Anda di halaman 1dari 258

Bunga Rampai Artikel Penyakit Virus Korona (COVID-19)

Editor:
Titik Respati
Hilmi Sulaiman Rathomi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 ii


KOPIDPEDIA
Bunga Rampai Artikel Penyakit Virus Korona (COVID-19)

Editor:
Titik Respati
Hilmi Sulaiman Rathomi

Diterbitkan oleh Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Unisba © 2020


Jl.Purnawarman no.63 Bandung 40116 Jawa Barat
Telp. (022) 420 3368 ext.6733
lppmunisbamdy@gmail.com

ISBN: 978-602-5917-42-4

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 iii


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan


sebagian atau seluruh isi buku ini dengan acara dan dalam
bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit.

Diterbitkan pertama kali oleh:


P2U Unisba
Bandung, 2020

Penerbitan Buku ini dikelola oleh:


P2U Unisba
Koordinator Penerbitan: Dadi Achmadi

Penulis:
Tim Dosen Fakultas Kedokteran Unisba
Editor:
Titik Respati dan Hilmi Sulaiman Rathomi
Desain Cover dan Tata Letak:
Hilmi Sulaiman Rathomi

ISBN NO: 978-602-5917-42-4

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 iv


KATA PENGANTAR

Pandemi Global Corona Virus Disease (COVID-19)


mengubah kehidupan seluruh masyarakat dunia. Tingkat penularan
yang amat tinggi menyebabkan penyakit ini memilki dampak yang
jauh lebih besar dibandingkan penyakit akibat virus korona
sebelumnya, seperti SARS dan MERS. Cerita perjalanan virus ini
sejak awal ditemukan hingga menimbulkan wabah di seluruh belahan
dunia sangat singkat, terhitung hanya satu bulan sejak awal
kemunculannya. Berbagai informasi membanjiri masyarakat dan
seringkali membuat gagap para pembaca untuk memilih informasi
yang tepat. Pencegahan yang paling utama memerlukan kerja sama
semua pihak. Edukasi yang tepat tentang COVID-19 ini menjadi
sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar
mampu bekerjasama berperan dalam upaya menekan jumlah kasus
COVID-19 yang saat ini terus bertambah secara signifikan.
Di tengah peperangan melawan COVID-19 di seluruh dunia,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) turut
berkontribusi dengan mengurai segala hal mengenai penyakit ini.
Uraian tersebut tertuang dalam buku ini, KOPIDPEDIA “Bunga
Rampai Artikel Penyakit Virus Korona (COVID-19)”. Buku ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada para tenaga medis
baik di rumah sakit maupun klinik, para mahasiswa kedokteran, dan
juga masyarakat. Selain mengupas tuntas aspek klinis dan kesehatan
dari COVID-19, buku ini juga menyajikan perspektif kedokteran
islam yang menjadi keunggulan FK UNISBA, seperti panduan islam
dalam menghadapi wabah penyakit dan pemulasaraan jenazah pasien.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 v


Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah berperan membantu penulisan buku ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki, sumbang kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk meningkatkan kualitas
penulisan di waktu yang akan datang..

Bandung, April 2020


Tim Penyusun

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 vi


Tim Penyusun

1. Alya Tursina
2. Budiman
3. Cice Tresnasari
4. Dony Septriana Rosady
5. Eka Nurhayati
6. Fajar Awalia Yulianto
7. Heni Muflihah
8. Julia Hartati
9. Lelly Yuniarti
10. Lisa Adhia Garina
11. Maya Tejasari
12. Meike Rachmawati
13. Mia Kusmiati
14. Miranti Kania Dewi
15. Noormartany
16. Poernomo
17. R. Anita Indriyanti
18. Ratna Damailia
19. Rika Nilapsari
20. Rizky Suganda Prawiradilaga
21. Santun Bhekti Rahimah
22. Siska Nia Irasanti
23. Siti Annisa Devi Trusda
24. Susanti Dharmmika
25. Wida Purbaningsih
26. Widhy Yudhistira Nalapraya
27. Yani Triyani
28. Yudi Feriandi
29. Yuke Andriane
30. Yuli Susanti

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 vii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. v


Tim Penyusun .................................................................................vii
Kata Pengantar Dekan Fakultas Kedokeran UNISBA ................. x
PRAKATA ......................................................................................xii
COVID DAN ILMU KEDOKTERAN DASAR
COVID-19 dalam Angka ................................................................. 2
Eka Nuhayati, Fajar Awalia Yulianto
COVID-19 dan Karakteristik serta Patogenesis.......................... 13
Julia Hartati, Ratna Damailia, Siti Annisa Devi Trusda
COVID-19 dan Tinjauan Molekuler............................................. 24
Lelly Yuniarti, Maya Tejasari, Wida Purbaningsih
COVID DAN ILMU KEDOKTERAN KLINIS
COVID-19 dan Gambaran Klinis serta Diagnosis Banding ....... 37
Widhy Yudistira Nalapraya , Siti Annisa Devi Trusda
COVID-19 dan Peran Pemeriksaan Laboratorium .................... 45
Yani Triyani, Noormartany dan Rika Nilapsari
COVID-19 dan Tatalaksana Gizi .................................................. 63
Rizky Suganda Prawiradilaga
COVID-19 dan Alternatif Penggunaan Vitamin dan Herbal ..... 76
R.Anita Indriyanti, Yuke Andriane
COVID-19 dan Tatalaksana Kedokteran Fisik serta Rehabilitasi
Pasien ............................................................................................... 93
Cice Tresnasari, Susanti Dharmmika
COVID-19 dan Tatalaksana Farmakoterapi ............................. 106
Santun Bhekti Rahimah, Miranti Kania Dewi, Heni Muflihah
COVID-19 dan Tatalaksana pada Anak .................................... 131
Lisa Adhia Garina

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 viii


COVID-19 dan Lansia ................................................................. 143
Alya Tursina
COVID-19 dan Kesehatan Industri ............................................ 152
Poernomo
COVID-19 dan Alat Pelindung Diri (APD) ................................ 164
Yuli Susanti
COVID-19 dan Pencegahan Transmisi Infeksi di Tempat-tempat
Umum ............................................................................................ 187
Budiman
COVID-19 dan Pencegahan Transmisi Infeksi Di Tingkat
Individu ......................................................................................... 193
Siska Nia Irasanti, Ratna Damailia
COVID-19 dan Manajemen Bencana ......................................... 203
Yudi Feriandi
COVID DAN HUMANIORA
COVID-19 dan Perspektif Sosiologis serta Yuridis Kesehatan 216
Dony Septriana Rosady
COVID-19 dalam Perspektif Islam ............................................. 224
Mia Kusmiati
COVID-19 dan Pemulasaraan Jenazah Penyakit Menular dalam
Perspektif Islam ............................................................................ 238
Meike Rachmawati
PENUTUP ..................................................................................... 243

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 ix


Kata Pengantar Dekan Fakultas Kedokteran
UNISBA

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah


memberi kenikmatan dan kesehatan dalam kondisi saat ini dimana kita
sedang menghadapi wabah COVID-19. Salam dan Sholawat semoga
tercurah kepada junjunan kita nabi besar Muhammad SAW.
Sejak pertengahan januari 2020 wabah yang berasal dari
Wuhan-China mulai menyebar dan menjangkiti ribuan orang di
berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu Negara yang telah
dijangkiti wabah COVID-19. Sejumlah langkah dan upaya untuk
mengatasi wabah ini telah dilaksanakan oleh berbagai pihak:
pemerintah, tenaga medis, akademisi, dan masyarakat sendiri.
Selama kondisi melalui COVID-19 Fakultas Kedokteran
Unisba melaksanakan pendidikan on line untuk tahap sarjana dan
menunda kegiatan di rumah sakit untuk program profesi/kepaniteraan.
Untuk mahasiswa program profesi melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan oleh Fakultas yaitu membuat laporan-laporan kasus sesuai
dengan SKDI dan menyusun artikel mengenai COVID-19 mereka
juga melaksanakan penyuluhan dalam bentuk KIE terhadap
masyarakat secara online sebagai relawan sesuai arahan kemendikbud.
Selain mahasiswa tingkat profesi, dosen juga membuat artikel
mengenai COVID-19. Tim Editor Fakultas Kedokteran menghimpun

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 x


artikel yang dibuat mahasiswa program profesi dan dosen menjadi
buku yang nanti dapat disebarkan kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim editor,
mahasiswa dan dosen yang telah memberikan sumbangannya untuk
mengurangi atau menghapuskan COVID-19, semoga buku yang akan
diterbitkan akan berguna bagi akademisi dan untuk masyarakat luas.

Prof.Dr.Ieva B.Akbar,dr.,AIF

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 xi


PRAKATA

Bunga rampai ini ditulis ketika dunia sedang menghadapi wabah virus
COVID-19. Pada tanggal 15 Mei 2020, WHO menyatakan sebanyak
213 negara sudah melaporkan ditemukannya kasus COVID-19 di
Negara mereka. Data tercatat sebanyak 4.417.903 kasus dengan
297.382 kematian dan tingkat pertumbuhan kasus baru sebesar 7% per
hari di seluruh dunia. Indonesia mencatat sejumlah 15.483 kasus
dengan 1.028 kematian pada saat yang sama.
Beberapa negara telah berhasil mengendalikan penyebaran
COVID-19 ini dengan baik. Cina sebagai negara yang paling awal
melaporkan kasus ini berhasil mengendalikan keadaan kurang lebih
hanya setelah 30 hari sejak 100 confirmed cases pertama terjadi
sedangkan Korea Selatan berhasil mengendalikan dalam waktu 20 hari
sejak 100 kasus pertamanya dilaporkan. Sedangkan negara-negara
yang terkenal dengan kehebatan sistem kesehatan mereka ternyata
tidak berdaya berhadapan dengan COVID-19 ini. Termasuk di
dalamnya antara lain negara Amerika Serikat, Jerman, Inggris,
Denmark, Italy, dan masih sederet negara lain yang biasanya kita sebut
sebagai negara maju.
Indonesia sampai saat ini masih berjuang untuk dapat
mengalahkan virus ini. Beberapa program baik di bidang Kesehatan
maupun di bidang lain telah digulirkan agar kehidupan masyarakat
masih dapat terlaksana dengan aman.
COVID-19 telah menjadi angsa hitam pada seluruh sektor
dalam kehidupan manusia pada saat ini. Angsa hitam adalah sebuah
metafora untuk menggambarkan suatu kejadian tidak terduga yang
menimbulkan konsekuensi ektrim. Kejadian ini juga memunculkan
istilah baru “The New Normal” yang menunjukkan perubahan
perilaku dan budaya luar biasa yang terpaksa dilakukan masyarakat di
seluruh dunia untuk mencegah semakin menyebarnya virus ini.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 xii


Di tengah peperangan melawan COVID-19 di seluruh dunia,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) turut
berkontribusi dengan mengurai segala hal mengenai penyakit ini.
Uraian tersebut tertuang dalam publikasi KOPIDPEDIA “Bunga
Rampai Artikel Penyakit Virus Korona (COVID-19)”.
Bunga rampai ini terbagi menjadi tiga bagian yang saling
melengkapi. Bagian pertama membahas mengenai COVID-19 dan
Ilmu Kedokteran Dasar selain dari sudut pandang epidemiologi juga
termasuk didalamnya dari sisi patogenesis dan molecular. Bagian
kedua adalah COVID-19 dan Ilmu Kedokteran Klinis yang membahas
segala aspek sejak diagnosis, penatalaksanaan hingga pengaruh
COVID-19 pada berbagai kelompok masyakarat. Bagian terakhir
membahas COVID-19 dalam sudut pandang humaniora yang
membahas dari perspektif sosiologis dan yuridis kesehatan. Selain itu
COVID-19 dalam perspektif Islam dipaparkan secara tuntas, termasuk
dalam memberikan informasi mengenai pemulasaran jenazah secara
khusus.
Semoga sumbangsih sederhana ini dapat menjadi salah satu
sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk memahami
fenomena COVID-19 dalam berbagai sudut pandang.

Bandung, Mei 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 xiii


COVID-19
DAN ILMU KEDOKTERAN DASAR

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 1


COVID-19 dalam Angka
Eka Nurhayati dan Fajar Awalia Yulianto

Dunia saat ini digemparkan oleh munculnya pandemi penyakit


Coronavirus Disease 19 (COVID-19). Cerita perjalanannya sejak
awal ditemukan hingga menimbulkan wabah di seluruh belahan dunia
memang singkat, terhitung hanya 1 bulan sejak awal kemunculannya.
Penyakit ini awalnya dicurigai karena muncul 42 kasus pneumonia
tanpa etiologi yang ditemukan di beberapa rumah sakit di kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China pada akhir Desember 2019. Pasien-pasien
tersebut umumnya menunjukkan gejala batuk kering, sesak napas,
demam dan pada pemeriksaan radiologi tampak infiltrasi pada kedua
paru.

Lini Masa COVID-19


Agen kausatif penyakit ini kemudian dapat diisolasi dari apus
tenggorok, cairan paru, dan darah yang dikumpulkan oleh Chinese
Centre for Disease Control and Prevention (CCDC) pada tanggal 7
Januari 2020. Dr. Jianguo mewakili tim peneliti memberikan
informasi pada konferensi pers bahwa penyebab gejala pneumonia
tersebut adalah tipe baru dari kelompok beta coronavirus yang diberi
nama 2019-nCoV. Pada tanggal 15 Januari 2020, Wuhan melaporkan
kasus fatal pertamanya. Lima hari kemudian, terdapat laporan tenaga
kesehatan yang menderita infeksi yang sama. Hal ini menunjukkan
kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia.
Pasien yang dinyatakan positif COVID-19, sebanyak 41 orang
merupakan warga asli Wuhan dan 1 orang merupakan turis dari
Thailand. Dari jumlah tersebut, 21 pasien memiliki riwayat
berkunjung ke pasar basah boga laut di Wuhan yang bukan hanya
menyediakan ikan dan hewan laut, namun juga berbagai macam
species hewan hidup seperti unggas, kelelawar, bahkan ular. Berdasar

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 2


atas riwayat kunjungan ke pasar ini, peneliti kemudian menyimpulkan
kemungkinan kelelawar sebagai reservoir.
Dua hari sejak penemuan tersebut, Wuhan menyatakan lockdown
dengan menghentikan seluruh jalur transportasinya, namun virus ini
ternyata sudah melanjutkan perjalanannya ke seluruh dunia. Pada
tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO)
kemudian menyatakan penyakit ini sebagai keadaan darurat kesehatan
secara global atau pandemi. Pada bulan Februari 2020, WHO
meresmikan nama penyakit ini sebagai COVID-19, sementara virus
penyebabnya yang semula disebut 2019-nCoV diganti menjadi SARS-
CoV-2 sesuai dengan usulan dari The International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) Lini masa munculnya virus ini hingga
menjadi pandemi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Lini Masa Pandemi COVID 19


Sumber: Yi, 2020

Analisis Komparatif Penyebaran Coronavirus


Sebelum penyakit COVID-19 ini merebak dan dinyatakan sebagai
pandemi, sejarah dunia pernah mencatat KLB yang juga disebabkan
oleh famili coronavirus (CoVs). Coronavirus dapat ditemukan pada
berbagai spesies host termasuk burung dan mamalia. Pertama kali
CoVs mendapat sorotan dunia ketika terjadi KLB severe acute
respiratory syndrome (SARS) pada tahun 2003 berawal di

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 3


Guangdong, China yang disebabkan oleh SARS virus (SARS-CoV)
yang merupakan kelompok beta coronavirus. Pasien yang terinfeksi
SARS akan menunjukkan gejala pneumonia dengan kerusakan alveoli
yang difus sehingga menyebabkan acute respiratory distress
syndrome (ARDS). Penyakit ini diketahui menyerang sekitar 8.000
orang di 26 negara dengan fatality rate sekitar 10% dan menyebabkan
776 kematian. Penyakit ini kemudian diketahui berasal dari kelelawar
dan ditransmisikan kepada manusia melalui Himalayan palm civets
(Paguma larvata) atau raccoon (Nyctereus procyonoides). Penularan
penyakit diduga disebabkan oleh faktor budaya bahwa konsumsi
hewan-hewan mamalia dianggap lazim sebagai pengobatan.

Gambar 2. Transmisi Coronavirus pada Kejadian SARS dan


MERS
Sumber: Khan, 2020

Kejadian luar biasa akibat CoVs lainnya selanjutnya terjadi pada


tahun 2012 di negara-negara timur tengah. Virus penyebabnya disebut
sebagai Middle East Respiratory Syndrome Coronaviruses (MERS-

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 4


CoV) yang juga merupakan kelompok beta coronavirus. Berdasar atas
laporan dari WHO, MERS CoV menyerang di 109 negara lebih dari
2.428 pasien dengan fatality rate 2,9% dan jumlah kematian 838
kasus. Penyakit ini ditransmisikan dari kelelawar ke unta serta ditandai
dengan pneumonia, ARDS dan gagal ginjal.

Epidemiologi COVID-19
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengutip WHO
melaporkan bahwa pada tanggal 25 Maret 2020 terdapat 414.179
kasus positif COVID-19 dengan 18.440 kematian dengan fatality rate
4,4% di 192 negara. Dua kasus pertama positif COVID-19 di
Indonesia dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020 dan hingga tanggal
25 Maret 2020 jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah
mencapai 790 kasus di 24 provinsi. Jumlah ini masih terus meningkat
hingga saat ini.
Penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dapat
menyerang semua orang pada semua usia, namun usia yang paling
rentan adalah sekitar 30-65 tahun dan sebagian besarnya (47,7%)
berusia di atas 50 tahun. Penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki
(0,31/100.000) dibanding dengan perempuan (0,27/100.000).
Dinamika transmisi COVID-19 yang ditunjukkan dengan basic
reproductive number (R0) dengan nilai tengah 3,28. Hal ini berarti dari
1 orang penderita COVID-19 akan menularkan kepada 3,28 orang
dalam suatu periode sehingga dapat menimbulkan epidemi atau
wabah.
Nilai R0 suatu penyakit menular merupakan basic reproductive
number dalam kelompok naif (tidak ada proporsi masyarakat yang
memiliki kekebalan). Nilai R0 berkisar dari 0 sampai tidak terhingga
dan memiliki makna dalam kesehatan masyarakat. Nilai 0 sampai <1
menunjukkan penyakit tersebut akan musnah, nilai =1 menunjukkan
bahwa penyakit tersebut akan terus ada di tempat tersebut (endemis),
sedangkan nilai R0 >1 menunjukkan bahwa wabah (epidemis) akan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 5


terjadi. Nilai R0 0.5 (1/2) menunjukkan dari 2 orang yang sakit hanya
dapat menyebabkan 1 orang penderita baru, dengan kata lain penyakit
tersebut suatu saat akan musnah. Nilai R0 1 memiliki arti 1 orang
penderita akan menyebabkan 1 orang penderita baru, sedangkan bila
nilai 2 menunjukan 1 orang penderita akan menyebabkan 2 orang
penderita baru dan suatu saat akan terjadi wabah.
Nilai R0 berbanding lurus dengan komponen kontak (C),
kemungkinan penularan (P) dan durasi penyakit (D). Semakin besar
jumlah kontak di masyarakat, semakin besar kemungkinan penularan
karena tidak memakai alat proteksi, semakin lama durasi sakit karena
lama sembuhnya maka nilai R0 akan semakin besar. Penutupan
sekolah, tempat kerja non esensial, karantina, pembatasan sosial
berskala besar serta isolasi mandiri dan sejenisnya merupakan contoh
upaya menurunkan kontak. Penggunaan masker dan PHBS merupakan
contoh dari upaya menurunkan kemungkinan penularan. Pengobatan
di tempat layanan kesehatan merupakan upaya menurunkan durasi
sakit karena durasi sakit berbanding terbalik dengan recovery.
Suatu saat R0 akan berubah menjadi R apabila terdapat proporsi
orang yang kebal. Proporsi orang yang kebal adalah 1-x dengan x
adalah proporsi orang yang peka (tidak memiliki kekebalan). Formula
tersebut dalam bentuk R0 = x.R sehingga proporsi orang yang kebal
pada titik tertentu akan menyebabkan penyakit tersebut musnah.
Proporsi orang yang kebal dapat disebut sebagai kekebalan kelompok
(herd immunity) yang melindungi orang yang peka agar tidak terkena
penyakit menular. Proporsi orang yang kebal pada titik tertentu
menjadi target dari cakupan imunisasi di suatu daerah.
Penyakit COVID-19 saat ini memiliki nilai tengah R0 3.28 berarti
dari 1 orang penderita akan menularkan kepada 3.28 orang dalam
suatu periode. Perlu diperhatikan bahwa nilai tersebut merupakan
hasil dari analisis gabungan beberapa tempat wabah tersebut terjadi.
Dari 12 studi didapatkan nilai minimum dan maksimum R0 dari 1,4
sampai 6,49. Perbedaan komponen kontak, kemungkinan penularan,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 6


dan durasi sakit menyebabkan variasi dari nilai tersebut yang besar.
Untuk membuat penyakit tersebut menghilang tentu membutuhkan
tindakan kesehatan masyarakat yang dapat menurunkan kontak,
kemungkinan penularan, durasi sakit, dan kelompok yang peka.
Apabila kita menginginkan nilai R COVID-19 menjadi 0,99 (agar
penyakit tersebut musnah) dari R0 3,28, maka dibutuhkan proporsi
penduduk yang kebal sekitar 1-0,302=0,698 atau 69,8%. Dengan
proyeksi penduduk indonesia di tahun 2020 sebanyak 271.066.000,
maka dibutuhkan 189.204.068 orang Indonesia memiliki kekebalan
tersebut. Sayangnya, kekebalan kelompok seperti itu tidak bisa
didapat dengan cara alami dimana seluruh penduduk harus sakit dan
setelah sembuh memiliki kekebalan alami. Dengan proyeksi mortality
rate menurut WHO sebesar 15.2% (IK 95% 12.5 sampai 17.9), maka
dari 271.066.000 penduduk yang terinfeksi (agar mendapatkan herd
immunity alami sebesar 69.8%) akan didapatkan penduduk yang
meninggal sebesar 41.2020.032 (IK 95% 33.883.250 sampai
48.520.814). Tidak ada cara lain untuk memusnahkan penyakit
tersebut selain menemukan imunisasi, menurunkan komponen kontak,
menurunkan kemungkinan penularan, dan menurunkan durasi sakit.

Respon Dunia
Sejak WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi, banyak
negara segera menutup wilayahnya untuk mencegah penularan lebih
lanjut, contohnya Amerika Serikat yang melarang imigran dan non
imigran yang memiliki riwayat bepergian ke daerah rawan masuk ke
negaranya. Negara lainnya seperti Hongkong menutup semua
pelayanan transportasi publik di daerah perbatasan. Pada bulan Maret
2020, seluruh negara di dunia bersepakat untuk menerapkan social
distancing. Hampir seluruh masyarakat diminta untuk tinggal di dalam
rumah untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Respond lain yang ditunjukkan oleh dunia adalah perkembangan
penelitian mengenai SARS-CoV-2 dan COVID 19. Uni Eropa

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 7


menggelontorkan 10 juta euro untuk membiayai penelitian
manajemen klinis pada pasien COVID-19. Beberapa perusahaan
Amerika Serikat melakukan penelitian tentang vaksin dan
menghasilkan alat uji diagnosis COVID-19.
Indonesia sebagai salah satu negara yang juga terdampak oleh
infeksi COVID-19 telah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial
dengan mewajibkan hampir seluruh sektor pembangunan
dilaksanakan dari rumah. Beberapa langkah pencegahan penularan
COVID-19 lainnya, diantaranya yaitu: menyiapkan norma, standar,
prosedur, kriteria, kebijakan, dan strategi;
1. menyiapkan sumber daya manusia, sarana-prasarana, logistik,
dan pembiayaan;
2. deteksi dini di bandara, pelabuhan, dan pintu masuk negara
lainnya untuk memastikan tidak ada transmisi;
3. surveilans rutin dan surveilans berbasis kejadian;
4. penyelidikan epidemiologi;

Sejarah Wabah di Indonesia


Dampak yang ditimbulkan penyakit COVID-19 tidak hanya
berdampak pada aspek kesehatan masyarakat dunia, namun juga
berpengaruh pada perekonomian, sosial, pendidikan dan aspek
kehidupan lainnya. Sebagian besar masyarakat di seluruh dunia,
termasuk Indonesia terpaksa menjalankan aktivitasnya dari rumah.
Penyakit COVID-19 bukan penyakit pertama yang pernah
menimbulkan wabah di negara Indonesia. Tahun 1625 tercatat
terdapat peningkatan jumlah kematian di sebagian besar area pulau
Jawa yang diakibatkan oleh wabah. Sejarawan Belanda, de Graaf
menyebut radang paru sebagai penyebab kematian tersebut,
membunuh 1/3 penduduk Banten dan 2/3 penduduk di beberapa
daerah di Jawa Tengah. Sejarawan lain, Claude Guillot menyebut
dengan jelas bahwa penyakit tersebut adalah pes yang menumpang
armada tikus dan kutu. Wabah yang terjadi di abad 17 ditengarai

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 8


menjadi penyebab kemunduran beberapa kerajaan di Nusantara.
Wabah lainnya terjadi pada tahun 1918 adalah penyakit flu spanyol
membunuh 1,5 juta jiwa penduduk Indonesia.
Catatan mengenai penanggulangan wabah di Indonesia berawal
pada tahun 1846 saat muncul wabah misterius di Jawa Tengah.
Pemerintah kolonial melakukan karantina dengan biaya karantina bagi
orang yang memburtuhkan ditanggung oleh pemerintah. Denda atau
kerja paksa juga diberlakukan untuk orang-orang yang melanggar
karantina. Kepala dinas kesehatan kolonial saat itu, Dokter Willem
Bosch mengajukan hipotesis dan penanggulangan wabah kepada
gubernur jenderal dengan menyarankan menyediakan alokasi sandang
dan pangan untuk rakyat Nusantara. Militer diusulkan untuk
membagikan bedcover dan selimut untuk warga, membawa pasien ke
tempat perawatan untuk dikarantina, dan mengirim kina yang manjur
untuk mengatasi demam, sampai epidemi berakhir. Kesejahteraan
petugas medis disarankan untuk ditingkatkan dan mereka diangkat
menjadi pegawai negeri sipil Eropa. Pemimpin pribumi dikerahkan
untuk mengawasi administrasi regular dan distribusi obat-obatan pada
penduduk. Hipotesis ini ditolak oleh Gubernur Jendral karena
menurut Gubernur Jenderal usulan tersebut merupakan pemborosan.
Pertentangan antara ahli kesehatan dan politisi sudah tercatat sejak
dahulu kala.

Penanggulangan Wabah di Indonesia


Bencana merupakan kejadian luar biasa yang dapat diminimalisir
efeknya dengan mitigasi bencana yang baik. Wabah COVID-19 yang
terjadi saat ini merupakan bencana yang disebabkan oleh faktor
biologis sehingga mitigasi bencana juga diperlukan. Berdasar atas
definisinya, mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana melalui pembangunan fisik, penyadaran, dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Indonesia

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 9


terlambat memulai mitigasi COVID-19 atas dasar asumsi lokasi
negara yang berada di ekuator sehingga dampaknya terasa besar.
Berkaca pada sejarah, pertentangan antara politisi dan ahli
kesehatan selalu terjadi sehingga terlambat mengambil keputusan
padahal apabila membicarakan kesehatan masyarakat, kerja sama
yang terorganisir merupakan sebuah keharusan. Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan
pembangunan nasional dan kewajiban yang harus dipenuhi
Pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD)
1945. Berdasar atas amanat tersebut maka keberadaan Undang-
undang wabah penyakit menular sangat penting.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962 merupakan kebijakan
tertulis yang pertama kali muncul secara jelas membahas tentang
wabah. Kebijakan ini mengalami perubahan tahun 1968 dan terakhir
tahun 1984. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 membahas tentang
penyakit yang dapat menimbulkan wabah, daerah wabah, upaya
penanggulangan, hak dan kewajiban serta ketentuan pidana.
Penanggulangan yang dilakukan diawali dengan penyelidikan
epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan, perawatan, diolasi,
karantina, pencehagan dan pengebalan, pemusnahan penyebab
penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada
masyarakat, serta upaya penanggulangan lainnya.

Dasar Biologis Penyakit Menular


Secara teori penyakit menular muncul dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu agen, inang, dan lingkungan. Trias model penyakit
menular tersebut merupakan teori yang sudah tua namun masih
digunakan sampai saat ini terutama dalam manajemen untuk
mengatasi penyakit menular di masyarakat. Perkembangan ilmu
pengetahuan mengembangkan model tersebut menjadi model turunan
lain seperti model roda, tetrahedral, rantai walaupun intinya masih
berasal dari model tersebut.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 10


Agen merupakan penyebab penyakit menular dengan ciri khas
kemampuan berpindah dari satu inang ke inang lain secara langsung
maupun tidak langsung. Tempat tinggal agen yang disebut reservoir
dapat berupa lingkungan maupun inang. Inang memiliki kemampuan
untuk menghilangkan agen disebut melalui mekanisme pertahanan
secara spesifik maupun non-spesifik. Faktor lingkungan merupakan
seluruh area inang dan agen berinteraksi, biasa dibagi menjadi
lingkungan fisik, biologis dan sosioekonomi.
Tujuan utama mempelajari penyakit menular adalah implementasi
pencegahan dan meringankan infeksi penyakit menular. Mausner dan
Kramer membagi pencegahan menjadi tiga yaitu primer, sekunder,
dan tersier. Bonita dkk menambahkan pencegahan primordial sebelum
pencegahan primer. Pencegahan primer terdiri atas dua kategori utama
yaitu promosi kesehatan dan tindakan proteksi spesifik. Program
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah contoh dari promosi,
sedangkan imunisasi adalah contoh dari tindakan proteksi spesifik.
Pencegahan sekunder terdiri atas dua kategori utama yaitu deteksi dini
(sebelum terjadi gejala klinis) dan tata laksana yang tepat sasaran
apabila diagnosis telah tegak. Pencegahan tersier terdiri atas
pembatasan kecacatan dan rehabilitasi. Pencegahan primordial
merupakan pencegahan yang dilakukan komunitas dengan cara
eliminasi faktor risiko sebelum penderita muncul di tempat tersebut.
Eliminasi bisa dilakukan dengan menetapkan regulasi dan hukum.

Daftar Pustaka
Lu H, Stratton CW, Tang YW. Outbreak of pneumonia of unknown
etiology in Wuhan, China: The mystery and the miracle. J Med
Virol. 2020;92(4):401–2.
Sohrabi C, Alsafi Z, O’Neill N, Khan M, Kerwan A, Al-Jabir A, et al.
World Health Organization declares global emergency: A review
of the 2019 novel coronavirus (COVID-19). Int J Surg [Internet].
2020;76(February):71–6. Tersedia pada: https://-
doi.org/10.1016/j.ijsu.2020-.02.034

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 11


Sun J, He WT, Wang L, Lai A, Ji X, Zhai X, et al. COVID-19:
Epidemiology, Evolution, and Cross-Disciplinary Perspectives.
Trends Mol Med [Internet]. 2020;XX(XX):1–13. Tersedia pada:
https://doi.org/10.1016/j.molmed-.2020.02.008
Yi Y, Lagniton PNP, Ye S, Li E, Xu R-H. COVID-19: what has been
learned and to be learned about the novel coronavirus disease. Int
J Biol Sci [Internet]. 2020;16(10):1753–66. Tersedia pada:
http://www.ijbs-.com/v16p1753.htm
Khan M, Kazmi S, Bashir A, Siddique N. COVID-19 infection: origin,
transmission, and characteristics of human coronaviruses. J Adv
Res [Internet]. 2020;24:91–
Kementrian kesehatan. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (covid-19). 2020;3:1–116.
Isnaeni, H. Wabah penyakit mematikan di banten dan jawa tengah.
Tersedia pada: https://historia-.id/kuno/articles/wabahpenyakit
mematikandibantendanjawatengahPzdYEhttp://www.dpr.go.id/j
dih-/index/id/659. Diakses pada tanggal 10 April 2020.
Mausner J, Kramer S. Epidemiology—an introductory text. 2nd ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Co: 1985.
Jackson M. General principles of epidemiology. In: Bowlus B (ed)
Infection Control and Applied Epidemiology. St. Louis: Mosby-
Year Book: 1996.
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T, WHO. Basic epidemiologi.
Geneva: World Health Organization: 2006.
Liu Y, Gayle A A, Wilder-Smith A, Rocklov J. The reproductive
number of COVID 19 is higher compared to SARS coronavirus.
J of travel med, 27(2). Tersedia pada: https://doi.org/10.1093
/jtm/taaa021
Thomas JC, Weber DJ. Epidemiologic methods for the study of
infectious diseases. Oxford University Press: 2001.
WHO. Coronaviruses situation report. Tersedia pada:
https://www.who.int/docs/defaultsource/coronaviruse/situation-
reports/20200301-sitrep-41-covid19.pdf?sfvrsn=676-8306d_2.
Diakses pada tanggal 10 April 2020.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 12


COVID-19 dan Karakteristik serta Patogenesis
Julia Hartati, Ratna Damailia, Siti Annisa Devi Trusda

Pada saat ini kita sedang berperang melawan makhluk Allah yang
sangat kecil, yaitu virus Corona. Virus ini merupakan virus RNA sense
positif beruntai tunggal beramplop dengan genom berukuran 27–32
kb.
Coronavirus (CoVs) adalah kelompok virus terbesar yang
termasuk dalam ordo Nidovirales, yang meliputi keluarga
Coronaviridae, Arteriviridae, Mesoniviridae, dan Roniviridae.
Coronavirinae merupakan satu dari dua subfamili dalam keluarga
Coronaviridae, dengan subfamili lainnya adalah Torovirinae.
Coronavirinae kemudian dibagi lagi menjadi empat genera, alfa, beta,
gamma, dan delta Coronavirus. Virus pada awalnya diklasifikasikan
berdasarkan serologi namun saat ini dikelompokkan berdasarkan
filogenetik.
Coronavirus merupakan virus RNA yang memiliki amplop,
tidak bersegmen, beruntai tunggal, sense positif. Istilah Corona
diambil karena penampakannya yang menyerupai korona atau
mahkota yang terlihat pada mikroskop elektron. Virus corona bersifat
spesifik terhadap inangnya dan dapat menginfeksi baik manusia
maupun hewan dan menimbulkan beragam sindrom klinis.
Ukuran partikel Coronavirus berkisar antara 120 hingga 160
nm. Terdapat enam tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu Coronavirus alfa 229E dan NL63, Coronavirus beta OC43,
HKU1, severe acute respiratory syndrome (SARS-CoV) dan Middle
East respiratory syndrome (MERS-CoV). Jenis Coronavirus beta
terbaru yang ditemukan adalah novel Coronavirus 2019 atau disingkat
nCov-2019 yang bermula di Wuhan, Cina pada Desember 2019,
sekarang disebut dengan COVID-19.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 13


Virus Corona pertama kali mewabah di dunia yaitu SARS-
CoV yang melibatkan 32 negara pada tahun 2003. Kemudian pada
tahun 2012–2019 terdapat wabah dari MERS-CoV yang mengenai 27
negara dengan angka kematian sekitar 34,77%. Sementara virus
COVID-19 telah menyebar secara cepat mengenai 27 negara dalam
kurun waktu 29 Desember 2019 sampai 7 Februari 2020 telah
menginfeksi 34.799 orang dan mematikan 724 orang yang masih
berlanjut hingga hari ini. Laju kematian virus COVID-19 memang
lebih rendah dibanding dengan MERS- CoV dan SARS-CoV, tetapi
laju transmisinya sangat cepat dibanding yang lainnya.
Laju transmisi virus yang tinggi ini terjadi karena droplet air
ludah dari orang yang tidak memiliki gejala mengandung sejumlah
virus dengan titer yang lebih tinggi daripada orang memiliki gejala,
sementara pada SARS dan MERS terjadi puncak infektivitasnya
hanya pada saat infeksi yang bergejala.

Karakteristik COVID-19
COVID-19 termasuk ke dalam subgenus Sarbecovirus dengan genus
Betacoronavirus dari subfamili Ortho-coronavirinae yang termasuk
ke dalam famili Coronaviridae. Virus ini memiliki amplop, genomnya
single-stranded positive-sense RNA (þssRNA) memiliki genom 50-
leader-UTR-replicase-S (Spike)-E (Envelope)-M (Membrane)-N
(Nucleocapsid)-30UTRpoly (A) tail.
COVID-19 menghasilkan enzim RNA-dependent RNA
polymerase (RdRp atau nsp12) yang akan mengkatalisis pembentukan
RNA virus dan berperan dalam replikasi dan transkripsi virus dengan
bantuan nsp7 dan nsp8 sebagai ko-faktor.
Ukuran virus ini berdiameter 80–160 nm yang memiliki dua
open reading frames (ORFs) yang tumpang tindih, yaitu ORF 1a dan
ORF 1b yang menempati 2/3 genom pada ujung 5’ dan i/3 genom pada
ujung 3’ untuk mengkode empat protein struktural yang terdiri atas
spike (S), envelop (E), membran (M), dan nukleokapsid (N).

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 14


Gambar 1. Struktur Virus COVID-19 Secara Skematik
Sumber: Cascella dkk.

ORF 1ab yang besar ini merupakan gen replikase yang


mengkode poliprotein 1a (pp1a) dan pp1b/1ab yang akan dipecah
menjadi 15–16 protein non-struktural (nsp2-nsp16 atau nsp1-nsp16)
oleh 3C-like proteinase (3CLpro, nsp5) dan papain-like proteinase
(PLpro, nsp3). Virus ini juga memiliki gen hemaglutinin-esterase
(HE) yang terletak di antara gen ORF1ab dan S yang akan mengkode
protein struktural tambahan lainnya, yaitu HE.
Protein HE akan membantu virus untuk menempel pada sel
inang dan juga berperan penting dalam memproduksi virion yang
infeksius. Sementara protein M dan E akan bekerja untuk mengemas
virus atau mempromosi virulensinya. Protein S akan memediasi virus
masuk ke dalam sel inang dengan cara fusi membran yang merupakan
protein virus klas I untuk dipecah menjadi dua subunit fungsional,
yaitu subunit S1 dengan ujung amino dan subunit S2 dengan ujung
karboksil. Subunit S1 akan berikatan dengan reseptor sel inang

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 15


sementara subunit S2 akan berperan dalam membran fusi antara virus
dan sel inang.
S1 terdiri atas dua domain utama, yaitu N-terminal domain
(NTD) dan C-terminal domain (CTD), NTD akan memediasi
pengikatan dengan gula sementara CTD akan memfasilitasi
pengenalan reseptor protein. Subunit S1 akan berikatan dengan
reseptor melalui NTD dan CTD yang berfungsi sebagai receptor-
binding domains (RBD). Kemudian, protein S akan mengalami
perubahan konformasi diikuti dengan fusi membran melalui regio S2
sehingga materi genetik virus dapat masuk ke dalam sitoplasma sel
inang.

Patogenesis SARS-CoV
Mekanisme dasar patogenesis SARS‐CoV sebenarnya belum
diketahui dengan baik. Infeksi CoV dimulai dengan interaksi reseptor
dengan protein S dari virus. Target reseptor SARS-CoV merupakan
angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini dengan cara kompetitif dengan antibodi yang
menetralisir. Jumlah virus ini yang masuk ke tubuh pasien paling
tinggi terjadi pada hari ke-10 setelah gejala timbul terutama pada
saluran respirasi bawah.
ACE2 yang mengalami downregulation akan memproduksi
berlebih angiotensin II yang akan meningkatkan permeabilitas
vaskular paru dan menyebabkan kerusakan dan gejala yang parah pada
paru.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 16


Gambar 2. Reseptor SARS-CoV, MERS-CoV dan
SARS-CoV-2 (COVID-19).
Sumber: Shanmugaraj, dkk.

Virus setelah menempel pada reseptor akan masuk ke dalam


sel inang dengan cara fusi pada membran sel inang, kemudian genom
RNA virus akan melepaskan selubungnya mulai melakukan translasi
di retikulum endoplasma yang menghasilkan protein struktural dan
non-struktural, kemudian akan dikemas menjadi virus yang matang
dan dilepaskan dari sel melalui fusi membran plasma.
Setelah virus masuk ke dalam sel target paru maka akan terjadi
kerusakan sel dengan menarik sel-sel inflamasi seperti monosit,
makrofag, dan neutrofil yang akan teraktivasi dan mengeluarkan
sitokin pro-inflamasi dan kemokin. Hal tersebut akan menyebabkan
efek sitopatik dan imunopatologi yang diinduksi oleh
hipersitokinemia atau yang disebut juga “badai sitokin”, hal inilah
yang memperparah kondisi klinis pasien.
Kondisi ini telah dibuktikan dengan pemeriksaan sitokin yang
meningkatkan kadar tumor necrosis factor α (TNF‐α), CXCL‐10,
interlekin‐6 (IL‐6), IL-1, IL-12, interferon γ [IFN‐γ], dan transforming

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 17


growth factor‐β (TGF-β) dan kadar kemokin, yaitu CCL2, CXCL9,
CXCL10, dan IL‐8. CXCL10 dan IL‐2 akan menyebabkan
hiperproduksi IL‐6 dengan penurunan kadar IL‐10 yang menyebabkan
proses imunopatologi pada paru dengan gejala berupa acute
respiratory distress syndrome (ARDS).
Sementara peningkatan ekspresi gen IFN‐α, IFN‐γ, dan IFN‐
stimulated genes (ISG) akan menyebabkan gejala sisa pada infeksi
SARS‐CoV dengan perlambatan ekspresi gen IFN tipe I. Hal ini akan
menyebabkan membludaknya replikasi virus dan memperparah
akumulasi monosit/makrofag, peningkatan kadar sitokin/kemokin di
paru, permeabilitas vaskular yang meningkat, dan mengganggu
respons sel T spesifik terhadap virus.
Leukosit mononuklear akan teraktivasi oleh stimulus dari
reseptor pengenal pola atau injuri lainnya yang berkaitan dengan
inflamasi, akan mempresentasikan peptida virus pada MHC/HLA dan
mulai mengekspresikan molekul yang membantu sel T terutama sel
TCD8+ yang mengenali peptida yang berikatan dengan HLA-I,
sementara sel TCD4+ akan mengenali peptida pada HLA-II.
Kemudian, sel TCD8+ akan mematikan sel yang terinfeksi virus,
sementara sel TCD4+ akan mengaktifkan sel B untuk menghasilkan
antibodi sehingga dapat meningkatkan kerja sel TCD8+ dan terbentuk
sel memori.

Patogenesis MERS‐CoV
Reseptor MERS-CoV yang berikatan dengan protein S virus adalah
dipeptidyl peptidase-4 (DPP4) atau CD26 untuk dapat masuk ke sel
inang seperti yang terlihat pada Gambar 2. DPP4 terekspresi luas di
sel epitel ginjal, alveoli, usus halus, hepar, prostat, dan leukosit yang
teraktivasi selain itu juga dapat menginfeksi sel imun seperti sel
dendritik, makrofag, dan sel T. Infeksi MERS‐CoV pada sel imun
akan menyebabkan pelepasan sejumlah besar sitokin dan kemokin
pro-inflamasi seperti TNF‐α,IL‐6, CXCL‐10, CCL‐2, CCL‐3, CCL‐5,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 18


dan IL‐8 yang akan menyebabkan sel-sel inflamasi akan infiltrasi ke
saluran respirasi bawah dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Infeksi MERS‐CoV pada sel T akan menyebabkan apoptosis
yang dimediasi oleh gabungan jalur ekstrinsik dan intrinsik, hal ini
menyebabkan penyebaran virus ke darah perifer dan organ limfoid
serta gangguan imunopatologi yang berat. Karena reseptor MERS‐
CoV juga terdapat di ginjal maka selain paru juga dapat terjadi
upregulation ekspresi dari Smad7 dan fibroblast growth factor 2
(FGF2) yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Viral load virus
MERS-CoV mencapai puncaknya sekitar 2 hari pada saluran napas
atas sementara pada saluran nafas bawah terjadi pada hari ke-6 setelah
gejala timbul.

Patogenesis COVID-19
Viral load dari virus ini terbanyak terjadi pada hari ketiga setelah
gejala awal timbul terutama di hidung daripada di tenggorokan.
Kemudian, virus COVID-19 dapat menempel dan masuk ke sel inang
melalui ACE2 sebagai reseptornya yang sama dengan virus SARS,
tetapi memiliki afinitas 20 kali lebih kuat ikatannya dibanding dengan
ikatan virus SARS dengan ACE2, seperti yang terlihat pada Gambar
2.
Protein S yang berada di membran virus akan memainkan
peranan yang penting pada saat memasuki sel inang dengan berperan
sebagai komponen antigenik yang menginduksi respons imun. Setelah
masuk ke sel inang maka virus ini akan menyebabkan efek sitopatik
dan kerusakan silia yang menyebabkan kematian sel.
Awal respons imun terjadi akibat aktivasi resptor pengenal
pola yang diekspresikan oleh sel inang, yaitu (1) Toll-like receptor 7
(TLR-7) yang diaktivasi oleh RNA di endosom; (2) RIG-I dan MDA-
5 yang mengenali RNA virus sitosolik berupa untai ganda,
mengandung kelompok 5’-trifosfat, dan/atau yang tidak memiliki cap
methyl 5’; dan (3) jalur cGAS-STING yang mengenali DNA sitosolik.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 19


Ketiga sensor ini bukan diaktivasi oleh materi dari virus, tetapi
diaktivasi oleh sel yang rusak oleh infeksi virus dan melepaskan DNA
mitokondria.

Gambar 3. Proses SARS-CoV-2 Masuk ke Dalam Sel Inang


Sumber: Shanmugaraj dkk.

Aktifnya sensor ini akan memulai sinyal berkelanjutan yang


mengekspresikan IFN tipe I dan sitokin inflamasi lainnya yang
awalnya bertujuan proteksi, tetapi pada kejadian yang melambat
aktivasinya akan menyebabkan kegagalan dalam mengontrol replikasi
virus sehingga merusak seluler epitel jalan napas dan parenkim paru
yang mengakibatkan badai sitokin inflamasi yang mematikan.
Target sel virus ini adalah pneumosit I dan II serta makrofag
alveolar yang telah terbukti pada penelitian Chu dkk, bahwa virus ini
begitu ditanam pada jaringan paru akan cepat menginfeksi sel paru

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 20


secara luas dibandingkan dengan SARS-CoV. Gen reseptor ACE2
terdapat luas di banyak organ selain paru, yaitu jantung, sistem saraf
pusat, dan jaringan adiposa sehingga dapat juga virus ini merusak
organ-organ tersebut.
Seperti pada pasien di Jepang yang mengalami penurunan kesadaran
dan kejang karena meningitis dengan hasil RT-PCR dari cairan
serebrospinal yang positif mengandung COVID-19 sementara dari
hasil swab nasofaring didapatkan hasil negatif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa COVID-19 dapat juga masuk ke saraf pusat
dan melewati sawar darah otak.

Daftar Pustaka
Shanmugaraj B, Siriwattananon K, Wangkanont K, Phoolcharoen W.
Perspectives on monoclonal antibody therapy as potential
therapeutic intervention for Coronavirus disease-19 (COVID-
19). Asian Pacific J allergy Immunol. 2020;38(1):10–8.
Meo SA, Alhowikan AM, Khlaiwi TAL, Meo IM, Halepoto DM,
Iqbal M, dkk. Novel coronavirus 2019-nCoV: prevalence,
biological and clinical characteristics comparison with SARS-
CoV and MERS-CoV. Eur Rev Med Pharmacol Sci.
2020;24(4):2012–9.
Nikolich-Zugich J, Knox KS, Rios CT, Natt B, Bhattacharya D, Fain
MJ. SARS-CoV-2 and COVID-19 in older adults: what we may
expect regarding pathogenesis, immune responses, and
outcomes. GeroScience [Internet]. 2020 Apr 10: 1–10.
Li J, You Z, Wang Q, Zhou Z, Qiu Y, Luo R, dkk. The epidemic of
2019-novel-coronavirus (2019-nCoV) pneumonia and insights
for emerging infectious diseases in the future. Microbes Infect.
2020;22:80–5.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 21


Gao Y, Yan L, Huang Y, Liu F, Zhao Y, Cao L, dkk. Structure of the
RNA-dependent RNA polymerase from COVID-19 virus.
Science [Internet]. 2020 April:1–9.
Wang N, Shang J, Jiang S, Du L. Subunit vaccines against emerging
pathogenic human coronaviruses. Front Microbiol. 2020
February:11.
Wrapp D, Wang N, Corbett KS, Goldsmith JA, Hsieh CL, Abiona O,
dkk. Cryo-EM structure of the 2019-nCoV spike in the
prefusion conformation. Science. 2020;367(6483):1260–3.
Liu J, Zheng X, Tong Q, Li W, Wang B, Sutter K, dkk. Overlapping
and discrete aspects of the pathology and pathogenesis of the
emerging human pathogenic coronaviruses SARS-CoV,
MERS-CoV, and 2019-nCoV. J Med Virol. 2020;92(5):491–4.
Al-Tawfiq JA. Viral loads of SARS-CoV, MERS-CoV and SARS-
CoV-2 in respiratory specimens: What have we learned? Travel
Med Infect Dis [Internet]. 2020 March13:101629.
Chu H, Chan JF-W, Wang Y, Yuen TT-T, Chai Y, Hou Y, dkk.
Comparative replication and immune activation profiles of
SARS-CoV-2 and SARS-CoV in human lungs: an ex vivo study
with implications for the pathogenesis of COVID-19. Clin
Infect Dis. 2020 Apr 9
Gheblawi M, Wang K, Viveiros A, Nguyen Q, Zhong J-C, Turner AJ,
dkk. Angiotensin converting enzyme 2: SARS-CoV-2 receptor
and regulator of the renin-angiotensin system. Circ Res
[Internet]. 2020 Apr 8
Moriguchi T, Harii N, Goto J, Harada D, Sugawara H, Takamino J,
dkk. A first Case of Meningitis/Encephalitis associated with
SARS-Coronavirus-2. Int J Infect Dis [Internet]. 2020 Apr; 94:
55-58.
Carroll KC, Hobden JA, Miller S, Morse SA. Jawetz, Melnick, &
Adelberg’s Medical Microbiology. Edisi 27. New York:
McGraw Hill Education; 2016: 601-2.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 22


Fehr AR, Perlman S. Coronaviruses: Methods and protocols. Dalam:
H. Maier, editor. Coronaviruses: An Overview of Their
Replication and Pathogenesis. 4th ed. New York: Springer
Science+Business Media; 2015. Hal: 1–22.
Poutanen SM. Human Coronaviruses [Internet].Fourth Edition. Long
SS, editor. Vol. 3, Principles and Practice of Pediatric Infectious
Diseases: Fourth Edition. Philadelphia: Elsevier Inc; 2012. Hal:
1117-1120.
Wu YC, Chen CS, Chan YJ. The outbreak of COVID-19: An
overview. J Chinese Med Assoc. 2020;83(3):217–20.
Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R.Features,
Evaluation and Treatment Coronavirus (COVID-19). Stat
Pearls.2020 Jan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 23


COVID-19 dan Tinjauan Molekuler
Lelly Yuniarti, Maya Tejasari, Wida Purbaningsih

COVID-19 bukanlah wabah penyakit pernapasan berat pertama yang


disebabkan oleh virus corona. Hanya dalam dua dekade terakhir, virus
corona menyebabkan tiga penyakit endemik, yaitu COVID-19, sindrom
pernapasan akut yang parah (SARS) dan Middle East respiratory
syndrome (MERS). Saat ini, kasus COVID-19 telah ditemukan di
banyak negara di seluruh dunia dan menjadi pandemik. Komisi
International Klasifikasi Virus mengumumkan nama dari virus baru
corona severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) atau COVID-19. Virus ini pertama kali diisolasi dari cairan
broncoalveolar pasien COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan
pada 30 Desember 2019, setelah dilakukan sekunsing dan analisis virus
ini dianggap merupakan kelompok Corona virus (CoVs).
Tulisan ini akan menjelaskan COVID-19 dari prespektif
molekuler, yang dapat membantu kita mengungkap patogenesis,
diagnosis, pencegahan dan pengembangan terapi infeksi SARS-CoV-2.

Stuktur dan Genom Sars-Cov-2


Virus Corona (CoVs) merupakan virus beramplop (envelop) dengan
genom berupa RNA rantai tunggal positif sense yang mengandung
26−32 kb. Gambaran seperti mahkota virus ini pada mikroskop elektron
menyebabkan virus ini disebut Corona (coronam adalah istilah Latin
untuk mahkota). Virus ini termasuk ordo Nidovirales, famili
Coronaviridae dan subfamili Orthocoronavirinae. Virus ini memiliki
bentuk bulat atau elips dan sering pleomorfik, diameter sekitar 60−140
nm, virus ini memiliki nukleokapsid yang terdiri atas genom RNA
genom dan protein nukleokapsid terfosforilasi (N). Nukleokapsid
terkubur di dalam fosfolipid bilayer dan ditutupi oleh dua jenis tonjolan
protein (spike protein) yang berbeda: yaitu spike glycoprotein trimmer
(S) yang ada pada semua CoVs, dan hemaglutinin-esterase (HE) yang

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 24


hanya terdapat pada beberap CoVs. Protein membran (M) dan protein
envelop (E) terletak di antara protein S dalam amplop virus. Gambar
skematis CoVs dapat dilihat pada Gambar 1. Virus ini sensitif terhadap
sinar ultraviolet dan panas. Lebih lanjut, virus-virus ini dapat secara
efektif dinonaktifkan oleh pelarut nonpolar termasuk eter (75%), etanol,
desinfektan yang mengandung klor, asam peroksiasetat, dan kloroform
kecuali untuk klorheksidin.

Gambar 1. Struktur Virus Corona


Sumber: Jin dkk.

Sejauh ini telah diindentifikasi empat tipe virus Corona, yaitu


Alphacoronavirus (alphaCoV), Betacoronavirus (betaCoV),
Deltacoronavirus (deltaCoV), dan Gammacoronavirus
(deltaCoV). Karakterisasi genom menunjukkan bahwa kelelawar dan
tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs, sedangkan spesies
burung tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gamaCoVs.
Virus corona pada manusia atau human coronaviruses
(HCoVs) telah dideteksi merupakan subtipe Alphacoronavirus (HCoV-
229E dan NL63) and subtipe Betacoronavirus (MERS-CoV, SARS-

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 25


CoV, HCoV-OC43, dan HCoV-HKU1). Infeksi SARS-CoV, SARS-
CoV-
2, dan MERS-CoV menyebabkan epidemi dengan tingkat keparahan
klinis bervariasi dengan manifestasi kelainan pernapasan dan kelainan
selain pernapasan dengan angka kematian masing-masing hingga 10%
dan 35%.
Pemeriksaan pada pada pasien dengan sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS) yang dilaporkan di Wuhan, Cina pada
pertengahan hingga akhir Desember 2019 menunjukkan adanya strain
β-CoV. Strain ini menunjukkan 88% karaktereristik sekuens seperti
virus corona SARS seperti bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21,
dan sekitar 50% karakteristik sekuens MERS-CoV, virus β-CoV baru
ini kemudian "SARS-CoV-2" oleh International Virus Classification
Commission.
Genom SARS-CoV-2 menyerupai tipe CoV, khas dan
mengandung setidaknya sepuluh open reading frame (ORF). ORF
pertama (ORF1a/b) sekitar dua pertiga dari viral load, ditranlasi
menjadi dua poliprotein besar. Pada SARS-CoV dan MERS-CoV, dua
poliprotein, pp1a dan pp1ab, diubah menjadi 16 protein non-struktural
(nsp1-nsp16), yang membentuk kompleks replikasi-transkriptasi virus.
Nsp menyusun ulang membran yang berasal dari retikulum endoplasma
kasar (RER) menjadi vesikel membran ganda tempat replikasi dan
transkripsi virus terjadi. ORF-ORF SARS-CoV-2 yang lain, sekitar
sepertiga genom mengkode empat protein struktural utama, yaitu spike
(S), envelope (E), nucleocapsid (N) dan membran (M) protein, serta
beberapa protein aksesori dengan fungsi yang belum diketahui, yang
tidak berpartisipasi replikasi virus. Struktur dan perbandingan genom
virus corona dapat dilihat pada Gambar 2.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 26


Gambar 2. Struktur dan Genom Virus Corona
Sumber: Jin dkk.

Seperti halnya SARS-CoV, SARS-CoV-2 ini membutuhkan


angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor untuk
memasuki sel. Ikatan virus dengan reseptor pada sel inang merupakan
faktor penentu patogenesis infeksi yang signifikan. SARS-CoV
kemungkinan besar berasal dari kelelawar dan menyesuaikan dengan
varian ACE2 non-kelelawar untuk dapat menginfeksi manusia. Selain
ACE2, dipeptidyl peptidase 4 (DPP4, juga dikenal sebagai CD26)
merupakan reseptor fungsional untuk MERS-CoV, karena domain S1
receptor-binding dari spike protein MERS-CoV. MERS-CoV dapat
berikatan dengan DPP4 dari banyak spesies yang menyebakan
penularan ke manusia maupun spesies lain.
Pemahaman yang lebih baik tentang efek relatif pengikatan
reseptor dan aktifitas protease akan membantu memprediksi apakah
coronavirus zoonosis spesifik menginfeksi manusia dan kemungkinan
adaptasi. Ikatan antara CoVs dan reseptor ACE2 dapat dilhat pada
Gambar 3.
Pasien dengan COVID-19 menunjukkan manifestasi klinis
seperti demam, batuk kering, dispnea, mialgia, kelelahan, jumlah
leukosit normal atau menurun, dan gambaran radiografi pneumonia,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 27


gejala-gejala ini mirip dengan gejala infeksi SARS-CoV dan MERS-
CoV. Oleh karena itu, meskipun patogenesis COVID-19 belum dapat
diungkap dengan jelas, mekanisme SARS-CoV dan MERS-CoV dapat
memberi banyak informasi tentang patogenesis infeksi SARS-CoV-2
untuk memudahkan kita mengenali COVID-19.

Gambar 3. Ikatan Ikatan antara CoVs dengan reseptor ACE2


Sumber: Li dkk

Entri dan Replikasi Virus Corona


Angiotensin-converting enzyme 2 pada manusia (ACE2) adalah
reseptor fungsional yang utama agar SARS-CoV-2 dapat masuk ke
dalam sel. ACE2 adalah protein membran tipe I yang diekspresikan
pada organ paru, jantung, ginjal, dan usus terutama terkait dengan
penyakit kardiovaskular. ACE2 terdiri atas domain peptidase N-
terminal (PD) dan domain C seperti Collectrin domain (CLD) yang
berakhir dengan heliks transmembran tunggal dan segmen intraseluler
sekitar ~ 40-residu. Protein subunit S CoV berperan dalam prefusi
dengan menstabilkan struktur komformasi saat menyatukan membran

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 28


virus dengan membran sel inang. Proses ini dipicu oleh subunit S1 dan
pengikatan reseptor sel host, pre-fusion trimer yang tidak stabil akan
menyebabkan pelepasan subunit S1 dan transisi subunit S2 ke
konformasi post-fusion yang sangat stabil. Untuk mengikat reseptor sel
inang, reseptor- binding domain (RBD) S1 mengalami gerakan
konformasi seperti engsel yang secara tentatif dapat tersembunyi atau
terekspos sebagai penentu pengikatan reseptor. Hasil penelitian
menunjukkan kemampuan SARS-CoV-2 S mengikat ACE2 manusia
lebih tinggi 10−20 kali lipat lebih tinggi daripada SARS-CoV.
Protein subunit S virus corona dilaporkan sebagai penentu yang
penting masuknya virus masuk ke sel inang sel. Glikoprotein pada
membran virus berikatan dengan reseptor selulernya pada sel inang,
yaitu ACE2 untuk SARS-CoV dan SARS-CoV-2, CD209L (lektin tipe-
C, juga disebut L-SIGN) untuk SARS-CoV, DPP4 untuk MERS-CoV.
SARS- CoV masuk ke dalam sel pada awalnya adalah fusi membran
langsung antara virus dan membran plasma sel inang. Peristiwa
pembelahan proteolitik kritis terjadi pada protein SARS-CoV (S2' atu
sub unit 2) yang kemudian memediasi fusi membran dan infektivitas
virus.
MERS-CoV berevolusi dan berubah dalam mekanisme fusi
membran. Selain fusi membran, SARS-CoV masuk ke dalam sel
melalui endositosis dimediasi oleh clathrin- dependen dan independent.
Setelah virus memasuki sel, genom RNA virus dilepaskan ke dalam
sitoplasma dan diterjemahkan (ditranskripsi) ke dalam dua poliprotein
dan protein struktural, setelah itu genom virus mulai mereplikasi.
Membran glikoprotein yang baru dibentuk ditransfer ke dalam
membran retikulum endoplasma retikulum atau badan golgi,kemudian
kombinasi genom RNA dan protein nukleokapsid akan membentuk
nukleokapsid. Tahap selanjutnya adalah parikel virus akan bertunas
pada retikulum endoplasma-Golgi kompartemen perantara
(endoplasmic reticulum-Golgi intermediate compartment = ERGIC).
Akhirnya, vesikel yang mengandung partikel virus kemudian

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 29


bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan virus dengan
mekanisme eksositosis. Mekanisme masuk dan replikasi virus dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Mekanisme Replikasi Virus Corona


Sumber: Li dkk.

Antigen Presenting Cell pada Infeksi Virus Corona


Ketika virus memasuki sel, antigennya akan disajikan oleh antigen
presenting cell (APC) yang merupakan bagian sentral dari kekebalan
anti-virus tubuh. Peptida antigenik disajikan oleh kompleks
histokompatibilitas utama (MHC; atau human leukocyte antigen (HLA)
pada manusia) dan kemudian dikenali oleh limfosit T sitotoksik spesifik
virus (CTL). Oleh karena itu, pemahaman tentang antigen presenting
cell SARS-CoV-2 akan membantu pemahaman kita tentang
patogenesis COVID-19. Tetapi, penelitian tentang Covid-19 masih

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 30


sangat terbatas sehingga pada buku ini informasi yang disajikan
berdasar atas penelitian sebelumnya tentang SARS-CoV dan MERS-
CoV.
Antigen presenting cell SARS-CoV terutama bergantung pada
molekul MHC I, tetapi MHC II juga memiliki kontribusi. Penelitian-
penelitiain sebelumnya menunjukkan polimorfisme HLA seperti HLA-
B*4601, HLA-B*0703, HLA-DR B1*1202 dan HLA-Cw*0801
berkorelasi dengan peningkatan kerentanan infeksi SARS-CoV,
sedangkan polimorfisme alel HLA-DR0301, HLA-Cw1502, dan HLA-
A*0201 justru meningkat proteksi dari infeksi SARS.
Pada infeksi MERS-CoV, molekul MHC II, seperti HLA-
DRB1*11:01 dan HLA- DQB1*02:0 dikaitkan dengan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi MERS-CoV. Selain itu, polimorfisme gen
MBL (mannose-binding lectin) berhubungan dengan penyaji antigen
(APC) terkait dengan risiko infeksi SARS-CoV

Imunitas Humoral dan Seluler pada Infeksi Virus Corona


Antigen presenting cell (APC) akan menstimulasi kekebalan humoral
dan seluler tubuh yang dimediasi oleh sel B dan T spesifik virus. Mirip
dengan infeksi virus akut yang umum, profil antibodi terhadap virus
SARS-CoV memiliki pola khas produksi IgM dan IgG. Antibodi IgM
spesifik SARS menghilang pada akhir minggu 12, sedangkan antibodi
IgG dapat bertahan untuk waktu yang lama yang menunjukkan antibodi
IgG terutama dapat berperan protektif.
Antibodi IgG spesifik SARS terutama adalah antibodi spesifik
S dan N. Dibanding dengan respons humoral, ada lebih banyak
penelitian tentang kekebalan seluler coronavirus. Penelitian terbaru
menunjukkan jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dalam darah tepi pasien
yang terinfeksi SARS-CoV-2 secara signifikan berkurang, sedangkan
aktivasi yang berlebihan terbukti dengan proporsi double-positive
fractions yang tinggi HLA-DR (CD4 3,47%) dan CD38 (CD8 39,4%).
Demikian pula, respons fase akut pada pasien SARS-CoV terkait

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 31


dengan penurunan berat sel T CD4+ T dan CD8+. Bahkan jika tidak
ada antigen, sel T memori CD4+ dan CD8+ dapat bertahan selama
empat tahun pada yang pulih SARS-CoV dan dapat melakukan
proliferasi sel T, respons DTH, dan produksi IFN-γ.
Enam tahun setelah infeksi SARS-CoV, respons spesifik sel T
memori terhadap peptida SARS- CoV S masih dapat diidentifikasi pada
50% pasien SARS yang pulih. Sel T CD8+ spesifik juga menujukkan
efek yang sama pada mencit yang telah pulih setelah terinfeksi MERS-
CoV. Penemuan ini merupakan informasi yang penting untuk
merancang vaksin yang baik untuk melawan SARS- CoV-2.

Immune Evasion Corona Virus


Untuk bertahan lebih baik di sel host, SARS-CoV dan MERS-CoV
menggunakan beberapa strategi untuk menghindari respons imun.
Perubahan struktur mikrob secara evolusi disebut pathogen-associated
molecular patterns (PAMPs) dapat dikenali oleh pattern recognition
receptors (PRRs). Namun, SARS-CoV dan MERS-CoV dapat
menginduksi produksi vesikel double membran pada PRR-nya dan
kemudian bereplikasi dalam vesikel ini, sehingga menghindari deteksi
dsRNA mereka oleh sel inang.
IFN-I (IFN-α dan IFN-β) memiliki efek perlindungan terhadap
infeksi SARS-CoV dan MERS-CoV, tetapi penelitian pada tikus yang
terinfeksi menunjukkan pengambatan jalur IFN-

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 32


Gambar 5. Skema Patogenesis Infeksi SARS-CoV-2. Antibody-
Dependent Enhancement (ADE); ACE2: Angiotensin-
Converting Enzyme 2; RAS: Renin-Angiotensin
Aystem; ARDS: Acute Respiratory Distress Syndrome.
Sumber: Jin dkk.

Aksesori protein 4a dari MERS-CoV mungkin memblokir


induksi IFN pada tingkat aktivasi MDA5 melalui interaksi langsung
dengan double-stranded RNA. Selain itu, ORF4a, ORF4b, ORF5, dan
protein membran MERS-CoV menghambat transportasi nuclear IFN
regulatory factor 3 (IRF3) dan aktivasi promotor IFN β. Antigen
presenting cell juga dapat dipengaruhi oleh coronavirus, misalnya
ekspresi gen yang terkait dengan down-regulation penyajian antigen
setelah infeksi MERS-CoV. Oleh karena itu, memahami immune
evasion dari SARS-CoV-2 sangat penting dalam pengobatan dan
pengembangan obat spesifik.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 33


Daftar Pustaka
Channappanavar R, Perlman S. Pathogenic human coronavirus
infections: causes and consequences of cytokine storm and
immunopathology. Semin Immunopathol, 2017; 39(5), 529-39.
doi: 10.1007/s00281-017-0629-x
Fan Y Y., Huang ZT, Li L, Wu M H, Yu T, Koup, R.A.Characterization
of sars-cov-specific memory t cells from recovered individuals 4
years after infection. Arch Virol, 2009; 154(7), 1093-99. doi:
10.1007/s00705-009-0409-6
Ge XY, Li J L, Yang X L, Chmura A A, Zhu G, Epstein J H ,Shi
Z L. Isolation and c haracterization of a bat sars-like
coronavirus that uses the ace2 receptor. Nature,
2013;503(7477), 535-38. doi: 10.1038/nature12711
Jin Y, Yang H, Ji W, Wu W, Chen S, Zhang W, & Duan, G.
Virology, epidemiology, pathogenesis, and control of covid-19.
Viruses, 2020, 12(4). doi: 10.3390/v12040372
Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, & Lu S. Molecular immune
pathogenesis and diagnosis of covid-19. J Pharm Anal 2020. doi:
10.1016/j.jpha.2020.03.001
He J, Tao H, Yan Y, Huang SY, Xiao Y. Molecular Mechanism of
Evolution and Human Infection with SARS-CoV-2. Viruses.
2020;12(4).
Lu R, Zhao X, Li J, Niu P, Yang B, Wu H, Tan, W. Genomic
characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus:
Implications for virus origins and receptor binding. The Lancet,
2020; 395(10224), 565-74. doi: 10.1016/s0140-6736(20)30251-
8
Masters P S. The molecular biology of coronaviruses. 2020; 66, 193-
292. doi: 10.1016/s0065- 3527(06)66005-3
Perlman S & Netland J. Coronaviruses post-sars: Update on replication
and pathogenesis. Nat Rev Microbiol, 2009; 7(6), 439-50. doi:
10.1038/nrmicro2147
Su S, Wong G, Shi W, Liu J, Lai A C K, Zhou J, Gao G F.
Epidemiology, genetic recombination, and pathogenesis of
coronaviruses. Trends Microbiol,2016; 24(6), 490- 502. doi:
10.1016/j.tim.2016.03.003

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 34


Wang H, Yang P, Liu K, Guo F, Zhang Y, Zhang G, & Jiang, C.
Sars coronavirus entry into host cells through a novel clathrin-
and caveolae-independent endocytic pathway. Cell Res,2008;
18(2), 290-301. doi: 10.1038/cr.2008.15

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 35


COVID 19
DAN ILMU KEDOKTERAN KLINIS

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 36


COVID-19 dan Gambaran Klinis serta Diagnosis Banding
Widhy Yudistira Nalapraya dan Siti Annisa Devi Trusda

Gambaran klinis pasien corona virus disease-19


Corona virus disease-19 (COVID-19) ditemukan pertama kali pada
bulan Desember 2019 di Wuhan, China. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus corona-2. Pasien yang mengalami COVID-19 terdapat
manifestasi klinis yang bermacam-macam, yaitu tanpa gejala sampai
gejala yang berat. Berbagai gejala ringan dapat dirasakan pasien yaitu
infeksi saluran napas bagian atas tanpa komplikasi disertai demam
ataupun tidak, kelelahan, batuk kering maupun produktif, anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, sumbatan hidung, atau sakit kepala.
Pasien dengan keluhan ringan pada umumnya tidak
memengaruhi laju napas dan tidak terjadi penurunan saturasi sehingga
tidak memerlukan bantuan oksigen tambahan dalam bernapas.1
Derajat beratnya penyakit COVID-19 yang ditetapkan oleh komisi
kesehatan nasional di Cina, yaitu bila derajat ringan pasien tidak
terdapat tanpa pneumonia pada gambaran foto toraks, untuk derajat
sedang pasien terdapat pneumonia pada gambaran foto toraks dan
derajat berat, yaitu pasien dengan laju napas ≥30x/menit, saturasi
oksigen ≤93% , tekanan parsial oksigen/ fraksi inspirasi oksigen ≤300
mmHg dengan gambaran infiltrat yang mengenai banyak lobus paru
dan menunjukan perburukan foto toraks 50% dari lesi awal dalam 24-
48 jam. Negara Cina membagi klasifikasi pasien kritis yaitu dengan
kriteria gagal napas yang membutuhkan ventilasi mekanis, syok dan
kegagalan banyak organ yang membutuhkan perawatan ruangan
intensive care unit (ICU).2
Pasien COVID-19 dapat mengalami fase kritis berupa cidera
jantung dan syok insidensnya bervariasi 1-35% kasus bergantung pada
derajat beratnya penyakit, pada cidera jantung dapat ditemukan
kenaikan penanda hayati jantung mencapai persentil 99 dari batas atas

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 37


normal. Insidens cidera jantung sebesar 20-35% pada pasien di ICU.
Suatu laporan di Wuhan, Cina terdapat 7-23% pasien COVID-19
mengalami cidera jantung yang akan meningkatkan risiko syok. Selain
cidera jantung terdapat risiko gagal napas tipe hipoksia terjadi pda
19% kasus COVID-19. Studi terbaru melaporkan di Cina sebanyak 4-
13% pasien COVID-19 mendapatkan terapi oksigen menggunakan
non-invasive positive pressure ventilation (NIPPV) dan sebanyak 2,3-
12% membutuhkan terapi ventilasi mekanis. Studi lain melaporkan
pada 52 pasien COVID-19 yang mengalami fase kritis 67% pasien
mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS).3

Klasifikasi pasien
Merujuk pada pedoman COVID-19 Kementrian Kesehatan revisi IV,
yaitu:
1. Pasien dalam pengawasan (PDP)
1) Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu
demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak
napas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat
dan tidak ada penyebab lain berdasar atas gambaran klinis
yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA
dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasark atas gambaran klinis yang
meyakinkan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 38


2. Orang dalam pemantauan (ODP)
1) Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam;
atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasark atas
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan
seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3) Orang tanpa gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular
dari orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG)
merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.

Kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik


atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter
dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.Termasuk kontak erat adalah:
1) Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan standar;
2) Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala;
3) Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala
jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 39


4. Kasus konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan Polymerase chain reaction. Secara klinis kunci
dalam menemukan kasus COVID-19 yaitu anamnesis. Anamnesis
dapat menunjukan pasien kontak dengan kasus konfirmasi maupun
kasus PDP sehingga diperlukan data-data kasus konfirmasi didaerah
dan data kluster seringkali ditemukan kasus konfirmasi dalam jumlah
yang banyak, terkadang pasien tidak jujur dalam menyampaikan
anamnesis sehingga penelusuran kasus dilapangan sering jadi kendala.
Gejala klinis bisa ditemukan hari ke 6-7 setelah terinfeksi namun
beberapa ditemukan gejala setelah hari ke 13 setelah terinfeksi.5

Gambaran radiologis pasien


Pemeriksaan diagnosis radiologis berdasar atas konsensus
pulmonologis untuk foto toraks COVID-19 tidak memiliki gambaran
yang spesifik bahkan sering ditemukan foto toraksnya normal.
Gambaran yang sering didapatkan pada pasien COVID-19 yaiu
konsolidasi lobus atau beberapa lobus atau kedua paru. Studi lain pada
rumah sakit Parkway mendapatkan gambaran foto toraks pasien
COVID-19 berupa konsolidasi yang memiliki karakteristik mengenai
banyak lobus dan bilateral, namun beberapa pasien terdapat gambaran
unilateral serta kejadian efusi pleura sangat jarang. Studi di Singapura
50% pasien memiliki gambaran foto toraks yang normal.5
Pemeriksaan radiologis yang memiliki karakteristik yang
spesifik untuk COVID-19, yaitu computed tomography scan (CT-
scan) toraks beberapa studi membagi gambaran CT-scan membagi
menjadi 4 stage, yaitu fase awal terjadi pada hari awal sampai hari ke
4 dari awitan gejala terdapat gambaran opasitas ground glass (GGO)
dengan lokasi sub-pleura dan lokasi pada umumnya di lobus bawah,
namun beberapa pasien pada stage awal bisa terdapat gambaran yang
normal pada CT-scan, stage progresif (terjadi hari ke-5-8 dari gejala)
terdapat gambaran yang mengalami perburukan yaitu penyebaran

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 40


GGO pada kedua paru dengan penyebaran beberapa lobus, pola
infiltrat membentuk crazy-paving dan konsolidasi disertai air-
bronchogram.6
Stage puncak (terjadi pada hari ke-9-13 dari awitan gejala)
konsolidasi akan semakin memadat ditemukan hampir pada seluruh
kasus. Temuan lainnya adalah gambaran parenchymal-bands. Stage
absorption (hari ke 14 setelah awitan gejala) gambaran crazy paving
menghilang namun gambaran GGO mungkin masih menetap.
Pemeriksaan radiologis sangat diperlukan dalam penentuan klasifikasi
pasien, ditemukan beberapa pasien yang tidak memiliki gejala klinis
seperti demam, batuk, maupun sesak napas namun gambaran
radiologis sudah menunjukan manifestasi klinis berupa GGO yang
bersifat bilateral dan lokasi pada basal paru. Hal tersebut menunjukkan
pneumonia COVID-19 secara radiologis.

Diagnosis Banding COVID-19


Pasien COVID-19 dapat datang dengan manifestasi klinis yang
beragam sehingga diagnosis bandingnya meliputi gejala pada saluran
napas dan di luar saluran napas.
Diagnosis banding penyakit infeksi saluran napas dengan
mikroorganisme penyebab lain:
• Adenovirus
• Coronavirus lainnya
• Chlamydia pneumoniae
• Influenza (28% pasien COVID-19 mengalami influenza)
• Human metapneumovirus (HmPV)
• Human rhinovirus/enterovirus
• Legionella pneumophilia
• Mycoplasma pneumoniae*
• Parainfluenza*
• Pneumocystis jirovecii (in immunocompromised hosts)

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 41


• Respiratory syncytial virus (RSV)*
• Rhinovirus (common cold)
• Infectious mononucleosis
• Acute HIV
Pneumonia primer karena virus atau bakteri seperti
• Streptococcus pneumoniae pneumonia
• Haemophilus influenzae pneumonia
• Moraxella catarrhalis pneumonia
Keadaan akut pada paru seperti
• edema paru
• embolisme paru
• eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronis
• asma
• hipertensi pulmoner/cor pulmonale
• acute respiratory distress syndrome (ARDS)
• pneumonitis
Kelainan pada jantung, seperti:
• sindrom coroner akut
• gagal jantung
• penyakit katup jantung
Lainnya : tumor, acute chest syndrome (pada sickle cell disease)

Selain penyakit yang melibatkan saluran napas, seorang pasien


dengan COVID-19 juga dapat menampilkan tanda dan gejala lain, di
luar sistem pernapasan. Sehingga diagnosis bandingnya meluas:
• diare dan gangguan pencernaan lainnya, hampir 50% pasien
COVID-19 mengalami gejala gastrointestinal terutama diare.
Sebanyak 19.4% pasien mengalami diare terjadi sebagai gejala
awal, yang berlangsung 2-14 hari.
• konjungtivitis dan kelainan pada mata lainnya dengan gejala
epifora, kongesti konjungtiva dan khemosis. Sekitar sepertiga

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 42


(33%) dari seluruh pasien COVID-19 mengalami kelainan pada
mata.
• chikungunya/ Dengue/ infeksi virus lainnya
• malaria
• penyakit lain dengan gejala demam, seperti demam tifoid
Bahkan penyakit non infeksi seperti vaskulitis dan dermatomiositis
dapat menjadi diagnosis banding dari COVID-19. Satu hal penting
yang harus diingat adalah bahwa 25% pasien dengan COVID-19
tidak bergejala atau asimtomatik.

Daftar Pustaka
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Sinto
R, et al. Coronavirus disease 2019 : tinjauan literatur terkini
coronavirus disease 2019 : JPDI. 2020;7(1):45–67.
Song C, Xu J, He J, Lu Y. COVID-19 early warning score : a multi-
parameter screening tool to identify highly suspected
patients.[Online]. 2020 [Cited 2020 April 04] ; Available from:
https://www.medrxiv.org
Alhazzani W, Møller MH, Arabi YM, Loeb M, Gong MN, Fan E, et
al. Surviving Sepsis Campaign : guidelines on the management
of critically ill adults with Coronavirus Disease 2019 ( COVID
‑ 19 ). Intensive Care Med. 2020; 1-34.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pencegahan dan
pengendalian coronavirus disease (covid-19) revisi ke-4.
Direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit;
Maret 2020. p. 12-4.
International pulmonologist’s consensus on COVID-19.[Online].
2020 [Cited 2020 April 04]; Available from:
https://www.unah.edu.hn/dmsdocument/9674-consenso-
internacional-de-neumologos-sobre-covid-19-version-ingles
Rights A, Confidential R, Limited PP, Limited PP. Imaging of

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 43


COVID-19 Pneumonia.[Online]. 2020 [Cited 2020 April 04];
Available from: https://www.parkwayhealthradiolo-gy.com.sg/
Ping Wu, Fang Duan, MD, Chunhua Luo,et al Characteristics of
Ocular Findings of Patients With Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) in Hubei Province, China, JAMA Ophthalmol.
Published online March 31, 2020.
doi:10.1001/jamaophthalmol.2020.1291
Chaoqun Han1, Caihan Duan,Shengyan Zhang, Brennan
Spiegel,Huiying Shi, Weijun Wang, Lei Zhang, Rong Lin, Jun
Liu, Zhen Ding, Xiaohua Hou, Digestive Symptoms in
COVID-19 Patients with Mild Disease Severity: Clinical
Presentation, Stool Viral RNA Testing, and Outcomes
journals.lww.com/ajg/, Di unduh 5 Maret 2020
COVID-19 - Differential Diagnosis, Julie Grishaw, ACNP Mc Graw-
Hill Medical. www.-accessmedicinenetwork.com, Mar 18,
2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 44


COVID-19 dan Peran Pemeriksaan Laboratorium
Yani Triyani, Noormartany, Rika Nilapsari

Wabah COVID-19 tidak semata-mata Allah SWT jadikan, tanpa


perencanaan dan maksud yang jelas, hal ini sudah kita yakini bersama.
Dampak wabah banyak menimbulkan kerugian, ketakutan yang
mencekam, namun di sisi lain dapat menimbulkan keuntungan karena
menjadikan kita lebih waspada, lebih mencari ilmu, serta menambah
solidaritas dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu
semuanya. Salah satu dampak positif wabah ini menjadikan kita ingin
menambah dan lebih giat mencari ilmu dan informasi terbaru tentang
virus penyebab dan dampaknya terhadap kesehatan umat manusia.
Dampak lain adalah menjadikan kita semakin menyadari bahwa
penanggulangan wabah ini memerlukan kerjasama dari berbagai
pihak, berbagai bidang ilmu dan profesi yang menjadikan kita makin
menyadari bahwa tidak ada satupun bidang ilmu yang lebih tinggi dari
yang lain, tidak ada bidang ilmu yang dapat menanggulangi wabah ini
sendirian dengan baik.
Bersama ini adalah kutipan dari Al Qur’an surat Al Hadid ayat 22
– 24

ٓ َ‫ٓمنٓقَ أب ِلٓأَنٓ ان أب َرأَه َۚٓآإِ انٓ َٰذَلِك‬


ِ ‫ب‬ ٖ َ‫ضٓ َو ََلٓفِيٓأَنفُ ِس ُكمأ ٓإِ اَلٓفِيٓ ِك َٰت‬ ٓ ِ ٓ‫صي َب ٖةٓفِيٓٓٱ أۡلَرأ‬ ِ ‫ابٓمِ نٓ ُّم‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫َمآٓأ‬
‫أ‬
ٖ ‫ّللُٓ ََلٓيُحِ بُّ ٓ ُكلآ ُم أخت‬
ٓ‫َال‬ ٓ‫ٓوٱ ا‬َ ‫ٓو ََلٓت أَف َر ُحوآْ ِب َمآ َءاتَىَٰ ُك أ ۗۡم‬ َ ‫علَ َٰى ٓ َمآفَاتَ ُكمأ‬ َ ْٓ‫س أوا‬ ٓ َ ‫ٓ ِلك أَي‬٢٢ٓ‫ِير‬
َ ‫ل ٓتَأ‬ ِٓ‫علَىٓٱ ا‬
ٞ ‫ّللٓ َيس‬ َ
‫أ‬ ‫أ‬ ‫ا‬
ِٓ ۡۗ ‫اسٓ ِبٱلب أُخ‬
ٓ ٓ‫ل‬ َٓ ‫ٓو َيأ ُم ُرونَ ٓٱل ان‬ َ َ‫ٓٱلذِينََٓٓٓي أب َخلُون‬٢٣ٓ‫ور‬ ٍ ‫فَ ُخ‬
ٓ٢٤ُٓ‫يٓٱ أل َحمِ ي ٓد‬ ُّٓ ‫ّللٓه َُوٓٱ ألغَ ِن‬
َٓ‫َو َمنٓ َيت ََولآفَإِ انٓٱ ا‬

QS 57:22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan


(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 45


QS 57:23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
QS 57:24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia
berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah
Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.
Bencana COVID-19 menjadikan kita lebih memahami kekuasaan
Allah yang menjadikan mahluk kecil berukuran yang tidak terlihat
dengan kasat mata namun dapat menyerang berbagai organ dengan
cepat dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat
bervariasi.
Bab ini disusun untuk menambah wawasan tentang bagaimana peran
ilmu patologi klinik dalam membantu penegakan diagnosis dan
memantau derajat berat-ringannya kondisi pasien yang terkena
COVID-19 dan berbagai manifestasi klinis yang terjadi pada COVID-
19 sesuai dengan adanya “Host-pathogen interaction” yang
tergantung dari respon imunologis pasien, ada tidaknya penyakit
komorbid yang diderita oleh pasien sebelum terjangkit, dan adanya the
pathogen immune evasion strategies.
Sehubungan COVID-19 sudah menjadi pandemi di dunia,
sehingga banyak sekali guideline yang dipublikasikan untuk jenis-
jenis pemeriksaan laboratorium beserta interpretasinya, namun pada
tulisan ini akan dibahas jenis pemeriksaan, dan interpretasinya yang
berlaku di Indonesia agar seluruh penduduk Indonesia mendapatkan
pelayanan yang sesuai standar di Rumah sakit-rumah sakit rujukan
COVID-19, berdasarkan rekomendasi WHO, Pedoman Pencegahan,
dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-4
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 46


beberapa press release Persatuan dokter spesialis Patologi klinik
Indonesia.

Peran Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang dalam
menegakkan diagnosis dan pemantauan pasien, faktor utama untuk
menilai kondisi pasien tetap harus melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang benar sehingga dapat mencapai perkiraan menuju diagnosis
sekitar 60-70%. Namun pada beberapa kasus penyakit peran
laboratorium memainkan peran utama dalam perawatan kesehatan,
bahkan berdasarkan satu perkiraan, dapat mencapai 70% dari semua
keputusan medis berdasarkan pada hasil laboratorium. Tujuan
pemeriksaan laboratorium klinik adalah menyediakan informasi
kepada dokter atau tenaga profesional kesehatan lainnya yang
melakukan perawatan dan pasien untuk:
1. skrining atau mendeteksi penyakit atau kecenderungan suatu
penyakit;
2. menetapkan atau menolak suatu diagnosis;
3. menetapkan prognosis;
4. memandu manajemen pasien
5. memantau keberhasilan terapi

Selain itu, laboratorium juga memainkan peran utama dalam


pendidikan dan penelitian, desain dan implementasi teknologi
informasi, dan peningkatan kualitas. Supaya hasil laboratorium dapat
berhasil mencapai tujuannya, laboratorium harus menghasilkan
laporan yang akurat, dan tepat waktu, dengan memperhatikan dan
melalui tahapan preanalitik (persiapan dan pengambilan dan
pengelolaan bahan pemeriksaan/spesimen), analitik (proses
pengerjaan pengukuran) dan postanalitik (pelaporan) disertai quality
control laboratorim yang dilakukan dengan benar.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 47


Pengelolaan Spesimen dan Konfirmasi Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat dan tepat dapat
membantu menegakkan diagnosis sehingga dapat menentukan jenis
terapi dan pengelolaan pasien dengan tepat, hal ini berawal dari
tahapan preanalitik pemilihan jenis pemeriksaan, persiapan pasien,
dan pengelolaan spesimen. Pada wabah COVID-19, pemeriksaan
laboratorium yang dianjurkan untuk pasien, bergantung pada status
atau kondisi pasien dan manifestasi klinis yang ditemukan setelah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien ODP dan
PDP.
Jenis spesimen yang dapat diambil bergantung pada jenis dan tujuan
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, apakah untuk mencari
etiologi penegakan diagnosis COVID-19 atau untuk pemantauan
derajat berat ringannya manifestasi klinis dan kondisi pasien. Jenis
spesimen untuk penegakan diagnosis pasien COVID-19 dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:

Pengambilan Spesimen
Terdapat beberapa persiapan yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan spesimen dari pasien COVID-19 untuk penegakan
diagnosis sesuai dengan anjuran Kemenkes untuk keseragaman
pengiriman spesimen dari berbagai layanan kesehatan/rumah sakit,
yaitu :
1. dokumen: Formulir Form pengambilan spesimen COVID-19
sesuai lampiran 7 di Pedoman pencegahan dan pengendalian
coronavirus disesase (COVID-19) diisi dengan huruf kapital dan
tulisan jelas dibaca ditambah daftar nama pasien (supaya saat
pengambilan tidak terjadi kesalahan) jika pasien lebih dari satu.
2. peralatan pelindung diri (APD) petugas yg melakukan swab
sesuai standar WHO yang terdiri atas : selalu mencuci tangan
menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan SESUDAH
tindakan dan menggunakan APD lengkap menggunakan gown

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 48


coverall, masker minimal N95, sarung tangan 2 lapis, pelindung
kepala, kaca mata google, pelindung kaki, apron/barak short,
pelindung kaki dan sepatu boots, disertai face shield.
3. peralatan dan bahan pengambilan spesimen dan
pengepakan/pengiriman spesimen dapat dilihat pada Tabel 2 dan
3 sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Spesimen dan Tatalaksana Pengambilan

Tabel 2. Pengambilan Spesimen dan Alat yang Dibutuhkan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 49


KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 50
KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 51
KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 52
Gambar 1. Contoh Formulir Pemeriksaan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 53


Gambar 2. Contoh Formulir Pemeriksaan (lanjutan)

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 54


Gambar 3. Contoh Tata Cara Penggunaan APD untuk
Pemeriksaan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 55


Gambar 4. Contoh Tata cara Pemakaian APD Lengkap Untuk
Pemeriksaan SWAB

Gambar 5. Virus Transport Medium dengan Dacron Swab Naso


dan Orofaring
Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium Yang Digunakan Dalam
Wabah Covid-19

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 56


Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis COVID-19
dapat dilakukan melalui beberapa metode:
Secara langsung (direct method) menemukan virus atau komponen
dari virus dengan:
• Teknik molekuler molekuler: RT-PCR konvensional, Real time
RT-PCR dan sequensing
• Kultur virus (dengan BSL3)
• Mikroskop elektron
Secara tidak langsung (incirect method) melalui pemeriksaan
immunologis (serologi) baik yang menggunakan bahan antibodi
maupun antigen COVID dengan menggunakan imunokromatografi
yang dikenal dengan nama Rapid test.
Penanganan COVID-19 di Indonesia menggunakan Rapid
Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen pada OTG/kasus kontak
dari pasien konfirmasi COVID-19. Rapid Test Antibodi/ Rapid Test
Antigen dapat juga digunakan untuk deteksi kasus ODP dan PDP pada
wilayah yang tidak mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan RT-PCR
atau tidak mempunyai media pengambilan spesimen (Swab dan
VTM). Pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen
hanya merupakan screening awal, hasil pemeriksaan Rapid Test
Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen harus tetap dikonfirmasi dengan
menggunakan RT-PCR.

Rapid Test Antibodi


Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada komunitas (masyarakat).

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 57


Rapid Test Antigen
Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah Swab
orofaring/ Swab nasofaring. Pemeriksaan ini dilakukan di fasyankes
yang memiliki fasilitas biosafety cabinet. Urutan tingkat kepercayaan
(Confidence Level) untuk deteksi berbagai patogen dari yang tertinggi
yaitu kultur, molekular (DNA atau RNA), antigen, dan yang terendah
yaitu antibodi (IgM/IgG/IgA anti pathogen tersebut). Untuk SARS-
CoV-2 tentu confidence level tertinggi saat ini adalah pemeriksaan
molekular (yaitu real-time Polymerase Chain Reaction/PCR
dilanjutkan sequencing yang telah dilakukan di Balitbangkes Jakarta),
disebabkan karena kultur virus SARS-CoV-2 saat ini belum dapat
dilakukan.
Mempertimbangkan bahwa saat ini mulai merebak berbagai rapid
test IgM/IgG SARS-CoV-2 untuk deteksi COVID-19 dengan berbagai
merk, maka perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Deteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2 dengan metode
imunokromatografi (rapid test) belum ada penjelasan kinetika
antibodinya. Antibodi baru terbentuk beberapa waktu setelah
masuknya virus ke dalam tubuh, yang tentunya membutuhkan
waktu, namun waktu terbentuknya antibodi belum disebutkan
secara jelas pada beberapa referensi. Terdapat satu publikasi
sementara ini yang menyatakan antibodi baru mulai terdeteksi
dengan metode imunofluoresensi paling dini hari ke 6, namun
sebagian besar antara hari ke 8 – 12 sejak timbulnya gejala.
2. Antibodi terhadap SARS-CoV-2 belum terbukti dapat
menentukan infeksi akut saat ini, sehingga belum

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 58


direkomendasikan untuk diagnostik, masih perlu pendalaman
kinetika antibodi terhadap SARS-CoV-2 lebih lanjut.
3. Berbagai rapid test tersebut belum diketahui validitasnya, antigen
dan prinsip pemeriksaan yang digunakan, variasi waktu
pengambilan spesimen, limit deteksi masing-masing rapid test,
interferens, berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hasil false
positive dan false negative, serta belum diketahui adanya ijin edar
resmi.
Apabila untuk skrining (deteksi dini), harus diinterpretasi dengan
sangat hati-hati, karena hasil positif tidak bisa memastikan bahwa
betul terinfeksi COVID-19 saat ini, sedangkan hasil negatif tidak bisa
menyingkirkan adanya infeksi COVID-19 sehingga tetap berpotensi
menularkan pada orang lain.
False positive dan false negative perlu dipertimbangkan untuk
deteksi antibodi karena validitas yang belum diketahui (sensitivitas
dan spesifisitas diagnostik yang bervariasi) sehingga menyulitkan
interpretasi. Berbagai hal yang dapat menyebabkan hasil false positive
yaitu:
1. kemungkinan cross reactive antibodi dengan berbagai virus
lain(coronavirus, dengue virus)
2. infeksi lampau dengan coronavirus

Berbagai hal yang dapat menyebabkan hasil false negative adalah:


1. belum terbentuk antibodi saat pengambilan sampel (masa
inkubasi)
2. pasien immunocompromised (gangguan pembentukan antibodi)

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 59


Berdasarkan hal tersebut di atas, maka apabila menemukan
hasil ICT (rapid test) positif maka HARUS dikonfirmasi dengan
pemeriksaan PCR. Apabila ditemukan hasil negatif, harus dilakukan
pengambilan sampel ulang 7 – 10 hari kemudian. Namun pemeriksaan
antibodi anti SARS-CoV-2 masih dapat dipertimbangkan untuk
menunjukkan paparan infeksi sehingga dapat digunakan untuk
surveilans atau studi epidemiologi dan penelitian lebih lanjut.
Berikut merupakan alur pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan
Rapid Test Antigen.

Gambar 6. Alur Pemeriksaan Menggunakan Rapid Test Antibodi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 60


Gambar 7. Alur Pemeriksaan Menggunakan Rapid Test Antigen

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 61


Daftar Pustaka
Prompetchara, E., Ketloy, C., & Palaga, T. (2020). Immune responses
in COVID-19 and potential vaccines: Lessons learned from
SARS and MERS epidemic. Asian Pac J Allergy Immunol, 38(1),
1-9.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman pencegahan dan
pengendalian coronavirus disesase (COVID-19). Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
Mcpherson, R. A. (2017). Henry's Clinical Diagnosis and
Management by Laboratory Methods: First South Asia
Edition_e-Book. Elsevier India. P.2. ISBN: 978-0-323-29568-0
World Health Organization (WHO).2020. Home care for patients with
suspected novel coronavirus (ncov) infection presenting with
mild symptoms and management of contacts.
Https://www.who.int/internal-publications-detail/home-carefor-
patients-with-suspected-novel-coronavirus-(ncov)infection-
presenting---with-mild-symptoms-and-managementofcontacts.
_WHO/2019-ncov/laboratory/2020.1
Press release PDS PATKLIN, 13/PPPATKLIN/II/2020-:Pemeriksaan
rapid test antibody metode imunokromatografi, Maret 2020,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 62


COVID-19 dan Tatalaksana Gizi
Rizky Suganda Prawiradilaga

Saat ini, belum ada vaksin COVID-19 yang dapat membuat orang
memiliki kekebalan terhadapnya. Anak hingga dewasa, setiap orang
dapat terinfeksi. Salah satu kelompok yang rentan adalah lansia,
karena itu perlu asupan nutrisi yang tepat dalam pencegahan dan juga
penanganan COVID-19. Terdapat banyak penelitian melaporkan
bahwa asupan antioksidan dan nutrisi dapat membantu fungsi sistem
kekebalan tubuh. Fungsi kekebalan tubuh disarankan memakan
makanan yang sehat dengan gizi seimbang yang kaya akan buah dan
sayuran berwarna. Saran khusus untuk lansia adalah meningkatkan
konsumsi vitamin C (200 mg--2 g/hari), vitamin E (134--800 mg/hari),
Seng (30--220 mg/hari), dan vitamin D (10--100 μg/hari) untuk
mereka yang memiliki kadar vitamin D rendah. Penelitian pada orang
dewasa ternyata zat gizi ini terbukti meningkatkan kekebalan sel T dan
sel B (antibodi). Belum ada bukti jelas bahwa intervensi diet seperti
itu dapat membantu melindungi diri terhadap infeksi COVID-19, atau
bahkan mengurangi kerusakannya. Walaupun begitu,
mempromosikan zat gizi yang sudah terbukti baik bagi kesehatan dan
sistem kekebalan tubuh sebelum, selama, dan setelah infeksi COVID-
19 tetap diperlukan.
Selain penanganan penderita COVID-19, pencegahan
COVID-19 dari segi gizi perlu diupayakan. Dalam upaya pencegahan
ini diperlukan pertahanan tubuh yang optimal. Pertahanan tubuh yang
optimal ini salah satunya dapat diperoleh dengan memiliki indeks
massa tubuh yang normal, dibanding dengan kekurangan atau
kelebihan berat badan. Indeks massa tubuh yang tinggi (kelebihan
berat badan atau obesitas) dilaporkan memiliki prognosis buruk pada
pasien komorbid COVID-19.Hal lain untuk mendapatkan pertahanan
tubuh yang optimal adalah mengonsumsi aneka ragam makanan yang

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 63


sesuai dengan pedoman gizi seimbang karena tidak ada makanan di
dunia ini yang memiliki kandungan super lengkap selain air susu ibu
(ASI) bagi bayi di bawah usia 6 bulan; hindari konsumsi suplemen
yang berlebihan karena faktor toksisitas dan juga dapat memperberat
kerja organ; pada beberapa kasus tertentu diperlukan terapi atau
suplemen khusus sesuai dengan kondisi individu seseorang untuk
mendapat pertahanan tubuh yang optimal.

Prinsip
Terapi gizi ini harus berdasar atas diagnosis gizi penderita COVID-
19. Terapi gizi untuk penderita muda berbeda dengan yang lanjut usia.
Penderita dengan kelebihan berat badan berbeda dengan yang
kekurangan berat badan. Kekurangan zat gizi tertentu juga berbeda.
Gizi yang baik bukan hanya menjaga tubuh dengan
meningkatkan imun menghadapi penyakit, tetapi juga mempercepat
proses perawatan atau penyembuhan di rumah sakit.Sudah banyak
penelitan yang dilakukan bahwa pasien yang mendapatkan terapi gizi
selama dirawat memiliki tanda klinis yang bagus, komplikasi lebih
sedikit, angka mortalitas rendah dan mempersingkat waktu rawat inap
sehingga mengurangi biaya rumah sakit.

Energi
Kebutuhan energi harian dipengaruhi oleh kondisi seseorang, salah
satunya adalah suhu tubuh. Setiap kenaikan 1o C tubuh meningkatkan
kecepatan metabolik basal sekitar 10%. Semakin tinggi suhu tubuh,
semakin besar konsumsi energi maka semakin besar kebutuhan
energinya.
Gambaran umum pasien COVID-19 adalah demam dan
peradangan. Penderita COVID-19 memiliki kebutuhan energi yang
lebih tinggi daripada orang normal. Meskipun begitu, memenuhi
kebutuhan energi pasien ini tidak mudah. Berbagai alasan seperti
nafsu makan yang buruk, asupan energi yang tidak adekuat di rumah

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 64


sakit, dan gangguan terapeutik adalah hal yang biasa dialami pasien
rawat inap. Asupan gizi kurang berkaitan erat dengan terjadinya
komplikasi, waktu rawat inap, dan waktu penggunaan ventilator. Oleh
karena itu, menjaga keseimbangan energi pasien COVID-19 sangat
penting.
Pada pasien dengan pneumonia berat terjadi peningkatan
beban metabolik. Dalam hal ini asupan dengan kalori rendah-sedang
(low-moderate calorie) dapat mengurangi beban metabolik tersebut.
Harus diperhatikan, asupan energi yang berlebihan pada nutrisi
parenteral total dapat menjadi faktor risiko untuk blood-borne
infection.
Kebutuhan energi pasien dapat dinilai dari usia, berat badan,
dan tinggi badan pasien. Selain itu, kebutuhan energi pasien
bergantung pada keparahan penyakitnya. Bila tidak dapat menilai total
kebutuhan harian pasien dengan cara yang biasa dilakukan pada orang
sehat maka beberapa poin di bawah dapat menjadi alternatif untuk
menghitung kebutuhan energinya:
1. 27 kkal/kgBB/hari untuk pasien polimorbid berusia >65 tahun.
2. 30 kkal/kgBB/hari untuk pasien polimorbid yang severely
underweight.
3. 30 kkal/kgBB/hari untuk pasien lansia disesuaikan dengan kondisi
individu berdasar atas status gizi, tingkat aktivitas fisik, dan
penyakit.
Target 30 kkal/kgBB/hari pada pasien yang sangat kekurangan
berat badan dapat dicapai dengan hati-hati dan perlahan-lahan, karena
populasi ini adalah populasi risiko tinggi dalam sindrom refeeding.
Sindrom refeeding adalah gangguan metabolisme yang terjadi sebagai
akibat dari penggantian nutrisi pada orang yang kelaparan, kurang
gizi, atau stres metabolik karena penyakit yang parah.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 65


Protein
Semakin parah suatu penyakit, semakin banyak konsumsi energi yang
dibutuhkan, semakin banyak protein yang hilang maka semakin tinggi
kebutuhan protein. Penurunan angka mortalitas tidak cukup hanya
memenuhi kebutuhan energi saja, tetapi juga perlu memenuhi
kebutuhan energi dari protein.
Pada pasien COVID-19 tingkat lanjut, karena aktivitas dari
mediator inflamasi seperti interleukin (IL)-1, IL-6, tumor necrosis
factor (TNF)-α, dan lain-lain, terjadi proses katabolisme sehingga
pasien mengalami kehilangan otot yang signifikan. Oleh karena itu,
peningkatan suplai protein menjadi prioritas dalam penanganan gizi
pasien COVID-19 tingkat lanjut.
Kebutuhan protein total harian pasien 1 g protein/kgBB/hari
pada lansia dan ≥ 1 g/kgBB/hari pada pasien polimorbid rawat inap.
Kebutuhan tersebut disesuaikan juga dengan status gizi pasien,
aktivitas fisik, penyakit yang diderita, dan toleransinya. Kebutuhan ini
kemudian didistribusikan dalam tiga kali makan karena baik dalam
sintesis protein.
Hal lain yang diperhatikan dalam pemberian protein ini adalah
suplementasi asam amino rantai cabang (branched-chain amino acid-
-BCAA) dan hidroksimetilbutirat (HMB). Asam amino rantai cabang
adalah suatu kelompok yang terdiri atas tiga asam amino esensial:
leucine, isoleucine, dan valine. Sumber makanan yang mengandung
tinggi BCAA seperti daging sapi, ikan, telur, tahu, tempe, biji labu,
buncis, kacang-kacangan, keju, dan susu. Hidroksimetilbutirat adalah
zat kimia yang diproduksi ketika tubuh memecah leucine. Pneumonia
dapat menghambat sintesis BCAA di dalam tubuh sehingga
suplementasi BCAA diperlukan untuk menghambat pemecahan otot,
meningkatkan resistensi insulin, dan juga meningkatkan efektivitas
interferon. Sebagai tambahan, suplementasi HMB setiap hari dapat
meningkatlan sintesis otot dan juga menghambat pemecahan otot
secara signifikan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 66


Lemak
Kebutuhan lemak dan karbohidrat penderita COVID-19 disesuaikan
dengan kebutuhan energi hariannya dengan memperhatikan rasio
energi dari lemak dan karbohidrat 30:70 persen pada penderita tanpa
defisiensi pernapasan hingga 50:50 persen pada pasien dengan
bantuan ventilator.
Hal yang perlu diperhatikan oleh dokter terhadap penderita
COVID-19 adalah sintesis dan aktivitas L-carnitine berkurang pada
keadaan inflamasi. Carnitine adalah kofaktor enzim esensial dalam
metabolisme energi yang berperan penting dalam beta oksidasi asam
lemak rantai panjang (long-chain fatty acids--LCFA). L-carnitine
adalah salah satu tipe carnitine yang membantu transportasi lemak
tubuh ke dalam mitokondria. Jika sintesis dan aktivitas L-carnitine ini
melemah mempersulit LCFA memasuki mitokondria. Oleh karena itu,
pada penderita COVID-19 yang mengalami keadaan inflamasi dan
mendapatkan asupan nutrisi secara parenteral, sebaiknya
mendapatkan suplementasi L-carnitine eksogen sebagai pengemulsi
lemak.
Selain itu, dalam pemberian nutrisi secara parenteral,
pengemulsi lemak berbasis minyak zaitun lebih baik dibanding
dengan pengemulsi lemak berbasis minyak kedelai karena menurut
penelitian yang dilakukan oleh Siquiera dkk. pemberian nutrisi
parenteral yang mengandung pengemulsi lemak berbasis minyak
kedelai dapat meningkatkan tekanan darah dan gangguan fungsi
endotel dibanding dengan pengemulsi lemak berbasis minyak zaitun.
Selain itu, pengemulsi lemak berbasis minyak zaitun dalam
penggunaan jangka panjang memiliki lebih sedikit supresi terhadap
sistem imun dan fungsi hati.
Selanjutnya adalah suplementasi nutrisi parenteral dengan
kandungan omega-3 (n-3) asam lemak tidak jenuh ganda
(polyunsaturated fatty acids--PUFA) ketika di ruang perawatan
intensif (incentive care unit--ICU). Menurut penelitian meta-analisis

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 67


yang dilakukan oleh Pradelli dkk. mengenai suplementasi regimen
nutrisi parenteral yang diperkaya dengan emulsi n-3 PUFA berkaitan
dengan penurunan angka infeksi dan lama rawat, baik di ICU maupun
di rumah sakit secara keseluruhan. Manfaat lain adalah penurunan
penanda inflamasi, perbaikan pertukaran gas di paru, fungsi hati,
status antioksidan dan komposisi asam lemak dari fosfolipid darah,
serta lebih baik pada fungsi ginjal.

Mikronutrien
Pastikan kebutuhan vitamin dan mineral penderita COVID-19
tercukupi. Jika tidak, secara regular tambahkan multivitamin dan
mineral tiap harinya bagi penderita COVID-19. Pemberian vitamin
dan mineral yang cukup berpotensi mencegah infeksi virus SARS-
CoV 2 serta dapat dikonsumsi untuk mengurangi dampak negatif dari
penyakit COVID-19.
Pada penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Wang dkk.
menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat (vitamin C) secara
intravena dapat mengurangi durasi bantuan vasopresor dan ventilator.
Di sisi lain, tidak berpengaruh pada kebutuhan cairan atau pengeluaran
urine pada 24 jam pertama masuk rumah sakit. Dosis medium 3--10
g/hari memperlihatkan dapat mengurangi angka mortalitas pasien
kondisi kritis secara signifikan dibanding dengan pemberian dosis
rendah ataupun dosis lebih tinggi. Pembahasan mengenai vitamin dan
mineral akan dibahas pada bab berikutnya.

Imunonutrien
Terdapat beberapa jenis yang termasuk ke dalam imunonutrien. Setiap
imunonutrien memiliki fungsi dan mekanisme masing-masing seperti
arginine, nukleotida, glutamine, n-3 asam lemak, dan lain-lain.
Penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Kang dkk.
mengenai efek L-arginine pada fungsi imun menunjukkan bahwa
suplementasi L-arginine meningkatkan respons proliferasi sel-T CD4.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 68


Gambar 1. Manajemen Gizi Pasien COVID-19.
*Kriteria MUST dapat dilihat di
https://www.bapen.org.uk/screening-andmust/must-calculator.
**Kriteria NRS-2002 dapat dilihat di
https://www.mdcalc.com/nutrition-riskscreening-2002-nrs-2002.
Diadaptasi dari Barazzoni dkk.

Sel T CD4 yang dapat disebut juga sel T CD4 naif (naïve T-
cell) adalah sel T yang disintesis dari kelenjar timus masuk ke dalam

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 69


sirkulasi darah hingga masuk ke limpa dan bermigrasi ke dalam
pembuluh limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi
darah. Sel yang mempunyai peran dalam proses pematangan sel B
menjadi sel plasma dan berperan dalam aktivasi makrofag adalah sel
T pembantu (T-helper cell). Sel T pembantu ini berperan dalam
sekresi sitokin yang membantu respons kekebalan aktif. Sitokin
adalah protein yang berfungsi mencegah ínfeksi, sedangkan ketika
sitokin ini di luar kontrol dikenal sebagai kondisi badai sitokin atau
cytokine storm. Badai sitokin adalah komplikasi yang biasa terjadi
bukan hanya pada penderita COVID-19, namun juga pada SARS dan
MERS yang dapat membahayakan nyawa penderitanya.
Pada penelitian meta-analisis lain mengindikasikan bahwa
suplementasi L-arginine meningkatkan konsentrasi C-reactive protein
(CRP) pada subjek berusia lebih dari 60 tahun, subjek dengan kadar
CRP tinggi, pasien dengan kanker, dan ketika digunakan secara
enteral. Oleh karena itu, L-arginine harus digunakan secara hati-hati
pada pasien COVID-19.

Ringkasan
Terapi gizi dapat memperbaiki kondisi klinis, mendukung
pengobatan, mempersingkat masa tinggal di rumah sakit, dan
mengurangi komplikasi serta kematian. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa perawatan gizi dapat menghemat biaya medis
untuk pasien dengan sepsis, tumor gastrointestinal, infeksi
nosokomial, komplikasi bedah, dan pankreatitis (Tyler et al., 2020).
Oleh karena itu, pada kasus COVID-19 terapi gizi harus diperhatikan.

Daftar Pustaka
Alwarawrah, Y., Kiernan, K., & MacIver, N. J. (2018). Changes in
nutritional status impact immune cell metabolism and function.
In Frontiers in Immunology (Vol. 9, Issue MAY, p. 1055).

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 70


Frontiers Media S.A. https://doi.org/10.3389-
/fimmu.2018.01055
Barazzoni, R., Bischoff, S. C., Krznaric, Z., & Pirlich, M. (2020).
Espen expert statements and practical guidance for nutritional
management of individuals with SARS-CoV-2 infection.
Clinical Nutrition, April, 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.clnu.2020.03.022
Cohen, S., Danzaki, K., & MacIver, N. J. (2017). Nutritional effects
on T-cell immunometabolism. European Journal of
Immunology, 47(2), 225–235. https://doi.org/-
10.1002/eji.201646423
Dissanaike, S., Shelton, M., Warner, K., & O’Keefe, G. E. (2007). The
risk for bloodstream infections is associated with increased
parenteral caloric intake in patients receiving parenteral
nutrition. Critical Care, 11(5), R114.
https://doi.org/10.1186/cc6167
Dobner, J., & Kaser, S. (2018). Body mass index and the risk of
infection - from underweight to obesity. In Clinical
Microbiology and Infection (Vol. 24, Issue 1, pp. 24–28).
Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/j.cmi.2017.02.013
Gomes, F., Schuetz, P., Bounoure, L., Austin, P., Ballesteros-Pomar,
M., Cederholm, T., Fletcher, J., Laviano, A., Norman, K.,
Poulia, K.-A., Ravasco, P., Schneider, S. M., Stanga, Z.,
Weekes, C. E., & Bischoff, S. C. (2017). ESPEN guidelines on
nutritional support for polymorbid internal medicine patients.
Clinical Nutrition. https://doi.org/10.1016/j.clnu.2017.06.025
Kang, K., Shu, X. L., Zhong, J. X., Yu, T. T., & Lei, T. (2014). Effect
of L-arginine on immune function: A meta-analysis. In Asia
Pacific Journal of Clinical Nutrition (Vol. 23, Issue 3, pp. 351–
359). HEC Press. https://doi.org/10.6133/apjcn. 2014.23.3.09
Katalinic, L., Krtalic, B., Jelakovic, B., & Basic-Jukic, N. (2018). The
Unexpected Effects of L-Carnitine Supplementation on Lipid
Metabolism in Hemodialysis Patients. Kidney and Blood
Pressure Research, 43(4), 1113–1120. https://doi.org/10.1159
/000491807

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 71


Laurence Harbige, Philip Calder, Ascensión Marcos, Mireille
Dardenne, G. P., & Francisco Perez-Cano, Wilson Savino, Nora
Slobodianik, Liseti Solano, R. Valdes. (2020). ISIN Position
Statement on Nutrition, Immunity and COVID-19. ISIN -
International Society for Immunonutrition.
http://immunonutrition-isin.org/
Long, C. L., Schaffel, N., Geiger, J. W., Schiller, W. R., & Blakemore,
W. S. (1979). Metabolic Response to Injury and Illness:
Estimation of Energy and Protein Needs from Indirect
Calorimetry and Nitrogen Balance. Journal of Parenteral and
Enteral Nutrition, 3(6), 452–456. https://doi.org/10.1177/
014860717900300609
Mehanna, H. M., Moledina, J., & Travis, J. (2008). Refeeding
syndrome: What it is, and how to prevent and treat it. In BMJ
(Vol. 336, Issue 7659, pp. 1495–1498). British Medical Journal
Publishing Group. https://doi.org/10.1136/bmj.a301
Nagao, Y., Kawaguchi, T., Ide, T., & Sata, M. (2012). Effect of
branched-chain amino acid-enriched nutritional
supplementation on interferon therapy in Japanese patients with
chronic hepatitis C virus infection: A retrospective study.
Virology Journal, 9(1), 282. https://doi.org/10.1186/1743-
422X-9-282
Nazarian, B., Fazeli Moghadam, E., Asbaghi, O., Zeinali Khosroshahi,
M., Choghakhori, R., & Abbasnezhad, A. (2019). Effect of L-
arginine supplementation on C-reactive protein and other
inflammatory biomarkers: A systematic review and meta-
analysis of randomized controlled trials. In Complementary
Therapies in Medicine (Vol. 47, p. 102226). Churchill
Livingstone. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2019. 102226
Nicastro, H., Ribeiro da Luz, C., Fojo Seixas Chaves, D., Roberto
Grassmann Bechara, L., Azevedo Voltarelli, V., Macedo
Rogero, M., & Herbert Lancha Jr, A. (2012). Does Branched-
Chain Amino Acids Supplementation Modulate Skeletal
Muscle Remodeling through Inflammation Modulation?
Possible Mechanisms of Action. Journal of Nutrition and
Metabolism, 2012. https://doi.org/10.1155/2012/136937

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 72


Ocaña-Mondragón, A., Mata-Marín, J. A., Uriarte-López, M., Bekker-
Méndez, C., Alcalá-Martínez, E., Ribas-Aparicio, R. M., Uribe-
Noguéz, L. A., Rodríguez-Galindo, D. M., & Martínez-
Rodríguez, M. de la L. (2018). Effect of branched-chain amino
acid supplementation on insulin resistance and quality of life in
chronic hepatitis C patients. Biomedical Reports, 8(1), 85–90.
https://doi.org/10.3892/br.2017.1012
Olthof, E. D., Roelofs, H. M. J., Versleijen, M. W. J., te Morsche, R.
H. M., Simonetti, E. R., Hermans, P. W. M., & Wanten, G. J.
A. (2013). Long-term olive oil-based parenteral nutrition
sustains innate immune function in home patients without
active underlying disease. Clinical Nutrition, 32(4), 643–649.
https://doi.org/10.1016/j.clnu.-2012.08.009
Paddon-Jones, D., & Rasmussen, B. B. (2009). Dietary protein
recommendations and the prevention of sarcopenia. Current
Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care, 12(1), 86–
90. https://doi.org/10.1097/MCO.-0b013e32831cef8b
Peng, Y. D., Meng, K., Guan, H. Q., Leng, L., Zhu, R. R., Wang, B.
Y., He, M. A., Cheng, L. X., Huang, K., & Zeng, Q. T. (2020).
[Clinical characteristics and outcomes of 112 cardiovascular
disease patients infected by 2019-nCoV]. Zhonghua Xin Xue
Guan Bing Za Zhi, 48(0), E004. https://doi.org/10.3760/cma.j.
cn112148-20200220-00105
Petros, S., Horbach, M., Seidel, F., & Weidhase, L. (2016).
Hypocaloric vs Normocaloric Nutrition in Critically Ill Patients.
Journal of Parenteral and Enteral Nutrition, 40(2),242–249.
https://doi.org/10.1177/0148607114528-980
Pradelli, L., Mayer, K., Muscaritoli, M., & Heller, A. R. (2012). N-3
fatty acid-enriched parenteral nutrition regimens in elective
surgical and ICU patients: a meta-analysis. Critical Care, 16(5),
R184. https://doi.org/10.1186/-cc11668
Schuetz, P., Fehr, R., Baechli, V., Geiser, M., Deiss, M., Gomes, F.,
Kutz, A., Tribolet, P., Bregenzer, T., Braun, N., Hoess, C.,
Pavlicek, V., Schmid, S., Bilz, S., Sigrist, S., Brändle, M., Benz,
C., Henzen, C., Mattmann, S., … Mueller, B. (2019).
Individualised nutritional support in medical inpatients at

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 73


nutritional risk: a randomised clinical trial. The Lancet,
393(10188), 2312–2321. https://doi.org/-10.1016/S0140-
6736(18)32776-4
Siqueira, J., Smiley, D., Newton, C., Le, N.-A., Gosmanov, A. R.,
Spiegelman, R., Peng, L., Osteen, S. J., Jones, D. P., Quyyumi,
A. A., Ziegler, T. R., & Umpierrez, G. E. (2011). Substitution
of Standard Soybean Oil with Olive Oil-Based Lipid Emulsion
in Parenteral Nutrition: Comparison of Vascular, Metabolic,
and Inflammatory Effects. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism, 96(10), 3207–3216.
https://doi.org/10.1210/-jc.2011-0480
Trang, S., Fraser, J., Wilkinson, L., Steckham, K., Oliphant, H.,
Fletcher, H., Tzianetas, R., & Arcand, J. (2015). A Multi-Center
Assessment of Nutrient Levels and Foods Provided by Hospital
Patient Menus. Nutrients, 7(11), 9256–9264.
https://doi.org/10.3390/nu7115466
Tyler, R., Barrocas, A., Guenter, P., Araujo Torres, K., Bechtold, M.
L., Chan, L., Collier, B., Collins, N. A., Evans, D. C.,
Godamunne, K., Hamilton, C., Hernandez, B. J. D., Mirtallo, J.
M., Nadeau, W. J., Partridge, J., Perugini, M., & Valladares, A.
(2020). Value of Nutrition Support Therapy: Impact on Clinical
and Economic Outcomes in the United States. Journal of
Parenteral and Enteral Nutrition, 44(3), 395–406.
https://doi.org/10.-1002/jpen.1768
Volkert, D., Beck, A. M., Cederholm, T., Cruz-Jentoft, A., Goisser,
S., Hooper, L., Kiesswetter, E., Maggio, M., Raynaud-Simon,
A., Sieber, C. C., Sobotka, L., van Asselt, D., Wirth, R., &
Bischoff, S. C. (2018). ESPEN Guideline ESPEN guideline on
clinical nutrition and hydration in geriatrics. Clinical Nutrition.
https://doi.org-/10.1016/j.clnu.2018.05.024
Wang, Y., Lin, H., Lin, B. wen, & Lin, J. dong. (2019). Effects of
different ascorbic acid doses on the mortality of critically ill
patients: a meta-analysis. In Annals of Intensive Care (Vol. 9,
Issue 1, p. 58). Springer Verlag. https://doi.org/10.1186
/s13613-019-0532-9

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 74


Wilkinson, D. J., Hossain, T., Limb, M. C., Phillips, B. E., Lund, J.,
Williams, J. P., Brook, M. S., Cegielski, J., Philp, A., Ashcroft,
S., Rathmacher, J. A., Szewczyk, N. J., Smith, K., & Atherton,
P. J. (2018). Impact of the calcium form of β-hydroxy-β-
methylbutyrate upon human skeletal muscle protein
metabolism. Clinical Nutrition, 37(6), 2068–2075.
https://doi.org/10.1016/j.clnu.-2017.09.024
Wilmore, D. W., & Wilmore, D. W. (1977). Control of Body
Temperature: Relationships with Metabolic Control. In The
Metabolic Management of the Critically Ill (pp. 51–90).
Springer US. https://doi.org/10.1007/978-1-4684-2382-2_2
Zhang, L., & Liu, Y. (2020). Potential interventions for novel
coronavirus in China: A systematic review. Journal of Medical
Virology, 92(5), 479–490. https://doi.org/-10.1002/jmv.25707

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 75


COVID-19 dan Alternatif Penggunaan Vitamin dan Herbal
Anita Indriyanti dan Yuke Andrianne

Sistem kekebalan tubuh yang kompleks dan terintegrasi


membutuhkan beberapa mikronutrien spesifik, termasuk vitamin A,
D, C, E, B6, B12, folat, zink, besi, tembaga, dan selenium. Semua
mikronutrien ini memainkan peran vital pada setiap tahap respons
imun. Jumlah yang memadai sangat penting untuk memastikan fungsi
barier fisik dan sel imun yang tepat. Asupan mikronutrien harian
yang diperlukan untuk mendukung fungsi kekebalan mungkin lebih
tinggi daripada asupan diet yang direkomendasikan saat ini.
Populasi tertentu misalnya lansia dan pasien dengan penyakit
kronik memiliki asupan mikronutrien makanan yang tidak memadai.
Dalam situasi dengan kebutuhan yang meningkat seperti pada
kondisi infeksi, stres, dan polusi akan semakin mengurangi
penyimpanannya di dalam tubuh. Defisiensi beberapa zat gizi mikro
dapat mengganggu imunitas seseorang. Suplementasi dengan
beberapa mikronutrien dapat memodulasi fungsi kekebalan dan
mengurangi risiko infeksi.

Penggunaan Terapi Vitamin C pada COVID-19


Vitamin C banyak tersedia di banyak sumber alami, termasuk buah-
buahan dan sayuran segar. Sumber terkaya berasal dari asam askorbat
buah jeruk seperti limau, jeruk dan lemon, tomat, kentang, pepaya,
paprika hijau dan merah, buah kiwi, stroberi dan melon, sayuran
berdaun hijau seperti brokoli. Vitamin C juga berperan dalam
melindungi vitamin lain (vitamin A dan vitamin E) dari efek oksidasi
yang berbahaya.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 76


Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan juga
disebut asam askorbat. Vitamin C terkenal karena perannya dalam
sintesis kolagen dalam jaringan ikat dan bertindak sebagai
antioksidan. Vitamin C mendukung fungsi kekebalan tubuh dan
melindungi tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
corona. Vitamin C dapat berfungsi sebagai agen antihistamin yang
lemah untuk meringankan gejala seperti flu seperti bersin, hidung
yang tersumbat, dan sinus yang bengkak. Tiga uji coba terkontrol
pada manusia telah melaporkan bahwa terdapat insidensi pneumonia
yang jauh lebih rendah pada kelompok yang mengonsumsi suplemen
vitamin C. Studi ini menunjukkan bahwa vitamin C dapat mencegah
kerentanan untuk menurunkan infeksi saluran pernapasan dalam
kondisi tertentu. COVID-19 telah dilaporkan menyebabkan infeksi
saluran pernapasan yang lebih tinggi sehingga vitamin C dapat
menjadi salah satu pilihan efektif untuk pengobatan COVID-19.
Vitamin C berfungsi menginduksi pembentukan sintesis
kolagen dan melindungi membran sel dari kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas sehingga mendukung integritas
hambatan epitel; meningkatkan diferensiasi keratinosit dan sintesis
lipid serta proliferasi dan migrasi fibroblas. Vitamin C terlibat dalam
proliferasi, fungsi, dan pergerakan neutrofil, monosit, fagosit, serta
meningkatkan aktivitas sel NK dan kemotaksis. Vitamin ini juga
meningkatkan fagositosis dan generasi ROS, bakterisidal, apoptosis,
dan pembersihan neutrofil dari area infeksi oleh makrofag. Hal ini
menyebabkan melemahkan pembentukan perangkap ekstraseluler
sehingga mengurangi kerusakan jaringan terkait.
Pada perannya terhadap inflamasi, vitamin C membantu
mempertahankan homeostasis redoks dalam sel dan melindungi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 77


terhadap ROS dan RNS selama ledakan oksidatif; meregenerasi
antioksidan penting lainnya, seperti glutathione dan vitamin E ke
keadaan aktifnya; memodulasi produksi sitokin, dan menurunkan
kadar histamin. Vitamin C memiliki aktivitas antioksidan dan dapat
mengurangi stres oksidatif dan peradangan, efek yang meningkatkan
sintesis vasopresor, meningkatkan fungsi sel kekebalan tubuh,
meningkatkan fungsi endovaskular, dan menyediakan modifikasi
imunologis epigenetik.
Tata laksana pasien COVID-19 adalah sebagai berikut.
1. pasien adalah individu yang belum/tidak terkonfirmasi (termasuk
pasien dengan hasil rapid test serologi negatif/Orang Tanpa
Gejala/Orang Dalam Pemantauan/Pasien Dalam Pengawasan)
yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(Indonesian Society Of Respirology);
2. pada pasien tanpa gejala diberikan vitamin C dosis 3 x 1 tablet ;
3. pada pasien dengan gejala ringan diberikan vitamin C dosis 3 x 1
tablet serta obat-obat simtomatis;
4. pada tata laksana pasien terkonfirmasi COVID-19 pada pasien
terkonfirmasi (+) COVID-19 tanpa gejala atau dengan gejala
ringan diberikan vitamin C dosis 3 x 1 tablet (untuk 14 hari);
5. pada pasien terkonfirmasi (+) COVID-19 dengan gejala sedang
atau berat diberikan vitamin C diberikan secara intravena (IV)
selama perawatan.
Dengan catatan vitamin C diberikan dengan dosis tertinggi sesuai
dengan ketersediaan di fasilitas kesehatan terkait.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 78


Penggunaan Terapi Vitamin D pada COVID-19
Vitamin D tidak hanya merupakan nutrisi, tetapi juga merupakan
hormon yang dapat disintesis dalam tubuh kita dengan bantuan sinar
matahari. Selain perannya dalam menjaga integritas tulang, vitamin
ini juga merangsang pematangan banyak sel termasuk sel kekebalan
tubuh. Sejumlah besar orang dewasa sehat dilaporkan memiliki kadar
vitamin D rendah, sebagian besar pada akhir musim dingin. Selain itu,
orang-orang yang tinggal di rumah, atau mereka yang bekerja di
malam hari mungkin memiliki kekurangan vitamin D, seperti halnya
banyak orang lanjut usia yang memiliki paparan sinar matahari yang
terbatas. COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada musim dingin
2019 dengan sebagian besar pasien adalah orang berusia paruh baya
hingga lansia. Orang yang terinfeksi virus mungkin kekurangan
vitamin D. Oleh karena itu, vitamin D dapat bekerja sebagai pilihan
terapi lain untuk pengobatan virus baru ini.
Melalui beberapa mekanisme, vitamin D dapat mengurangi
risiko infeksi. Mekanisme-tersebut di antaranya menginduksi
cathelicidin dan defensin yang dapat menurunkan tingkat replikasi
virus dan mengurangi konsentrasi sitokin pro-inflamasi yang
menghasilkan peradangan yang melukai lapisan paru menyebabkan
pneumonia, serta meningkatkan konsentrasi sitokin anti-inflamasi.
Beberapa penelitian observasional dan uji klinis melaporkan bahwa
suplementasi vitamin D mengurangi risiko influenza.
Vitamin D atau calcitriol mengatur protein antimikroba
cathelicidin dan β-defensin yang bertanggung jawab memodifikasi
mikrobiota usus menjadi komposisi yang lebih sehat dan mendukung
gut barrier. Selain itu, berfungsi melindungi paru terhadap infeksi;
meningkatkan ekspresi protein, E-cadherin, mempertahankan fungsi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 79


barrier epitel ginjal; dan meningkatkan fungsi barier epitel kornea.
Reseptor vitamin D ditemukan di monosit, makrofag yang berperan
meningkatkan diferensiasi monosit menjadi makrofag. Calcitriol juga
meningkatkan gerakan dan kemampuan fagositosis makrofag.
Banyak bukti yang mendukung peran vitamin D dalam
mengurangi risiko kejadian COVID-19. Pada saat wabah terjadi di
musim dingin, saat konsentrasi 25-hydroxyvitamin D [25 (OH) D]
paling rendah; kekurangan vitamin D telah ditemukan berkontribusi
pada sindrom gangguan pernapasan akut. Tingkat fatalitas kasus
meningkat dengan bertambahnya usia dan dengan komorbiditas
penyakit kronik, dan keduanya terkait dengan konsentrasi 25 (OH) D
yang rendah. Untuk mengurangi risiko infeksi, disarankan agar orang
yang berisiko influenza dan/atau COVID-19 dipertimbangkan untuk
mendapatkan 10.000 IU vitamin D3 per hari selama beberapa minggu.
Pemberian dosis ini dipergunakan secara cepat meningkatkan
konsentrasi 25 (OH) D, diikuti oleh dosis 5000 IU per hari. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan konsentrasi 25 (OH) D di atas 40–60
ng/mL (100–150 nmol/L).

Vitamin D dan Mekanisme untuk Mengurangi Infeksi Mikrobial


Vitamin D3 diproduksi di kulit melalui aksi radiasi UVB yang
mencapai 7-dehydrocholesterol di kulit, diikuti oleh reaksi termal.
Vitamin D3 atau vitamin D oral dikonversi menjadi 25 (OH) D di hati
dan kemudian ke metabolit hormon, 1,25 (OH) 2D (kalsitriol), di
ginjal atau organ lain sesuai dengan kebutuhan. Fungsi kalsitriol
adalah membantu mengatur konsentrasi kalsium serum yang
dilakukan dalam umpan balik dengan hormon paratiroid (PTH). Peran
vitamin D dalam mengurangi risiko flu dikelompokkan dalam 3

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 80


mekanisme kategori: penghalang fisik (physical barrier), imunitas
alami seluler, dan imunitas adaptif.
Vitamin D meningkatkan kekebalan bawaan seluler sebagian
melalui induksi peptida antimikrob, yaitu dengan cathelicidin, LL-37,
oleh 1,25-dihdroxyvitamin D dan defensin. Cathelicidins
menunjukkan aktivitas antimikrob langsung terhadap spektrum
mikrob, termasuk bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, enveloped
dan nonenveloped virus, serta jamur. Peptida yang diturunkan inang
membunuh patogen yang menyerang dengan mengganggu membran
sel dan dapat menetralkan aktivitas biologis endotoksin. Dalam model
tikus, LL-37 mengurangi replikasi virus influenza A. Dalam studi lain,
1,25 (OH) 2D mengurangi replikasi rotavirus baik secara in vitro dan
in vivo. Sebuah uji klinis melaporkan bahwa suplementasi dengan
4.000 IU vitamin D per hari menurunkan infeksi virus dengue.
Vitamin D meningkatkan imunitas seluler, sebagian dengan
mengurangi badai sitokin yang disebabkan oleh sistem kekebalan
tubuh bawaan. Sistem imun bawaan menghasilkan sitokin pro-
inflamasi dan anti-inflamasi sebagai respons terhadap infeksi virus
dan bakteri, seperti yang diamati pada pasien COVID-19. Vitamin D
dapat mengurangi produksi sitokin Th1 pro-inflamasi, seperti tumor
necrosis factor-α dan interferon-γ. Pemberian vitamin D mengurangi
ekspresi sitokin proinflamasi dan meningkatkan ekspresi sitokin
antiinflamasi oleh makrofag.
Vitamin D adalah modulator imunitas adaptif; 1,25 (OH) 2D3
menekan respons yang dimediasi oleh sel helper T tipe 1 (Th1),
dengan terutama menekan produksi sitokin inflamasi IL-2 dan
interferon gama (INF-γ). Selain itu, 1,25 (OH) 2D3 mempromosikan
produksi sitokin oleh sel T helper tipe 2 (Th2) yang membantu

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 81


meningkatkan supresi tidak langsung sel Th1 dengan dimediasi oleh
banyak jenis sel. Selain itu, 1,25 (OH) 2D3 mempromosikan induksi
sel T regulator sehingga menghambat proses inflamasi.

Penggunaan Terapi Vitamin E pada COVID-19


Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak dan termasuk
tokoferol dan tokotrienol. Vitamin E berperan penting dalam
mengurangi stres oksidatif melalui pengikatan radikal bebas sebagai
antioksidan. Vitamin E memiliki mekanisme melindungi membran sel
dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan mendukung
integritas hambatan epitel. Pada mekanisme imun, vitamin E terlibat
dalam mempertahankan atau meningkatkan aktivitas sitotoksik sel NK
dan menghambat produksi PGE2 oleh makrofag sehingga secara tidak
langsung melindungi fungsi sel-T.
Pada inflamasi, vitamin E berperan sebagai antioksidan yang
larut dalam lemak penting yang menghambat reaksi berantai yang
disebabkan oleh radikal bebas (efek pemutusan rantai) dan melindungi
sel terhadapnya; meningkatkan produksi IL-2; dan mengurangi
produksi PGE2 (secara tidak langsung melindungi fungsi sel-T).
Vitamin E dapat meningkatkan proliferasi limfosit dan fungsi yang
dimediasi sel-T; serta mengoptimalkan dan meningkatkan respons
Th1. Perannya terhadap pembentukan antibodi, vitamin E dapat
menekan respons Th2. Vitamin E membantu membentuk sinapsis
imun yang efektif antara sel Th; meningkatkan proporsi antigen pada
sel T memori yang telah terbentuk sebelumnya.
Pada manula, penelitian menggunakan vitamin E dosis tinggi
menunjukkan bahwa asupan di atas tingkat yang saat ini
direkomendasikan dapat membantu mengembalikan fungsi sel T dan
kemanjuran vaksin (yang menurun seiring bertambahnya usia). Satu
studi menunjukkan bahwa suplementasi harian dengan 200 IU sintetis

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 82


α-tokoferol selama satu tahun secara signifikan menurunkan risiko
tertular infeksi saluran pernapasan atas.

Tabel 1. Dampak Defisiensi Mikronutrien dan Suplementasi


Pada Fungsi Imun
Dampak Defisiensi
Mikronutrien dan Dampak Suplementasi
Mikronutrien
Suplementasi pada pada Fungsi Imun
Fungsi Imun
Dosis tinggi merangsang dan
Kerusakan oksidatif yang
fagositik
meningkat
Aktivitas T-limfositik
Sifat antioksidan melindungi
Menurunkan respons
leukosit dan limfosit dari
DTH
stres oksidatif
Vitamin C
Gangguan penyembuhan Kemotaksis neutrofil yang
luka meningkat.
Dalam dosis tinggi, dapat
membantu pasien yang sakit
parah dalam perawatan
intensif pulih lebih cepat
Calcitriol membantu
Mengubah komposisi
memulihkan fungsi
mikrobiota usus
kekebalan makrofag
Tidak ada efek signifikan
Mengurangi jumlah
pada biomarker peradangan
limfosit
Vitamin D sistemik (mis., TNF-α, IL-6)
Mengurangi berat organ
limfoid
Gangguan kemampuan
imun makrofag (termasuk
fungsi antimikrob)
Gangguan aspek humoral
Meningkatkan fungsi
dan mediasi imunitas
Vitamin E kekebalan secara
adaptif, termasuk fungsi
keseluruhan
sel B dan T
Pada lansia, peningkatan
Mengurangi pematangan
respons DTH dan
sel T
peningkatan titer antibodi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 83


Vitamin E diketahui memengaruhi respons peradangan pada
jaringan yang berbeda, termasuk paru. Mekanismenya melalui
pendinginan (quenching) langsung dari stres oksidatif dan melalui
modulasi jalur eikosanoid oksidatif dan sintesis prostaglandin,
penghambatan mediator inflamasi, dan kontrol pensinyalan lipid
apoptosis. Vitamin E memiliki peran menstabilkan fosfolipid
membran. Beberapa fungsi non-antioksidan vitamin E yang berbeda
mungkin penting untuk pemeliharaan integritas dan fungsi sel, seperti
perannya sebagai agen A2 anti-fosfolipase, yaitu sebagai penstabil
lapisan bilayer lipid dari membran terhadap lipid yang dihidrolisis dan
teroksidasi.

Fungsi Mikronutrien dalam Mengurangi Risiko Infeksi Akut

Vitamin C
Efek vitamin C dalam mengurangi risiko flu biasa telah lama
diperdebatkan. Salah satu analisis dari sebagian besar studi berkualitas
tinggi menentukan bahwa tidak ada pengurangan kejadian pada
populasi umum, tetapi bahwa suplementasi vitamin C (≥0,2 g/hari)
pada mereka yang secara teratur menjalani latihan fisik yang parah
mengurangi kejadian flu biasa dengan lebih dari setengahnya.
Penurunan signifikan dalam risiko pneumonia telah dilaporkan setelah
suplementasi vitamin C pada orang dewasa dan anak.1
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa suplementasi
vitamin C (≥ 0,2 g/hari, atau dosis terapi 4-8 g/hari) pada orang dewasa
dan anak dengan flu biasa dapat secara signifikan mengurangi
durasinya. Selain itu, dosis ini dapat mengurangi tingkat keparahan,
mempersingkat waktu isolasi di dalam ruangan, serta meredakan
gejala flu termasuk nyeri dada dan demam. Pada orang tua dengan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 84


pneumonia, vitamin C dapat secara signifikan mengurangi keparahan
penyakit dan risiko kematian, terutama jika kadar plasma awalnya
rendah. Durasi pneumonia juga dapat dikurangi setelah suplementasi
vitamin C pada orang dewasa.1

Vitamin D
Lima meta-analisis dari sebagian besar studi berkualitas tinggi
menunjukkan bahwa vitamin D 300-3.653 IU/hari pada orang dewasa
dan anak dapat mengurangi risiko ISPA. Hasil yang lebih baik dicapai
pada mereka dengan status vitamin D rendah pada awal percobaan
dengan odd rasio yang lebih rendah untuk pengurangan risiko dengan
status vitamin D rendah (0,30) dibanding dengan status vitamin D
tinggi (0,75). Bukti rendah sampai sedang menunjukkan kemungkinan
ada manfaat potensial suplemen vitamin D pada orang dewasa dan
anak dengan TBC, influenza, atau ISPA.1
Setiap tahap respons imun bergantung pada keberadaan zat
gizi mikro tertentu yang memiliki peran sinergis berdasar atas mode
aksi pelengkap mereka. Pertama, zat gizi mikro terpilih (misalnya,
vitamin D, C, E) diperlukan untuk memastikan integritas struktural
dan fungsional permukaan eksternal dan internal tubuh (yaitu, kulit
dan semua selaput lendir) yang membentuk fisik dan penghalang
kimia yang mewakili garis pertahanan pertama melawan patogen yang
menyerang. Proses imunitas bawaan yang dimediasi sel, seperti
proliferasi sel, diferensiasi, fungsi, pergerakan, dan kemampuan untuk
mengatasi ledakan oksidatif yang efektif bergantung pada jumlah
vitamin C, D, E yang memadai. Demikian pula, respons kimia seperti
aktivasi sistem komplemen dan pelepasan sitokin proinflamasi
membutuhkan vitamin dan mineral tertentu.1

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 85


Respons inflamasi menjembatani kesenjangan antara
kekebalan bawaan dan adaptif diatur oleh vitamin A, C, E, B6, serta
zat besi, seng, dan tembaga. Respons imun adaptif yang mencakup
imunitas yang diperantarai sel dan humoral bergantung lagi pada
keberadaan berbagai mikronutrien pada semua tahap (yaitu,
proliferasi, diferensiasi, dan fungsi limfosit, serta proses imun yang
dimediasi humoral dan sel). Pada saat yang sama, zat gizi mikro
terlibat dalam perlindungan diri dari sel-sel kekebalan tubuh (melalui
mekanisme antioksidan, misalnya, vitamin C dan E, seng, zat besi,
magnesium, tembaga, dan selenium), tindakan penghambatan
(vitamin D, B6, dan E), dan penghapusan sel yang dihabiskan melalui
apoptosis dan pembersihan (membatasi kerusakan jaringan, misalnya,
vitamin C).1

Peran Omega-3 PUVA dalam Penanganan COVID-19


Wabah pandemik infeksi novel coronavirus (COVID-19) telah
menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap kesehatan dan
ekonomi. Tidak ada pengobatan untuk virus ini menyebabkan
dibutuhkan metode alternatif untuk mengontrol penyebaran penyakit
ini. Penanganan umum untuk infeksi virus salah satunya adalah
intervensi nutrisi, di antaranya dengan pemberian vitamin A, B, C, D,
E, Omega-3 PUFA, selenium, zinc, dan zat besi. Selain intervensi
nutrisi, terapi pendukung lainnya adalah dengan memberikan
peningkat imun (immunoenhancers) seperti interferon, famaglobulin,
timosin alfa-1, timopentin, levamisol, siklosporin, dan beberapa obat
herbal Cina.15 Bab ini akan membahas beberapa komponen yang
terkandung dalam bahan alam yang mempunyai potensi untuk
menangani infeksi COVID-19.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 86


Asam lemak rantai panjang (polyunsaturated fatty
acids/PUFA) merupakan mediator penting dalam respons inflamasi
dan respons imun adaptif. Omega-3 dan omega-6 PUFA secara
dominan meningkatkan efek anti-inflamasi dan efek proinflamasi,
sebagai precursor terhadap resolving/protektin dan
prostaglandin/leukotriene. Omega-3 dapat ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi di dalam minyak ikan. Protektin D1, mediator
lipid untuk omega-3 PUFA, dapat melemahkan replikasi virus
influenza melalui pengaruhnya terhadap RNA. Pengobatan
menggunakan protektin D1 dengan peramivir secara lengkap dapat
menyelamatkan hewan coba dari kematian akibat flu. Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa beberapa PUFA juga memiliki aktivitas anti
hepatitis C. Oleh karena itu, Omega-3 termasuk protektin D1 yang
berfungsi sebagai obat antivirus baru dapat dipertimbangkan sebagai
intervensi yang potensial untuk COVID-19.15

Peran Chinese Medicine dalam Penanganan COVID-19


Tidak ada antivirus yang spesifik maupun vaksin yang dapat
menangani infeksi COVID-19 menyebabkan penanganan suportif dan
pengobatan tidak spesifik untuk mengurangi gejala pada pasien sangat
dibutuhkan, salah satunya adalah Chinese medicine.16 Lebih dari 85%
patien terinfeksi SARS-C0v-2 di China mendapatkan pengobatan
TCM (Traditional Chinese Medicine).16
Glycyrrhizin merupakan komponen aktif dari akar manis
(liquorice). Aktif komponen ini dapat menghambat replikasi dari virus
yang berhubungan dengan SARS dan telah banyak disarankan sebagai
alternatif pilihan untuk pengobatan SARS. Herbal lain yang
ditemukan dapat menghambat SARS-CoV, yaitu baicalin yang

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 87


merupakan flavonoid yang dapat diekstrak dari Radix scutellaria.
Saponin yang didapatkan dari ginseng juga dapat meningkatkan
respons antibodi spesifik terhadap virus penyebab bronkitis. Oleh
karena itu, Chinese medicine dapat dipertimbangkan untuk menjadi
pilihan dalam meningkatkan imunitas guna melawan infeksi COVID-
19.15 Pengobatan umum infeksi virus termasuk intervensi nutrisi dan
peningkat imun telah digunakan untuk peningkatkan imunitas tubuh
untuk melawan infeksi virus RNA. Oleh karena itu, pengobatan-
pengobatan ini juga dapat digunakan untuk melawan infeksi COVID-
19 dengan cara mengoreksi kondisi limfopenia pada pasien.15

Flavonoid Sebagai Pengobatan Spesifik Virus Corona


Flavonoid merupakan kelas yang penting dalam produk bahan alam
dan memiliki beberapa subgrup, di antaranya chalcones, flavones,
flavonols, dan isoflavon. Flavonoid memiliki banyak fungsi, di
antaranya efek antioksidan dan antivirus. Flavonoid yang berasal dari
Pterogyne nitens dapat menghambat masuknya virus hepatitis C.
Aktivitas antivirus corona dari flavonoid (herbacetin, rhoifolin)
dikarenakan penghambatan 3C-like protease (3CLpro). Flavonoid lain
juga ditemukan dapat memblok aktivitas enzimatik dari MERS-
CoV/3CLpro. Biflavonoid dari Torreya nucifera juga mempunyai
efek hambat terhadap SARS-CoV/3CL (pro).15

Alternatif Penggunaan Bahan Alam Lainnya


Obat-obat yang tersedia dan digunakan dalam penanganan COVID-19
terutama bekerja pada protease utama (Mpro).17 Kaempferol,
quercetine, luteolin-7-glucoside, demethoxycurcumin, naringenin,
apigenin-7-glucoside, eleuropein, curcumin, catechin, epicatechin-

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 88


gallate, zingerol, gingerol, dan allicin bekerja sebagai penghambat
potensial dari COVID-19 Mpro. Beberapa penelitian menginvestigasi
sejumlah besar komponen fenolik yang dimiliki beberapa tanaman
obat yang terdapat di alam secara berlimpah, di antaranya komponen
Kaempferol banyak terdapat pada bayam (spinacia oleracea), kol
(brassica oleracea), adas (anethum graveolens), katuk (sauropus
androgynus); Quercetin banyak terdapat dalam adas (anethum
graveolens), fennel leaves (foeniculum vulgare), bawang bombay
(allium cepa), oregano (oregano vulgare), lada (capsicum annum).
Luteolin-7-glucosi terdapat dalam olive (olea europaea L), belimbing
(averrhoa belimbi), lada (capsicum annum), bawang daun (allium
fistulosum); Demethoxycurcumine terdapat dalam kunyit (curcuma
longa), temulawak (curcuma xanthorriza); Naringenin yang terdapat
dalam jeruk (citrus sinensis); Apigenine-7-glucoside yang terdapat
dalam belimbing (Averrhoa belimbi), buah berry (Lyceum chinense),
seledri (Apium graveolens), olive (Olea europaea L); Oleuropein yang
terdapat dalam olive (Olea europaea L); Catechin terdapat dalam teh
hijau (Camellia sinesis); curcumin dalam kunyit (Curcuma longa),
temulawak (Curcuma xanthorriza); Epicatechin gallate dalam teh
hijau (camellia sinesis); Zingerol dalam jahe (Zingiber officiale);
Gingerol dalam jahe (Zingiber officiale), Allicin dalam bawang putih
(Allium sativum).17
Hasil docking analysis menunjukkan bahwa potensi
penghambatan beberapa komponen tersebut di atas berdasar atas
tingkat afinitasnya didapatkan dari affinitas terbesar menuju terendah
berturut-turut adalah kaempferol, quercetin, luteolin-7-glucoside,
demethoxycurcumin, naringenin, apigenine-7-glucoside, oleuropein,
curcumin, catechin, epigallocatechin, zingerol, gingerol, dan allicin.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 89


Dapat dikatakan bahwa kaempferol, quercetin, luteolin-7-glucoside,
demethoxycurcumin, naringenin, apigenine-7-glucoside, oleuropein,
curcumin, catechin, epigallocatechin merupakan komponen tanaman
obat yang paling direkomendasikan sebagai penghambat potensial
dari COVID-19 Mpro yang perlu dilakukan penelitian lanjutan.17
Penggunaan curcumin sebagai bahan alam yang digunakan
dalam terapi pendukung untuk menangani COVID-19 masih terdapat
perdebatan dikarenakan curcumin dapat meningkatkan kadar protein
angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang merupakan homolog
ACE.18 Sementara itu penelitian terbaru mengonfirmasi bahwa severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor yang digunakan oleh severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS‐CoV), yaitu reseptor ACE2 untuk
memasuki sel host. Tingginya ekspresi ACE2 dapat meninggikan
risiko infeksi SARS-CoV-2, sehingga penggunaan curcumin
dikhawatirkan dapat meningkatkan ekspresi ACE2 sehingga
meningkatkan potensi terkenanya infeksi COVID-19.19

Daftar Pustaka
Gombart AF, Pierre A, Maggini S. A review of micronutrients and the
immune system-working in harmony to reduce the risk of
infection nutrients. 2020.16;12(1):236. Diunduh 10 April 2020.
Tersedia dari:http://www.mdpi.-com/resolver?pii
=nu12010236
Devaki SJ, Raveendran RL. Vitamin C: sources, functions, sensing
and analysis. 2017. Diunduh 10 April 2020. Tersedia dari:
https://www.researchgate.net/publication/-318985031.DOI:
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.-70162
Zhang L, Liu Y. Potential interventions for novel coronavirus in
China: a systematic review. J Med Virol. 2020;92:479–90.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 90


Diunduh 10 April 2020. Tersedia dari: https://doi.org/-
10.1002/jmv.25707
Rosa SGV, Santos WC. Clinical trials on drug repositioning for
COVID-19 treatment. Rev Panam Salud Publica. 2020;44:e40.
Diunduh 10 April 2020. Tersedia dari:
https://doi.org/10.26633/RPSP.2020.40
Tatalaksana pasien COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(Indonesian Society of Respirology);2020.
Grant WB, Lahore H, McDonnell SL, Baggerly CA, French CB,
Aliano JA, dkk. Evidence that vitamin D supplementation could
reduce risk of influenza and COVID-19 infections and deaths.
Nutrients 2020;12(4):988. Diunduh 10 April 2020. Tersedia
dari: https://www.mdpi.com/2072-6643/12/4/988
Mileva M, Galabov AS. Vitamin E and influenza virus infection.
Intech Open.2020. Diunduh 10 April 2020. Tersedia dari:
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.80-954
Gombart AF, Pierre A, Maggini S. A Review of Micronutrients and
the Immune System-Working in Harmony to Reduce the Risk
of Infection. Nutrients. 2020.16;12(1): 236. Available at
http://www.mdpi.com/resolver?pii=nu120-10236
Devaki SJ, Raveendran RL. Vitamin C: Sources, Functions, Sensing
and Analysis. 2017. Available at https://www.researchgate.
net/publication-/318985031. DOI:http://dx.doi.org/10.5772/
intechopen.70162
Zhang L, Liu Y. Potential interventions for novel coronavirus in
China: A systematic review. J Med Virol. 2020; 92:479–490.
https://doi.org/-10.1002/jmv.25707
Rosa SGV, Santos WC. Clinical trials on drug repositioning for
COVID-19 treatment. Rev Panam Salud Publica. 2020;44:e40.
https://doi.org/10.26633/RPSP.2020.40
Tatalaksana pasien COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(Indonesian Society Of Respirology). 2020.
Grant WB, Lahore H, McDonnell SL, Baggerly CA, French CB,
Aliano JA, Bhattoa HP. Evidence that vitamin D
supplementation could reduce risk of influenza and COVID-19

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 91


infections and deaths. Nutrients. 2020. 12(4): 988.
https://www.mdpi.com/2072-6643/12/4/988
Mileva M, Galabov AS. Vitamin E and Influenza Virus Infection.
IntechOpen.2020.http://dx.doi.org/10.5772/-intechopen. 80954
Zhang L, Liu Y. Potential interventions for novel coronavirus in
China: a systematic review. J Med Virol. 2020; 92:479-90.
Ang Y, Islam S, Wang J, Li Y, Chen X. Traditional Chinese medicine
in the treatment of patient infected with 2019-new coronacirus
(SARS-CoV-2): a review and perspective. Int J Biol Sci. 2020;
16: 1708-17.
Khaerunnisa S, Kurniawan H, Awaludin R, Suhartati S, Soetjipto.
Potential inhibitor of COVID-19 main protease (Mpro) from
several medicinal plant compounds by molecular docking
study. preprints. 2020. 2020030226 (doi:
10.20944/preprints202003.0226.v1).
Pang X, Zhang L, Bai F, Wang N, Garner R, dkk. Attenuation of
myocardial fibrosis with curcumin is mediated by modulating
expression of angiotensin II ATI/AT2 receptors and ACE2 in
rats. Drug Design Development Ther. 2015; 9: 6043-5.
Guo J, Huang Z, Lin L, Jiagao. Coronavirus disease 2019 (COVID-
19) and cardiovascular disease: a viewpoint on the potential
influence of angiotensin converting enzyme
inhibitors/angiotensin receptor blockers on onset and severity
of severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 infection. J
Am Heart Assoc. 2020; 9: 1-5.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 92


COVID-19 dan Tatalaksana Kedokteran Fisik serta
Rehabilitasi Pasien
Cice Tresnasari, Susanti Dharmmika

Corona Virus Disease 19 (COVID-19) adalah penyakit infeksi


pernapasan yang sangat menular, yang menyebabkan disfungsi
pernapasan, fisik, dan psikologis pasien.1 Berbagai disfungsi ini pada
akhirnya dapat menurunkan kapasitas fungsional pasien.2 Sebagai
suatu bidang spesialisasi, kedokteran fisik dan rehabilitasi dengan
filosofi fungsi, memiliki peran penting dalam meningkatkan kapasitas
fungsional pasien COVID 19.
Tujuan progam rehabilitasi pada pasien COVID-19 adalah: 3
1. mengatasi/mengurangi gejala (sesak napas, batuk kering, atau
sulit mengeluarkan dahak);
2. mencegah sindrom dekondisi terutama pada sistem respirasi;
3. membantu keberhasilan proses penyapihan ventilasi mekanik
(weaning support).
Tujuan tersebut dicapai melalui beberapa penatalaksanaan atau
program yang berbeda antara satu pasien dan pasien lain (bersifat
individual).
Secara umum, rekomendasi program rehabilitasi paru pasien
COVID-19, yaitu: 1
1. bagi pasien COVID-19 di ruang rawat inap, rehabilitasi paru akan
meringankan gejala sesak napas, cemas dan depresi sehingga
akhirnya meningkatkan fungsi fisik dan kualitas hidup;
2. bagi pasien COVID-19 derajat berat/kritis di ruang rawat inap,
kinerja awal rehabilitasi paru tidak disarankan;
3. bagi pasien yang diisolasi, pedoman rehabilitasi paru harus
dilakukan melalui video edukasi, instruksi manual atau konsultasi
jarak jauh;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 93


4. evaluasi dan monitor harus dilakukan selama proses rehabilitasi
paru;
5. melakukan tahapan proteksi melalui penggunaan alat pelindung
diri (APD) yang benar sesuai pedoman.

Gambar 1. Penurunan Kapasitas Fungsional pada Pasien


COVID-19
Sumber: Laswati H.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 94


Tata Laksana Di Ruang Rawat Isolasi Regular
Tatalaksana di ruang rawat isolasi dilakukan dengan cara: 4
1. Sedikit kontak/less contact
2. Mengurangi kontak dekat/minimize closed contact
3. Menghindari prosedur yang menghasilkan aerosol, seperti :
a. peak cough flow
b. coughing technique
c. nebulizer
d. manual and mechanical insufflation-exsufflation (MIE)
e. positif expiratory pressure : flutter, acapella
Apabila pada kasus tertentu harus dilakukan prosedur yang
menghasilkan aerosol, maka lakukan di ruangan isolasi bertekanan
negatif, menggunakan APD standar untuk airborne, dan dilakukan
sendiri tanpa ada orang lain di sekitar.
Program rehabilitasi di ruang isolasi dilakukan melalui
telehealth/telerehabilitation/telemonitor (dipandu video atau dipantau
dengan video live streaming). Informasi mengenai edukasi program
rehabilitasi ini dapat pula diberikan melalui liflet. Telehealth dapat
digunakan dokter untuk melakukan kunjungan tatap muka yang
diwajibkan setidaknya 3 hari dalam seminggu selama masa tinggal
pasien di fasilitas rehabilitasi rawat inap. 5 Telehealth adalah layanan
digital/informasi elektronik untuk pemantauan pasien jarak jauh
(Remote Patient Monitoring/ RPM), obrolan langsung, dan portal
online interaktif. Teknologi telehealth secara aktif merevolusi sistem
perawatan kesehatan.6
Pemberian program rehabilitasi diberikan berdasarkan lembar
monitoring pasien/rekam medis/Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT), gambaran radiologis, serta lembar pertanyaan
(berbasis internet). Data-data ini menentukan apakah pasien cukup
stabil untuk diberikan program rehabilitasi. Program latihan diberikan
sesuai kondisi pasien. Program rehabilitasi diberikan melalui program

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 95


video yang dipandu, dengan tidak ada kontak untuk latihan batuk.4
Program rehabilitasi yang diberikan adalah:
1. penilaian kapasitas fungsional .4
Penilaian kapasitas fungsional dilakukan pra-rawat dan saat
dirawat dengan melakukan tes kardiorespirasi sederhana,
contohnya dengan uji duduk ke berdiri (Sit to Stand Test dalam
durasi 30 detik).
2. bersihan jalan napas 3,4
Fungsi pertahanan saluran napas antara lain adalah batuk dan
transfer mukosiliar. Bersihan jalan napas yang optimal dapat
mencegah infeksi sekunder lain.
a. Pasien yang sadar, aktif, dan kooperatif, diberikan latihan
• breathing control exercise
• effective cough training :
o active Cycle Breathing Technique
o self Air Stack (tanpa ambu bag, diakhiri cough atau
huff)
• relaxation techniques
• chest mobility, segmental lung expansion,dan breathing
control – postural – relaxation (latihan ini penting karena
gejala yang paling umum adalah sesak dan ketidakefektifan
fase inspirasi)
b. Pasien dengan kelemahan otot napas diberikan latihan manual
cough assist dengan ambu bag atau mechanical cough assist
(jika tidak ada kontraindikasi)
3. pencegahan sindrom dekondisi 3
Pasien yang dirawat di ruang isolasi akan mengalami hambatan
aktivitas sehari-hari akibat gejala penyakit, keterbatasan ruangan
isolasi, dan tingkat aktivitas fisik sebelum sakit. Pasien dapat masuk
ke dalam kondisi sindrom dekondisi, sehingga kapasitas fungsional
akan menurun.2

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 96


Sindrom dekondisi adalah kumpulan gejala akibat menurunnya
kapasitas fungsional dari berbagai sistem organ tubuh akibat
inaktifitas/imobilisasi yang berkepanjangan dan memberi dampak
buruk terhadap berbagai sistem organ. Sistem respirasi merupakan
sistem pertama yang terpengaruh akibat dari imobilisasi.4
Latihan rekondisi yang diberikan secara dini akan mencegah
gejala sindrom dekondisi pada berbagai organ. Latihan rekondisi akan
mencegah penumpukan mukus saluran napas, disfungsi otot-otot
pernapasan, dan memperbaiki pergerakan diafragma. Latihan yang
dilakukan:3
• latihan peregangan anggota gerak atas dan bawah untuk mencegah
kekakuan sendi. Latihan dilakukan aktif/mandiri. Frekuensi 1-2 x/
hari;
• latihan otot napas, menggunakan inspiratory muscle trainer.
Beban latihan dapat diukur dengan 1 Repetisi Maksimum (RM)
atau 10 RM untuk menentukan maximum inspiratory pressure
(MIP). Latihan diafragma dapat dilakukan mandiri setelah latihan
dengan supervisi. Latihan otot napas hanya dapat dilakukan pada
pasien komposmentis dan kooperatif;
• latihan aerobik dilakukan pada pasien dengan gejala ringan atau
gejala umum tanpa demam dan tanpa sesak. Bila terjadi desaturasi
saat latihan dapat diberikan suplemen oksigen. Bila saturasi
oksigen tidak terkoreksi (tidak mencapai minimal 93%) maka
latihan dihentikan;
• latihan penguatan otot perifer seperti squatting, bridging, ankle
pumping dapat menjaga tonus dan mencegah atrofi otot. Latihan
dapat dilakukan mandiri setelah edukasi pada sesi pertama;
• latihan pernapasan dengan cara mengontrol napas dan relaksasi
dapat membantu memperbaiki kapasitas batuk. Latihan lain
diberikan melalui edukasi dan latihan pembatasan penggunaan
otot napas bantu, cara konservasi energi, kontrol postur, dan
relaksasi.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 97


Latihan rekondisi di atas dilakukan dengan intensitas sedang serta
memperhatikan parameter denyut jantung.

Di Ruang Rawat Icu Isolasi (Dengan Ventilasi Mekanik)


Ventilasi mekanik diperuntukkan bagi pasien Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) berat. Tata laksana pada pasien COVID-
19 berat atau kritis meliputi manajemen posisi, latihan pernapasan,
dan modalitas fisik berupa Neuromuscular Electrical Stimulation
(NMES).4,7 Tata laksana harus dilakukan dengan pemantauan ketat (by
side monitoring), karena setting ventilator bisa diubah sesuai kondisi
pasien saat dilatih. Tatalaksana di ICU tidak bisa melalui
telerehabilitasi atau pun media edukasi tertulis.
Tata laksana pada pasien dengan ventilasi mekanik :

Teknik bersihan jalan napas


Pada pasien dengan ventilasi mekanik, teknik bersihan jalan napas
dimulai sejak pasien terintubasi. Teknik yang diberikan berupa
vibrasi, perkusi pada semua lapang paru, anterior posterior lateral.
Apabila pasien memiliki refleks batuk yang adekuat, stimulasi
reseptor batuk mekanik akan membantu timbulnya refleks batuk.
Bersihan jalan napas dilakukan pula dengan cara postural drainage.
Prinsip postural drainage memanfaat kan gaya gravitasi untuk
mengeluarkan sputum yang banyak terbentuk di saluran napas
sehingga dengan posisi tertentu, gaya gravitasi membantu sputum
keluar. Pasien yang tidak sadar atau dalam sedasi, diberikan bantuan
batuk dengan kompresi pada toraks atau abdomen saat ekspirasi.
Pasien yang komposmentis dan dapat mengikuti instruksi, diberikan
latihan active cycle of breathing techniques yaitu inspirasi – ekspirasi
– inspirasi – ekspirasi – inspirasi - huffing mengikuti fase inspirasi
ventilator. Active cycle of breathing techniques merupakan kombinasi
dari breathing control, thorax expansion, and exhalation, yang dapat
mengeluarkan sekret bronkhus secara efektif. Mukus yang tidak

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 98


keluar dengan teknik klasik, harus dikeluarkan dengan teknik manual
cough assist atau mechanical cough assist. Pasien COVID-19
mengalami kerusakan jaringan interstitial paru. Ventilasi mekanik
memberi tekanan dan tidal volume rendah untuk menghindari
kerusakan jaringan interstitial paru lebih lanjut. Setelah ventilasi
mekanik dilepas, diberikan tekanan ekspirasi positif untuk membantu
gerakan ekskresi sputum agar sputum tidak tertimbun di segmen
terbawah paru.

Gambar 2. Efek posisi prone (tengkurap) terhadap ukuran


alveoli pada kapasitas residu fungsional (Functional
Residual Capacity/ FRC) dan FRC plus volume tidal (VT).

Pada posisi supine (terlentang), volume FRC kecil pada alveoli di


daerah dorsal karena tekanan pleura yang lebih tinggi, tekanan
jantung, dan kompresi dari isi abdomen jika dibandingkan dengan
posisi prone. Selama bernafas tidal, distribusi ventilasi lokal lebih

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 99


seragam pada prone karena volume alveolar lebih seragam pada
permulaan setiap napas.
Sumber : Johnson NJ, Luks AM, Glenny RW. Gas Exchange in the
Prone Posture. Respiratory Care. 2017 August;62(8):1097-10

Keterangan: Bulatan-bulatan menunjukkan alveoli. Bulatan


dengan warna gelap menunjukkan alveoli berisi infiltrat. A. Paru-
paru normal pada posisi supine, B. Paru-paru ARDS pada posisi
supine, C. Paru-paru normal pada posisi prone, D. Paru-paru
ARDS pada posisi prone

Gambar 3. Penampang melintang paru-paru


Sumber : Johnson NJ, Luks AM, Glenny RW.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 100


Rekondisi pasien Covid-19 di ICU
Masalah utama pneumonia karena COVID-19 adalah
oksigenasi (oxygenous-primary impairment). Hal ini menjadikan
semua latihan yang meningkatkan beban ventilasi perfusi harus
diberikan melalui penapisan kriteria medis stabil yang ketat. Syarat
suatu latihan dapat diberikan untuk pasien pneumonia karena COVID-
19 adalah:
• indeks oksigenasi > 3,0
• hemodinamik stabil dengan Mean Arterial Pressure (MAP) >
65 cmH2O
• Pasien dengan vasopressor dosis tidak naik
• Richmond Agitation Sedation Scale Score (RASS Score): -1
sampai +2
Kondisi hemodinamik dan respirasi yang tidak stabil, merupakan
kontraindikasi untuk diberikan latihan
Pasien yang tidak memenuhi kriteria mobilisasi, memerlukan
program positioning. Postur prone (tengkurap) diketahui memiliki
efek yang banyak pada pertukaran gas, baik pada kondisi pasien
normal maupun dengan ARDS. Studi klinis secara konsisten
menunjukkan perbaikan oksigenasi, dan uji acak multi-senter
menemukan bahwa, ketika postur prone diimplementasikan pada
pasien ARDS sedang hingga berat dalam waktu 48 jam, angka
kematian menurun. Perbaikan dalam pertukaran gas terjadi melalui
beberapa mekanisme, yaitu perubahan dalam distribusi ventilasi
alveolar, redistribusi aliran darah, peningkatan kesesuaian ventilasi
lokal dan perfusi, dan pengurangan daerah dengan rasio ventilasi /
perfusi rendah (Gambar 2 & 3). Protokol posisi posisi prone lebih
kompleks, sehingga memerlukan tim posisi prone yang lebih rumit
daripada tim mobilisasi.
Program rekondisi pasien COVID-19 di ICU meliputi:
• latihan peregangan. Latihan ini dapat dilakukan secara aktif atau
pasif tergantung tingkat kesadaran pasien;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 101


• latihan otot napas. Pada pasien dengan ventilasi mekanik, latihan
otot napas bertujuan untuk merekrut serabut otot napas karena
usaha napasnya sebagian masih dilakukan oleh ventilasi mekanik.
Hal ini dilakukan dengan pengaturan set pressure support, atau
dengan sistem on and off. Pengaturan repetisi dilakukan sesuai
toleransi oksigen dan usaha napas pasien yang dipantau dari
kondisi pasien dan monitor;
• latihan aerobik. Pada pasien stabil di ICU dengan ventilasi mekanik
dapat dilakukan latihan aerobic dengan pengaturan repetisi tinggi.
Latihan ini menggunakan ekstremitas atas atau bawah. Bila
mempunyai bed cycle, latihan dapat diberikan dengan mengukur
intensitas latihan dari uji latih sepeda tersebut;
• latihan penguatan. Pada pasien dengan ventilasi mekanik dapat
dilakukan latihan penguatan ekstremitas secara aktif. Target
latihan ini adalah mempertahankan tonus dan trofi otot.
• Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES). Terapi ini dapat
diberikan untuk mencegah kelemahan otot perifer pada pasien tirah
baring yang tidak bisa diberikan latihan aktif karena penurunan
kesadaran atau karena gangguan kognisi bahasa.

Mobilisasi dini di ICU


Pada prinsipnya mobilisasi dini pasien COVID-19 di ICU sama
dengan pasien non COVID. Mobilisasi dilakukan apabila
hemodinamik dan respirasi pasien STABIL, sesuai kriteria yang telah
disampaikan sebelumnya. Monitoring pasien dilakukan sebelum,
selama dan sesudah latihan mobilisasi. Selama proses latihan FiO2
dapat dinaikkan bila terjadi desaturasi, atau latihan dihentikan bila
tidak terkoreksi. Pada saat latihan mobilisasi dapat diberikan bantuan
berupa peningkatan ventilatory support. Mobilisasi pasien dilakukan
oleh tim mobilisasi ICU, karena mobilisasi tidak dapat dikerjakan
sendiri dan memerlukan monitoring saat dilakukan kondisi tersebut,
termasuk pada semua peralatan yang melekat pada tubuh pasien.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 102


Functional Outcome
Tergantung pada tingkat keparahan kerusakan paru-paru,
seorang survivor COVID-19 dapat mengalami komplikasi Post ICU
Syndrome (PICS) dengan gejala baru yang timbul, berupa sesak napas,
nyeri, disfungsi seksual, gangguan fungsi paru, gangguan toleransi
latihan, komplikasi neuromuskuler berupa Critical Illness
Polyneuropathy (CIP) dan Critical Illness Myopathy (CIM). Semua
kondisi ini menyebabkan penurunan kapasitas latihan, kecacatan dan
penurunan kualitas hidup. Program rehabilitasi tetap diberikan untuk
meningkatkan kapasitas fungsional dan aktivitas fisik. 3,8

Aspek Psikososial Pasien Covid-19


Pada pasien covid, kecemasan, depresi, gangguan psikososial,
stigma masyarakat, kondisi terisolasi, perubahan status mental dan
kognisi, hilangnya motivasi dapat menjadi hambatan pelaksanaan
program rehabilitasi. Penilaian status mental perlu dilakukan.

Proteksi Staf Rehabilitasi


Petugas kesehatan di ruang rawat isolasi dan ICU isolasi covid-
19, harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) rumah sakit terhadap
penyakit yang berhubungan dengan droplet dan airborne. Penggunaan
dan pelepasan APD dilakukan secara benar, dengan latihan dan
supervisi dari komite PPI rumah sakit. 3
Pada prosedur latihan batuk, pasien menggunakan masker dan
tidak mengarahkan wajah kepada dokter atau terapis. Pada sesi
pertama, supervisi dapat dilakukan langsung dengan kehati-hatian.
Saat sesi ini pasien dilatih melakukan teknik batuk efektif secara
mandiri sehingga selanjutnya pasien dapat melakukan latihan batuk
efektif secara mandiri dengan panduan tulisan, liflet atau video.
Supervisi sesi berikut dapat dilakukan melalui telerehabilitasi.3

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 103


Alat bertekanan positif seperti high flow nasal oxygen dan non
invasive ventilation, dipastikan tidak bocor dan terpasang sempurna
agar tidak terjadi penyebaran aerosol ke lingkungan.3

Daftar Pustaka
Chinese Association of Rehabilitation Medicine, Respiratory
rehabilitation committee of Chinese Association of
Rehabilitation Medicine, Cardiopulmonary rehabilitation
Group of Chinese Society of Physicai Medicine and
Rehabilitation. [Recommendations for Respiratory
Rehabilitation of COVID-19 in Adult]. Zhonghua Jie He He Hu
Xi Za Zhi. 2020 Mar 3;43(0): E029. PubMed PMID: 32125127.
Laswati H. PMR college’s preparedness to
Indonesian Medical Council Letter [webinar PERDOSRI].
Jakarta: Docquity: April 12th, 2020. Available from: Docquity.
Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
Tatalaksana (panduan) rehabilitasi untuk pasien covid-19.
Jakarta: Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia; 2020.
Paulus AF. Rehabilitation Approach for COVID-19 [webinar
PERDOSRI]. Jakarta: Docquity: April 12th, 2020. Available
from: Docquity.
Centers for Medicare & Medicaid Services [Internet]. Baltimore (US):
2020. Inpatient Rehabilitation Facilities: CMS Flexibilities to
Fight COVID-19 [cited 2020 Mar 29]; [about 4 pages].
Available from: https://www.cms.-gov/files/document/covid-
inpatient-rehab-facilities.pdf.
Intouch Health [Internet]. How Telehealth Is Changing the Healthcare
Industry. Newyork (US). Available from:
https://intouchhealth.com/how-telehealth-is-changing-the-
healthcare-industry/

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 104


Liang T. Handbook of COVID-19 Prevention and Treatment
[Internet]. China: 2020. [cited 2020 Apr 17]. 68 p. Available
from: www.iau-aiu.net/Zhejiang-University-Handbook-of-
COVID-19-Prevention-and-Treatment.
Johnson NJ, Luks AM, Glenny RW. Gas Exchange in the Prone Posture.
Respiratory Care. 2017 August;62(8):1097-10.
Arnengsih, Pemulihan Kebugaran Fisik Penyitas COVID-19 [Virtual
Seminar RSHS]. Bandung: Zoom: April,30th, 2020. Available
from https://www.youtube.com/watch?-v=-84_8P6fzReE

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 105


COVID-19 dan Tatalaksana Farmakoterapi
Santun Bhekti Rahimah, Miranti kania Dewi, dan Heni Muflihah

Latar Belakang
Virus COVID-19 saat ini menjadi masalah kesehatan publik yang
sangat serius dan menyebabkan pandemik di berbagai negara
termasuk Indonesia. Situasi pandemik ini menimbulkan kondisi
emergensi yang memaksa setiap negara harus siap menghadapi situasi
seperti ini. Kejadian luar biasa ini memerlukan strategi
penatalaksanaan atau terapi yang tepat baik secara preventif maupun
kuratif. Kajian keilmuan megenai antivirus dan terapi lain yang
diperlukan dalam penanganan COVID-19 diharapkan dapat
memberikan pedoman dalam penanganan kasusu COVID-19 agar
angkat kematian dan kematian dapat ditekan.
Pada tanggal 28 Januari 2020 WHO mengeluarkan "WHO
guidelines and scientific evidence derived from the treatment of
previous epidemics from HcoVs", berisi pedoman untuk mengenali
tanda dan gejala pasien, strategi pencegahan dan kontrol, terapi
suportif serta preventif, pedoman diagnosis, managemen gagal napas
and acute respiratory distrees syndrome (ARDS); managemen syok,
pencegahan komplikasi, terapi dan penanganan pada ibu hamil.
Managemen pasien COVID-19 pada prinsipnya dilakukan
secara farmakologi maupun non-farmakologi. Strategi
penatalaksanaannya bervariasi dari mulai kondisi ringan sampai
kondisi berat. Penatalaksanaan kasus yang berat dapat dilakukan
untuk pencegahan gagal napas dengan menggunakan protective

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 106


mechanical ventilation dan high-flow nasal oxygen (HFNO) atau non-
invasive ventilation (NIV).
Intubasi pada pasien COVID-19 memerlukan persyaratan
khusus. Tindakan ini harus dilakukan oleh seorang ahli dibidangnya
dan wajib menggunakan personal protective equipment (PPE) seperti
FFP3 atau masker N95, kaca mata pelindung, baju hazmat yang
sebaiknya sekali pakai, disposable double socks, dan sarung tangan.
Bila memungkinkan dapat dilakukan rapid sequence intubation (RSI).
Oksigenasi (100% O2 selama 5 menit) sebaiknya dilakukan dengan
metode continuous positive airway pressure (CPAP). Perlu diatur
posisi heat and moisture exchanger (HME) antara masker dan
sirkulasi fan atau ventilasi. Panel para ahli mengemukakan bahwa
prosedur non-invasive ventilation (NIV) harus dilakukan dengan
sistem kontak pada wajah yang baik (good interface fitting) jangan
sampai terdapat udara ekshalasi yang keluar karena dapat berisiko
terjadi transmisi melalui udara. Tindakan ini dapat dilakukan pada
kondisi pasien gagal napas yang tidak parah, akan tetapi bila situasi
memburuk harus siap dengan ventilasi mekanik.

Pemberian antivirus pada pasien COVID-19


Salah satu terapi farmakologi yang diharapkan mampu mengatasi
infeksi COVID-19 adalah dengan pemberian antivirus. Saat ini terapi
yang diberikan lebih bersifat terapi suportif dan pencegahan transmisi
dalam komunitas, akan tetapi pada akhirnya kita akan berhadapan
dengan terapi kuratif yang akurat untuk menekan angka kejadian, serta
mencegah kematian dan penularan yang semakin meluas. Menemukan
obat yang tepat untuk terapi kausatif pada COVID-19 adalah suatu

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 107


tantangan yang sangat berat. Kajian berbagai literatur dan beberapa
penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan terapi
antivirus efektif utuk COVID-19. Namun, hingga saat ini tidak ada
pengobatan antivirus berlisensi atau vaksin untuk COVID-19.
Target atau site of action obat atau vaksin CoV antara lain
adalah glikoprotein atau protein S pada permukaan sel virus.
Meskipun beberapa kandidat obat telah menunjukkan efikasi yang
baik dalam studi in vitro, tetapi tidak banyak yang berkembang ke uji
in vivo pada hewan maupun randomized clinical trial. Hal ini
menyebabkan penggunaan obat ini terbatas untuk melawan infeksi
COVID-19.
Patofisiologi virus CoVs terkait dengan struktur protein yang
diduga dapat memblokade respons imun host. Patogenesis penyakit ini
sangat erat kaitannya dengan proses replikasi virus, mulai proses
penempelan pada sel inang dan pelepasan protein virus baru. Terkait
struktur virus COVID-19 ini, diduga tonjolan glokoprotein atau spike
pada permukaan virus memegang peran penting pada patogenesisnya.
Stuktur ini mempunyai 2 subunit yaitu, S1 dan S2. Subunit S2
mengandung protein atau peptida yng berperan dalam fusi yang
mempunyai domain transmembran dan domain sitoplasmik. Struktur
ini dapat menjadi target antivirus pada pasien COVID-19. Diduga
masih banyak struktur lain yang diduga berperan dalam patogenesis
virus ini.
Virus pada prinsipnya adalah mikroorganisme parasit
obligat intraseluler yang kehidupannya sangat bergantung pada proses
dalam sel inang. Agar antivirus yang digunakan efektif, mekanisme
kerja antivirus ini diharapkan dapat mencegah virus untuk masuk ke

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 108


dalam sel atau mencegah supaya virus baru tidak dapat keluar dari sel
inang yang dapat menyebabkan infeksi sel inang lainnya dan dapat
menularkan pada manusia lainnya. Antivirus yang dapat aktif dalam
sel inang akan sangat efektif membunuh virus. Penggunaan antivirus
juga harus hati-hati karena penggunaan antivirus yang tidak selektif
dapat memengaruhi proses fisiologis dalam sel dan dapat
menyebabkan toksisitas pada sel itu sendiri.
Penggunaan antiviral sebagai profilaksis harus
dipertimbangkan juga karena penyakit virus baru akan bermanifestasi
pada saat virul load mencapai peak atau puncak tertentu yang pada
saat itu virus akan terus bereplikasi.(3) Antivirus akan bekerja pada
fase atau tahap tertentu dalam replikasi virus, yaitu 1) penempelan atau
attachment virus dan penetrasi virus pada membran sel inang pada sel
host (soluble receptor decoys, antireceptor antibodies, fusion protein
inhibitors, mAbs targeting host receptor or interfere with S1 RBD,
antiviral peptide targeting S2); 2) uncoating asam nukleat virus (ion
channel blockers, capsid stabilizers), 3) sintesis regulatori protein
awal atau transkripsi genom virus (inhibitors of viral DNA
polymerase, RNA polymerase, reverse transcriptase, primase, atau
integrase, specific enzymes involved in viral replication and
transcription, small-molecule inhibitors targeting helicase); 4)
sintesis RNA to DNA (siRNA, anti-sense RNA and ribozyme); 5)
sintesis protein virus baru (Interferons, antisense oligonucleotides,
ribozymes, proteqase inhibitor); dan 6) release atau pelepasan virus
baru (neuraminidase inhibitors, antiviral antibodies, cytotoxic
lymphocytes, interferon).

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 109


Sejauh ini tidak ada spesifik antiviral yang direkomendasikan untuk
COVID-19 dan juga belum tersedia vaksin yang memadai. Pedoman
WHO menyatakan bahwa pasien yang terinfeksi COVID-19 akan
menerima perawatan suportif termasuk terapi oksigen, terapi cairan,
dan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri sekunder. WHO juga
merekomendasikan isolasi pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi
COVID-19.

Gambar 1. Replikasi Virus RNA


Sumber: Hilal-Dandan, R., & Brunton, L. (2013)

Beberapa anivirus diduga dapat efektif dalam mengelola COVID-19


walaupun sebagian besar masih merupakan senyawa praklinis
ataupun dalam fase uji klinis tahap III untuk COVID-19, antara lain
lopinavir/ritonavir baik secara tunggal maupun dalam kombinasi
dengan interferon-β, plasma konvalesen remdesivir, oseltamivir,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 110


ASC09F (HIV protease inhibitor), darunavir, dan cobicistat. Beberapa
inhibitor MERS dan/atau SARS-CoV perlu dilakukan uji efikasi.
Namun demikian, sebelum menggunakan obat ini untuk pasien
pneumonia COVID-19, efikasi klinis dan studi keamanan harus
dilakukan. Walaupun belum ada antiviral yang terbukti efektif,
penggunaan alpha-interferon (misal., 5 juta unit secara inhalasi dua
kali per hari). Studi preklinis memperlihatkan data bahwa remdesivir
(GS5734) —yang merupakan inhibitor RNA polimerase dapat
digunakan profilaksis maupun sebagai terapi dari infekti HCoVs. Obat
ini telah diuji pada a rhesus macaque model of MERS-CoV infection.
Ikatan COVID-19 dengan ACE2 memengaruhi keseimbangan sistem
renin-angiotensin (RAS), yang berpotensi menyebabkan eksaserbasi
pneumonia berat. Dengan demikian, dispekulasikan bahwa
penghambat ACEI dan angiotensin tipe-1 receptor (AT1R)
kemungkinan dapat mengurangi respons inflamasi paru sehingga
mengurangi mortalitas. Lebih lanjut lagi, inhibitor sintesis RNA
(seperti 3TC, TDF), remdesivir, inhibitor neuraminidase, peptida
(EK1), obat anti-inflamasi, abidol, obat tradisional Cina, seperti
Lianhuaqingwen dan kapsul ShuFengJieDu dapat menjadi pengobatan
COVID-19 yang menjanjikan. Namun, uji klinis lebih lanjut
diperlukan untuk memastikan keamanan dan kemanjuran untuk
COVID-19.
Tantangan terbesar untuk pengembangan obat anti-Covid
adalah keterbatsan waktu karena pengembangan obat atau anti virus
membutuhkan waktu yang tidak sebentar bahkan memerlukan waktu
lebih dari 10 tahun. Diperlukan waktu berbulan-bulan bahkan
beberapa tahun bagi peneliti untuk mengembangkan, memproduksi,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 111


menstandarisasi, mengevaluasi, menyetujui, dan mengomersialkan
agen terapeutik untuk COVID-19. Oleh karena itu, saat ini dapat
dimanfaatkan antivirus yang telah ada dan diduga efektif pada agen
mikroorganisma atau virus yang mirip dengan virus korona. Antivirus
jenis ini memiliki beberapa keunggulan antara lain ketersediaannya
yang mudah, sifat farmakokinetik serta farmakodinamik yang sudah
diketahui, dan kelarutan, stabilitas, efek samping, serta regimen dosis
yang sudah jelas. Obat yang direposisikan ulang adalah pilihan terapi
potensial untuk infeksi CoV. Penggunaan obat-obatan yang memiliki
aktivitas anti-MERS-CoV secara in vitro dapat digunakan, seperti
lopinavir/ritonavir dan interferon-1β.
Penelitian in vivo yang dilakukan pada model primata non-
manusia menunjukkan bahwa hewan yang diobati dengan
lopinavir/ritonavir dan interferon-1β memiliki hasil yang lebih baik
daripada hewan yang tidak diobati. Kombinasi lopinavir-ritonavir dan
interferon-1β sedang dievaluasi untuk MERS dalam uji coba
MIRACLE. Dua protease inhibitor yang sama, lopinavir, dan
ritonavir, ketika dikombinasikan dengan ribavirin, cukup efektif pada
pasien SARS dan menunjukkan kemanjuran terapi. Sebagai upaya
awal untuk mengevaluasi obat yang digunakan kembali dalam
COVID-19, uji klinis ritonavir, lopinavir dan interferon-α 2b telah
diberikan pada pasien yang dirawat di rumah sakit di Cina
(ChiCTR2000029308).
Pemberian inhibitor neuraminidase oral seperti oseltamivir
telah digunakan sebagai obat empiris untuk dugaan COVID-19 di
rumah sakit Cina walaupun tidak ada bukti kemanjurannya. Baru-baru
ini, kemanjuran antivirus in vitro dari antivirus yang di-approve FDA

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 112


adalah ribavirin, penciclovir, nitazoxanide, nafamostat, dan
klorokuine selain dua obat antivirus spektrum luas sebelumnya yaitu
remdesivir dan favipiravir untuk COVID-19. Di antara obat yang
dievaluasi, baik remdesivir dan klorokuine ditemukan sangat efektif
dalam mengendalikan COVID-19 in vitro. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa tiga analog nukleosida seperti ribavirin,
penciclovir, dan favipiravir mungkin tidak memiliki efek antivirus in
vivo yang bermakna terhadap COVID-19 karena konsentrasi yang
lebih tinggi diperlukan untuk mengurangi infeksi virus in vitro.
Remdesivir dan klorokuine digunakan untuk pengobatan penyakit lain
dan memiliki profil keamanan yang jelas. Oleh karena itu, obat-obatan
tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi kemanjurannya pada
pasien infeksi CoV baru.
Pencapaian dalam pengembangan vaksin dan agen
terapeutik untuk SARS- dan MERS-CoV serta kemajuan COVID-19
yang sedang berlangsung baru-baru ini akan memfasilitasi
pengembangan vaksin dan terapi yang efektif terhadap virus yang
muncul ini. Namun, skenario COVID-19 saat ini menjamin diperlukan
tindakan pencegahan dan pengendalian yang kuat karena potensi
infeksi nosokomial. Kita perlu menekankan tindakan preventif karena
diperlukan waktu yang lama untuk mengembangkan vaksin atau
antivirus baru.
Dibawah ini kajian farmakokinetik untuk beberapa
antivirus yang direkomendasikan oleh WHO sebagai anti COVID-19.
a. Lopinavir/Ritonavir
Obat ini termasuk golongan protease inhibitor yang bekerja pada tahap
akhir replikasi virus. Protease adalah enzim yang bertanggung jawab

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 113


dalam pembelahan prekursor molekul yang akan membentuk protein
untuk membentuk molekul virus akhir. Protease inhibitor diduga ada
kaitannya dengan perdarahan spontan pada pasien hemophilia A or B.
Lopinavir 100/ritonavir 400 adalah kombinasi obat legal dan terapi
subterapi akan menghambat inhibit CYP3A- yang memediasi
metabolisme lopinavir sehingga meningkatkan kadar lopinavir.
lopinavir/ritonavir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Absoprsi lopinavir akan dipengaruhi oleh makanan. Lopinavir secara
ekstensif akan dimetabolisme oleh CYP3A isoenzyme dari
cytochrome P450 sistem yang dapat dihambat oleh ritonavir. Kadar
serum lopinavir dapat meningkat pada pasien dengan gangguan hati.
Efek samping yang sering dilaporkan adalah diare, nyeri perut,
muntah, dan astenik. Potensi interaksi obat sangat tinggi. Peningkatan
dosis lopinavir dianjurkan apabila diberikan bersama dengan
efavirenz atau nevirapin.
b. Remdesivir
Remdesivir (GS-5734) adalah antivirus yang bersifat broad-
spectrum. Obat ini dikembangkan Gilead Sciences 2017 sebagai terapi
infeksi virus Ebola. Obat ini adalah analog adenosin dan prodrug
monophosphoramidate. Remdesivir dimetabolisme menjadi bentuk
aktifnya GS-441524 yang bekerja dengan menghambat kerja viral
RNA polimerase dan menyebabkan penghentian nascent RNA virus
Ebola dan penurunan produksi virus RNA. Studi in vitro
memperlihatkan bahwa remdesivir dapat menghambat coronavirus
seperti replikasi SARS-CoV dan MERS-CoV. Studi in vitro
menggunakan sel line epitel saluran pernapasan manusia, remdesivir
efektif menghambat CoVs, prepandemic bat CoVs, dan circulating

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 114


contemporary human CoV pada sel primer paru manusia. Suatu studi
memperlihatkan efektivitas remdesivir dan interferon lebih baik
dibandingkan dengan lopinavir, ritonavir dan interferon beta baik in
vitro maupun model tikus MERS-CoV. Berdasar atas hasil penelitian-
penelitian di atas, remdesivir mungkin dapat menjadi salah satu
pilihan terapi 2019-nCoV (COVID-19). Studi kasus terapi remdesivir
pada pasien 2019-nCoV (COVID-19) diberikan dengan dosis
intravena selama 7 hari.
c. Oseltamivir
Oseltamivir carboxylate adalah analog asaam sialik yang mempunyai
efikasi yang baik sebagai inhibitor virus neuraminidases. Influenza A
dan B virus Oseltamivir carboxylate mempunyai spektrum dan
potensi antiviral mirip dengan zanamivir. Mekanisme kerjanya
menghambat aktivasi enzin neuraminidase yang berfungsi dalam
proses pelepasan virus baru dari sel yang terinfeksi sehingga
mencegah penyebaran virus dalam saluran pernapasan. Oseltamivir
phosphate diabsorpsi cepat dalam saluran cerna dan diubah menjadi
bentuk aktif carboxylate di hepar. Bioavailabilitasnya sekitar 80% dan
waktu paruh oseltamivir carboxylate sekitar 6–10 jam. Eliminasinya
di ginjal. Efek samping yang sering dilaporkan adalah mual,
abdominal discomfort, emesis, dan iritasi lokal. Beberapa melaporkan
nyeri kepala progresif.
d. Favipiravir
Favipiravir (T705) adalah asam nukleat purin yang bersifat antivirus
yang broad spektrum. Obat ini dikenal juga dengan merk dagang
Avigan dan merupakan tipe baru dari RNA-dependent RNA
polimerase (RdRp) inhibitor. Saat ini sedang dilakukan uji preklinis

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 115


dan klinis untuk melihat efikasinya sebagai terapi COVID-19.
Favipiravir pertama kali dikembangkan di Jepang dan diindikasikan
untuk pasien influensa yang tidak respon terhadap pengobatan
konvensional. Beberapa studi memperlihatkan efektivitas favipiravir
terhadap virus Ebola.
Mekanisme kerja obat ini akan berkompetisi dengan asam
nukleat purin dan menginterfensi replikasi virus RNA dengan
menghambat RNA dependent RNA polymerase (RdRp) dari virus.
Obat ini dianggap sebagai salah satu kandidat antivirus yang efektif
untuk menghambat COVID-19. Uji klinis untuk menguji efikasi dan
efek toksisitas favipiravir pada kasus COVID-19 dikembangkan di
Shenzhen dengan melibatkan 80 pasien dan hasilnya 35 pasien
memperlihatkan viral clearance time yang lebih cepat dibanding
dengan 45 pasien lainnya. Artikel ini karena alasan tertentu, pada
akhirnya ditarik kembali oleh penulis/editornya.
Favipiravir secara umum dapat ditoleransi dengan baik, akan
tetapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil (teratogenik) dan anak-anak.
Efek samping yang sering muncul adalah gangguan saluran cerna
(diare), peningkatan asam urat, serta peningkatan SGOT & SGPT.
Hati-hati penggunaan obat ini bersamaan dengan chlorokuin karena
mempunyai potensi interaksi, begitu pula dengan oseltamivir,
walaupun efek klinisnya belum diketahui secara pasti.
e. Ribavirin
Terapi strain virus corona pertama yg terdeksi di Wuhan (WIV04)
menggunakan enam obat yang secara in vitro telah di-approve oleh
FDA sebagai anti Covid, yaitu: ribavirin, penciclovir, nitazoxanide,
nafamostat, klorokuine dan dua (2) obat eksperimental: remdesivir

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 116


dan favipiravir. Ribavirin adalah analog guonosin yang efektif
menghambat replikasi virus DNA maupun RNA. Mekanisme ribavirin
bukan hanya menghambat polimerase virus tetapi juga menghambat
pembentukan guanosin endogen dengan secara langsung menghambat
inosine monophosphatedehydrogenase. Enzim ini memegang
peranan penting dalam perubahan prekurso guanin menjadi guanosin.
Antivirus indirek dari ribavirin diduga terkait dengan mekanisme
imun pasien, walaupun dengan mekanisme yang belum diketahui
pasti.
f. Penciclovir
Penciclovir adalah analog guanosin, yang merupakan metabolit aktif
dari famciclovir. Sediaan tersedia secara oral mauapun topikal. Obat
ini dapat digunakan untuk terapi herpes labialis pada pasien
imunokompeten. Sejauh ini efek samping jarang dilaporkan.
g. Inhibitor sintesis RNA (seperti 3TC, TDF)
lamivudin (3TC) adalah analog sitosin yang merupakan nukleoside &
nukleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTI) yang efektif
sebagai obat HIV yang efeknya sinergi dengan obat antiretroviral
analog nukleosid lainnya seperti zidovudin dan stavudin.
Bioavailabilitanya sekitar 80% dan absoprsinya tidak dipengaruhi
oleh makanan. Waktu paruhnya sekitar 2,5 jam. Sebagian besar
lamivudin dieliminasi dalam bentuk utuh dalam urin.dan dosisnya
perlu disesuaikan pada pasien gangguan ginjal. Resistensi lamivudin
juga memengaruhi sensivititas terhadap abacavir, didanosin, and
zalcitabin. Efek samping yang dapat timbul akibat pemberian
lamivudin adalah nyeri kepala, insomnia, fatigue, dan gangguan
gastrointestinal walaupun umumnya ringan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 117


h. Tenofopir (TDF)
Tenofovir adalah nucleosid fosfat yang merupakan analog adenosin.
Obat ini sifatnya komepetitif menghambat reverse transcriptase dan
menyebabkan chain termination ke dalam DNA. Tenofovir
disopoxilfumarate adalah pro-drug yang bersifat larut air dan akan
menjadi tenofovir aktif. Bioavailabilitas oral pada pasien yang puasa
sekitar 25% dan meningkat menjadi 39% setelah makan tinggi lemak.
Waktu paruh dalam serum 17 dan waktu paruh dalam sel dapat
memanjang bisa mencapai 60 jam. Eliminasi merupakan kombinasi
filtrasi glomerulus dan aktif tubular sekresi, serta perlu ada
penyesuaian dosis pada pasien ginjal. Efek samping yang sering
dilaporkan adalah gangguan pencernaan seperti mual, diare, muntah
dan flatulensi, tetapi umumnya keluhan hilang setelah pemberian
dihentikan. Efek samping yang lain adalah nyeri kepala dan astenia.
Studi preklinik memperlihatkan toksisitas pada tulang osteomalasia,
walaupun pada manusia belum terbukti. Pernah dilaporkan kasus
kerusakan ginjal seperti gagal ginjal akut dan sindrom Fanconi's.
Tenofovir akan berkompetisi dengan obat lain seperti cidofovir,
acyclovir, dan ganciclovir untuk secara aktif disekresikan oleh ginjal.
Kombinasi tenofovir dengan didanosine sebaiknya dihindari karena
akan menurunkan efikasi keduanya dan meningkatkan toksisitas.
i. Umifenovir (Arbidol/ARB)
Arbidol (ARB) atau umnifenovir adalah antivirus yang mempunyai
spektrum luas.Struktur kimianya adalah ethyl-6-bromo-4-
[(dimethylamino)methyl]-5-hydroxy-1-methyl (phenylthio)methyl]-
indole-3-carboxylate hydrochloride monohydrate yang merupakan
derivat indol. Pada awalnya arbidol digunakan di Rusia dan China

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 118


untuk influenza. Sejauh ini tidak ada laporan efek samping mayor dari
pasien yang minum arbidol. Efikasi arbidol sudah terbukti secara in
vivo dan in vitro sehingga diharapkan obat ini dapat menjadi salah satu
agen dalam mengatasi infeksi COVID-19.
Mekanisme kerja arbidol adalah mengambat beberapa fase dalam
siklus hidup virus dan diduga mempunyai dual efek, yaitu direct-
acting agent (DAA) dan host-targeting agent (HTA). Arvidol juga
diketahui dapat mencegah fusi virus dalam sel inangnya. Suatu
penelitian melakukan uji klinis yang membandingkan efek favipiravir
dengan arbidol pada 240 pasien COVID-19 yang moderate dan belum
pernah mendapat antivirus sebelumnya. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pemberian favipiravir tampak lebih efektif
dibanding dengan arbidol karena memperlihatkan rerata recovery of
day sekitar 7 hari dan lebih efektif menurunkan insidensi demam dan
batuk. Arbidol dapat menghambat aktivitas beberapa virus secara in
vitro, antara lain virus virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C
(HCV), virus chikungunya (CHIKV), reovirus, virus Hantaan, dan
virus Coxsackie.

Klorokuin sebagai alternatif pengobatan COVID-19


Pandemic COVID-19 yang terjadi sekarang ini menimbulkan
kekhawatiran dan perhatian yang besar dari seluruh dunia, akibat daya
tularnya yang tinggi dan juga angka mortalitas serta morbiditas yang
cukup besar. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran
dan mengobati mereka yang positif terkena COVID-19. Salah satu
upaya yang dilakukan diantaranya dengan melakukan studi atau
penelitian-penelitian terkait obat yang efektif melawan COVID-19.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 119


Selain obat antivirus, klorokuin disebut-sebut memiliki potensi untuk
digunakan mengobati pasien yang positif terkena COVID-19.
Terdapat beberapa hipotesa yang diajukan terkait mekanisme
klorokuin dan hidroksiklorokuin melawan SARS-Cov-2. Virus
SARS-Cov-2 diduga menginvasi sel melalui ikatan dengan enzim
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Ekspresi ACE2 juga
diduga mengalami upregulated dengan adanya infeksi SARS-Cov-2
tersebut. Klorokuin diketahui dapat mengurangi proses glikosilasi
SARS-Cov-2 terhadap ACE2 sehingga menghambat COVID-19
untuk berikatan dengan sel host. Hipotesa lain menyatakan bahwa
klorokuin diduga dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi,
seperti interleukin-6, sehingga menghambat jalur yang
bertanggungjawab terhadap munculnya acute respiratory distress
syndrome (ARDS). Beberapa virus masuk ke dalam sel host melalui
proses endositosis. Virus mengalami replikasi dalam suatu vesikel
yang berasal dari sel membran yang disebut endosom. Saat endosom
mengalami fusi dengan lisosom, endosom akan pecah dan melepaskan
virus yang terdapat didalamnya. Klorokuin diketahui terakumulasi
dalam lisosom dan dapat mengganggu terjadinya proses replikasi virus
tersebut. Klorokuin juga diduga meningkatkan pH endosome yang
dapat menghambat proses masuk atau keluarnya virus.
Klorokuin selama ini digunakan sebagai obat pilihan untuk
terapi dan profilaksis malaria sejak tahun 1940. Beberapa studi in vitro
melaporkan klorokuin dan hidroksiklorokuin memiliki aktivitas
antiviral untuk melawan SARS-Cov-2. Hidroksiklorokuin memiliki
tingkat kelarutan yang lebih baik dan metabolit yang kurang toksik
dibanding klorokuin, sehingga hidroksiklorokuin dianggap lebih aman

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 120


karena memiliki efek samping yang lebih minimal. Efek samping yang
pernah dilaporkan pada penggunaan hidroksiklorokuin adalah
gangguan gastrointestinal, sedangkan efek samping pada klorokuin
diantaranya kardiomiopati dan gangguan irama jantung. Toksisitas
terhadap retina juga pernah dilaporkan pada penggunaan klorokuin
dan hidroksiklorokuin jangka panjang dan dosis besar. Penggunaan
klorokuin harus dihindari pada pasien dengan porfiria. Baik klorokuin
maupun hidroksiklorokuin mengalami metabolisme di hepar dan
mengalami ekskresi melalui ginjal sehingga penggunaannya harus
disesuaikan pada pasien gagal hati atau gagal ginjal.
Penelitian Liu,dkk menunjukkan bahwa CC50 (konsentrasi
yang menyebabkan 50% sel mengalami kematian) antara klorokuin
dan hidroksiklorokuin sama besarnya, akan tetapi EC50 (konsentrasi
yang dapat menghambat 50% virus RNA) untuk klorokuin lebih
rendah dibandingkan hidroksiklorokuin. Hal ini menunjukkan bahwa
efektifitas klorokuin secara invitro lebih rendah dibanding
hidroksiklorokuin. Penelitian lain yang dilakukan Yao, dkk
menunjukkan bahwa potensi hidroksiklorokuin terhadap SARS-Cov-
2 lebih baik dibanding klorokuin secara invitro.
Studi empiris secara invivo untuk mengetahui efektifitas
klorokuin terhadap COVID-19 telah dilakukan saat ini, namun
sayangnya studi tersebut masih sedikit dan memiliki banyak
keterbatasan. Laporan klinis pertama kali disampaikan pada bulan
Februari 2020 oleh Pemerintah Cina, yang menyatakan bahwa sekitar
100 pasien positif COVID-19 yang mendapatkan terapi klorokuin
memperlihatkan hasil signifikan berupa perbaikan gejala pneumonia,
perbaikan gambaran rontgen paru dan juga penurunan lama waktu

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 121


sakit. Tidak ditemukan adanya efek samping obat dalam laporan
tersebut. Akan tetapi laporan tersebut masih berdasar pada data awal
dari beberapa studi yang sampai saat ini masih berjalan. Belum ada
publikasi resmi data empirik terkait laporan tersebut.
Penelitian klinis mengenai efektifitas klorokuin terhadap
COVID-19 juga dilakukan di Perancis terhadap 36 pasien yang
didiagnosis COVID-19 secara open-label non-randomised controlled
trial. Sebanyak enam orang pasien yang diteliti tidak menunjukkan
gejala (asimptomatik), 22 orang pasien menunjukkan gejala infeksi
saluran pernafasan atas dan 8 orang lainnya menunjukkan gejala
infeksi saluran pernafasan bawah. Penelitian dibagi menjadi kelompok
perlakuan yang terdiri dari 20 orang pasien dan sisanya masuk pada
kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan terapi
hidroksiklorokuin 200mg tiga kali sehari selama 10 hari dan kelompok
kontrol mendapatkan terapi umum. Enam orang pada kelompok
perlakuan mendapatkan kombinasi terapi dengan azitromisin untuk
mencegah superinfeksi bakteri. Hasil studi menunjukkan bahwa
sebesar 70% pasien pada kelompok perlakuan dan 12,5% pasien pada
kelompok kontrol mendapatkan hasil tes negatif untuk COVID-19 di
hari ke-6 (p<0,001). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
kelompok pasien yang mendapatkan terapi kombinasi
hidroksiklorokuin dan azitromisin seluruhnya menunjukkan hasil tes
negatif untuk COVID-19 pada hari ke-6. Hal ini menunjukkan adanya
efek sinergis yang dihasilkan oleh kombinasi terapi hidroksiklorokuin
dan azitromisin dalam pengobatan COVID-19.
Berdasarkan hasil penelitian klinis yang telah dilakukan The
National Health Commission of the People’s Republic of China

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 122


merekomendasikan pemberian 500mg klorokuin fosfat (300mg untuk
klorokuin) dua kali per hari, dengan waktu maksimum pemberian 10
hari, sedangkan di Italia rekomendasi pengobatan yang diberikan
untuk penanganan COVID-19 adalah 400mg hidroksiklorokuin per
hari atau 500mg klorokuin per hari, dikombinasikan dengan obat
antivirus lain. Meskipun beberapa hasil penelitian sudah menunjukkan
adanya keberhasilan klorokuin dan hidroksiklorokuin untuk perbaikan
klinis pasien dengan COVID-19, namun penelitian klinis lebih lanjut
tetap dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman dan hasil yang lebih
baik mengenai efektifitas klorokuin dan hidroksiklorokuin dalam
penanganan COVID-19.

Terapi Tocilizumab pada COVID-19


Pada penderita COVID-19 berat, badai sitokin (cytokine storm)
merupakan keadaan yang sering dan dikaitkan dengan peningkatan
resiko kematian. Cytokine storm yang juga dikenal sebagai cytokine
release syndrome (CRS) adalah respon inflamasi sistemik yang
ditandai dengan peningkatan berbagai sitokin pro-inflamasi yang
dapat menyebabkan kegagalan organ dan mengancam nyawa.
Interleukin-6 (IL-6) merupakan sitokin pro-inflamasi yang berperan
penting dalam patogeneis CRS. Beberapa penelitian menunjukkan
kadar IL-6 yang tinggi pada pasien COVID-19 yang kritis atau
meninggal. Oleh karena itu, penghambatan IL-6 dianggap mampu
mencegah perburukan kondisi klinis dan kematin akibat badai sitokin
pada COVID-19.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 123


Mekanisme aksi Tocilizumab
Tocilizumab adalah suatu antibodi IgG1 manusia rekombinan yang
memiliki kemampuan untuk berikatan dengan reseptor IL-6 (IL-6R)
baik yang berada pada membran sel maupun IL-6R yang soluble (sIL-
6R) sehingga menghambat transduksi signal IL-6.8 Ikatan IL-6
dengan reseptornya akan memacu transduksi sinyal IL-6 yang
diperantarai protein transmembrane gp130 dan menimbulkan efek
biologis pada berbagai organ (Gambar 1).
Tocilizumab berkompetisi dengan IL-6 untuk berikatan pada
reseptornya dan menghambat pathogenesis terjadinya CRS yang
dipicu oleh IL-6. Pada keadaan kadar IL-6 rendah, IL-6 hanya
berikatan dengan sel yang mengekspresikan IL-6R yaitu makrofag, sel
T cell dan hepatosit. Sedangkan pada keadaan IL-6 tinggi, transduksi
sinyal IL-6 terjadi di berbagai sel karena ikatan IL-6 dengan sIL-6R
memacu gp130 yang diekspresikan oleh banyak sel.5 Tocilizumab
digunakan di Indonesia untuk artritis rheumatoid derajat aktivitas
sedang-berat yang tidak berespon dengan minimal satu DMARD dan
pada juvenile idiopathic arthiritis (JIA) poliartikuler atau sistemik di
atas usia 2 tahun.
Berbagai efek biologis IL-6. Ikatan IL-6 dengan IL-6R baik
yang terikat membrane mauoun yang soluble (sIL-6R) menyebabkan
homedimerisasi gp130 dan memacu aktivitas Janus family tyrosine
kinase (JAKs). Aktivasi JAKS memicu fosforilasi tirosin pada pg130
dan rekrutmen signal transducer and activator transcription 3 (STAT3)
melalui domain SH-2. Selanjutnya STAT3 mengalami fosforilasi oleh
JAKs dan menuju ke nukleous untuk aktivasi gen. Ekspresi gen yang
dipicu IL-6 menyebabkan biologi efek pada berbagai sel. Pada

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 124


hepatosit memicu produksi protein inflamasi fase akut. Pada sel
limfosit B memacu produksi imunoglobulin. Pada sel limfosit T CD4
memacu diferensiasi menjadi tipe Th17, sedangkan limfosit T CD8
diaktivasi menjadi sel sitotoksik. Efek pada fibroblast synovial yaitu
angiogenesia, sedangkan pada fibroblas kulit yaitu produksi kolagen.
Obat tocilizumab berikatan dengan IL-6R dan sIL-6 R secara
kompetitif dengan IL-6 dan mengakibatkan penghambatan transduksi
sinyal dan efek biologis IL-6.

Gambar 2. Efek biologis IL-6 dan mekanisme aksi Tocilizumab.


Sumber: Tanaka 2014.

Pemberian Tocilizumab pada COVID-19


Bukti manfaat klinis pemberian tocilizumab pada penderita COVID-
19 hingga pertengahan April 2020 masih terbatas pada penelitian

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 125


retrospektif. Sebuah penelitian menunjukkan manfaat tozilizumab
dalam memperbaiki kondisi klinis penderita COVID-19. Pada
penelitian ini, tocilizumab diberikan dengan dosis 400 mg sekali
secara intravena drip kepada 21 pasien COVID-19 dalam kategori
berat dan kritis. Hasil terapi menunjukan perbaikan manifestasi klinis
yang signifikan dalam beberapa hari yaitu demam kembali normal
sehari setelah terapi, oksigenasi membaik pada 75% penderita, dan
perbaikan gambaran lesi opak CT scan pada 90.5% pasien. Penelitian
retrospektif lain di Wuhan menganilis hasil pemberian terapi
tocilizumab pada 15 orang pasien COVID-19 yang mengalami
peningkatan kadar IL-6 2 hingga 90 kali (16.4 sampai 627.1 pg/ml)
dari kadar normal. Setelah terapi, IL-6 serum pada mulanya meningkat
tajam namun kemudian menurun. Peningakatn IL-6 sementara
diperkirakan karena ikatan tocilizumab pada IL-6R menyebabkan
jumlah IL-6 yang tidak berikatan tinggi, dan turunnya mekanisme
clearance IL-6 yang melalui ikatan reseptor. Pada beberapa pasien
COVID-19 yang sangat berat, kadar IL-6 tetap tinggi dan pemberian
ulang tocilizumab berhasil memperbaiki kondisi klinis dibandingkan
kombinasi tocilizumab dengan obat glukoortikoid metilprednisolon.
Meskipun dengan keterbatasan jumlah subyek penelitian, hasil
penelitian ini merekomendasikan pemberian tocilizumab pada pasien
COVID-19 yang memiliki resiko mengalami cytokine storm serta
pemberian ulang tocilizumab pada kondisi klinis yang sangat berat.
Uji klinis tocilizumab masih berlangsung di Cina
(ChiCTR2000029765), Italia (NCT04317092). Sedangkan uji klinis
sarilumab, obat anti IL-R lain juga berlangsung di Amerika
(NCT04315298).

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 126


Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan
Perhimpunan Reumatologi Indonesia atau Indonesian Rheumatology
Association (IRA) memasukkan dan merekomendasikan tocilizumab
dalam terapi COVID-19. BPOM merekomedasikan dosis 400 mg (4-
8 mg/kg BB). Pemberian ulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama
diberikan jika pemberian dosis pertama tidak efektif. Pemberian tidak
melebihi dua kali dosis 400 mg atau satu kali dosis tunggal 800 mg.
IRA sebagai wadah organisasi dokter ahli yang berpengalaman dalam
menggunakan tocilizumab pada penyakit reumatik autoimun
membuat dan merekomendasikan protokol baku pemberian
tocilizumab (Actemra) secara intravena. Pada protokol ini,
Actemra injeksi 20 ml yang mengandung 400 mg tocilizumab
dilarutkan dengan NaCl 0.9% 100 ml untuk diberikan melalui infus.

Evaluasi Terapi Tocilizumab pada penderita COVID-19


Evaluasi terapi didasarkan pada efek samping tocilizumab dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kematian pada COVID-19.
Penggunaan tocilizumab perlu diwaspadai pada keadaan infeksi berat
atau aktif, hepatotokisitas, resiko hipersensitivitas, penggunaan vaksin
hidup, neutrophil < 500/mm3 dan trombosit <50.000/mm. Sedangkan
faktor-faktor yang berkorelasi dengan kematian penderita COVID-19
di Wuhan meliputi usia, limfopenia, leukositosis, peningkatan kadar
alanine transferase (ALT), laktat dehydrogenase (LDH), high
sensitivity cardiac troponin I, creatin kinase (CK), d-dimer, ferritin
serum, IL-6 serum, waktu prothrombin, kreatinin dan prokalsitonin.
Oleh karena itu pemeriksaan penunjang biomarker ini perlu dilakukan
pra- dan pasca- terapi tocilizumab jika memungkinkan untuk

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 127


monitoring efek samping obat dan perbaikan klinis penyakit COVID-
19.

Daftar Pustaka:
Cascella, M., Rajnik, M., Cuomo, A., Dulebohn, S. C., & Di Napoli,
R. (2020). Features, evaluation and treatment coronavirus
(COVID-19). In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing.
Dhama, K., Sharun, K., Tiwari, R., Dadar, M., Malik, Y. S., Singh, K.
P., & Chaicumpa, W. (2020). COVID-19, an emerging
coronavirus infection: advances and prospects in designing
and developing vaccines, immunotherapeutics, and
therapeutics. Human Vaccines & Immunotherapeutics, 1-7.
Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (Eds.). (2015). Basic & clinical
pharmacology (pp. 619-20). New York: McGraw-Hill
Education.
Hilal-Dandan, R., & Brunton, L. (2013). Goodman and Gilman
Manual of Pharmacology and Therapeutics, 2 (pp. 852-854).
McGraw Hill Professional, Philadelphia..
Dong, L., Hu, S., & Gao, J. (2020). Discovering drugs to treat
coronavirus disease 2019 (COVID-19). Drug discoveries &
therapeutics, 14(1), 58-60.
Al-Tawfiq, J. A., Al-Homoud, A. H., & Memish, Z. A. (2020).
Remdesivir as a possible therapeutic option for the COVID-
19. Travel Medicine and Infectious Disease.
PERDAFKI. (2020). Kajian farmakoterapi pengobatan COVID-19.
Cai, Q., Yang, M., Liu, D., Chen, J., Shu, D., Xia, J., ... & Shen, C.
(2020). Experimental treatment with favipiravir for COVID-
19: an open-label control study. Engineering.
Khalili, J. S., Zhu, H., Mak, A., Yan, Y., & Zhu, Y. (2020). Novel
coronavirus treatment with ribavirin: Groundwork for

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 128


evaluation concerning COVID‐19. Journal of Medical
Virology.
Blaising, J., Polyak, S. J., & Pécheur, E. I. (2014). Arbidol as a broad-
spectrum antiviral: an update. Antiviral research, 107, 84-94.
Chen, C., Huang, J., Cheng, Z., Wu, J., Chen, S., Zhang, Y., ... & Yin,
P. (2020). Favipiravir versus Arbidol for COVID-19: a
randomized clinical trial. medRxiv.
Frie, K. Gbnigie, K. (2020). chloroquine and Hydroxychloroquine :
Current Evidence for Their Effectiveness in Treating COVID-
19. The Centre for Evidence-Based Medicine develops,
promotes and disseminates better evidence for healthcare.
diunduh dari https://www.cebm.net/COVID-19/klorokuine-
and-hydroxyklorokuine-current-evidence-for-their-
effectiveness-in-treating-COVID-19/
Bergman, SJ. (2020). Treatment of Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) : Investigational Drugs and Other Therapies.
Medscape. diunduh dari :
https://emedicine.medscape.com/article/2500116-overview
Fu, B., Xu, X., & Wei, H. (2020). Why tocilizumab could be an
effective treatment for severe COVID-19?. Journal of
Translational Medicine, 18(1), 1-5.
Zhang, W., Zhao, Y., Zhang, F., Wang, Q., Li, T., Liu, Z., ... & Zeng,
X. (2020). The use of anti-inflammatory drugs in the
treatment of people with severe coronavirus disease 2019
(COVID-19): The experience of clinical immunologists from
China. Clinical Immunology, 108393.
Zhang, C., Wu, Z., Li, J. W., Zhao, H., & Wang, G. Q. (2020). The
cytokine release syndrome (CRS) of severe COVID-19 and
Interleukin-6 receptor (IL-6R) antagonist Tocilizumab may be
the key to reduce the mortality. International Journal of
Antimicrobial Agents, 105954.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 129


Indonesian Rheumatology association (IRA). Pemberian Tocilizumab
(@Actemra) Pada Penyakit Inflamasi Dengan Badai Sitokin.
163/PBIRA/IV/2020.14 April 2020.
Lee, D. W., Gardner, R., Porter, D. L., Louis, C. U., Ahmed, N.,
Jensen, M., ... & Mackall, C. L. (2014). Current concepts in
the diagnosis and management of cytokine release syndrome.
Blood, The Journal of the American Society of Hematology,
124(2), 188-195.
Qin, C., Zhou, L., Hu, Z., Zhang, S., Yang, S., Tao, Y., ... & Tian, D.
S. (2020). Dysregulation of immune response in patients with
COVID-19 in Wuhan, China. Clinical Infectious Diseases
Zhou, F., Yu, T., Du, R., Fan, G., Liu, Y., Liu, Z., ... & Guan, L.
(2020). Clinical course and risk factors for mortality of adult
inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective
cohort study. The Lancet.
Tanaka, T., Narazaki, M., & Kishimoto, T. (2011). Anti-interleukin-6
receptor antibody, tocilizumab, for the treatment of
autoimmune diseases. FEBS letters, 585(23), 3699-3709.
Xu, X., Han, M., Li, T., Sun, W., Wang, D., Fu, B., ... & Zhang, X.
(2020). Effective treatment of severe COVID-19 patients with
tocilizumab. ChinaXiv, 202003(00026), V1.
Luo, P., Liu, Y., Qiu, L., Liu, X., Liu, D., & Li, J. (2020). Tocilizumab
treatment in COVID‐19: a single center experience. Journal
of Medical Virology.
Badan pengawas obat nasional (BPOM). Informatorium Obat
COVID-19 di Indonesia. Maret 2020. Available at
http://online.flipbuilder.com/tbog/-infi/mobile/index.html.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 130


COVID-19 dan Tatalaksana pada Anak
Lisa Adhia Garina

Peneliti di Cina melaporkan CoV baru (2019-nCoV) yang


diidentifikasi dari pasien yang dirawat di rumah sakit di Wuhan, Cina,
pada Desember 2019 dan Januari 2020. Sampel dari beberapa pasien
pneumonia dengan penyebab yang awalnya belum diketahui tersebut
berkaitan dengan pasar grosir makanan laut di Wuhan dan didapatkan
beta coronavirus yang sebelumnya tidak dikenal berdasar atas hasil
sequencing sel epitel saluran napas.
Coronavirus 2019 atau COVID-19 secara resmi dinamai oleh
World Health Organization (WHO) pada 11 Februari 2020. Penyakit
COVID-19 merupakan sindrom pernapasan akut berat disebabkan
oleh coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang sebelumnya dikenal sebagai
2019-nCoV yang merupakan coronavirus ketujuh. Sebelas Maret
2020 WHO menetapkan penyakit tersebut sebagai pandemik.
Pandemik penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) menyerang
ratusan bahkan ribuan orang di seluruh dunia, tetapi didapatkan data
jarang mengenai anak dan sebagian besar anak yang terkonfirmasi
COVID-19 mendapatkannya dari keluarga. Berdasar atas 72.314
subjek di Cina, hanya ditemukan 2% dari 44.672 kasus terkonfirmasi
COVID-19 adalah anak usia 0‒19 tahun, dan 0,9% di bawah usia 10
tahun. Data dari Italia yang dipublikasi pada 18 Maret 2020
melaporkan hanya 1,2% dari 22.512 kasus adalah anak. Berdasar atas
4.226 kasus terdeteksi COVID-19 di Amerika Serikat sampai 16
Maret 2020, terdapat 5% anak dan hanya 1% yang memerlukan
perawatan di rumah sakit.
Dampak lain dari epidemik COVID-19 pada anak juga
menyebabkan hampir 90 persen pelajar di seluruh negara terkena
aturan penutupan sekolah yang berefek pada lebih dari 1,5 juta anak
dan dewasa muda.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 131


Manifestasi klinis dan Diagnosis
Lebih dari 90% dari 2.143 anak yang terkonfirmasi laboratorium atau
terdiagnosis COVID-19 adalah asimtomatis, sakit ringan, atau sedang.
Hanya 5,2% yang sakit berat dan 0,6% sakit kritis. Prevalensi sakit
berat dan kritis pada anak usia <1 tahun 10,6%; 1‒5 tahun 7,3%; 6‒10
tahun 4,2%; 11‒15 tahun 4,1%; dan 16‒17 tahun adalah 3%.
Berdasar atas panduan klinis tata laksana COVID-19 pada anak
dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) klasifikasi status anak yang
dicurigai COVID-19 adalah:
a. Orang dalam pemantauan (ODP)
Anak yang demam (≥38°C) ATAU riwayat demam ATAU gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk,
tanpa gejala pneumonia DAN tidak ada penyebab lain berdasar atas
gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari hari terakhir
sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu riwayat berikut:
- memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal;
- memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal
di Indonesia.
b. Pasien dalam Pengawasan (PDP)
Terdapat 3 definisi untuk PDP sebagai berikut:
1. anak yang mengalami demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti:
batuk/pilek/nyeri tenggorokan/pneumonia ringan hingga berat
(berdasar atas gejala klinis dengan atau tanpa pemeriksaan
radiologis) DAN tidak ada penyebab lain berdasar atas
gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari hari
terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu riwayat
berikut:
- memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal;.
- memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi
lokal di Indonesia.
2. anak dengan demam (≥38°C) atau riwayat demam atau ISPA
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 132


riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-
19
3. anak dengan gejala ISPA berat atau pneumonia berat* di area
transmisi lokal di Indonesia yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasar atas
gambaran klinis yang meyakinkan.
*Kriteria pneumonia berat: pasien anak dengan batuk atau
kesulitan bernapas ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
- takipnea: <2 bulan: ≥60x/menit; 2–11 bulan: ≥50x/menit; 1–
5 tahun: ≥40x/menit; >5 tahun: ≥30x/menit;
- distres pernapasan berat (seperti grunting/merintih, head
bobbing, stridor, retraksi);
- sianosis sentral atau SpO2 <90%;
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
c. Kasus Probabel
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi
inkonklusif (tidak dapat disimpulkan).
d. Kasus Konfirmasi
Anak yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan
laboratorium positif.

Selain klasifikasi status anak terkait dengan riwayat berpergian atau


tinggal di negara terjangkit maupun area dengan transmisi lokal di
Indonesia, anak juga perlu diklasifikasikan statusnya dalam kaitannya
dengan riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19 atau PDP.

e. Definisi kontak erat adalah anak yang melakukan kontak fisis atau
berada dalam ruangan atau berkunjung dalam radius 1-meter
selama minimal 15 menit dengan PDP, kasus probabel atau kasus
konfirmasi dalam 2 hari sebelum kasus (sumber penularan) timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Anak yang
termasuk kontak erat adalah:
- anak yang tinggal serumah atau berada dalam satu ruangan
(termasuk kelas, pertemuan masal, tempat penitipan anak, dsb.)

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 133


dengan kasus dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala;
- anak yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan kasus
menggunakan segala jenis alat transportasi/kendaraan dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.

Kontak erat dikategorikan menjadi 2, yaitu


1. kontak erat risiko rendah: bila kontak dengan kasus PDP;
2. kontak erat risiko tinggi: bila kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel.

Diagnosis COVID-19:
a. Anamnesis
Manifestasi klinis COVID-19 pada anak sangat bervariasi dari
yang asimtomatik sampai menunjukkan gejala sesak yang berat.
Pada anamnesis, tanyakan:
1. gejala:
- gejala sistemik: demam, malaise, fatigue, nyeri kepala,
mialgia;
- gejala saluran pernapasan: batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
hidung tersumbat, sesak napas;
- gejala lain: diare, mual, muntah.

Perbedaan gejala COVID-19 dengan penyakit saluran pernafasan lain


dan perbedaan tanda dan gejala COVID-19 pada anak dan dewasa,
dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 134


Tabel 1 Perbedaan Gejala Flu, Common Cold, Alergi, dan COVID-19

Perbedaan Gejala Flu vs. Common Cold vs. Alergi vs. COVID-19
Gejala COVID-19 FLU Common Alergi
cold

Demam sangat sangat jarang tidak


sering sering pernah
Batuk sangat sangat terkadang terkadang
sering sering
Nyeri tenggorokan sering sering terkadang terkadang
Mialgia sering sangat terkadang tidak
sering pernah
Lemas sering sangat jarang tidak
sering pernah
Sakit kepala terkadang sangat jarang sering
sering
Runny nose terkadang terkadang sangat sangat
sering sering
Mual/muntah terkadang sangat jarang tidak
sering pernah
Diare terkadang sering jarang tidak
pernah
Sesak kasus berat pneumonia tidak tidak
pernah pernah
Kehilangan terkadang tidak pernah tidak tidak
penghidu/perasa pernah pernah

Sumber: Stanford Medicine

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 135


Tabel 2 Perbedaan Tanda dan Gejala COVID-19 Terkonfirmasi
Laboratorium COVID-19 di Amerika Serikat

Tanda/Gejala Persentase Tanda/Gejala


Anak Dewasa
Demam, batuk, 73 93
atau sesak 56 71
- Demam 54 80
- Batuk 13 43
- Sesak
Mialgia 23 61
Runny nose 7,2 6,9
Nyeri tenggorokan 24 35
Sakit kepala 28 58
Mual/muntah 11 16
Nyeri perut 5,8 12
Diare 13 31
Sumber: CDC COVID-19 Response Team

2. faktor risiko:
- kontak erat dengan PDP, kasus probabel, atau kasus
terkonfirmasi COVID-19;
- tinggal atau bepergian ke negara atau area terjangkit.
b. Pemeriksaan fisis
tergantung pada derajat keparahan penyakit, pada pemeriksaan
dapat ditemukan tanda berikut:
- kesadaran: kompos mentis sampai penurunan kesadaran;
- desaturasi (SaO2<92%);
- tanda utama: demam dan peningkatan laju napas sesuai
dengan kriteria WHO;
- napas cuping hidung;
- sianosis;
- retraksi subkostal dan/atau interkostal;
- suara paru: ronki, wheezing;
- lain-lain: pembesaran tonsil.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 136


c. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
- darah rutin lengkap: pada fase awal dapat ditemukan
leukosit meningkat, normal, atau leukopenia disertai
limfopenia. Pada beberapa kasus didapatkan
trombositopenia;
- CRP: normal atau meningkat sementara;
- Prokalsitonin: normal atau meningkat pada fase lanjut;
- untuk menilai komplikasi lakukan pemeriksaan fungsi hati,
fungsi ginjal, laktat, AGD, elektrolit, glukosa, HIV, dan
pemeriksaan lain atas indikasi.
2. Pencitraan
1. Foto toraks:
- pada ODP dan PDP tanpa pneumonia tidak rutin
dilakukan, bergantung pada kondisi pasien dan penilaian
dari klinisi;
- dilakukan pada PDP pneumonia, kasus probabel, dan kasus
konfirmasi;
- hasil: sesuai gambaran pneumonia ringan sampai berat;
- dapat ditemukan efusi pleura.
2. CT-scan toraks
- dapat dilakukan jika terindikasi dan kondisi
memungkinkan (pertimbangkan risiko penularan akibat
membawa pasien ke ruang CT-scan);
- pada tahap awal didapatkan gambaran multiple small
plaques dan interstitial changes, terutama di daerah
perifer. Pada kondisi lanjut dapat ditemukan bilateral
multiple ground-glass opacity dan/atau infiltrate;
- konsolidasi paru dapat ditemukan pada kasus yang berat.
3. Pemeriksaan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 dengan
metode RT-PCR dan sequencing
- spesimen yang dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologi
adalah swab nasofaring dan sputum serta serum. Bila
memungkinkan: bilasan bronkus, bronchoalveolar
lavage, dan bila menggunakan tube endotrakeal dapat
berupa aspirat endotrakeal;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 137


- pengambilan spesimen nasofaring dan serum:
Perlu koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk
penyediaan viral transpor media (VTM) dan cara
pengirimannya.
4. Pemeriksaan Rapid test
Pemeriksaan Rapid test harus berhati-hati dalam
menginterpretasikan hasilnya dengan memperhatikan waktu
kontak dan timbulnya gejala mengingat negatif palsu/false
negative yang tinggi. Perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan
untuk mengkonfirmasi diagnosis.
5. Pemeriksaan lain yang terindikasi sesuai kondisi pasien.
Hasil interpretasi tes berdasar atas pemeriksaan PCR, IgM, dan IGG
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kondisi klinis Pasien Berdasar atas Hasil Serologi


IgM/IgG

Hasil tes Kondisi klinis


RT- IgM IgG
qPCR
+ - - dalam masa window period
+ + - dalam fase awal infeksi
+ + + dalam fase aktif infeksi
+ - + dalam fase akhir atau infeksi berulang
- + - dalam fase awal infeksi. Hasil RT-qPCR
kemungkinan negatif palsu/false negative
- - + Infeksi lampau, dimasa penyembuhan
- + + dalam fase penyembuhan, atau hasil RT-
qPCR kemungkinan negatif palsu/false
negative
Sumber: Diazyme Laboratories

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 138


d. Klasifikasi klinis PDP
Berdasar atas anamnesis, pemeriksaan fisis dan hasil pemeriksaan
penunjang, PDP dapat diklasifikasikan menjadi asimtomatik, ISPA
atas, pneumonia, dan kasus kritis.

Alur Tata Laksana

Tinggal atau perjalanan dari negara terjangkit/area dengan transmisi


lokal COVID-19 di Indonesia

Gejala

Asimtomatik Demam/riwayat demam Demam/riwayat demam Pneumonia


tanpa gejala ATAU ISPA atas DAN ISPA atas
Tanpa pneumonia
Bukan ODP PDP dengan pneumonia
ODP
atau PDP PDP tanpa pneumonia
Swab hari ke‒1
Isolasi di rumah* Swab hari ke‒1 Swab hari ke‒1 dan 2
dan 2 dan 2
Pemantauan** Isolasi di rumah sakit***
Isolasi di rumah* Isolasi di rumah*

Pemantauan** Pemantauan**

Gambar 1 Alur Tata Laksana COVID-19 berdasar atas Riwayat


Tinggal atau Bepergian.
Sumber: IDAI
Keterangan:
*Isolasi di rumah selama 14 hari dengan menggunakan masker dan tetap
menerapkan PHBS, memperhatikan lingkungan yang child friendly (ramah
anak) dan asupan nutrisi yang cukup.
**Dicatat dan dilaporkan ke dinas kesehatan/fasilitas kesehatan setempat.
***Jika fasilitas di RS rujukan tidak mencukupi dan RS nonrujukan tidak
mempunyai ruang isolasi tekanan negatif, pasien dirawat di RS nonrujukan
dengan ketentuan sebagai berikut: jika memungkinkan satu pasien dirawat di
satu ruangan. Jika tidak memungkinkan pasien dirawat dengan sistem
kohorting.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 139


Alur Tata Laksana…..lanjutan

Anak Kontak

Kontak dengan kasus Kontak Kontak Kontak


konfirmasi COVID-19 dengan PDP dengan PDP dengan ODP

Anak tanpa Anak dengan demam/riwayat Anak dengan Kontak erat Bukan ODP,
gejala demam ATAU ISPA atas pneumonia risiko rendah bukan PDP
tanpa pneumonia
Isolasi di Pemantauan
Kontak erat PDP tanpa PDP dengan rumah jika di rumah
risiko tinggi pneumonia pneumonia tidak ada
indikasi lain
Isolasi di rumah* Isolasi di rumah* Rawat isolasi untuk rawat inap
di rumah sakit**
Swab hari ke‒1 Swab hari ke‒1
dan 14 dan 2 Swab hari ke‒1
dan 2

Gambar 2 Alur Tata Laksana COVID-19 berdasar atas Kontak


dengan Kasus.
Sumber: IDAI
Keterangan:
*Isolasi di rumah selama 14 hari dengan menggunakan masker dan tetap
menerapkan PHBS, memperhatikan lingkungan yang child friendly (ramah
anak) dan asupan nutrisi yang cukup.
**Jika fasilitas di RS rujukan tidak mencukupi dan RS nonrujukan tidak
mempunyai ruang isolasi tekanan negatif, pasien dirawat di RS nonrujukan
dengan ketentuan sebagai berikut: jika memungkinkan, satu pasien dirawat
di satu ruangan. Jika tidak memungkinkan pasien dirawat dengan sistem
kohorting.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 140


Komorbiditas
Berdasar atas 171 anak yang terkonfirmasi selama perawatan, hanya 3
pasien yang di rawat di Intensive Care Unit (ICU) dengan ventilator
mekanik dan semuanya disertai komorbid seperti hidronefrosis,
leukemia yang mendapatkan kemoterapi, dan intususepsi.

Prognosis
Berdasar atas penelitian terkini didapatkan bahwa penyakit COVID-
19 pada anak lebih ringan dibanding dengan dewasa sehingga
prognosis dan angka mortalitasnya rendah. Penelitian pada 171 anak
yang didiagnosis dan dirawat di rumah sakit antara bulan Januari dan
26 Pebruari 2020, sebanyak 87,1% mendapatkan rawat jalan pada 8
maret 2020. Penelitian mendapatkan sebagian kasus anak di luar
Provinsi Hubei sembuh dalam 1‒2 minggu.
Penyakit Coronavirus 2019 gejalanya lebih ringan pada anak
dibanding dengan dewasa karena beberapa kemungkinan, yaitu: anak
terutama usia lebih kecil cenderung lebih sering terkena infeksi virus.
Paparan infeksi virus berulang mendukung sistem kekebalan tubuh
lebih kuat ketika merespons infeksi SARSCoV-2 karena kadar
antibodi untuk melawan virus lebih tinggi dibanding dengan dewasa.
Pendapat lain menyatakan bahwa SARS-CoV-2 S protein mengikat
angiotensin-converting enzyme II (ACE 2) sebagai reseptor dan pada
usia anak lebih terlindungi terhadap SARS-CoV-2 karena enzim ini
kurang matang. Pada anak sensitivitas terhadap COVID-19 lebih
rendah karena maturitas dan fungsinya masih rendah dibanding
dengan dewasa. Sistem kekebalan akan mengalami perubahan
substansial dari lahir hingga dewasa.

Daftar Pustaka
Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, dkk. A novel
coronavirus from patients with pneumonia in China, 2019. N
Engl J Med. 2000;382(8):727‒33.
World Health Organization (WHO).Coronavirus disease 2019
(COVID-19) situation report–77; 2020 [diunduh 14 April

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 141


2020]. Tersedia dari: https://www.who.int/emergencies-
/diseases/novel coronavirus2019/situation-reports
Ludvigsson JF. Systematic review of COVID-19 in children shows
milder cases and a better prognosis than adults. Acta
Paediatrica. 2020;00:1–8.
UKK Respirologi, UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, UKK Emergensi
dan Rawat Intensif Anak-Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Panduan klinis tata laksana COVID-19 pada anak, Edisi ke‒2,
Jakarta: IDAI, 2020.
Stanford Medicine. Scope; 2020 [diunduh 14 April 2020]. Tersedia
dari: http://copeblog.stanford.edu/2020/04/15/stanfordmed
students-use-artistic-talents-to-combatcovid/
CDC COVID-19 Response Team. Coronavirus disease 2019 in
children‒United States, February 12–April 2, 2020 [diunduh 15
April 2020]. Tersedia dari: https:/-/www.cdc.gov/mmwr
Diazyme Laboratories; 2020 [diunduh 15 April 2020]. Tersedia dari:
http://www.diazyme.com/covid-19-antibody-tests
Lu X, Zhang L, Du H, Zhang J, Li YY, Qu J, dkk. SARS-CoV-2
infection in children. Correspondence.N Engl J Med.2020:1‒3.
Cao Q, Chen Y-C, Chen C-L, Chiu C-H. SARS-CoV-2 infection in
children: Transmission dynamics and clinical characteristics. J
Formos Med Assoc. 2020;119:670‒3.
Dong Y, Mo X, Hu Y, Qi X, Jiang F, Jiang Z, dkk. Epidemiology of
COVID-19 Among Children in China. Pediatrics.
2020;145(6):1‒12.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 142


COVID-19 dan Lansia
Alya Tursina

Pandemi COVID-19 yang dimulai pada akhir 2019 telah menciptakan


kecemasan dan kebingungan secara luas di seluruh dunia. Masyarakat
medis dan non-medis dituntut untuk dapat beradaptasi secara cepat
dengan berbagai perubahan dalam prosedur perawatan kesehatan
untuk meminimalkan efek pandemi ini. Pasien yang memiliki
komorbid atau risiko tinggi terhadap infeksi COVID-19, seperti pasien
dengan usia lanjut, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, gangguan
pernapasan, dan pemakaian imunosupresan jangka panjang.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1998, Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun ke atas. Indonesia berkontribusi secara signifikan terhadap
pertumbuhan lansia di seluruh dunia. Indonesia diperkirakan akan
mengalami “elderly population boom” pada 2 dekade awal abad ke-
21. Badan Pusat Statistika memproyeksikan pada tahun 2045
Indonesia akan memiliki sekitar 63,31 juta lansia atau hampir
mencapai 20 persen populasi. Bahkan, proyeksi PBB juga menyatakan
bahwa persentase lansia Indonesia akan mencapai 25 persen pada
tahun 2050 atau sekitar 74 juta lansia.
Lansia dapat mengalami perubahan fisik dan perubahan
psikologis karena proses degeneratif. Menua adalah suatu proses
kehilangan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normal
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-
menerus (berlanjut) secara alamiah. Sejauh ini, virus Corona terlihat
lebih sering menyebabkan infeksi berat dan kematian pada orang
lanjut usia (lansia) disbanding dengan orang dewasa atau anak. Jumlah

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 143


penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus Corona pada lansia
setiap harinya terus meningkat.

Perubahan pada Lansia dan hubungannya dengan infeksi virus


Corona
1. Sistem Respirasi
Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, aktivitas silia
menurun, paru-paru dan bronkus kehilangan elastisitas, oksigen arteri
menurun, serta kemampuan refleks batuk berkurang. Pada proses
penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total tetap,
tetap volume cadangan paru bertambah untuk kompensasi kenaikan
ruang paru dan udara yang mengalir ke paru berkurang.6Sebagian
besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-gejala
pada sistem respirasi seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam,
ditambah salah satu dari gejala:
1. frekuensi pernapasan >30x/menit;
2. distres pernapasan berat; atau
3. saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.
Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.

2. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi adalah penyebab utama periodontal disease yang
terjadi setelah usia 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, manis, pahit, esoafgus
melebar, rasa lapar menurun motilitas dan waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya muncul konstipasi
ataupun diare.
Sejumlah pasien COVID-19 mengalami gejala saluran
pencernaan (seperti sakit perut dan diare) karena infeksi virus
langsung dari mukosa usus atau obat antivirus dan anti-infeksi. SARS-
CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasar atas hasil

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 144


biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Terdapat laporan
bahwa keseimbangan mikroekologi usus telah rusak pada pasien
COVID-19 yang termanifestasi dalam penurunan signifikan probiotik
usus seperti laktobasilus dan bifidobakterium. Ketidakseimbangan
mikroekologi usus dapat menyebabkan translokasi bakteri dan infeksi
sekunder sehingga penting untuk mempertahankan keseimbangan
mikroekologi usus dengan modulator mikroekologi dan dukungan
nutrisi. Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada 23% pasien yang
dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses walaupun sudah tidak
terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini menguatkan
dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral.

3. Sistem imun
Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika
masih muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia) rentan
terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan
oleh virus Corona. Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam
infeksi SARS-CoV. Efek sitopatik virus dan kemampuannya
mengalahkan respons imun menentukan keparahan infeksi.
Disregulasi sistem imun kemudian berperan dalam kerusakan jaringan
pada infeksi SARS-CoV-2. Respons imun yang tidak adekuat
menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain,
respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
jaringan.
Perbedaan profil imunologi antara kasus COVID-19 ringan
dan berat dapat dilihat dari satu penelitian di China. Penelitian tersebut
mendapatkan hitung limfosit yang lebih rendah, leukosit dan rasio
neutrofil-limfosit yang lebih tinggi, serta persentase monosit,
eosinofil, dan basofil yang lebih rendah pada kasus COVID-19 yang
berat. Sitokin proinflamasi, yaitu TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8 dan penanda
infeksi seperti prokalsitonin, ferritin, dan C-reactive protein juga
didapatkan lebih tinggi pada kasus klinis berat. Sel T helper, T

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 145


supresor, dan T regulator ditemukan menurun pada pasien COVID-19
dengan kadar T helper dan T regulator yang lebih rendah pada kasus
berat. Laporan kasus lain pada pasien COVID-19 dengan ARDS juga
menunjukkan penurunan limfosit T CD4 dan CD8. Limfosit CD4 dan
CD8 tersebut berada dalam status hiperaktivasi yang ditandai dengan
proporsi fraksi HLA-DR+CD38+ yang tinggi. Limfosit T CD8
didapatkan mengandung granula sitotoksik dalam konsentrasi tinggi
(31,6% positif perforin, 64,2% positif granulisin, serta 30,5% positif
granulisin dan perforin). Selain itu ditemukan pula peningkatan
konsentrasi Th17 CCR6+ yang proinflamasi.
ARDS merupakan penyebab utama kematian pada pasien
COVID-19. Penyebab ARDS pada infeksi SARS-CoV-2 adalah badai
sitokin, yaitu respons inflamasi sistemik yang tidak terkontrol akibat
pelepasan sitokin proinflamasi dalam jumlah besar meliputi IFN-α,
IFN-γ, IL-1β, IL-2, IL-6, IL-7, IL-10 IL-12, IL-18, IL-33, TNF-α, dan
TGFβ serta kemokin dalam jumlah besar (CCL2, CCL3, CCL5,
CXCL8, CXCL9, dan CXCL10) granulocyte-colony stimulating
factor, interferon-γ- inducible protein 10, monocyte chemoattractant
protein 1, dan macrophage inflammatory protein 1 alpha juga
didapatkan peningkatan. Respons imun yang berlebihan ini dapat
menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis sehingga terjadi disabilitas
fungsional.
Selain itu, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronik,
seperti penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini dapat
meningkatkan risiko atau bahaya infeksi virus Corona. Pasien kanker
dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang
berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi
sel dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga
mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit
COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk. Studi Guan
dkk. menemukan bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 146


komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23 pasien
dengan hepatitis B.
Komplikasi yang timbul akibat COVID-19 juga akan lebih
parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit tersebut.
Bukan hanya menyebabkan gangguan pada paru, infeksi virus Corona
juga dapat menurunkan fungsi organ-organ tubuh lainnya sehingga
kondisi penyakit kronik yang sudah dimiliki penderita akan semakin
parah, bahkan sampai mengakibatkan kematian.
Semua orang harus mengikuti petunjuk ini dengan ketat dan
membatasi tatap muka dengan teman dan keluarga, khususnya jika:
1. berusia 60 tahun ke atas;
2. memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes
melitus, hipertensi, kanker.

Pedoman Penanganan Cepat COVID-19 pada Lansia di Indonesia

Upaya Kebersihan Personal dan Rumah


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu
mencegah persebaran virus pernapasan, yaitu menjaga kebersihan
diri/personal dan rumah dengan cara:
1. mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20
detik atau menggunakan hand sanitizer, serta mandi atau
mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya rumah atau di
tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau
bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan;
2. hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci;
3. jangan berjabat tangan;
4. hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala
sakit;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 147


5. tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas dan ketiak
atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan
segera cuci tangan
6. segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
berpergian;
7. bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-
benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan
perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.

Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan Komorbid


Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga sistem
imunitas diri merupakan hal yang penting, terutama untuk
mengendalikan penyakit penyerta (komorbid). Terdapat beberapa hal
yang dapat meningkatan imunitas diri pada orang yang terpapar
COVID-19, yaitu sebagai berikut:
1. konsumsi gizi seimbang;
2. aktifitas fisik/senam ringan;
3. istirahat cukup;
4. suplemen vitamin;
5. tidak merokok;
6. mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi,
kanker).

Pembatasan Interaksi Fisik untuk Individu (Physical


contact/physical distancing)
WHO mengubah istilah dengan jarak fisik atau physical distancing
secara sengaja karena ingin agar orang-orang tetap terhubung. Virus
corona diketahui penyebaran utamanya melalui tetesan pernapasan,
terutama saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin oleh karena itu,
menjaga jarak fisik yang aman dianjurkan untuk mengurangi
penularan. WHO merekomendasikan menjaga jarak lebih dari 1 meter
dari orang lain. Langkah Organisasi Kesehatan Dunia, WHO

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 148


mengganti istilah social distancing dengan physical distancing disebut
sebagai hal yang tepat dan disetujui para ahli. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1. tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-
tempat umum, jika terpaksa berada di tempat umum gunakanlah
masker.
2. tidak menyelenggarakan kegiatan/pertemuan yang melibatkan
banyak peserta (mass gathering).
3. hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar negeri;
4. hindari berpergian ke tempat-tempat wisata;
5. mengurangi berkunjung ke rumah kerabat/teman/saudara dan
mengurangi menerima kunjungan/tamu;
6. mengurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja. Saat benar-
benar butuh, usahakan bukan pada jam ramai;
7. menerapkan work from home (WFH);
8. jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter (saat mengantri,
duduk di bus/kereta);
9. untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di
rumah;
10. untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.

Menerapkan Etika Batuk dan Bersin


Jika terpaksan harus bepergian atau mengalami batuk dan bersin di
tempat umum sebaiknya adalah:
1. menggunakan masker
2. saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu langsung buang tisu ke
tempat sampah dan segera cuci tangan dengan antiseptik;
3. jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas
dan ketiak.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 149


Pembatasan Sosial untuk penduduk atau Wilayah (Social
Distancing)
Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk
dalam suatu wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua
orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit. Pembatasan sosial
berskala besar bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit di
wilayah tertentu meluas. Pembatasan sosial berskala besar paling
sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan
kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan dengan
meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan
tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan
transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical
distancing) yang dapat dilakukan dengan cara:
1. dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur
jarak terdekat sekitar 1-2 meter, tidak bersalaman, tidak
berpelukan dan berciuman;
2. hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebaiknya hindari jam sibuk ketika
berpergian;
3. hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan
bersama;
4. gunakan telepon atau layanan daring untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya;
5. jika sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
tinggal satu rumah dengan mereka maka hindari interaksi
langsung dengan mereka.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 150


Daftar Pustaka
Tugasworo D. Rekomendasi pelayanan neurologi di Indonesia terkait
pandemik COVID-19, Perdossi, Jakarta, April 2020.
Kementerian Kesehatan RI “Data dan informasi profil kesehatan
Indonesia 2016,” diambil dari Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2017.
Badan Pusat Statistik: “Statistik lanjut usia,” diambil dari Statistik
penduduk lanjut usia, 2018 hal. 13–15.
Saputri R.E, Purwoko, Y. “Pelatihan Senam Lansia Menpora Pada
Kelompok,” Jurnal Media Medika Muda Volume 4 No 4,
Oktober 2015 hal. 1418–24.
Muhith, A, Sundu, S. Pendidikan keperawatan gerontik. CV Andi
Offset, 2016.
Jin, K. “Modern biological theories of aging,” Aging and Disease,
Journal Aging and Disease 1(2), Oktober 2010, hal. 72–74. doi:
10.1093/jn/119.6.952. Diunduh dari https://www.-
ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2995895/
Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for
gastrointestinal infection of SARS-CoV-2. Journal
Gastroenterology. 2020; DOI: 10.1053/j.gastro.2020.02.055.
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CV, Santoso WD, Yulianti M,
Herikurniawan, dkk : Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
literatur terkini. Jurnal penyakit dalam Indonesia, Maret 2020
Vol. 7, No.1.
Adisasmito, W. Pedoman penanganan cepat medis dan kesehatan
masyarakat COVID-19 di Indonesia, gugus tugas percepatan
penanganan COVID-19 di Indonesia, Permenkes 9 tahun 2020.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 151


COVID-19 dan Kesehatan Industri
Poernomo

Pemerintah, pengusaha dan organisasi pekerja memiliki peran


penting dalam memerangi pandemi COVID-19 untuk memastikan
kesehatan dan keselamatan pekerja selain untuk mempertahankan
keberlangsungan usaha dan bisnis. Memperhatikan bahwa pandemi
Corona virus disease-19 berdampak pada kesehatan masyarakat
pekerja serta jutaan orang secara ekonomi dan sosial maka sangat
penting dilakukan pembahasan secara efektif antara organisasi pekerja
dan pengusaha untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
serta mengambil peran aktif dalam mmembuat kebijakan. Selain itu
mengimplementasikan kebijakan tersebut untuk penghindari krisis
dengan mengambil langkah-langkah yang efektif secara cepat di
semua tingkatan.
Penyebaran Corona virus disease-19 sudah meluas di seluruh
penjuru dunia dan telah dinyatakan secara resmi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi global. Oleh karenanya,
diharapkan seluruh pihak dari berbagai aspek harus bekerja sama
untuk menahan penyebaran virus, termasuk di tempat kerja.
Dalam keterangan tertulis yang disampaikan oleh WHO,
dinyatakan beberapa saran bagi para pekerja maupun perusahaan
untuk meminimalisir risiko terinfeksi COVID-19 mulai dari
pencegahan individu hingga tempat kerja.
Pemerintah di berbagai negara di seluruh dunia melakukan
upaya besar-besaran untuk mengendalikannya dengan menghimbau
seluruh masyarakat umum dan pekerja, termasuk perusahaan dan
pemberi kerja, harus berpartisipasi guna meraih keberhasilan dalam
pengendalian pandemi.
Sistem Jaminan Sosial Nasional terasa kurang berperan dalam
memberikan perlindungan sosial pada kelompok rentan termasuk

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 152


buruh atau pekerja, sudah seharusnya pemerintah menggunakan
momentum yang diciptakan oleh pandemi COVID-19 untuk membuat
kemajuan cepat menuju sistem perlindungan sosial yang dibiayai
secara kolektif, komprehensif, dan permanen.

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Tempat Kerja


Pemerintah, pengusaha, dan pekerja semua memiliki peran dalam
menangani krisis COVID-19 dan kolaborasi mereka adalah kuncinya.
Langkah-langkah pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
yang memadai di tempat kerja dapat memainkan peran penting dalam
menahan penyebaran penyakit khususnya penyakit COVID-19,
sekaligus melindungi pekerja dan masyarakat pada umumnya.
Dukungan kebijakan dan bimbingan kepada pemberi kerja atau
pemilik usaha dalam program kesehatan dan keselamatan kerja agar
mereka dapat mengambil tindakan yang efektif dalam
mengidentifikasi, mencegah, mengurangi, dan memperhitungkan
bagaimana mengatasi risiko dan dampak pademi COVID-19 yang
merugikan terhadap pekerja dengan tanggung jawab masing-masing.
1. Tanggung jawab pemilik usaha/majikan selama pandemi
COVID-19 adalah:
1) tertanggung jawab secara menyeluruh untuk memastikan
bahwa semua tindakan pencegahan dan perlindungan yang
praktis diambil untuk meminimalkan risiko kerja (Konvensi
kesehatan dan keselamatan kerja, 1981. No. 155);
2) tertanggung jawab untuk menyediakan, jika diperlukan dan
sejauh yang cukup sederhana, pakaian pelindung dan
peralatan pelindung kerja yang memadai, tanpa
membebankan biaya tersebut kepada pekerja;
3) pemberi kerja bertanggung jawab untuk menyediakan
informasi yang memadai dan pelatihan yang sesuai berupa:
a. konsultasi pekerja pada aspek k3 yang terkait dengan
mereka;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 153


b. menyediakan tindakan untuk penanganan kejadian
kedaruratan(emergency);
c. memberitahukan ke dinas terkait tentang kasus penyakit
akibat kerja.

Hak dan tanggung jawab pekerja selama pandemi Covid-19 adalah:


1. tanggung jawab untuk bekerja sama dalam pemenuhan kesehatan
dan keselamatan kerja seperti yang telah diwajibkan oleh majikan
ataupun perusahaan dengan memperhatikan etika kerja yang
aman dan menggunakan perangkat keselamatan serta alat
pelindung diri dengan benar;
2. melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja, semua
kegiatan K3 pembiayaannya oleh perusahaan dan tidak
melibatkan pengeluaran biaya bagi pekerja;
3. pekerja berhak untuk melapor kepada atasan langsung mereka
dalam situasi apa pun yang mereka miliki dalam keadaan bahaya
yang serius terhadap kehidupan atau kesehatan mereka serta
majikan tidak dapat meminta pekerja untuk kembali bekerja
dalam situasi kerja yang berpotensi bahaya terhadap kesehatan
dan keselamatan;
4. pekerja harus diberitahu dengan cara yang memadai dan tepat
dari potensi bahaya di tempat kerja terhadap kesehatan mereka.

Pengusaha dan pekerja harus mulai melakukan pelaksanaan K3 di


tempat kerjanya untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran
COVID-19 di tempat kerja. Ada beberapa cara sederhana yang dapat
dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tempat kerja
yang tidak memerlukan biaya banyak. Cara-cara tersebut di antaranya
adalah:

1. pastikan tempat kerja bersih dan higienis.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 154


Memastikan setiap permukaan benda ataupun objek yang
sering disentuh oleh pekerja, klien, atau orang lain yang
datang di tempat kerja (mis. permukaan meja dan workstation,
gagang pintu, telepon, keyboard dan benda kerja lainnya)
perlu dibersihkan dengan disinfektan secara teratur karena
kontaminasi dan salah satu cara utama COVID-19 menyebar;

2. promosikan pencucian tangan secara teratur dan menyeluruh


pada semua pekerja, pelanggan, dan setiap tamu yang
berkunjung dengan menyediakan:
1) dispenser pembersih tangan yang disediakan di tempat-
tempat strategis di sekitar tempat kerja dan pastikan
dispenser ini diisi ulang secara teratur;
2) pasang poster cara mencuci tangan yang benar di
samping dispenser pembersih tangan;
3) lakukan promosi cuci tangan ini di setiap
pertemuan/kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
karena mencuci tangan dapat membunuh virus dan
mencegah penyebaran COVID-19 di tempat kerja;
4) pastikan bahwa seluruh staf, pekerja, dan tamu yang
datang ke tempat kerja memiliki akses ke tempat-tempat
cuci tangan dengan sabun dan air.

3. promosikan kebersihan pernapasan yang baik di tempat kerja


1) pasang poster yang mempromosikan kebersihan
pernapasan dan etika batuk pada tempat-tempat strategis
di tempat kerja;
2) lakukan promosi kebersihan pernapasan dan etika batuk
ini di setiap pertemuan/ kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja karena dapat mencegah penyebaran
COVID-19 di tempat kerja;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 155


3) pastikan ketersediaan masker bedah atau kertas tisu bagi
mereka yang menderita pilek atau batuk di tempat kerja
dan sediakan tempat sampah khusus yang tertutup untuk
membuang kertas tisu bekas pakai.

4. jaga jarak fisik interaksi antarpekerja, pelanggan, dan


pengunjung serta langkah-langkah pelaksanaannya untuk
mengurangi risiko:
1) pengorganisasian kerja dengan cara yang memungkinkan
jarak fisik antarpekerja, atau jaga jarak setiap interaksi
antarorang di tepat kerja;
2) jika layak menggunakan panggilan telepon, email, atau
rapat virtual daripada rapat tatap muka; dan
3) memperkenalkan/mengatur sif kerja untuk menghindari
konsentrasi pekerja yang terlalu banyak di fasilitas kerja
pada waktu yang sama.

5. sampaikan dan lakukan pemberitahuan kepada seluruh staf,


pekerja dan setiap tamu yang datang di tempat kerja, jika
mengalami gejala batuk ringan atau demam ringan (37,3° C
atau lebih) maka perlu tinggal di rumah dan menghitung hari
libur kerja tersebut sebagai cuti sakit.

Bahaya Biologi Di Tempat Kerja.


Potensi bahaya biologi adalah bahan biologis yang berada di sekitar
manusia berupa organisme dan mikroorganisme hidup yang
ditemukan di tempat kerja dan dapat memengaruhi kesehatan.
Umumnya diklasifikasikan menurut jenisnya adalah virus, bakteri,
jamur, parasit, binatang, tanaman, dan manusia.
COVID-19 dapat dianggap sebagai penyakit akibat kerja jika
terpajan melalui pekerjaan dan kontak langsung di lingkungan kerja.
Selama sakit dan tidak mampu bekerja sebagai akibat dari kegiatan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 156


yang berhubungan dengan pekerjaan, pekerja harus berhak
mendapatkan perawatan medis dan kompensasi uang tunai,
sebagaimana diatur dalam peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Panduan normatif untuk melindungi pekerja terhadap bahaya
biologis di tempat kerja (kantor) belum diatur dalam konvensi
kesehatan dan keselamatan kerja, hanya disampaikan dalam bentuk
himbauan tindakan preventif sehubungan dengan bahaya biologis
dalam bekerja. Sampai saat ini Badan Standar Kerja Internasional
tidak memasukkan ketentuan yang komprehensif yang secara khusus
berfokus pada perlindungan pekerja atau lingkungan kerja terhadap
bahaya biologis. Para pekerja di beberapa sektor lebih terpajan kepada
bahaya faktor biologis dibanding dengan yang lain, misalnya layanan
kesehatan, pertanian, sanitasi, dan pengelolaan limbah. Pekerja
kesehatan memiliki risiko yang sangat tinggi terhadap pajanan
penyakit menular di tempat kerja seperti COVID-19.
Faktor biologis tertentu harus diakui sebagai penyebab dari
suatu penyakit akibat kerja (okupasi) dalam hal pajanan yang timbul
dari kegiatan kerja. Hubungan langsung penetapan penyakit akibat
kerja dilakukan secara ilmiah (7 langkah diagnosis PAK) antara
paparan terhadap agen biologis yang timbul dari kegiatan kerja dan
penyakit yang dialami oleh pekerja, dianjurkan bahwa penyakit
tersebut diakui sebagai penyakit okupasi untuk tujuan pencegahan,
pencatatan, pelaporan, dan kompensasi.
Pencegahan penyakit yang disebabkan oleh sebagian besar
bahaya biologis sampai saat ini masih ada kesenjangan di bidaang
regulasi. Organisasi (ILO) sedang mempertimbangkan proposal untuk
menetapkan instrumen baru yang menangani semua bahaya biologis
agar standar dan pedoman akan mendukung tujuan utama kebijakan
kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dengan meminimalkan potensi bahaya yang
ada di lingkungan kerja.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 157


Bekerja Dari Rumah
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) menyampaikan kebijakan nasional tentang
penyesuaian sistem kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) selama
merebaknya kasus COVID-19 sebagai pedoman bagi instansi
pemerintah. Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan
COVID-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah dimaksudkan sebagai
pedoman bagi instansi pemerintah dalam pelaksanaan tugas kedinasan
dengan bekerja di rumah/tempat tinggalnya (Work from Home/WFH)
bagi ASN sebagai upaya pencegahan dan meminimalisasi penyebaran
COVID-19.
Bekerja dari rumah atau kerja jarak jauh (telecommuting,
remote working, telework) adalah model atau perjanjian kerja dan
karyawan atau pekerja memperoleh fleksibilitas bekerja dalam hal
tempat dan waktu kerja dengan bantuan teknologi telekomunikasi.
Pegawai perusahaan swasta juga bekerja di rumah atau di
tempat tinggalnya selama pandemi COVID-19 tidak secara jelas diatur
dalam peraturan oleh kementerian terkait.
Uni Eropa telah membuat peraturan telework yang dituangkan
dalam Perjanjian Kerangka Kerja Eropa tentang Telework dan sudah
sebagian besar negara Anggota Uni Eropa telah
mengimplementasikan Perjanjian Kerangka Eropa tentang telework
melalui perjanjian kemitraan yang di antaranya mencakup hak serta
kewajiban pemilik usaha dan pekerja.
Meskipun demikian, selama mengikuti anjuran pemerintah
untuk bekerja di rumah tetap harus memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) seperti di tempat kerja pada umumnya.
Beberapa petunjuk praktis agar bekerja di rumah tetap sehat,
aman, dan efektif.
1. Lingkungan kerja di rumah
Lingkungan kerja yang sesuai di rumah dapat meliputi:

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 158


1) sediakan sebuah ruangan khusus untuk bekerja (idealnya), dan
jika tidak ada dapat juga ruangan di rumah yang
memungkinkan pekerja dapat bekerja dengan nyaman;
a. agar dapat berkonsentrasi dalam bekerja dan
meminimalkan gangguan;
b. agar ada batas antara pekerjaan dan kehidupan rumah
tangga, sebagai tanda bila keluar dari ruangan berarti
meninggalkan pekerjaan;
2) pastikan suhu, kelembapan, dan ventilasi yang memadai;
3) pencahayaan yang memadai (termasuk siang hari) untuk
melakukan tugas secara efisien, akurat, dan dengan cara yang
sehat;
4) koneksi internet dan saluran telepon yang memadai;
5) ada pemeliharaan berkala untuk kerusakan pada peralatan dan
kabel listrik.

2. Tampilan layar komputer dan posisi kerja.


Bekerja dengan DSE (Display screen equipment) yang tidak
memadai dan posisi kerja statis dan cenderung monoton di depan
layar berisiko terjadi gangguan kesehatan dari potensi bahaya
ergonomis, misalnya: kelelahan mata; nyeri dan gangguan
muskuloskeletal; tekanan mental; stres kerja; dan efek kesehatan
yang terkait dengan kurangnya olahraga/sedentarisme (obesitas,
diabetes II, gangguan kardiovaskular, dll.).
Untuk menghindari risiko kesehatan akibat faktor ergonomi
tersebut di antaranya adalah:
1) pekerja harus mengetahui dan mampu mengidentifikasi
risiko dari potensi bahaya tersebut;
2) posisi kepala lurus dengan bahu;
3) saat posisi duduk, upayakan punggung tetap lurus bila perlu
beri tahanan sisi lumbar dan lateral dan kurangi gerakan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 159


berputar untuk mempertahankan postur tubuh yang nyaman
dan netral dengan sendi yang selaras secara alami;
4) sering lakukan istirahat sejenak saat tanda-tanda kelelahan
mata mulai dirasakan dan keluar dari ruang kerja untuk
melihat objek yang jauh atau kedipkan mata beberapa kali;
5) lakukan peregangan secara berkala selama 5-10 menit,
setelah bekerja selama 1 jam atau maksimal 2 jam.

Perlindungan Jaminan Sosial


Dampak pademi COVID-19 sangat dirasakan oleh pekerja sebagai
konsekuensi kebijakan pemerintah pusat maupun daerah dalam
pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan COVID-19, salah
satunya adalah risiko sosial dan ekonomi berupa kehilangan sebagian
atau seluruh pendapatannya. Hal tersebut dikarenakan ketidakhadiran
pekerja di tempat kerja dengan pembatasan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan atau pekerja terpajan penyakit COVID-19.
Pekerja atau buruh yang dikategorikan sebagai Orang Dalam
Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terkait
COVID-19 berdasar atas keterangan dokter sehingga tidak masuk
kerja paling lama 14 hari atau menjalani masa karantina sesuai standar
Kementerian Kesehatan RI maka upahnya dibayarkan secara penuh,
sedangkan bagi pekerja atau buruh yang tidak masuk kerja karena
sakit COVID-19 dan dibuktikan dengan keterangan dokter, maka
upahnya dibayarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan penetapan Infeksi COVID-19 sebagai penyakit yang
dapat menimbulkan wabah maka segala bentuk pembiayaan dalam
rangka upaya penanggulangan dibebankan pada anggaran
Kementerian Kesehatan RI, pemerintah daerah, dan/atau sumber dana
lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BPJS Ketenagakerjaan atau biasa disebut BP Jamsostek
berinisiatif untuk mendonasikan sebagian gaji pegawai mereka untuk
mendukung perjuangan para relawan medis dan nonmedis yang akan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 160


diberikan dalam bentuk Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan
Jaminan Kematian (JKM) maupun APD dan alat kesehatan yang
diperlukan.
Dalam peraturan perundangan yang berlaku, manfaat JKK
sangat lengkap, di antaranya:
1. jika peserta mengalami kecelakaan kerja dan tidak dapat bekerja
untuk sementara waktu, BP Jamsostek akan membayarkan 100%
gajinya untuk 12 bulan dan seterusnya sebesar 50% hingga
sembuh;
2. apabila tenaga medis peserta BP Jamsostek yang bekerja untuk
merawat langsung pasien COVID-19 dan dirinya meninggal
dunia atau mengalami cacat total tetap akibat terinfeksi virus
tersebut maka ahli waris akan mendapatkan santunan JKK
sebesar 48 kali upah yang dilaporkan.
Lalu, di manakah peran dan fungsi BPJS Ketenagakerjaan (BP
Jamsostek) di saat wabah COVID-19 bagi pekerja ataupun buruh
lainnya sebagai peserta BP Jamsostek yang bekerja bila mengalami
hal yang sama akibat terinfeksi COVID-19?
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, peserta
yang mengalami Kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berhak
atas manfaat JKK berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan medis dan santunan berupa uang tunai serta manfaat JKM
apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif. Perlu dibuat
regulasi atau peraturan yang jelas mengatur hak pekerja atau buruh
yang terdampak akibat terinfeksi penyakit tertentu yang ditetapkan
sebagai wabah dapat merasakan manfaat JKK dan JKM bagi
keluarganya. Hal ini agar tidak terjadi perbedaan persepsi dan
perbedaan pendapat penyelenggara dengan peserta BP Jamsostek
dalam implementasi pemberian manfaat program JKK dan JKM bagi
pesertanya. Tujuan dan prinsip dasar dalam jaminan sosial untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan hidup dasar yang layak bagi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 161


peserta dan/atau anggota keluarganya dan penggunaan/pengelolaan
dana sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO).2020. Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected.(diunduh 21 April 2020). Tersedia di:
https://www.who.int.
International Labour Organization (ILO). 2020. In the face of a
pandemic: ensuring safety and health at work.(diunduh 2 Mei
2020). Tersedia di: https://www.ilo.org.
International Labour Organization (ILO). 2020. ILO Standards and
COVID-19 (coronavirus). (diunduh 21 April 2020). Tersedia di:
https://www.ilo.org.
International Labour Organization (ILO). 2020. ILO’s Statement on
protection of safety and health of workers during COVID-19
pandemic. (diunduh 21 April 2020). Tersedia di:
https://www.ilo.org.
International Labour Organization (ILO). 2020. COVID-19: Social
protection systems failing vulnerable groups. (diunduh 21 April
2020). Tersedia di: https://www.ilo.org.
Ocupational Safety and Health (OSH).2020.Practical tips to make
home-based telework as healthy, safe and effective as possible.
(diunduh 22 April 2020). Tersedia di: https://osha.europa.eu/en.
Ocupational Safety and Health (OSH).2020. EU-OSHA guidance for the
workplace. (diunduh 22 April 2020). Tersedia di:
https://osha.europa.eu/en.
Surat Edaran Menteri PANRB No.19 Tahun 2020 tentang
Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya
Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah, 16
Maret 2020.
Surat Edaran (SE) Menaker Nomor M/3/HK.04/III/2020 tentang
Pelindungan Pekerja/ Buruh dan Kelangsungan Usaha dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19. SE yang
ditandatangani tanggal 17 Maret 2020.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 162


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel
Coronavirus (Infeksi 2019-Ncov) Sebagai Penyakit yang dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.
Ditetapkan pada tanggal 4 Februari 2020.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/238/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim
Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit Infeksi
Emerging Tertentu bagi Rumah Sakit yang Menyelenggarakan
Pelayanan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Ditetapkan
di Jakarta pada tanggal 6 April 2020.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 44 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 163


COVID-19 dan Alat Pelindung Diri (APD)
Yuli Susanti

Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang


sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau
udara untuk melindungi pemakai dari cedera atau penyebaran
penyakit.
Penggunaan alat pelindung diri yang tepat dalam pemilihan
jenis APD, cara pemakaian, cara pelepasan, cara pembuangan, dan
cara penggunaan kembali APD dapat menghambat penularan infeksi
COVID-19. Penularan COVID-19 dapat terjadi melalui kontak erat
dan droplet, kecuali jika terdapat tindakan medis yang memicu terjadi
aerosol sehingga menyebabkan penularan melalui airborne.
Individu yang paling berisiko terinfeksi adalah orang yang
memiliki kontak erat dengan pasien COVID-19 atau petugas
kesehatan yang merawat pasien COVID-19. Petugas kesehatan dapat
melindungi diri ketika merawat pasien dengan mematuhi praktik
pencegahan dan pengendalian infeksi yang mencakup pengendalian
administratif, lingkungan dan engineering serta penggunaan alat
pelindung diri (APD).

I. Jenis APD
Jenis APD yang direkomendasikan untuk digunakan dalam
penanganan kasus COVID-19.
a. Masker bedah (medical/ surgical mask)
Masker bedah memiliki kegunaan untuk melindungi dari partikel yang
dibawa melalui udara (airborne particle), droplet, cairan, virus atau
bakteri. Material yang digunakan adalah non woven spunbond
meltblown spunbond (sms) dan spunbond meltblown meltblown
spunbond (smms). Masker bedah terdiri atas 3 lapisan material dari
bahan non-woven (tidak dijahit), loose - fitting dan sekali pakai.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 164


Masker bedah memiliki efisiensi penyaringan bakteri sebesar 98%,
dan memiliki differential pressure/∆P < 5.0 mmH2O)/cm2 sehingga
pengguna masih dapat bernapas dengan baik. Masker ini tidak
direkomendasikan untuk penanganan langsung pasien terkonfirmasi
COVID-19.

Gambar 1. Surgical Face Mask

b. Masker N95 (respirator N95)


Masker N95 berfungsi untuk melindungi pengguna atau tenaga
kesehatan dengan cara menyaring atau menahan cairan, darah, aerosol
(partikel padat di udara), bakteri atau virus.
Masker terbuat dari 4-5 lapisan yang berasal dari
polypropylene pada lapisan luar, dan charged polypropylene pada
lapisan tengah. Alat pelindung pernapasan yang dirancang dengan
segel ketat di sekitar hidung dan mulut untuk menyaring hampir 95%
partikel yang lebih kecil < 0,3 mikron. Masker ini dapat menurunkan
paparan terhadap kontaminasi melalui airborne dan
direkomendasikan untuk penanganan langsung pasien COVID-19.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 165


Gambar 2. Masker N95

c. Pelindung wajah (face shield)


Pelindung wajah memiliki kegunaan untuk melindungi mata dan
wajah dari percikan cairan darah atau droplet. Umumnya terbuat dari
plastik bening transparan sehingga masih memberikan visibilitas yang
baik untuk pengguna. Frekuensi pemakaian face shield adalah sekali
pakai atau dapat dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi/
dekontaminasi.

Gambar 3. Pelindung Wajah (Face Shield)

d. Pelindung mata (goggle)


Pelindung mata berbentuk seperti kaca mata yang memiliki kegunaan
melindungi area mata dan sekitarnya dari percikan cairan, darah, atau
droplet. Material yang digunakan adalah plastik atau akrilik bening.
Pelindung mata digunakan pada saat aktivitas kemungkinan terjadi
risiko cipratan, prosedur yang menghasilkan aerosol, dan kontak dekat
berhadapan muka dengan pasien COVID-19. Frekuensi pemakaian
goggle adalah sekali pakai atau dapat dipergunakan kembali setelah
dilakukan desinfeksi/ dekontaminasi.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 166


Gambar 4. Pelindung Mata (Goggle)

e. Gaun (gown)
Gaun memiliki fungsi untuk melindungi pengguna atau tenaga
kesehatan dari penyebaran infeksi atau penyakit, gaun hanya
melindungi bagian depan, lengan, dan setengah kaki. Persyaratan gaun
yang ideal antara lain bersifat barier efektif yaitu mampu mencegah
penetrasi cairan, tahan terhadap aerosol, airborne, dan partikel padat.
Gaun biasanya berwarna terang/ cerah agar mudah teridentifikasi
bila terkena kontaminan. Jenis gaun antara lain gaun bedah, gaun
isolasi bedah, dan gaun non-isolasi bedah. Menurut penggunaannya,
gaun dibagi menjadi 2, yaitu gaun sekali pakai (disposable) dan gaun
dipakai berulang (reuseable).

Gaun sekali pakai (Coverall medis)


Gaun sekali pakai (disposable) biasanya tidak dijahit (non woven)
dan dikombinasikan dengan plastik film untuk perlindungan terhadap
penetrasi cairan. Bahan yang digunakan adalah serat sintetik
(misalnya polypropylene, polyester, polyethylene, dupont tyvex)
dengan pori-pori 0.2-0.54 mikron. Gaun ini disebut juga coverall
medis yang memiliki kegunaan melindungi tenaga kesehatan atau
pengguna secara menyeluruh termasuk kepala, punggung, dan tungkai
bawah.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 167


Gambar 5. Coverall Medis

Gaun dipakai berulang (reuseable)


Gaun untuk dipakai berulang terbuat dari bahan 100% katun,
100% poliester, atau kombinasi keduanya. Gaun dapat dipakai
berulang dengan maksimal pemakaian 50 kali dan tidak mengalami
kerusakan.

Gambar 6: I. Gaun Isolasi Bedah (Area A, B, dan C merupakan


area kritikal tingkat tinggi); II. Gaun Bedah (Area A dan B
merupakan area kritikal tingkat tinggi )
Sumber : CDC

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 168


f. Heavy duty apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi bagian luar gaun
yang digunakan oleh petugas kesehatan agar terhindar dari penetrasi
cairan infeksius pasien. Apron dapat terbuat dari 100% poliester
dengan lapisan PVC, atau 100% PVC, atau 100% karet, atau bahan
tahan air lainnya. Apron dapat digunakan kembali (reuseable) setelah
dilakukan proses desinfeksi atau dekontaminasi.

Gambar 7. Apron

g. Sarung tangan
Sarung tangan memiliki fungsi untuk melindungi tangan tenaga medis
dari kontak cairan infeksius selama perawatan pasien. Sarung tangan
dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC), nitrile,
polyurethane. Sarung tangan yang ideal harus tahan robek, tahan
bocor, biocompatibility (tidak toksik), tidak mengiritasi, bebas tepung,
dan pas di tangan. Sarung tangan direkomendasikan untuk single use
atau sekali pakai.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 169


Gambar 8. Sarung Tangan

h. Pelindung kepala
Penutup kepala memiliki kegunaan untuk melindungi kepala dan
rambut pengguna dari percikan cairan infeksius pasien selama proses
perawatan. Penutup kepala terbuat dari bahan tahan air, tidak mudah
robek, dan ukuran pas di kepala pemakai. Penutup kepala ini
digunakan sekali pakai.

Gambar 9. Penutup Kepala

i. Sepatu pelindung (waterproof boots)


Sepatu pelindung merupakan alat pelindung kaki dari percikan cairan
infeksius pasien. Sepatu pelindung dapat terbuat dari material lateks
dan PVC, bersifat non-slip, dan tahan air dengan sol tertutup
sempurna. Sepatu pelindung dapat dipergunakan kembali setelah
dilakukan desinfeksi atau dekontaminasi.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 170


Gambar 10. Sepatu Pelindung

Tabel Rekomendasi Jenis APD berdasar atas Tempat Layanan


Kesehatan, Petugas, dan Jenis Aktivitas pada Penanganan
COVID-19 menurut WHO

Lokasi Target Jenis Aktivitas Jenis APD


Petugas atau yang
Pasien Digunakan
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Rawat Inap, IGD, Kamar Operasi dan Penunjang
Ruang Petugas Merawat secara ✓Masker bedah
perawatan kesehatan langsung pasien ✓Gaun/gown
pasien, IGD, COVID-19 ✓Sarung tangan
kamar
operasi ✓Pelindung
mata (goggle)
dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung

Tindakan yang ✓ Masker N95


menghasilkan ✓ Gaun/gown
aerosol (intubasi ✓Sarung tangan
trakea, ventilasi
non invasif, ✓ Pelindung
trakeostomi, mata (goggle)
resusitasi dan atau
jantung paru, pelindung wajah
ventilasi manual (face shield)

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 171


sebelum ✓Pelindung
intubasi, kepala
nebulasi, ✓Celemek
bronskopi, (apron)
pengambilan ✓Sepatu
swab, pelindung
pemeriksaan
gigi seperti
scaler
ultrasonic dan
highspeed air
driven,
pemeriksaan
hidung dan
tenggorokan dll)
pada pasien
COVID-19

Cleaning Masuk ke ruang ✓Masker bedah


Service rawat pasien ✓Gaun/gown
COVID-19 ✓Sarung tangan
tebal
✓Pelindung
mata (goggle)
✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung
Area lain Semua staf, Semua kegiatan ✓Masker bedah
yang termasuk dan tidak terjadi
digunakan petugas kontak langsung
untuk transit kesehatan dengan pasien
pasien (misal COVID19
koridor,
bangsal)
Triase Petugas Skrining awal ✓Menjaga jarak
kesehatan dan tidak terjadi dengan pasien
kontak langsung (minimal 1
meter)
✓Menggunakan
masker bedah

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 172


Pasien Semua jenis ✓Menjaga jarak
dengan gejala kegiatan dengan pasien
infeksi saluran (minimal 1
napas meter)
✓Mengenakan
masker bedah

Pasien tanpa Semua jenis ✓Menggunakan


gejala infeksi kegiata masker bedah
saluran napas
Laboratorium Analis Lab Mengerjakan ✓Masker N95
sampel saluran ✓Gaun/gown
napas ✓Sarung tangan
✓Pelindung
mata dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung
Instalasi Petugas di Petugas yang ✓ Masker bedah
sterilisasi ruang melakukan ✓ Gaun/gown
dekontaminasi pencucian alat ✓ Sarung tangan
instrumen bedah panjang
✓ Pelindung
mata (goggle)
dan atau
✓Pelindung
wajah (face
shield)
✓Pelindung
kepala
✓Celemek
(apron)
✓Sepatu
pelindung
Laundri Di ruang Menangani ✓Masker bedah
penerimaan linen infeksius ✓Gaun/gown
linen ✓Sarung tangan
infeksius dan panjang

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 173


mesin ✓Pelindung
infeksius mata (goggle)
dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
✓Pelindung
kepala
✓Celemek
(apron)
✓Sepatu
pelindung
Bagian Bagian ✓Masker bedah
admisi pendaftaran ✓Menjaga jarak
pelayanan, dengan pasien 1
petugas Kasir meter
Area Seluruh staf, Tugas yang ✓Menggunakan
administrasi termasuk bersifat masker bedah
petugas administratif
kesehatan dan tidak ada
kontak langsung
dengan pasien
COVID-19
Fasilitas Rawat Jalan
Ruang Petugas Pemeriksaan ✓Masker bedah
konsultasi kesehatan fisik pada pasien ✓Gaun/gown
dengan gejala ✓Sarung tangan
infeksi saluran
napas ✓Pelindung
mata dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung

Petugas Pemeriksaan ✓Masker N 95


kesehatan fisik pada pasien ✓Gaun/gown
tanpa gejala ✓Sarung tangan
infeksi saluran
napas, tetapi ✓Pelindung
melakukan mata dan atau
pemeriksaan Pelindung wajah
bronskopi, (face shield)

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 174


pengambilan ✓Pelindung
swab, kepala
pemeriksaan ✓Celemek
gigi seperti (apron)
scaler ✓Sepatu
ultrasonic dan pelindung
highspeed air
driven,
pemeriksaan
hidung dan
tenggorokan
dan
pemeriksaan
mata

Pasien Segala jenis ✓Mengenakan


dengan gejala kegiatan masker bedah
infeksi saluran ✓Jaga jarak
napas minimal 1 meter
Pasien tanpa Segala jenis ✓Mengenakan
gejala infeksi kegiatan masker bedah
saluran napas ✓Jaga jarak
minimal 1 meter

Cleaning Setelah dan di ✓Masker bedah


service antara kegiatan ✓Jubah/gaun
konsultasi ✓Sarung tangan
pasien dengan tebal
infeksi saluran
napas oleh ✓Pelindung
petugas mata (goggle)
kesehatan ✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung
Ruang Pasien Segala jenis ✓Kenakan
tunggu dengan gejala kegiatan masker bedah
infeksi saluran pada pasien, dan
napas segera
pindahkan ke
ruang isolasi/
ruangan
terpisah. Jika

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 175


tidak
memungkinkan
tempatkan
pasien dengan
jarak minimal
satu meter
dengan pasien
lainnya

Pasien tanpa Segala jenis ✓Menggunakan


gejala infeksi kegiatan masker bedah
saluran napas
Area Seluruh staf, Pekerjaan ✓Menggunakan
administrasi termasuk administratif masker bedah
petugas
kesehatan
Ambulans Petugas Transportasi ✓Masker bedah
kesehatan pasien dicurigai ✓Gaun/gown
COVID-19 ke ✓Sarung tangan
RS rujukan
✓Pelindung
mata
✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung

Sopir Hanya bertugas ✓Menjaga jarak


sebagai sopir minimal 1 m
pada proses ✓Menggunakan
transportasi masker bedah
pasien dicurigai
COVID19 dan
area sopir
terpisah dengan
area pasien

Membantu ✓Masker bedah-


mengangkat ✓Gaun/gown
pasien dengan ✓Sarung tangan
suspect
COVID-19 ✓Pelindung
mata
✓Pelindung
kepala

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 176


✓Sepatu
pelindung

Tidak ada ✓Masker bedah


kontak langsung
dengan pasien
suspect
COVID19
namun area
sopir tidak
terpisah dengan
area pasien

Pasien dengan transportasi ke ✓Masker bedah


suspect RS rujukan
Covid19

Cleaning Membersihkan ✓Masker bedah


service setelah atau di ✓Gaun/gown
antara kegiatan ✓Sarung tebal
pemindahan
pasien suspect ✓Pelindung
COVID19 ke mata
RS rujukan ✓Pelindung
kepala
✓Sepatu
pelindung

Keterangan:
a. Setelah digunakan, APD harus dibuang di tempat sampah
infeksius (plastik warna kuning) untuk dimusnahkan
menggunakan insenerator.
b. APD yang akan dipakai ulang dimasukkan ke tempat linen
infeksius dan dilakukan pencucian sesuai ketentuan.
c. Petugas yang melakukan pemeriksaan menggunakan thermo scan
(pengukuran suhu tanpa menyentuh pasien), thermal imaging
cameras, dan obeservasi atau wawancara terbatas, harus tetap
menjaga jarak minimal satu meter.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 177


Rekomendasi APD Berdasarkan Tingkat Perlindungan

Gambar 11. Rekomendasi APD Tingkat 1

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 178


Gambar 12. Rekomendasi APD Tingkat 2

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 179


Gambar 13.. Rekomendasi APD Tingkat 3

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 180


Gambar 14. Rekomendasi APD Tingkat Masyarakat

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 181


Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan APD yaitu:
1. Mengganti baju dengan baju kerja atau scrub suit
2. Mencuci tangan atau menjaga kebersihan tangan sebelum dan
sesudah menggunakan APD
3. Mandi setelah selesai menggunakan APD

Gambar 15. Cara Pemasangan APD Level 3

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 182


Gambar 16 Cara Melepas APD Level 3

Manajemen Penggunaan APD Reuseable


Alat pelindung diri sebaiknya digunakan hanya sekali pakai dan
langsung dibuang (disposible), namun pada saat krisis maka APD
dapat digunakan kembali setelah dilakukan proses pembersihan,
pencucian, desinfeksi, dan penyimpanan yang benar.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 183


1. Gaun reuseable, coverall, apron, surgical hood, dan masker kain
dapat digunakan kembali setelah dilakukan pencucian dan desinfektan
dengan cara:
a. pencucian gaun dilakukan pada suhu 57,2 – 71°C selama minimal
25 menit;
b. desinfektan yang digunakan adalah klorin dengan konsentrasi 1 :
99.

2. Masker N95
Masker N95 dapat digunakan kembali setelah dilakukan penyimpanan
atau sterilisasi. Beberapa metode agar masker N95 dapat digunakan
kembali, yaitu
a. disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas, tanggal, dan
jam. Masker dapat dibuka dan digunakan kembali sebanyak 5 kali
selama 8 jam;
b. diletakkan kering pada ruangan terbuka dalam suhu kamar selama
3–4 hari. Masker N95 tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari
karena akan merusak material polypropylene dan masker juga
dapat rusak oleh sinar ultraviolet;
c. sterilisasi dengan cara menggantung masker menggunakan jepitan
kayu di dalam oven dapur dengan suhu 70oC selama 30 menit;
d. sterilisasi dengan menggantung masker di atas uap air panas dari
air mendidih selama 10 menit.

3. Pelindung mata dan pelindung wajah dapat digunakan kembali


setelah pencucian dan desinfektan oleh petugas dengan cara:
a. membersihkan bagian dalam pelindung mata dan pelindung wajah
dengan menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke
deterjen;
b. membersihkan bagian luar pelindung mata dan pelindung wajah
dengan menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 184


desinfektan (klorin) dan kemudian dibersihkan kembali dengan
menggunakan air bersih atau alkohol untuk melepaskan residu;
c. mengeringkan pelindung mata dan pelindung wajah dengan cara
dijemur atau dilap bersih.

4. Sepatu pelindung dan jas hujan dapat digunakan kembali setelah


dilakukan pencucian dan desinfektan oleh petugas dengan cara:
a. mencuci sepatu pelindung dengan menggunakan deterjen pada
suhu 20–30oC;
b. menggunakan desinfektan klorin setelah dibilas dengan
menggunakan air bersih;
c. mengeringkan sepatu pelindung dan jas hujan dengan cara
dijemur.

Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Petunjuk teknis penggunaan APD dalam
menghadapi wabah Covid-19. 2020
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Standar Alat Pelindung Diri
(APD) dalam Manajemen Penanganan Covid-19. 2020
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
Centers for Disease Control and Prevention. Recommended
Guidance for Extended Use and Limited Reuse of N95 Filtering
Facepiece Respirators in Healthcare Settings. 2020. Dapat
diunduh dari https://www.cdc.gov-/coronavirus-/2019ncov/in-
dex.html
World Health Organization. Rational use of personal protective
equipment for coronavirus disease 2019 (COVID-19). 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 185


World Health Organization. Modes of transmission of virus causing
COVID-19: implications for IPC precaution recommendations.
2020
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Rekomendasi
Standar Penggunaan APD untuk Penanganan COVID-19 di
Indonesia. www.covid19.go.id. 2020
Zhejiang University school of medicine. Handbook of Covid-19
Prevention and treatment. Compiled according to clinical
experience. 2020
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-
RSCM. 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 186


COVID-19 dan Pencegahan Transmisi Infeksi di Tempat-
tempat Umum
Budiman

Infeksi Coronavirus Disease-19 (COVID-19) dapat menyebar dari


seseorang kepada yang lainnya melalui droplet yang keluar pada saat
penderita atau carrier berbicara, batuk, dan bersin yang kemudian
terhirup dan masuk ke saluran pernafasan orang lainnya. Selain itu
juga bisa melalui kontak terhadap benda yang terpapar droplet
mengandung virus corona dan disentuh oleh tangan orang lain
kemudian masuk ke tubuh melalui kontak tangan ke hidung, mulut,
mata, dan telinga. Rantai penyebarannya dapat dicegah dengan
menjaga agar droplet tersebut tidak masuk ke tubuh.1
Tempat-tempat umum dimana banyak orang berkumpul dan
beraktivitas seperti terminal, bandara, stasiun, pusat perbelanjaan,
pusat peribadatan, taman bermain dan olahraga akan mempermudah
penularan COVID-19. Hal ini dikarenakan pada tempat tersebut
terjadi kontak erat antar manusia maupun dengan barang. Tentunya
perlu mendapatkan perhatian serius dalam pencegahan penyebaran
COVID-19 di tempat-tempat tersebut.

Pencegahan Penularan COVID-19 di Tempat-Tempat Umum


Terdapat beberapa tindakan untuk mencegah penularan COVID-19 di
berbagai tempat umum. Tindakan ini dapat dilaksanakan oleh
pengunjung, namun ada juga yang harus dilaksanakan oleh pihak
pengelolanya yaitu :
1. physical distancing
Physical distancing artinya menjaga jarak aman antara satu orang
dengan yang lainnya. World Health Organization (WHO)
menganjurkan masyarakat agar menjaga jarak minimal 1 meter.
(WHO, 2020) Centers for disease control and prevention (CDC)
menyarankan menjaga jarak minimal lebih jauh lagi yaitu 2 meter.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 187


(CDC, 2020) Hal ini didasarkan pada penelitian yang
menyebutkan penyebaran droplet dapat mencapai 6 kaki.
2. menggunakan masker
Mulut dan hidung menjadi pintu masuk utama virus corona.
Penggunaan masker difungsikan untuk mencegah masuknya virus
tersebut ke saluran pernafasan. Tentunya hal ini sangat
dipengaruhi oleh tipe masker yang digunakan. Hal ini dikarenakan
banyaknya jenis masker yang dipakai oleh masyarakat. Terdapat
beberapa tipe masker antara lain N95, N60, surgical/facemask,
dan masker kain. Perbedaan bahan dan cara produksinya membuat
efektivitas pencegahan masuknya virus oleh berbagai tipe masker
ini berbeda-beda. Masker jenis N95 menjadi yang paling dalam
pencegahan infeksi virus corona apabila dibandingkan dengan
jenis masker lainnya. Karena masker N95 ini menjadi kewajiban
untuk digunakan oleh tenaga medis yang bekerja merawat pasien
konformasi positif COVID-19.
3. menggunakan kacamata
Mata merupakan jalan masuk lainnya bagi virus corona selain
melalui mulut dan hidung. Tindakan preventif berupa pemakaian
kacamata seyogyanya juga menjadi kewajiban bagi setiap orang
apabila beraktivitas diluar rumah, selain masker tentunya.
4. mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer
Tindakan mencuci tangan ini mudah dan dapat dilakukan dimana
saja. Pencucian tangan dengan sabun, selama 20 detik dengan
teknik 6 langkah, efektif membunuh virus corona. Tempat-tempat
umum wajib menyediakan fasilitas air dan sabun di beberapa spot
area yang mudah diakses masyarakat. Selain mencuci tangan
dengan air dan sabun, masyarakat pun dapat melakukan dengan
mempergunakan hand sanitizer yang berbahan alkohol.
Pembuatan kemasan praktis hand sanitizer membantu masyarakat
untuk dapat membawanya kemanapun mereka akan bepergian.
5. pemeriksaan suhu

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 188


Sebagian besar tempat umum sudah menetapkan protokol untuk
pemeriksaan suhu kepada setiap pengunjung. (AFENET, 2020)
Pemeriksaan suhu ini dilakukan di setiap pintu masuk area umum
tersebut. Dengan pemeriksaan suhu akan dapat mendeteksi salah
satu tanda kondisi fisik pengunjung yang tidak sehat. Apabila
ditemukan suhu diatas 37,5 0C maka pengunjung tidak
diperkenankan memasuki area umum tersebut.
6. menjaga etika batuk dan bersin
Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa cara penularan virus
corona adalah melalui droplet yang keluar pada saat penderita
batuk dan bersin. Karenanya setiap pengunjung area umum perlu
memahami cara menjaga etika pada saat batuk dan bersin. Etika
yang dianjurkan adalah dengan menutup mulut mempergunakan
tisu atau lengan atas. Apabila mempergunakan tisu maka harus
langsung dibuang ke tempat sampah. Dengan menjaga etika batuk
ini akan membantu mengurangi penyebaran virus dan juga
tentunya menurunkan angka kejadian COVID-19.
7. pengaturan antrian, jarak tempat duduk dan tempat tidur
Sudah menjadi pemandangan biasa bahwa area umum identik
dengan penumpukan massa. Dimasa penyebaran infeksi virus
corona yang cepat seperti saat ini, pihak pengelola area umum
harus membuat protokol yang ketat untuk dilaksanakan. Semua
sarana pendukung harus disiapkan. Antrian yang biasa terjadi
perlu dibatasi dengan mengatur jarak aman antar pengunjung.
Rambu-rambu pendukung pengaturan jarak dipasang sejelas
mungkin agar mudah dilihat. Pengaturan posisi kursi yang dapat
diduduki pengunjung juga diterapkan untuk menjaga jarak aman.
Pada sarana transportasi umum dengan jarak tempuh yang jauh
seperti kapal laut juga disediakan tempat tidur bagi penggunanya.
Pengaturan tempat tidur ini juga harus memperhatikan jarak aman
yang dianjurkan. Media edukasi tentang hal ini dibuat menarik
dan jelas untuk dibaca pengunjung serta ditempatkan pada

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 189


beberapa spot area. Selain itu petugas area umum secara
bergantian siap siaga mengawasi dan mengingatkan apabila
terdapat pengunjung yang lalai atau sengaja melanggar ketentuan
yang sudah ditetapkan.
8. pembersihan benda-benda yang sering dipegang pengunjung
Tindakan pencegahan yang juga harus dilakukan rutin oleh
pengelola area umum adalah membersihkan, mempergunakan
cairan desinfektan, benda-benda yang sering dipegang oleh
pengunjung seperti gagang pintu, pagar besi pada tangga, tombol
elevator dan lain sebagainya. (CDC, 2020) Tindakan ini bertujuan
untuk membunuh virus corona yang dapat bertahan hidup
beberapa jam pada benda-benda mati yang sering dipegang
pengunjung.
9. menjaga ventilasi udara yang baik
Penyebaran virus corona juga dipengaruhi sirkulasi udara.
Sirkulasi udara yang baik dipengaruhi bagaimana kondisi ventilasi
ruangan. Salah satu contoh ruangan yang sering dipergunakan
pengunjung adalah toilet. Di toilet ini tidak jarang pengunjung
bersin dan batuk maupun mengeluarkan dahak. Apabila ventilasi
udara tidak baik, maka virus akan bertahan lama didalam toilet
dan memungkinkan terhirup oleh pengunjung lainnya. Pengelola
perlu memasang penghisap udara atau exhausted fan di toilet
untuk menjaga sirkulasi udara yang baik. Selain itu penyediaan
air, sabun dan tisu juga harus selalu terjaga.
10. membawa peralatan pribadi untuk beribadah
Pengunjung yang bepergian ke area umum sebaiknya selalu
membawa peratan beribadahnya sendiri. Sehingga pada saat
datangnya waktu beribadah mereka tidak harus mempergunakan
peralatan beribadah yang disediakan untuk dipakai bersama-sama
dengan jemaah lainnya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir
kontak dengan barang-barang yang mungkin terdapat virus corona
pada permukaannya.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 190


11. menggunakan kartu debet untuk berbelanja
Salah satu media penularan virus pada pusat perbelanjaan adalah
melalui uang. Seperti diketahui bersama bahwa uang dapat
berpindah tangan dengan cepat dari seorang kepada yang lainnya.
Yang artinya mempermudah transmisi virus dengan cepat antar
pengunjung. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah
setiap pengunjung sudah mempersiapkan kartu debet untuk
transaksi perbelanjaannya. Karena kartu ini hanya dimiliki
personal oleh pengunjung tentunya lebih aman dari penyebaran
virus corona. Hal ini juga didukung disediakannya mesin transaksi
elektronik mempergunakan kartu debet pada pusat-pusat
perbelanjaan modern maupun tradisional.
12. pembatasan aktivitas komunikasi
Karena cara penularan virus corona ini melalui droplet yang dapat
dikeluarkan bahkan pada saat berbicara sekalipun, maka penting
untuk membatasi aktivitas berkomunikasi. Hal ini bukan berarti
bahwa tidak melakukan komunikasi fisik sama sekali, namun
pembicaraan dibatasi pada hal-hal yang perlu saja. Apabila tidak
terdapat hal urgen yang harus dibicarakan maka lebih baik untuk
diam.
13. edukasi intens dan berkesinambungan
Salah satu pendukung keberhasilan pelaksanaan pencegahan
penyebaran virus corona di tempat-tempat umum adalah
penyampaian edukasi secara terus menerus dan dapat didengar
oleh seluruh pengguna atau pengunjung. Dalam hal ini menjadi
kewajiban dari pihak pengelola tempat/area umum. Karenanya
fasilitas pendukung seperti pengeras suara wajib disediakan.
Mesin perekam suara yang dapat diputar berulang-ulang dapat
membantu penyampaian edukasi melalui pengeras suara. Selain
itu juga dapat memanfaatkan edukasi melalui pemutaran video
pendek pada layar televisi besar yang disimpan di beberapa tempat
strategis di tempat/area umum tersebut.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 191


Keberhasilan pencegahan penularan infeksi virus corona di
masyarakat tentunya memerlukan peran serta aktif dari semua
masyarakat itu sendiri. Komitmen untuk melawan penyebaran virus
ini perlu terus dibangun oleh pemerintah dan pihak lainnya. Pihak
pengelola tempat-tempat/area umum juga memegang peranan besar
dalam memutus mata rantai penularan virus corona. Tanpa gotong
royong dan kerja keras bersama akan sulit mempercepat penurunan
angka kejadian dan kematian akibat infeksi COVID-19 ini.

Daftar Pustaka:

CDC. .Corona Virus. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019ncov/-


preventgettingsick/prevention.html. Diakses tanggal 17 April
2020
CDC. Corona Virus in Community. https://www.cdc.gov/-
coronavirus/2019-ncov/community/parks-rec/index.html.
Diakses tanggal 17 April 2020
WHO. Corona Virus. https://www.who.int/healthtopics/corona-
virus#tab=tab_2 diakses tanggal 17 April 2020
Afenet. Guidelines for prevention of Covid 19 in Public Places.
http://www.afenet.net/index.php/news/news/651-guidelines-
for-prevention-of-covid-19-in-public-places. Diakses tanggal
17 April 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 192


COVID-19 dan Pencegahan Transmisi Infeksi Di Tingkat
Individu
Siska Nia Irasanti, Ratna Damailia

Penyebaran virus Corona yang bermula di Wuhan, China pada


Desember 2019 telah menyebar ke berbagai negara hingga menjadi
pandemik global. Ketiadaan vaksin dan antivirus saat ini
menyebabkan satu-satunya cara untuk membatasi penyebaran
penyakit adalah dengan melalui intervensi nonmedis kesehatan
masyarakat yang bertujuan mencegah penyebaran dari satu individu
ke individu lain dengan cara memutuskan rantai transmisi virus
melalui pembatasan kontak baik di komunitas maupun antar individu.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh meliputi isolasi, karantina,
pembatasan social, dan penahanan komunitas.
Isolasi merupakan pemisahan individu yang terjangkit suatu
penyakit menular dari individu lain yang tidak terjangkit, konteks ini
biasanya dilaksanakan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit.
Karantina merupakan cara yang telah lama digunakan dan efektif
dalam mengendalikan wabah penyakit menular. Karantina adalah cara
untuk membatasi aktivitas dan atau pembatasan kontak dengan
individu yang tidak sakit, namun memiliki kemungkinan tinggi
terpapar terhadap agen maupun penyakit infeksius dengan bertujuan
memonitor tanda dan gejala sebagai awal deteksi dari sebuah kasus.
Masa inkubasi median virus Corona adalah 5 hari, lebih panjang
dibanding dengan virus influenza yang berkisar selama 2 hari. Melalui
karantina, penyebaran infeksi severe acute respiratory syndrome
(SARS) telah terbukti melambat pada tahun 2003. Selama masa
karantina, diharapkan individu asimtomatik dapat menjadi simtomatik
dan dengan demikian dapat teridentifikasi.
Pembatasan sosial dirancang untuk mengurangi interaksi
antarindividu dalam komunitas yang lebih luas, seorang individu
mungkin dapat menularkan penyakitnya, tetapi belum diidentifikasi

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 193


sehingga belum diambil tindakan isolasi. COVID-19 merupakan
penyakit yang ditularkan melalui droplet pernapasan sehingga
pembatasan sosial akan signifikan dalam mengurangi penularan.
Pembatasan sosial dapat diterapkan dalam situasi yang diyakini telah
terjadi penularan dalam komunitas, namun benang merah antara kasus
belum dapat dijelaskan, dan pembatasan yang diberlakukan hanya
pada orang yang diketahui telah terpapar dianggap tidak cukup untuk
mencegah penularan lebih lanjut.
Apabila melalui langkah-langkah tersebut masih dirasa belum
cukup maka dapat dilakukan tindakan pembatasan dalam skala yang
lebih luas, yaitu penahanan komunitas. Ringkasan keseluruhan
intervensi pada kesehatan masyarakat dapat diperlihatkan pada Tabel
1.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 194


Beberapa upaya kesehatan individu COVID-19 dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik
Ketika kasus COVID-19 baru terus muncul di wilayah Eropa
WHO, banyak orang sehat diminta untuk tinggal di rumah di karantina
sendiri. Di beberapa negara, pusat kebugaran dan lokasi individu
biasanya aktif akan tetap ditutup sementara. Tinggal di rumah dalam
waktu lama dapat menimbulkan tantangan besar untuk tetap aktif
secara fisik. Perilaku menetap dan tingkat aktivitas fisik yang rendah
dapat memiliki efek negatif pada kesehatan, kesejahteraan, dan
kualitas hidup individu. Karantina sendiri juga dapat menyebabkan
stres tambahan dan dapat menganggu kesehatan mental warga.
Kegiatan fisik dan teknik relaksasi dapat menjadi alat yang baik untuk
membantu ketenangan dan menjaga kesehatan.
Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan pada orang yang
tidak mempunyai gejala atau diagnosis penyakit pernapasan akut pada
masa karantina pada wabah/pandemi COVID-19:

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 195


a. WHO merekomendasikan 150 menit intensitas sedang atau 75
menit aktivitas fisik intensitas tinggi per minggu, atau
kombinasi keduanya. Rekomendasi ini masih dapat dicapai
bahkan di rumah, tanpa peralatan khusus dan dengan ruang
terbatas. Menari, bermain dengan anak-anak, dan melakukan
pekerjaan rumah seperti membersihkan dan berkebun adalah
cara lain untuk tetap aktif di rumah.
b. beristirahat sejenak di siang hari.
c. ikuti kelas latihan olahraga online. Banyak di antaranya gratis
dan dapat ditemukan di halaman online You Tube. Jika kita
tidak memiliki pengalaman melakukan latihan ini, berhati-
hatilah dan sadari keterbatasan kita sendiri.
d. berjalan. Bahkan di ruang kecil, berjalan di sekitar atau
berjalan di tempat, dapat membantu Anda tetap aktif. Jika kita
memiliki panggilan dengan menggunakan telepon genggam
dapat dilakukan dengan berdiri atau berjalan di sekitar rumah.
Jika Anda memutuskan pergi keluar untuk berjalan atau
berolahraga, pastikan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter
dari orang lain.
e. Berdiri
Kurangi waktu santai kita dengan sedapat-dapatnya berdiri.
Idealnya, bertujuan menginterupsi waktu duduk dan berbaring
setiap 30 menit. Bersantai. Meditasi dan nafas dalam dapat
membantu Anda tetap tenang. Beberapa contoh teknik
relaksasi tersedia di bawah ini untuk inspirasi.
f. Untuk kesehatan yang optimal, penting diingat makan dengan
sehat dan tetap terhidrasi. WHO merekomendasikan air
minum daripada minuman yang dimaniskan dengan gula.
Batasi atau hindari minuman beralkohol terutama untuk
wanita hamil dan menyusui.
g. Contoh latihan di rumah

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 196


Untuk mendukung individu agar tetap aktif secara fisik
selama di rumah, WHO Eropa telah menyiapkan serangkaian
contoh latihan berbasis rumah.

2. Gizi seimbang
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai nutrisi
selama karantina dalam wabah/pandemi COVID-19 menurut
organisasi WHO.2
a. Kita mungkin merasa perlu membeli makanan dalam jumlah
besar, tetapi pastikan untuk mempertimbangkan dan
memanfaatkan apa yang sudah ada di dapur kita, serta
makanan dengan umur simpan yang lebih pendek. Dengan
cara ini kita dapat menghindari sisa makanan dan
memungkinkan orang lain mengakses makanan yang mereka
butuhkan. Bersikaplah strategis tentang penggunaan bahan -
prioritaskan produk segar. Gunakan bahan segar dan bahan
yang memiliki masa simpan lebih pendek terlebih dahulu. Jika
produk segar, terutama buah-buahan, sayuran, dan produk
susu rendah lemak terus tersedia, prioritaskan ini diletakan di
atas yang tidak mudah rusak.
b. Menyiapkan makanan buatan rumah. Selama kehidupan
sehari-hari yang teratur, banyak orang sering tidak punya
waktu untuk menyiapkan makanan yang dimasak di rumah.
c. Manfaatkan pilihan pengiriman makanan.
d. Menyadari ukuran porsi makanan. Sulit untuk mendapatkan
ukuran porsi yang tepat, terutama saat memasak dari awal.
e. Ikuti praktik penanganan makanan yang aman. Keamanan
pangan adalah prasyarat untuk ketahanan pangan dan diet
sehat. Saat menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan orang
lain, penting mengikuti praktik kebersihan makanan yang baik

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 197


untuk menghindari kontaminasi makanan dan penyakit
bawaan makanan.
f. Batasi asupan garam kita. Ketersediaan makanan segar dapat
berkurang dan oleh karena itu mungkin perlu lebih
mengandalkan makanan kaleng, beku, atau olahan. Banyak
makanan ini mengandung kadar garam yang tinggi. WHO
merekomendasikan untuk mengonsumsi kurang dari 5 g
garam per hari. Untuk mencapai ini, memprioritaskan
makanan dengan mengurangi atau tanpa natrium.
g. Batasi asupan gula kita. WHO merekomendasikan bahwa
idealnya kurang dari 5% dari total asupan energi untuk orang
dewasa harus berasal dari gula gratis (sekitar 6 sendok teh).
h. Batasi asupan lemak Anda. WHO merekomendasikan
membatasi asupan lemak total hingga kurang dari 30% dari
total asupan energi tidak lebih dari 10% berasal dari lemak
jenuh.
i. Mengonsumsi serat yang cukup. Serat berkontribusi pada
sistem pencernaan yang sehat dan menawarkan buah, kacang-
kacangan, dan makanan gandum di semua makanan. Makanan
gandum mencakup gandum, pasta dan nasi cokelat, quinoa
serta roti gandum dan bungkus daripada makanan biji-bijian
olahan seperti pasta, nasi putih, dan roti putih.
j. Tetap terhidrasi. Hidrasi yang baik sangat penting untuk
kesehatan yang optimal. Minuman ringan berkafein dan
minuman berenergi dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat
berdampak negatif pada pola tidur kita.
k. Hindari alkohol atau setidaknya kurangi konsumsi alkohol.
Alkohol bukan hanya zat yang mengubah pikiran dan
ketergantungan, berbahaya pada tingkat apa pun yang
dikonsumsi, tetapi juga melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Alkohol juga memengaruhi kondisi mental dan pengambilan
keputusan dan membuat kita lebih rentan terhadap risiko,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 198


seperti jatuh, cedera, atau kekerasan saat di karantina dengan
orang lain. Konsumsi alkohol juga diketahui meningkatkan
gejala depresi, kecemasan, ketakutan dan kepanikan selama
isolasi dan karantina.
l. Nikmati makan dengan keluarga. Social distancing yang
terkait dengan wabah COVID-19 berarti bahwa banyak
keluarga menghabiskan lebih banyak waktu di rumah yang
memberikan peluang baru untuk berbagi makanan bersama.
Makan dengan keluarga adalah kesempatan penting bagi
orangtua untuk menjadi panutan bagi makan sehat dan
memperkuat hubungan keluarga.
m. "Membeli makanan terbaik". Berikut ini adalah ikhtisar
makanan dengan nilai gizi tinggi yang umumnya terjangkau,
mudah diakses, dan memiliki umur simpan lebih lama. Kita
dapat menggunakan daftar ini sebagai inspirasi untuk apa
yang harus disimpan di rumah selama karantina sendiri atau
tinggal di rumah yang lebih lama.
• Buah dan sayuran segar tahan lama yang
direkomendasikan WHO untuk mengonsumsi minimal
400 g (5 porsi) buah dan sayuran per hari.
• Buah dan sayuran beku.
• Kacang-kacangan kering dan kalengan.
• Biji-bijian utuh dan akar bertepung.
• Buah-buahan kering, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
• Telur merupakan sumber protein dan nutrisi yang hebat
dan sangat serbaguna.
• Sayuran yang disukai dapat merupakan sayuran kalengan
seperti jamur, bayam, kacang polong, tomat, dan kacang
hijau.
• Ikan kaleng.
• Susu rendah lemak.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 199


3. Ibadah
Sebagai umat Islam, kita berkewajiban beriman untuk bertawakal
kepada Allah SWT, dan berikhtiar maksimal dalam upaya mencegah
penyebaran/terpaparnya virus corona (COVID-19) kepada diri sendiri,
keluarga, dan orang lain. MUI Kota Bandung mengajak kepada
seluruh warga Kota Bandung, yaitu3
a. meningkatkan taqarrub kepada Allah SWT., serta mentaati dan
melaksanakan panduan dan protokoler tindakan preventif yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah;
b. menghimbau kepada seluruh warga Kota Bandung agar
menghindari kegiatan dan beraktivitas dalam kerumunan orang
banyak, termasuk aktifitas ibadah shalat berjamaah di mesjid,
termasuk sholat berjamaah lima waktu dan sholat jum’at sesuai
dengan Fatwa MUI Pusat;
c. melakukan kegiatan di rumah dengan mengajak keluarga
dengan cara memperbanyak ibadah sunnah, membaca Al
Quran, dzikir, dan berdo’a.

4. Vaksin
Upaya yang dapat dilakukan menurut WHO European Region (2020)
pada saat pandemi COVID-19 adalah meminimalkan risiko
morbiditas dan mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksin/vaccine-preventable diseases (VPD). Layanan imunisasi
adalah komponen penting dari layanan kesehatan.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia yang sudah
diuji klinis untuk COVID-19. Keputusan yang terkait dengan
pengoperasian layanan imunisasi harus berdasar atas penilaian
terperinci dari epidemiologi VPD, skenario transmisi COVID-19, dan
langkah-langkah mitigasi yang sesuai, serta sumber daya sistem.
Semua upaya harus dilakukan oleh Departemen Kesehatan untuk
mempertahankan kekebalan populasi secara adil.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 200


Urutan genom pada SARS-CoV-2 mirip dengan SARS-CoV dan
MERS-CoV, tetapi memperlihatkan komposisi genom yang berbeda.
Proses menentukan sifat dan epidemiologi dapat memerlukan watu
berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
Vaksin berbasis asam nukleat, vaksin DNA menunjukkan bentuk
paling maju sebagai respons terhadap patogen yang muncul. Menurut
kemajuan teknologi saat ini, vaksin mRNA, vaksin berbasis asam
nukleat lainnya telah dianggap sebagai teknologi vaksin yang
mengganggu. Desain vaksin mRNA baru-baru ini telah meningkatkan
stabilitas dan efisiensi penerjemahan protein sehingga dapat
menginduksi respon kekebalan yang kuat. Sistem pengiriman seperti
nanopartikel lipid, LNP juga dioptimalkan dengan baik.6

Gambar Respon Imun Manusia pada Saat Infeksi SARS-Co


V-2
Sumber: Prompetchara et al.

Jenis vaksinasi yang dapat dilakukan menurut anjuran WHO


sambil menunggu vaksin COVID-19 adalah vaksinasi influenza pada
petugas kesehatan, orang dewasa yang lebih tua, dan wanita hamil.7

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 201


Daftar Pustaka
Organ. 2020;(January):1-4. WHO. (2019). Stay physically active
during self quarantine. Diunduh 2020. Tersedia dari
http://www.euro.who.int/en/health-topics/healthemergen-
cies/coronavirus-covid-19/novel-coronavirus-2019-ncov-
technical-guidance/stay-physically-active-during-selfqua-
rantine.
WHO. (2020). Food and Nutrition tips during self quarantine. WHO
fact sheet on healthy diet: WHO Fact sheet on Healthy diet.
Diunduh 2020, tersedia dari https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/healthy-diet.
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota Bandung dan Fatwa MUI.
Surat Keputusan Pusat Nomor 14 Tahun 2020: Mengenai
Pencegahan Penyebaran Pandemi Virus Corona (Covid 19).
Diunduh 2020. Tersedia dari https://jabarprov.go.id/index.php/
news/37082/2020/03/19/Bagaimana-Kita-Hadapi-Covid-19-
Ini-Fatwa-MUI-142020.
WHO Eropean Region. (2020). Guidance on routine immunization
services during COVID-19 pandemic in the WHO European
Region. Diunduh 2020. Tersedia dari
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0004/433813
Prompetchara, Eakachai, Ketloy, Chutitorn, Palaga, Tanapat. (2020).
Immune responses in COVID-19 and potential vaccines:
Lessons learned from SARS and MERS epidemic. Asian
Pacific J Allergy Immunology. 38. 10.12932/AP-200220-0772.
Reicmuth AM, Oberli MA, Jaklenec A, Blankschtein D. mRNA
vaccine delivery using lipid nanoparticles. Ther Deliv.
2016;7(5):319-34.
Thomas SJ, L’Azou M, Barrett AD, Jackson NA. Fast-track zika
vaccine development - is it possible? N Engl J Med.
2016;375:1212-6. Tersedia dari /Guidance-routine-immuni-
zation-services-COVID-19-pandemic.pdf?ua=1

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 202


COVID-19 dan Manajemen Bencana
Yudi Feriandi

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa bencana


adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis”. Pandemi COVID-19 tergolong ke dalam bencana non-
alam, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Penetapan Bencana Kesehatan Nasional


Pandemi COVID-19 ditetapkan sebagai bencana kesehatan oleh
pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) pada
tanggal 31 Maret 2020. Penetapan tersebut didasarkan pada fakta
bahwa penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) bersifat
luar biasa dengan ditandai jumlah kasus dan kematian yang semakin
meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara serta
berdampak luas pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di
Indonesia. Bahkan, untuk menegaskan keseriusan pemerintah,
Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keppres Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Diseases 2019 (COVID-19) sebagai bencana nasional.
Implikasinya adalah dilaksanakannya berbagai mekanisme
sesuai dengan kaidah manajemen bencana dan khusus untuk sektor

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 203


kesehatan terdapat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan dan UU Nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Untuk akselerasi penanganan COVID-19
sebagai bencana kesehatan nasional, Presiden menetapkan Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Gugus tugas tersebut bertujuan untuk:
1. meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan;
2. mempercepat penanganan COVID-19 melalui sinergi antara
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah;
3. meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran
COVID-19;
4. meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional;
dan meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam
mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap COVID-19.
Untuk mencapai tujuan tersebut, unsur pelaksana dalam
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 memiliki tugas
sebagai berikut:
1. menetapkan dan melaksanakan rencana operasional
percepatan penanganan COVID-19;
2. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
percepatan penanganan COVID-19;
3. melakukan pengawasan pelaksanaan percepatan
penanganan COVID-19;
4. mengerahkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan
percepatan penanganan COVID-19; dan
5. melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19
kepada Presiden dan Pengarah.
Dengan demikian, langkah pemerintah Indonesia dapat
dikatakan sudah tepat dengan penetapan pandemi COVID-19 sebagai
sebuah kedaruratan kesehatan masyarakat dan bencana kesehatan
nasional. Penetapan tersebut menggiring tanggung jawab dan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 204


pengerahan sumber daya secara masif seluruh elemen bangsa untuk
bersama-sama menangani pandemi COVID-19.

Siklus Bencana dan Implikasinya Pada Bencana Kesehatan


COVID-19
Sebagai bencana kesehatan, pandemi COVID-19 harus ditangani
sesuai dengan prinsip penanggulangan bencana secara umum yang
bersifat rasional, adekuat (efektif dan efisien), serta berbasis pada
delapan prinsip fundamental manajemen bencana, yaitu
komprehensif, integratif, pendekatan terhadap segala risiko bahaya,
pendekatan manajemen risiko yang sistematik, perencanaan
kelangsungan usaha (sustainability), monitoring-evaluasi
berkelanjutan, kooperasi dan koordinasi, serta berbasis pada informasi
teknis dari para ahli yang akurat4.
Meskipun Indonesia memiliki kesiapsiagaan pascaepidemi
SARS-CoV sebelumnya, namun ternyata karakter pandemi COVID-
19 melebihi kesiapan berbagai pihak di Indonesia, baik di pelayanan
primer, sekunder, maupun tersier. Hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia, di negara awal pandemi, yaitu Republik Rakyat China,
pemerintah RRC membangun sarana pelayanan kesehatan secara
masif untuk menangani lonjakan kasus yang menyebabkan disparitas
kemampuan pelayanan kesehatan untuk menangani warga terdampak.
Dalam UU No.6 Tahun 2018, disebutkan bahwa Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang
bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular
dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran
biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme, dan pangan yang
menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas
wilayah atau lintas negara. Berbagai definisi yang saat ini kita dengar
baik di media masa maupun sosial sebetulnya merupakan istilah baku
yang terdapat dalam UU No. 6 Tahun 2018.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 205


1. Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan
seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan meskipun belum
menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam masa
inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang
apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau barang
yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan
kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke
orang dan/atau barang di sekitarnya.
2. Isolasi adalah pemisahan orang sakit dari orang sehat yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan dan perawatan.
3. Karantina Rumah adalah pembatasan penghuni dalam suatu
rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi.
4. Karantina Rumah Sakit adalah pembatasan seseorang dalam
rumah sakit yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi.
5. Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu
wilayah termasuk wilayah pintu Masuk beserta isinya yang diduga
terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
6. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan
kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
Selain UU karantina kesehatan, manajemen bencana mengacu
pada konsep fase bencana sesuai UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana. Secara umum, siklus bencana terdiri dari
tiga fase, yaitu prabencana, saat bencana, dan pascabencana. Setiap

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 206


fase memiliki jenis upaya dan kegiatannya masing-masing. Meskipun
saat ini pemerintah telah menetapkan pandemi COVID-19 sebagai
bencana nasional dan kedaruratan kesehatan masyarakat, namun
situasi Indonesia yang sedemikian luas dan berbasis kepulauan, tentu
saja memiliki status penetapan sekuen siklus bencana yang berbeda-
beda.
Sebagai contoh, bisa jadi di suatu daerah yang masih belum
terdapat masyarakat berstatus ODP, PDP, dan OTG maka daerah
tersebut berada pada fase prabencana. Kondisi sebaliknya terjadi
manakala di suatu daerah telah ada warga berstatus PDP, OTG, ODP,
dan kontak erat maka daerah tersebut sudah masuk ke dalam fase
tanggap darurat bencana. Oleh karena itu, meski ditetapkan sebagai
bencana nasional, namun kita jumpai bahwa kebijakan setiap daerah
dan tingkat penanganan bencananya berbeda-beda. Contoh lainnya
adalah penerapan PSBB. Saat ini PSBB penuh diterapkan di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Depok, Bogor, Bandung, dan beberapa
daerah lainnya di Indonesia. Namun, di daerah penyangga seperti
Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat hanya
menerapkan PSBB parsial. Oleh karena itu, untuk memahami konsep
manajemen bencana kesehatan maka UU No. 24 Tahun 2007 dan UU
No. 6 Tahun 2018 perlu dicermati irisan dan sinerginya.
Secara umum, kegiatan manajemen bencana kesehatan
COVID-19 dapat dikategorikan sebagaimana upaya penanggulanan
bencana secara umum, dengan contoh aplikasi sebagai berikut:
1. perencanaan (planning) dan pencegahan (prevention) adalah
upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika
mungkin dengan meniadakan bahaya).
Contoh: pemerintah RI menyusun perencanaan di tingkat nasional
untuk penanggulangan COVID-19 dengan membentuk gugus
tugas percepatan penanganan COVID-19 yang dikomandani oleh
Ketua BNPB dengan salah satu fungsinya adalah menyusun

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 207


langkah-langkah strategis dan pedoman teknis yang dapat
digunakan sebagai acuan nasional dalam penanganan COVID-19;
2. mitigasi (mitigation) adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Terbagi menjadi mitigasi structural dan non-
struktural
Contoh:
a. mitigasi structural: pengalihfungsian wisma atlet untuk
Rumah Sakit Rujukan COVID-19 apabila terjadi
undercapacity dari RS Rujukan yang telah ada. Pembangunan
ruang isolasi dan penyiapan alih fungsi ruang rawat di RS
Rujukan untuk mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19.
b. mitigasi non-struktural: pengesahan UU Nomor 6 Tahun 2018
tentang Karantina Kesehatan dan pengeluaran travel warning
sebelum penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat dan
bencana kesehatan nasional;
3. kesiapan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
merespons secara efektif ancaman dan dampak bencana serta pulih
dengan cepat dari dampak jangka panjang. Upaya kesiapsiagaan
meliputi berbagai aktivitas seperti penilaian risiko (risk
assessment), perencanaan siaga (contingency planning), mobilisasi
sumberdaya (resource mobilization), pendidikan dan pelatihan
(training & education), koordinasi (coordination), mekanisme
respons (response mechanism), manajemen informasi (information
systems), dan gladi/simulasi (drilling/simulation)
Contoh: pelatihan tenaga kesehatan untuk penapisan, tata laksana,
dan pencegahan serta pengendalian infeksi khusus COVID-19
sebelum terdapat kasus positif di rumah sakit;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 208


4. peringatan dini (early warning) adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan dengan segera kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadi bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang.
Contoh: pembuatan laman Pikobar - Pusat Informasi dan
Koordinasi COVID-19 Jawa Barat dengan alamat
https://pikobar.jabarprov.go.id yang memberikan informasi
tentang kasus COVID-19 di wilayah Jawa Barat;
5. tanggap darurat (response) adalah upaya yang dilakukan
segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak
yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta
benda, evakuasi, dan pengungsian. Tujuan utama intervensi
kesehatan fase respons darurat adalah menurunkan segera angka
dan risiko kematian, kesakitan, serta kecacatan yang tinggi.
Contoh: surveilans ODP dan OTG oleh petugas Puskesmas, tata
laksana PDP di RS rujukan COVID-19. Evakuasi masyarakat
berupa pembatasan kerumunan, pengalihan pembelajaran di
sekolah, pembatasan khusus di lingkungan kerja, penerapan PSBB
di berbagai daerah, dsb.;
6. bantuan darurat (relief) merupakan upaya untuk memberikan
bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar.
Contoh: operasi pasar oleh pemerintah untuk menjamin
ketersediaan dan harga bahan kebutuhan pokok selama PSBB,
pemberian bantuan swadaya warga terhadap warga lainnya yang
berstatus ODP dan OTG yang menjalani karantina mandiri di
rumahnya;
7. pemulihan (recovery) adalah proses pemulihan darurat
kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.
Contoh: memfungsikan kembali sekolah, tempat kerja, dan pusat
perbelanjaan pascapencabutan status kedaruratan kesehatan
masyarakat;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 209


8. rehablitasi (rehabilitation) dan rekonstruksi (reconstruction).
Rehabilitasi adalah upaya langkah yang diambil setelah kejadian
bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya,
fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan
kembali roda perekonomian. Rekonstruksi merupakan program
jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial,
dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada
kondisi yang sama atau lebih baik daripada sebelumnya
Contoh: pembukaan kembali lapangan kerja dan pemberian
insentif khusus bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
dan bantuan permodalan khusus berbasis Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL)/Corporate Social Responsibility (CSR)
untuk industri kecil. Tax amnesty bagi industri besar dan stimulus
investasi serta penanaman modal asing.
Untuk lebih mudah mengaplikasikan implementasi fase
bencana, siklus bencana, dan konsep karantina kesehatan yang tepat
maka setiap pemimpin di level tertentu dalam manajemen pandemi
COVID-19 di berbagai daerah perlu menyusun rekomendasi upaya
yang bersifat teknis, efektif, efisien, mampulaksana, serta sesuai
dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing dengan tetap
mengacu pada kebijakan yang bersifat nasional

Peran Pelayanan Primer Dalam Manajemen Bencana Kesehatan


COVID-19
Fasilitas kesehatan (faskes) primer terdiri atas puskesmas, praktik
dokter, praktik dokter gigi, dan klinik pratama. Dari berbagai faskes
primer, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) mengemban peran
utama. Terdapat dua peran sentral puskesmas di era COVID-19 ini,
yaitu sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Keunggulan lain puskesmas
adalah sebagai pelayanan primer yang tersebar dan dekat dengan
lokasi masyarakat, memiliki tanggung jawab kewilayahan dan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 210


jangkauan pelayanan, serta memiliki alur komando program yang
jelas.
Peran upaya kesehatan promotif dan preventif merupakan
salah satu kekhasan dari pelayanan primer khususnya puskesmas.
Upaya promotif dan preventif yang optimal dapat membantu
penanganan bencana nasional COVID-19 dengan memperlambat laju
insidensi penularan dari manusia ke manusia lainnya. Perlambatan
laju insidensi dipengaruhi oleh perilaku individu dan komunitas yang
memahami tentang risiko penyakit serta konsep pencegahan COVID-
19.
Setiap individu di masyarakat perlu memahami bagaimana
rantai transmisi penularan COVID-19 dan dampaknya apabila terkena
baik terhadap dirinya maupun terhadap populasi rentan terkena
gangguan kesehatan berat karena COVID-19. Pengetahuan
masyarakat yang baik terhadap seluk beluk transmisi dan perjalanan
penyakit COVID-19 akan membantu masyarakat untuk bersikap dan
berperilaku sesuai dengan kaidah pencegahan transmisi penularan.
Selain itu, pengenalan terhadap gejala dan perjalanan penyakit
COVID-19 akan berkontribusi terhadap self-awareness untuk melapor
dan memeriksakan dirinya atau anggota keluarganya yang diduga
masuk ke dalam kriteria penggolongan terdampak COVID-19 sesuai
dengan pedoman dari Kementrian Kesehatan RI, yaitu ODP, PDP,
OTG, dan kontak erat.
Hasil akhir dari kedua perilaku tersebut adalah penurunan
kecepatan penyebaran yang berdampak pada idealnya rasio
ketersediaan sumber daya kesehatan untuk menangani COVID-19 dan
kecepatan penanganan dan identifikasi penderita COVID-19. Selain
itu, masyarakat yang memiliki pengetahuan yang cukup dan
didasarkan pada bukti ilmiah akan lebih cerdas dalam menyikapi
pandemi COVID-19 ini. Masyarakat tidak akan menjadi panik atau
sebaliknya abai terhadap pandemi COVID-19 ini.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 211


Berbagai upaya promotif preventif yang dapat dilaksanakan oleh
Pelayanan Primer di antaranya adalah:
1. sosialisasi tentang penyakit COVID-19 yang mudah dipahami
masyarakat awam;
2. sosialisasi tentang transmisi penularan COVID-19 secara umum
dan risiko penularan yang memungkinkan terjadi di berbagai
tatanan, baik rumah, tempat kerja, sekolah, tempat-tempat umum,
fasilitas publik, dan sebagainya;
3. sosialisasi tentang cara desinfeksi lingkungan yang benar dan
berbasis ilmiah
4. sosialisasi tentang cara mencuci tangan yang benar;
5. sosialisasi tentang berbagai aturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah terkait dengan karantina
mandiri, self-monitoring, pembatasan sosial berskala besar, dsb;
6. sosialisasi tentang destigmatisasi terhadap penderita COVID-19;
7. melakukan edukasi terhadap berbagai pihak yang rentan terhadap
risiko penularan di tempat-tempat yang memungkinkan adanya
kerumunan seperti tempat makan, pasar, bank, toko, pengemudi
ojek, dan berbagai titik rawan lainnya di wilayah kerjanya;
8. mengoptimalkan media sosial melalui jejaring kader kesehatan
atau marketing pada faskes swasta untuk memperluas dan
mempercepat informasi kesehatan dan pelaporan;
9. penggunaan alat pelindung diri yang adekuat di pelayanan
kesehatan untuk mencegah transmisi antar tenaga kesehatan dan
antara tenaga kesehatan dengan pasien

Selain itu, terdapat peran khusus puskesmas pada manajemen


bencana khususnya pada fase tanggap darurat dan bantuan darurat
bidang kesehatan pada pandemi COVID-19 ini, di antaranya adalah:
1. melakukan penyesuaian rencana program UKM dan relokasi
sumber daya puskesmas untuk optimalisasi peran Puskesmas
dalam pengendalian COVID-19;

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 212


2. melakukan komunikasi terkait COVID-19 kepada masyarakat
disertai promosi kesehatan lintas program dan pengendalian
sanitasi lingkungan serta modifikasi tempat-tempat
umum/pelayanan publik di wilayah kerjanya;
3. melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap OTG, ODP,
dan PDP di wilayahnya;
4. melakukan pemeriksaan rapid test dan pengambilan spesimen
untuk konfirmasi RT-PCR;
5. berkoordinasi dengan program UKP/Pengobatan melakukan
rujukan ke RS rujukan yang ditentukan;
6. membangun dan memperkuat kerja sama surveilans dengan
tokoh masyarakat dan lintas sektor;
7. memberitahukan kepada RT/RW apabila ada keluarga yang
menjalani karantina rumah agar mereka mendapatkan dukungan
dari masyarakat di sekitarnya dan melakukan upaya
destigmatisasi;
8. memonitor keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lanjut
usia atau memiliki penyakit komorbid;
9. mengajak para tokoh masyarakat agar melakukan disinfeksi
tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi masyarakat;
10. notifikasi/pelaporan kasus 1x24 jam secara berjenjang ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi dan PHEOC;
11. menunda atau memodifikasi implementasi program kesehatan
masyarakat seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak, pos
pelayanan terpadu (posyandu), dan imunisasi dasar sesuai dengan
kondisi di wilayah kerjanya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
peran pelayanan primer khususnya program-program upaya kesehatan
masyarakat sangatlah vital dalam mata rantai gugus tugas percepatan
penanganan bencana kesehatan COVID-19 yang saat ini dikomandoi
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 213


Daftar Pustaka
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID- 19)
Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19)
Subuh M., dkk. Pedoman penanganan cepat medis dan kesehatan
masyarakat COVID-19 di Indonesia. Jakarta: Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19; 2020
Isbaniyah F., & dkk. Pedoman kesiapsiagaan menghadapi infeksi
novel coronavirus-2 (2019-nCoV). Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit; 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Manajemen Puskesmas
Respati T., & dkk. Buku ajar ilmu kesehatan masyarakat. Bandung:
P2U Universitas Islam Bandung; 2018
Surat Edaran tentang Petunjuk Pencegahan Penularan COVID-19
untuk Petugas Kesehatan. Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia; 2020
Guiding principles for immunization activities. Jenewa: World Health
Organization; 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 214


COVID-19
DAN HUMANIORA

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 215


COVID-19 dan Perspektif Sosiologis serta Yuridis
Kesehatan
Dony Septriana Rosady

Humanisme berasal dari bahasa latin humanis yang berarti manusia


dan istilah -isme yang dimaknai sebagi suatu paham atau aliran.
Humanisme dalam keseharian digunakan untuk merujuk atau
mengungkapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia. Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata humanisme memiliki pengertian
aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan
mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.
Pada mulanya humanisme merupakan sebuah gerakan untuk
mengupayakan penghormatan terhadap martabat manusia. Sebagai
salah satu pemikiran etis yang menjunjung tinggi kedudukan manusia,
humanisme menitikberatkan pada harkat, peran, dan tanggung jawab
seorang manusia. Pada aliran pemikiran humanisme seorang manusia
memiliki kedudukan yang istimewa karena dibekali rohani.
Pandangan ini menyadarkan bahwa seorang manusia memiliki harkat
dan martabat sebagai seorang manusia karena berperan sebagai
makhluk rohani. Sudah sewajarnya manusia sebagai makhluk rohani
memiliki tanggung jawab lebih dalam menjalankan perannya pada
kehidupan di dunia.

Manusia dan Martabat Kemanusiaan


Aliran pemikiran humanisme telah menjadi akar rujukan bagi berbagai
bidang dalam kehidupan manusia. Salah satu filosofi moral yang
menjadikan pemikiran humanisme sebagai pijakan adalah etika
biomedis. Etika biomedis mendasarkan prinsip-prinsipnya pada upaya
penghormatan terhadap martabat seorang manusia. Beauchamp dan
Childress (1977) menyatakan setidaknya terdapat empat prinsip
bioetika, yaitu menghormati otonomi, beneficence, non-malficence,
dan justice. Empat prinsip yang dikemukankan oleh Beauchamp dan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 216


Childress ini telah banyak diterima dan digunakan pada pelbagai
tempat di seluruh dunia sebagai prinsip bioetika. Pertama kali prinsip
tersebut dibahas dalam buku edisi pertamanya yang terbit pada tahun
70-an. Tidak kurang dari empat puluh tahun gagasan tentang empat
prinsip bioetika Beauchamp dan Childress ini mewarnai studi bioetika
semenjak kelahirannya hingga perkembangannya sampai saat ini.
Prinsip otonomi memiliki pengertian bahwa setiap orang
harus menghormati setiap keputusan yang otonom atau pilihan yang
otonom dari suatu keputusan/pilihan setiap orang yang memiliki
kebebasan, kemampuan, dan hak untuk membuat keputusan terhadap
dirinya. Hal ini berarti bahwa apapun keputusan yang dibuat seseorang
yang otonom, meski bukanlah keputusan yang terbaik dalam
pandangan kesehatan, tenaga kesehatan harus menghormati keputusan
tersebut dengan sebaiknya. Salah satu praktik yang jelas mewakili
prinsip ini adalah penyelenggaraan informed consent atau persetujuan
setelah penjelasan kepada pasien atau yang mewakilinya. Informed
consent diberikan oleh pasien untuk seluruh pelayanan kesehatan yang
akan dijalaninya. Tanpa memperoleh persetujuan dari pasien, tindakan
kedokteran dapat dianggap sebagai sebuah penganiayaan.

Kebebasan Individu dan Tanggung Jawab Sosial


Setiap manusia memiliki hak kebebasan individu untuk berpikir,
bersikap, dan melakukan tindakan secara sadar. Hak individu ini
melekat kepada setiap manusia dan tidak boleh dirampas oleh
siapapun. Dalam ranah publik kebebasan individu ini bukan berarti
kebebasan yang tidak berbatas. Setiap individu memiliki kebebasan
yang dibatasi oleh kebebasan individu lainnya. Suatu kebebasan
individu tidak lagi berlaku jika kebebasannya dapat mengganggu
kebebasan individu yang lainnya. Oleh karenanya, perlu ada regulasi
untuk mengatur kebebasan setiap individu agar tidak saling
mengganggu kebebasan individu lainnya. Secara konkret kondisi ini
dapat dijelaskan dalam kondisi wabah atau kejadian luar biasa.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 217


Kebebasan individu pada kondisi wabah akan dibatasi oleh aturan
dikarenakan negara berupaya untuk menjamin perlindungan bagi
seluruh warga negara. Tindakan yang dilakukan di luar aturan akan
membahayakan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga akan
membahayakan populasi yang lebih luas.
Di samping memiliki hak kebebasan individu, setiap manusia sebagai
makhluk sosial juga menjadi subjek yang bertanggung jawab secara
konkret. Tanggung jawab kepada Allah harus mendapatkan bentuk
konkretnya dalam tanggung jawab kepada sesama makhluk-Nya.
Tanggung jawab juga bersifat asimetris artinya tanggung jawab
kemanusiaan terhadap sesama harus tetap dijalankan tanpa perlu
menuntut atau mengharapkan sesuatu dari orang lain. Nilai-nilai ini
termanifestasi dalam semangat gotong royong yang telah lama
menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia.
Kondisi penyebaran wabah COVID-19 telah memaksa diingatkannya
kembali betapa pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku
menjaga kebersihan diri dengan menerapkan cuci tangan sebelum dan
sesudah aktivitas kembali dikampanyekan dan dipraktikkan secara
masif oleh seluruh lapisan. Sayangnya tindakan ini ada yang berhenti
hanya pada diri sendiri. Padahal seharusnya seluruh pihak berpikir
untuk bersih dan sehat secara komunal. Kelangkaan alat-alat dan
produk kesehatan pada fase awal penyebaran wabah COVID-19
merupakan indikator sederhana tidak sedikit pihak yang berpikir
hanya tentang kebersihan dan kesehatan dirinya. Sabun cuci tangan
dan hand sanitizer sangat sulit didapatkan di pasaran, kalaupun ada
harganya telah melejit secara drastis dan dinilai tidak lagi sesuai
dengan harga keekonomian.
Kelangkaan tidak hanya terjadi pada alat-alat kebersihan,
tetapi juga terjadi pada produk alat pelindung diri akibat penggunaan
alat pelindung diri yang tidak bijak. Fenomena panic buying pada
sebagian masyarakat, mendorong mereka menggunakan alat
pelindung diri medis padahal alat-alat tersebut diproduksi untuk tujuan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 218


penggunaan medis. Di pasaran alat pelindung diri ini begitu langka
dan kalau pun ada maka harganya telah membumbung tinggi. Tenaga
kesehatan yang seharusnya menggunakan alat pelindung diri dengan
lengkap harus menghadapi kondisi kelangkaan APD. Padahal tenaga
kesehatan temasuk kelompok yang rentan karena berhadapan
langsung dengan pasien yang mengeluhkan gejala COVID-19 dan
berpotensi tinggi untuk tertular COVID-19. Pemikiran yang tidak
bijak mengenai penggunaan APD di ruang publik telah mendorong
kondisi yang membahayakan tidak hanya tenaga kesehatan, tetapi juga
masyarakat itu sendiri. Jika tenaga kesehatan banyak yang terpapar
COVID-19 karena tidak dapat menggunakan APD yang memadai dan
kemudian terinfeksi COVID-19 maka mau tidak mau mereka harus
mengisolasi dirinya. Ini berarti jumlah sumber daya manusia
kesehatan akan berkurang yang jelas akan berdampak pada penurunan
kapasitas dan kapabilitas fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Akibatnya,
penanganan kasus COVID-19 tidak akan optimal dan penyebaran
COVID-19 dapat berlangsung lebih lama dengan jumlah kejadian
yang lebih tinggi.
Perlu ada kesadaran bersama bahwa upaya pencegahan
penyebaran wabah COVID-19 harus dijalankan oleh semua pihak.
Tiap-tiap individu perlu menyadari bahwa setiap individu dapat
tertular dan menularkan sehingga perlu untuk menjalankan anjuran
pemerintah untuk menahan diri untuk keluar rumah dalam periode
tertentu dan menjaga jarak fisik yang aman serta menggunakan alat
perlindungan diri yang cukup seperti masker jika memang terpaksa
harus keluar rumah dalam kondisi darurat. Tidak lupa juga disertai
dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersaih dan Sehat sebagai
bagian dari rutinitas keseharian. Hal ini dilakukan dengan harapan
dapat menekan penyebaran virus sehingga dapat menekan angka
morbiditas dan mortalitas pada populasi masyarakat.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 219


Relasi Masyarakat dan Negara
Manusia dalam pergaulan hidupnya cenderung untuk hidup bersama
dengan manusia lainnya. Oleh karenanya, Aristoteles menyatakan
manusia sebagai zoon politicon. Hal ini wajar karena manusia pada
dasarnya memiliki kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri oleh
dirinya. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk saling
melengkapi kebutuhannya. Socrates berpandangan bahwa negara
didirikan manusia bukan untuk memenuhi kepentingan dirinya,
melainkan sebagai suatu tata susunan objektif yang memuat keadilan
bagi umum. Negara didirikan untuk memenuhi rasa keadilan bagi
semua. Pada awalnya setiap manusia adalah individu yang bebas.
Ketika seorang manusia berkumpul dengan manusia lainnya maka ada
kebebasan individu yang perlu diatur agar dapat memenuhi rasa
keadilan bagi semua. Hans Kelsen juga berpandangan bahwa negara
merupakan kesatuan tata hukum atau norma ordening (behoren
ordening) yang memberikan pedoman dalam bertingkah laku bagi
manusia tentang mana yang seharusnya dijalankan dan mana yang
seharusnya tidak dijalankan. Relasi yang dibangun berupa penyerahan
sebagian kebebasan individu warga negara kepada negara dalam
bentuk kedaulatan dan negara berkewajiban menjamin perlindungan
dan keadilan bagi seluruh warga negaranya.
Pada kondisi wabah atau kejadian luar biasa COVID-19
negara harus hadir untuk memberikan perlindungan bagi semua.
Negara harus melakukan regulasi yang tepat dan wajib dipatuhi oleh
warga negara untuk menanggulangi penyebaran virus COVID-19 agar
tidak meluas. Negara dapat menggunakan kekuasaannya berdasar atas
kedaulatan yang diberikan kepadanya oleh warga negara untuk
menjalankan seluruh strategi yang dinilai efektif. Jika ada warga
negara yang melanggar dan dinilai menghalangi strategi yang
dijalankan maka negara dapat saja memberikan sanksi atau melakukan
penahanan dalam rangka melindungi warga negara lainnya dan
kepentingan yang lebih luas dari ancaman penularan COVID-19.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 220


Selain strategi tentang penanggulangan COVID-19, negara juga
memiliki kewajiban untuk menjamin perlindungan kehidupan warga
negaranya baik melalui program jaring pengaman sosial maupun
dengan bentuk skenario program lainnya selama periode wabah atau
kejadian luar biasa COVID-19 berlangsung.

Perang Semesta Melawan COVID-19


Perang semesta untuk menanggulangi penyebaran COVID-19 perlu
dilakukan secara kolektif. Seluruh komponen bangsa sudah
seharusnya turun dan mengambil peran dalam upaya mencegah
penyebaran COVID-19. Negara dalam hal ini Pemerintah Republik
Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis-taktis dalam
memutus mata rantai penularan COVID-19. Upaya pencegahan
pergerakan dapat dilakukan dengan pembatasan aktivitas warga
negara. Virus Corona sebagai agen infeksi COVID-19 tidak memiliki
kemampuan untuk bergerak, manusialah yang memindahkannya dari
satu lokasi ke lokasi lainnya, dari satu orang ke orang lainnya, dari
satu benda ke benda lainnya. Untuk menghindari pergerakan dari virus
Corona maka negara harus melakukan pembatasan mobilitas warga
negara. Penerapan aturan pembatasan mobilitas warga negara harus
diiringi dengan pengawasan yang ketat bahakan jika perlu dengan
menggunakan alat negara. Stratgei lainnya adalah menyiapkan seluruh
sumber daya untuk melakukan deteksi dini secara cepat, melakukan
penelurusan kontak, dan isolasi-terapi bagi warga negara yang telah
terkonfirmasi COVID-19. Sistem pelayanan kesehatan harus
diperkuat karena kondisi ini termasuk kategori wabah atau kejadian
luar biasa penyakit menular. Ketersediaan Alat Pelindung Diri bagi
petugas yang berisiko tinggi kontak dengan warga negara yang
terinfeksi mutlak dipenuhi. Jika komponen ini tidak terpenuhi besar
kemungkinan fasilitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu lokasi
sumber penularan COVID-19 bagi warga negara yang tengah berobat.
Di samping strategi tersebut evaluasi penanganan dengan melibatkan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 221


para ahli perlu dilakukan untuk menyusun langkah-langkah lainnya
untuk mempercepat penanggulangan wabah/kejadian luar biasa
COVID-19.
Tenaga medis merupakan salah satu kelompok yang rentan
dalam kondisi wabah atau kejadian luar biasa jika tidak mendapatkan
dukungan penuh baik dari pemerintah maupun masyarakat. Tenaga
medis harus didukung dengan perlengkapan alat pelindung diri,
peralatan medis, dan fasilitas penunjang medis yang memadai.
Keterbatasan sumber daya manusia kesehatan perlu juga didukung
dengan manajemen yang baik. Tanpa manajemen pelayanan kesehatan
yang baik maka sumber daya manusia kesehatan akan mengalami
kelelahan atau terganggu kesehatannya yang dapat berdampak pada
pengurangan jumlah personil dan memicu penurunan kemampuan
sistem pelayanan kesehatan dalam penanganan kasus COVID-19 dan
kesehatan lainnya.
Masyarakat perlu menyadari perannya sebagai garda terdepan
pada perang melawan penyebaran COVID-19. Sebagai garda terdepan
masyarakat perlu melaksanakan arahan dari pemerintah dan tenaga
kesehatan untuk dapat membatasi mobilitas dengan berada di rumah.
Upaya ini untuk meminimalisir kemungkinan kontak dengan
masyarakat yang lainnya dan meminimlaisir perpindahan virus
antarmasyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menjaga kebersihan pribadi dan
menghindarkan virus atau agen infeksi lainnya masuk ke dalam tubuh.
Jika memang terpaksa harus keluar dari rumah untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat darurat maka penggunaan alat pelindung diri
harus dilakukan dan melakukan jaga jarak fisik antarmasyarakat untuk
meminimalisir penularan. Pada akhirnya semua dapat bergerak
bersama dan menjalankan perannya masing-masing dalam upaya
penanggulangan penyebaran COVID-19. Kita berdoa kepada Allah
SWT semoga bangsa Indonesia dan masyarakat dunia umumnya

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 222


diberikan kekuatan dan keselamatan dalam perang semesta ini dan
berharap badai wabah penularan COVID-19 ini dapat segera berlalu.

“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa


yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah pelindung kami, dan
hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal.’” (QS.
At Taubah: 51)

Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Beauchamp T., Childress J. Principles of biomedical ethics:marking
its fortieth anniversary. Am J of Bioethics; 2019; 19(11): 9-12.
Kusmaryanto C B. Bioetika. Jakarta: Buku Kompas; 2015.
Sobon K. Konsep tanggung jawab dalam filsafat Emmanuel Levinas.
J Filsafat; 2018; 28 (1): 47-73.
Sugianto. Ilmu negara: sebuah kajian dalam perspektif teori
kenegaraan di Indonesia. Yogyakarta: Deepublish Publisher;
2018.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 223


COVID-19 dalam Perspektif Islam
Mia Kusmiati

Memasuki hari ke-21 wabah pandemi COVID-19 diumumkan oleh


organisasi kesehatan dunia, WHO, Indonesia didapati menjadi negara
terjangkit dengan jumlah kasus yang terus meningkat. Data ini
menjadi sinyal penting bagi kita untuk segera memutus mata rantai
penularan. Secara singkat histori tentang wabah ini sebetulnya telah
dimulai tepatnya pada bulan Februari 2019, ketika seorang peneliti
dari Institut of virology, Wuhan Cina, Peng Zhao mempublikasikan
artikelnya tentang potensi wabah yang diakibatkan oleh virus Corona
dari kelelawar. Virus Corona penyebab SARS (severe acute
respiratory syndrome)-CoV-2 dan MERS (middle east of respiratory
syndrome) berasal dari kelelawar yang sudah berubah materi
genetiknya akibat rekombinasi atau mutasi (proximal origin of SARS-
CoV-2). Secara kebetulan, negara Cina memiliki biodiversitas
kelelawar yang tinggi dan habitat mereka berada dalam radius yang
terjangkau oleh manusia.
Middle east respiratory syndrom- Coronavirus (MERS-CoV)
pertama kali terdeteksi di Arab Saudi pada tahun 2012 dan infeksi
virus tersebut telah mengenai 180 pasien dengan angka kematian
mencapai 43%. Sebelumnya, SARS Coronavirus muncul dari
reservoir hewan dan kejadian zoonosis juga dapat menyediakan
sumber MERS-CoV; namun, tidak ada pola paparan hewan yang
konsisten telah diamati dengan kasus MERS tersebut. Infeksi penyakit
SARS-CoV-2 yang oleh WHO dinamakan sebagai COVID-19 saat ini
telah tersebar luas. Sejak tanggal 11 Maret 2020 menurut sebuah
penelitian sebanyak 121.564 kasus telah dikonfirmasi di lebih dari 110
negara dengan angka kematian sebanyak 4.373 kasus. Di Indonesia
per tanggal 11 April 2020, jumlah kasus telah mencapai 3.512 kasus
dengan mortalitas mencapai 306 kematian atau 8.71%

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 224


Sejenak kita dapat melihat ada suatu kendali pengaturan untuk
semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Hadits yang disanadkan
oleh Al baihaqy no. 3907 dan Al marifah hal. 456 yang sahih sangat
tepat menggambarkan situasi di atas. Dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia
berkata:” Janganlah kalian membunuh katak karena suaranya adalah
tasbiih. Jangan kalian pula membunuh kelelawar karena ketika
Baitul-Maqdis roboh ia berkata: ‘Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan
padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan
mereka”. (HR. Al Baihaqi dalam Al-Kubraa 9: 318 dan Ash-Shughraa
8: 293 no. 3907, dan Al-Ma’rifah hal. 456. Al Baihaqi berkata bahwa
sanad hadits ini shahih).

Aspek Kesehatan Dalam Perspektif Ajaran Islam


Menjaga kebersihan juga merupakan salah satu tuntunan dalam ajaran
Islam sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath
Thabrani dari Abu Hurairah r.a, yaitu

‫ظافَ ِة َولَنْ يَ ْد ُخ َل‬


َ َ‫علَي الن‬ ْ ‫ط ْعت ُ ْم فَاِنَ هللاَ تَعَالَي بَنَي ا ِال‬
َ ‫سالَ َم‬ َ َ ‫ست‬
ْ ِ‫ظفُ ْوا ِب ُك ِ ِّل َما ا‬ َّ َ‫تَن‬
َ َ
‫ا ْل َجنة اِالَ ُك ُّل نظِ يْف‬
َّ

Artinya: “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu.


Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam ini atas dasar
kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.”
(HR Ath-Thabrani).

Hadits ini memberikan pesan pada kita untuk selalu menjaga


kebersihan, apalagi di tengah maraknya wabah COVID-19 ini.
Dengan menjaga wudhu 5 kali sehari minimal setiap akan
melaksanakan shalat wajib, inti dari ajaran ini mensyariatkan untuk
senantiasa menjaga kebersihan. Dalam kasus wabah pandemi COVID-
19 kita dianjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum wudhu. Dari sini kita dapat analogikan bahwa Islam ini

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 225


dibangun atas 5 perkara, yaitu 1) berikrar serta berkomitmen untuk
menuhankan Allah yang esa (syahadat); 2) mendirikan shalat untuk
melaksanakan rukun Islam yang kedua ini diwajibkan untuk
mensucikan diri terlebih dahulu; 3) melaksanakan puasa; 4)
menunaikan zakat; dan 5) ibadah haji. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa Islam dibangun salah satunya oleh rukun kedua
(red: shalat) untuk senantisa bersih dan terjaga dari kotoran atau najis.
Shalat menjadi fondasi dari ajaran ini untuk senantiasa bersih dengan
berwudhu sebagai kaidah fikih syarat sahnya shalat.
Demikian pula bahwa Allah lebih mencintai orang bersih
seperti tercantum dalam QS Al Baqarah:222

‫ّللا يُحِ ب التوا بِ ْينه هويُحِ ب ا ْل ُمت ه ه‬


‫ط ِه ِر ْينه‬ ‫اِن ٰ ه‬

Artinya: “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai


orang yang menyucikan diri (membersihkan diri)."

Dari kutipan ayat tersebut jelas terlihat bahwa kesucian diri


dan kebersihan diri merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Ibarat
2 sisi mata uang bahwa menjaga kesucian diri dengan bertobat
merupakan ikhtiar/upaya bathin sebagai seorang hamba mendekatkan
diri pada Sang Pencipta, sedangkan menjaga kebersihan diri dengan
berwudhu merupakan ikhtiar lahir sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Pencegahan dan penanganan COVID-19 di tatanan
masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan proteksi dasar
sesuai dengan anjuran WHO, yaitu dengan cara menjaga higiene
perorangan, mencuci tangan, desinfeksi, dan pemberian vaksin
COVID-19.
Cara mencuci tangan seperti yang direkomendasikan oleh WHO.
1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
atau bahan yang mengandung alkohol (hand sanitizer);

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 226


2. Jika tangan kotor maka dibersihkan dengan cara menggosok
tangan menggunakan sabun dan air selama 40-60 detik dengan
teknik yang benar (cuci tangan 7 langkah);
3. Jika tangan tidak tampak kotor maka dibersihkan menggunakan
cairan yang mengandung alkohol minimal 70% (hand sanitizer)
selama 20-30 detik dengan teknik yang sesuai.

Salah satu upaya yang sedang dikembangkan untuk mencegah


penyakit COVID-19 ini adalah pembuatan vaksin guna membuat
imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang berlangsung 2 uji
klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari National Institute
of Health (NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan dosis 25, 100,
dan 250 μg. Studi kedua berasal dari China menggunakan adenovirus
type 5 vector dengan dosis ringan, sedang, dan tinggi.
Gambar berikut menjelaskan tentang perbedaan alur atau prosedur
yang harus dilalui antara pengembangan vaksin tradisional (yang
umum) dan pengembangan vaksin pada saat keadaan pandemik.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa pengembangan vaksin dalam
keadaan pandemik mengalami beberapa pemendekan fase mengingat
keadaan mendesak untuk segera dilakukan, dan pengambilan
keputuan terkait kandidat yang akan dilibatkan harus dilakukan
segera. Selain itu, evaluasi trial pada manusia dapat dipertimbangkan
melalui kewenangan darurat oleh badan internasional seperti WHO
termasuk menentukan jalur pengaturan dan penunjukkan
manufacturing berskala besar.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 227


Gambar 1 Perbedaan antara Pengembangan Vaksin Tradisional
dan Vaksin dalam Paradigma Pandemik
Diadaptasi dari Lurrie et al, 2020

Vaksin Dalam Perspektif Ajaran Islam


Penggunaan vaksin untuk mencegah penyakit dibolehkan menurut
ajaran Islam asalkan memenuhi produk halal, kehalalannya terjaga,
dan tidak meggunakan bahan dasar yang diharamkan oleh ajaran
Islam. Adapun kaidah ushul fikih tentang bahan-bahan yag digunakan
untuk vaksinasi harus memenuhi beberapa kaidah sebagai berikut:

Istihalah secara bahasa memiliki dua makna. Salah satu maknanya


adalah
‫تغير الشيء عن طبعه ووصفه‬

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 228


Artinya;“Berubahnya sesuatu dari tabi’at asal atau sifatnya yang
awal.”

Para ulama telah menyepakati bahwa apabila khomr


(minuman keras beralkohol) berubah menjadi cuka dengan sendirinya
(karena dibiarkan begitu saja) maka khomr tersebut menjadi suci.
Namun, para ulama berselisih jika khomr tadi berubah menjadi cuka
melalui suatu proses tertentu. Dari perselisihan di atas, pendapat
yang kuat dalam masalah ini adalah yang menyatakan bahwa suatu
zat yang najis yang berubah (dengan istihalah) menjadi zat lain yang
baru, dihukumi suci. Pendapat inilah yang lebih tepat, apalagi
diterapkan di zaman saat ini. Kita masih ingat bahwa minyak bumi itu
asalnya dari bangkai hewan (fosil) yang terpendam ribuan tahun.
Padahal bangkai itu jelas najis. Jika kita katakan minyak bumi itu najis
karena berpegang pada pendapat Syafi’iyah dan Hambali maka hal
tersebut menjadi problema untuk saat ini.

Istihlak
Istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis dengan benda
lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya
najis, baik rasa, warna, dan baunya.

Dua hadits di atas menjelaskan bahwa apabila benda yang najis atau
haram bercampur dengan air suci yang banyak sehingga najis tersebut
lebur tidakk menyisakan warna atau baunya maka dia menjadi suci.
Jadi, suatu saat air yang najis dapat berubah menjadi suci jika
bercampur dengan air suci yang banyak. Tidak mungkin air yang najis
selamanya berada dalam keadaan najis tanpa perubahan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 229


Memahami kaidah ketiga: Darurat membolehkan yang haram.
Kaidah ini dibawakan di antaranya oleh Ibnu Nujaim dalam Al Asybah
wan Nazhoir. Beliau menyebutkan kaidah,

‫الضرورات تبيح المحظورات‬

Artinya ‘Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang.”

Sebagaimana disebutkan dalam QS Al Baqarah:173,

َ ‫ط َّر‬
‫غي َْر بَاغ َو َال‬ ُ ‫ض‬ ِ َّ ‫علَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيت َةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ا ْلخِ ْن ِز ِير َو َما أ ُ ِه َّل بِ ِه ِلغَي ِْر‬
ْ ‫َّللا فَ َم ِن ا‬ َ ‫إِنَّ َما ح ََّر َم‬
‫غفُو ٌر َرحِ ي ٌم‬ َ ‫َّللا‬
َ َّ َّ‫علَ ْي ِه ِإن‬ َ ‫عَادٓفَ َال ِإثْ َم‬

Artinya; Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah, tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 173).

Namun kaidah di atas memiliki syarat yang harus dipenuhi tidak


sekedar mendapati bahaya, lantas menerjang yang haram. Beberapa
syarat yang harus dipenuhi:
1. yakin akan memperoleh dhoror (bahaya), bukan hanya
sekedar sangkaan atau yang nantinya terjadi. Jadi, seseorang
tidak boleh mengonsumsi bangkai sebelum dhoror (bahaya) itu
terjadi, yaitu dalam keadaan khawatir binasa atau dapat celaka
karena rasa lapar yang sangat.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 230


ُ‫ورة‬َ ‫ض ُر‬ َّ ‫ بَ ْل َمت َى ُو ِجدَتْ ال‬، ‫ َال يُ ْكتَفَى فِي ِه ِبا ْل َمظِ نَّ ِة‬، ‫ورةَ أ َ ْم ٌر ُم ْعتَبَ ٌر ِب ُو ُجو ِد َحقِيقَتِ ِه‬ َّ ‫ال‬
َ ‫ض ُر‬
َ َ ُ
‫ لَ ْم يُبَ ْح ْاْل ْك ُل ل ُِو ُجو ِد َمظِ نَّتِهَا‬، ْ‫ َو َمت َى ا ْنتَفَت‬، ‫س َوا ٌء ُو ِجدَتْ ا ْل َمظِ نَّة أ ْو لَ ْم ت ُو َج ْد‬َ ، ْ‫أَبَاحَت‬
‫بِحَال‬

Artinya “Keadaan darurat baru teranggap ada jika sudah benar-


benar ditemui. Jadi tidak cukup dengan hanya sangkaan. Jika
ditemukan keadaan darurat, maka dibolehkanlah yang haram,
baik ada sangkaan ataukah tidak. Ketika keadaan darurat telah
hilang, maka tidak dibolehkan kembali mengonsumsi yang haram
walau dengan suatu sangkaan kala itu.”ٓ

2. dipastikan bahwa dengan melakukan yang haram dapat


menghilangkan dhoror (bahaya). Jika tidak dapat dipastikan
demikian maka tidak boleh seenaknya menerjang yang haram.
Contoh: ada yang haus dan ingin minum khomr. Perlu diketahui
bahwa khomr itu tidak dapat menghilangkan rasa haus sehingga
meminum khomr tidak dapat dijadikan alasan untuk
menghilangkan dhoror (bahaya).
3. tidak ada jalan lain kecuali dengan menerjang larangan demi
hilangnya dhoror. Contoh: ada wanita yang sakit, ada dokter
perempuan dan dokter laki-laki. Selama ada dokter wanita maka
tidak dapat beralih pada dokter laki-laki karena saat itu bukan
darurat.
4. haram yang diterjang lebih ringan daripada bahaya yang akan
menimpa.
5. sesuatu yang haram yang dikonsumsi saat darurat diambil
sekadarnya. Jika darurat sudah hilang maka tidak boleh
mengonsumsinya lagi. Maka para ulama membuat kaidah lagi
dalam masalah ini.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 231


‫ما أبيح للضرورة يقدر بقدرها‬

Artinya: “Sesuatu yang dibolehkan karena keadaan darurat,


maka dikonsumsi sekedarnya saja”.

Deteksi dini dan Isolasi


Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat
ke fasilitas kesehatan, aktivitas lain yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada tingkat
masyarakat, usaha mitigasi meliputi pembatasan berpergian dan
pengumpulan massa pada acara berskala besar (social distancing).
Deteksi dini dan isolasi pada saat terjadi wabah atau pandemik
merupakan upaya yang dilakukan pada setting masyarakat. Deteksi
dini dilakukan bersama antara individu, tenaga kesehatan dan
masyarakat, sedangkan isolasi atau pembatasan diri merupakan upaya
individu sebagai anggota masyarakat untuk tidak menimbulkan
mudharat kepada orang lain. Sebagaimana disanadkan oleh Abû Sa’îd
Sa’d bin Mâlik bin Sinân al-Khudri Radhyallahu anhu, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain”
Inti dari hadits ini mengisyaratkan bahwa kita dianjurkan
untuk tidak menularkan penyakit yang sekarang ini sudah tersebar
dengan luas karena mungkin saja kita menjadi pembawa virus (silent
carier) tersebut tanpa kita sadari karena kita merasa sehat dan baik-
baik saja. Demikian halnya bahwa kita harus menghindari bahaya
penyebaran virus COVID-19 ini bukan semata untuk keselamatan dan
kebaikan diri kita sendiri, tetapi juga untuk keselamatan masyarakat
umumnya. Maka dalam konteks kekinian, social dan physical
distancing sangat sesuai dengan ajaran Islam dalam menyikapi
keadaan wabah. Sejalan dengan anjuran WHO untuk pertimbangan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 232


menyeluruh terkait dengan pembatasana secara fisik (physical
distancing), beberapa hal perlu dilakukan di antaranya:
a. mempertahankan jarak minimal 1 meter (3 kaki) tiap-tiap orang
secara ketat;
b. menggunakan ucapan salam (dalam konteks budaya dan agama)
yang menghindari kontak fisik, seperti melambaikan tangan, atau
menempatkan tangan di atas jantung;
c. menghentikan sejumlah besar orang berkumpul di tempat-tempat
umum, seperti tempat hiburan, pasar, dan toko/supermarket.
Dari sudut pandang ajaran Islam benar jika ada yang
mengatakan bahwa kita takut terhadap Allah saja, tetapi ini dalam
konteks akidah. Ajaran Islam tidak dibangun oleh akidah saja, tetapi
ada fikih dan hukum (Syariah) yang juga menjadi panduan dalam
menjalankan ajaran ini. Upaya kita untuk menghindari bahaya
(wabah) merupakan ikhtiar sebagai manusia untuk menuju takdir
baikNya.

‫ض هوأ ه ْنت ُ ْم ِبهها فهاله ت ْهخ ُر ُجوا مِ ْنهها‬


ٍ ‫ هوإِذها هوقه هع ِبأ ه ْر‬،‫ض فهاله ت ه ْد ُخلُوهها‬
ٍ ‫ُون ِبأ ه ْر‬
ِ ‫إِذها سهمِ ْعت ُ ْم ِبالطاع‬

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah maka


janganlah kalian memasukinya, tetapi jika terjadi wabah di tempat
kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengisolasi atau


mengkarantina para penderita wabah di tempat isolasi khusus, jauh
dari pemukiman penduduk. Analogi dengan kondisi saat ini maka
upaya pencegahan dan meminimalisir risiko penularan penyakit
COVID-19 ini harus dilakukan dengan membangun sinergi antara
masyarakat dan pemerintah. Istilah lockdown (penguncian wilayah)
atau karantina wilayah atau ada yang menyebutnya dengan istilah
restricted movement order (RMO) merupakan implementasi dari
hadits tersebut ketika terjadi pandemi yang membahayakan kesehatan

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 233


masyarakat. Seperti halnya kita punya kewajiban untuk menjaga dan
menghindarkan diri dari bahaya karena kita dibekali dengan akal dan
kehendak. Hal ini sejalan dengan salah satu isi Al Qur’an yang
tercantum dalam QS An Naba,78:39 yang artinya:

“Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan


kembali kepada Rabbnya”.

Dalam menyikapi pandemi COVID-19 ini, seorang Muslim punya


tanggung jawab untuk percaya kepada qadar (takdir) Allah sebagai
suatu yang ghaib, tetapi nyata. Ghaib karena kita tidak tahu kalau
infeksi SARS-CoV-2 ini akan menjadi wabah sebelum terjadi, nyata
karena saat ini kita tengah diliputi oleh keadaan darurat yang
mengharuskan semua orang untuk tetap “tinggal di rumah”.
Paradigma yang kontras terjadi saat kita menafikan takdir sebagai
sesuatu yang tidak dapat diubah, kembali bahwa manusia dibekali
dengan kehendak (maisyah) dan kemampuan (qudrah) untuk memilih
mana yang baik dan bermanfaat bagi dirinya, demikian juga ia diberi
pilihan untuk tetap menjaga dirinya dari penyakit yang ditakdirkan
menjadi pandemic di awal tahun 2020 ini. Dalam memaknai takdir
(terjadi pandemik COVID-19) ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, di antaranya:
1. mengimani bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara global
maupun terperinci, azali maupun abadi, termasuk wabah
COVID-19 ini. Terkait dengan perbuatanNya sebagai Iradah
(kehendak)Nya, namun juga dipicu oleh perbuatan manusia yang
keluar dari fitrahnya memakan makanan yang tidak halal,
sebagaimana kasus Corona di Wuhan menjadi pemicu terjadi
penularan kepada manusia. Padahal menurut kaidah ilmu
virologi, virus ini seyogianya hanya menyerang hewan,
kelelawar, dan tidak menyerang manusia. Itulah yang terjadi saat
batas-batas yang menjadi koridor ajaran agama telah diabaikan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 234


Terlepas dari semua sudah menjadi ketetapan Allah, seyogianya
ada kehendak dan kemampuan manusia untuk dapat
menghindarinya;
2. mengimani bahwa Allah telah menulis hal itu dalam Lauh
Mahfuzh, sebagaimana difirmankan dalam QS al Hajj: 70 yang
artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah
sesungguhnya mengetahui apa yang saja yang ada di langit dan
di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah
kitab (lauh Mahfuzh) sesungguhnya yang demikian itu amat
mudah bagi Allah”. Semua kejadian yang kita alami termasuk
pandemik COVID-19 ini sudah tercatat di kitabnya. Sekarang
bagaimana tinggal kita menyikapinya, sungguh banyak hikmah
yang dapat kita ambil dari peristiwa ini, salah satunya bagi para
akademisi dan peneliti, kasus ini telah memicu berbagai
penelitian yang telah dipublikasikan di beberapa jurnal.
Demikian pula para akademisi ditantang untuk memutar otak
berupaya menciptakan sebuah pembelajaran daring yang inovatif
demi tetap terselenggaranya proses belajar mengajar di tengah
situasi serba darurat seperti sekarang;
3. mengimani bahwa seluruh yang ada tidak akan terjadi kecuali
dengan kehendak-Nya, baik itu terkait dengan perbuatanNya
maupun perbuatan para makhluk. termasuk virus Corona ini.
Adalah menjadi kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagai
pengendali (khalifah) di bumi untuk menuntaskan dan mencari
jalan keluar dalam menghadapai wabah ini;
4. mengimani bahwa seluruh yang ada merupakan ciptaan Allah;
dzatnya, sifatnya maupun pergerakan virus Corona ini.
Sebagaimana dalam QS Az Zumar: 62, “Allah adalah pencipta
segala sesuatu dan Dia pemelihara segala sesuatu”. Ketetapan
Tuhan pasti berlaku, mau tidak mau, suka atau tidak suka karena
Dia telah menetapkan segala sesuatu dengan sempurna menurut

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 235


kadar dan ukurannya. Sebagaiman dinukil dari QS Al Furqan:2
yang artinya”
“Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. Dalam konteks ini
kita dihadapkan pada sebuah pemikiran saat nalar bertemu
dengan ketetapanNya. Ketika kita telah abai dalam mematuhi
segala aturanNya untuk tidak memakan makanan haram,
demikian juga ketika segala sistem aturan hidup yang dibuatNya
hanya menjadi simbol ritual belaka, tidak menyentuh sendi-sendi
kehidupan manusia maka disaat itulah dampak pengabaian itu
menjadi kendala untuk berkegiatan sosial, bekerja, termasuk
beribadah sekalipun. Maka, kita diingatkan bahwa ada zat yang
Maha Kuasa, Maha Teliti, dalam ukuran dan timbangan
dibanding dengan nalar manusia yang terbatas dalam memahami
takdirNya. Kita perlu mengimani sebagai manusia beragama
bahwa wabah COVID-19 ini juga tidak terlepas dari campur
tangan Tuhan untuk membuat keseimbangan di bumi ini dan
memberi pelajaran yang berharga bagi umatNya.

Daftar Pustaka
Al Utsaimin MS. Syarah tsalatsatul ushul-mengenal Allah, Rasul dan
Dinul Islam. Sukoharjo: Al Qowam; 2016.
Chen N, Zhou M, Dong X. Eidemiological and clinical characteristics
of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan,
China: a descriptive study. Lancet. 2020;395(10223):507-13.
National Task Force for COVID-19. Advisory on the use of
hydroxychloroquine as prophylaxis for SARS-CoV-2
infection. India: National Task Force for COVID-19.2020
Fan Y, Zhao K, Shi Z, Zhou P. Bat Coronaviruses in China. Viruses.
2019;210

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 236


Garfin DR. The novel coronavirus (COVID-2019) outbreak:
amplification of public health consequences by media
exposure. Health Psychology.2020; March
Lauer SA. The incubation period of coronavirus disease 2019
(COVID-19) from publicly reported confirmed cases:
estimation and application. Ann Intern Med.2020
Lurie N, Saville M, Hatchett R, et al. Developing Covid-19 vacccines
at pandemic speed. N Engl J Med.2020
Susilo A, Rumende MC, Pitoyo CW, Santoso W, Yulianti M,
Kurniawan H, et al. Coronavirus disease 2019: review of current
literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.2020; 45-67.
Tuasikal MA. Hukum Islam. (2013, Agustus 12).Retrieved from
Rumaysho.com: http://rumaysho.com
Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical
Characteristics of 138 hospitalized patients with 2019 novel
coronavirus-infected pneumonia in Wuhan, China.
JAMA.2020; published online February 7.
WHO. Infection prevention and control during health care when
COVID-19 is suspected. World Health Organization; 2020.
WHO. Water, sanitation, hygiene, and waste management for the
COVID-19 virus. interim guidance. 2020; 2-4.
WHO. Safe Ramadan practices in the context of the COVID-19.
Interim guidance.2020
Wu Z, Mc Googan JM. Characteristics of and important lessons from
the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in China:
summary of a report of 72 314 cases from the Chinese center
for disease control and prevention. JAMA;2020.
Zhang J, Wang W, Peng W, Zhang Y, Wang Y, Wan Y, et al. Potential
of arbidol for post-exposure prophylaxis of COVID-19
transmission-preliminary report of a retrospective case-
control study. 2020; published online February 26. DOI:
10.12074/202002.00065

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 237


COVID-19 dan Pemulasaraan Jenazah Penyakit Menular
dalam Perspektif Islam
Meike Rachmawati

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui


dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok,
dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Teliti.
~ Surah Luqman: 34 ~

Definisi Pemulasaraan Jenazah Beserta Hukum Dan Kebijakan


Pemulasaraan jenazah adalah kegiatan pengelolaan jenazah mulai dari
ruangan, pemindahan ke kamar jenazah, pengelolaan jenazah di kamar
jenazah, serah terima kepada keluarga, dan pemulangan jenazah. Pada
keadaan jenazah merupakan penderita penyakit menular beberapa
peraturan telah dikeluarkan, Peraturan tersebut antara lain adalah : UU
No 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, UU No 6 tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, serta
Surat edaran Dirjen P2P No 483 Tahun 2020 tentang Revisi
ke-2 Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Corona
Virus (COVID-19). Untuk menghindari transmisi penularan penyakit
dari jenazah ke pengurus jenazah baik selama di rumah sakit maupun
di lingkungan keluarga dan sekitarnya maka diperlukan protokol
khusus mengenai pemulasaraan jenazah pada pasien dengan penyakit
menular. Beberapa langkah pemulasaraan jenazah tentunya menjadi
perhatian serius karena didalam islam pengurusan jenazah ini telah
diatur oleh aturan dan tatacara tertentu berdasar atas petunjuk baginda
Rasululloh S.A.W.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 238


Pengelolaan jenazah atau pengurusan jenazah berdasar atas
perspektif islam (TAJHIZ AL-JANA’ IZ)
Sebagaimana diketahui terdapat empat kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap orang yang telah
meninggal atau mayit. Keempat kewajiban itu adalah memandikan,
mengafani, menshalati, dan mengubur. Hukum mengurus jenazah
adalah suatu fardu kifayah.

Pengurusan Jenazah Penyakit Menular Di Dalam Perspektif


Islam
Umat Islam yang wafat karena wabah COVID-19 dalam pandangan
syara’ termasuk kategori syahid akhirat dan hak hak jenazahnya wajib
dipenuhi, yaitu dimandikan, dikafani, dishalati, dan dikuburkan. Pada
pelaksanaannya wajib menjaga keselamatan petugas dengan
mematuhi ketentuan ketentuan protokol medis.
Syahid akhirat adalah muslim yang meninggal dunia karena
kondisi tertentu (antara lain karena wabah [tha’un], tenggelam,
terbakar, dan melahirkan) yang secara syar’i dihukumi dan mendapat
pahala syahid (dosanya diampuni dan dimasukkan ke surga tanpa
hisab.
Berdasarkan maklumat WHO tentang Infection Prevention
and Control for the safe management of a dead body in the context of
COVID-19, kendatipun tidak terdapat data tentang transmisi COVID-
19 dari tubuh mayat kepada manusia namun kegiatan pemulasaraan
jenazah pasien tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah pencegahan
dan keselamatan bagi petugas kesehatan maupun yang melaksanakan
kegiatan pemulasaraan tersebut.
Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang tercantum
dalam Fatwa MUI Nomor 14 Tahun Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia 2020 angka 7 yang menetapkan: “Pengurusan jenazah
(tajhizal-jana’iz) yang terpapar COVID-19, terutama dalam
memandikan dan mengafani harus dilakukan sesuai protokol medis

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 239


dan dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap
memperhatikan ketentuan syariat.
Menshalatkan dan menguburkan jenazah yang terpapar
COVID-19 dilakukan sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar
tidak terpapar COVID-19.

Fatwa MUI memandikan mayat penderita COVID-19


Pedoman memandikan jenazah yang terpapar COVID-19 dilakukan
sebagai berikut :
a. jenazah dimandikan tanpa harus dibuka pakaiannya;
b. petugas wajib berjenis kelamin yang sama dengan jenazah yang
dimandikan dan dikafani;
c. jika petugas yang memandikan tidak ada yang berjenis kelamin
sama maka dimandikan oleh petugas yang ada, dengan syarat
jenazah dimandikan tetap memakai pakaian. Jika tidak maka
ditayamumkan;
d. petugas membersihkan najis (jika ada) sebelum memandikan;
e. petugas memandikan jenazah dengan cara mengucurkan air
secara merata ke seluruh tubuh;
Jika atas pertimbangan ahli yang terpercaya bahwa jenazah
tidak mungkin dimandikan maka dapat diganti dengan tayamum
sesuai ketentuan syariah, yaitu dengan cara:
1. mengusap wajah dan kedua tangan jenazah (minimal sampai
pergelangan) dengan debu.
2. untuk kepentingan perlindungan diri pada saat mengusap,
petugas tetap menggunakan APD.
Jika menurut pendapat ahli yang terpercaya bahwa
memandikan atau menayamumkan tidak mungkin dilakukan karena
membahayakan petugas maka berdasar atas ketentuan dlarurat
syar’iyyah, jenazah tidak dimandikan atau ditayamumkan.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 240


Pedoman mengafani jenazah yang terpapar COVID-19
Tahapan mengafani jenazah yang terpapar covid-19 adalah sebagai
berikut :
a. setelah jenazah dimandikan atau ditayamumkan, atau
berdasarkan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia karena
dlarurah syar’iyah tidak dimandikan atau ditayamumkan, maka
jenazah dikafani dengan menggunakan kain yang menutup
seluruh tubuh dan dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang
aman dan tidak tembus air untuk mencegah penyebaran virus dan
menjaga keselamatan petugas.
b. setelah pengafanan selesai, jenazah dimasukkan ke dalam peti
jenazah yang tidak tembus air dan udara dengan dimiringkan ke
kanan sehingga saat dikuburkan jenazah menghadap ke arah
kiblat.
c. jika setelah dikafani masih ditemukan najis pada jenazah maka
petugas dapat mengabaikan najis tersebut.

Pedoman menyalatkan jenazah yang terpapar COVID-19


Menyalatkan jenazah yang terpapar covid-19 dengan memperhatikan
beberapa hal berikut ini :
a. Disunnahkan menyegerakan shalat jenazah setelah dikafani.
b. Dilakukan di tempat yang aman dari penularan COVID-19.
c. Dilakukan oleh umat Islam secara langsung (hadhir) minimal satu
orang. Jika tidak memungkinkan, boleh dishalatkan di kuburan
sebelum atau sesudah dimakamkan. Jika tidak dimungkinkan maka
boleh dishalatkan dari jauh (shalat ghaib).
d. Pihak yang menyalatkan wajib menjaga diri dari penularan COVID-
19

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 241


Pedoman menguburkan jenazah yang terpapar COVID-19
Pedoman menguburkan jenazah yang terpapar COVID-19 dilakukan
sebagai berikut2:
a. dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah dan protokol
medis.
b. dilakukan dengan cara memasukkan jenazah bersama petinya
ke dalam liang kubur tanpa harus membuka peti,plastik, dan
kafan.
c. penguburan beberapa jenazah dalam satu liang kubur
dibolehkan karena darurat (al-dlarurah al-syar’iyyah)
sebagaimana diatur dalam ketentuan Fatwa MUI Nomor 34
tahun 2004 tentang Pengurusan Jenazah (Tajhiz al-Jana’iz)
Dalam Keadaan Darurat.

Daftar Pustaka
SOP Pemulasaran Jenazah COVID-19 .Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta
Fatwa MUI no 18 tahun 2020 : Pedoman pengurusan jenazah (tajhiz
al-jana’ iz) muslim yang terinfeksi Covid-19
Juriyanto M : Serial Buku Saku Tata Cara Pemulasaraan Jenazah
Qomarrudin MN: Tuntunan Perawatan jenazah Menurut Himpunan
Putusan Tarjih Muhammadiyah . Masjidillah Press Surabaya
WHO: Infection Prevention and Control for the safe management of a
dead body in the context of COVID-19. 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 242


PENUTUP

Cerita mengenai pandemi dalam sejarah dunia dimulai dengan


pandemi pertama di tahun 541 – 542 dan terjadi secara berulang-
ulang sampai tahun 750 dengan kematian diperkirakan sebanyak 25
– 100 juta orang di seluruh dunia. Catatan pandemi kedua terjadi di
benua Eropa di tahun 1348 dan diperkirakan membunuh tidak kurang
dari 100 juta orang. Sedangkan pandemi ke tiga berawal di Yunan
China pada tahun 1846 – 1860, membunuh lebih dari 10 juta orang
di India saja.
Sejarah modern juga mencatat pandemi-pandemi besar
dalam satu abad terakhir: (i) influenza yang terjadi sejak tahun 1918
telah membunuh lebih dari 100 juta orang; (ii) SARS yang
disebabkan oleh SARS Corona Virus terjadi pertama kali di tahun
2002 di negara Cina yang dalam hitungan hari telah menyebar ke 37
negara lainnya. SARS mengakibatkan kematian 800 orang dari 8,000
orang yang terinfeksi. COVID-19 menjadi pandemi yang pertama
kali dalam sejarah tercatat menyerang seluruh negara di dunia. Tidak
satupun negara di dunia ini yang imun terhadap virus ini.
Bunga rampai ini telah memaparkan dengan cukup rinci
mengenai virus Corona dari berbagai sudut pandang. Bagian pertama
bunga rampai menuturkan betapa besarnya impak dari virus ini
dalam angka selain dari sisi patogenesis dan molekuler. Bagian
kedua akan menjadi topik yang menarik untuk para praktisi
kesehatan karena dalam bagian ini memaparkan dengan cukup jelas
diagnosa, tatalaksana serta terapi penderita COVID-19. Bagian akhir
merupakan pembahasan dari sisi humaniora termasuk pandangan
dari perspektif Islam serta hukum dan negara. Harapan tim penyusun
adalah bunga rampai ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk
para tenaga medis baik di rumah sakit maupun klinik, para
mahasiswa kedokteran, dan juga masyarakat secara umum.

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 243


Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2018
memberikan skor 59 persen untuk Indonesia sebagai negara paling
dermawan nomor satu di dunia. Pandemi COVID-19 ini semakin
menunjukkan sisi baik ini. Beragam inisiatif sejak dari tingkat
individu, kelompok masyarakat, lembaga berbadan hukum maupun
perorangan tumbuh subur. Semua orang berusaha untuk
berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Solidaritas
yang tumbuh semakin subur menunjukkan betapa kedermawanan
kita diuji dalam kondisi pandemi saat ini. Sampai saat ini masyarakat
Indonesia secara konsisten menunjukkan bahwa kita merupakan
bangsa yang paling mudah berbagi. Tantangan yang harus dihadapi
adalah bagaimana agar inisiatif ini dapat digunakan secara lebih
sistematis, terpadu, manfaat dan tepat sasaran.
Semoga angsa hitam COVID-19 ini dapat segera kita
patahkan dan kita menjadi bangsa yang mendapat kesempatan untuk
membuka lembaran baru yang lebih baik dan lebih cerah. Mari kita
bersama membangun bangsa yang kita cintai ini.

Bandung, Mei 2020

KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 244


KOPIDPEDIA – Bunga Rampai Artikel COVID-19 245

Anda mungkin juga menyukai