulama Komisi Fat-
wa se-Indonesia;

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
1. Hasil Sidang Komisi B-2 tentang Masalah Fikih Kontemporer (Masail
Fiqhiyyah Mu’ashirah) yang meliputi;
(i) Zakat Mal untuk Bantuan Hukum;
(ii) Tanggung jawab dan Wewenang Ulil Amri dalam Pelaksanaan Ke-
wajiban Pembayaran Zakat;
(iii) Membayar Zakat Penghasilan Sebelum Terpenuhinya Syarat Wa-
jib;
(iv) Obyek Zakat Penghasilan;
(v) Status Dana Abadi Umat (DAU), dan
(vi) Permintaan dan/atau Pemberian Imbalan atas Proses Pencalonan
Pejabat Publik,
2. Menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan hasil Ijtima ini ke-
pada masyarakat untuk dijadikan pedoman.
3. Keputusan ini mulai berlaku pada saat ditetapkan, dan jika di kemu-
dian hari membutuhkan perbaikan, maka akan dilakukan penyempur-
naan sebagaimana mestinya.

68 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Ditetapkan di : Pesantren Al-Falah
Banjarbaru Kalsel

Pada Tanggal : 23 Sya’ban 1439 H


9 Mei 2018 M

PIMPINAN SIDANG PLENO


IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA VI TAHUN 2018

Ketua, Sekretaris,
ttd ttd
Dr.H.M.Asrorun Ni’am Sholeh, MA Drs. H.Masduki Baidlowi, M.Si

Majelis Ulama Indonesia 69


12
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-6
TAHUN 2018 TENTANG ZAKAT MAL UNTUK BANTUAN HUKUM

A. Deskripsi MasalahJasa pendampingan hukum tidak mudah didapatkan


bagi masyarakat, terutama yang secara ekonomi tergolong lemah. Untuk
penyelesaian satu kasus terkadang masyarakat membutuhkan biaya yang
tidak ringan, sehingga membuat mereka mengalami kesulitan untuk mem-
peroleh jasa pendampingan hukum tersebut. Padahal, pasal 28 D ayat (1)
UUD 1945 hasil amandemen menyatakan bahwa, “setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Bantuan hukum tidak hanya sekedar untuk menangani sebuah perkara di
persidangan. Akan tetapi bisa lebih luas yaitu mengarah pada upaya pe-
rubahan system hukum, social, ekonomi dan budaya, serta upaya penyada-
ran masyarakat untuk memperjuangkan hak-haknya dalam memperoleh
keadilan, baik melalui jalur litigasi maupun non litigasi. Dengan upaya itu
diharapkan ada perbaikan system hukum yang lebih berkeadilan.
Dari sisi aturan hukum, sudah ada jaminan pemenuhan kebutuhan layan-
an hukum bagi masyarakat tidak mampu yang sedang berhadapan dengan
hukum. Pasal 56 ayat (1) KUHAP mengatur bahwa negara melalui penegak
hukum wajib menyiapkan lawyer untuk setiap tersangka yang memerlukan
bantuan hukum dengan biaya yang ditanggung oleh Negara. Akan tetapi,
sering kali kebutuhaan riilnya tidak mencukupi sehingga masih membu-
tuhkan tambahan biaya.
Lembaga Bantuan Hukum Jakarta melalui suratnya mengajukan pertan-
yaan (mustafti) kepada MUI mengenai kebolehan penggunaan zakat un-
tuk kepentingan bantuan hukum kepada masyarakat.
B. Perumusan Masalah
1. Bolehkah dana zakat mal dimanfaatkan untuk kepentingan bantuan
hukum?
2. Bolehkah dana zakat mal dimanfaatkan untuk kepentingan advokasi
sistem perundang-undangan agar sesuai dengan syari’ah dam prinsip
keadilan?

C. Ketentuan Hukum
1. Hukum penyaluran zakat mal untuk kepentingan layanan bantuan hu-
kum adalah boleh, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penerima bantuan hukum tersebut beragama Islam;
b. Penerima zakat untuk bantuan hukum merupakan orang yang ter-
dzalimi (madzlum);
c. Bantuan hukum tersebut tidak diberikan atas kasus yang berten-
tangan dengan agama.
2. Penyaluran zakat sebagaimana dimaksud angka 1 karena asnaf fakir,
miskin, dan/atau terlilit hutang (gharimin) yang kasusnya tengah di-
proses;
3. Dalam hal pembelaan kasus hukum yang terkait dengan kepentingan
Islam dan umat Islam penyaluran zakat dapat dimasukkan ke golongan
(asnaf) fi sabilillah, ;
4. Penyaluran zakat untuk kepentingan membangun sistem hukum yang
berkeadilan hukumnya boleh, melalui asnaf fi sabilillah;
5. Pembangunan sistem hukum yang berkeadilan yang dapat dibiayai
dengan dana zakat sebagaimana yang dimaksud pada nomor 4 dituju-
kan untuk:
a. Menjamin tegaknya aturan yang sesuai dengan ajaran Islam;
b. Menjamin kemaslahatan umum (maslahah ‘ammah);
c. Menjamin perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta;
d. Mengoreksi kebijakan yang bertentangan dengan agama.

D. Dasar Penetapan
1. Firman Allah SWT.:
‫اب‬
َ ِّ
‫ق‬ ‫الر‬ ‫ف‬ َ ‫وب ُه ْم‬
‫و‬ َ ‫ات للْ ُف َق َرا ِء َوال ْ َم َساكني َوالْ َعامل‬
ُ ُ‫ني َعلَيْ َها َوال ْ ُم َؤلَّ َفة قُل‬ ُ َ َ َّ َ َّ
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫إنما الصدق‬

72 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ٌ ‫يم َحك‬
‫يم‬ ُ ‫يض ًة ِم َن اهلل َو‬
ٌ ‫اهلل َعل‬ َ ‫السبيل فَر‬ َ ‫َوالْ َغارم‬
َّ ‫ني َوف َسبيل اهلل َوابْن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibu-
juk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhuta-
ng, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Men-
getahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. at-Taubah ayat 60)
َ ُ ْ ْ ُ َ َ َُ َ ْ َ ُ ُ َ َ ِّ ُ ْ َ َ
‫ولك ه ُم اٱل ُمض ِعفون‬ ِ ‫َوما َءاتيتم من زكو ٍة ت ِريدون َوجه ا‬
ِ ‫هلل فأ‬
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS. Ar-Rum; 39)

2. Hadis-hadis Nabi saw.:


َ َّ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ً َّ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َْ ََ َُ ْ ْ َ ُ
‫الصال ِة‬ ِ ‫ شهادة أن ال ِإ َل ِإال اهلل َوأن ممدا رسول ا‬:‫إلسالم ع خ ٍس‬
‫هلل وإِقام‬ ‫بن ا‬
ْ َ ْ ُّ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ِ ُ ْ َ ِ َ
‫ت‬
ِ ‫وصوم رمضان وإِيتاء الزك ِة وحج الي‬
“Islam dibangun atas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang ber-
hak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa
Ramadhan.” (HR. al-Bukhari dan Riwayat)
ُ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ‫ك تَأت قَ ْو ًما م ْن أَ ْهل الكت‬ َ َّ
‫اهلل َوأن م َّم ًدا َر ُسول‬ ‫اب فادعه َم ِإىل شهاد ِة أن ال ِإهل ِإال‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإن‬
ُّ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ َْ
‫ك‬ِ ‫لوات ِف‬ ٍ ‫اهلل ِافتض علي ِهم خس ص‬ ‫هلل فإن هم أطاع َوك ِللِك فأع ِلمهم أن‬ ِ ‫ا‬
ْ‫ت َض َعلَيْه ْم َص َدقَ ًة تُ ْؤ َخ ُذ من‬ َ َ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ َْ َْ َ َْ
ِ ِ ‫َيومٍ ويلل ٍة فإن هم أطاعوك ِللِك فأع ِلمهم أن اهلل ِاف‬
َ ُ َ َ ُّ َ ُ َ ْ َ ْ
‫ع فق َرائِ ِه ْم‬ ‫أغ ِنيائِ ِهم فتد‬
Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab,
ajaklah mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq se-
lain Allâh dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi
ajakanmu, maka katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan
atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, bila mereka me-
matuhi ajakanmu maka katakan kepada mereka bahwa Allâh mewajib-
kan sedekah yang diambil dari orang-orang kaya dari mereka dan diberi-
kan kepada orang-orang miskin dari mereka (HR. Abu Daud)
‫ ال‬: ‫عن أيب سعيد اخلدري ريض اهلل عنه قال قال رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم‬
‫حتل الصدقة لغين إال خلمسة لغاز يف سبيل اهلل أو لعامل عليها أو لغارم أو لرجل‬
‫اشرتاها بماهل أو لرجل اكن هل جار مسكني فتصدق ىلع املسكني فأهدى املسكني‬
.‫للغين‬

Majelis Ulama Indonesia 73


Diriwayatkan dari Abi Sa›id al-Khudri ra ia berkata: Rasulullah SAW.
bersabda: Shadaqah (zakat) tidak halal dibayarkan kepada orang kaya
kecuali dalam lima kelompok, kepada yang sedang berperang di jalan
Allah, kepada yang bekerja (‹amil) mengurus zakat, kepada yang punya
hutang, kepada orang yang membeli zakatnya dengan hartanya, atau
kepada orang yang punya tetangga miskin lantas ia bersedekah atas
orang miskin tersebut kemudian si miskin memberi hadiah si kaya. (HR.
Al-Baihaqi)

3. Pendapat Ulama
a. Pendapat Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Maliybari dalam
kitab Fathul Muin (I’aanatu Al-Thalibin 2/214) yang menjelaskan
kebolehan penyaluran harta zakat sesuai kebutuhan mustahiq seb-
agai berikut:
َ ْ َ َ ُ ْ َ ً َ َ َ َّ َ َ ْ َ ُ ْ ٌّ ُ َ ْ ُ َ
ُ َ ‫ أ ْو ِح ْرفَ ًة‬،ً‫ك ِفيْ ِه ر ْبُ ُه َغ ِلا‬
... ‫آل َها‬ ِ ‫ال ي‬
ٍ ‫فيعطى ك ِمنهما ِإن تعود ِتارة رأس م‬
“Maka keduanya – fakir dan miskin – diberikan harta zakat dengan
cara ; bila ia biasa berdagang, diberi modal berdagang yang diper-
kirakan bahwa keuntungannya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya ; bila ia bisa bekerja, diberi alat-alat pekerjaannya … “.
b. Pendapat Imam al-Maraghi dalam kitab “Tafsir al-Maraghi” Jilid IV
halaman 145:
‫وىف سبيل اهلل) وسبيل اهلل هو الطريق املوصل إىل مرضاته ومثوبته واملراد به‬
‫ وروي عن اإلمام أمحد أنه جعل احلج ىف سبيل اهلل‬.‫الغزاة واملرابطون للجهاد‬
‫ويدخل ىف ذلك مجيع وجوه اخلري من تكفني املوىت وبناء اجلسور واحلصون‬
‫وعمارة املساجد وحنو ذلك‬
“Sabilillah ialah jalan yang menuju kepada ridha Allah dan meraih
pahala-Nya. Yang dimaksud ‹sabilillah› ialah orang-orang yang ber-
perang dan berjaga-jaga untuk perang. Diriwayatkan bahwa Imam
Ahmad RA memasukkan haji dalam arti sabilillah, juga segala usaha
ke arah kebaikan, seperti mengkafani mayat, membangun jembatan
dan benteng, memakmurkan masjid dan lain sebagainya“.
c. Pendapat Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu Fatawa (25/82)
yang menyatakan kebolehan mengeluarkan zakat dengan yang se-
nilai jika ada kemaslahatan bagi mustahiq, sebagai berikut:
ْ َ ُْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َّ َ
‫ َو ِمثل أن‬... ‫ل بَأ َس بِ ِه‬ َ ‫َوأما ِإخ َراج ال ِقيم ِة لِلحاج ِة أ ْو لِلمصلح ِة أ ْو العد ِل ف‬
َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ َّ َ ْ ُّ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ
، ‫ فيُع ِطيْ ِه ْم ِإيَّاها‬، ‫اء ال ِقيْ َم ِة ِلك ْونِ َها أنف َع‬‫يكون المست ِحقون لِلزك ِة طلبوا ِإعط‬
َ ُ ْ َ ْ َّ
. ...ِ‫اع أن َها أنف ُع لِلفق َراء‬ َّ ‫أو يَ َرى‬
ِ ‫الس‬ ْ

74 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


“Adapun mengeluarkan nilai dari obyek zakat karena adanya hajat
(kebutuhan) serta kemaslahatan dan keadilan maka hukumnya bo-
leh … seperti adanya permintaan dari para mustakhiq agar harta
zakat diberikan kepada mereka dalam bentuk nilainya saja karena
lebih bermanfaat, maka mereka diberi sesuai dengan apa yang mer-
eka inginkan. Demikian juga kalau Amil zakat memandang bahwa
pemberian – dalam bentuk nilai – lebih bermanfat kepada kaum fa-
kir“.
d. Pendapat Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhas-Sunnah jilid 1 hal. 394:
ْ ُ ُ ُ ْ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َّ ُ ْ ُ َ
ْ ‫ َوتَ ْوف‬،‫ال َ ِّج‬ َ‫َوف َت ْفس ْي ال ْ َمن‬
‫ي‬ِ ِ ‫ي طرق‬ ِ ‫ “يوز الصف ِمن هذا السه ِم ع تأ ِم‬:‫ار‬ ِ َ َ َ َِ ْ ِ َ َ ِ ْ
َ ٌَ ْ َ َ َ ْ َ ُْ َْ ْ
ُ.‫آخر‬ َّ ُ ْ َّ ِّ َ ْ
‫ إِن لم يوجد ِللِك مصف‬،‫اج‬ ِ ‫اب الصح ِة لِلحج‬ ِ ‫ والغذا ِء وأسب‬،ِ‫الماء‬
َ ِ ‫ اَلَّت‬،‫ام ِة‬ َّ ‫َّ ْ ع َّية الْ َع‬ َ ‫ “ َوف َسبيْل اهلل “ َو ُه ْو ي َ ْشتَم ُل َسائ َر ال ْ َم‬:‫“ َوفيْه‬
‫ه‬ ِ ِ ‫الش‬ ‫ح‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫ص‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ َِ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُْ ُ َْ ْ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َّ ِ َ ْ ِّ ِ ْ َ ُ َ َ
،‫ات العسك ِري ِة‬ ِ ‫ ويدخل ِف عمو ِم ِه ِإنشاء المستشف ْي‬...‫ وادلول ِة‬،‫مالك أم ْ ِر ادلي ِن‬
ْ ُّ َ َْ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ْ ُ َّ ْ َ َ َ
‫ َو َمد ال ُ ُط ْو ِط ال َ ِدي ِديَّ ِة‬،‫ َوتع ِبيْ ُدها‬،‫الط ُر ِق‬
ْ ُّ ‫اع‬ ‫ وإِش‬،‫يية العامة‬ ِ ‫َوكذا ال‬
َ َّ َّ َ ْ َ‫ َوال ْ َمن‬،‫ال َوارج ال ْ ُم َد َّر َعة‬ ْ ُ َ َ ْ َ َّ َ ِّ َ َّ َ ْ َ ْ
‫ات‬ ِ ‫ والطيار‬،‫اطي ِد‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫اء‬ ‫ و ِمنها بِن‬،‫اري ِة‬ ‫ ال اتلج‬،‫العسكري ِة‬
َ َ ْ ِ َ ْ ُ ُْ َ ِ َ ْ َْ
.‫ والنا ِد ِق‬،‫ والصو ِن‬،‫الربِي ِة‬
“Dalam tafsir al-Manar disebutkan, boleh memberikan zakat dari
bagian sahilillah ini untuk pengamanan perjalanan haji, menyem-
purnakan pengairan (bagi jamaah haji), pen yediaan makan dan
sarana-sarana kesehatan bagijamaah haji, selagi untuk semua tidak
ada persediaan lain.
Dalam persoalan sabilillah ini tercakup segenap maslahat-maslahat
umum yang ada hubungannya dengan soal-soal agama dan nega-
ra...
Termasuk ke dalam pengertian sabilllah adalah membangun rumah
sakit militer, juga (rumah sakit) untuk kepentingan umum, mem-
bangun jalan-jalan dan meratakannya, membangun jalur kereta api
(rel) untuk kepentingan militer (bukan bisnis), termasuk juga mem-
bangun kapal-kapal penjelajah, pesaw.at tempur, benteng, dan parit
(untuk pertahanan).“
e. Wahbah al-Zuhaily dalam al-Tafsi al-Munir Juz I halaman 344 yang
mengutip Imam al-Qaffal:
‫ونقل القفال من بعض الفقاء أنهم أجازوا رصف الصدقات إىل مجيع وجوه‬
‫ ألن قوهل تعاىل “ىف‬،‫ من تكفني ميت وبناء احلصون وعمارة املساجد‬،‫اخلري‬
‫سبيل اهلل” ىف اللك‬
Imam Al-Qoffal menukil dari sebagian ahli fiqih, bahwa mereka
memperbolehkan mentasarufkan sodaqoh (zakat) kepada segala

Majelis Ulama Indonesia 75


sektor kebaikan, seperti: mengkafani mayat, membangun pertah-
anan, membangun masjid dst. Karena kata-kata sabilillah itu men-
cakup umum (semuanya)
4. Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama NU Tahun 1981 yang menegas-
kan bahwa Memberikan Zakat untuk kepentingan masjid, madrasah,
pondok pesantren, dan sesamanya hukumnya ada dua pendapat; tidak
membolehkan dan membolehkan.
5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 19 Februari 1996 tentang Pem-
berian Zakat untuk Beasiswa.

76 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


13
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-6
TAHUN 2018 TENTANG TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
ULIL AMRI DALAM PELAKSANAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN ZAKAT

A. Diskripsi Masalah
Pada awal tahun 2018 muncul wacana yang disuarakan oleh peme­
rintah melalui Menteri Agama untuk melakukan pungutan zakat ASN
(Aparatur Sipil Negara) melalui pemotongan gaji sebesar 2.5% setiap
bulannya. Wacana tersebut akan dituangkan dalam Peraturan Presiden
(PP) yang menjadi payung hukum pelaksanaan pemungutan tersebut.
Sebenarnya, pungutan zakat bagi ASN Muslim sudah tertera dalam UU
No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Lalu turunan PP 14 Tahun
2014 tentang pelaksaan zakat, Inpres 3 Tahun 2014 tentang Optimalisa-
si Pengumpulan Zakat di Kementerian dan Lembaga Negara, Pemda,
BUMN/D dan terakhir PMA 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara
Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah. Namun praktek selama ini
belum terintegrasi dalam sebuah sistem yang transparan dan terkelola
dengan baik.
Dari wacana tersebut muncul berbagai pertanyaan dari masyarakat
tentang kewenangan pemerintah menetapkan aturan yang memaksa
umat Islam, khususnya pegawai pemerintah yang beragama Islam,
untuk membayar zakat dari penghasilan gajinya. Terhadap perte-
nyaan tersebut terjadi kontroversi di tengah masyarakat, ada yang
menyatakan pemerintah mempunyai kewenangan untuk itu, dan ada
yang berpendapat pemerintah tidak mempunyai kewenangan. Untuk
memberikan kepastian jawaban dari perspektif syariah, pemerintah
menanyakannya kepada Majelis Ulama Indonesia.

B. Perumusan Masalah
1. Apakah Pemerintah (ulil amri) berkewajiban untuk menetapkan
aturan yang mengikat bagi muzakki untuk membayar zakat?
2. Apakah boleh Pemerintah (ulil amri) melakukan pemotongan
langsung gaji pegawai untuk dialokasikan sebagai zakat yang ber-
sangkutan?
3. Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak atau ada batasan-
batasannya?

C. Ketentuan Hukum
1. Pemerintah (ulil amri) berkewajiban secara syar’i untuk menetap-
kan aturan yang mengikat bagi muzakki untuk membayar zakat.
2. Pemerintah (ulil amri) mempunyai kewenangan secara syar’i untuk
memungut dan mengelola zakat, termasuk zakat aparatur negara.
3. Negara dalam menjalankan kewenangan harus sejalan dengan
prinsip syariah.
4. Jika sudah ada aturan terkait dengan pengelolaan zakat oleh ne­
gara sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2, maka umat Islam
wajib mematuhinya.

D. Dasar Penetapan
1. Firman Allah SWT.:
ِّ َ ُ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ
‫يه ْم بِ َها‬
ِ ‫خذ ِمن أموال ِ ِهم صدقة تطهرهم وتز‬
‫ك‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna membersihkan
dan menyucikan mereka. (QS. At Taubah: 103)
2. Hadis Nabi saw.
‫ بعث انليب ﷺ عمر بن اخلطاب ريض اهلل عنه ىلع الصدقة‬:‫عن أيب هريرة قال‬
‫فمنع ابن مجيل وخادل بن الويلد والعباس فقال رسول اهلل ﷺ “ ما ينقم ابن‬
‫مجيل إال أن اكن فقريا فأغناه اهلل وأما خادل بن الويلد فإنكم تظلمون خادلا‬
‫فقد احتبس أدراعه وأعتده يف سبيل اهلل وأما العباس عم رسول اهلل ﷺ فيه‬
 .“ ‫عيل ومثلها “ ثم قال “ أما شعرت أن عم الرجل صنو األب “ أو “ صنو أبيه‬

78 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Diriwayatkan dari Abi Hurairah Berkata: nabi mengutus kepada
Umar bin Khattab r.a. untuk melakukan zakat, maka ibnu jamil,
khalid bin Walid dan Abbas menolak, kemudian Rasulullah SAW.
ber­sabda: ibnu jamil tidak dengki kecuali dia seorang yang faqir
semoga allah memberi kekayaan kepadanya, dan adapun Khalid bin
Walid maka sesungghnya kalian semua termasuk orang yang dzalim
dan abadi maka katika dia mempertahankan otoritasnya dan men-
gadopsinya di jalan Allah. Dan adapun Abbas yaitu sebagai paman
Rasulullah SAW. maka zakat itu sudah termasuk saya, kemudian
Nabi bersabda: tidakkah kamu cermati bahwa pemen seseorang itu
mirp ayah atau kakeknya. (HR. Abu Daud).
‫استعمل انليب‬ ‫قال‬ ‫أ بو محيد السا عد ي‬ ‫يقو ل أ نا‬ ‫عر و ة‬ ‫سمع‬ ‫الز هر ي‬ ‫عن‬
‫ابن اللتبية ىلع صد قة فجاء‬ ‫يقال هل‬ ‫ا أل ز د‬ ‫صىل اهلل عليه وسلم ر جال من‬
‫فقال هذا لكم وهذا أهدي يل فقام رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم ىلع املنرب‬
‫أفال جلس‬ ‫ما بال العامل نبعثه فييجء فيقول هذا لكم وهذا أهدي يل‬ ‫فقال‬
‫يف بيت أبيه وأمه فينظر أيهدى إيله أم ال واذلي نفس حممد بيده ال يأيت أحد‬
‫منكم منها بيشء إال جاء به يوم القيامة ىلع رقبته إن اكن بعريا هل راغء أو‬
‫ امهلل‬:‫بقرة هلا خوار أو شاة تيعر ثم رفع يديه حىت رأينا عفرة يديه ثم قال‬
‫سمع أذين وأبرص عيين‬ ‫قال أبو محيد‬ ‫هشام بن عروة‬ ‫وزاد‬ ‫هل بلغت ثالثا‬
‫زيد بن ثابت‬ ‫وسلوا‬
Dari Az-Zuhri, dia mendengarkan dari Urwah bahwasannya dia
berkata: Abu Humaid As-Sa’idi berkata Nabi saw. mengangkat se­
seorang dari suku Azdy bernama Ibnu Al-Utbiyyah untuk mengurusi
zakat, tatkala ia datang kepada Rasulullah SAW., ia berkata: “ini un-
tuk anda dan ini dihadiahkan untuk saya.” Rasulullah SAW. kemu-
dian berdiri diatas mimbar seraya bersabda: kenapa dengan pekerja
zakat yang kita angkat ini datang kepadaku dan berkata: “ini untuk
anda dan ini dihadiahkan untuk saya” kenapa ia tidak duduk saja
di rumah ayahnya atau ibunya, lantas melihat apakah ia akan di-
beri hadiah atau tidak. Demi tuhan yang jiwa Muhammad berada
dalam kekuasaanNya, tidaklah seseorang mengambilnya darinya
sesuatupun kecuali ia datang pada hari kiamat dengan memikulnya
di lehernya, kalau unta atau sapi atau kambing semua akan bersu-
ara dengan suaranya, kemudian Rasulullah mengangkat tangannya
sampai kelihatan ketiaknya, lantas bersabda, ya allah tidaklah ke-
cuali telah aku sampaikan, sungguh telah aku sampaikan, sungguh
telah aku sampaikan. Hisyam bin Urwah menambahi: Abu Humaid
berkata: aku telah mendengar dengan telingaku dan melihat dengan
mataku, bertanyalah kalian kepada Zaid bin Tsabit. (HR. al-Bukhari)

Majelis Ulama Indonesia 79


3. Atsar Shahabah
َ َ َّ َ ُ َّ َ ُ ُ َ َ ِّ ُ ُ َّ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم َوكن‬ ‫هلل صل‬ ِ ‫ف رسول ا‬ ‫أن أبا هريرة ر ِض اهلل عنه قال لما تو‬
ُْ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َ َْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ََ ُْ َ ُ َ َ ْ َ َُ
‫أبو بك ٍر ر ِض اهلل عنه وكفر من كفر ِمن العر ِب فقال عمر ُ ر ِض َاهلل ُ عنه‬
َ َ ْ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ َ ُ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم أ ِم ْرت أن أقاتِل‬ ‫هلل صل‬ ِ ‫انلاس َوقد قال رسول ا‬ ‫كيف تقاتِل‬
ِّ َ َّ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َ َ ُ ُ َ َّ َ َ َّ
‫انلاس حت يقولوا ل ِإل ِإل ُاهلل فمن قالها فقد عصم ِمن مال ونفسه ِإل ِبق ِه‬
َ َ َّ َّ َ َ َّ َ َ َّ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ََ ُُ َ
‫الزكة َح ُّق‬ ‫هلل لقاتِلن من فرق بي الصل ِة والزك ِة ف ِإن‬ ِ ‫هلل فقال وا‬ ِ ‫َو ِحسابه ع ا‬
َّ َ ُ َّ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫هلل‬‫ا‬ ‫ول‬ ُ ‫ون َها إ َل َر‬
‫س‬
َ ُّ َ ُ ُ َ ً َ َ
‫د‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫وا‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫اق‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ون‬‫ع‬ُ َ‫ال ْ َمال َواهلل ل َ ْو َمن‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ش َح اهلل‬ َ َ ‫هلل َما ُه َو إ َّل أَ ْن قَ ْد‬ َ َ ُْ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ َِ َ ْ َ ََ ْ َُُْ ََ
ِ ِ ‫لقاتلت َهم ع من ِعها قال عمر ر ِض الل َّ َ عنه ْفوا‬
ُ َّ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ
‫ت أنه ال َ ُّق‬ ‫َصد َر أ ِب بك ٍر ر ِض اهلل عنه فعرف‬
Bahwa Abu Hurairah ra. berkata; Setelah Rasulullah SAW. wafat yang
kemudian Abu Bakar ra. menjadi khalifah maka beberapa orang
‹Arab ada yang kembali menjadi kafir (dengan enggan menunai-
kan zakat). Maka (ketika Abu Bakar ra. hendak memerangi mereka),
‹Umar bin Al Khaththab ra. bertanya: Bagaimana anda memerangi
orang padahal Rasulullah SAW. telah bersabda:  Aku diperintahkan
untuk memerangi manusia hingga mereka mgucapkan laa ilaaha
illallah. Maka barangsiapa telah mengucapkannya berarti terlind-
unglah dariku darah dan hartanya kecuali dengan haknya sedangkan
perhitungannya ada pada Allah. Maka Abu Bakar Ash-Shidiq ra. ber-
kata:  Demi Allah, aku pasti akan memerangi siapa yang memisah-
kan antara kewajiban shalat dan zakat, karena zakat adalah hak
harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan membayarkan anak
kambing yang dahulu mereka menyerahkannya kepada Rasulullah
Shallallahu›alaihiwasallam, pasti akan aku perangi mereka disebab-
kan keengganan itu. Berkata, ‹Umar bin Al Khaththab ra.: Demi Allah,
ketegasan dia ini tidak lain selain Allah telah membukakan hati Abu
Bakar Ash-Shidiq ra. dan aku menyadari bahwa dia memang benar.

4. Pendapat Ulama
a. Pendapat Imam al Nawawi dalam al Majmu Syarh al Muhadz-
dzab, Juz 6
‫ (وجيب ىلع اإلمام أن يبعث السعاة ألخذ‬:‫رمحه اهلل تعاىل‬ ‫املصنف‬ ‫قال‬
‫انليب صىل اهلل عليه وسلم واخللفاء من بعده اكنوا يبعثون‬ ‫الصدقة; ألن‬
‫ ومنهم‬، ‫ ; وألن يف انلاس من يملك املال وال يعرف ما جيب عليه‬ ‫السعاة‬
‫ وال يبعث إال حرا عدال ثقة; ألن‬، ‫ فوجب أن يبعث من يأخذ‬، ‫من يبخل‬
‫هذا والية وأمانة‬

80 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Pengarang r.a. berkata: wajib bagi imam mengutus seseorang
yang bertanggung jawab untk mengambil zakat, karena Nabi
SAW. dan Khalifah seteahnya juga menjalankan hal serupa dan
karena diantara golongan manusia terdapat orang yang memi-
liki harta namun ia tak tahu apa yang wajib atas hartanya itu,
dan juga ada orang yang kikir. Maka oleh karena itu wajib meng-
utus orang untuk mengambil zakat tersebut, dan tidaklah seorang
imam mengutus seseorang kecuali ia seorang yang merdeka, adil
dan terpercaya karena ini masalah penguasaan dan amanat.
b. Pendapat Imam Al Mawardi dalam kitab al Ahkam al Sulthani-
yah
‫ أحدهما حممول ىلع اإلجياب‬:‫ويف هذا األمر إذا اكن اعدال فيها قوالن‬
‫وليس هلم اتلفرد بإخراجها وال جتزئهم إن أخرجوها (األحاكم السلطانية‬
)‫للماوردي‬
Dalam hal ini jika ia adalah seorang yang adil, maka ada dua
pendapat: salah satunya dari dua pendapat adalah bahwa ia
bertugas untuk mengingatkan akan kewajiban zakat, dan berhak
bagi orang-orang yang memiliki harta mengeluarkan akat den-
gan sendirinya, dan jika mereka telah mengeluarkan zakat terse-
but itu maka belum dianggap cukup.
c. Pendapat Imam Al-Syaukani
ْ َْْ َ َُ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ‫لسل‬ ْ َ ْ َّ َ َّ َ َ َ َ
‫اطنَ ِة‬
ِ َ
‫ال‬ ‫ال‬
ِ ‫و‬َ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫ل‬
ِ ِِ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ط‬ ‫إب‬ ‫ك‬ ‫ل‬
ِ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ ُّ ‫خذ ل‬
ِ ِ ‫ولا أن حق ال‬
)‫(فتح القدير للشواكين‬.
Bagi kami bahwasannya kewenangan untuk mengambil zakat
ada pada Raja/sultan, maka ia tak kuasa untuk membatalkannya,
berbeda halnya dengan harta-harta yang bersifat abstrak (batin).
d. Pendapat Imam Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al
Haitamy dalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarh al Minhaj, Juz 3 hal 345
ْ َ َ ِّ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ُ َْ ْ َ َ ْ َّ َّ َ ُ َ ْ َ ْ َ
‫ني َوأق َ َد ُر‬ ‫ال َمامِ أف َضل) ؛ ِلنه أعرف بِالمستحق‬ ‫(والظهر أن الصف إل‬
ُ َّ ْ َ ُ ِّ َ ُ ْ َ َ ً َ ٌ ْ ُ ُ ُ ِْ َ َ َ ‫اتل ْفرقَة َوال ْست‬
َّ ‫ع‬ََ
‫بل ِف من يفرق بِنف ِس ِه ؛ ِلنه‬ ِ ِ ‫بئ ي ِقينا‬ِ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫اب‬
ِ ‫يع‬ ِ ِ ِ
َ ِ ُْ َْ
.‫قد يع ِطي غ ْي َُم ْستَ ِح ٍّق‬
(menurut pendapat yang lebih jelas bahwasannya menggerakkan
zakat kepada imam itu lebih utama) dikarenakan ia orang yang
lebih tahu para mustahik dan lebih kuasa untuk membagi-bagi
secara menyeluruh dan ia tak terikat oleh siapapun. Berbeda den-
gan orang yang mengeluarkan zakat sendiri, karena terkadang ia
memberikan zakat terhadap orang yang tidak berhak menerima
zakat.

Majelis Ulama Indonesia 81


e. Pendapat Imam Ibnu Qudamah dalam al Mughni, Juz 2 hal 267
ُ ُ ُّ َ َ َ ْ ِّ َ ْ ُ َ َّ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ َْ َ ْ َ َ َ ََ َََ
،‫صفه‬ ‫ت‬ ‫ز‬ ِ ‫ئ‬‫ا‬ ‫ال‬ ‫ه‬
ِ ‫ق‬ ‫ح‬
ِ ‫ت‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫إل‬ ‫ق‬‫ال‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ه‬
ِ ‫س‬
ِ ‫ف‬ ‫ ع جواز دف ِعها بن‬،‫ولا‬
َ ِ َ ْ ََْْ ََ َ
ُ‫لنَّ ُه أَ َحد‬ َِ ‫ و‬، ‫اطن ِة‬ َ َ َ َ َ ْ ِ َّ َ َ َ ْ ِ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
ِ ‫ال ال‬ ِ ‫ وكزك ِة المو‬، ‫ كما ل َو دفع ادلين ْ إل غ ِري ِم ِه‬، ‫فأجزأه‬
َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ
)‫انل ْوع الخ َر (املغين البن قدامة‬ ‫ فأشبه‬،‫نوع الزك ِة‬
Bagi kami, boleh mengeluarkan zakat sendiri kepada orang yang
berhak menerima zakat an itu sudah dianggap cukup, sebagaima-
na orang yang memberi hutangan kepada orang yang berhutang
dan seperti zakat harta yang bersifat abstrak karena sesungguh-
nyamengeluarkan zakat seperti itu termasuk salah satu macam
zakat, maka hal itu menyerupai macam zakat yang lain.
f. Pendapat Imam al Dasuqy, Hasyiyah al Dasuqy al al Syarh al
Kabir, Juz 1 hal 504
ْ َّ َ َ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ
‫اج َها ل ْم يُ َصدق (حاشية ادلسويق ىلع الرشح‬‫ف ِإن طلبها العدل فادع إخر‬
)‫الكبري لدلردير‬
Jika seorang yang adil menuntut utuk dibayarnya zakat, kemu-
dian ia mengaku telah mnegeluarkan zakat, maka hal itu tidak
dibenarkan.

5. Ensiklopedi Fikih Kuwait


‫ وسواء اكن املال‬،‫أما لو طلب اإلمام العادل الزاكة فإنه جيب ادلفع إيله اتفاقا‬
.‫ وأجزأت عنه اتفاقا‬،‫ ومن دفع زاكة ماهل إىل اإلمام العادل جاز‬.‫ظاهرا أو باطنا‬
‫ (املوسوعة‬،‫ ويعطيها ملستحقها‬، ‫املراد باإلمام العادل هنا من يأخذ الزاكة حبقها‬
)‫الفقهية الكويتية‬
Jika seorang imam menarik zakat, maka wajib menyerahkannya ke-
pada imam itu, sama saja harta itu nampak maupun tidak nampak.
Dan barang siapa yang membayar zakatnya kepada imam yang adil,
maka diperbolehkan dan sudah dianggap cukup menurut kesepaka-
tan ulama. Yang dimaksud dengan imam yang adil dalam hal ini
adalah orang yang mengambil zakat dengan semestinya dan mem-
baginya kepada yang berhak.

E. Rekomendasi:
1. Pemerintah perlu segera menyelesaikan aturan yang mewajibkan
penunaian zakat bagi muzakki, dengan menjadikan fatwa ke-
agamaan sebagai pedoman.
2. Pemerintah merumuskan kebijakan Insentif Zakat, dengan menja-
dikan zakat sebagai pengurang kewajiban pajak.
82 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia
14
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-6
TAHUN 2018 TENTANG MEMBAYAR ZAKAT PENGHASILAN
SEBELUM TERPENUHI SYARAT WAJIB

A. Diskripsi Masalah
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah
wajib atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti  salat, haji, dan  pua-
sa  yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Zakat juga merupakan sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
umat manusia di mana pun.
Salah satu obyek zakat adalah penghasilan atau gaji bulanan.  Dan pada
awal tahun 2018 muncul wacana yang disuarakan oleh pemerintah me-
lalui Menteri Agama untuk melakukan pungutan zakat ASN (Aparatur
Sipil Negara) melalui pemotongan gaji sebesar 2.5% setiap bulannya.
Sebagaimana kita maklumi bahwa zakat itu adalah kewajiban yang
ada ukurannya. Seorang muslim telah diwajibkan untuk membayar za-
kat atas hartanya, bila hartanya telah mencapai nisab dan haul. Tentu
ada pertanyaan mendasar bila peraturan pemerintah tersebut dilak-
sanakan, yaitu apakah pungutan bulanan atas gaji pegawai yang di-
lakukan oleh pemerintah itu termasuk zakat atau infak atau sedekah.

B. Perumusan Masalah
1. Apa hukum menyegerakan membayar zakat penghasilan sebelum
syarat haul terpenuhi?
2. Apa hukum membayar zakat penghasilan dengan cara mencicilnya
di setiap bulan saat menerima gaji?
3. Apa status cicilan yang dibayarkan oleh muzakki dalam setiap bu-
lannya?

C. Ketentuan Hukum
1. Setiap muslim yang memiliki penghasilan yang mencapai Nisab di
setiap bulannya maka dia boleh membayar zakat meskipun belum
mencapai satu tahun.
2. Setiap muslim yang memiliki penghasilan dalam satu tahunnya
mencapai Nisab boleh dikeluarkan zakat penghasilannya setiap
bulan sebagai titipan pembayaran zakat.
3. Titipan zakat penghasilan sebagaimana dimaksud angka 2 baru
berstatus sebagai harta zakat dan boleh ditasarufkan kepada mus-
tahiq setelah mencapai nisab.
4. Dalam hal penghasilan orang yang dimaksud dalam angka 2 tidak
mencapai nisab pada akhir tahun, maka uang yang dibayarkan din-
yatakan sebagai infak/shodaqah berdasarkan perjanjian.
5. Untuk mengetahui bahwa seseorang memiliki penghasilan tahu-
nan yang mencapai nisab, maka negara mengidentifikasi aparatur
negara yang wajib zakat.
6. Setiap muslim yang memiliki penghasilan tidak mencapai Nisab,
baik sebelum maupun setelah haul maka tidak wajib zakat.
7. Setiap muslim yang sudah membayarkan titipan cicilan zakat maka
baginya telah gugur kewajiban zakatnya.

D. Dasar Penetapan
1. Firman Allah SWT..
َْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ َ‫آمنُوا أَنْف ُقوا م ْن َطيِّب‬ َّ َ ُّ َ َ
‫ات َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّم َا أخ َرجنَا لك ْم ِم َن ال ْر ِ َض‬ ِ ِ ِ
َ ‫ين‬َ ‫ال‬
ِ ‫ياأيها‬
َّ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َّ ْ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َْ ُ َّ َ َ َ
‫آخ ِذي ِه ِإل أن تغ ِمضوا ِفي ِه واعلموا أن‬ ِ ِ‫َول تيمموا ال ِبيث ِمنه تن ِفقون ولستم ب‬
ٌ َ ٌّ َ َ
‫حيد‬ِ ‫الل َّ غ ِن‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) seba-
gian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memil-
ih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan meminc-

84 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji. (QS. Al Baqarah [2]: 267)
ُ ُ ُ ُ ً ْ ُ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ ُْ َ َْ َ َ َ ُْ َ َّ َ َ َ ْ َ َّ َ ُ َ
‫الز ْرع متَ ِلفا أكله‬ ‫ات وانلخل َو‬ ٍ ‫وش‬‫ر‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫و‬ ‫ات‬ٍ ‫وش‬ ‫ر‬‫ع‬ ‫م‬ ‫ات‬ ٍ ‫الي أنشأ ج‬
‫ن‬ ِ ‫وهو‬
َ‫ي ُمتَ َشابه ُكُوا م ْن َث َمره إ َذا أ ْث َم َر َوآتُوا َح َّق ُه يَ ْوم‬ َ ْ ‫ان ُمتَ َشاب ًها َو َغ‬ َ َّ ُّ َ َ ُ ْ َّ َ
‫والزيتون والرم‬
ِ ِِ ِ ٍِ ِ
َ‫ب ال ْ ُم ْسفني‬ ُّ ‫َح َصاده َو َل ت ُ ْسفُوا إنَّ ُه َل ُي‬
ِِ ِ ِ ِ ِِ
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang ber-
macam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya);
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-An’am [6]:141)

2. Hadis Nabi saw.:


ََ َ ‫ل ريض اهلل عنه أَ َّن اَلْ َع َّب‬
َّ ‫(سأ َل ا َ َّنل‬
‫ب صىل اهلل عليه‬ ‫عنه‬ ‫اهلل‬ ‫ريض‬ ‫اس‬ ٍّ ‫َو َع ْن َع‬
ِ
ُ َ
َ َ َّ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َْ ِ
)‫ فرخص ل ِف ذلك‬،‫تل‬ ِ ‫يل صدق ِت ِه قبل أن‬ ِ ‫وسلم ِف تع ِج‬
Diriwayatkan dari Ali r.a. bahwasanya Abbas meminta kepada Ra-
sulullah Shallallaahu ‹alaihi wasallam untuk mempercepat pem-
bayaran zakat sebelum waktunya (sebelum masa haul), maka beliau
memberikan keringanan baginya. (HR. At Tirmidzi dan Al Hakim)
‫اعم‬ ‫العباس‬ ‫إنا قد أخذنا زاكة‬ ‫لعمر‬ ‫أن انليب صىل اهلل عليه وسلم قال‬ ‫عيل‬ ‫عن‬
‫األول للعام‬
Saya telah menarik zakatnya Abbas, tahun kemarin untuk tahun ini.
(HR. Turmudzi 681).

3. Kaidah Fikih:
‫العبادات لكها سواء اكنت بدنية أو مايلة أو مركبة منهما ال جيوز تقديمها ىلع‬
‫سبب وجوبها وجيوز تقديمها بعد سبب الوجوب وقبل الوجوب أو قبل رشط‬
‫الوجوب‬
Semua ibadah sama, baik badaniyah, maliyah atau gabungan ke­
duanya, tidak boleh dilakukan sebelum ada sebab wajibnya. Dan bo-
leh dilakukan setelah ada sebab wajibnya dan sebelum adanya kewa-
jiban atau syarat wajibnya.

Majelis Ulama Indonesia 85


15
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-6
TAHUN 2018 TENTANG OBYEK ZAKAT PENGHASILAN

A. Diskripsi Masalah
Menteri Agama Republik Indonesia, Luqman Hakim Syaifuddin dalam
salah satu pernyataannya pada awal Februari yang lalu di media menge-
mukakan wacana tentang zakat Aparatur Sipil Negara (ASN) dan ran-
cana itu akan dikuatkan dengan Peraturan Presiden (Perpres). Dalam
kesempatan itu beliau menjelaskan bahwa ASN Muslim yang pendapa-
tannya dalam satu tahun mencapai seukuran nishab zakat, yaitu se-
harga 85 gram emas akan dikenai wajib zakat dan akan dipotong setiap
bulannya 2, 5 % dari penghasilannya sebagai cicilan zakat. Dengan ini
dapat dipahami bahwa sekiranya harga satu gram emas adalah 600.000
rupiah, maka ASN yang berpenghasilan 600.000 x 85 = 51.000.000: 12 =
4.250.000 perbulan akan dipotong 2, 5%. Kemudian di dalam rancan-
gan Perpres ditetapkan bahwa penghasilan yang menjadi objek zakat
itu meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat sebelum dikurangi
pajak, serta tunjangan kinerja dan penghasilan lain yang tetap.
Dari pernyataan Menteri dan rancangan Perpres ini, khususnya men-
genai ketentuan penghasilan ASN yang dikenai zakat, paling tidak ada
dua persoalan yang perlu dicermati. Pertama, Apakah seorang ASN
yang berpenghasilan sejumlah itu sudah bisa dikategorikan orang kaya
yang diwajibkan mengeluarkan zakat?, karena menurut Rasulullah
SAW.. “zakat itu dipungut dari orang kaya”. Apakah seorang ASN den-
gan penghasilan empat atau lima jutaan satu bulan bisa dikategorikan
sebagai orang kaya? Kedua, apakah dasar pehitungan itu diambil dari
take home pay?, atau ada batas minimum yang tidak dipotong zakat?,
sementara dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa yang akan diinfaqkan itu
adalah kelebihan(QS.2:219) dari kebutuhan pokok, bukan dihitung dari
seluruh penghasilan.
Untuk itu, agar tidak terjadi ketidakpastian dan kekeliruan dalam mene-
tapkan siapa ASN yang diwajibkan berzakat, sehingga terjadi pemoton-
gan terhadap penghasilan ASN yang boleh jadi sebenarnya dia bukan
muzakki tetapi adalah mustahiq, maka perlu dijelaskan aturan syari’at
tentang syarat harta (kekayaan) yang wajib dikeluarkan zakatnya. Ber-
dasarkan berbagai dalil, nash Al-Qur’an dan Hadis maka para ulama
menyimpulkan bahwa syarat kekayaan (harta) yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah: 1. Milik Penuh, 2. Berkembang, 3. Mencapai satu ni-
sab, 4. Lebih dari kebutuhan pokok biasa (al-hajah al-ashliyyah), 5. be-
bas dari hutang, 6. Berlalu satu tahun (pada sebagian harta kekayaan).

B. Perumusan Masalah
1. Apa jenis penghasilan yang bisa dikenakan wajib zakat?
2. Apakah zakat penghasilan dikeluarkan dari pendapatan bruto
(take home pay) atau netto, atau setelah dipotong biaya operasion-
al kerja?

C. Ketetapan Hukum
1. Komponen penghasilan yang dikenakan zakat meliputi setiap
pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain lain yang
diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara,
pegawai atau karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, penga-
cara, konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan bebas lainnya.
2. Dengan demikian, obyek zakat bagi pejabat dan aparatur negara
termasuk tetapi tak terbatas pada gaji pokok, tunjangan yang me-
lekat pada gaji pokok, tunjangan kinerja, dan penghasilan bulanan
lainnya yang bersifat tetap.
3. Penghasilan yang wajib dizakati dalam zakat penghasilan adalah
penghasilan bersih, sebagaimana diatur dalam fatwa MUI Nomor 3
Tahun 2003.
4. Penghasilan bersih sebagaimana yang dimaksud pada nomor 3 ial-
ah penghasilan setelah dikeluarkan kebutuhan pokok (al haajah al
ashliyah).
5. Kebutuhan pokok yang dimaksud pada nomor 4 meliputi;

88 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


a. kebutuhan diri terkait sandang, pangan, dan papan;
b. kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, termasuk kes-
ehatan dan pendidikannya;
6. Kebutuhan pokok sebagaimana dimaksud pada nomor 4 didasar-
kan pada standar Kebutuhan Hidup Minimum (KHM);
7. Kebutuhan pokok pokok sebagaimana dimaksud pada nomor 4
adalah Penghasilan Tidak Kena Zakat (PTKZ);
8. Pemerintah menetapkan besaran kebutuhan pokok sebagaimana
dimaksud nomor 4, yang menjadi dasar dalam menetapkan apakah
seseorang itu wajib zakat atau tidak.

D. Dasar Penetapan
1. Firman Allah SWT. ..
ُ َّ َ
‫ات ل َعلك ْم‬َ ْ ُ ُ َ ُ ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
ِ ‫ويسألونك ماذا ين ِفقون ق ِل العفو كذلِك يبي اهلل لكم الي‬
َ َّ َ َ
‫تتَفك ُرون‬
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah men-
erangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (QS. Al
Baqarah [2]:219)
َْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫ات َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّم َا أخ َرجنَا لك ْم ِم َن ال ْر ِ َض‬ َ ِّ َ ْ
ِ ‫الين ْآمنوا أن ِفقوا ِمن طيب‬
ِ ‫ياأيها‬
َّ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َّ ْ ُ ْ ََ َ ُ ُْ ُْ َ َ ُ َّ َ َ َ
‫آخ ِذي ِه ِإل أن تغ ِمضوا ِفي ِه واعلموا أن‬ ِ ِ‫َول تيمموا ال ِبيث ِمنه تن ِفقون ولستم ب‬
ٌ َ ٌّ َ َ
‫حيد‬ ِ ‫اهلل غ ِن‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) seba-
gian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memil-
ih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan meminc-
ingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji. (QS. Al Baqarah [2]: 267)
ُ ُ ُ ُ ً ْ ُ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ َْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َّ ‫َو ُه َو‬
‫الز ْرع متَ ِلفا أكله‬ ‫ات وانلخل َو‬ ٍ ‫ات وغي مع ُروش‬ ٍ ‫ات مع ُروش‬ ٍ ‫الي أنشأ جن‬ ِ
َ‫ي ُمتَ َشابه ُكُوا م ْن َث َمره إ َذا أ ْث َم َر َوآتُوا َح َّق ُه يَ ْوم‬ َ ْ ‫ان ُمتَ َشاب ًها َو َغ‬ َ َّ ُّ َ َ ُ ْ َّ َ
‫والزيتون والرم‬
ِ ِِ ِ ٍِ ِ
َ‫ب ال ْ ُم ْسفني‬ ُّ ‫َح َصاده َوال ت ُ ْسفُوا إنَّ ُه ال ُي‬
ِِ ِ ِ ِ ِِ
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang ber-
macam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk

Majelis Ulama Indonesia 89


dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya);
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-An’am [6]:141)

2. Hadis Nabi saw.


ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ َّ َ َّ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ِّ ْ ُّ ْ َ
‫اهلل عن ْه‬ ‫ب أنه س ِمع أبا هريرة ر ِض‬ ِ ‫يد بن َالمسي‬ ‫عن الزه ِري قال أخب ِن س ِع‬
َ‫الص َدقَة َما َك َن َع ْن َظ ْهر غ ًن َوابْدأ‬
َّ ‫ي‬ُْ ‫اهلل َعلَيْه َو َسلَّ َم قَال َخ‬
ُ ‫ب َص َّل‬ َّ ْ َ
ِّ ‫انل‬
ِ ِ ِ ِ ُِ ُ َ ‫عَن‬
‫بِم ْن تعول‬
Dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya Sa›id bin Al
Musayyab bahwa dia mendengar Abu Hurairah ra. Nabi saw. berka-
ta, : Shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup
(untuk kebutuhan dirinya). Maka mulailah untuk orang-orang yang
menjadi tanggunganmu. (HR. Imam Bukhari)
ْ َ َ َّ َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم قال الَ ُد‬ ‫يم ب ْ ِن ِحزامٍ ر ِض اهلل ْعنه عن انل ِب صل‬ ِ ‫ك‬
ِ ‫عن ح‬
ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُّ ْ ٌ ْ ‫الْ ُعلْيَا َخ‬
‫الص َدق ِة ع َ ْن ظه ِر ِغ ًن َو َم ْن‬ ‫ي ِم ْن الَ ِد السفل وابدأ بِمن تعول وخي‬
َ ٌ َ َََْ َ َ َْ ُ ْ َ َ ُ ُْ ْ ُ ‫ي َ ْستَ ْعف ْف يُع َّف ُه‬
‫ام ع ْن‬ ‫ب قال أخبنا ِهش‬ ٍ ‫اهلل َو َم ْن ي َ ْستَغ ِن يغ ِن ِه اهلل وعن وهي‬ ِ ِ
َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ
‫أ ِبي ِه عن أ ِب هريرة ر ِض اهلل عنه عن انل ِب صل اهلل علي ِه وسلم بِهذا‬
Dari  Hakim bin Hizam ra. dari Nabi saw. berkata, :  Tangan yang
diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah, maka mulailah
untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dan shadaqah
yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk ke-
butuhan dirinya). Maka barangsiapa yang berusaha memelihara
dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusa-
ha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya. Dan
dari Wuhaib berkata, telah mengabarkan kepada kami Hisyam dari
bapaknya dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. seperti ini. (HR. al-
Bukhari)
َّ َ ُ َّ َ ِّ َّ َ ٌ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ َّ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ‫حدثنا أبو هريرة ر َ ِض اهلل عن َه قال َجاء رجل إِل انلب صل‬
ٌ‫يح َشحيح‬ ٌ ‫ت َصح‬ َ ْ ‫ج ًرا قَ َال أَ ْن تَ َص َِّد َق َوأَن‬
ْ ُ َ ْ َ َ َّ ُّ
‫هلل أي الصدق ِة أعظم أ‬‫ا‬
َ َُ َ َ ََ
‫ول‬ ‫فقال يا رس‬
ِ ِ ِ
َ َ َ ُ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
‫تش الفقر وتأمل ال ِغن ول تم ِهل حت ِإذا بلغت اللقوم قلت ِلفل ٍن كذا‬
َُ َ َ َْ َ َ َُ
‫َو ِلفل ٍن كذا َوقد كن ِلفلن‬
Abu Hurairah ra. berkata, : Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw.
dan berkata, : Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling be-
sar pahalanya?. Beliau menjawab: Kamu bershadaqah ketika kamu

90 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


dalam keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir dan berangan-
angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya
hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu
berkata, si fulan begini (punya ini) dan si fulan begini. Padahal harta
itu milik si fulan. (Muttafaq alaih)
َ ِ ‫اذا َر‬ ً َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َّ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ ‫عن ابْن َع‬
ْ
‫ض‬ ‫صل اهلل علي ِه وسل َم بعث مع‬ َ ‫ب‬ِ ‫انل‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬ ‫اس‬ ٍ ‫ب‬ ِ
ْ َ ُ َُ ِّ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ََ َ ْ َ َُْ ُ
‫هلل ف ِإن‬ ِ ‫اهلل َعنه ِإل الَم ِن َفقال اد َعهم ِإل شهاد ِة أن ل ِإ َل ِإل اهلل َوأن رسول ا‬
ِّ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ُ َ ْ ُ
ٍ‫ات ِف َك يَ ْوم‬ ٍ ‫هم أطاعوا ِلل ِ َك فأع ِلمهم أن َ اهلل قد َافتض علي ِهم خس صلو‬
ْ ًَ َ َ َ َ ْ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ُ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ
‫تض َعليْ ِه ْم َص َدقة ِف أم َوال ِ ِه ْم‬ ‫ولل ٍة ف ِإن َهم أطاعوا ِللِك فأع ِلمهم أن اهلل اف‬
َ ُ َ َ ُّ ُ ْ ُ َ ُْ
‫تؤخذ ِم ْن أغ ِنيَائِ ِه ْم َوت َرد ع فق َرائِ ِه ْم‬
Dari Ibnu ‹Abbas ra. bahwa ketika Nabi saw. mengutus Mu›adz ra.
ke negeri Yaman, Beliau berkata, : Ajaklah mereka kepada syahadah
(persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan
bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya,
maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat
lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah mena›atinya,
maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka
shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang
kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka. (HR.
al-Bukhari)

3. Pendapat Ulama
a. Imam Nawawi di dalam kitab Syarh al Nawawi ‘ala Muslim di
kitab al zakah dan Ibnu Hajar al Asqalani di dalam kitab Fath al
Bari di kitab al Zakah
)‫قوهل صىل اهلل عليه وسلم (وخري الصدقة عن ظهر غىن‬ :‫انلووي‬ ‫قال‬
ً
،‫ أفضل الصدقة ما بيق صاحبها بعدها مستغنيا بما بيق معه‬:‫معناه‬
‫ أفضل الصدقة ما أبقت بعدها غىن يعتمده صاحبها ويستظهر‬:‫وتقديره‬
‫ وإنما اكنت هذه أفضل الصدقة بالنسبة إىل من‬،‫به ىلع مصاحله وحواجئه‬
ً
‫ ألن من تصدق باجلميع يندم اغبلا أو قد يندم إذا‬،‫تصدق جبميع ماهل‬
ً
‫ ويود أنه لم يتصدق خبالف من بيق بعدها مستغنيا فإنه ال يندم‬،‫احتاج‬
.‫عليها بل يرس بها‬
‫واملختار أن معىن احلديث أفضل الصدقة ما وقع بعد‬ :‫ويف فتح ابلاري‬
ً
‫القيام حبقوق انلفس والعيال حبيث ال يصري املتصدق حمتاجا بعد صدقته‬

Majelis Ulama Indonesia 91


‫ فمعىن الغىن يف هذا احلديث حصول ما تدفع به احلاجة الرضورية‬،‫إىل أحد‬
‫ واحلاجة إىل‬،‫ وسرت العورة‬،‫اكأللك عند اجلوع املشوش اذلي ال صرب عليه‬
،‫ وما هذا سبيله فال جيوز اإليثار به بل حيرم‬،‫ما يدفع به عنه نفسه األذى‬
‫وذلك أنه إذا آثر غريه به أدى إىل إهالك نفسه أو اإلرضار بها أو كشف‬
‫ فإذا سقطت هذه الواجبات صح‬،‫ فمرااعة حقه أوىل ىلع لك حال‬،‫عورته‬
‫اإليثار واكنت صدقته يه األفضل ألجل ما يتحمل من مضض الفقر وشدة‬
.‫ فبهذا يندفع اتلعارض بني األدلة إن شاء اهلل‬،‫مشقته‬
Imam Nawawi berkata: Rasulullah SAW.. bersabda: sebaik-baik
sedkah adalah yang tidak bergantung pada poros kekayaan .
maksudanya adalah sedekahyang paling utama ialah sedekah
yang menjadikan pemberi sedekah masih bisa memanfaatkan
hartanya setelah bersedekah dalam ari sedekah yang paling
utama ialah sedekah yang masih menyisihkan hartanya untuk
kemaslahatan dan kebutuhannya.keutamaa ini dinisbatkan ke-
pada mereka yang menyedekahkan seluruh hartanya, karena
mungkin saja mereka akan menyesal akan hal itu, sebab tak ada
lagi yang tersisa dan bisa jadi ia menyesal pada saat keadaan
membutuhkan. Hal ini berbeda dengan orang yang menyedekah-
kan sebagian hartaya dan menyisihkan sebagian yang lain. Ia
tidak akan menyesal bahkan mungkin akan bahagia.
Ibnu Hajar Al-asqolani dalam kitab fathul bari mengatakan:
menurut pendapat yang terpilih arti hadis keutamaan sedekah
adalah sedekah yang dilakukan setelah memenuhi hak diri send-
iri, keluarga yang digambarkan dengan adanya orang yang ber-
sedekah tidak membutuhkan orang lain setelah bersedekah. Arti
“tidak butuh” di hadis ini, ialah terpenuhinya kebutuhan-kebutu-
han pokok seperti makan ketika sedang sangat lapar, menutupi
aurat (berpakaian) dan kebutuhan yang mendorong seseorang
untuk menjauhkan dirinya dari marabahaya maka dalam hal
ini tidak boleh mendahulukan orang lain bahkan bisa menjadi
haram, karena akan menimbulkan kerusakan terhadap dirinya.
Mengapa hak-hak diri sendiri lebih utama atas segalanya. Dan
ketika kebutuhan-kebutuhan pokok ini telah terpenuhi, maka bo-
leh mendahulukan orang lain atas dirinya sehingga disebutlah
seekahnya sebagai sedekah yang paling utama karena telah men-
gatasi kebutuhan-kebutuhannya dahulu. Dan dengan demikian
pertentangan-pertentangan berbagai dalil bisa dinetralisir.
b. Pendapat Ibnu Abidin di dalam Hasyiah Ibn ‘Abidin jilid 2 hala-
man 6
،‫ ألنه حاجات اإلنسان كثرية وال تكاد تتناىه‬،‫ احلاجة األصلية‬:‫وإنما قلنا‬

92 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


‫وخاصة يف عرصنا اذلي تكاد تصبح فيه الكمايلات حاجيات‪ ،‬واحلاجيات‬
‫رضوريات‪ ،‬فليس لك ما يرغب فيه اإلنسان يُعد حاجة أصلية‪ ،‬ألن ابن‬
‫آدم لو اكن هل واديان من ذهب البتىغ ثاثلًا‪ ،‬ولكن احلاجات األصلية ما ال‬
‫غىن لإلنسان عنه يف بقائه‪ ،‬كمأكله وملبسه ومرشبه ومسكنه‪ ،‬وما يعينه‬
‫ىلع ذلك من كتب علمه وفنه‪ ،‬وأدوات حرفته وحنو ذلك‪.‬‬
‫ً‬ ‫وقد َّ‬
‫تفسريا علميًا دقيقا فقال‪:‬‬
‫ً‬ ‫فس بعض علماء احلنفية احلاجة األصلية‬
‫ً‬
‫يه ما يدفع اهلالك عن اإلنسان حتقيقا‪ ،‬اكنلفقة ودور السكىن وآالت‬
‫اكدليْن‪ ،‬فإن‬
‫تقديرا‪َ :‬‬
‫ً‬ ‫احلرب‪ ،‬واثلياب املحتاج إيلها دلفع احلر والربد‪ ،‬أو‬
‫املدين حيتاج إىل قضائه بما يف يده من انلصاب يلدفع عن نفسه احلبس‬
‫اذلي هو اكهلالك‪ ،‬وكآالت احلرفة‪ ،‬وأثاث املزنل‪ ،‬ودواب الركوب‪ ،‬وكتب‬
‫العلم ألهلها‪ ،‬فإن اجلهل عندهم اكهلالك‪ ،‬فإذا اكن هل دراهم مستحقة أن‬
‫يرصفها إىل تلك احلوائج صارت اكملعدومة‪ ،‬كما أن املاء املستحق برصفه‬
‫إىل العطش اكن اكملعدوم وجاز عندهم اتليمم (حاشية ابن اعبدين‪،6/2 :‬‬
‫ً‬
‫وابلحر الرائق‪ ،222/2 :‬نقال عن ابن امللك يف رشح املجمع)‪.‬‬
‫ومما نسجله بكل إعجاب وتقدير لعلمائنا‪ :‬أنهم اعتربوا العلم حياة‪،‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫واجلهل موتا وهالك‪ ،‬واعتربوا ما يدفع اجلهل عن اإلنسان من احلاجات‬
‫األساسية اكلقوت اذلي يدفع عنه اجلوع‪ ،‬واثلوب اذلي يدفع عنه العري‬
‫ً‬
‫واألذى‪ ،‬كم اعتربوا احلرية حياة‪ ،‬واحلبس والقيد هالك أو اكهلالك‪.‬‬
‫واذلي نراه ىلع لك حال‪ :‬أن احلاجات األصلية لإلنسان قد تتغري وتتطور‬
‫ُ‬
‫بتغري األزمان وابليئات واألحوال‪ .‬واألوىل أن ترتك تلقدير أهل الرأي‬
‫واجتهاد أويل األمر‪.‬‬
‫َّ‬ ‫ً‬
‫واملعترب هنا‪ :‬احلاجات األصلية للملكف بالزاكة‪ ،‬ومن يعوهل من الزوجة‬
‫واألوالد‪-‬مهما بلغ عددهم‪-‬والوادلين واألقارب اذلين تلزمه نفقتهم‪ ،‬فإن‬
‫حاجتهم من حاجته‪.‬‬
‫‪Pendapat Ibnu Abidin: Kami berkata “kebutuhan pokok” itu di-‬‬
‫‪karenakan manusia memiliki banyak kebutuhan yang hampir‬‬
‫‪tidak ada habisnya. Khususnya zaman sekarang yang di dalam-‬‬
‫‪nya hampir menjadikan kesempurnaan sebagai kebutuhan dan‬‬
‫‪kebutuhan sebagai hal yang pokok. Tidaklah setiap hal yang‬‬
‫‪di­senangi manusia dianggap sebagai kebutuhan pokok karena‬‬
‫‪anak adam sekalipun telah memiliki dua lembah yang dipenuhi‬‬

‫‪Majelis Ulama Indonesia‬‬ ‫‪93‬‬


emas, ia akan tetap mencari lembah yang ketiga. Akan tetapi
yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah sesuatu yang
dibutuhkan manusia untuk terus hidup dalam dunia ini, seperti
pangan, sandang , minum dan tempat tinggalnya. Dan hal-hal
lain yang mmbantunya untuk tetap eksis seperti buku-buku pela-
jaran dan penunjang dan lain-lain.
Sebagian ulama madzhab hanafi menafsirkan kebutuhan pokok
dengan tafsiran yang terperinci, tafsiran itu berbunyi: kebutuhan
pokok yang dimaksud adalah yang mencegah seseorang dari ke-
binasaan secara nyata seperti nafkah, tempat tinggal, alat-alat
perang, pakaian yang melindungki dikala panas dan dingin.
Atau secar perkiraan seperti hutang, karena orang yang hutang
perlu melunasi hutangnya. Dengan apa yang ia miliki sehingga
mampu mencegahnya dari penjara yang didibaratkan seperti
kerusakan. Dan seperti peralatan kerajinan, kendaraan, kitab-
kitab bagi yang belajar. Karena kebutuhan menurut mereka
adalah kerusakan.
Ketika seseorang memiliki banyak dirham yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka sama saja dir-
ham itu tidak ada wujudnya sebagaimana air yang digunakan
untuk menghilangkan dahaga, maka sama saja air itu tidak ada.
Dan boleh menurut mereke bertayammum (Hasyiyah Ibnu Abi-
din..)
Dari uraian yang telah kita bahas, bahwasannya para ulama
menganggap ilmu sebagai sebuah kehidupan, da kebodohan
adalah sebuah kematian dan kerusakan. Dan para ulama be-
ranggapan bahwa sesuatu yang bisa menolak kebodohan adalah
sebagian dari kebutuhan-kebutuhan pokok seperti makanan
yang mencegah kelaparan, perkara yang mencegah yang mence-
gah dari ketelanjangan dan marabahaya. Para ulama berang-
gapan bahwa kebebasan adalah sebuah kehidupan sedangkan
batas dan pengekangan adalah sebuah kerusakan.
Dan hal ini yang kita amati atas segala hal tadi adalah bahwa
kebutuhan manusia berubah dab berkembang sesuai peruba-
han zaman, lingkungan dan dan keaaan dan yang pling utama
adalah menyerahan hal itu kepada orang yang kompeten dalam
bidangnya dan yang menjadi pembahasan disini adalah keu-
than-kebuthan pokok mukallaf (yang wajib zakat) dan keluarg-
anya seperti istri dan anaknya-anaknya, kedua orang tua, sanak
keluarga yang wajib ia nafkahi, karena kebutuhan mereka yang
termasuk kebutuhannya.

94 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


16
FATWA MUI NO 23 TAHUN 2020 TENTANG PEMANFAATAN HARTA
ZIS UNTUK PENANGGULANGAN WABAH COVID 19 DAN
DAMPAKNYA

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah:


Menimbang : a. bahwa zakat merupakan jenis ibadah mahdlah se-
bagai rukun Islam yang ketentuannya diatur seca-
ra khusus berdasarkan syariat Islam;

b. bahwa dampak wabah COVID-19 tidak hanya
terhadap kesehatan saja, tetapi mencakup aspek
sosial, ekonomi, budaya, dan sendi kehidupan
lain;
c. bahwa dalam rangka menghadapi wabah CO-
VID-19 dan dampaknya, harta zakat berpoten-
si untuk dimanfaatkan guna penanggulangan
wabah COVID-19 dan dampaknya, demikian juga
harta infak dan shadaqah;
d. bahwa muncul pertanyaan di masyarakat tentang
hukum pemanfaatan harta zakat, infak dan sha-
daqah untuk penanggulangan Wabah COVID-19
dan dampaknya;
e. bahwa untuk itu Majelis Ulama Indonesia me-
mandang perlu menetapkan fatwa tentang pe-
manfaatan harta zakat, infak, dan shadaqah untuk
penanggulangan wabah COVID-19 dan dampak-
nya sebagai pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT:
َ ْ ْ ِّ َ ُ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِمن أموال ِ ِهم صدقة تطهرهم وتزكي ِهم بِها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka… (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ َّ ْ َ َ َٰ ْ َ ٰ َ َ ْ َ ٓ َ َ ُ ْ ُ ٰ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َواٱل ُم َؤلف ِة‬ ‫ني وٱالع ِم ِل‬ ِ ‫ك‬
ِ ‫س‬ ‫ِإنما اٱلصدقت لِلفقرا ِء واٱلم‬
َّ ْ َ َ َ َ َٰ ْ َ َ ِّ ُ ُ‫قُل‬
َ ‫وب ُه ْم‬
ۖ ‫يل‬ِ ‫ب‬
ِ ‫ٱالس‬ ‫ن‬ِ ‫ٱب‬ ‫و‬ ‫هلل‬
ِ ‫ا‬ ‫يل‬ِ ‫ب‬
ِ ‫س‬ ‫ف‬ِ ‫و‬ ‫ني‬ ‫م‬ ِ ‫ر‬ِ ‫غ‬ ‫ٱل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫اب‬
ِ ‫ق‬ ‫ٱالر‬ ‫ف‬ِ ‫و‬
]06 :‫يم [اتلوبة‬ ٌ ‫يم َحك‬ ٌ ‫ٱاهلل َعل‬ ُ ‫يض ًة ِّم َن اهلل ۗ َو‬َ ‫فَر‬
ِ ِ ِ ِ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu›allaf yang dibujuk hati­
nya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-
Taubah [9]: 60)
ْ َ ْ َ ٓ َّ َ ْ ُ ْ َ َ َ ٰ َ ِّ َ
َ‫جنا‬ ْ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ
‫ت ما كسبتم و ِمما أخر‬ ِ ‫لين ْء َامنوا أن ِفقوا ِمن طيب‬ ِ ‫يأيها ٱ‬
ْ َ ِّ ُ َ
.)762 :‫لكم من ٱلر ِض ۖ … (ابلقرة‬
Hai orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu …”. (QS. al-Baqarah [2]: 267)
ْ ْ ُ َ ُ ُْ َ َ َ ُ
.)912 :‫َوي َ ْسئَل ْونك َماذا ين ِفق ْون ق ِل ال َعف َو … (ابلقرة‬
Dan mereka bertanya kepada apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.
(QS. al-Baqarah [2]: 219)
ٰ ‫اتل ْق َو‬
)2 :‫ (املائدة‬ ۖ ‫ى‬ ِّ ْ ‫ع ال‬
َّ ‫ب َو‬ ََ َُ َََ
‫وتعاونوا‬
ِ
Dan bertolong-tolonganlah kalian dalam mela­
kukan kebaikan dan taqwa. (QS. al-Maidah [5]: 2)
َ ‫ني اٱلْ َغيْ َظ َوٱالْ َعاف‬
َ ‫كظم‬ ٰ َ ْ َ ٓ َّ َّ َ ٓ َّ َّ َ ُ ُ َ َّ
‫ني‬ ِ ِ ِ ‫ا ِٱلين ين ِفقون ِف اٱلسا ِء وٱالضا ِء وٱال‬
َ ‫حسن‬ ْ ُ ْ ُّ ُ ُ َ
]431 :‫ني [آل عمران‬ ِ ِ ‫يب ٱالم‬ ِ ‫ع ِن ا َّٱنل‬
ِ ‫اس واهلل‬
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan

96 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (QS. al-Imran [3]:134)
2. Hadis Rasulullah SAW., antara lain:
a. Hadis nabi Saw. yang menegaskan tentang ke-
wajiban zakat bagi umat Islam yang memenuhi
syarat;
َّ َ ُ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ
‫هلل َصل‬ ِ ‫ أن رسول ا‬:‫ض اهلل عنهما‬ ِ ‫اس ر‬ ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ً َ ُ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ
‫اهلل عنه ع َ ايلَ َم ِن‬ ‫اهلل علي ِه وسلم لما بعث مع َاذا ر ِض‬
َ‫ك ْن أ َّو َل ما‬ ُ َْ َ َ‫ع قَ ْومٍ أ ْهل كت‬ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ
َ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ف‬ ‫اب‬
ٍ ِ ِ َ َ ‫م‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬
ِ “ : ‫ال‬ ‫ق‬
َ ‫به ْم أن‬َّ ُ ْ
ْ ‫اهلل فأخ‬ َ ُ
َ ‫تَد ُعوه ْم إلْه ِعبَادة اهلل فإذا َع َرفوا‬
ُ َ َ ُ ْ
‫اهلل‬ ِ ِ ِ
َ َ ْ َََْ ْ َْ َ َ َِ َ ْ َ ْ ْ َ َ ِ َ َ َ ْ َ
‫ات ِف يو ِم ِهم ولل ِت َ ِهم ف ِإذا‬ ٍ ‫ض علي ِهم َخس صلو‬ ‫قد فر‬
ْ‫اهلل فَ َر َض َعلَيْه ْم َز َك ًة م ْن أ ْم َوالهم‬ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ ُ َ َ
ِِ
َّ َ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ
ِ ِ
ُ َ َ َ َ ‫َف ُع َل ُّوا َف َأخ ِ ُب َه َم أ ْن‬
‫وترد َع فقرائِ ِهم ف ِإذا أطاعوا بِها فخذ ِمنهم وتوق‬
)‫اس“ (رواه ابلخاري‬ َّ ‫َك َرائِ َم أ ْم َوال‬
ِ ‫انل‬ ِ
Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwa ketika Nabi Saw.
mengutus Mu’adz ra. ke negeri Yaman, Beliau
berkata: “Kamu akan mendatangi Ahlul Kitab,
maka hendaklah hal pertama yang kamu
da’wahkan kepada mereka adalah mengajak
mereka untuk menyembah Allah. Jika mereka
telah mengenal Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka
untuk melakukan shalat lima waktu sehari
semalam. Jika mereka telah melaksanakannya,
maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan
mereka untuk membayar zakat dari harta
mereka yang akan diberikan kepada orang-
orang faqir dari kalangan mereka. Jika mereka
telah menaatinya, maka ambillah dari mereka
(sesuai ketentuannya) dan peliharalah kesucian
harta manusia”. (HR. al-Bukhari)
ُ ‫ َص َّل‬A‫ول اهلل‬ ُ َُ َ َ َ َ
‫اهلل‬ ‫ قال َرس‬:‫ل ريض اهلل عنه قال‬ ٍّ ‫َع ْن َع‬
ِ
‫ني ِف‬ َ ‫ع أ ْغنيَا ِء ال ْ ُم ْسلم‬ ََ َ ََ
‫ض‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫هلل‬
Q ‫ا‬ ‫ن‬
َّ
‫إ‬ “ : َ َّ‫َعلَيْ ِه َو َسل‬
‫م‬
ِِ ِ ِ َّ
ُ‫اء ُه ْم َولَ ْن ُيْ َه َد الْ ُف َق َراء‬
َ ‫الي ي َ َس ُع ُف َق َر‬ َ ‫أَ ْم َواله ْم قَ ْد‬
‫ر‬
ِ َِ ِ َّ
َّ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َّ ُ ُ َ ُ َ
‫إِل إِذا جاعوا وعروا ِمما يصنع أغ ِنياؤهم أل وإِن اهلل‬
َ ِّ
‫يدا َو ُم َعذ ُب ُه ْم َعذابًا‬ ً ‫امة ح َسابًا َشد‬ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ َ‫ُم‬
ِ ِ ِ ‫اسبهم يوم ال ِقي‬ ِ
ً ْ ُ
)‫نكرا” (رواه الطرباين‬

Majelis Ulama Indonesia 97


Dari Ali ra. berkata: Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat
kepada orang-orang muslim yang kaya atas
harta mereka yang mencukupi kebutuhan orang-
orang muslim yang fakir. Dan tidak akan terjadi
kelaparan dan orang tidak memakai pakaian
(sama sekali) kecuali karena orang kaya tidak
menunaikan zakat. Ketahuilah! Sesungguhnya
Allah akan meminta pertanggung-jawaban me­
reka (orang kaya yang tidak berzakat) dan akan
menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih“.
(HR. al-Thabarani)
b. Hadis Nabi Saw. yang memerintahkan ber-
segera menunaikan sedekah meski dalam
kondisi pas-pasan dan tidak menunda pem-
bayarannya;
َ
‫ب‬ ِّ ‫انل‬ َّ ‫اء َر ُج ٌل إ َل‬
َ ‫ َج‬:‫اهلل َعنْ ُه قَ َال‬
ُ ‫ض‬ َ ِ ‫عن أيب ُه َريْ َر َة َر‬
ِ
َ ِ َ َّ ُّ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َّ َ
‫ أي الصدق ِة‬،ِA‫ يَا َر ُس َول اهلل‬:‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم َ فقال‬ ‫صل‬
ٌ‫يح َشحيح‬ ٌ ‫ت َصح‬ َ ْ ‫ “أ ْن تَ َص َّد َق َوأن‬:‫ج ًرا؟ قَ َال‬ ْ َ ُ َ ْ َ
ِ ِ ‫أعظم أ‬
َ َ َ َ َّ َ ْ ْ ُ َ َ َ ُ ََُْ َ ْ َ َ َْ
‫ت‬ ِ ‫تش الفقر وتأمل ال ِغن وال تم ِهل حت إِذا بلغ‬
َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ُْ َ ُُْ
”‫ت ِلفال ٍن كذا َو ِلفال ٍن كذا َوقد كن ِلفال ٍن‬ ‫احللقوم قل‬
)‫(رواه ابلخاري‬
Dari Abu Hurairah berkata: “Seorang lelaki
mendatangi Rasulullah SAW. sembari bertanya,
‘Wahai Rasulullah, shadaqah apa yang pa­ling
besar pahalanya?’  Beliau menjawab: “Ber­se­
dekahlah selama kamu masih sehat, (wa­lau­
pun) keadaanmu pelit, khawatir jatuh mis­
kin, dan berharap menjadi orang kaya. Dan
ja­nganlah kamu menunda-nunda membayar
shadaqah sehingga nyawamu sudah sampai di
tenggorokan; kamu berkata, untuk si fulan sekian
dan untuk si fulan (yang lain) sekian, sedangkan
si fulan telah mampu”. (HR. al-Bukhari)
c. Hadis Nabi Saw. yang membolehkan penye­
geraan pengeluaran zakat sebelum waktunya;
َ َ َ َّ َ ْ َّ َ َ ‫ل بْن أَب‬
ُ ‫ب َص َّل‬
‫اهلل‬ َّ ‫“سأ َل‬
َّ ‫انل‬ ‫اس‬ ‫ب‬ ‫ع‬‫ال‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫ط‬ ِّ ‫َع ْن َع‬
ٍ ِ ِ
ِ
ُ‫ت َّل فَ َر َّخ َص َل‬ َ
َ ْ ََْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ِ ْ َ َ
ِ ‫يل صدق ِت ِه قبل أن‬ ِ ‫علي َ ِه َوسلم ِف تع ِج‬
)‫ِف ذلِك“ (رواه ابن ماجه و أبو داوود‬

98 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Dari Ali bahwa Abbas ra. bertanya kepada Nabi
Saw. tentang penyegeraan pengeluaran zakat
sebelum waktunya, lalu beliau mengizinkannya.
(HR. Ibnu Majah dan Abu Daud)
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬
‫اهلل‬
ُ َُ َ َ َ َ
‫ قال رس‬:‫ب قال‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ل بْن أَب‬
‫ط‬ ِّ ‫َع ْن َع‬
ِ ٍ ِ ِ ِ
َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َّ َّ ِ َ
”‫الل َء ل يتَخ َّطاها‬ ‫ “بَا ِك ُروا بِالصدق ِة ف ِإن‬:‫َعليْ ِه َو َسل َم‬
)‫(رواه الطرباين‬
Dari Ali bin Abi Thalib ra. berkata: Rasulullah
SAW. bersabda: “Bersegeralah membayar zakat,
sebab bala’ bencana tidak akan melangkahinya”.
(HR. al-Thabarani)
d. Hadis Nabi Saw. yang menjelaskan tentang dis-
tribusi zakat dalam kondisi tertentu;
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬
‫اهلل‬
ُ ُ َ َ َ َ َ ِّ ْ ُ ْ
‫س‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ق‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ال‬ ‫يد‬ ‫ع‬ ‫س‬ َ ‫َع ْن أَب‬
ِ ٍ ِ
َ ْ َ َّ ٍّ َ ُ َ َ َّ ِ ُّ َ َ َ َّ َ َ ِ ْ َ َ
‫ ِلعا ِم ٍل‬:‫تل الصدقة ِلغ ِن ِإ َل ِلم ِس ٍة‬ ِ ‫ “ل‬:‫علي ِه و َسلم‬
َ ْ ْ َ ْ
ٍّ ‫ني تُصدق علي ِه ِمنها فأهدى ِمنها ِلغ‬
َ َ َ ْ َ َ َ ِّ ُ ْ ‫َعلَيْ َها أ ْو م‬
‫ن‬ ِ ٍ ‫ك‬
ِ ‫س‬ ِ
َ َ َْ َ َْ َ َ ََ ْ ُ َ ْ َ
”َّ ‫الل‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫ال أو غ ِرمٍ أو غ ٍز ِف س ِب‬ ِ ِ ‫أو لِرج ٍل اشتاها بِم‬
)‫(رواه ابليهيق‬
Diriwayatkan dari Abi Sa›id al-Khudri ra ia
berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Shadaqah
(zakat) tidak halal dibayarkan kepada orang
kaya kecuali dalam lima kelompok, kepada yang
sedang berperang di jalan Allah, kepada yang
bekerja (‹amil) mengurus zakat, kepada yang
punya hutang, kepada orang yang membeli
zakatnya dengan hartanya, atau kepada orang
yang punya tetangga miskin lantas ia bersedekah
atas orang miskin tersebut kemudian si miskin
memberi hadiah si kaya. (HR. Al-Baihaqi)
3. Qaidah fiqhiyyah
َ َ‫الرع َّية َمنُ ْو ٌط بال ْ َم ْصل‬ َ َ َ ْ ُ ُّ َ َ
‫ح ِة‬ ِ ِ ِ َّ ‫المامِ ع‬ ِ ‫تصف‬
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terha-
dap rakyat harus mengikuti kemaslahatan“.
َ َْ ُ ْ ُ َ َ َْ
‫اص ِد‬
ِ ‫لِلوسائِل حكم المق‬
“Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian
yang akan dituju”.

Majelis Ulama Indonesia 99


َّ ُ َ ْ ُّ َ َ َ
ٌ ‫ال به َف ُه َو َواج‬
‫ب‬ ِ ِ ِ ‫اجب ِإ‬
ِ ‫ما ال ي ِتم الو‬
“Sesuatu kewajiban yang hanya bisa diwujudkan
dengan melakukan sesuatu perkara, maka perkara
tersebut hukumnya menjadi wajib“.
Memperhatikan: 1. Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’
juz 6 hal. 228 yang menjelaskan persyaratan musta-
hiq zakat harus muslim, sebagai berikut:
ُ َ ْ ُ َ ٌ َ َ َ َ َ َّ َ َ
ُ ‫واليُ ْو ُز َد‬
‫اء َزك َة ال ِف ْط ِر َو َُزكة‬ ‫ات إل ك ِف ٍر سو‬
ِ ‫الزك َو‬ ‫شيئ ِمن‬ ‫فع‬
ُ ْ ْ ََْ ْ ْ َ َ َ ْ َ ٍَ َ َ َ ْ
‫ت ال َّمة‬ ‫ أجع‬:‫ال َوهذا ل ِخلف ِفي ِه ِعن َدنا قال ْاب ُن ال ُمن ِذ ِر‬ ِ ‫َال َم‬
ْ َ ُ َ ْ ِّ ِّ ِّ َ َ ْ ‫ئ َد ْف ُع َز َكة ال‬ُ ْ ُ َ ُ َّ
‫م َواختَلفوا ِف َزك ِة ال ِف ْط ِر‬ ‫ال إل اذل‬ ِ ‫م‬ ِ ‫أنه ل ي ِز‬
َ ْ َ ُ َ ُ َ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َّ َ َ
‫بن شح ِبيل‬ ِ ‫وعمر‬ ‫فجوزها أبو ح ِنيفة وعن عم ِرو بن ميمون‬
َ َ ْ ُّ َ ْ ِ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ َّ ُ
‫ذان أنهم كنوا يعطون ِمنها الرهبان‬ ِ ‫ومرة الهم‬
Menurut madzhab Syafii zakat tidak boleh diserahkan
kepada non muslim. Ibnu Mundzir berkata: “Ulama
telah bersepakat bahwa zakat mal tidak boleh diserah-
kan kepada kafir dzimmy. Adapun zakat fitrah ulama’
berbeda pendapat; imam Abu Hanifah, ‘Amr bin Mai-
mun, Umar bin Syurahbil, Murrah al-Hamadzani
membolehkan zakat firah untuk diserahkan kepada
pendeta”.
2. Pendapat Imam Ibnu Qudamah dalam kitab al-Muh-
gni juz 2 hal. 487 yang juga menjelaskan persyaratan
mustahiq zakat harus muslim sebagai berikut:
ْ ْ َْ ََْ ََُْ َ ُْ َ ََ َ ََ َ َ ٌََ ْ َ
‫وك) ل نعلم بي أه ِل ال ِعل ِم‬ ٍ ‫ ول لِممل‬،‫ (ول ِل َكفِ ٍر‬:‫ ق َال‬:‫مسألة‬
ُ‫ قَ َال ْابن‬.‫وك‬ ُْ َ ََ َ َ ْ ُ َ ‫خ َلفًا ف أ َّن َز َك َة ْال ْم َو‬
ٍ َ ‫ال ل تعطى ِلك َِف ٍر ول لِممل‬ ِ
َ َّ ِّ ِّ َّ ْ ْ ْ ْ ُ ْ َ ُ َ ِ ْ َ ْ َ ُّ ُ َ َ ْ َ ِ ْ ُ ْ
‫المن ِذ ِر أجع ك َمن نفظ عنه ِمن أه ِل ال ِعل ِم أن اذلم ل‬
ْ َ َ ْ ْ ََ ْ َُْ
.‫ال شيئًا‬
ِ ‫يعطى ِمن زك ِة المو‬
(Soal zakat untuk orang kafir dan budak) Kami tidak
melihat ada perbedaan bendapat antara ulama bah-
wa zakat mal tidak boleh dibagikan kepada non mus-
lim dan budak. Ibnu Mundzir berpendapat “Bahwa
ulama telah bersepakat bahwa zakat mal tidak boleh
diberikan kepada kafir dzimmy walau sedikit”.
3. Pendapat Imam Al-Ramly dalam kitab Nihayatu al-
Muhtaj ila Syarhi al-Minhaj (6/161-162) yang mene­
rangkan pendistribusian harta zakat bagi orang

100 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


miskin untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta
dimungkinkan distribusi bertahap dan sesuai kebu-
tuhannya, sebagai berikut:
َ ْ ٌّ ُ ُْ َ ْ ُ ْ ْ َ ُ َْ ََُْ
‫ني) إن ل ْم ي ِس ْن ك ِمن ُه َما ك ْسبًا‬ ‫ك‬
ِ ‫(ويعطى الف ِقري وال ِمس‬
ُ ْ َ َّ ُ َ َّ
‫الزك ُ ِة ك َسنَ ٍة فتَح ُصل‬ ‫ار‬ َ‫ك‬
‫ر‬
ْ َ َ َ ََ َ
‫ل‬ ) ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ة‬‫اي‬‫ف‬ ‫ك‬ ( ‫ة‬ َ َ‫ب ْرفَة َو َل ِت‬
‫ار‬
ِ ٍ ِ ٍ ٍ ِِ
ُ ْ ُْ ُ ْ َ َ ِّ ْ ِ ُ ُ ْ َ ْ ُّ َ َ ْ ُْ َ َُ َ ْ
)‫ور‬ ِ ‫الص َح ْالمنص ْوص ِف الم (وقول المه‬ :‫كفاية بِها قلت‬ ِ ‫ال‬
َّ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُْ َ َ َ ُ ْ ٌّ ُ َ ْ ُ
‫ب) أي ما ب ِق ِمنه؛ ِلن‬ ِ ‫يعطى ك ِمنهما ( ِكفاية العم ِر الغا ِل‬
ْ‫اد ُع ْم ُر ُه َعلَيه‬َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ْ
ِ ‫ فإن ز‬،‫ُالقصد إغناؤه ول ي َصل إل بذلِك‬
َ ْ َ َ َ ُ ُ َِ َ ُ َ ِْ ْ َ ً ْ
‫إذ ل‬-‫ر ِحه اهلل تعال‬-‫أع ِط َي َسنَة ب ِ َسنَ ٍة ك َما أف َت بِ ِه الو ِال‬
َ َّ ِ ‫َح َّد ل‬
.‫لزائِ ِد َعليْ َها‬
(Bagian Orang fakir dan miskin), Bila keduanya ti-
dak mampu untuk bekerja dengan satu keahlian atau
perdagangan diberi harta zakat sekiranya mencukupi
kebutuhan satu tahun, karena berulang-ulangnya za-
kat setiap tahunnya. Ini adalah pendapat yang paling
kuat sebagaimana tercantum dalam kitab al-Umm.
Sedangkan pendapat jumhur ulama adalah diberikan
kepada mereka sekiranya mencukupi kebutuhan sam-
pai pada batas rata-rata umur hidup manusia, karena
tujuannya adalah mencukupi kebutuhan hidupnya
dan itu adalah satu-satunya cara. Kalau umurnya
melebihi standar umumnya manusia, maka akan di-
beri setiap tahun seukuran kebutuhan hidupnya se-
lama setahun.
ْ َ َ ْ َ َّ َ َّ َ َ َ ً َ َ ْ َ ً َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ َ
‫اب فيُع َطى‬ ِ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ة‬ ‫ق‬ِ ‫ئ‬ ‫ل‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬‫ف‬ِ ‫ك‬ ‫أما من ي ِسن ِحرفة ت‬
ْ َ َ َ َْ َ ْ َُ ًَ َ َْ ْ َُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ
‫ال يك ِفي ِه‬ٍ ‫تارة فيعطى رأس م‬ ِ ‫ثمن آل ِة ِحرف ِت ِه وإن كثت أو‬
ََ َ َ َ ْ ِ ً َ ُُْ َ َ
‫ل ِه‬
ِ ‫ار عد ِة ب‬ ِ ‫ِللِك ِربه غ ِلا بِاع ِتب‬
Jika dia mempunyai kompetensi kerja, maka diberikan
kepadanya uang untuk membeli alat, meskipun har-
ganya mahal. Atau jika dia pintar berdagang, maka
diberikan kepadanya modal berdagang dan besaa-
rannya disesuaikan dengan adat yang berlaku di dae-
rahnya.
َ‫كفيه أُ ْعط َي َث َم َن أَ ْو َرأْس‬ ْ َ ُّ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ُ ‫ولو أ ْح َسن أكث ِمن ِحرف ٍة والك ي‬
ْ َ َ ْ َ ْ ََ ْ ََ ْ َْ
‫ َوإِن ل ْم تك ِف ِه‬،‫ ُ َوإِن كف ُاه َبع ُض َها فق ْط أع ِط َي ُل‬،‫ال الدن‬ ِ ‫َم‬
َ َُ َ َ َ َ ُ َ َُ َ َ َ َ َ ْ َْ ٌ َ َ
‫ار يُ ِت ُّم دخله بَ ِق َّية‬
ٍ ‫احد ٍة و ِزيد ل ِشاء عق‬ ِ ‫احدة ِمنها أع ِطي لِو‬ ِ ‫و‬
َ ْ َ َ َ َ
،‫ِكفاي ِت ِه ِفيما يظه ُر‬

Majelis Ulama Indonesia 101


Jika dia mempunyai multi kompetensi kerja, maka di-
berikan dana untuk membeli alat atau modal kerja.
Jika salah satu bagian itu melebihi dari kebutuhannya,
maka cukup diberikan kepadanya sebagian saja. Jika
satu bagian kurang mencukupi, maka perlu diberikan
tambahan yang bisa diberikan aset seperti properti
atau kebun yang pemasukannya dapat mencukupi ke-
butuhannya.
ْ َْ َ َ ْ َ َ ُ ُْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُْ َ ََْ
‫اء نق ٍد يَك ِفي ِه‬ ‫وليس المراد بِ ِإعطا ِء من ل ي ِسن ذلِك إعط‬
َ ْ ََ ُُ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ َّ ُ ْ َ ْ
)‫تي بِ ِه‬ ِ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫(ف‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬‫ف‬ِ ‫ك‬ ‫تِلك المدة ِلعذ ِرهِ بل ثمن ما ي‬
ُ ْ َ ُ َ ُ َ ُ ُ ْ َ َ َ َّ ْ َ ْ ُ ُّ ً ‫(ع َق‬
َ
‫ارا ي َ ْستَ ِغله) َو َيغتَ ِن بِ ِه عن الزك ِة فيم ِلكه ويورث عنه‬
Dan tidaklah dimaksudkan di sini –orang yang ti-
dak dapat bekerja– diberikan dana tunai seukuran
masa tersebut, akan tetapi dia diberi dana di mana ia
mampu membeli aset properti atau kebun yang pema-
sukannya dapat digunakan untuk mencukupi kebutu-
hannya, sehingga ia tidak lagi menjadi mustahiq za-
kat, serta bisa diwariskan.
4. Pendapat Imam al-Maraghi dalam kitab “Tafsir al-
Maraghi” Jilid IV halaman 145:
ُ ُ ُ ُ
‫الم ْو ِصل إىل َم ْرضاتِه‬ ‫هلل هو الطريق‬ ِ ‫وسبيل ا‬ ِ )‫(وىف سبيل اهلل‬
ْ ُ ُ ُ
ْ ‫راد به الغزاة والمراب‬ ُ ُ َُ
‫ور ِوي عن‬ ُ .‫طون للجهاد‬
ِ ِ ِ ‫ومث ْو َب ِته والم‬
ُ َ ُ َ َّ ‫عل‬ َ َ َُ َ
‫مجيع‬ ‫ويدخل ىف ذلك‬ ‫سبيل اهلل‬
ِ ‫احلج ىف‬ ‫اإلمامِ أمحد أنه ج‬
ْ ْ َ ْ ْ ْ ْ
‫فني املوت وبِنا ِء اجلُسو ِر واحلُصو ِن و ِعمار ِة‬ ِ ‫اخلري ِمن تك‬ ِ ِ‫ُوجوه‬
‫وحنو ذلك‬ ‫ساجد‬ َ
ِ ِ ‫الم‬
Sabilillah ialah jalan yang menuju kepada ridha Allah
dan meraih pahala-Nya. Yang dimaksud ‹sabilillah›
ialah orang-orang yang berperang dan yang terkait
dengan perang. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad
ra. memasukkan haji dalam arti sabilillah, juga sega-
la usaha ke arah kebaikan, seperti mengkafani mayat,
membangun jembatan dan benteng, memakmurkan
masjid dan lain sebagainya“.
5. Pendapat Imam al-Razi dalam kitab “al-Tafsir al-
Kabir” Jilid 16 halaman 87:
‫ص‬َ ْ ‫ب الْ َق‬ُ ‫ َوف َسبيل اهلل َل يُوج‬:‫اعلَ ْم أَ َّن َظاه َر اللَّ ْفظ ف قَ ْول‬
ْ َ
‫و‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ْ‫“ت ْفسريه“ َعن‬ َ ُ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ِّ ُ َ َ
ِِ ِ ‫ ف ِلهذا المعن نقل القفال ِف‬،‫ع ك الغزا ِة‬

102 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ُ ُ َ َ َ َ َّ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ ُ ْ َْ
ِ‫يع وجوه‬ ِ ‫ج‬ِ ‫ات إِل‬ ِ ‫بع ْ ِض الفقها ِء أنهم أجازوا صف ْالصدق‬
،‫اج ِد‬ َ َْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َْ ْ َ
‫ي ِم ْن تك ِف‬
ْ َ ‫ال‬
ِ ‫ون و ِعمار ِة المس‬ِ ‫ني الموت وبِنا ِء ْ الص‬ ِ ِ َ
ِّ ُ
.‫الل َّ َع ٌّم ِف الك‬ َ ‫ل َّن قَ ْو َ ُل َوف‬
ِ ‫يل‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ ‫س‬ ِ
Ketahuilah bahwa “fii sabilillah” secara zhahir tidak
terbatas pada bala tentara. Atas pemahaman ini
Imam al-Qaffal menukil pandangan sebagian fuqaha
dalam tafsirnya bahwa mereka membolehkan penya­
luran zakat ke seluruh jalan kebaikan mulai dari peng-
kafanan janazah, membangun benteng dan memak-
murkan masjid. Hal ini karena firman Allah “Wa fii
Sabilillah” bersifat umum.
6. Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’
(6/126-127) tentang bolehnya memabayar zakat
fithrah sebelum waktu wajib:
َ َ َ َ ْ َ ُ َْ ُ َُ َُ َ ْ َ َ َ
‫وز تع ِجيل َزك ِة ال ِف ْط ِر قبْل ُو َ ُجوبِ َها بِل ِخل ٍف‬ ‫قال أصحابنا ي‬
َّ
ُ ‫(والصح‬ ُ ُ َ َ
َ ‫اتلعجيل ثلثة أ ْوج ٍه‬ َ ْ َّ ‫ل ِ َما ذكره املصنف وىف قت‬
)‫يح‬ ِ ِ ِ
َ َ
‫يع َر َم َضان َول‬
َ ُ َُ ُ ُْ ْ ُ ِّ َ ُ ْ َ ََ َّ
ِ ‫ج‬ ِ ‫الي قطع بِ ِه المصنف َوالُمهور يوز ِف‬ ِ
َُ َ ُ َُ
.‫وز قبْله‬ ‫ي‬
Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa menyegerakan
untuk membayar zakat fithrah sebelum waktu wajib
adalah boleh, sebagaimana disebutkan oleh mushon-
nif bahwa ada tiga pendapat dan yang benar adalah
boleh menyegerakan bayar zakat fithrah mulai dari
awal Ramadan dan tidak boleh sebelum masuk Rama-
dan.
7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Intensifikasi
Pelaksanaan Zakat tanggal 26 Januari 1982
8. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Mentashar-
rufkan Dana Zakat untuk Kegiatan Produktif dan Ke-
maslahatan Umum Tanggal 2 Februari 1982;
9. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun 1996 tentang
Pemberian Zakata Beasiswa
10. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyaluran Harta Zakat Dalam Bentuk Aset
Kelolaan;
11. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 001/MUNAS-
IX/MUI/2015 tentang Pendayagunaan Harta Zakat,

Majelis Ulama Indonesia 103


Infak, Sedekah, Wakaf untuk Pembangunan Sarana
Air Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat;
12. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Nomor 04 tahun 2020 tentang Hukum Pemanfaatan
Zakat untuk Pengadaan Disinfektan, Hand Sanitizer,
Masker dan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Situasi
Wabah COVID-19;
13. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat Komisi Fat-
wa pada tanggal 15 dan 16 April 2020.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG PEMANFAATAN HARTA ZAKAT,


INFAK, DAN SHADAQAH UNTUK PENANGGU-
LANGAN WABAH COVID-19 DAN DAMPAKNYA
Pertama : Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Pemanfaatan adalah pendistribusian harta zakat,
infak, dan shadaqah kepada penerima, dan peng-
gunaan harta tersebut secara tepat oleh penerima.
2. Hawalan al-haul adalah masa satu tahun atas
kepemilikan harta tertentu sebagai syarat wajib
zakat.
3. Penanggulangan wabah COVID-19 dan dampak-
nya adalah segala ikhtiar yang ditujukan untuk
mencegah penyebaran COVID-19, merawat dan
menangani korban COVID-19, memperkecil angka
kematian, membatasi penularan dan penyebaran
penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain,
serta membantu kesulitan umat Islam yang ter-
dampak COVID-19.
4. Aset kelolaan adalah sarana dan/atau prasa-
rana yang diadakan dari harta zakat, infak, dan
shadaqah yang berada di dalam pengelolaan

104 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


pengelola/’amil yang manfaatnya diperuntukkan
bagi penerima.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Pemanfaatan harta zakat untuk penanggulangan
wabah COVID-19 dan dampaknya, hukumnya bo-
leh dengan dhawabith sebagai berikut:
a. Pendistribusian harta zakat kepada mustahiq
secara langsung dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) penerima termasuk salah satu golongan
(asnaf) zakat, yaitu muslim yang fakir,
miskin, amil, muallaf, yang terlilit huta-
ng, riqab, ibnu sabil, dan/atau fi sabilil-
lah;
2) Harta zakat yang didistribusikan boleh
dalam bentuk uang tunai, makanan po-
kok, keperluan pengobatan, modal kerja,
dan yang sesuai dengan kebutuhan mus-
tahiq;
3) Pemanfaatan harta zakat boleh bersifat
produktif antara lain untuk stimulasi ke-
giatan sosial ekonomi fakir miskin yang
terdampak wabah.
b. Pendistribusian untuk kepentingan kemasla-
hatan umum, dengan ketentuan sebagai beri-
kut:
1) penerima manfaat termasuk golongan
(asnaf) fi sabilillah
2) pemanfaatan dalam bentuk aset kelo-
laan atau layanan bagi kemaslahatan
umum, khususnya kemaslahatan mus-
tahiq, seperti untuk penyediaan alat
pelindung diri, disinfektan, dan pengo-
batan serta kebutuhan relawan yang ber-
tugas melakukan aktifitas kemanusiaan
dalam penanggulangan wabah.
2. Zakat mal boleh ditunaikan dan disalurkan lebih

Majelis Ulama Indonesia 105


cepat (ta‘jil al-zakah) tanpa harus menunggu satu
tahun penuh (Hawalan al-haul), apabila telah
mencapai nishab.
3. Zakat fitrah boleh ditunaikan dan disalurkan sejak
awal Ramadhan tanpa harus menunggu malam
idul fitri.
4. Kebutuhan penanggulangan wabah COVID-19
dan dampaknya yang tidak dapat dipenuhi me-
lalui harta zakat, dapat diperoleh melalui infaq,
shadaqah, dan sumbangan halal lainnya.
Ketiga : Rekomendasi
1. Pemerintah wajib mengoptimalkan daya dukung
sumber daya untuk penanggulangan wabah CO-
VID-19 dan dampaknya dengan melakukan lang-
kah cepat guna menjamin keselamatan dan ke-
maslahatan masyarakat.
2. Umat Islam diharapkan menyalurkan zakatnya
melalui badan/lembaga amil zakat yang terper-
caya agar manfaatnya nyata.
3. Badan/Lembaga Amil Zakat agar menjadikan
fatwa ini sebagai pedoman dalam pengelolaan
zakat dengan memprioritaskan tasharruf khu-
susnya untuk kemaslahatan mustahiq yang ter-
dampak COVID-19.
4. Umat Islam yang memenuhi syarat wajib zakat
dianjurkan untuk segera menunaikan kewajiban
zakatnya agar para mustahiq yang terdampak
COVID-19 dapat memperoleh haknya.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetap-
kan, dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang me-
merlukan dapat mengetahuinya, semua pihak
dihimbau untuk menyebarluaskan fatwa ini.

106 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Sya’ban 1441 H
16 April 2020 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Wakil Ketua Umum Sekretaris Jenderal

KH. Muhyiddin Junaedi, MA Dr. H. Anwar Abbas, M.M, M. Ag

Majelis Ulama Indonesia 107


KEPUTUSAN
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA VII
Tentang
MASALAH FIKIH KONTEMPORER
(MASAIL FIQHIYYAH MU’ASHIRAH)

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Sultan
Jakarta pada tanggal 4-11 Rabi’ul Akhir 1443 H/9-11 November 2021 M setelah:
Menimbang : a. bahwa seiring dengan dinamika sosial politik
dan kemasyarakatan, banyak masalah kontem-
porer yang terkait dengan masalah strategis
kebangsaan, baik yang terkait dengan masalah
kenegaraan, kebangsaan, maupun keumatan
yang muncul dan dihadapi bangsa Indonesia;
b. bahwa terhadap masalah tersebut banyak yang
beririsan dengan masalah keagamaan dan mem-
butuhkan jawaban hukum Islam dari para ula-
ma, zuama dan cendekiawan muslim;
c. bahwa terhadap masalah tersebut diperlukan
jawaban hukum berupa keputusan Ijtima’ Ula-
ma Komisi Fatwa untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Dalil-dalil yang menjadi landasan dalam pene-
tapan hukum yang terkait dengan masalah seb-
agaimana terlampir dalam keputusan, baik dari
Al-Qur’an, Hadits, ijma’, qiyas, dan dalil-dalil lain
yang mu’tabar;
2. Berbagai pertimbangan akademik dan pertim-
bangan maslahah-mafsadah yang disampaikan
sebagaimana terlampir dalam keputusan.
Memperhatikan : 1. Pidato Wakil Presiden RI dalam acara Pembu-
kaan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
VII;
2. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI dalam acara
Pembukaan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indo-
nesia VII;
3. Pidato Menteri Agama RI dalam acara Penutu-
pan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
VII;
Majelis Ulama Indonesia 109
4. Paparan Narasumber dalam sidang Pleno Ijtima’
Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VII;
5. Penjelasan Ketua Tim Materi Ijtima’ Ulama
Komisi Fatwa se-Indonesia VII;
6. Laporan Hasil Sidang Komisi B-2 tentang Ma-
salah Fikih Kontemporer (Masail Fiqhiyyah
Mu’ashirah) yang dibacakan dalam Sidang Pleno
Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VII;
7. Pendapat dan masukan yang berkembang dalam
Sidang Pleno Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-In-
donesia VII.
dengan bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala:
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
1. Hasil Sidang Komisi B-2 tentang Masalah Fikih Kontemporer (Masail
Fiqhiyyah Mu’ashirah) yang meliputi;
I. Hukum Penyaluran Dana Zakat Dalam Bentuk al-Qardh al-Hasan
II. Hukum Zakat Perusahaan
III. Hukum Zakat Saham
2. Menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan hasil Ijtima’ Ulama
Komisi Fatwa se-Indonesia VII ini kepada masyarakat untuk dijadikan
pedoman.
3. Keputusan ini berlaku pada saat ditetapkan, dan jika di kemudian hari
membutuhkan penyempurnaan, maka akan dilakukan penyempur-
naan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Hotel Sultan Jakarta
Pada Tanggal : 06 Rabi’ul Akhir 1443 H
11 November 2021 M

PIMPINAN SIDANG PLENO


IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA VII

Ketua, Sekretaris,

Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, M.A. Dr. H. Amirsyah Tambunan, M.A

110 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


17
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-7
TAHUN 2021 TENTANG ZAKAT PERUSAHAAN

A. Diskripsi Masalah
Dalam masalah zakat perusahaan setidaknya isu penting, yaitu apakah
perusahaan dapat dikategorikan sebagai subjek zakat atau tidak. Di lihat
dari tinjauan fikih, ulama berbeda pendapat, perbedaan tersebut muncul
karena tidak adanya dalil yang mansus. Pendapat pertama mengatakan
bahwa perusahaan tidak diwajibkan membayar zakat, karena perusahaan
bukanlah mukallaf yang terbebani dengan berbagai kewajiban, termasuk
kewajiban zakat. Zakat hanya wajib ditunaikan oleh mukallaf yang telah
mempunyai kemampuan. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa
perusahaan wajib mengeluarkan zakat, karena harta perusahaan adalah
termasuk kekayaan yang harus dikeluarkan zakat, sebagaimana keumu-
man ayat “Ambillah sedekah dari kekayaan mereka’. Dan selama ini posisi
MUI selaras dengan pendapat kedua, sebagaimana diputuskan pada Ijtima’
Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia Ketiga Tahun 2009 yang menyatakan
bahwa perusahaan yang telah memenuhi syarat wajib zakat, wajib menge-
luarkan zakat, baik sebagai syakhshiyyah i’tibariyyah ataupun sebagai
pengganti (wakil) dari pemegang saham.
Adapun jika dilihat dari perspektif perundangan, setidaknya ada tiga per-
aturan yang menyebutkan bahwa perusahaan merupakan muzakki atau
subjek zakat, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Dari
tinjauan perundangan inilah muncul hitung-hitungan potensi zakat yang
sangat besar yang diperolah dari asset perusahaan.
Oleh karena itulah, Majelis Ulama Indonesia memandang perlu untuk
menetapkan fatwa zakat perusahaan pada Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa VII
tahun 2021.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah zakat perusahaan termasuk harta yang dikenai hukum zakat?
2. Kapan harta perusahaan wajib dikeluarkan zakat?
3. Apa ketentuan nishab zakat perusahaan?
4. Bagaimana penghitungan harta zakat?
C. Ketentuan Hukum
1. Kekayaan perusahaan yang memenuhi ketentuan zakat, wajib dikelu-
arkan zakat.
2. Kekayaan perusahaan yang dimaksud pada angka 1 antara lain;
a. aset lancar perusahaan;
b. dana perusahaan yang diinvestasikan pada perusahaan lain; dan
c. kekayaan fisik yang dikelola dalam usaha sewa atau usaha lain-
nya.
3. Harta perusahaan dikeluarkan zakatnya dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. telah berlangsung satu tahun (hawalan al-haul) hijriah/qamari-
yah;
b. terpenuhi nishab;
c. kadar zakat tertentu sesuai sektor usahanya.
4. Ketentuan nishab dan kadar zakat perusahaan merujuk pada be-
berapa jenis zakat harta (zakah al-mal); emas dan perak (naqdain),
perdagangan (‘urudh al-tijarah), pertanian (al-zuru’ wa al-tsimar), pe-
ternakan (al-masyiyah), dan pertambangan (ma’dan).
5. Penghitungan zakat perusahaan adalah berdasarkan keuntungan ber-
sih setelah dikurangi biaya operasional, sebelum pembayaran pajak
dan pengurangan pembagian keuntungan (‫توزيع األرباح‬/dividen) untuk
penambahan investasi ke depan, dan berbagai keperluan lainnya.

D. Dalil Penetapan
1. Ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:
a. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan, bahwa hanya
orang yang beriman dan beramal shalih yang tidak mendzalimi
orang lain dalam berserikat:

112 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ُ ٰ ْ َّ َّ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ِّ ً ْ َ َّ َ
‫الي َن ا َمنُ ْوا َو َع ِملوا‬
ِ ‫غ بعضهم ع بع ٍض ِإل‬ ِ ‫… و ِان ك ِثيا م ٌن اللطآ ِء لب‬..
ُ َ
)42 :‫ (سورة ص‬..…ۗ‫ات َوق ِليْل َّما ه ْم‬
ِ َ ‫ال‬
ّٰ
ِ ‫الص‬
“….. Sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat,
benar-benar sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan me­
reka ini sangat sedikit. …..” (Shad: 24)
b. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala mengenai perintah zakat atas
hasil usaha termasuk hasil bumi:
َْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫ات َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّم َا أخ َرجنَا لك ْم ِم َن ال ْر ِ َض‬ َ ِّ َ ْ
ِ ‫الين ْآمنوا أن ِفقوا ِمن طيب‬
ِ ‫يآ أيها‬
َّ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َّ ْ ُ ْ ََ َ ُ ُْ ُْ َ َ ُ َّ َ َ َ
‫آخ ِذي ِه إِل أن تغ ِمضوا ِفي ِه واعلموا أن‬ ِ ِ‫َول تيمموا ال ِبيث ِمنه تن ِفقون ولستم ب‬
ٌ َ ٌّ َ َ
)762 :‫حيد (ابلقرة‬ ِ ‫الل َّ غ ِن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluar-
kan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk
kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bah-
wa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Al-Baqarah: 267)
c. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala mengenai perintah zakat harta:
ٌ َّ ُ َ َ ْ َ ٌ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫آمنُوا أن ِفقوا ِمما رزقناكم ِمن قب ِل أن يأ ِت يوم ل بيع ِفي ِه ول خلة‬
ٌ َ ‫الين‬
ِ ‫ياأيها‬
َ ُ َّ ُ ُ َ ُ َ ْ َ ٌ َ َ َ َ َ
)452 :‫ول شفاعة والكفِرون هم الظالِمون – (ابلقرة‬
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki
yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Ki-
amat) yang tidak ada jual beli pada hari itu, tidak ada persahabatan
yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir, mereka
adalah orang-orang dzalim”. (Al-Baqarah: 254)
d. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala mengenai
َ َ َ َ َّ َ ِّ ِّ َ ُ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ
‫يه ْم بِ َها َو َصل َعليْ ِه ْم إِن َصلتك َسك ٌن‬
ِ ‫َخذ ِمن أموال ِ ِهم صدقة تطهرهم وتز‬
‫ك‬
)301 :‫يم (اتلوبة‬ ٌ ‫يع َعل‬ ُ ‫ل ُه ْم َو‬
ٌ ‫الل َّ َسم‬
ِ ِ
“Ambillah zakat dari harta mereka, zakat yang dapat menyucikan
dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesung-
guhnya do’amu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Men-
dengar lagi Maha Mengetahu”.
e. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala mengenai harta yang wajib dike-
luarkan zakatnya untuk orang-orang miskin.
ْ ْ
)52-42 :‫لسائِ ِل َوال َمح ُرومِ (املعارج‬ ٌ ُ‫ين ف أَ ْم َواله ْم َح ٌّق َم ْعل‬
َّ ‫وم * ل‬ َ ِ َّ ‫َو‬
ِ ِِ ِ ‫ال‬
Majelis Ulama Indonesia 113
“Dan orang-orang yang di dalam hartanya ada hak yang ditentukan
* bagi peminta-minta (orang miskin) dan orang yang menahan diri
dari meminta-minta”.
2. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, antara lain:
a. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan kewajiban za-
kat haarta orang-orang kaya untuk orang-orang fakir:
ً َ َّ َ ُ َّ َ َّ َّ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ ‫َعن ابْن َع‬
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم َب َع َث ُم َعاذا‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ب‬ ‫انل‬ ‫ن‬ ‫أ‬ :‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬ ‫اس‬ٍ ‫ب‬
ُ ُ َ ِّ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َِ ْ ُ ُ ْ َ ََ ََ َ َُْ ُ ِ َ ِ َ
‫ وأن رسول‬،‫ “ادع َهم ِإل شهاد ِة أن آل ِإل ِإل اهلل‬:‫ال‬ ‫ فق‬،‫ر ِض اهلل عنه إل ايلمن‬
َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ِ َ ُ ِ َ َ ْ ُ ْ َ
‫ات‬ ٍ ‫ فأع ِلمهم أن اهلل ق ِد افتض عليهم خس صلو‬،‫ فإن هم أطاعوا ِللِك‬،‫هلل‬ ِ ‫ا‬
ً َ َ َ ْ ْ َ َ َ ِ َ َ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ِ ِّ ُ
‫ فأع ِلمهم أن اهلل افتض علي ِهم صدقة‬،‫ ف ِإن َهم أطاعوا ِللِك‬،‫ِف َك يومٍ ولل ٍة‬
َ ُ َ َ ُّ ُ ْ ُ َ ُْ ْ
)‫(رواه ابلخاري‬-“‫ِف أم َوال ِ ِه ْم تؤخذ ِم ْن أغ ِنيَائِ ِه ْم َوت َرد ع فق َرائِ ِه ْم‬
Dari Ibnu ‹Abbas ra: Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengutus Mu’adz ra. ke Yaman, lalu beliau bersabda: “Ajaklah
mereka untuk bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Jika mereka men-
taatinya, maka beritahulah mereka sesungguhnya Allah telah me-
wajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari dan semalam. Jika
mereka mentaatinya, beritahulah mereka sesungguhnya Allah telah
mewajibkan zakat atas harta mereka yang diambil dari orang-orang
kaya diantara mereka, dan diberikan kepada orang-orang fakir dian-
tara mereka”. (Hadis Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

b. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, bahwa tidak


boleh yatakan kewajiban zakat harta orang-orang menggabungkan
atau memisahkan harta untuk menghindari zakat:
َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َ
‫ أن أبا بك ٍر ر ِض اهلل عنه كتب ل ال ِت فرض‬:‫عن أن ٍس ر ِض اهلل عنه قال‬
ْ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ُ َ َ ِّ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ َُ
‫ي متَ ِم ٍع‬ ‫ وال يفرق ب‬،‫ “وال يمع بي متفر ٍق‬:‫هلل صل اهلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫رسول ا‬
َ َّ َ َ ْ َ
‫رواه ابلخاري‬--“‫الص َدق ِة‬ ‫خشية‬
Dari Anas ra, berkata: Sesungguhnya Abu Bakar ra. menulis surat
kepadanya mengenai apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidaklah digabungkan diantara har-
ta yang terpisah, dan tidak dipisah diantara harta yang tergabung
karena khawatir zakat”. (Hadis Riwayat Al-Bukhari)
c. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, bahwa tidak
ada kewajiban zakat sehingga berlangsung selama setahun:
َ َ َ ُ ُ َ َّ َ ُ َّ َ َ َُ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ
‫ “ل َزكة ِف‬:‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم يقول‬ ‫الل َّ صل‬
ِ ‫ س ِمعت رسول‬:‫ قالت‬،‫عن عئِشة‬

114 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ُ ْ َ َ َ
‫رواه ابن ماجه‬-“‫ال َح َّت يُول َعليْ ِه ال َ ْول‬
ٍ ‫م‬
َ
Dari ‘Aisyah ra, berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada zakat di dalam harta sehing-
ga berputar satu tahun”. (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

d. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa memenuhi hutang


kepada Allah subhanahu wa ta’ala wajib didahulukan:
َّ َ ُ َّ َ َ ُ َ ْ َ َ ً َ َ ْ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ‫هلل صل‬
ِ َ َ ‫ أن امرأة أتت رس‬،‫اس ر ِض اهلل عنهما‬
‫ا‬ ‫ول‬ ٍُ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ِّ َّ ْ َ َ َ
‫ت ل ْو كن َعليْ َها دي ٌن‬ ِ ‫ “أرأي‬:‫ فق َال‬،‫ ِإن أم ماتت َوعليها صوم شه ٍر‬:‫َفقالت‬
َْ ََْ َ َ ْ ََ ْ َ َ َُ َْ ُْ
‫رواه مسلم‬-“ِ‫هلل أ َح ُّق بِالق َضاء‬
ِ ‫ “فدي ُن ا‬:‫ قال‬،‫ نعم‬:‫ت تق ِضينه؟“ قالت‬ ِ ‫أكن‬
Dari Ibnu Abbas ra: Sesungguhnya seorang wanita datang kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: Sesungguhnya
ibuku telah meninggal sedangkan ia berhutang puasa sebulan. Lalu
beliau bersabda: “Apakah engkau mengetahui, seandainya ibumu
menanggung hutang, apakah engkau memenuhinya?”. Wanita itu
menjawab: “Ya”. Beliau bersabda: “Memenuhi hutang kepada Allah
adalah wajib diutamakan”. (Hadis Riwayat Muslim)

3. Kaidah Fiqh:
َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ِّ ُ ْ ََ ََ َ
.‫ت ال َم َصا ِل ُح قد َم األع ع األدن‬
ِ ‫ِإذا تزاح‬
Apabila berberapa kemaslahaan berbenturan waktu, maka yang leb-
ih utama didahulukan daripada yang lebih rendah.

4. Pendapat Ulama, antara lain:


a. Abul Qasim al-Qazwaini di dalam Al-Azis Syarh al-Wajiz/Al-Syarh
al-Kabir (Juz 3, Halaman 41) menjelaskan kewajiban zakat bergan-
tung terpenuhinya nishab:
َّ َ ْ ُّ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ِّ‫الز َكة بتَلَف انل‬ ُ ُ ّ َّ َ َ
‫اتل َمك ِن يَش ُع ُر بِأن‬ ‫اب بعد احلو ِل وقبل‬ ِ ‫ص‬ ِ ِ ِ
َّ ‫وط‬ِ ‫ سق‬:‫ع‬ ِ‫قال الراف‬
َّ ِّ َ َْ ْ ُ ُْ َ َ ِّ ٌ َ ِّ َ ِ َ ُ َ َ َّ
.‫اب غي مست ِسل ٍة ِف اذلم ِة‬ ِ ‫الزكة متعلقة بِانلص‬
Ar-Rafi’i berkata: “Gugurnya zakat dikarenakan rusaknya nishab
setelah berlangsung setahun tetapi belum memungkinkan dibayar-
kan dapat difahami bahwa kewajiban zakat adalah bergantung
pada nishab yang tidak dapat lepas dari tanggung jawab”.
b. ‘Abdul Malik bin Yusuf bin Muhammad al-Juwaini, Abul Ma’ali di
dalam Nihayah al-Mathlab Fi Dirayah al-Madzhab (Juz 3, Halaman

Majelis Ulama Indonesia 115


169) menjelaskan kewajiban zakat tidak memungkinkan atas selain
pemilik:
ْ َ ْ ََ ً َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ
.‫ َوإِن كن قا ِدرا ع اج ِتل ِب ا ِلل ِك‬،‫الزك ِة ع َم ْن ل ي ْم ِلك‬ ‫ويست ِحيل ِإياب‬
Mustahil kewajiban zakat atas orang yang bukan pemilik, meskipun
ia mampu menguasai kepemilikan.
c. Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawi di dalam Al-Majmu’ Syarh
al-Muhadz-dzab (Juz 5, Halaman 450) menjelaskan penggabungan
selain hewan ternak dalam zakat:
َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ِّ َ ْ َّ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ ِّ َ ْ َّ َ‫الُلْ َطت‬ ْ ُ َُْ
‫ت خل َطة‬ ‫ار وكذا خلطة انلق ِد واتلجار ِة إن كن‬ ِ ‫م‬ ‫اثل‬ ‫و‬ ‫ع‬ ِ ‫ر‬‫الز‬ َ ‫ف‬ ِ ‫ان‬
ِ ‫تثبت‬
َْ َ ُ ِّ َ ُ َ َْ ْ ْ َ
ً ‫َش َكة َوإل فل َوال َص ُّح ثبُوته َما ج‬
َ ُ ُ ُ َ َّ
‫يث “ل يفرق بي‬ ِ ‫ال ِد‬ ِ‫يع ِل ُع ُموم‬
ِ ‫يعا ِف َال َ ِم‬ ِ ٍ ِ
ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ٌ َ ََُ َِ َ ُْ
.‫اب زك ِة ِالبِ ِل‬ ِ ‫آخ ِرهِ” وهو ص ِحيح كما سبق ِف أو ِل ب‬ ِ ‫مت ِم ٍع إل‬

116 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


18
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-7
TAHUN 2021 TENTANG ZAKAT SAHAM

A. Deskripsi Masalah
Di era modern ini, kepemilikan harta tidak lagi berbentuk fisik semata.
Ada sebagian harta yang dalam wujud virtual hingga lembaran pernyataan
yang berisi informasi kepemilikan tertentu. Salah satu contohnya adalah
saham yang diperjualbelikan di bursa efek. Saham adalah dokumen bukti
kepemilikan atas barang atau aset perusahaan. Saham merupakan tanda
keikutsertaan seseorang dalam permodalan suatu perusahaan atau unit
bisnis. Dengan demikian saham yang nilainya telah mencapai nishab, wa-
jib dikeluarkan zakat.
Perusahaan dan saham menjadi sektor dalam perekonomian modern yang
memiliki potensi zakat yang sangat besar. Namun, praktik pemungutan
zakat dari perusahaan dan saham masih menjadi perdebatan di antara
para cendekiawan muslim yang disebabkan dengan semakin komplek-
snya bentuk perusahaaan terutama terkait komposisi kepemilikan yang
semakin beragam.

B. Rumusan Permasalahan
1. Apakah saham termasuk harta benda yang wajib dizakati?
2. Jika ya, apa apa kriteria dan ketentuan zakat saham?
3. Siapa Yang mengeluarkan zakat saham?
4. Apa ketentuan nishab dan kadar zakat saham?

C. Ketentuan Hukum
1. Saham termasuk harta benda yang wajib dizakati dengan ketentuan;
a) Pemilik saham orang Islam;
b) Dimiliki dengan kepemilikian yang sempurna;
c) Telah mencapai nishab;
d) Telah mencapai masa hawalan al-haul (setahun);
e) Persyaratan mencapai haul tidak diberlakukan untuk pemegang
saham perusahaan: bidang pertanian, peternakan, dan harta ka-
run (rikaz).
2. Kriteria Saham Syariah Di Indonesia
a) Jenis Saham Biasa (al-ashum al-’adiyah/Common Shares) dan
bukan dalam jenis Saham Preferen (al-ashum al-mumtazah/Pre-
ferred Shares);
b) Kegiatan usaha Perusahaan tidak bertentangan dengan prinsip
Syariah;
c) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset
tidak lebih dari 45% (empat puluh lima persen);
d) Total pendapatan tidak halal dibandingkan dengan total pen­
dapatan usaha dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%
(sepuluh persen); dan
e) Pemegang Saham yang menerapkan prinsip Syariah harus me-
miliki mekanisme pembersihan kekayaan (cleansing) dari unsur-
unsur yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah.
3. Pihak yang Mengeluarkan Zakat Saham dan Batasan Haul
a) Pemegang saham adalah pihak yang wajib mengeluarkan zakat
saham yang dimilikinya;
b) Pemegang saham boleh mewakilkan kepada perusahaan untuk
mengeluarkan zakat saham atas namanya;
c) Perusahaan yang telah mengeluarkan zakat, kewajiban zakat atas
para pemegang saham telah gugur;
d) Penentuan haul zakat saham mengacu kepada perhitungan ka­
lender hijriyah.
4. Cara Mengeluarkan Zakat Saham
Zakat saham dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika saham yang dimiliki itu dimaksudkan untuk diperjualbe-
likan (trading/mutajarah), ketentuan zakatnya mengikuti aturan
zakat perdagangan, baik nishab maupun kadarnya yang penghi-
tungannya sesuai nilai pasar saham saat haul;

118 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


b) Jika saham yang dimiliki dimaksudkan untuk investasi jangka
panjang, cara mengeluarkannya sebagai berikut:
1) Saham perusahaan industri, jasa dan ekstraktif, zakatnya
mengikuti zakat al-mustaghallat, dengan ketentuan:
- Nishab dan kadarnya mengikuti ketentuan zakat emas;
- Penghitungannya dari keuntungan bersih saham.
2) Jika sahamnya adalah saham perusahaan pertanian, keten-
tuannya mengacu kepada zakat pertanian;
3) Jika sahamnya adalah saham perusahaan perdagangan, za-
katnya mengikuti ketentuan zakat perdagangan (urudh al-
tijarah).

D. Dasar Penetapan
1. Firman Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain:
a. QS. Al-Baqarah [2]: 43:
َ َ َّ ُ َ َ َّ َ
…‫الزكة‬ ‫قي ُموا الصالة وآتوا‬
ِ ‫أ‬
“dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat…”
b. QS. Al-Taubah [9]: 103:
َ ْ ِّ َ ُ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ
...‫يهم بِها‬
ِ ‫خذ ِمن أموال ِ ِهم صدقة تطهرهم وتزك‬
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan me-
nyucikan mereka…”
c. QS. Al-Ma’arij [70]: 24:
ٌ ُ‫ين ف أَ ْم َواله ْم َح ٌّق َم ْعل‬
‫وم‬ َ ‫ال‬َّ َ
‫و‬
ِِ ِ ِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian ter-
tentu.”
d. QS. Al-Taubah [9]: 36:
‫ات‬ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ِ ‫ش َش ْه ًرا ف ِكتَاب ا‬
َ َ ‫هلل ِا ْثنَا َع‬ َْ ُ ُّ َ َّ َّ
ِ ‫هلل يوم خلق السماو‬ ِ ِ ِ ‫ور ِعند ا‬
ِ ‫إِن ْ َ ِعدة الشه‬
َ
… ‫َوال ْر‬
‫ض‬
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas
bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah pada waktu Dia mencip-
takan langit dan bumi…”

Majelis Ulama Indonesia 119


2. Hadis-hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallama, antara lain:
a. Hadis al-Bukhari dan Muslim:
َّ َ ُ َّ َ ُ َُ َ َ َ َ َ َُْ ُ َ َ ََ ُ ْ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ‫هلل صل‬ ِ َ ‫ض اهلل عنهم َا قال قال رسول ا‬ ِ ‫عن ابن عمر ر‬
َ َ ُ ُ َ ً َّ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ِْ ْ َ ُ
ِ‫هلل وإِقام‬
ِ ‫السلم ع خ ٍس ْشهاد ِة أن ل ِإل ِإل اهلل وأن ممدا رسول ا‬ ِ ‫ب ِن‬
َ َ َ َ ْ َ َ ِّ َ َ َ َّ َ َ َ َّ
‫الصل ِة وإِيتا ِء الزك ِة والج وصومِ رمضان‬
“Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar ra ia berkata, Rasulullah Shallal-
lahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ‘Islam dibangun di atas lima
perkara; persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Mu-
hammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, haji ke (Baitullah) dan puasa Ramadhan.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim)
b. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallama Riwayat Ibnu Majah:
َ َ َ ُ َ َّ َ ُ َّ َ َ َُ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ
‫ ل َزكة ِف‬:‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم يقول‬ ‫هلل صل‬
ِ ‫ت رسول ا‬ ‫عن عئِشة قالت س ِمع‬
ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ َ
‫ال حت يول علي ِه الول‬ ٍ ‫م‬
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah Ra ia berkata, saya mendengar Ra-
sulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ‘Tidak ada ke-
wajiban zakat dalam suatu harta sehingga telah tiba masa haul-
nya.”
c. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallama riwayat al-Bukhari-
Muslim:
َّ َ َُ ُ ْ َ َ َ َُْ ُ َ َ ْ ْ ََ ُ
َّ َ ‫ال‬ ْ َ َ ْ َ
‫هلل َصل‬
ِ ‫ا‬ ‫ول‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ع‬‫م‬ِ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬ ‫اب‬ ‫ط‬
ِ َْ ‫ن‬
ِ ُ ُ َ َّ ٍ ‫ب ح‬
‫ب‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ص‬ ‫ف‬ ِ ‫عن أ‬
ُ ْ َّ ْ َ
… ِ ‫اهلل َعلي ِه َو َسل َم يقول ِإن َما الع َمال بِانلِّ َّي‬
‫ات‬ ُ
“Diriwayatkan dari Abi Hafsh ‘Umar bin al-Khaththab Ra ia ber-
kata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ‘Sempurnanya amal tergantung niatnya…’”

3. Kaidah Fikih, antara lain:


َ َ َ ُ ُ ُ َْ
‫اص ِدها‬
ِ ‫المور بِمق‬
“Segala sesuatu tergantung tujuannya”
َ ‫اتليْس‬
‫ري‬ َّ ‫ب‬ُ ‫اَل ْ َم َش َّق ُة َتْل‬
ِ ِ
“Kesulitan akan menarik kemudahan”

120 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


4. Pendapat Ulama, antara lain:
a. Pendapat Muhammad al-Khathib al-Syarbini dalam Mughni al-
Muhtaj:
َ‫َ ُ َ ْ ُ ُ َ ْصن‬ ُ ْ َ ‫اس ٌم ل َق ْدر َمْ ُصوص م ْن َم‬
ْ ‫ش ًع‬ ْ َ ‫َو‬
‫اف‬
ٍ ‫يب صفه ِل‬ ِ ‫وص‬
ٍ ‫ال مص‬ ٍ ِ ٍ ٍ ِ
َ ‫َمْ ُص‬
َ َ ‫وص ٍة ب‬
‫شائِ َط‬ ِ
“Zakat menurut syara` adalah nama bagi kadar tertentu dari se-
jumlah harta tertentu yang wajib diberikan kepada golongan ter-
tentu dengan syarat-syarat tertentu.” (Muhammad al-Khathib
al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, [Bairut: Dar al-Fikr, tt), juz, I, h.
368)
b. Pendapat Ibnu Hajib sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad
ash-Shawi dalam Bulgha as-Salik Li Aqrab al-Masalik:
َ
ْ‫لنَّ ُه يَلْ َز ُم من‬ ٌ ْ َ َ َ َّ ‫ب ل ُو ُجوب‬ ٌ َ َ َ ِّ َّ ‫ختُل َف ف الْملْك‬ ْ ُ
ِ ِ ‫الزك ِة ل شط ؛‬ ِ ِ ‫ ِقيل سب‬، ‫اتلام‬ ِ ِ ِ ِ ‫ا‬
َ َ َ َ َّ
‫ َوقال ْاب ُن‬، ‫انلظ ِر ِلاتِ ِه‬ ‫بب‬ َ‫السب‬
َّ ‫ود‬ ُ ُ ُ
‫ج‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫و‬‫ج‬ ُ ‫ َوم ْن ُو‬، ‫َع َدمه َع َد ُم ال ْ ُو ُجوب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ْ
ُ ُْ ُ َ َ َ َ ْ ُ َْ َ ُ َّ َ َ ُ َ َّ َ ً َ َ ٌ ْ َ ُ َّ َ
‫وب‬ِ ‫ إنه شط نظرا إل الظا ِه ِر وهو أنه يلزم ِمن عد ِم ِه عدم الوج‬:‫ب‬ ِ ْ ‫اج‬
ِ ‫ال‬
ُ ْ ُ َ َ
ِ‫َول يل َزم ِمن ُوجو ِده‬
“Dalam hal al-milk al-tamm telah diperselisihkan para ulama.
Dalam satu pendapat dikatakan bahwa al-milk al-tamm adalah
sebab wajibnya zakat bukan syarat. Alasannya ketiadaan al-
milk al-tamm mengharuskan ketiadaan kewajiban zakat dan
keberadaanya mengharuskan adanya akibat (kewajiban zakat)
dengan melihat kepada dzatnya. Sementara menurut Ibn al-Ha-
jib al-milk al-tamm adalah syarat karena melihat dari zhahirnya,
yaitu bahwa ketiadaannya mengharuskan ketiadaan kewajiban
zakat dan keberadaanya tidak mengharuskan kewajiban zakat.”
(Ahmad al-Shawi, Bulghah al-Salik Li Aqrab al-Masalik, [Bairut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1415 H/1995 M], juz, I, h. 378).
c. Pendapat Manshur al-Bahuti dalam Kasysyaf al-Qina’ ‘An Matn
al-Iqna’:
َّ َ ُْ ْ
ُ َ َ‫ ق‬، ‫ال ُ ْملَ ِة‬ ْ ْ ُ َ َ َ َّ ُ ُ ‫الراب ُع ِم ْن‬ َّ
‫وع ِلن‬ ِ ‫ال ِف الف ُر‬ ‫ام ال ِمل ِك) ِف‬ ‫وط الزك ِة (تم‬ ِ ‫ش‬ ِ
ُ ْ ْ ْ َ َ َ َ ِ ‫انلاقِ َص لَيْ َس نِ ْع َم ًة َك ِملَ ًة َو‬
ُ ‫ه َّإن َما ت‬ َ ْْ
‫ إذ ال ِملك‬، ‫ب ِف ُمقابَل ِت َها‬ َّ ‫ك‬ ‫ال ِمل‬
َ َ ََ ُ َّ َ َ َ ِ ُ ُ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ٌ َ َ ُّ َّ
‫ب‬ ِ ‫ يتصف ِفي ِه ع حس‬، ‫اتلام ِعبارة عما كن َ ِب ٌي ِ َدهِ لم يتعلق بِ ِه غيه‬
‫اصلة ُل‬ َ ُ ُ َ َ َ َ‫اختي‬ ْ
ِ ‫ار ِه وفوائِده ح‬ ِ ِ
“Syarat zakat yang keempat adalah (kepemilikan yang sempura)
secara umum-sebagaimana dikatakan Ibnu Muflih di dalam
kitab al-Furu’-karena kepemilikan yang kurang bukanlah kenik-
matan yang sempurna, sementara zakat hanya wajib pada band-

Majelis Ulama Indonesia 121


ingannya. Sebab, kepemilikan yang sempurna adalah ungka-
pan tentang sesuatu yang ada pada kekuasaan seseorang yang
mengesampingkan pihak lain, ia dapat mentasharrufkan sesuai
dengan kehendak pilihannya, dan manfaat sesuatu itu kembali
untuk dirinya.” (Manshur al-Bahuti, Kasysyaf al-Qina` ‘An Matn
al-Iqna` [Bairut: Dar al-Fikr, 1402 H], juz, II, h. 170).
d. Pendapat ‘Alauddin al-Kasani dalam Bada`i ash-Shana’i Fi Tar-
tib al-Syara’i:
َ ْ ‫اء َل َيْ ُص ُل َّإل من ال‬ َ ً َ َْ ُ ْ َ َْ
‫ال‬ ‫م‬ َّ ‫الز َك ِة وهو‬
ُ ‫انل َم‬ َّ ‫ل َّن َم ْع َن‬
ِ ‫ال نا ِميا‬ َ
ِ َ َ ِ ‫و ِمنها ك َون الم‬
َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َّ َ َّ َ ََ ْ َ َ ْ َ َّ
‫ب َوإِن َما نع ِن بِ ِه ك ْون‬ ٍَ ‫ْانل ِام ولسنا نع ِن بِ ِه ح ِقيقة انلما ِء ِ ْلن ذلك َغي ْمعت‬
َّ ‫ب ل ُ ُصول‬
‫ادل ِّر‬ ٌ َ َ َ َ ‫امة ل َّن‬ َ َ ‫ارة أو ب‬ َ َ ِّ َْ ْ ًّ َ ُ َ
ِ ِ ‫السامة سب‬ ِ ِ ِ ‫الس‬ ِ ِ ِ ‫ال معدا ِل ِلس ِتنما ِء بِاتلج‬ ِ ‫الم‬
ْ
‫الرب ِح‬ ُ
ِّ ‫ارة َسبَب ِلُصول‬ ٌ ُ َ ِّ ‫الس َمن َو‬
َ ‫اتلج‬ ِّ ‫َوالنَّسل َو‬
ْ
ِ ِ ِ
“Di antara syarat harta yang wajib dizakati adalah harta itu
berkembang karena makna zakat sendiri, yaitu berkembang,
hanya dapat terjadi dari harta yang berkembang. Dalam kon-
teks ini yang kami maksudkan dengan “berkembang” bukanlah
dalam pengertian riil (haqiqah an-nama`) sebab bukan hal itu
yg dilihat. Tetapi yang kami maksudkan adalah harta tersebut
dipersiapkan untuk dikembangkan (diinvestasikan, pent) den-
gan diperdagangkan atau dengan dilepaskan di padang rum-
put, karena pengembalaan (hewan seperti sapi dan kambing di
padang rumput, pent) itu menjadi sebab peningkatan susu, ke-
turunan dan penggemukan. Sementara perdagangan menjadi
sebab memperoleh keuntungan.” (‘Alauddin al-Kasani, Bada`i
ash-Shana’i Fi Tartib asy-Syara’I, [Bairut: Dar al-Kutub al-‘Arabi,
1982], Juz, II, h. 11).
e. Pendapat Ibnu Juzayy dalam al-Qawanin al-Fiqhiyyah:
ً ‫ج‬
‫اع‬ َ ْ ‫وض إ َل أَ ْر َب َعة أَقْ َسامٍ للْقنْيَة َخال ًصا فَ َل َز َك َة فيه إ‬ُ ُُ ُ َََْ
‫وتنق ِسم العر‬
َِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ َ َ ِّ َ َ ْ ْ َ َّ َّ ً َ ُ َ َّ َ ً َ َ َ ِّ َ
‫ولِلتجار ِة خ َالِصا ف ِفي ِه الزكة ِخلفا لِلظا ِه ِري ِة ولِل ِقني ِة واتلجار ِة فل زكة‬
َ ْ َّ َ ْ َ َ ْ ً َ
...ِ‫ب َولِلغل ِة َوالك َراء‬ ‫ِفي ِه ِخلفا ِلشه‬
“Komoditas terbagi menjadi empat; (1) Komoditas yang diman-
faatkan untuk kepentingan pribadi dan tidak untuk diperda-
gangkan (al-qinyah) secara murni, menurut ijmak ulama harta
ini tidak dikenakan zakat. (2) Komoditas yang murni untuk diper-
dagangkan, harta ini dikenakan zakat kecuali menurut pandan-
gan Zhahiriyah. (3) Komoditas gabungan antara untuk diman-
faatkan untuk kepentingan pribadi dan diperdagangkan, harta
ini tidak dikenakan zakat kecuali menurut Asyhab. (4) Komoditas
untuk dimanfaatkan hasil atau sewanya...” (Ibnu Juzayy, al-Qa-
wanin al-Fiqhiyyah, [Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah], h. 78)

122 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


f. Pendapat Muhammad Idris asy-Syafii dalam al-Umm:
َ َُْ ٌ َ َْ
َ ‫ال ْم‬ َ ِّ‫ت للت‬ َ ُْ ُ ُْ
‫ال ليس فيها َزكة بِأنف ِس َها ف َم ْن‬ ِ ‫و‬ َ ‫ج‬
‫ار ِة من‬ ِ َ ‫َوالع ُروض اليت لم تش‬
ٌ ‫ت أو َرق‬ ْ َّ‫ت أو قَل‬
ْ َُ َ ٌ َ َ َْ َّ َ ٌ َ َّ َ ٌ ‫اكنت هل ُد‬
‫يق‬ ِْ ‫يها أو ِثياب كث‬ ِ ‫غ‬ ‫أو‬ ‫ة‬ٍ ‫ور أو حامات ِلغل‬
ُ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ُ َ
‫ث أو قل فل َزكة فيها َوكذلِك ل َزكة يف غلتِ َها حىت يُول عليها ال َ ْول‬ ‫ك‬
َ‫يف يَ َد ْي َمالكها‬
ِ ِ
“Komoditas yang tidak dibeli untuk diperdagangkan itu tidak
dikenai zakat pada sebab dirinya. Barang siapa yang memiliki
rumah atau sauna untuk disewakan atau selainnya, atau memi-
liki pakaian baik sedikit maupun banyak atau budak baik sedikit
maupu banyak maka tidak dikenai zakat. Begitu juga tidak dike-
nai zakat atasa hasil-hasil penyewaannya sebelum jatuh haul di
tangan pemiliknya.” (Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, al-Umm,
[Bairut: Dar al-Ma’rifah, 1393 H], Juz, II, h. 46).
g. Pendapat Ibnu Qudamah dalam al-Mughni:
َ َ َ َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ َ َ ْ َ ٌ ْ َ
‫ فقبَض ِك َراها فل َزكة َعليْ ِه ِفي ِه َ َح َّت يُول َعليْ ِه‬، ‫ار َ ِه‬ ِ ‫ و ِمن أ َج ْر‬:‫ف ْص ُل‬
‫د‬
َ ُ ْ
َّ ‫يح ال َّول ؛ ِلق ْول‬
ُ ‫الصح‬ َّ ‫و‬. َ َ ْ َ ِّ ُ
َ ‫ أنه يُ َزكيه إذا استَفاد ُه‬،‫ح َد‬ َّ َ ‫ َو َع ْن أ‬،‫ال َ ْول‬
‫ب‬ ِّ ‫انل‬ ِ ِ
ٌ ِ ُ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ‫{ل َز َك َة ف‬ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ
‫ال َح َّت يُول َعليْ ِه ال َ ْول} َو ِلنه َمال‬ ‫م‬ :‫صل الل َّ علي ِه وسلم‬
َ ٍْ َ َ َِ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َْ ٌ ََ ْ ُ
‫يع‬
ِ ‫ فأشبه ثمن الم ِب‬، ‫مستفاد بِعق ِد معاوض ٍة‬
“Pasal: Barang siapa menyewakan rumahnya kemudia menerima
hasil sewanya maka tidak kewajiban zakat atas orang tersebut
pada hasil sewanya sebelum jatuh haul-nya. Sementara terdapat
riwayat dari Imam Ahmad yang menyatakan ia wajib menzakati
hasil sewa ketika memperolehnya. Pendapat yang benar adalah
pendapat pertama karena sabda Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam; ‘Tidak ada zakat pada harta benda sebelum
tiba haul-nya’. Sebab sewa tersebut merupakan harta yang di-
peroleh melalui akad mu’awadlah (timbal-balik), maka seperti
harga barang yang dijual (tsaman al-mabi’).” (Ibnu Qudamah,
al-Mughni, [Bairut: Dar al-Fikr, Cet Ke-1, 1405], Juz, II, h. 622)
h. Pendapat al-Mawardi dalam al-Hawi Fi Fiqh asy-Syafi’i:
َ َ َ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ُّ َّ َ َ
‫ار ٍة ف ُه َو ك َما ل ْو‬ ‫ “ولو اشتى عرضا ِلغي ِت‬:‫قال الشافِ ِع ر ِض اهلل عنه‬
َ َ َ ُّ ْ َ َ ْ َ ِ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ َ ِّ َ ْ َ َ َْ َ َ َ
‫ وهذا‬:‫ قال الماور ِدي‬.“‫شا ٍء فإِن ن َوى بِ ِه اتلجارة فل زكة علي ِه‬ ِ ‫ي‬
ِ ‫ملك بِغ‬
َ ِّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ََ ََ َ ْ ْ ً َ َ ََ ْ َ َ َ َ َ
‫ فل زكة ِفي ِه ف ِإن نوى بعد الشا ِء‬، ‫ ِإذا اشتى عرضا لِل ِقني ِة‬:‫َكما قال‬
َ َ َ َ َ َ َ ِّ ْ ُ َ ْ َ َ َ ِّ َ ُ َ ْ
‫ َح َّت ي َّت ِج َ َر بِ ِه َول‬، ‫ار ِة َول َز َكة ِفي ِه‬ ‫ لم يكن لِلتج‬، ‫أن يكون لِلتجار ِة‬
ُ‫ح ُد ْبن‬ َ ْ ‫ َوقَ َال أ‬. ‫يف َة‬
َ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ َ ٌ ْ ُ َّ َّ َ ُ ُ ُ َ
‫ وهو قول مال ِ ٍك وأ ِب ح ِن‬، ‫يكون لِمجر ِد نِي ِت ِه حكم‬
َّ َّ َ ُ ُ َ َّ ْ َ َ َ ِّ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ
،‫ار ِة َوت ِري ِفي ِه الزكة بِمجر ِد انلي ِة‬
ِّ ‫ ي ِصري لِلتج‬:‫ وإِسحاق بن راهوي ِه‬، ‫حنب ٍل‬

Majelis Ulama Indonesia 123


َ َ ْ َ َ َ ِّ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُّ َ َ ْ ْ ‫ال ُ َس‬ ْ َُْ ََُ
‫ لو نوى‬، ‫ ِلن عرض اتلجار ِة‬:‫يس ِمن أصحابِنا‬ ِ ِ‫ي الكراب‬ ِ ‫وهو قول‬
َ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ َ َّ ِّ َّ َ ُ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ
‫ ِإذا نوى بِ ِه‬، ‫بِ ِه ال ِقنية سقطت زكته بِمجر ِد انلي ِة فكذلِك عر ٌض َ ال ِقني ِة‬
‫ت‬ َّ ‫ ل َّن‬:‫ َو َه َذا َخ َطأ‬، ‫ج َّر ِد انلِّ َّي ِة‬
ْ َ‫الز َك َة إ َّن َما َو َجب‬ َ ‫الز َك ُة ب ُم‬
َّ ‫ت ِفي ِه‬ ْ َ َ َ َ َ ِّ
‫اتلجارة جر‬
ِ ِْ ِ
ْ َ ِّ ُ َ ْ ُ ُ ْ َ ٌ ُّ َ َ ُ َ َ ِّ َ َ َ ِّ ْ َ ْ
‫ واتلجارة تصف وفِعل الك ِم ِإذا علق بِ ِفع ٍل‬، ‫ِف ال َع َر ِض ِلج ِل اتلجار ِة‬
ُْ ْ َ َ ْ َ َّ َ َّ ِّ َّ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ
‫تن بِ ِه ال ِفعل‬ ِ ‫ حت يق‬، ‫لم يثبت بِمجر ِد انلي ِة‬
“Imam Syafii ra berkata; ‘Seandainya seseorang membeli komo-
ditas bukan untuk diperdagangkan, maka ia seperti memiliki
memiliki komoditas dengan tanpa membeli. Karenanya, bila
ia berniat memperdagangkan komoditas tersebut maka tidak
ada kewajiban zakat atasnya.’ Imam Al-Mawardi berkomentar;
‘Demikian ini sebagai ia menyatakan; Bila seseorang membeli
komoditas untuk dimanfaatkan secara pribadi dan tidak diper-
dagangkan (li al-qinyah) maka tidak ada kewajiban zakatnya.
Karena itu bila ia berniat memperdagangkan komoditas tersebut
setelah membelinya, maka komoditas itu statusnya tetap tidak
untuk diperdagangkan dan tidak ada kewajiban zakat sebelum
ia memperdagangkannya. (Sebab, pent) penetapan suatu hukum
tidak cukup hanya dengan niat. Ini adalah pandangan Imam
Malik dan Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Ahmad bin
Hanbal dan Imam Ishaq bin Rahaiwah berpendapat; ‘Komoditas
tersebut menjadi komoditas perdagangan cukup hanya dengan
niat sehingga berlaku kewajiban zakatnya.’ Ini adalah pendapat
Imam al-Husain al-Karabisi dari kalangan kami; Alasannya
adalah karena komoditas perdagangan jika pemiliknya berniat
menjadikannya sebagai qinyah maka gugurlah zakatnya hanya
dengan niat tersebut. Demikian ini juga berlaku bagi komoditas
qinyah, jika pemiliknya berniat menjadikannya sebagai komodi-
tas perdagangan maka berlakulah kewajiban zakatnya dengan
hanya niat tersebut. (Namun menurut al-Imam al-Mawardi,
pent), ini adalah pendapat yang keliru. Sebab, kewajiban zakat
pada komoditas itu lebih karena diperdagangkan, sementara
perdagangan adalah tasharruf atau perbuatan hukum. ( Jadi,
pent) ketika tahsharruf atau perbuatan hukum digantungkan
dengan suatu perbuatan maka tidak cukup hanya dengan niat
sebelum perbuatan tersebut menyertainya. (Al-Mawardi, al-
Hawi Fi Fiqh asy-Syafi’i, [Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cet
Ke-1, 1414 H/1994 M], Juz, III, h. 296)
i. Pendapat Hafizhuddin an-Nasafi sebagaimana dikemuka-
kan oleh Ibnu Nujaim dalam al-Bahr ar-Ra`iq Syarhu Kanz ad-
Daqa`iq:
ُ ْ ْ َ َ ُ ْ ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َ ‫ال‬
ْ ْ َ َُ ََ ََ َ َ
ِ‫اج ِة الص ِل َّي ِة ؛ ِلن ال َمال ال َمشغول بِ َها كل َمعدوم‬ ‫وشط فراغه عن‬
َْ ْ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َْ ْ َْ َ ْ ْ َ َ َ َّ َ َ
‫ان‬
ِ ‫النس‬ِ ‫وفسها ِف ش ِح المجم ِع ِلب ِن الم ِل ِك بِما يدفع الهلك عن‬

124 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


َ َ َ ْ ُّ ُ َ َ َ َّ َ ُ َّ َ ْ َ ْ َّ َ َّ َ ً َْ َْ ً َْ
‫ور السكن و َآل ِت‬ ِ َ ‫ت ْ ِقيقا أو تق ِديرا ْ فاثل ِان َكدلي ِن ْوال ْول َكنل ْفق ِة و َد‬
َ َ َْ ْ َْ َ َْ ُ َ‫ال َ ْرب َواثلِّي‬
‫اث‬ ِ ‫اج إلْها ِ َلف ِع َال َ ِّر أ ْو الب ِد َوكآل ِت‬
ِ ‫الرف ِة وأث‬ ِ ‫اب المحت‬ ِ ِ
َ‫الر ُكوب َو ُكتُب الْعلْم ل ْهلها‬ ُّ ِّ‫ال ْ َم ْنل َو َد َواب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Penulis kitab Kanz ad-Daqa`iq Hafizhuddin an-Nasafi men-
syaratkan nishab harus bersih dari pemenuhan kebutuhan po-
kok (al-hajah al-ashliyyah) karena harta yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok statusnya sebagaimana harta yang
tidak ada. Ia menjelaskan maksud ‘kebutuhan pokok’ adalah ses-
uatu yang dapat menghindari kebinaasan manusia, baik secara
faktual maupun asumtif sebagaimana terdapat dalam Syarh al-
Majma’ al-Bahrain karya Ibn al-Malik. Contoh kedua, seperti hu-
tang, sementara contoh pertama seperti nafkah, tempat tinggal,
alat perang, pakaiaan yang dibutuhkan untuk menahan panas
dan atau dingin, alat untuk menopang pekerjaan, perabot rumah
tangga, hewan tunggangan (kendaraan/alat transportasi, pent),
dan buku-buku ilmu pengetahuan bagi para intelektual.” (Ibnu
Nujaim, al-Bahr ar-Ra`iq Syarhu Kanz ad-Daqa`iq, [Bairut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyah, Cet Ke-1, 1418 H/1998 M), Juz, II, h. 361)
j. Pendapat Fakhruddin ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib:
‫بوا ِف‬ ُ َ‫كم َهذهِ اآليَ ِة أَ ْن َي ْعت‬ ْ ُ َ ْ ُْ ََ ُ َ
‫ب‬ ‫ني‬ ‫م‬ ‫ل‬‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫اج‬ ‫الو‬ : ‫م‬
ْ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ال‬
َُْ َ َ
‫ل‬ ‫قال أه‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ َّ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ُُ
‫ال زكواتِ ِهم َوسائِ ِر أحك ِم ِهم السنة العربِية‬ َ َ
ِ ‫بي ْو َ ِع ِه َّم وم َد ِد ديو َنِ ِهم وأحو‬
.‫الرو ِم َّي ِة‬
ُّ ‫جم َّي ِة َو‬َ َ َ َّ ُ َ ْ ُ ُ َُ
ِ ‫ َول يوز لهم اع ِتبار السن ِة الع‬، ‫بِال ِهل ِة‬
“Para ulama berkata: ‘Berdasarkan ayat ini (ayat 36 surat At-
Taubah), wajib bagi kaum muslimin mengacu pada perhitungan
tahun Arab yang berpatokan dengan bulan sabit (hilal), baik
dalam urusan jual-beli mereka, perpanjangan jangka waktu
hutang, menghitung haul zakat dan semua ketetapan hukum
syariat yang berkaitan dengan mereka. Tidak boleh bagi mereka
untuk mengacu kepada tahun yang digunakan bangsa asing dan
Romawi.” (Fakhruddin ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, [Bairut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cet Ke-1, 1421 H/2000 M], Juz, XVI, h. 43)
k. Pendapat madzhah syafii dan ulama lain yang dikemukakan
oleh Muhyiddin Syarf an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-
Muhadzdzab:
َ ‫خ َراج َها َو َج‬ ْ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ
‫ب‬ ِ ‫ت الزكة وتمكن ِمن ِا‬ ِ ‫قد ذكرنا ان مذهبنا انهاَ إِذا َو َجب‬
َ ُ ُ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َ ٌ َ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ
‫العل َما ِء‬ ‫الخراج عل الفو ِر فاِن أخرها أثِم وب ِه قال مالِك واحد وجهور‬ ِ ‫ا‬
ََّ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ُ ِ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُّ َ ْ َ ُ َ َ َ
‫اخ‬ ِ ‫ث ِهم ونقل ا َصحابنا ع ِن ا ِب ح ِنيفة انها عل الت‬ ِ ‫العبد ِر َى َعن اك‬
ْ ‫ن َقله‬
ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ
ُّ ِ ‫اتلأ ِخي قال العبدرى ِاختلف أصحاب اب ح ِنيفة ِفيها فقال الكر‬ُّ َ ْ َ ُ َّ ‫َو ُل‬
‫خ‬ ِ ِ

Majelis Ulama Indonesia 125


َ َّ َ َ ّ ‫الر‬ ْ َ َُ َ َ َ ْ َ َ َ
َّ ‫كر‬
‫اخ‬
ِ ‫ازي ع الت‬ ِ ‫عل الفو ِر وقال ابو ب‬
“Kami telah mengatakan bahwa menurut madzhab kami ketika
kewajiban zakat telah tiba dan muzakki bisa mengeluarkan zakat
maka wajib mengeluarkan menegluarkannya saat itu juga (‘ala
al-faur). Karenanya bila menunda maa ia berdosa. Pendapat ini
sama dengan yang dikemukakan Imam Malik, Imam Ahmad,
mayoritas ulama dan al-‘Abdari menukilnya dari mayoritas
ulama. Sementara para ulama dari kalangan kami menukil dari
Imam Abu Hanifah bahwa kewajiban zakat adalah kewajiban
yang bersifat tarakhi (tidak harus saat itu juga atau boleh ditun-
da, pent) sehingga boleh menunda. Dalam konteks ini Al-‘Abdari
berkata, bahwa para ulama dari kalangan madzhab hanafi ber-
beda pendapat; menurut al-Karkhi kewajiban zakat bersifat saat
itu juga atau tidak bisa tunda, sementara menurut Abu Bakr ar-
Razi bersifat tarakhi.” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Majmu’
Syarh al-Muhadzdzab)
l. Pendapat Mahmud Ibnu Majah al-Bukhari dalam al-Muhith al-
Burhani:
ْ َّ َ ُ َّ َ َ ْ ً َ َ َ َ َ َ َّ َْ ُ َُ َ
‫الز َك ِة قبْل احل َ ْو ِل إِذا َملك نِ َصابا ِعن َدنا؛ ِلنه أدى َبع َد ُو ُجو ِد‬ ‫يل‬
ِ ‫ج‬ ِ ‫ع‬ ‫ويوز ت‬
َ ِّ َ َْ ََ ْ َ َ ٌ َ ُ ُ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ
‫اب‬ ِ ‫وب نِصاب نامٍ ؛ ف َ ِإن ًنظ َرنا ِإل انلص‬ ِ ‫وب؛ ِلن سبب الو َج‬ ِ ‫ب الوج‬ ِ ‫سب‬
‫ب‬ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ ُ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ َ ِّ َ
ِ ‫فانلصاب قد و ِجد ُ؛ َوإِن نظرنا ِإ َل انلما ِء فقد و ِجد أيضا؛ ِلن ال ِعبة لِسب‬
.ِ‫انل َماء‬
َّ ‫ب‬ َّ ‫ار ُة ل ِلَ ْفس‬
ُ َ‫ َوقَ ْد ُوج َد َسب‬،ِ‫انل َماء‬ َ ‫ج‬ َ ‫اتل‬
ِّ ‫امة أو‬ َ ‫انل َماء َو ُه َو ال َس‬
ِ ِ َّ
ِ ِ ِ
“Menurut kami, bagi muzakki boleh mensegerakan menunaikan
zakat sebelum sampai haul bila nisbhab-nya telah terpenuhi.
Sebab, ia menunaikannya setelah adanya sebab wajibnya za-
kat, karena sebab wajib adalah nishab yang berkembang. Jika
kita melihat pada asepk nishab, maka nishab-nya telah ter-
penuhi, demikian juga ketika dilihat pada aspek berkembang-
nya (an-nama`), karena yang menjadi acuannya adalah sebab
berkembang, yaitu penggembalaan atau perdagangan, bukan
berkembang itu sendri. Sementara telah didapati sebab berkem-
bangnya. (Mahmud Ibnu Mazah al-Bukhari, al-Muhith al-
Burhani, [Bairut: Daru Ihya` at-Turats, tt], Juz, II, h. 466)
m. Pendapat Abu Bakar bin Muhammad al-Hishni dalam Kifayah
al-Akhyar fi Hill Ghayah al-Ikhtishar:
َ ‫ج‬َ ِّ‫ت َع ْر ًضا للت‬ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ُ ْ َّ َ َّ َ ْ َ َ
ْ َ‫ج َرة إ َذا َكن‬
‫ار ِة‬ ِ ِِ ‫ولو أجر الشخص َ مال أو نفسه وقصد بِاأل‬
ٌ َ َ ُ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ
‫او َضة‬‫إلجارة مع‬ ِ ‫ت ِصي مال ِتار ٍة ِلن ا‬
Seandainya seseorang menyewakan harta atau dirinya dengan
maksud ketika memperoleh upah akan dijadikannya komoditas
perdagangan maka upah tersebut menjadi harta perdagangan.

126 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Sebab akad sewa merupakan mu’awadhah-pertukaran-(Abu Ba-
kar bin Muhammad al-Hishni, Kifayah al-Akhyar fi Hill Ghayah
al-Ikhtishar, [Surabaya: Maktabah Ahmad Nabhan, tt], Juz I, h.
145)
n. Pendapat Ibnu Hajar al-Haitsami dalam al-Fatawi al-Fiqhiyyah
al-Kubra:
ْ َ َ َ َ َ ِّ ْ َ َ ِّ‫الز َكة َب ْع َد َت َمامِ انل‬ ُ َْ ُ َُ
‫ار ِة َوقبْل ت َمامِ ال َ ْو ِل‬‫ي اتلج‬
ِ ‫غ‬ ‫يف‬ ‫اب‬
ِ ‫ص‬ ِ َّ ‫يل‬ ‫يوز تع ِج‬
َ‫عن َعمٍ َل أَ ْك َث‬
“Selain zakat komoditas perdagangan, boleh mensegerakan
pembayaran zakatnya setelah nishabnya terpenuhi dan sebelum
sempurna setahun tidak melebihi.” (Ibnu Hajar al-Haitsami, al-
Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubra, [Bairut: Dar al-Fikr, tt], Juz, II, h.
42)
o. Pendapat Muhyiddin Syarf an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh
al-Muhadzdzab:
َ َ َ َ َ َ ٌ ْ َ ٌ َ َ ٌ َ َّ ُ َ َ ُّ َ َ َ َ
‫ام مض فال َح َّج َعليْ ِه َوال َزكة‬ ‫ال ِإذا ل ْم يَك ْن ِف يَ ِدهِ ِإال مال حر‬
ِ ‫قال الغز‬
“Al-Ghazali berkata, ketika tidak ada pada seseorang kecuali harta
haram murni maka tidak ada kewajiban haji dan zakat.” (Muhyid-
din Syarf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab)
ْ َ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ ً ْ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ
‫ش فاِن‬ ِ ‫َوات َفق اال ْصحاب َعَ أن اخلراج ال َمأخوذ ظل َما ل َ َيقوم مقام الع‬
َ ْ ْ َ ْ َ ُ ُ ‫الع‬
ُ ‫ون بَ َدل‬َ ُ َ ْ ُ ُّ ‫أ َخذ ُه‬
‫الج ِتها ِد‬ ِ ِ‫ش فهو كأخ ِذ ال ِقيم ِة ب‬ ِ ‫السل َطان َعل أن يك‬
ُ ‫الس ُق‬
ُّ ‫يح‬ ُ ‫الصح‬ َّ ‫الف ْرض به خ َل ٌف َسبَ َق ف آخر بَاب اخلُلْ َطة‬ َ ُ ُ
‫وط‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ‫َو ِف سق‬
‫وط‬
َ َ ِّ ْ َ
‫َوبِ ِه ق َط َع ال ُمتَ َول َوآخ ُرون‬
“Para ulama dari kalangan madzhab syafii telah sepakat bahwa
kharaj yang dipungut secara sewenang-wenang tidak bisa men-
empati tempatnya (menggantikan, pent) ‘usyr. Karenanya jika
penguasa memungut kharaj untuk menggantikan ‘usyr maka
ia memungut nilainya berdasarkan ijtihad. Dalam hal pung-
utan tersebut menggugurkan kewajiban zakat terdapat perbe-
daan para ulama yang telah disebutkan dalam bab khuthah.
Pendapat yang sahih adalah dapat menggugurkan kewajiban
zakat, demikian pendapat ini ditegaskan oleh al-Mutawalli dan
ulama lainnya.” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh
al-Muhadzdzab.)

p. Pendapat Muhammad Anur Syah al-Kasymiri dalam al-‘Urf asy-


Syadi Syarhu Sunani at-Tirmidzi:
ُ َ َ َ ُّ ُ ُُ ُ ُ ْ ًَ َ َ ََ ُُْ َ
‫ َو ِف‬، ‫اإلبِ ِل‬
ِ ‫ة‬ ‫ق‬‫س‬ِ :‫ة‬ِ ‫غ‬‫الل‬ ‫ف‬ِ ‫ول‬‫ل‬ ‫الغ‬ )‫الخ‬ ‫ول‬
ٍ ‫ (ول صدقة ِمن غل‬:‫قول‬

Majelis Ulama Indonesia 127


َ ِّ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َّ ُ َ َ َ ُ َ َ :ِ‫الف َق َهاء‬ ُ َ ْ
‫ال‬
ٍ ‫ ثم ات ْسع ِفي ِه فأط ِلق ع ك م‬، ‫ال الغ ِنيم ِة‬ ِ ‫سقة م‬ ‫ح‬ ِ ‫ل‬ ‫اص ِط‬
َ َّ َ َ َ َّ ُ ََ َ َ ُّ َ َّ َّ َ ْ ُ ْ ِ ِّ ُّ َ َ َ
‫اب‬
ُِ ‫ال احلرامِ ثم رجاء اثل َّو‬ ِ ‫ ِإن اتلصدق بِالم‬:‫ار‬ ِ ‫ قالُ ِْف ادلر ال َمخت‬، ‫يث‬ ٍ ‫خ ِب‬
‫العل َمة‬ َ ‫ َومنْ ُه ْم‬، ‫ي احل َ َرامِ ل َعيْنه َول َغ ْيه‬
َ ْ ‫ابل ْع ُض َب‬َ ‫فرق‬ َّ ‫ َو‬، ‫ام َوكف ٌر‬ٌ ‫منْ ُه َح َر‬
ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ
َ َ
ُّ ِ ‫اتلفتاز‬ْ َّ
‫ان‬
“Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.: ‘Allah tidak
menerima sedekah dari ghulul. Secara bahasa kata ‘al-ghulul’
artinya adalah mencuri onta. Sedang dalam istilah para fuqaha`
adalah mencuri harta rampasan perang. Dalam perkembangan-
nya kata ‘al-ghulul’ kemudian dimutlakkan untuk menunjuk-
kan semua harta yang haram. Menurut penulis kitab ad-Durr
al-Mukhtar, bahwa bersedekah dengan harta haram dan meng-
harapkan pahala dari sedekah tersebut adalah haram dan kafir.
Sebagian ulama membedakan antara haram karena dzatnya
dan haram cara memperolehnya, dan di antara mereka adalah
at-Taftazani.” (Muhammad Anur Syah al-Kasymiri, al-‘Urf asy-
Syadi Syarhu Sunani at-Tirmidzi, [Bairut: Daru Ihya` at-Turats,
Cet Ke-1, 1425 H/2004 M], Juz, I, h. 37)

q. Pendapat ‘Alauddin al-Ba’li (lihat) al-Ikhtiyarat al-Fiqhiyyah


min Fatawi Syaikh al-Islam Ibni Taimiyyah:
ْ‫الز َكة َوت ْ ْس ُق ُط َوإ ْن لَم‬
َّ َّ‫از َد ْف ُع ُه بنية‬
َ ‫كس َج‬ْ َْ ْ ُ َ ُ ُ ُ َْ َ َ
ِ ِ ِ ِِ ِ ‫اإلمام بِإس ِم الم‬
ِ ‫وما يأخ َذه‬
َ‫ع ص َفتها‬َ ْ ُ َ
‫تكن‬
ِ ِ
“Apa yang dipungut oleh Imam (Penguasa) dengan nama maks
(pajak komoditas/cukai) itu boleh diberikan dengan niat mem-
bayar zakat dan kewajiban zakatnya pun gugur meskipun tidak
sesusai dengan sifat zakat itu sendiri.” (‘Alauddin al-Ba’li, al-
Ikhtiyarat al-Fiqhiyyah min Fatawi Syaikh al-Islam Ibni Taimi-
yyah, [Bairut: Dar al-Kutub)

128 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


19
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KE-7
TAHUN 2021 TENTANG ZAKAT DALAM BENTUK
AL-QARDH AL-HASAN

A. Diskripsi Masalah
Zakat mempunyai dua fungsi penting dalam ajaran Islam. Pertama adalah
untuk membersihkan harta benda dan jiwa manusia supaya senantiasa
dalam keadaan fitrah. Kedua, zakat juga berfungsi sebagai dana masyara-
kat yang dimanfaatkan untuk kepentingan sosial guna mengurangi ke-
miskinan.
Perkembangan zaman menuntut inovasi-inovasi dalam segala hal terma-
suk dalam penyaluran zakat. Jika sebelumnya zakat disalurkan dan dapat
dirasakan secara langsung dampaknya oleh mustahik, maka kini demi
peningkatan kualitas dampak zakat yang lebih baik, banyak lembaga za-
kat yang membuat terobosan baru. Misalnya, zakat yang dulu lebih banyak
disalurkan dalam bentuk konsumtif untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti sandang, papan, dan pangan. Kini semakin bertambah
mekanismenya dengan adanya zakat produktif.
Zakat produktif bukan istilah jenis zakat seperti halnya zakat mal dan za-
kat fitrah. Zakat produktif adalah salah satu bentuk skema penyaluran dan
pendayagunaan dana zakat. Jadi, pendistribusiannya bersifat produktif
yaitu untuk menambah atau sebagai modal usaha mustahik. Penyaluran
dana zakat dalam bentuk Al-Qardh Al-Hasan disalurkan kepada mustahik
dengan ketentuan para mustahik harus mengembalikan dana tersebut.
Penyaluran dengan bentuk ini untuk mengedukasi mustahik agar bekerja
keras sehingga usahanya berhasil. Dana yang dikembalikan tersebut ke-
mudian digulirkan lagi kepada mustahik lain. Dengan demikian, pemetik
manfaat zakat itu semakin bertambah.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah boleh penyaluran dana zakat dalam bentuk Al-Qardh Al-
Hasan?
2. Jika boleh, apa kriteria, dan persyaratannya?

C. Ketentuan Hukum
1. Pada dasarnya dana zakat mal harus didistribusikan kepada musta-
hik sesegera mungkin (‘ala al faur) untuk dimiliki dan dimanfaat-
kan.
2. Penyaluran dana zakat dalam bentuk Al Qardh Al Hasan hukumnya
boleh atas dasar kemaslahatan yang lebih luas, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penerima dana zakat termasuk mustahik zakat;
b. Dana yang diterima dimanfaatkan untuk usaha;
c. Pihak amil harus selektif dalam menyalurkan dana zakat;
d. Penerima zakat harus mengembalikan sesuai dana yang diteri-
ma;
e. Apabila mustahik belum mampu mengembalikan hingga
jatuh tempo, ditangguhkan waktunya.

D. Rekomendasi
1. LAZ harus membatasi prosentasi pentasarufan zakat dalam bentuk
al-Qardh al-Hasan agar zakat dapat terdistribusikan dengan adil
dan proporsional.
2. Zakat yang ditasarufkan dalam bentuk al-Qardh al-Hasan lebih di-
prioritaskan kepada mustahik yang berusia produktif.
3. Untuk mengeliminir kegagalan program, maka Lembaga amil zakat
dan atau pihak terkait perlu melakukan pendampingan dan penga-
wasan.
E. Dasar Penetapan
1. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, antara lain:
َ َ َ ٰ َّ َ ِّ ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
‫خذ ِم ْن ام َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها َو َصل َعليْ ِه ْ ۗم ِان َصلوتك َسك ٌن‬
ُ ‫ل َّ ُه ْ ۗم َو‬
‫اهلل َس ِميْ ٌع َع ِليْ ٌم‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doamu itu

130 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Men-
dengar, Maha Mengetahui. (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ ِّ َ ‫سكني َوٱلْ َعٰمل‬
ُ ُ‫ني َعلَيْ َها َواٱل ْ ُم َؤلَّ َفة قُل‬
َ ‫وب ُه ْم‬ ٰ َ َ ْ َ ٓ َ َ ُ ْ ُ ٰ َ َ َّ َ َّ
‫اب‬
ِ ‫ق‬‫ٱلر‬ ‫ا‬ ‫ف‬ِ ‫و‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ ِإنما اٱلصدقت لِلفقرا ِء واٱلم‬ 
ٌ‫يم َحكيم‬ ُ ‫يض ًة ِّم َن اهلل ۗ َو‬
ٌ ‫ٱاهلل َعل‬ َ ‫ٱلسبيل فَر‬ َّ ‫ني َوف َسبيل اهلل َوٱبْن ا‬ َ ‫َواٱلْ َ ٰغرم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Al-
lah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Taubah: 60).
َ ْ َ َ َ َ ٰ َُ ً َ َ ً َْ َ ُ ْ ُ َّ َ ْ َ
‫ل َولٗٓ اج ٌر ك ِريْ ٌم‬
ٗ ٗ‫ال ْي يق ِرض اهلل قرضا حسنا فيض ِعفه‬
ِ ‫من ذا‬
Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik,
maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan
baginya pahala yang mulia. (QS. Al-Hadid : 11)
ْ َ َ َ ُ ٰ َ َ َْ ٰ ِّ َّ ُ ْ َ ْ ِّ َّ ُ ْ َّ
‫اهلل ق ْر ًضا َح َسنًا يُّض َعف ل ُه ْم َول ُه ْم اج ٌر‬ ‫ت َواق َر ُضوا‬
ِ ‫ِان المصد ِقي َوالمصدق‬
َ
‫ك ِريْ ٌم‬
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang
baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka
akan mendapat pahala yang mulia. (QS. Al-Hadid : 8).
ُ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ٰ ُّ ً َ َ ً ْ َ َ ُْ ْ
ۙ‫اهلل شك ْو ٌر َح ِليْ ٌم‬‫ان تق ِر ُضوا اهلل قرضا حسنا يض ِعفه لكم ويغ ِفر لكمۗ و‬
Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, nis-
caya Dia melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu.
Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun. (QS. Al-Taghabun: 17).
ْ ِّ ‫اهلل ِا‬
‫ن‬ ُ ‫ش نَقيْبًاۗ َوقَ َال‬
ِ
َ َ ‫ن َع‬ ْ ُ ُْ ََََْ َْ َ ْ ٓ َ َ َْ ُ َ َ َ ْ َََ
ْ َ ‫اث‬ ‫ل وبعثنا ِمنهم‬ ۚ ‫ولقد اخذ اهلل ِميثاق بن ِاساۤءِي‬
ُ‫ل َو َع َّز ْر ُت ُم ْو ُه ْم َواَقْ َر ْضتُم‬ ُ ُ ْ ُ ْ َ ٰ َ َ ٰ َّ ُ ُ ْ َ ٰ َ َ ٰ ِ َّ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ
ْ ‫معكم ۗ ل ِٕى اقمتم الصلوة واتيتم الزكوة وامنتم بِرس‬
ْ َ ّٰ َ ْ ُ َّ َ ِ ْ ُ َ َ ْ ُ ٰ ِّ َ ْ ُ ْ َ َّ َ ِّ َ ُ َّ ً َ َ ً ْ َ َ
‫ت ت ِر ْي ِم ْن‬ ٍ ‫اهلل قر ْضا حسنا لكفرن عنكم سياتِكم ولد ِخلنكم ج‬
‫ن‬
َّ ‫ك ْم َف َق ْد َض َّل َس َوا َۤء‬ ُ ْ َ ٰ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َْٰ َ َْ
‫الس ِبيْ ِل‬ ‫ت ِتها النهرۚ فمن كفر بعد ذلِك ِمن‬
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami
telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Al-
lah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan
salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan
kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku
masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya

Majelis Ulama Indonesia 131


dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al Maidah: 12)
ُ ْ َ ُ َ ًَْ َ ً َ ْ َ َ َ ٰ َُ ً َ َ ً َْ َ ُ ُْ َّ َ ْ َ
‫اهلل يق ِبض‬ ٓٗ ٗ‫ال ْي يق ِرض اهلل قرضا حسنا فيض ِعفه‬
‫ل اضعافا ك ِثية ۗو‬ ِ ‫م ن ذا‬
َ ُ َ ُ ُ ََْ
‫ط َو ِالْ ِه ت ْر َج ُع ْون‬ ۖ ‫ويبص‬
Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Al-
lah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
(Q.S. Al-Baqarah; 245)
َ َْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ ُّ ُ ‫ياا َ ُّي َها َّال ْي َن ٰا َمنُ ْوا َل‬
‫ام َول ال َهد َي َول القلۤىِٕ َد‬ ‫هلل ول الشهر الر‬ ِ ‫تلوا شعاۤىِٕ َر ا‬ ِ ِ
ْ‫ادوا‬ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ً َ ْ َ ْ ِّ َّ ْ ّ ً ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ِّ ٰ ٓ َ َ
‫ول اۤمي اليت الرام يبتغون فضل ِمن رب ِهم و ِرضوانا ۗو ِاذا حللتم فاصط‬
ْ‫اونُوا‬ ْ
َ ‫ال َ َرامِ ا َ ْن َت ْعتَ ُد ْ ۘوا َو َت َع‬ ْ ُ ُّ ْ َ َ ُ ٰ َ ُ َّ ْ َ َ
‫َۗول ي ِر َمنك ْم شنَان ق ْومٍ ان َصد ْوك ْم َع ِن ال َم ْس ِج ِد‬
َ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ٰ ْ َّ َ ِّ ْ َ َ
‫اب‬ِ ‫ق‬ ‫ع‬
ِ ‫ال‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫د‬ِ ‫ش‬ ‫اهلل‬ ‫ن‬ ‫ا‬
ِ ۗ ‫اهلل‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫ان ۖوات‬
ِ ‫الث ِم والعدو‬ ِ ‫ع ال ِب واتلقوىۖ ول تعاونوا ع‬
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-
syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bu-
lan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan
qala›id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka
mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah
menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai
kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-ha-
langimu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat be-
rat siksaan-Nya. (Q.S. Al Maidah; 2)
ْ ُ ْ َ ْ َ ٌ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ٰ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ
‫ت ُد ْوا كتِبًا ف ِر ٰه ٌن َّمقبُ ْو َضة ۗ فاِن ا ِم َن َبع ُضك ْم َبع ًضا‬ ِ ‫و ِان كنتم ع سف ٍر ولم‬
ْ َّ ْ َ َ َ َ َ َّ
َ‫كتُ ْمها‬ ُ ْ َ َ َّ ْ َ َ ََ َ ُْ َّ ِّ َ ُ ْ َ
‫اهلل َر َّبهٗ َول تكت ُموا الشهاد ۗة ومن ي‬ َ ‫انتهٗ َولَتق‬
ِ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ت‬ ‫اؤ‬ ‫ى‬ ‫ال‬
ِ ‫فليؤد‬
َ ‫فَاِنَّهٗٓ ٰاث ٌم قَلْبُهٗ ۗ َو‬
ٌ‫اهلل ب َما َت ْع َملُ ْو َن َعليْم‬
ِ ِ ِ
Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendak-
lah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu me-
nyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya,
sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Q.S. Al Baqarah; 282)
َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َّ ٌ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ٰ ٌ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ
‫ي لك ْم ِان كنتُ ْم تعل ُم ْون‬ ‫و ِان كن ذو عس ٍة فن ِظرة ِال ميس ٍة ۗ وان تصدقوا خ‬
Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang

132 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menye-
dekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S. Al Baqa-
rah; 280)
2. Hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terkait al Qardh
al hasan, antara lain:
ْ ُّ ُ ْ ً ُْ ْ َ َّ َ َ َ َ
‫ادلنيا‬ ‫من كرب‬ ‫ َم ْن نفس ع ْن ُمؤ ِم ٍن كربة‬ ‫انليب ﷺ قال‬ ِّ ‫عن أيب هريرة عن‬
‫اهلل عليْ ِه‬
ُ ‫يس‬ َ َّ ‫ع ُم ْعرس‬ َ َ َ َّ ْ َ
‫ ومن يس‬،‫يام ِة‬َ ‫من ُك َرب يومِ الْق‬ ً ُْ ْ ُ
ْ ‫بة‬ ‫نفس اهلل عنه كر‬
َّ
ٍ ِ
ْ ُّ ُ ُ َ ً ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُّ
‫واهلل ِف َع ْو ِن‬
ُ ،‫اآلخ َر ِة‬
ِ ‫ ومن ست َمس ِلما سرته اهلل ِف ادلنيا َو‬،‫واآلخر ِة‬ ِ ‫ادلنيَا‬ ‫يف‬
ْ َ ُ ْ َ َ ْ
‫ رواه مسلم‬،‫العب ِد ما اكن العبد يف عون أخي ِه‬
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
bersabda, “Orang yang melepaskan seorang mukmin dari kesulitannya
di dunia, Allah Subhanahu wa ta’ala akan menghilangkan kesulitannya
di akhirat. Orng yang meringankan penderitaan seorang mukmin, Allah
Subhanahu wa ta’ala akan meringankan beban dia dari berbagai pen-
deritaan di dunia dan akhirat. Dan orang yang menututpi aib seorang
muslim, Allah subhanahu wa ta’ala akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat, dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka)
menolong saudaranya” (HR. Muslim)

‫ مطل‬:‫عن أيب هريرة ريض اهلل عنه أن رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم قال‬
‫ إذا أيت أحدكم ىلع ميلء فليتبع‬،‫الغين ظلم‬
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah
suatu kezaliman dan jika salah seorang di antara kalian dipindahkan
hutangnya kepada orang aya (ditanggung pelunasannya), hendaklah
ia terima (HR. Jama’ah).
ُّ َ ُ َُ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ
‫ل‬-‫وسلم‬ ‫صىل اهلل عليه‬-‫هلل‬
ِ ‫يد عن أ ِبي ِه قال قال رسول ا‬ِ ‫الش‬
ِ ‫ع ْن ع ْم ِرو ب ْ ِن‬
ُ َ ُ ُ َ ُ َ ْ ُّ ُ
]‫ وأمحد‬،‫وابن ماجه‬،‫وابو داود‬، ‫وبتَه [رواه النسائ‬ ‫يل ِعرضه وعق‬ ِ ‫اج ِد‬ َ ْ ‫ال‬
‫و‬
ِ
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu meng-
halalkan harga diri dan memberikan sanksi kepadanya” (HR. al-Nasa’i,
Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad).
ُ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َّ
ً ‫ك ْم قَ َض‬
‫اء‬ ‫ِإن خيكم أحسن‬
“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik
dalam pembayaran utangnya” (HR. al-Bukhari).
ً ‫ش ًطا َح َّر َم َح َل ًل أَ ْو أَ َح َّل َح َر‬
‫اما‬ ْ َ ‫ش ْوطه ْم إ َّل‬ ََ َ ْ ُ ْ ُْ
ُ ُ ‫ع‬ ‫المس ِلمون‬
ِ ِ ِ
Dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR.

Majelis Ulama Indonesia 133


al-Tirmidzi)
3. Kaidah Fikih, antara lain:
ّ ُ ْ َ ُ َّ َ َ ْ
َ ْ ‫اتليْس‬
‫ي‬ ِ َ ‫المشقة ت ِلب‬
“Kesulitan dapat menarik kemudahan.” 
ُ َّ ‫اج ُة قَ ْد َت ْن ُل َم ْنلَ َة‬
‫الض ْو َر ِة‬ َ َ ‫احل‬
ِ ِ
“Hajat/Keperluan dapat menduduki posisi darurat.” 
َ َ‫الرع َّية َمنُ ْو ٌط بال ْ َم ْصل‬ َ َ َ ْ ُ ُّ َ َ
َّ ‫ع‬
‫ح ِة‬ ِ ِ ِ ِ‫المام‬
ِ ‫تصف‬
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus
mengikuti kemaslahatan “
4. Pendapat ulama, antara lain:
a. Pendapat Ibnu Qosim dalam Kitab Fathul Qorib (Syarah Bajuri
1/543) yang menjelaskan tentang definisi Amil sebagai berikut:
ِّ َْ َ َ َّ ْ َ ََ ُ َ َُ َ َْ ْ َ ُ َْ َ
‫ات َودف ِع َها ل ِ ُم ْستَ ِحق َها‬
ِ ‫اإلمام ع أخ ِذ الصدق‬
ِ ‫والعا ِمل م ِن استعمله‬
Amil zakat adalah seseorang yang ditugaskan oleh imam (pe-
mimpin negara) untuk mengumpulkan dan mendistribusikan harta
zakat.
b. Pendapat Al-Syairazi dalam kitab Al-Muhadzzab (Al-Majmuu’
Syarah Al-Muhadzzab 6/167) yang menerangkan mengenai distri-
busi zakat, salah satunya kepada Amil:

)‫(سه ٌم‬
ْ َ
‫م‬ ُ ‫ع َث َمانيَ َة أَ ْس‬
‫ه‬
َ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ َّ ُ ِّ َ ُ
‫ا‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ق‬ ‫ام‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫الز‬ ‫ق‬ ‫ر‬ ‫ف‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ال‬
َّ َ َ ْ َ
‫ف ِإن كن‬
ْ ٍْ َ ِ ِ ِ
َ ‫ج ِه الْع َو ِض َوغ‬
ُ‫ي ُه يَأ ُخ ُذه‬ ْ َ َ َ ُ ُ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َّ َ َ ُ َ َ ْ‫لل‬
ِ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ذ‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ل‬ِ ،‫ه‬ِ ِ ‫ب‬ ‫ئ‬ ‫د‬
ِ ‫ت‬ ‫ب‬ ‫اي‬‫م‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ه‬‫و‬ ،‫ل‬ ‫م‬
ِ ‫ا‬ ‫ع‬ ِ
َ‫ َوإ ْن َك َن أَ ْك َث‬،‫ج َرتِ ِه َد َف َع ُه إ َلْ ِه‬ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َّ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ ِْ َ َ َ
ِ ِ ‫ ف ِإذا ك َن السهم قدر أ‬، ‫ع ُوج ِه المواسا ِة‬
ْ‫ َوإ ْن َك َن أَقَ َّل من‬،‫ع س َهامه ْم‬ َ َ ُ َ َّ َ َ
‫ه‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ق‬ ‫و‬ ، ‫اف‬ َ‫ع ْال ْصن‬ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ ْ ْ
‫ِمن أجرتِ ِه رد الفضل‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َْ َ َ َْ ِ ْ َ ْ ُ ِّ َ ُ ّ َّ َ َ ُ ِّ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ ُ
‫ ولو‬،‫ يتم ْم ِمن سه ِم المصا ِل ِح‬:‫ و ِمن أين يتم َم ؟ قال الشافِ ِع‬،‫أجرتِ ِه تمم‬
ُ َ َ ْ ْ َ ِّ َ ْ ِّ َ ُ َ ْ
. ‫اف ل ْم يَك ْن بِ ِه بَأ ٌس‬ ِ ‫ِقيل يتم ُم ِمن حق سائِ ِر الصن‬
Apabila yang melakukan distribusi zakat adalah Imam [pemerin-
tah] maka harus dibagi kepada delapan golongan penerima za-
kat. Bagian pertama adalah untuk Amil, karena Amil mengambil
bagian harta zakat sebagai upah, sementara golongan lainnya se-
bagai dana sosial. Apabila bagian Amil sesuai dengan kewajaran
sebagai upah pengelola zakat, maka akan diberikan kepadanya ba-
gian tersebut. Namun bilamana bagian Amil lebih besar dari kewa-
jaran sebagai upah pengelola zakat, maka kelebihan –di luar kewa-

134 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


jaran tersebut– dikembalikan untuk golongan-golongan yang lain
dari mustakhiq zakat secara proporsional. Jika terjadi defisit angga-
ran, di mana bagian Amil lebih kecil dari kewajaran upah pengelola
zakat maka akan ditambahkan. Ditambahkan dari mana? Imam
Syafi’i berpendapat: “ditambahkan dengan diambil dari bagian ke-
mashlahatan [ fi sabilillah]”. Sekiranya ada yang berpendapat bah-
wa bagiannya dilengkapi dari bagian golongan-golongan mustahiq
yang lain maka pendapat tersebut tidak salah.
c. Pendapat Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-
Muhadzzab (6/168) mengenai orang-orang yang dapat masuk kat-
egori sebagai Amil:

‫اجل َ ِاب‬ ‫و‬ َ ‫الكتِب‬ َ َ


‫و‬ ‫ب‬ ‫اس‬ َ ‫ال‬
ْ َ
‫و‬ ‫ف‬ ْ‫اش َوالْعري‬ ُ َ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ ‫ط‬ َ ‫ َو ُي ْع‬:‫ابنَا‬
ُ ‫ح‬ َ ‫قَ َال أَ ْص‬
ِ ِ ِ َ ِ ِ َ ْ ِْ َ ْ
ْ‫ َو َم ْعنَ ُاه َأ َّن ُهم‬، ‫ل َّن ُه ْم م َن الْ ُع َّمال‬ ، ‫ل‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ع‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ه‬‫س‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ال‬ َ ْ ‫الق َّسامِ َو َحافظ ال‬
‫م‬
َ َ
‫و‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َّ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ َ َ ْ ْ َّ َ ُ ْ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ
‫احون‬ ِ ‫ وهو ثمن الزك ِة ِلنهم يز‬،‫ن السه ِم المسم بِاس ِم العا ِم ِل‬ ‫يعطون ِم‬
ْ َْ ُ ْ َ َْ
. ‫العا ِمل ِف أجر ِة ِمث ِل ِه‬
Para pengikut madzhab Syafi’i berpendapat: Dan diberi bagian dari
bagian Amil yaitu ; Pengumpul wajib zakat, orang yang mendata,
mencatat, mengumpulkan, membagi dan menjaga harta zakat.
Karena mereka itu termasuk bagian dari Amil Zakat. Tegasnya,
mereka mendapatkan bagian dari bagian Amil sebesar 1/8 dari har-
ta zakat karena mereka merupakan bagian dari Amil yang berhak
mendapatkan upah sesuai dengan kewajarannya.
d. Dalam kitab Al-Majmu’ ‘Ala Syarh al-Muhaddzab VI/178

‫وال جيوز للسايع وال لإلمام أن يترصف فيما حيصل عنده من الفرائض‬
‫حيت يوصلها ايل أهلها ألن الفقراء أهل رشد ال يويل عليهم فال جيوز‬
‫اتلرصف يف ماهلم بغري إذنهم‬
“Tidak boleh bagi petugas penarik zakat dan imam/penguasa un-
tuk mengelola harta-harta zakat yang mereka peroleh sehingga me-
nyampaikannya kepada yang berhak. Hal ini karena para fakir yang
berhak tersebut merupakan golongan orang-orang cakap yang be-
lum memberikan kuasa pengelolaan kepada mereka. Karenanya ti-
dak boleh mengelola harta para fakir tersebut tanpa seizinnya”.
e. Dalam kitab Iqna li as-Syarbiiny I/231, Albaajuri I/539, Fath al wa-
haab II/48

‫ويعطى فقري ومسكني كفاية عمر اغلب فيشرتيان بما يعطيانه عقارا‬
‫يستغالنه ولإلمام أن يشرتي هل ذلك كما يف الغازي هذا فيمن ال حيسن‬
‫الكسب حبرفة وال جتارة أما من حيسن الكسب حبرفة فيعطى ما يشرتي‬

Majelis Ulama Indonesia 135


‫به آالتها أو بتجارة فيعطى ما يشرتي به ما حيسن اتلجارة فيه ما ييف رحبه‬
‫بكفايته اغبلاا‬
“Fakir miskin diberikan zakat sebesar yang dapat memenuhi ke-
butuhan sebagian besar hidupnya, maka panitia zakat dan imam
setempat dengan harta zakat tersebut dapat membelikannya sebi-
dang tanah sehingga bisa mereka ( fakir miskin) manfaatkan, kebo-
lehan panitia zakat dan imam setempat membelikan sebidang ta-
nah tersebut sebagaimana tertera dalam alghazi. Jika fakir miskin
itu tidak mampu bekerja, sedang jika mereka mampu bekerja de­
ngan baik maka boleh diberikan uang yang sekiranya bisa untuk
membeli peralatan kerja, kemudian jika fakir miskin itu pandai
berdagang diberikan uang yang sekiranya bisa untuk modal berda-
gang sehingga labanya bisa mencukupi kebutuhan sebagian besar
hidupnya”.
f. Kitab I’anah at-Tabilin, Jilid 2 hal. 189:
“Sehingga bagi pimpinan negara boleh mengambil zakat bagian
fakir atau miskin dan memberikannya kepada mereka. Masing-
masing fakir miskin itu diberi dengan cara: Bila ia bisa berdagang,
diberi modal dagang yang diperkirakan keuntungannya mencu-
kupi guna hidup; bila ia biasa/dapat bekerja, diberi alat-alat peker-
jaannya. Dan bagi yang tidak dapat bekerja atau berdagang diberi
jumlahyang mencukupi seumur galib (63 tahun).” Kata-kata ‘diberi
jumlah yang mencukupi untuk seumur galib’ bukan maksudnya di-
beri zakat sebanyak untuk hidup sampai umur galib, tetapi diberi
banyak (sekira zakat pemberian itu diputar) dan hasilnya mencu-
kupinya. Oleh karena itu, zakat pemberian itu dibelikan tanah (per-
tanian/perkebunan) atau binatang ternak sekiranya dapat mengo-
lah/memelihara tanah atau ternak itu
g. Al Mugni Ibn Quddamah Juz 2 hal 530:

‫(فصل) وأربعة أصناف يأخذون أخذ ا مستقرا وال يراىع حاهلم بعد ادلفع‬
‫وهم الفقراء واملساكني والعاملون واملؤلفة فمىت أخذ وها ملكوها ملاك‬
‫ وأربعة منهم وهم الغارمون ويف‬, ‫دائما مستقرا ال جيب عليهم ردها حبال‬
‫الرقاب ويف سبيل اهلل وابن السبيل فأنهم يأخذون أخذا مراىع فان رصفوه‬
‫ والفرق بني‬, ‫يف اجلهة اليت استحقوا األخذ ألجلها وإال اسرتجع منهم‬
‫هذه األصناف واليت قبلها ان هؤالء أخذوا املغين لم حيصل بأخذهم الزاكة‬
‫واألولون حصل املقصود بأخذهم وهو غىن الفقراء واملساكني وتأيلف‬
‫ وأن قىض هؤالء حاجهم بها وفضل معهم‬, ‫املؤلفني وأداء أجر العاملني‬
.‫فضل ردوا الفضل إال الغازي فأن ما فضل هل بعد غزوه فهو هل‬

136 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Ada empat Ashnaf yang mengambil bagian yang tetap dan tidak
diperhitungkan kondisinya setelah penerimaan zakat, yaitu fakir,
miskin, amil, dan muallaf. Mereka tidak harus mengembalikan
harta zakatnya dalam keadaan apapun, harta zakat tersebut mi-
lik mereka selamanya. Dan empat orang di antara mereka yaitu
gharim, riqab, Ibnu sabil dan fi sabilillah musafir, mereka mem-
peroleh zakat, jika mereka mentasharrufkan/membelanjakannya
sesuatu yang mereka inginkan, mereka berhak mengambilnya. Jika
tidak maka akan diambil kembali dari mereka, dan perbedaan an-
tara jenis ini dan yang sebelumnya adalah orang-orang ini kaya/
mampu, tidak tercapai dengan mengambil zakat, dan golongan
pertama yaitu yang tercapai tujuan mengambil zakat adalah fakir,
miskin, muallaf dan upah bagi amil. dan Apabila mereka mampu
memenuhi kebutuhan mereka dan ada kelebihan di antara mereka,
maka kembalikan harta yang berlebih, kecuali al ghazi (orang yang
berperang). Maka kelebihan baginya adalah apa saja yang ada
setelah perang (harta rampasan perang) menjadi miliknya.
h. Yusuf Qardhawi dalam kitab fikih zakat hal 634

‫ هل جيوز ذلك قياسا للمستقر ضني ىلع الغارمني ؟ أم نقف عند‬:‫الزاكة‬


‫ بناء ىلع أن الغارمني هم اذلين استدانوا بالفعل‬,‫حرفية انلص وال جنزي ذلك‬
‫ جتزي‬. ‫أعتقاد ان القياس الصحيح واملقاصد العامة إلسالم يف باب الزاكة‬
‫ ىلع أن ينظم ذلك وينشأ‬,‫نلا القول بإ قراض املحتاجني من سهم الغارمني‬
. ‫ وبذلك تساهم الزاكة مساهمة عملية يف حماربة الربا‬. ‫هل صندوق خاص‬
‫والقضاء ىلع القوائد الربوية‬
‫وهذا ما ذهب ايله األساتذة أبو زهرة خالف وحسن يف حبثهم عن‬
‫((الزاكة)) معللني ذلك بأنه إذا اكنت ادليون العادلة تؤدى من مال الزاكة‬
. ‫ فأول أن تعطى منه القروض احلسنة احلايلة من الربا لرتد إىل بيت املال‬,
‫فجعلوه من قياس األوىل‬
Zakat: Apakah boleh dianalogikan dengan orang yang melunasi
hutang kepada orang yang berutang? Atau sesuai dengan makna
harfiyah nash dan tidak membiarkan hal itu, berdasarkan fakta
bahwa orang yang berhutang adalah orang-orang yang telah me-
minjam, berdasarkan qiyas yang sahih dan kemaslahatan umum
yang terdapat dalam bab zakat. Dapat dikatakan bahwa dengan
memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan dari
saham (bagian) gharim. Oleh karenanya perlu diatur dan dikem-
bangkan dana khusus. Dengan demikian, zakat berkontribusi se-
cara praktis untuk memerangi riba dan penghapusan aturan riba.
Ini menurut pendapat Imam Abu Zahra, Abdul Wahab Khalaf

Majelis Ulama Indonesia 137


dan Hasan dalam penelitian mereka tentang “Zakat” menjelaskan
bahwa jika hutang dibayarkan dari uang zakat, maka lebih utama
memberikan pinjaman (al qardh al hasan) saat ini dari pada riba,
agar bisa dikembalikan ke bait al mal, dan menjadikannya (memin-
jamkan uang kepada gharim dengan al qardh al hasan) sebagai
qiyas aula.
20
KEPUTUSAN
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 67 TAHUN 2021
Tentang
PEDOMAN PENGAWASAN SYARIAH
DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL/LEMBAGA AMIL ZAKAT

Komisi Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (KF-MUI) setelah,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penge-
lolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial
keagamaan lainnya diperlukan pengawasan syariah
yang profesional oleh Dewan Pengawas Syariah
(DPS) untuk memastikan pengelolaan secara benar
sesuai dengan prinsip syariah;
b. bahwa dalam rangka efektivitas pelaksanaan penga-
wasan syariah oleh DPS sebagaimana dimaksud pada
huruf a, diperlukan peraturan tentang pedoman pen-
gawasan syariah di Badan Amil Zakat/Lembaga Amil
Zakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di-
maksud pada huruf a dan b, Komisi Fatwa Majelis
Ulama Indonesia menetapkan keputusan tentang
Pedoman Pengawasan Syariah di Badan Amil Zakat/
Lembaga Amil Zakat.
Mengingat : 1. Firman Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain:
a. Ayat yang menerangkan tentang ketentuan asnaf
penerima zakat:
َ
‫ني َعليْ َها‬ َ ‫ات للْ ُف َق َرا ِء َوال ْ َم َساكني َوالْ َعامل‬
ُ َ َ َّ
‫إن َما الصدق‬
َّ
ِِ ِ ِ ْ ِ
‫هلل َو ِاب ْ ِن‬ َ ‫ني َوف‬َ ‫الرقَاب َوال َغارم‬
ِّ ‫وب ُه ْم َوف‬ ُ ُ‫َوال ْ ُم َؤلَّ َفة قُل‬
ِ ‫يل ا‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ ‫س‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ‫يم َحكيم‬ ُ ‫يض ًة ِم َن اهلل َو‬
ٌ ‫اهلل َعل‬ َ ‫السبيل فَر‬ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hat-
inya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai ses-
uatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. al-
Taubah [9]: 60)
b. Ayat yang menerangkan tentang perintah me-
mungut zakat:
ِّ َ ُ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ
‫يه ْم بِ َها‬
ِ ‫خذ ِمن أموال ِ ِهم صدقة تطهرهم وتز‬
‫ك‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna
membersihkan dan menyucikan mereka. (QS. al-
Taubah [9]: 103)
c. Ayat-ayat yang menerangkan tentang perintah
bermusyawarah dalam mengambil suatu keputu-
san, antara lain;
َ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ ‫َو َش‬
ِ ‫اورهم ِف الم ِر ف ِإذا ع َزمت فتوك ع ا‬
.… ‫هلل‬ ِ
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah mem-
bulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah.
(QS. Ali-Imran [4]: 159)
َ ‫الص َل َة َوأَ ْم ُر ُه ْم ُش‬
‫ورى‬ ُ َ‫جابُوا ل َر ّبه ْم َوأَق‬
َّ ‫اموا‬ َ َ ْ َ َّ ‫َو‬
ِ ِ ِ ْ ‫الين است‬ ِ
َ ُ ْ ُ ْ ُ َ َ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ
‫بينهم و ِمما رزقناهم ين ِفقون‬
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mema-
tuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musy-
awarah antar mereka. (QS. Al--Syura [42]: 38)
d. Ayat yang menerangkan bahwa orang ketiga
mempunyai peran penting dalam suatu perkum-
pulan atau musyawarah:

140 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ّ ُ ََ َ َ ْ ّ َ َ َ ُ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ
‫ث فقالوا ِانا‬
ٍ ‫ي فكذبوهما فعززنا بِثا ِل‬ ِ ‫ِا َذ ارسلنا ِال ُ ِهم اثن‬
ُ
‫ِالْك ْم ُم ْر َسل ْون‬
Ketika kami mengutus kepada mereka dua orang
utusan, lalu mereka mendustakannya; kemudian
Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka
ketiga (utusan itu) berkata, ”Sesunggungnya kami
adalah orang-orang yang diutus kepadamu”. (QS.
Yasin [36]: 14)
2.
Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam, antara
lain:
a. Hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sal-
lam tentang kewajiban menunaikan zakat atas
orang yang mampu, antara lain:
‫ريض‬ ‫أيب عبد الرمحن عبد اهلل بن عمر بن اخلطاب‬ ‫عن‬
‫وسلم‬ ‫ سمعت رسول اهلل صىل اهلل عليه‬: ‫اهلل عنهما قال‬
َّ َ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ََ َ ْ َ ُ
‫ شهادة أن ال إِل إِال اهلل وأن‬: ‫إل ْسال ُم ع خْ ٍس‬
ِ ‫ ب ِن ُا‬:ً ‫يقول‬
َ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َّ ُ َ َ ْ ُ َ َّ َ ُ
‫هلل وإِقام الصال ِة وصوم رمضان وإِيتاء الزك ِة‬
ِ ‫ممدا رسول ا‬
ْ َ ْ ‫َو َح ُّج‬
‫ت‬ ِ ‫الي‬
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin
Khaththab berkata; saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam
dibangun atas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada
Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bah-
wa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan
puasa Ramadhan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
َّ‫اهلل َعلَيْه َو َسلَّ َم لَما‬
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬ َ ُ َ َّ َ َّ َ ْ َ
ِ َ َ ِ ‫ أن رس‬،‫اس‬
ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ْ َ ً َ
‫اهلل قد ف َرض‬ ‫ فأخ ِبهم أن‬،...« :‫ َقال‬،‫َب َعث ُم َعاذا ِإل الَ َم ِن‬
َ ُ َ َ ُّ َ ُ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ْ ُ ً َ َ ْ ْ َ َ
‫» (رواه‬..،‫تد ع فق َرائِ ِه ْم‬ ‫علي ِهم زكة تؤخذ ِمن أغ ِنيائِ ِهم ف‬
)‫مسلم‬
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah shal-
lallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz
ke Yaman bersabda: “… dan beritahukan kepada
mereka bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mewa-
jibkan zakat yang diambil dari harta orang kaya
di antara mereka dan dikembalikan kepada para

Majelis Ulama Indonesia 141


orang-orang fakir di antara mereka“. (HR. Muslim)
b. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam ten-
tang pentingnya kompetensi seseorang yang men-
jadi ahlu syura, antara lain:
َّ َ ُ َّ َ ُ َُ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ
:‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬ ِ ‫ قال رسول ا‬:‫ قال‬،‫عن أ ِب ه َري َرة‬
‫هلل صل‬
َْ ُ َ َ ْ ُْ
.‫ار ُمؤت َم ٌن‬‫المستش‬
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah shallal-
lahu alaihi wasallam bersabda: “Orang yang dim-
inta pendapat adalah orang yang dipercaya.” (HR.
al-Turmudzi)
ْ َ َ َ َّ َ ُ َّ َ َّ َّ َّ َ
،‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم قال أل ِب بَك ٍر‬ ‫عن ابن غنم أن انلب صل‬
َ.‫كما‬ُ َُْ َ َ َ ُ َ ِ َُْ ََْ َ ََ ُ َ
‫وعمر ل ِو اجتمعتما ِف مشور ٍة ما خالفت‬
Dari Ibnu Ghanmin: Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Abu
Bakar dan Umar: “Apabila kamu berdua sepakat
(tentang sesuatu) dalam musyawarah, maka aku
tidak akan berbeda (pendapat) dengan kamu ber-
dua.” (HR. Ahmad)
ََ ُْ ُ ْ ْ ُ َْ َ
َ ‫ال َ َم‬ َ َ ُ َ
‫اع ِة َوإِيَّ َاك ْم َوالف َ ْرقة‬ ‫ عليكم ِب‬.... :‫ع ْن اب ْ ِن ع َم َر قال‬
َ َْْ ْ ََُ ْ َ َ َ َ ْ َّ َّ َ
‫ي أ ْب َع ُد َم ْن أ َراد‬ ِ ‫اح ِ ْد وهو ِمن ِالثن‬ ِ ‫ف ِإن الشيطْان مع ال َو‬
ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ْ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ ْ ُ
‫اءته‬ ‫ببوحة الن ِة فليلزم الماعة من سته حسنته وس‬
ْ ْ ُ ََ ُ
‫َسيِّئَتُه فذ ِلك ْم ال ُمؤ ِم ُن‬
Dari Ibnu Umar berkata: … “Nabi s.a.w. Hendaklah
kalian selalu bersama Al Jama’ah. Dan janganlah
kalian berpecah belah, karena setan itu selalu ber-
sama dengan orang yang sendirian, sedangkan ter-
hadap dua orang, ia lebih jauh. Barangsiapa yang
menginginkan Buhbuhata Al Jannah, maka hen-
daklah ia komitmen untuk menetapi Al Jama’ah.
Barangsiapa kebaikannya yang ia lakukan mem-
buatnya lapang dan bahagia, dan keburukannya
membuatnya penat dan susah, maka dia adalah
seorang mukmin. (HR. Al-Turmudzi)
Memperhatikan : 1. Pendapat Muhammad bin Ali asy-Syaukani, al-Sail
al-Jarrar al-Mutadaffiq ‘Ala Hada`iq al-Azhar, sebagai
berikut:

142 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


َّ ٌ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ْ َ ْ ُ ُ ََُْ ََ َْ ََْ
‫وقد أطبق العقلء حسن َ الستِشار ِْة ِف األمو ِر ومعلوم أن‬
َْ ْ َْ ُ َ ْ
َ ‫ح َز ُم ِم ْن َرأي‬ َ َ ْ
َّ ‫اع‬
‫اح ِد نف ِس ِه‬
ِ ‫الو‬ ِ ‫أ‬ ‫ي‬
ِ ‫ل‬‫ج‬‫ر‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫أي‬‫الر‬ ‫إج ِتم‬
“Kaum cerdik-cendekia sepakat memandang baik un-
tuk melakukan musyawarah/konsultasi dalam segala
persoalan. Dan sudah maklum bahwa satu pendapat
yang dikemukakan oleh dua orang lebih meyakinkan
dibanding pendapat yang hanya dikemukakan satu
orang saja.”
(Muhammad bin Ali asy-Syaukani, as-Sail al-Jarrar
al-Mutadaffiq ‘ala Hada`iq al-Azhar, Mesir-Wizarah
al-Awqaf wa asy-Syu’un al-Islmiyyah, 1408 H/1988 M,
juz, IV, 479)
2. Keputusan Rapat Pleno Komisi Fatwa MUI pada hari
Senin tanggal 13 Desember 2021.

Dengan bertawakal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA IN-


DONESIA TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DI
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL/LEMBAGA AMIL
ZAKAT.

1. Mengesahkan Keputusan Komisi Fatwa Majelis


Ulama Indonesia (KF MUI) tentang Pedoman Pen-
gawasan Syariah di Badan Amil Zakat Nasional/
Lembaga Amil Zakat sebagaimana terlampir dalam
Keputusan ini;
2. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetap-
kan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
dibutuhkan perbaikan, akan diperbaiki dan disem-
purnakan sebagaimana mestinya.

Majelis Ulama Indonesia 143


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 9 Jumadal Awal 1443 H.
13 Desember 2021 M.

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, M.A Miftahul Huda, Lc.

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

KH. Miftachul Akhyar H. Amirsyah Tambunan

144 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


LAMPIRAN : Keputusan KF MUI Nomor 67 Tahun 2021
TENTANG : Pedoman Pengawasan Syariah di Badan Amil Zakat Nasion-
al/Lembaga Amil Zakat

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:


1. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, yang selanjutnya disingkat KF
MUI adalah lembaga yang melaksanakan tugas Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dalam menetapkan fatwa-fatwa masalah-masalah keagamaan ter-
kait dengan akidah, ibadah, sosial budaya, POM dan IPTEK.
2. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pen-
goordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat.
3. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lem-
baga negara yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
4. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga
yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
5. Pengawasan Syariah adalah aktifitas pengawasan kepatuhan syariah
dalam pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial keagaa-
maan lainnya sesuai dengan fatwa dan pernyataan kesesuaian syariah KF
MUI.
6. Fatwa adalah keputusan hukum yang didasarkan pada prinsip syariah
yang ditetapkan oleh KF MUI.
7. Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan yang diterbitkan KF
MUI yang menyatakan bahwa pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf,
dan dana sosial keagaamaan lainnya telah sesuai dengan prinsip syariah.
8. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disingkat DPS adalah seseorang
yang direkomendasikan oleh KF MUI pada BAZNAS/LAZ untuk menga-
wasi kesesuaian Syariah pada pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf,
dan dana sosial keagaamaan lainnya di masing-masing BAZNAS/LAZ.
9. Opini DPS adalah pendapat DPS terhadap suatu masalah dalam pengelolaan
zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial keagaamaan lainnya, baik atas
dasar permintaan/pertanyaan dan/atau temuan di lembaga yang diawasinya.

Majelis Ulama Indonesia 145


10. Rekomendasi calon DPS adalah rekomendasi yang diterbitkan oleh KF
MUI atas permohonan BAZNAS/LAZ untuk menyetujui penempatan DPS
pada lembaga pemohon.

BAB II
PENGAWASAN SYARIAH
Pasal 2
(1) Pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial keagamaan lain-
nya oleh BAZNAS dan LAZ wajib memenuhi kesesuaian prinsip syariah.
(2) Prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fatwa dan
pernyataan kesesuaian syariah KF MUI.

Pasal 3
(1) Pengawasan Syariah wajib dilakukan terhadap operasional pengelolaan
zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial keagamaan lainnya di BA-
ZNAS/LAZ.
(2) Dalam menjalankan fungsi pengawasan syariah, BAZNAS/LAZ mengang-
kat Dewan Pengawas Syariah.
(3) Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah wajib memperoleh rekomendasi
dari KF MUI.

BAB III
DPS
Pasal 4
Kedudukan

(1) DPS merupakan pihak yang terafiliasi dengan BAZNAS/LAZ yang dia-
wasinya.
(2) Dalam menjalankan pengawasan DPS bertanggung jawab atas kesesuaian
Syariah berdasarkan prinsip syariah.
(3) DPS bertanggung jawab kepada BAZNAS/LAZ dan pihak lain sesuai per-
aturan perundang-undangan.

Pasal 5
Tugas

(1) Mengawasi aspek syariah dalam pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf,
dan dana sosial keagamaan lainnya oleh BAZNAS/LAZ agar sesuai dengan

146 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


prinsip syariah.
(2) Memberikan nasihat dan saran kepada pimpinan dan anggota BAZNAS/
LAZ mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah;
(3) Membuat opini syariah atas permintaan/pertanyaan dan/atau temuan di
lembaga yang diawasinya sesuai prinsip syariah; dan
(4) Melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas dan ditembuskan kepada
KF MUI.
(5) Mengajukan permohonan fatwa ke KF MUI dalam hal masalah yang diha-
dapi belum ada fatwa KF MUI.

BAB IV
REKOMENDASI PENGANGKATAN DPS
Pasal 8
Keanggotaan DPS

(1) BAZNAS/LAZ harus memiliki sedikitnya 2 (dua) orang anggota DPS, dan
salah satunya ditetapkan sebagai ketua.
(2) DPS sebagaimana dimaksud ayat 1 diangkat oleh BAZNAS/LAZ setelah
mendapatkan rekomendasi KF MUI.
(3) Masa tugas DPS sesuai dengan anggaran dasar BAZNAS/LAZ dan per-
aturan.
(4) Dalam hal terdapat perpanjangan masa tugas atau perubahan keang-
gotaan DPS, harus memperoleh rekomendasi dari KF MUI.

Pasal 9
Rekomendasi Calon DPS

(1) Calon DPS wajib mendapatkan rekomendasi dari KF MUI.


(2) Rekomendasi calon DPS BAZNAS/LAZ tingkat Nasional dilakukan oleh
Komisi Fatwa MUI Pusat.
(3) Rekomendasi calon DPS BAZNAS/LAZ tingkat Provinsi dilakukan oleh
Komisi Fatwa MUI Provinsi.
(4) Rekomendasi calon DPS BAZNAS/LAZ tingkat Kabupaten/Kota dilaku-
kan oleh Komisi Fatwa MUI Kabupaten/Kota.

Majelis Ulama Indonesia 147


Pasal 10
Syarat
Calon DPS yang akan dimohonkan rekomendasi dari KF-MUI harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Beragama Islam yang berfaham ahlus-sunnah wal-jamaah;
b. Calon DPS diajukan oleh BAZNAS/LAZ;
c. Memiliki kompetensi di bidang zakat, infak, sedekah, wakaf, dan
pengetahuan tata kelola zakat dengan pendidikan serendah-renda-
hnya sarjana di bidang syariah atau setara;
d. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas secara profesional
sebagai DPS;
e. Tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan
BAZNAS/LAZ yang diawasinya;
f. Menerima eksistensi NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
dan
g. Tidak sedang menjadi pengurus atau pegawai aktif di BAZNAS/LAZ.

Pasal 11
Prosedur

Prosedur pemberian rekomendasi calon DPS oleh KF MUI adalah sebagai beri-
kut:
a. BAZNAS/LAZ menyampaikan surat permohonan Rekomendasi
calon DPS kepada KF MUI dengan melampirkan dokumen sebagai
berikut:
1) Akta notaris dan/atau dokumen izin pendukung lainnya;
2) Profil BAZNAS/LAZ;
3) Rencana kegiatan pengembangan zakat, infak, sedekah, wakaf,
dan dana social keagamaan lainnya;
4) Pernyataan BAZNAS/LAZ tidak terkait dengan perbuatan mela-
wan hukum seperti pidana korupsi, terorisme, dan pidana pen-
cucian uang;
5) Daftar Riwayat hidup calon DPS; dan
6) Contoh Opini Syariah yg pernah dikeluarkan DPS (jika ada).
b. Pimpinan KF MUI menjadwalkan muqabalah (wawancara) dengan
calon DPS guna memastikan kelayakan dan kepantasan calon DPS.
c. Calon DPS yang dinilai layak dan pantas, direkomendasikan untuk
ditetapkan sebagai DPS pada BAZNAS/LAZ melalui proses dan me-
kanisme yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan KF MUI ini, akan diatur kemu-
dian.

Pasal 13
Keputusan ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 9 Jumadal Ula 1443 H
13 Desember 2021 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, M.A Miftahul Huda, Lc.

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

KH. Miftachul Akhyar H. Amirsyah Tambunan

Majelis Ulama Indonesia 149


21
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 65 Tahun 2022
Tentang
HUKUM MASALAH-MASALAH TERKAIT ZAKAT FITRAH

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :


MENIMBANG : a. bahwa zakat fitrah merupakan zakat yang wajib dike-
luarkan oleh setiap muslim atas dirinya dan jiwa yang
menjadi tanggungannya saat menjelang idul fitri;

b. bahwa dalam tata kelola zakat fitrah banyak per-
tanyaan yang muncul terkait teknis pelaksanaannya,
antara lain tentang hukum membayarnya dengan
qimah (uang), hukum menyegerakan pembaya-
rannya, dan batas waktu pendistribusiannya;

c. bahwa untuk itu Majelis Ulama Indonesia meman-
dang perlu menetapkan fatwa tentang hukum masa-
lah-masalah terkait zakat fitrah sebagai pedoman.
MENGINGAT : 1. Firman Allah SWT:
ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mer-
eka… (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ ‫الراكع‬ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ ‫الص َل َة َوآتُوا‬ ُ ‫َوأَق‬
َّ ‫يموا‬
:‫ (ابلقرة‬.‫ني‬ ِِ َّ ‫الزكة َواركعوا مع‬ ِ
)267
Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah
bersama dengan orang-orang yang ruku. (QS. Al-
Baqarah: 43)
ْ ْ َٓ ْ َ ٰ َ ِّ َ ْ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ
‫ت َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّما أخ َرجنَا‬
ِ ‫لين ْ َءَامنوا أن ِفقوا ِمن طيب‬ِ ‫يأيها اٱ‬
ُ َ
.)267 :‫لكم ِّمن اٱلرض ۖ … (ابلقرة‬
ْ َ
Hai orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu ….
(QS. al-Baqarah [2]: 267)

2. Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, an-


tara lain:
a. Hadis nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menegaskan tentang kewajiban zakat fitrah atas
umat Islam;

‫اع‬ ً ‫ول اهلل – صىل اهلل عليه وسلم – َز َك َة الْف ْطر َص‬ ُ َُ َ ََ
‫فرض رس‬
ِ ِْ ِ
َ َّ َ ِّ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ً َ َْ َْ ْ
‫ واذل َك ِر‬،‫الر‬ ‫ أو صاع ِمن ش ِعري ع العب ِد و‬،‫ِمن ُ تم ٍر‬
ْ َ َ َََ َ ْ ُْ َ ٍ َ ْ َ َّ ‫ َو‬،‫َواأل ْن َث‬
‫ري ِمن المس ِل ِمني وأمر بِها أن‬ ِ ‫ب‬
ِ ‫ك‬ ‫ري وال‬
ِ ‫الص ِغ‬
َ َّ َ َّ ‫وج‬ ُ َ ْ َ َّ َ ُ
‫الصال ِة‬ ‫اس ِإل‬ ِ ‫انل‬ ِ ‫تؤدى قبل خ ُر‬
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajib-
kan zakat fitri dengan satu sha’ kurma atau satu
sha’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka
maupun budak, laki-laki maupun perempuan,
anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diper-
intahkan dikeluarkan sebelum orang-orang kelu-
ar untuk melaksanakan shalat ‘ied.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
ً ْ ْ َ ََ ُ َُ َ َ
‫زكة ال ِف ْط ِر َُطه َرة‬-‫وسلم‬ ‫صىل اهلل عليه‬-‫هلل‬ ِ ‫ف َرض رسول ا‬
َ َّ
‫ني َم ْن أداها‬ ‫ك‬ ‫ا‬ َ ‫الرفَث َو ُط ْع َم ًة للْ َم‬
‫س‬ َّ ‫لصائِم ِم َن اللَّ ْغو َو‬ َّ ‫ل‬
ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ ْ َ َ َّ
َ ِ ‫ه زكة مقبولة ومن أداها بعد الصال ِة ف‬ ْ َ َ ٌ َ ُ ْ َ ٌ َ َ َ َ َّ
َ ِ ‫قبل الصال ِة ف‬ َ ْ َ
‫ه‬
َ َ َّ َ ٌ َ َ َ
.‫ات‬ِ ‫صدقة ِمن الصدق‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewa-
jibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang
berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji,
dan juga untuk memberi makan miskin. Barang-
siapa yang menunaikannya sebelum shalat maka
zakatnya diterima dan barangsiapa yang menun-

152 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


aikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap
sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR.
Abu Daud dan Ibnu Majah).
b. Hadis tentang perintah membayar zakat fitrah
dengan makanan pokok, antara lain:
ْ ُ َّ ُ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ِّ ْ ُ ْ
‫ كنا ن ِر ُج ِف‬:‫اهلل عنه قال‬ ‫يد الد ِري ر ِض‬ َ َ ْ َ
ٍ ‫عن أ ِب س ِع‬
ً ‫اهلل َعلَيْه َو َسلَّ َم يَ ْو َم الْف ْطر َص‬
‫اع‬ ُ ‫َع ْهد َر ُسول اهلل َص َّل‬
ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ
ُ‫الزبيب‬ ُ ‫امنَا الشع‬
َّ ‫ري َو‬ َ ‫ َو َك َن َط َع‬:‫ َوقَ َال أَبُو َسعيد‬. ٍ‫م ْن َط َعام‬
ِ ِ ٍ ِ
ْ َّ ُ َ َِ
ُ
)‫ (رواه ابلخاري‬.‫واأل ِقط واتلمر‬َ
“Dari Abu Said al-Khudri RA berkata: Dulu pada
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
kami menunaikan zakat fitrah dengan satu sha’
bahan makanan. Dan Abu Said menyampaikan
bahwa bahan makanan kami (pada saat itu)
adalah gandum, anggur, keju, dan kurma.” (HR.
al-Bukhari)
c. Hadis tentang wajib membayar zakat fitrah dan
batas waktu akhir membayarkannya:
ْ َ َّ ٌ َ ْ ٌ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ
‫ه َزكة َمقبُ ْولة َو َم ْن أداها َبع َد‬ ِ ‫فمن أداها قبل الصل ِة ف‬
َ َ َّ َ ٌ َ َ َ َ َ َ َّ
‫ات‬
ِ ‫الصل ِة ف ِه صدقة ِمن الصدق‬
“Barang siapa mengeluarkan  (zakat Fitrah) se-
belum shalat (‘Idul Fitri), maka zakatnya sah. Ba-
rang siapa mengeluarkannya setelah shalat maka
dianggap sedekah sunah.” (HR. Ibnu Majah)

d. Hadis tentang bolehnya mambayar zakat fitrah


mulai awal ramadan:

‫ واكن‬, ... :‫عن نافع عن ابن عمر رىض اهلل عنهما قال‬
‫ واكنوا‬, ‫ابن عمر رىض اهلل عنهما يعطيها لذلين يقبلونها‬
)‫ (رواه ابلخاري‬.‫يعطون قبل الفطر بيوم أو يومني‬
“Sahabat Ibnu Umar RA memberikan zakat fitrah
kepada mereka yang berhak menerimanya. Mere­
ka (para sahabat) membayarkan zakat fitrah
pada satu atau dua hari sebelum Syawwal.” (HR
Bukhari).

Majelis Ulama Indonesia 153


َ َ َ َّ َ ْ َّ َ َ ‫ل بْن أَب‬
ُ ‫ب َص َّل‬
‫اهلل‬ َّ ‫«سأ َل‬
َّ ‫انل‬ ‫اس‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫ط‬ ِّ ‫َع ْن َع‬
ٍ ِ ِ
َ ِ َ َ
َّ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َِ ْ َ َ
‫تل ف َرخ َص ُل ِف‬ ِ ‫يل صدق ِت ِه قبل أن‬ ِ ِ ‫َعل َي ِه وسلم ِف ت‬
‫ج‬ ‫ع‬
)‫ذلِك» (رواه ابن ماجه و أبو داوود‬
Dari Ali bahwa Abbas ra. bertanya kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. tentang pe-
nyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya,
lalu beliau mengizinkannya. (HR. Ibnu Majah dan
Abu Daud)
e. Hadis tentang bolehnya membayar zakat fitrah
dengan selain makanan pokok;
َ ُ َّ َ َ ُ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫هلل صل‬
ِ ‫ض اهلل عنهما أن رسول ا‬ ِ ‫ع ِن اب ِن عمر ر‬
ْ َْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ َ
، ‫ رواه ادلارقطين‬.‫ أغنوهم ِف هذا الوم‬:‫وآل وسلم قال‬ ِِ
ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُْ
” ِ‫اف هذا الوم‬ ِ ‫ويف رواية ابليهيق “أغنوهم عن طو‬
“Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Cukupilah mereka di
hari ini,’ (HR Ad-Daruquthni). Di dalam redaksi
riwayat imam Al-Baihaqi disebutkan, ‘Cukupilah
mereka sehingga mereka tidak perlu berkeliling
(meminta-minta) pada hari ini.’”
3. Kaidah fikih, antara lain:
َ َ‫الرع َّية َمنُ ْو ٌط بال ْ َم ْصل‬ َ َ َ ْ ُ ُّ َ َ
َّ ‫ع‬
‫ح ِة‬ ِ ِ ِ ِ‫المام‬
ِ ‫تصف‬
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap
rakyat harus mengikuti kemaslahatan“.
َ َْ ُ ْ ُ َ َ َْ
‫اص ِد‬
ِ ‫لِلوسائِل حكم المق‬
“Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian
yang akan dituju“.
َّ ُ َ ْ ُّ َ َ َ
ٌ ‫ال به َف ُه َو َواج‬
‫ب‬ ِ ِ ِ ‫اجب ِإ‬
ِ ‫ما ال ي ِتم الو‬
“Sesuatu kewajiban yang hanya bisa diwujudkan
dengan melakukan sesuatu perkara, maka perkara
tersebut hukumnya menjadi wajib“.
MEMPERHATIKAN : 1. Pendapat imam-imam fakih tentang bolehnya
membayar zakat fitrah dengan uang, di annta-
ranya:

154 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


a. Pendapat Al-Sarakhshi dalam kitab al-Mabsuth,
Bairut-Dar al-Fikr, cet ke-1, 1421 H/2004 M, juz
III, hal. 99:
َ ََْ َ َ َْْ ََ
َ َ َ‫أل َّن ال ْ ُم ْعت‬ ْ َ ْ َ َ َ
‫ب‬ ِ ‫ ف ِإن أع َطى ِقيمة‬: )‫(قال‬
; ‫النط ِة جاز ِعندنا‬
ْْ ُ ُ َْ َ َ َ ْ ُ ُ َْ َ ََ َ ْ ُ ُ ُ
‫الن َط ِة‬ ِ ِ‫حصول ال ِغن وذلِك يصل بِال ِقيم ِة كما يصل ب‬
“Andaikan seseorang (dalam menunaikan zakat
fitrahnya) dengan menyerahkan uang senilai
harga gandum, maka hukumnya boleh menurut
kami karena sungguh yang menjadi pertimban-
gan adalah terciptanya kehidupan yang layak.
(tujuan) tersebut dapat terwujud dengan peny-
aluran uang sebagaimana juga dapat terwujud
dengan menyerahkan gandum.”
b. Pendapat Abu Ja’far yang dinukil oleh Al-Sara-
khshi dalam kitab Al-Mabsuth, Bairut-Dar al-
Fikr, cet ke-1, 1421 H/2004 M, juz III, hal. 99-100):
َ ‫اء الْق‬ ُ ََ ُ ُ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َُ ُ َْ َ ََ
‫يم ِة‬ ِ ‫د‬ ‫ أ‬: ‫َوكن الف ِق َيه أَبو جعف ٍر ر ِحه اهلل تعال يقول‬
َ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َّ ُ َ ْ
‫ال‬ِ ‫ح‬ ‫ل‬ِ ‫ل‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬
ِ ِ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬
ِ ِ ‫أفضل; ألن َه أقرب إل منفع ِة ال‬
‫ف‬ ‫ري‬ ‫ق‬
ِ ‫ف‬
ُ َ‫َما َيْت‬
‫اج إلْ ِه‬
“Pembayaran zakat fitrah dengan uang adalah
pembayaran yang paling baik karena uang pal-
ing efektif untuk memberi manfaat kepada faqir.
Pasalnya, uang dapat dipakai untuk membeli
berbagai barang yang dibutuhkannya.”
c. Pendapat Ibnu Qasim yang dinukil oleh Mu-
hammad bin Yusuf al-‘Abdari dalam kitab al-Taj
wa al-Iklil li Mukhtashar Khalil, Bairut-Dar al-
Fikr, 1398 H, juz II, hal. 366:
ْ َ ْ ْ َ ُُ ُْ َ ٌ َ َ َ ْ
‫ ال ي ِزئه أن يَدف َع ِف َ ال ِف َ ْط َر ِة‬:‫َو ِم ْن ال ُم َد َّون ِة قال َمالِك‬
ْ َ َ ْ َ َْ ْ ْ َ َ ًََ
‫ ف ِإن ف َعل أج َزأ ُه‬: ‫اس ِم‬ َ
ِ ‫ َور َوى ِعيس عن اب ِن الق‬. ‫ثمنا‬
“Di dalam kitab al-Mudawwanah, Imam Malik
berkata: ‘Tidaklah cukup bagi seseorang yang
membayar zakat fitrahnya dalam bentuk uang.’
Syekh Isa meriwayatkan dari imam Ibnu Qasim
yang berkata: ‘Jika seseorang membayar zakat
fitrah dengan uang, maka hal itu sudah diang-
gap cukup (sah).”

Majelis Ulama Indonesia 155


2. Pendapat fuqaha tentang waktu penyaluran zakat
fitrah, antara lain:
a. Pendapat Syekh Abu Bakar bin Sayyid Muham-
mad Syatha dalam kitab Hasyiyah I’anah ath-
Thalibin, juz 2, hal. 174:

‫(واحلاصل) أن للفطرة مخسة أوقات وقت جواز ووقت‬


‫ فوقت‬ ،‫وجوب ووقت فضيلة ووقت كراهة ووقت حرمة‬
‫اجلواز أول الشهر ووقت الوجوب إذا غربت الشمس‬
‫ووقت فضيلة قبل اخلروج إىل الصالة ووقت كراهة إذا‬
‫أخرها عن صالة العيد إال لعذر من انتظار قريب أو‬
‫أحوج ووقت حرمة إذا أخرها عن يوم العيد بال عذر‬
“Kesimpulannya bahwa membayar zakat fitrah
ini memliki lima waktu, yakni waktu jawaz (bo-
leh), waktu wajib, waktu fadhilah (utama), waktu
makruh, dan waktu haram. Waktu jawaz adalah
mengeluarkan zakat di awal bulan Ramadhan.
Waktu wajib adalah mengeluarkan zakat ketika
telah terbenamnya matahari pada akhir Ramad-
han. Waktu fadhilah adalah mengeluarkan zakat
ketika sebelum keluar untuk melaksanakan shalat
Ied. Waktu makruh adalah ketika mengakhirkan
membayar zakat dari shalat ied, kecuali karena
udzur semisal menunggu kerabat (untuk diberi-
kan zakat padanya) atau orang yang lebih butuh.
Dan waktu haram adalah ketika mengakhirkan
membayar zakat fitrah dari hari raya Ied (setelah
terbenamnya matahari) tanpa adanya udzur,”
b. Pendapat Syekh Abu Bakar bin Sayyid Muham-
mad Syatha dalam kitab Hasyiyah I’anah ath-
Thalibin, juz 2, hal. 197:

‫ وذلك‬.‫ أي إخراجها‬،‫ وحرم تأخريها) أي الفطرة‬:‫(قوهل‬


‫ لكونه يوم‬،‫الن القصد إغناء املستحقني يف يوم العيد‬
‫رسور‬
”Haram mengakhirkan zakat fitrah. Hal tersebut
dikarenakan tujuan adanya zakat fitrah adalah
mencukupi orang-orang yang berhak meneri-

156 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ma zakat pada hari raya Id, sebab hari tersebut
adalah hari kebahagiaan”
3. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Intensifi-
kasi Pelaksanaan Zakat tanggal 26 Januari 1982
4. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat Komisi Fat-
wa pada tanggal 19 Oktober 2022 bertepatan dengan
tanggal 23 Rabiul Awal 1444 H.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA TENTANG HUKUM MASALAH-MASALAH


TERKAIT ZAKAT FITRAH
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan :
Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan
atas setiap jiwa baik lelaki dan perempuan muslim yang
dilakukan pada bulan Ramadhan hingga menjelang
shalat Idul Fitri.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Zakat fitrah hukumnya wajib dikeluarkan oleh se-
tiap muslim atas dirinya dan jiwa yang menjadi tan-
ggungannya saat menjelang idul fitri dengan keten-
tuan bahwa ia masih hidup pada malam hari raya
dan memiliki kelebihan dari kebutuhan pokoknya
untuk sehari.
2. Zakat fitrah dibayarkan dalam bentuk makanan po-
kok.
3. Kadar zakat fitrah adalah 1 sha’ yang jika dikonversi
ke beras menjadi 2,7 kg atau 3,5 liter.
4. Zakat fitrah dapat dibayarkan dengan uang yang
diamanahkan kepada panitia untuk dibelikan ma­
kan­an pokok.
5. Nilai zakat fitrah berupa beras, jika dinominalkan
mengacu kepada:

Majelis Ulama Indonesia 157


a. Harga jenis beras yang dikonsumsi muzakki.
b. Sesuai dengan harga pasar setempat.
6. Khusus bagi warga umat Islam yang makanan po-
koknya bukan beras, maka zakat fitrah yang dikelu-
arkan sesuai dengan makanan pokok setempat.
7. Menyegerakan pembayaran zakat fitrah sejak awal
Ramadan hukumnya boleh.
8. Waktu wajib membayar zakat fitrah adalah sebelum
dilaksanakannya shalat Idul Fitri.
9. Menyalurkan zakat fitrah yang diwakilkan oleh mu-
zakki kepada badan/lembaga amil zakat atau pani-
tia zakat fitrah melewati tanggal 1 Syawal hukumnya
tidak sah kecuali ada uzur syar’i.
10. Zakat fitrah ditasarufkan kepada fakir miskin.

Ketiga : Rekomendasi
1. Umat Islam yang memenuhi syarat wajib zakat
dianjurkan untuk segera menunaikan kewajiban
zakatnya kepada mustahiq atau menyalurkan za-
katnya melalui badan/lembaga amil zakat yang ter-
percaya.
2. Badan/Lembaga Amil Zakat agar menjadikan fat-
wa ini sebagai pedoman dalam pengelolaan zakat
fitrah.

Keempat : Ketentuan Penutup


1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempur-
nakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau
untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Rabiul Awal 1444 H
19 Oktober 2022 M

158 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOMISI FATWA

Wakil Ketua Sekretaris

KH. Juneidi Miftahul Huda, Lc.

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Sekretaris Jenderal

Dr. KH. M. Asrorun Niam Sholeh, MA Dr. Amirsyah Tambunan, MA

Majelis Ulama Indonesia 159


22
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 66 Tahun 2022
Tentang
PEMANFAATAN HARTA ZAKAT
UNTUK PENANGGULANGAN BENCANA DAN DAMPAKNYA

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :


MENIMBANG : a. bahwa zakat merupakan jenis ibadah mahdlah yang
berdimensi sosial ekonomi;
b. bahwa di antara hikmah pensyariatan zakat adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan umat, termasuk
untuk penanggulangan bencana;
c. bahwa secara geografis, mayoritas wilayah Indone-
sia berpotensi mengalami bencana seperti tsunami,
banjir, dan gempa bumi yang membutuhkan pe-
nanggulangan secara cepat;
d. bahwa muncul pertanyaan di masyarakat tentang
hukum pemanfaatan harta zakat untuk penanggu-
langan bencana dan dampaknya;
e. bahwa untuk itu Majelis Ulama Indonesia meman-
dang perlu menetapkan fatwa tentang pemanfaatan
harta zakat untuk penanggulangan bencana dan
dampaknya sebagai pedoman.
MENGINGAT : 1. Firman Allah SWT:
ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)103 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mer-
eka… (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ َّ ْ َ َ َٰ ْ َ ٰ َ َ ْ َ ٓ َ ُ ْ ُ ٰ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َوٱال ُم َؤلف ِة‬ ‫ني واٱلع ِم ِل‬
ِ ‫ك‬ ِ ‫ِإنما اٱلصدقت لِلفق َرا ِء واٱلمس‬
ۖ ‫يل‬ َّ ْ َ ‫ني َوف َسبيل ا‬ َ ‫ٱالرقَاب َوٱالْ َ ٰغرم‬ ُ ُُ
ِّ ‫وب ُه ْم َوف‬
ِ ‫هلل واٱب ِن اٱلس ِب‬ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ً ‫َقل‬
]06 :‫يم [اتلوبة‬ ٌ ‫يم َحك‬ ٌ ‫اهلل َعل‬ُ ‫يضة ِّم َن اهلل ۗ َو‬
َ ‫فر‬
ِ ِ ِ ِ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yu-
ang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu keteta-
pan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Menge-
tahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah [9]: 60)
ْ ْ َٓ ْ َ ٰ َ ِّ َ ْ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ
‫ت َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّما أخ َرجنَا‬
ِ ‫لينْ َ َءامنوا أن ِفقوا ِمن طيب‬ِ ‫يأيها اٱ‬
ُ َ
.)762 :‫لكم ِّمن ٱلر ِض ۖ … (ابلقرة‬
ْ َ
Hai orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu …”.
(QS. al-Baqarah [2]: 267)
ْ ْ ُ َ ُ ُْ َ َ َ ُ
.)912 :‫َوي َ ْسئَل ْونك َماذا ين ِفق ْون ق ِل ال َعف َو … (ابلقرة‬
Dan mereka bertanya kepada apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.
(QS. al-Baqarah [2]: 219)

ٰ ‫اتل ْق َو‬
)2:‫ (املائدة‬ ۖ ‫ى‬ ِّ ْ ‫ع ال‬
َّ ‫ب َو‬ ََ َُ َََ
‫وتعاونوا‬
ِ
Dan bertolong-tolonganlah kalian dalam melakukan
kebaikan dan taqwa. (QS. al-Maidah [5]: 2)
َ ‫ني اٱلْ َغيْ َظ َواٱلْ َعاف‬
َ ‫كظم‬ ٰ َ ْ َ ٓ َّ َّ َ ٓ َّ َّ َ ُ ُ َ َّ
‫ني‬ ِ ِ ِ ‫ٱلين ين ِفقون ِف ٱالسا ِء واٱلضا ِء وٱال‬ ِ
َ ْ ُ ْ ُّ ُ ُ َ َّ َ
]431 :‫يب اٱلمح ِس ِنني [آل عمران‬ ِ ‫اس ۗ وٱاهلل‬
ِ ‫ع ِن اٱنل‬
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (QS. al-Imran [3]:134)

162 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


َ ُ ْ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ‫َواَنْف ُق ْوا‬
ۛ ‫اتلهلك ِة‬ ‫هلل ول تلقوا بِاي ِديكم ِال‬ِ ‫ف س ِبي ِل ا‬ ِ ِ
َ ْ ْ ُ ْ ُّ ُ َ َّ ْ ُ ْ َ َ

‫يب المح ِس ِني‬ِ ‫واح ِسنوا ۛ ِان اهلل‬
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan jan-
ganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebi-
nasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah.
Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik. (QS. al-Baqarah: 195).
َ‫ك ْم إ َّل ف كت‬ ُ َُْ ََ َْْ َ ‫َما أَ َص‬
َ‫اب م ْن ُمصيب‬
‫اب‬ٍ ِ ِ ِ ‫س‬
ِ ‫ف‬‫ن‬ ‫أ‬ ‫ف‬ِ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬‫ال‬ ‫ف‬ِ ‫ة‬
ٍ ِ ِ
َ‫كيْ َل تَأ ْ َس ْوا َعل ما‬
َ ٌ َ
‫هلل ي ِسري ِل‬
َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ
ِ ‫ِمن قبل أن نبأها إِن ذلِك ع ا‬
ُ َ َ ْ ُ َّ ُ ُّ ُ َ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ِ ُ َ َ
‫ور‬
ٍ ‫ال فخ‬ ٍ ‫يب ك مت‬ ِ ‫فاتكم ول تفرحوا بِما آتاكم واهلل ل‬
“Tiada suatu musibah yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (lauhul mahfuz) sebelum kami
menciptakanya, Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah (kami menjelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita ter-
hadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberi-
kan-Nya kepadamu, Allah tidak suka orang yang
sombong lagi membanggakan diri”. (QS. al-Hadid:
22-23).
َ َ ٓ َّ َّ ْٓ ُ َ ٌ َ ْ ُّ ْ ُ ْ َ َ َ ٓ َ َ ْ َّ َ
ۗ‫ل ّٰ َو ِانا ِالْ ِه ٰر ِج ُع ْون‬
ِ ِ ‫لين ِاذا اصابتهم م ِصيبة ۗقالوا ِانا‬ ِ ‫ا‬
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un”
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah
kami kembali)”. (QS. al-Baqarah: 156)

2. Hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, antara


lain:
a. Hadis nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menegaskan tentang kewajiban zakat bagi umat
Islam yang memenuhi syarat;
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬ َ ُ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ
‫اهلل‬ ِ ‫ أن رس‬:‫اس ر ِض اهلل عنهما‬ ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ً َ ُ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
:‫اهلل عنه َع ايلَ َم ِن قال‬ ‫علي ِه وسلم لما بعث َمعاذا ر ِض‬
ُ ُ ْ َ َ َ َّ ْ ُ َ ْ َ
ْ‫وهم‬ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ
َ‫ع قَ ْومٍ أ ْهل كت‬
‫اب فليكن أول ما تدع‬ ٍ ِ ِ ‫«إِنك تقدم‬

Majelis Ulama Indonesia 163


َ َ ْ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ُ َ َ َُ َ َ
‫اهلل قد ف َرض‬ ‫هلل ف ِإذا َع َرفوا اهلل فأخ ِبهم أن‬ ِ ‫ِإلْ ِه ِعبادة ا‬
ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ‫َعلَيْه ْم‬
‫ات ِف يَ ْو ِم ِه ْم َولْ َل ِت ِه ْم ف ِإذا ف َعلوا‬ ٍ ‫خس صلو‬
َ َ ُّ َ ُ َ ْ َ ْ ْ ً َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ِ ْ َ َ
‫فأخ ِبهم أن َاهلل فرض علي ِهم زكة ِمن أموال ِ ِهم وتر َد ع‬
‫ال‬ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ
ِ ‫فقرائِ ِهم فإِذا أطاعوا بِها فخذ ِمنهم وتوق كرائِم أمو‬
)‫اس» (رواه ابلخاري‬ َّ
ِ ‫انل‬
Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwa ketika Nabi shallalla-
hu alaihi wasallam mengutus Mu’adz ra. ke negeri
Yaman, beliau berkata: “Kamu akan mendatangi
ahlul kitab, maka hendaklah hal pertama yang
kamu da’wahkan kepada mereka adalah menga-
jak mereka untuk menyembah Allah. Jika mereka
telah mengenal Allah, maka beritahukanlah kepa-
da mereka bahwa Allah mewajibkan mereka un-
tuk melakukan shalat lima waktu sehari semalam.
Jika mereka telah melaksanakannya, maka berita-
hukanlah bahwa Allah mewajibkan mereka untuk
membayar zakat dari harta mereka yang akan
diberikan kepada orang-orang faqir dari kalan-
gan mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka
ambillah dari mereka (sesuai ketentuannya) dan
peliharalah kesucian harta manusia”. (HR. al-
Bukhari)
َ ُ َّ َ ُ َُ َ َ َ َ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫هلل‬
ِ ‫ا‬ ‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ق‬ :‫ال‬ ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫اهلل‬ ‫ريض‬ ٍّ ‫َع ْن َع‬
‫ل‬
ْ‫ني ف أَ ْم َوالهم‬ َ ‫ع أَ ْغنيَا ِء ال ْ ُم ْسلم‬ َ َ َ َ َ َ َّ ِ َ َّ َ َ
ِِ ِ ِِ ِ ‫ “إِن اهلل فرض‬:‫وسلم‬
ُ َ َ َّ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ ْ َ
‫الي يسع فقر َاءهم ولن َيهد الفقراء إِل إِذا جاعوا‬ ِ ‫قدر‬
َ ‫اؤ ُه ْم أ َل َوإ َّن‬
َ‫اهلل ُمَاسبُ ُه ْم يَ ْوم‬ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َّ
‫َو ُع ُروا ِمما يصنع أغ ِني‬
ِ ِ
ْ ُ َ
‫يدا َو ُم َعذ ُب ُه ْم َعذابًا نك ًرا” (رواه‬
ِّ ً ‫امة ح َسابًا َشد‬ َ َ ْ
ِ ِ ِ ‫ال ِقي‬
)‫الطرباين‬
Dari Ali ra. berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan zakat kepada orang-orang muslim
yang kaya atas harta mereka yang mencukupi
kebutuhan orang-orang muslim yang fakir. Dan
tidak akan terjadi kelaparan dan orang tidak
memakai pakaian (sama sekali) kecuali karena
orang kaya tidak menunaikan zakat. Ketahuilah!
Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-
jawaban mereka (orang kaya yang tidak berzakat)
dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang

164 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


pedih“. (HR. al-Thabarani)
b. Hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang
cara mendistribusikan harta zakat ;

‫صىل اهلل عليه وسلم ملا بـعث معاذا إىل َايلمن قال‬ ‫أن انليب‬
ْ‫ـر َض َعلَيْه ْم َز َك ًة تُ ْؤ َخ ُذ م ْن أ ْغنيَائهم‬
َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ
ِِ ِ ِ ِ ‫فأخ ِـربهم أن اهلل ف‬
‫ـه ْم‬ َ َ ُ ْ ُّ َ ُ َ
ِ ِ‫فتد ِف فـقرائ‬
“Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
ketika mengutus Muadz ke Yaman bersabda : …
Dan beritahukan kepada mereka bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala mewajibkan zakat yang di-
ambil dari harta orang kaya di antara mereka dan
dikembalikan kepada para orang-orang fakir di
antara mereka “. (HR. Bukhari Muslim dari Saha-
bat Ibnu Abbas)
c. Hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menjelaskan tentang distribusi zakat dalam
kondisi tertentu;
َ ُ َّ َ
‫اهلل َعليَْ ِه‬ ‫هلل صل‬
ُ ُ َ َ َ َ َ ِّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
ِ ‫ قال رسول ا‬:‫يد الد ِري قال‬ ٍ ‫عن أ ِب س ِع‬
َ َّ ٍّ َ ُ َ َ َّ ُّ َ َ َ َّ َ َ
‫ ِل َعا ِم ٍل َ َعليْ َها أ ْو‬:‫ن ِإ َل ِل َ ْم ِس ٍة‬ ِ ‫تل َ الص َدقة ِلغ‬ ِ ‫ «ل‬:‫وسلم‬
ُ َ ْ َ َ ْ ْ َ
ٍّ ‫ني تُ ُصدق علي ِه ِمنها فأهدى ِمنها ِلغ‬
َ َ ْ ْ َ ِّ ْ
‫ن أو لِرج ٍل‬ ِ َ َ ٍ ‫ك‬ِ ‫ِمس‬
)‫هلل» (رواه ابليهيق‬ َ ‫اها ب َمال أ ْو َغرمٍ أ ْو َغز ف‬ َ ََ ْ
ِ ‫يل ا‬ ِ ‫ب‬
ِ ‫س‬ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ‫اشت‬
Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri ra ia ber-
kata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ber-
sabda: Shadaqah (zakat) tidak halal dibayarkan
kepada orang kaya kecuali dalam lima kelompok,
kepada yang sedang berperang di jalan Allah,
kepada yang bekerja (‘amil) mengurus zakat, ke-
pada yang punya hutang, kepada orang yang
membeli zakatnya dengan hartanya, atau kepada
orang yang punya tetangga miskin lantas ia ber-
sedekah atas orang miskin tersebut kemudian si
miskin memberi hadiah si kaya. (HR. Al-Baihaqi)
d. Hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menjelaskan bahwa orang yang tertimpa mu­
sibah dan menjadikannya miskin dapat menjadi-
kannya sebagai orang yang berhak untuk mener-
ima zakat:

Majelis Ulama Indonesia 165


‫ت‬ ُ ْ‫حالَ ًة فَأَ َتي‬ ََ ‫ت‬ ُ ْ‫ل قَ َال َتَ َّمل‬ ِّ ‫يص َة بْن ُمَارق الْه َل‬ َ ‫َع ْن قَب‬
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ َ
َّ‫يها َف َق َال أَق ْم َحت‬ َ ‫اهلل َعلَيْه َو َسلَّ َم أَ ْسأَ ُ ُل ف‬ُ َّ َ
‫هلل صل‬ َُ
ِ ِ ِ ْ ِ ‫ر ْسول ا‬
َّ ُ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ َّ َ َ َ
‫يصة إِن‬ ‫تأتِينا َ الصدقة فنأمر َ لك بِها قال ثم قال يا ق ِب‬
ْ‫حلَّت‬ َ َ‫حالَ ًة ف‬ َ َ ‫الثَة َر ُجل َتَ َّم َل‬ َ َ َ َّ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ
‫تل ِإال ِلح ِد ث‬
ٍ ِ ‫المسألة ال‬
ٌ َ َ ُ ْ َ َ َ ٌ ُ َ َ ٍ ُ ْ ُ َّ ُ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ
‫ائة‬ ِ ‫ل المسألة حت ي ِصيبها ثم يم َ ِسك ورجل أصابته ج‬
ْ‫اما من‬ ً َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َّ َ َ ُ َ ‫ت َم‬ ْ ‫اح‬َ َ‫اجت‬ْ
ِ ‫ال فحلت ُل المسألة حت َي ِصيب قِ َو‬
ٌَ َ َُْ َ ٌ ُ ََ َْ ْ ً َ َ َ َْ َْ
‫ابته فاقة َح َّت‬ ‫عي ٍش أو قال ِسدادا ِمن عي ٍش ورجل أص‬
ًَ ُ ْ َ َ َ ْ ََ َْ ْ َ ْ َ ْ ٌََ َ َ َُ
‫الجا ِمن قو ِم ِه لقد أصابت فال َنا‬ ِ َ ‫يقوم ثالثة ِمن ذ ِوي‬
ْ
‫اما َِم ْن َعي ٍش أ ْو‬ ً ‫يب ق َو‬ َ ‫ت َ ُل ال ْ َم ْسألَ ُة َح َّت يُص‬ ْ َّ‫حل‬َ َ‫فَاقَ ٌة ف‬
ِ ِ
ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َّ ُ َ َ َ ْ َ ْ ً َ َ َ
‫يصة‬ ‫قال ِسد ْادا ِمن عي ٍش فما ِسواهن ِمن المسأل ِة يا ق ِب‬
)‫ [رواه مسلم‬.‫احبُ َها ُسحتًا‬
ْ َ َُُ َ ًْ ُ
ِ ‫سحتا يأكلها ص‬
Dari Qobishah bin Muhariq al-Hilaly, ia berkata:
Aku membawa beban berat, lalu mendatangi Ra-
sulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu aku ber-
tanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam
tentangnya. Beliau menjawab: “Tinggallah kamu
sampai shadaqah datang, lalu kami memberikan-
nya padamu”. Kemudian Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda: Ya Qabishah, sesung-
guhnya tidak boleh meminta-minta kecuali untuk
tiga orang; seseorang yang membawa beban be-
rat, maka halal baginya meminta-minta sampai
memperolehnya kemudian menghentikannya; ses-
eorang yang tertimpa bencana yang menghancur-
kan hartanya, halal baginya meminta-minta sam-
pai mendapat makanan untuk hidup dan tegak
kembali; dan seseorang yang tertimpa kemiskinan
sehingga tiga orang dari kaumnya membenarkan
bahwa dia tertimpa kemiskinan, maka halal bag-
inya meminta-minta sampai mendapat makanan
untuk hidup dan tegak kembali. Adapun meminta-
minta di luar itu haram ya Qabishah, makan dari
hasilnya pun haram.” [HR. Muslim]
3. Qaidah fiqhiyyah
َ َ‫الرع َّية َمنُ ْو ٌط بال ْ َم ْصل‬ َ َ َ ْ ُ ُّ َ َ
‫ح ِة‬ ِ ِ ِ َّ ‫المامِ ع‬ ِ ‫تصف‬
“Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap
rakyat harus mengikuti kemaslahatan“.

166 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


َ‫اعت ال ْ َم ْصلَحة‬ ٌ ‫ال ْمر َمأ ْ ُم‬
َ ‫ور ب ُم َر‬ َْ
‫َو ِ ُّل‬
ِ ِ ِ ِ
“Penguasa (negara) diperintahkan untuk membuat
kebijakan yang selalu mengacu kepada kemaslahat-
an”.

‫احلاجة تزنل مزنلة الرضورة اعمة اكنت او خاصة‬


“Kebutuhan mendesak menduduki posisi darurat,
baik seara umum, maupun seara khusus”.
ُ َ َّ
‫الض ُر يُ َزال‬
“Segala dharar (bahaya/kerugian) harus dihilang-
kan.”
َ ْ ْ ْ َ ُ َ ْ ُ ُ َ َّ
ِ ‫الضر يدفع بِقد ِر‬
‫الماك ِن‬
“Segala dharar (bahaya/kerugian) harus dicegah
sebisa mungkin.”

MEMPERHATIKAN : 1. Pendapat-pendapat ulama tentang agama Islam


sebagai syarat seseorang menjadi mustahiq za-
kat, di antaranya:
a. Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab al-Maj­
mu’ juz 6 hal. 228:
ْ ُ َ ٌ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ
ُ ‫واليُ ْو ُز َد‬
‫اء َزكة ال ِف ْط ِر‬ ‫ات إل كفِ ٍر سو‬ِ ‫شيئ ِمن الزكو‬ ‫فع‬
ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ٍَ َ َ ْ ُ َ
:‫ال ُ َوه َذا ل ِخلف ِفي ِه ِعن َدنا قال ْاب ُن ال ُمن ِذ ِر‬ ِ ‫َ َو َزكة ال َم‬
‫م‬
ِّ َ
ِّ ِّ ‫اذل‬ ‫ال إل‬ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ َّ ُ َّ ْ ْ َ َ ْ
ِ ‫أجع َت المة أنه ْ ل ي ِزئ دفعَ زك ِة الم‬
َ َ ََ َ َ َ ْ َ ُ ْ
‫ج َّو َزها أبُو َح ِنيفة َو َع ْن ع ْم ِرو‬ ‫َواختَلفوا ِف َزك ِة ال ِفط ِر ف‬
ُ َ
‫ذان أن ُه ْم كنوا‬
َّ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ُ َ ‫وع‬ ُ ‫مون‬ َ َْ
ِ ‫بن شح ِبيل ومرة الهم‬ َِ ‫مر‬ ‫بن مي‬
َ ْ ُّ َ ْ َ ُ ْ ِ ُ
‫يعطون ِمنها الرهبان‬
Menurut madzhab Syafii zakat tidak boleh dis-
erahkan kepada non muslim. Ibnu Mundzir ber-
kata: “Ulama telah bersepakat bahwa zakat mal
tidak boleh diserahkan kepada kafir dzimmy.
Adapun zakat fitrah ulama’ berbeda pendapat;
imam Abu Hanifah, ‘Amr bin Maimun, Umar bin
Syurahbil, Murrah al-Hamadzani membolehkan
zakat firah untuk diserahkan kepada pendeta”.

Majelis Ulama Indonesia 167


b. Pendapat Imam Ibnu Qudamah dalam kitab al-
Muhgni juz 2 hal. 487:
َْ ََْ ََُْ َ ُْ َ ََ َ ََ َ َ ٌََ ْ َ
‫ي أه ِل‬ ‫وك) ل نعلم ب‬ ٍ ‫ل‬‫م‬ ‫م‬ِ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫و‬ ،‫ر‬ٍ ِ ‫ (ول ِل‬:ً ‫ ق َال‬:‫م ْس ْألة‬
‫ف‬ ‫ك‬
ََ َ َْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ
‫ال ل تعطى ِلكفِ ٍر َول‬ ِ ‫ال ِعل ُ ِم ِخلفا ِف أن زكة المو‬
ْ ْ ُ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُّ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
‫ قال ابن المن ِذ ِر أجع ك م َن نفظ عنه ِمن أه ِل‬.‫وك‬ ٍَ ‫لِممل‬
ْ َ َ ْ ْ ََ ْ َ ْ ُ َ َّ ِّ ‫اذل‬
ِّ َّ ْ ْ
.‫ال شيئًا‬ِ ‫م ل يعطى ِمن زك ِة المو‬ ‫ال ِعل ِم أن‬
(Soal zakat untuk orang kafir dan budak) Kami
tidak melihat ada perbedaan bendapat antara
ulama bahwa zakat mal tidak boleh dibagikan
kepada nonmuslim dan budak. Ibnu Mundzir
berpendapat “Bahwa ulama telah bersepakat
bahwa zakat mal tidak boleh diberikan kepada
kafir dzimmy walau sedikit”.
c. Pendapat Syaikh Khatib as-Syarbini dalam kitab
Iqna’, halaman 349:

‫واخلامس (ال تصح للاكفر) خلرب الصحيحني صدقة تؤخذ‬


‫من أغنيائهم فرتد ىلع فقرائهم نعم الكيال واحلمال واحلافظ‬
‫وحنوهم جيوز كونهم كفارا مستأجرين من سهم العامل‬
. ‫ألن ذلك أجرة ال زاكة‬
“Yang kelima, tidak sah zakat kepada non-Muslim
karena hadits al-Bukhari dan Muslim ‘Sedekah
yang diambil dari orang kaya mereka (Mus-
limin)’, kemudian diberikan kepada orang faqir
mereka (Muslimin). Namun, penakar, pembawa,
penjaga dan sesamanya boleh dari seorang non-
Muslim yang disewa dari bagian amil, sebab hal
tersebut adalah upah, bukan zakat.”

2. Pendapat Imam Al-Ramly dalam kitab Nihayatu


al-Muhtah ila Syarhi al-Minhaj (6/161-162) bahwa
pendistribusian harta zakat bagi orang miskin un-
tuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta dimung-
kinkan distribusi bertahap dan sesuai kebutu-
hannya, sebagai berikut:
َ ْ ٌّ ُ ُْ َ ْ ُ ْ ْ َ ُ َْ ََُْ
‫ني) إن ل ْم ي ِس ْن ك ِمن ُه َما ك ْسبًا‬ ‫ك‬
ِ ‫(ويعطى الف ِقري وال ِمس‬

168 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ُ ْ َ َّ ُ َ َّ
‫الزكُ ِة ك َسنَ ٍة فتَح ُصل‬ ‫ار‬ َ‫ك‬
‫ر‬
ْ َ َ َ ََ َ
‫ل‬ ) ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ة‬‫اي‬‫ف‬ ‫ك‬ ( ‫ة‬ َ َ‫ب ْرفَة َو َل ِت‬
‫ار‬
ِ ٍ ِ ٍ ٍ ِِ
ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ِّ ْ ِ ُ ُ ْ َ ْ ُّ َ َ ْ ُْ َ َُ َ ْ
)‫ور‬ ِ ‫الص َح ْالمنص ْوص ِف الم (وقول المه‬ :‫كفاية بِها قلت‬ ِ ‫ال‬
َّ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُْ َ َ َ ُ ْ ٌّ ُ َ ْ ُ
‫ب) أي ما ب ِق ِمنه؛ ِلن‬ ِ ‫يعطى ك ِمنهما ( ِكفاية العم ِر الغا ِل‬
َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ْ
ْ‫اد ُع ْم ُر ُه َعلَيه‬
ِ ‫ فإن ز‬،‫ُالقصد إغناؤه ول ي َصل إل بذلِك‬
َ ْ َ َ َ ُ ُ َِ َ ُ َ ِْ ْ َ ً ْ
‫إذ ل‬-‫ر ِحه الل َّ تعال‬-‫أع ِط َي َسنَة ب ِ َسنَ ٍة ك َما أف َت بِ ِه الو ِال‬
َ َّ ِ ‫َح َّد ل‬
.‫لزائِ ِد َعليْ َها‬
(Bagian Orang fakir dan miskin), jila keduanya tidak
mampu untuk bekerja dengan satu keahlian atau
perdagangan diberi harta zakat sekiranya mencuku-
pi kebutuhan satu tahun, karena berulang-ulangnya
zakat setiap tahunnya. Ini adalah pendapat yang
paling kuat sebagaimana tercantum dalam kitab al-
Umm. Sedangkan pendapat jumhur ulama adalah
diberikan kepada mereka sekiranya mencukupi ke-
butuhan sampai pada batas rata-rata umur hidup
manusia, karena tujuannya adalah mencukupi kebu-
tuhan hidupnya dan itu adalah satu-satunya cara.
Kalau umurnya melebihi standar umumnya manu-
sia, maka akan diberi setiap tahun seukuran kebutu-
han hidupnya selama setahun.
َ ْ َ ً َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ َ
‫اب‬ َ ْ ‫ك ِفي ِه َلئِ َق ًة َك َما َم َّر أ َّو َل‬
‫ال‬ ‫أما من ي ِسن ِحرفة ت‬
ِ ْ
َ‫ار ًة َفيُ ْع َطى َرأس‬ َ َ‫ت أَ ْو ِت‬ْ َُ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ
‫فيُع َطى ث َم َن آل ِة ِحرف ِت ِه وإِن كث‬
ََ َ َ َ ْ ً َ ُُْ َ َ ْ َ َ
ِ‫له‬ِ ‫ار عد ِة ب‬ ِ ‫ال يك ِفي ِه ِللِك ِربه غ ِلا بِاع ِتب‬ ٍ ‫م‬
Jika dia mempunyai kompetensi kerja, maka diberi-
kan kepadanya uang untuk membeli alat, meskipun
harganya mahal. Atau jika dia pintar berdagang,
maka diberikan kepadanya modal berdagang dan
besaarannya disesuaikan dengan adat yang berlaku
di daerahnya.
َ َ ْ ُ ْ ُّ ُ ْ َ َ َ ‫ح َس َن أَ ْك‬ ْ َ ََْ
‫ث ِم ْن ِح ْرف ٍة َوالك يَك ِفي ُ ِه أع ِط َي ث َم َن أ ْو‬ َْ ‫ولْو أ‬
ْ‫ َوإ ْن لَم‬،‫ َوإ ْن َك َف ُاه َب ْع ُض َها َف َق ْط أ ْعط َي َ ُل‬،‫ال ْد َن‬ ‫ال‬ َ
‫م‬ ‫س‬ َ ‫َرأ‬
ِ َ ِ ِ ِ
َ ُ َ َُ َ َ َ َ َ ْ ُ َْ ٌ َ َ ْ َ
‫ار يُ ِت ُّم‬
ٍ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫احد ٍة و ِزيد ل ِشاء‬ ِ ‫احدة ِمنها أع ِطي لِو‬ ِ ‫تك ِف ِه و‬
َ ‫َد َخلَ ُه بَق َّي َة ك َفايَته ف‬
ُ،‫يما َي ْظ َهر‬ ِ ِِ ِ ِ
Jika dia mempunyai multi kompetensi kerja, maka
diberikan dana untuk membeli alat atau modal ker-
ja. Jika salah satu bagian itu melebihi dari kebutu-
hannya, maka cukup diberikan kepadanya sebagian

Majelis Ulama Indonesia 169


saja. Jika satu bagian kurang mencukupi, maka perlu
diberikan tambahan yang bisa diberikan aset sep-
erti properti atau kebun yang pemasukannya dapat
mencukupi kebutuhannya.
ْ َْ َ َ ْ َ َ ُ ُْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُْ َ ََْ
‫اء نق ٍد يَك ِفي ِه‬ ‫وليس المراد بِإِعطا ِء من ل ي ِسن ذلِك إعط‬
َ ْ ََ ُُ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ َّ ُ ْ َ ْ
)‫تي بِ ِه‬ِ ُ ‫ك المدة ِل ُّعذ ِر ِه ب ْل ثمن ما يك َ ِفي ِه َ دخل ُه (فيش‬ ‫تِل‬
َُْ َ َُ ُ َْ ْ َ َ َ ُ َ
َّ ‫ارا يستغله) َويغتن ب ِه عن‬ ْ َ َ َ
ً ‫(عق‬
‫الزك ِة فيم ِلكه ويورث عنه‬ ِ ِ ِ
Dan tidaklah dimaksudkan di sini –orang yang ti-
dak dapat bekerja– diberikan dana tunai seukuran
masa tersebut, akan tetapi dia diberi dana di mana
ia mampu membeli aset properti atau kebun yang
pemasukannya dapat digunakan untuk mencukupi
kebutuhannya, sehingga ia tidak lagi menjadi mus-
tahiq zakat, serta bisa diwariskan.
3. Pendapat-pendapat ulama tentang pengertian sabi-
lillah sebagai mustahiq zakat, antara lain:
a. Pendapat Imam al-Maraghi dalam kitab “Tafsir
al-Maraghi” Jilid IV halaman 145:
ُ ُ ُ ُ
‫الم ْو ِصل إىل‬ ‫هلل هو الطريق‬ ِ ‫وسبيل ا‬ ِ )‫(وىف سبيل اهلل‬
ْ ْ ُ ُ ُ ُ َُ
ُ
.‫ومث ْو َب ِته والمراد ب ِه الغزاة والمرابِطون للجها ِد‬ ‫َم ْرضاتِه‬
َ َُ َ
ِ ‫سبيل ا‬
‫هلل‬ ِ
َّ
‫احلج ىف‬ ‫أمحد أنه َجعل‬ ِ‫ور ِوي عن اإلمام‬ ُ
َْ ْ ْ ْ ُ َ ُ َ
‫فني املوت‬ ِ ‫اخلري ِمن تك‬ ِ ِ‫ويدخل ىف ذلك مجيع ُوجوه‬
‫وحنو ذلك‬ ‫ساجد‬ َ ْ ُ ْ ُ
ِ ِ ‫وبِنا ِء اجلسو ِر واحلصو ِن و ِعمار ِة الم‬
Sabilillah ialah jalan yang menuju kepada ridha
Allah dan meraih pahala-Nya. Yang dimaksud
‘sabilillah’ ialah orang-orang yang berperang
dan yang terkait dengan perang. Diriwayat-
kan bahwa Imam Ahmad ra. memasukkan haji
dalam arti sabilillah, juga segala usaha ke arah
kebaikan, seperti mengkafani mayat, memban-
gun jembatan dan benteng, memakmurkan mas-
jid dan lain sebagainya”.
b. Pendapat Imam al-Razi dalam kitab “al-Tafsir al-
Kabir” Jilid 16 halaman 87:
َ
‫هلل ل‬ َ ‫ َوف‬:‫اعلَ ْم أَ َّن َظاه َر اللَّ ْفظ ف قَ ْول‬
ْ َ
ِ ‫يل ا‬ِ ‫ب‬
ِ ‫س‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫و‬
ُ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ِّ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ
‫ ف ِلهذا المعن نقل القفال‬،‫وجب القص ع ك الغزا ِة‬ ِ ‫ي‬
َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ ُ ْ ْ َ َْ
‫ريهِ» ع ْن َبع ِض الفقها ِء أنهم أجازوا صف‬ ِ َ ‫ِف «ت‬
‫س‬
ِ ‫ف‬
َ َ َ ْ َْ ْ َ ْ ْ َْ ُ ُ َ َ َ َّ
‫ني الموت وبِنا ِء‬ ِ ‫ي ِمن تَك ِف‬ ِ َ ‫يع وجو ِه ال‬ ِ ‫ج‬ ِ ‫ات ِإل‬ ِ ‫الصدق‬ ْ
‫الل َّ َع ٌّم‬ َ ‫ ل َّن قَ ْو ُل َوف‬،‫ارة ال ْ َم َساجد‬ َ ‫ال ُ ُصون َوع َم‬
ِ ‫يل‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ‫س‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ
ِّ ُ
.‫ِف الك‬
Ketahuilah bahwa “fii sabilillah” secara zhahir
tidak terbatas pada bala tentara. Atas pemaha-
man ini Imam al-Qaffal menukil pandangan se-
bagian fuqaha dalam tafsirnya bahwa mereka
membolehkan penyaluran zakat ke seluruh jalan
kebaikan mulai dari pengkafanan janazah, mem-
bangun benteng dan memakmurkan masjid. Hal
ini karena firman Allah “Wa fii Sabilillah” bersifat
umum.
c. Pendapat Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh al-Sun-
nah jilid 1 hal. 394:
َ َ ْ َّ َ َ ْ
‫السه ِم ع‬ ‫الصف ِمن هَذا‬
ُ ْ َّ ُ ْ ُ َ
‫ « يوز‬:‫ار‬ َ‫َوف َت ْفس ْي ال ْ َمن‬
ِ ْ ُِ ِ
َّ‫الصحة‬ ِّ ‫ َوالْ َغ َذاء َوأ ْسبَاب‬،ِ‫ َوتَ ْوف ْي ال ْ َماء‬،‫ال َ ِّج‬ ُ ُ ْ ِْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ي طرق‬ ِ ‫تأ ْ ِم‬
َ ْ َ ُ َ ٌَ ْ َ َ َ ْ َ ُْ َْ ْ َّ ُ
‫ « و ِف‬:‫ « و ِفي ِه‬.‫ ِإن لم يوجد ِللِك مصف آخر‬،‫اج‬ ِ ‫لِلحج‬
َّ ‫َّ ْ ع َّية الْ َع‬ َ َْ َ ُ َ َْ ُْ ْ َ
،‫ام ِة‬ ِ ِ ‫هلل « َوهو َ يشت ِمل سائِ َر المصا ِل ِح الش‬ ِ ‫س ِبي ِل ا‬
ُ ُُ ْ َ َّ َ ْ ِّ ْ ُ َ َ َ َّ َ
‫ َو َيدخل ِف ع ُم ْو ِم ِه‬...‫ادل ْول ِة‬ ‫ و‬،‫ال ِت ِه مالك أم ِر ادلي ِن‬
ُ َّ َ ْ ُ َّ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ‫اء ال ْ ُم ْستَ ْش َفي‬ ُ ‫إن ْ َش‬
،‫امة‬ ‫يية الع‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ك‬ ‫و‬ ،‫ة‬ِ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ع‬‫ال‬ ‫ات‬
ِ ِ
َّ‫الَديْدية‬ ْ ِ ْ ُ ُ ْ ُّ َ َ ِ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُّ ُ َ ْ َ
ِ ِ ِ ‫ ومد الطو ِط‬،‫ وتع ِبيدها‬،‫وإِشاع الطر ِق‬
َ ْ
،‫ار ِج ال ُمد َّر َع ِة‬ ‫ال َو‬َ ْ ‫اء‬ ُ َ‫ َو ِمنْ َها بن‬،‫جار َّي ِة‬ َ ‫اتل‬ِّ ‫ال‬ َ َّ َ ْ َ ْ
،‫العسك ِري ِة‬
ِ
ْ َ ْ ُ ُْ َ َ ْ َْ ِ ِ
َ َ
.‫ والنا ِد ِق‬،‫ والصو ِن‬،‫ات الربِي ِة‬ َ َّ َّ َ ْ ِ َ‫َوال ْ َمن‬
ِ ‫ والطيار‬،‫اطي ِد‬
“Dalam tafsir al-Manar disebutkan, boleh mem-
berikan zakat dari bagian sahilillah ini untuk
pengamanan perjalanan haji, menyempurnakan
pengairan (bagi jamaah haji), pen yediaan makan
dan sarana-sarana kesehatan bagijamaah haji,
selagi untuksemua tidak ada persediaan lain.
Dalam persoalan sabilillah ini tercakup segenap
maslahat-maslahat umum yang ada hubungan­
nya dengan soal-soal agama dan negara... Ter-
masuk ke dalam pengertian sabilllah adalah
membangun rumah sakit militer, juga (rumah
sakit) untuk kepentingan umum, membangun ja-
lan-jalan dan meratakannya, membangun jalur

Majelis Ulama Indonesia 171


kereta api (rel) untuk kepentingan militer (bukan
bisnis), termasuk juga membangun kapal-kapal
penjelajah, peshallallahu alaihi wasallamat tem-
pur, benteng, dan parit (untuk pertahanan).”
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Intensifi-
kasi Pelaksanaan Zakat tanggal 26 Januari 1982
5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Mentashar-
rufkan Dana Zakat untuk Kegiatan Produktif dan
Kemaslahatan Umum Tanggal 2 Februari 1982;
6. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun 1996 tentang
Pemberian Zakata Beasiswa;
7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyaluran Harta Zakat Dalam Bentuk
Aset Kelolaan;
8. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 001/MU-
NAS-IX/MUI/2015 tentang Pendayagunaan Harta
Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf untuk Pembangunan
Sarana Air Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat;
9. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 23 tahun
2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, Dan
Shadaqah untuk Penanggulangan Wabah COVID-19
dan Dampaknya;
10. Penjelasan pimpinan Baznas RI dalam Focused
Group Discussion (FGD) bersama Komisi Fatwa
MUI pada tanggal 20-21 Juli 2022 di Kantor MUI
Pusat, di antaranya:
a. bahwa di Indonesia terdapat 148,5 juta war-
ga yang tinggal di daerah rawan gempa, 5 juta
di daerah rawan tsunami, 1,2 juta penduduk di
daerah rawan erupsi gunung api, 63,7 juta jiwa
tinggal di daerah banjir serta 40,9 juta jiwa ting-
gal di daerah longsor.
b. pentingnya penannggulangan bencana, baik
untuk kepentingan kegaiatan pra bencana, pada
saat bencana (tanggap darurat) dan pasca ben-
cana.
11. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang
dalam Sidang Pleno Komisi Fatwa pada tanggal 19

172 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


Oktober 2022 bertepatan dengan tanggal 23 Rabiul
Awal 1434 H.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA TENTANG PEMANFAATAN HARTA ZAKAT


UNTUK PENANGGULANGAN BENCANA DAN DAM-
PAKNYA
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Pada dasarnya penanggulangan bencana dan dam-
paknya adalah tanggung jawab pemerintah.
2. Harta zakat boleh dimanfaatkan untuk penanggu-
langan bencana dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pendistribusian harta zakat kepada mustahiq
secara langsung dengan ketentuan penerima
termasuk salah satu asnaf zakat.
b. Pendistribusian harta zakat untuk kepentingan
kemaslahatan umum, dengan ketentuan pener-
ima manfaat termasuk asnaf sabilillah.
c. Segala kebutuhan untuk kepentingan pence-
gahan bencana seperti biaya fasilitator untuk
edukasi kebencanaan, pendampingan, perenca-
naan penanggulangan bencana yang tidak dapat
dipenuhi dari harta zakat, dapat dipenuhi dari
infaq, shadaqah, dan dana sosial keagamaan
lainnya.
3. Pemanfaatan harta zakat untuk penanggulangan

Majelis Ulama Indonesia 173


bencana dan dampaknya pada masa pemulihan hu-
kumnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pendistribusian harta zakat kepada mustahiq
secara langsung dengan ketentuan sebagai beri-
kut:
1) Penerima termasuk salah satu asnaf zakat.
2) Harta zakat yang didistribusikan boleh
dalam bentuk uang tunai, makanan pokok,
keperluan pengobatan, modal kerja, dan
yang sesuai dengan kebutuhan mustahiq.
3) Pemanfaatan harta zakat boleh bersifat
produktif antara lain untuk stimulasi keg-
iatan sosial ekonomi fakir miskin yang ter-
dampak bencana.
b. Pendistribusian untuk kepentingan kemasla-
hatan umum, dengan ketentuan sebagai beri-
kut:
1) Penerima manfaat termasuk asnaf sabilil-
lah.
2) Pemanfaatan boleh dalam bentuk aset ke­
lo­
laan atau layanan bagi kemaslahatan
umum, khususnya kemaslahatan mustahiq,
seperti penyediaan air bersih, sanitasi, ten-
da pengungsi, alat pelindung diri, penana-
man pohon, membangun bendungan dan
pengobatan serta kebutuhan relawan yang
bertugas melakukan aktifitas kemanusiaan
dalam penanggulangan bencana dan dam-
paknya.

Ketiga : Rekomendasi
1. Pemerintah wajib mengoptimalkan daya dukung
sumber daya untuk penanggulangan bencana dan
dampaknya, dengan melakukan langkah cepat guna
menjamin keselamatan dan kemaslahatan korban
bencana.
2. Badan/Lembaga Amil Zakat agar menjadikan fatwa

174 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ini sebagai pedoman dalam pengelolaan zakat, in-
faq dan shadaqah, khususnya dalam keadaan ben-
cana.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan jika di kemudian hari memerlu-
kan perbaikan dan penyempurnaan, akan diperbai-
ki dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau
untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Rabiul Awal 1444 H
19 Oktober 2022 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Wakil Ketua Sekretaris

KH. Juneidi Miftahul Huda, Lc.

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Sekretaris Jenderal

Dr. KH. M. Asrorun Niam Sholeh, MA Dr. Amirsyah Tambunan, MA

Majelis Ulama Indonesia 175


23
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 67 Tahun 2022
Tentang
HUKUM ZAKAT ATAS BARANG YANG DIGADAIKAN

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :


MENIMBANG : a. bahwa bahwa salah satu syarat wajib zakat adalah
adanya kepemilikan sempurna terhadap harta yang
dimiliki calon muzakki;
b. bahwa di tengah masyarakat ada praktik gadai ter-
hadap barang milik, sehingga meski secara kepe-
milikan tidak berpindah, namun orang yang meng-
gadaikan tidak memiliki keleluasaan secara bebas
untuk tasharruf terhadap harta yang digadaikan;
c. bahwa terhadap harta gadai sebagaimana huruf b,
muncul pertanyaan di masyarakat mengenai hu-
kum zakat terhadap harta yang digadaikan serta ke-
tentuan fikih yang terkait;
d. bahwa oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa tentang hu-
kum zakat atas barang yang digadaikan untuk digu-
nakan sebagai pedoman..
MENGINGAT : 1. Firman Allah SWT:
ِّ ُ ُ ُ ًَ َْ ْ ُ
)301 :‫خذ ِم ْن أم َوال ِ ِه ْم َص َدقة ت َط ِّه ُره ْم َوت َزكيْ ِه ْم بِ َها … (اتلوبة‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mer-
eka… (QS. al-Taubah [9]: 103)
َ َّ ْ َ َ َٰ ْ َ ٰ َ َ ْ َ ٓ َ َ ُ ْ ُ ٰ َ َ َّ َ َّ
‫ني َعليْ َها َواٱل ُم َؤلف ِة‬ ‫ني واٱلع ِم ِل‬
ِ ‫ك‬
ِ ‫س‬ ‫ِإنما اٱلصدقت لِلفقرا ِء واٱلم‬
َّ ْ َ َ َ َ َٰ ْ َ َ ِّ ُ ُ‫قُل‬
َ ‫وب ُه ْم‬
ۖ ‫يل‬ِ ‫ب‬
ِ ‫ٱالس‬ ‫ن‬ِ ‫ٱب‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫هلل‬
ِ ‫ا‬ ‫يل‬
ِ ‫ب‬
ِ ‫س‬ ‫ف‬ ِ ‫و‬ ‫ني‬ ‫م‬
ِ ‫ر‬ِ ‫غ‬ ‫ٱل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫اب‬
ِ ‫ق‬ ‫ٱلر‬ ‫ا‬ ‫ف‬ِ ‫و‬
]06 :‫يم [اتلوبة‬ ٌ ‫يم َحك‬ ٌ ‫واهلل َعل‬ ُ ۗ ‫يض ًة ِّم َن اهلل‬ َ ‫فَر‬
ِ ِ ِ ِ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yu-
ang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu keteta-
pan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Menge-
tahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah [9]: 60)
ْ ْ َٓ ْ َ ٰ َ ِّ َ ْ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ
‫ت َما ك َسبتُ ْم َو ِم َّما أخ َرجنَا‬
ِ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫لين َءامنوا أن ِفقوا‬ ِ ‫يأيها ٱ‬
ْ ْ َ ِّ ُ َ
.)762 :‫لكم من ٱلر ِض ۖ (ابلقرة‬
Hai orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu …”.
(QS. al-Baqarah [2]: 267)

2. Hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, antara


lain:
a. Hadis nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menegaskan tentang kewajiban zakat bagi umat
Islam yang memenuhi syarat;
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬ َ ُ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ
‫اهلل‬ ِ ‫ أن رس‬:‫اس ر ِض اهلل عنهما‬ ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ً َ ُ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
:‫اهلل عنه َع ايلَ َم ِن قال‬ ‫علي ِه وسلم لما بعث َمعاذا ر ِض‬
ْ‫وهم‬ ُ ُ ْ َ َ َ َّ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ
‫اب َفليكن َأول ما تدع‬ ٍ ‫« َإِنك تقدم ع ق َومٍ أه ِل ِكت‬
َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ ُ َ َُ َ
‫اهلل قد ف َرض‬ ‫هلل ف ِإذا َع َرفوا اهلل فأخ ِبهم أن‬ ِ ‫ِإلْ ِه ِعبادة ا‬
ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ‫َعلَيْه ْم‬
‫ات ِف يَ ْو ِم ِه ْم َولْ َل ِت ِه ْم ف ِإذا ف َعلوا‬ٍ ‫خس صلو‬
َ َ ُّ َ ُ َ ْ َ ْ ْ ً َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ِ ْ َ َ
‫فأخ ِبهم أن َاهلل فرض علي ِهم زكة ِمن أموال ِ ِهم وتر َد ع‬
‫ال‬ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ
ِ ‫فقرائِ ِهم فإِذا أطاعوا بِها فخذ ِمنهم وتوق كرائِم أمو‬
)‫اس»(رواه ابلخاري‬ َّ
ِ ‫انل‬
Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwa ketika Nabi shallalla-

178 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


hu alaihi wasallam mengutus Mu’adz ra. ke negeri
Yaman, beliau berkata: “Kamu akan mendatangi
ahlul kitab, maka hendaklah hal pertama yang
kamu da’wahkan kepada mereka adalah menga-
jak mereka untuk menyembah Allah. Jika mereka
telah mengenal Allah, maka beritahukanlah kepa-
da mereka bahwa Allah mewajibkan mereka un-
tuk melakukan shalat lima waktu sehari semalam.
Jika mereka telah melaksanakannya, maka berita-
hukanlah bahwa Allah mewajibkan mereka untuk
membayar zakat dari harta mereka yang akan
diberikan kepada orang-orang faqir dari kalan-
gan mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka
ambillah dari mereka (sesuai ketentuannya) dan
peliharalah kesucian harta manusia”. (HR. al-
Bukhari)
ُ ‫ول اهلل َص َّل‬ ُ َُ َ َ َ َ
‫اهلل‬ ِ ‫ قال َرس‬:‫اهلل عنه قال‬ ُ ‫ل ريض‬ ٍّ ‫َع ْن َع‬
ِ
‫ني ِف‬ َ ‫ع أ ْغنيَا ِء ال ْ ُم ْسلم‬ َ َ َ َ َ َ َّ
‫ض‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫اهلل‬ ‫ن‬ ‫إ‬ “ :‫م‬َ َّ‫َعلَيْ ِه َو َسل‬
ِِ ِ ِ
َ َّ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ
‫الي يسع فق َراءهم ولنَ يهد الفقراء ِإل ِإذا‬ ِ ‫أموال ِ ِهم قدر‬
َ ‫اؤ ُه ْم أ َل َوإ َّن‬
ْ‫اهلل ُمَاسبُ ُهم‬ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َّ
‫اعوا َو ُع ُروا ِمما يصنع أغ ِني‬ ُ ‫َج‬
ِ ِ
ْ ُ َ ِّ
‫يدا َو ُم َعذ ُب ُه ْم َعذابًا نك ًرا” (رواه‬ ً ‫امة ح َسابًا َشد‬ َ َ ْ ََْ
ِ ِ ِ ‫يوم ال ِقي‬
)‫الطرباين‬
Dari Ali ra. berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan zakat kepada orang-orang muslim
yang kaya atas harta mereka yang mencukupi
kebutuhan orang-orang muslim yang fakir. Dan
tidak akan terjadi kelaparan dan orang tidak
memakai pakaian (sama sekali) kecuali karena
orang kaya tidak menunaikan zakat. Ketahuilah!
Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-
jawaban mereka (orang kaya yang tidak berzakat)
dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang
pedih“. (HR. al-Thabarani)
b. Hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menjelaskan tentang ketentuan haul dalam ke-
wajiban zakat:
َ ُ َّ َ ْ َ‫ قَال‬،‫َع ْن َعئ َش َة‬
ُ ‫ َسم ْع‬:‫ت‬
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫هلل َصل‬
ِ ‫ت َر ُسول ا‬ ِ ِ
ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ
‫رواه‬-»‫ال حت يول علي ِه الول‬ ٍ ‫ «ل زكة ِف م‬:‫وسلم يقول‬

Majelis Ulama Indonesia 179


‫ابن ماجه‬
Dari ‘Aisyah ra, berkata: Saya mendengar Rasu-
lullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ti-
dak ada zakat di dalam harta sehingga berputar
satu tahun”. (HR, Ibnu Majah)
c. Hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menjelaskan tentang ketentuan nishab dalam
kewajiban zakat:
ْ ُْ
‫رسول‬ ‫قال‬ :‫قال‬
َ َْ َ ُ َ ‫عنه‬ ‫اهلل‬ ‫ريض‬ ‫ي‬ ‫ر‬ِ ‫عن أيب سعيد ال‬
‫د‬
َ َ َْ
‫اق‬ٍ ‫خ ِس أو‬ ‫« ليس ِفيما دون‬ : ‫اهلل صىل اهلل عليه وسلم‬
َ‫ َولَيْ َس فيما‬،‫ون َخْس َذ ْود َص َدقَ ٌة‬ َ ُ َ َْ ٌَ
‫ َولي َ َس ِفيما د‬،‫َص َدقة‬
ِ ٍ ِ
ٌَ َ َ ُ
‫دون خْ ِس أ ْو ُس ٍق َص َدقة‬
Dari Abu Said al Khudri ra. Berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada
zakat bagi perak di bawah 5 uqiyah, tidak ada za-
kat bagi unta di bawah 5 ekor, dan tidak ada zakat
bagi tanaman di bawah 5 wasaq“ (HR. Imam al-
Bukhari dan Imam Muslim)
d. Hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang
menjelaskan tentang kebolehan praktek gadai:

–‫رسول اهلل‬
َ َ ّ ‫عنهما أن‬ ‫عن اعئشة بنت أيب بكر ريض اهلل‬
َ ُ َ ْ ً َ َ ََ ْ
،‫صىل اهلل عليه وسلم – اشتى طعاما ِمن يهو ِد ٍى إِل أج ٍل‬
َ ْ ًْ َََُ
ٍ ‫َورهنه ِدرع ِمن ح ِد‬
‫يد‬
Dari Aisyah binti Abu Bakar ra. Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
membeli makanan dari orang Yahudi secara ti-
dak tunai (utang), lalu beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam memberikan gadaian berupa baju besi”
(HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim).

MEMPERHATIKAN : 1. Pendapat-Imam Nawawi berkata dalam al Majmu’


(5/343):
ُ ْ َ َ َّ
‫الزك ِة َو َحال ال َ ْول‬ ‫ال‬‫و‬َ ‫ي َها ِم ْن أَ ْم‬َ ْ ‫َغ‬ َ ً َ َ َ َ َْ
‫اشيَة أ ْو‬
ِ ْ ِ ‫لو رهن م‬
َ َّ ُ ُ ُ
ِ‫الزك ِة ِ َل َمام‬ ‫وجوب‬ ُ ‫َوبه َق َط َع ال ُ ْم ُه‬
‫ور‬ ُ‫يقان ال ْ َم ْذ َهب‬
َ ََ
ِِ ِ ‫فط ِر‬

180 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


ُّ َ ‫اتل‬
‫ص ِف‬ َّ ‫المتناع‬ ‫امللك وقيل فيه اخلالف يف املغصوب‬
َ ْ َّ َّ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ ٌ ْ َ ُ ُ ْ ُْ ُ َ َ َّ َ
‫ادلي َن ل‬ ‫ب وهو أن‬ ِ ‫لي قال المهور تف ِريع ع المذه‬ ِ ‫َوا‬
َ َّ َ ُ ُ ُ َ ْ َ
‫الزك ِة‬ ‫يمنع وجوب‬
Artinya: “Jika seseorang menggadaikan ternak atau
komoditas zakat lainnya dan haul telah terpenuhi,
maka ada dua jalan, pertama pandangan madzhab
(Syafi’i) dan Jumhur yang menegaskan wajib dike-
luarkan zakatnya karena kepemilikannya secara
penuh terhadap harta tersebut. Kedua, ada yang
menyatakan adanya perbedaan dalam harta yang
dighashab karena terhalangnya tasharruf terhadap
harta tersebut. Yang memegang pendapat jumhur
juga ada pandangan bahwa hutang tidak mencegah
kewajiban zakat”.
2. Asy-Syaikh Manshur al-Buhutiy rahimahullah men-
gatakan dalam Kasysyaf al-Qinaa’ ‘an Matan al-Iq-
naa’ 2/175,
َ ُْ َ ‫ َ َم ْر ُهون َو ُيْر‬.… ‫ب الزاكة أيضا يف‬ ُ ‫َو َت‬
‫الرا ِه ُن ِمنه أ ْي ِمن‬
َّ ‫جها‬
ِ ِ
َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َْ
” ‫ون إن أ ِذن ُل ال ُم ْرت ِه ُن‬
ِ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫الم‬
Artinya: “Zakat juga wajib untuk komoditas zakat
yang digadaikan. Rahin dapat membayar zakat
tersebut dengan menggunakan harta yang digadai-
kan jika diizinkan oleh murtahin”.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Ta-
hun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
4. Pendapat peserta rapat Komisi Fatwa Majelis Ula-
ma Indonesia Pusat pada tanggal 19 Oktober 2022
bertepatan dengan 23 Rabiul Awal 1444 H.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT


MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA TENTANG HUKUM ZAKAT ATAS BARANG


YANG DIGADAIKAN
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

Majelis Ulama Indonesia 181


Barang yang digadaikan adalah barang milik pengga-
dai yang digadaikan kepada orang lain sebagai jaminan
atas utang dan dikembalikan saat ada pelunasan, yang
dilaksanakan dengan menggunakan akad syari.

Kedua : Ketentuan Hukum


1. Pada dasarnya barang yang digadaikan tetap dimili­
ki oleh orang yang menggadaikan.
2. Barang yang digadaikan sebagaimana dimaksud
ang­ka (1) wajib dizakati jika:
a. Termasuk kategori harta yang wajib dizakati (al-
amwal az-zakawiyah).
b. Mencapai nisab (termasuk ketika ditotal de­
ngan harta sejenis yang tidak digadaikan); dan
c. Memenuhi syarat haul pada harta yang memer-
lukan syarat hawalan al-haul.
3. Ketentuan hukum zakat barang yang digadaikan
mengikuti ketentuan hukum jenis barang tersebut.

Ketiga : Ketentuan Penutup


1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan jika di kemudian hari memerlu-
kan perbaikan dan penyempurnaan, akan diperba­
iki dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlu-
kan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau
untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Rabiul Awal 1444 H
19 Oktober 2022 M

182 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia


MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOMISI FATWA

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Wakil Ketua Sekretaris

KH. Juneidi Miftahul Huda, Lc.

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Sekretaris Jenderal

Dr. KH. M. Asrorun Niam Sholeh, MA Dr. Amirsyah Tambunan, MA

Majelis Ulama Indonesia 183

Anda mungkin juga menyukai