KOPIDPEDIA Bunga Rampai FK Unisba 2020
KOPIDPEDIA Bunga Rampai FK Unisba 2020
Editor:
Titik Respati
Hilmi Sulaiman Rathomi
Editor:
Titik Respati
Hilmi Sulaiman Rathomi
ISBN: 978-602-5917-42-4
Penulis:
Tim Dosen Fakultas Kedokteran Unisba
Editor:
Titik Respati dan Hilmi Sulaiman Rathomi
Desain Cover dan Tata Letak:
Hilmi Sulaiman Rathomi
1. Alya Tursina
2. Budiman
3. Cice Tresnasari
4. Dony Septriana Rosady
5. Eka Nurhayati
6. Fajar Awalia Yulianto
7. Heni Muflihah
8. Julia Hartati
9. Lelly Yuniarti
10. Lisa Adhia Garina
11. Maya Tejasari
12. Meike Rachmawati
13. Mia Kusmiati
14. Miranti Kania Dewi
15. Noormartany
16. Poernomo
17. R. Anita Indriyanti
18. Ratna Damailia
19. Rika Nilapsari
20. Rizky Suganda Prawiradilaga
21. Santun Bhekti Rahimah
22. Siska Nia Irasanti
23. Siti Annisa Devi Trusda
24. Susanti Dharmmika
25. Wida Purbaningsih
26. Widhy Yudhistira Nalapraya
27. Yani Triyani
28. Yudi Feriandi
29. Yuke Andriane
30. Yuli Susanti
Prof.Dr.Ieva B.Akbar,dr.,AIF
Bunga rampai ini ditulis ketika dunia sedang menghadapi wabah virus
COVID-19. Pada tanggal 15 Mei 2020, WHO menyatakan sebanyak
213 negara sudah melaporkan ditemukannya kasus COVID-19 di
Negara mereka. Data tercatat sebanyak 4.417.903 kasus dengan
297.382 kematian dan tingkat pertumbuhan kasus baru sebesar 7% per
hari di seluruh dunia. Indonesia mencatat sejumlah 15.483 kasus
dengan 1.028 kematian pada saat yang sama.
Beberapa negara telah berhasil mengendalikan penyebaran
COVID-19 ini dengan baik. Cina sebagai negara yang paling awal
melaporkan kasus ini berhasil mengendalikan keadaan kurang lebih
hanya setelah 30 hari sejak 100 confirmed cases pertama terjadi
sedangkan Korea Selatan berhasil mengendalikan dalam waktu 20 hari
sejak 100 kasus pertamanya dilaporkan. Sedangkan negara-negara
yang terkenal dengan kehebatan sistem kesehatan mereka ternyata
tidak berdaya berhadapan dengan COVID-19 ini. Termasuk di
dalamnya antara lain negara Amerika Serikat, Jerman, Inggris,
Denmark, Italy, dan masih sederet negara lain yang biasanya kita sebut
sebagai negara maju.
Indonesia sampai saat ini masih berjuang untuk dapat
mengalahkan virus ini. Beberapa program baik di bidang Kesehatan
maupun di bidang lain telah digulirkan agar kehidupan masyarakat
masih dapat terlaksana dengan aman.
COVID-19 telah menjadi angsa hitam pada seluruh sektor
dalam kehidupan manusia pada saat ini. Angsa hitam adalah sebuah
metafora untuk menggambarkan suatu kejadian tidak terduga yang
menimbulkan konsekuensi ektrim. Kejadian ini juga memunculkan
istilah baru “The New Normal” yang menunjukkan perubahan
perilaku dan budaya luar biasa yang terpaksa dilakukan masyarakat di
seluruh dunia untuk mencegah semakin menyebarnya virus ini.
Epidemiologi COVID-19
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengutip WHO
melaporkan bahwa pada tanggal 25 Maret 2020 terdapat 414.179
kasus positif COVID-19 dengan 18.440 kematian dengan fatality rate
4,4% di 192 negara. Dua kasus pertama positif COVID-19 di
Indonesia dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020 dan hingga tanggal
25 Maret 2020 jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah
mencapai 790 kasus di 24 provinsi. Jumlah ini masih terus meningkat
hingga saat ini.
Penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dapat
menyerang semua orang pada semua usia, namun usia yang paling
rentan adalah sekitar 30-65 tahun dan sebagian besarnya (47,7%)
berusia di atas 50 tahun. Penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki
(0,31/100.000) dibanding dengan perempuan (0,27/100.000).
Dinamika transmisi COVID-19 yang ditunjukkan dengan basic
reproductive number (R0) dengan nilai tengah 3,28. Hal ini berarti dari
1 orang penderita COVID-19 akan menularkan kepada 3,28 orang
dalam suatu periode sehingga dapat menimbulkan epidemi atau
wabah.
Nilai R0 suatu penyakit menular merupakan basic reproductive
number dalam kelompok naif (tidak ada proporsi masyarakat yang
memiliki kekebalan). Nilai R0 berkisar dari 0 sampai tidak terhingga
dan memiliki makna dalam kesehatan masyarakat. Nilai 0 sampai <1
menunjukkan penyakit tersebut akan musnah, nilai =1 menunjukkan
bahwa penyakit tersebut akan terus ada di tempat tersebut (endemis),
sedangkan nilai R0 >1 menunjukkan bahwa wabah (epidemis) akan
Respon Dunia
Sejak WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi, banyak
negara segera menutup wilayahnya untuk mencegah penularan lebih
lanjut, contohnya Amerika Serikat yang melarang imigran dan non
imigran yang memiliki riwayat bepergian ke daerah rawan masuk ke
negaranya. Negara lainnya seperti Hongkong menutup semua
pelayanan transportasi publik di daerah perbatasan. Pada bulan Maret
2020, seluruh negara di dunia bersepakat untuk menerapkan social
distancing. Hampir seluruh masyarakat diminta untuk tinggal di dalam
rumah untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Respond lain yang ditunjukkan oleh dunia adalah perkembangan
penelitian mengenai SARS-CoV-2 dan COVID 19. Uni Eropa
Daftar Pustaka
Lu H, Stratton CW, Tang YW. Outbreak of pneumonia of unknown
etiology in Wuhan, China: The mystery and the miracle. J Med
Virol. 2020;92(4):401–2.
Sohrabi C, Alsafi Z, O’Neill N, Khan M, Kerwan A, Al-Jabir A, et al.
World Health Organization declares global emergency: A review
of the 2019 novel coronavirus (COVID-19). Int J Surg [Internet].
2020;76(February):71–6. Tersedia pada: https://-
doi.org/10.1016/j.ijsu.2020-.02.034
Pada saat ini kita sedang berperang melawan makhluk Allah yang
sangat kecil, yaitu virus Corona. Virus ini merupakan virus RNA sense
positif beruntai tunggal beramplop dengan genom berukuran 27–32
kb.
Coronavirus (CoVs) adalah kelompok virus terbesar yang
termasuk dalam ordo Nidovirales, yang meliputi keluarga
Coronaviridae, Arteriviridae, Mesoniviridae, dan Roniviridae.
Coronavirinae merupakan satu dari dua subfamili dalam keluarga
Coronaviridae, dengan subfamili lainnya adalah Torovirinae.
Coronavirinae kemudian dibagi lagi menjadi empat genera, alfa, beta,
gamma, dan delta Coronavirus. Virus pada awalnya diklasifikasikan
berdasarkan serologi namun saat ini dikelompokkan berdasarkan
filogenetik.
Coronavirus merupakan virus RNA yang memiliki amplop,
tidak bersegmen, beruntai tunggal, sense positif. Istilah Corona
diambil karena penampakannya yang menyerupai korona atau
mahkota yang terlihat pada mikroskop elektron. Virus corona bersifat
spesifik terhadap inangnya dan dapat menginfeksi baik manusia
maupun hewan dan menimbulkan beragam sindrom klinis.
Ukuran partikel Coronavirus berkisar antara 120 hingga 160
nm. Terdapat enam tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu Coronavirus alfa 229E dan NL63, Coronavirus beta OC43,
HKU1, severe acute respiratory syndrome (SARS-CoV) dan Middle
East respiratory syndrome (MERS-CoV). Jenis Coronavirus beta
terbaru yang ditemukan adalah novel Coronavirus 2019 atau disingkat
nCov-2019 yang bermula di Wuhan, Cina pada Desember 2019,
sekarang disebut dengan COVID-19.
Karakteristik COVID-19
COVID-19 termasuk ke dalam subgenus Sarbecovirus dengan genus
Betacoronavirus dari subfamili Ortho-coronavirinae yang termasuk
ke dalam famili Coronaviridae. Virus ini memiliki amplop, genomnya
single-stranded positive-sense RNA (þssRNA) memiliki genom 50-
leader-UTR-replicase-S (Spike)-E (Envelope)-M (Membrane)-N
(Nucleocapsid)-30UTRpoly (A) tail.
COVID-19 menghasilkan enzim RNA-dependent RNA
polymerase (RdRp atau nsp12) yang akan mengkatalisis pembentukan
RNA virus dan berperan dalam replikasi dan transkripsi virus dengan
bantuan nsp7 dan nsp8 sebagai ko-faktor.
Ukuran virus ini berdiameter 80–160 nm yang memiliki dua
open reading frames (ORFs) yang tumpang tindih, yaitu ORF 1a dan
ORF 1b yang menempati 2/3 genom pada ujung 5’ dan i/3 genom pada
ujung 3’ untuk mengkode empat protein struktural yang terdiri atas
spike (S), envelop (E), membran (M), dan nukleokapsid (N).
Patogenesis SARS-CoV
Mekanisme dasar patogenesis SARS‐CoV sebenarnya belum
diketahui dengan baik. Infeksi CoV dimulai dengan interaksi reseptor
dengan protein S dari virus. Target reseptor SARS-CoV merupakan
angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini dengan cara kompetitif dengan antibodi yang
menetralisir. Jumlah virus ini yang masuk ke tubuh pasien paling
tinggi terjadi pada hari ke-10 setelah gejala timbul terutama pada
saluran respirasi bawah.
ACE2 yang mengalami downregulation akan memproduksi
berlebih angiotensin II yang akan meningkatkan permeabilitas
vaskular paru dan menyebabkan kerusakan dan gejala yang parah pada
paru.
Patogenesis MERS‐CoV
Reseptor MERS-CoV yang berikatan dengan protein S virus adalah
dipeptidyl peptidase-4 (DPP4) atau CD26 untuk dapat masuk ke sel
inang seperti yang terlihat pada Gambar 2. DPP4 terekspresi luas di
sel epitel ginjal, alveoli, usus halus, hepar, prostat, dan leukosit yang
teraktivasi selain itu juga dapat menginfeksi sel imun seperti sel
dendritik, makrofag, dan sel T. Infeksi MERS‐CoV pada sel imun
akan menyebabkan pelepasan sejumlah besar sitokin dan kemokin
pro-inflamasi seperti TNF‐α,IL‐6, CXCL‐10, CCL‐2, CCL‐3, CCL‐5,
Patogenesis COVID-19
Viral load dari virus ini terbanyak terjadi pada hari ketiga setelah
gejala awal timbul terutama di hidung daripada di tenggorokan.
Kemudian, virus COVID-19 dapat menempel dan masuk ke sel inang
melalui ACE2 sebagai reseptornya yang sama dengan virus SARS,
tetapi memiliki afinitas 20 kali lebih kuat ikatannya dibanding dengan
ikatan virus SARS dengan ACE2, seperti yang terlihat pada Gambar
2.
Protein S yang berada di membran virus akan memainkan
peranan yang penting pada saat memasuki sel inang dengan berperan
sebagai komponen antigenik yang menginduksi respons imun. Setelah
masuk ke sel inang maka virus ini akan menyebabkan efek sitopatik
dan kerusakan silia yang menyebabkan kematian sel.
Awal respons imun terjadi akibat aktivasi resptor pengenal
pola yang diekspresikan oleh sel inang, yaitu (1) Toll-like receptor 7
(TLR-7) yang diaktivasi oleh RNA di endosom; (2) RIG-I dan MDA-
5 yang mengenali RNA virus sitosolik berupa untai ganda,
mengandung kelompok 5’-trifosfat, dan/atau yang tidak memiliki cap
methyl 5’; dan (3) jalur cGAS-STING yang mengenali DNA sitosolik.
Daftar Pustaka
Shanmugaraj B, Siriwattananon K, Wangkanont K, Phoolcharoen W.
Perspectives on monoclonal antibody therapy as potential
therapeutic intervention for Coronavirus disease-19 (COVID-
19). Asian Pacific J allergy Immunol. 2020;38(1):10–8.
Meo SA, Alhowikan AM, Khlaiwi TAL, Meo IM, Halepoto DM,
Iqbal M, dkk. Novel coronavirus 2019-nCoV: prevalence,
biological and clinical characteristics comparison with SARS-
CoV and MERS-CoV. Eur Rev Med Pharmacol Sci.
2020;24(4):2012–9.
Nikolich-Zugich J, Knox KS, Rios CT, Natt B, Bhattacharya D, Fain
MJ. SARS-CoV-2 and COVID-19 in older adults: what we may
expect regarding pathogenesis, immune responses, and
outcomes. GeroScience [Internet]. 2020 Apr 10: 1–10.
Li J, You Z, Wang Q, Zhou Z, Qiu Y, Luo R, dkk. The epidemic of
2019-novel-coronavirus (2019-nCoV) pneumonia and insights
for emerging infectious diseases in the future. Microbes Infect.
2020;22:80–5.
Klasifikasi pasien
Merujuk pada pedoman COVID-19 Kementrian Kesehatan revisi IV,
yaitu:
1. Pasien dalam pengawasan (PDP)
1) Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu
demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak
napas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat
dan tidak ada penyebab lain berdasar atas gambaran klinis
yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA
dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasark atas gambaran klinis yang
meyakinkan.
Daftar Pustaka
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Sinto
R, et al. Coronavirus disease 2019 : tinjauan literatur terkini
coronavirus disease 2019 : JPDI. 2020;7(1):45–67.
Song C, Xu J, He J, Lu Y. COVID-19 early warning score : a multi-
parameter screening tool to identify highly suspected
patients.[Online]. 2020 [Cited 2020 April 04] ; Available from:
https://www.medrxiv.org
Alhazzani W, Møller MH, Arabi YM, Loeb M, Gong MN, Fan E, et
al. Surviving Sepsis Campaign : guidelines on the management
of critically ill adults with Coronavirus Disease 2019 ( COVID
‑ 19 ). Intensive Care Med. 2020; 1-34.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pencegahan dan
pengendalian coronavirus disease (covid-19) revisi ke-4.
Direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit;
Maret 2020. p. 12-4.
International pulmonologist’s consensus on COVID-19.[Online].
2020 [Cited 2020 April 04]; Available from:
https://www.unah.edu.hn/dmsdocument/9674-consenso-
internacional-de-neumologos-sobre-covid-19-version-ingles
Rights A, Confidential R, Limited PP, Limited PP. Imaging of
Peran Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang dalam
menegakkan diagnosis dan pemantauan pasien, faktor utama untuk
menilai kondisi pasien tetap harus melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang benar sehingga dapat mencapai perkiraan menuju diagnosis
sekitar 60-70%. Namun pada beberapa kasus penyakit peran
laboratorium memainkan peran utama dalam perawatan kesehatan,
bahkan berdasarkan satu perkiraan, dapat mencapai 70% dari semua
keputusan medis berdasarkan pada hasil laboratorium. Tujuan
pemeriksaan laboratorium klinik adalah menyediakan informasi
kepada dokter atau tenaga profesional kesehatan lainnya yang
melakukan perawatan dan pasien untuk:
1. skrining atau mendeteksi penyakit atau kecenderungan suatu
penyakit;
2. menetapkan atau menolak suatu diagnosis;
3. menetapkan prognosis;
4. memandu manajemen pasien
5. memantau keberhasilan terapi
Pengambilan Spesimen
Terdapat beberapa persiapan yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan spesimen dari pasien COVID-19 untuk penegakan
diagnosis sesuai dengan anjuran Kemenkes untuk keseragaman
pengiriman spesimen dari berbagai layanan kesehatan/rumah sakit,
yaitu :
1. dokumen: Formulir Form pengambilan spesimen COVID-19
sesuai lampiran 7 di Pedoman pencegahan dan pengendalian
coronavirus disesase (COVID-19) diisi dengan huruf kapital dan
tulisan jelas dibaca ditambah daftar nama pasien (supaya saat
pengambilan tidak terjadi kesalahan) jika pasien lebih dari satu.
2. peralatan pelindung diri (APD) petugas yg melakukan swab
sesuai standar WHO yang terdiri atas : selalu mencuci tangan
menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan SESUDAH
tindakan dan menggunakan APD lengkap menggunakan gown
Saat ini, belum ada vaksin COVID-19 yang dapat membuat orang
memiliki kekebalan terhadapnya. Anak hingga dewasa, setiap orang
dapat terinfeksi. Salah satu kelompok yang rentan adalah lansia,
karena itu perlu asupan nutrisi yang tepat dalam pencegahan dan juga
penanganan COVID-19. Terdapat banyak penelitian melaporkan
bahwa asupan antioksidan dan nutrisi dapat membantu fungsi sistem
kekebalan tubuh. Fungsi kekebalan tubuh disarankan memakan
makanan yang sehat dengan gizi seimbang yang kaya akan buah dan
sayuran berwarna. Saran khusus untuk lansia adalah meningkatkan
konsumsi vitamin C (200 mg--2 g/hari), vitamin E (134--800 mg/hari),
Seng (30--220 mg/hari), dan vitamin D (10--100 μg/hari) untuk
mereka yang memiliki kadar vitamin D rendah. Penelitian pada orang
dewasa ternyata zat gizi ini terbukti meningkatkan kekebalan sel T dan
sel B (antibodi). Belum ada bukti jelas bahwa intervensi diet seperti
itu dapat membantu melindungi diri terhadap infeksi COVID-19, atau
bahkan mengurangi kerusakannya. Walaupun begitu,
mempromosikan zat gizi yang sudah terbukti baik bagi kesehatan dan
sistem kekebalan tubuh sebelum, selama, dan setelah infeksi COVID-
19 tetap diperlukan.
Selain penanganan penderita COVID-19, pencegahan
COVID-19 dari segi gizi perlu diupayakan. Dalam upaya pencegahan
ini diperlukan pertahanan tubuh yang optimal. Pertahanan tubuh yang
optimal ini salah satunya dapat diperoleh dengan memiliki indeks
massa tubuh yang normal, dibanding dengan kekurangan atau
kelebihan berat badan. Indeks massa tubuh yang tinggi (kelebihan
berat badan atau obesitas) dilaporkan memiliki prognosis buruk pada
pasien komorbid COVID-19.Hal lain untuk mendapatkan pertahanan
tubuh yang optimal adalah mengonsumsi aneka ragam makanan yang
Prinsip
Terapi gizi ini harus berdasar atas diagnosis gizi penderita COVID-
19. Terapi gizi untuk penderita muda berbeda dengan yang lanjut usia.
Penderita dengan kelebihan berat badan berbeda dengan yang
kekurangan berat badan. Kekurangan zat gizi tertentu juga berbeda.
Gizi yang baik bukan hanya menjaga tubuh dengan
meningkatkan imun menghadapi penyakit, tetapi juga mempercepat
proses perawatan atau penyembuhan di rumah sakit.Sudah banyak
penelitan yang dilakukan bahwa pasien yang mendapatkan terapi gizi
selama dirawat memiliki tanda klinis yang bagus, komplikasi lebih
sedikit, angka mortalitas rendah dan mempersingkat waktu rawat inap
sehingga mengurangi biaya rumah sakit.
Energi
Kebutuhan energi harian dipengaruhi oleh kondisi seseorang, salah
satunya adalah suhu tubuh. Setiap kenaikan 1o C tubuh meningkatkan
kecepatan metabolik basal sekitar 10%. Semakin tinggi suhu tubuh,
semakin besar konsumsi energi maka semakin besar kebutuhan
energinya.
Gambaran umum pasien COVID-19 adalah demam dan
peradangan. Penderita COVID-19 memiliki kebutuhan energi yang
lebih tinggi daripada orang normal. Meskipun begitu, memenuhi
kebutuhan energi pasien ini tidak mudah. Berbagai alasan seperti
nafsu makan yang buruk, asupan energi yang tidak adekuat di rumah
Mikronutrien
Pastikan kebutuhan vitamin dan mineral penderita COVID-19
tercukupi. Jika tidak, secara regular tambahkan multivitamin dan
mineral tiap harinya bagi penderita COVID-19. Pemberian vitamin
dan mineral yang cukup berpotensi mencegah infeksi virus SARS-
CoV 2 serta dapat dikonsumsi untuk mengurangi dampak negatif dari
penyakit COVID-19.
Pada penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Wang dkk.
menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat (vitamin C) secara
intravena dapat mengurangi durasi bantuan vasopresor dan ventilator.
Di sisi lain, tidak berpengaruh pada kebutuhan cairan atau pengeluaran
urine pada 24 jam pertama masuk rumah sakit. Dosis medium 3--10
g/hari memperlihatkan dapat mengurangi angka mortalitas pasien
kondisi kritis secara signifikan dibanding dengan pemberian dosis
rendah ataupun dosis lebih tinggi. Pembahasan mengenai vitamin dan
mineral akan dibahas pada bab berikutnya.
Imunonutrien
Terdapat beberapa jenis yang termasuk ke dalam imunonutrien. Setiap
imunonutrien memiliki fungsi dan mekanisme masing-masing seperti
arginine, nukleotida, glutamine, n-3 asam lemak, dan lain-lain.
Penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Kang dkk.
mengenai efek L-arginine pada fungsi imun menunjukkan bahwa
suplementasi L-arginine meningkatkan respons proliferasi sel-T CD4.
Sel T CD4 yang dapat disebut juga sel T CD4 naif (naïve T-
cell) adalah sel T yang disintesis dari kelenjar timus masuk ke dalam
Ringkasan
Terapi gizi dapat memperbaiki kondisi klinis, mendukung
pengobatan, mempersingkat masa tinggal di rumah sakit, dan
mengurangi komplikasi serta kematian. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa perawatan gizi dapat menghemat biaya medis
untuk pasien dengan sepsis, tumor gastrointestinal, infeksi
nosokomial, komplikasi bedah, dan pankreatitis (Tyler et al., 2020).
Oleh karena itu, pada kasus COVID-19 terapi gizi harus diperhatikan.
Daftar Pustaka
Alwarawrah, Y., Kiernan, K., & MacIver, N. J. (2018). Changes in
nutritional status impact immune cell metabolism and function.
In Frontiers in Immunology (Vol. 9, Issue MAY, p. 1055).
Vitamin C
Efek vitamin C dalam mengurangi risiko flu biasa telah lama
diperdebatkan. Salah satu analisis dari sebagian besar studi berkualitas
tinggi menentukan bahwa tidak ada pengurangan kejadian pada
populasi umum, tetapi bahwa suplementasi vitamin C (≥0,2 g/hari)
pada mereka yang secara teratur menjalani latihan fisik yang parah
mengurangi kejadian flu biasa dengan lebih dari setengahnya.
Penurunan signifikan dalam risiko pneumonia telah dilaporkan setelah
suplementasi vitamin C pada orang dewasa dan anak.1
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa suplementasi
vitamin C (≥ 0,2 g/hari, atau dosis terapi 4-8 g/hari) pada orang dewasa
dan anak dengan flu biasa dapat secara signifikan mengurangi
durasinya. Selain itu, dosis ini dapat mengurangi tingkat keparahan,
mempersingkat waktu isolasi di dalam ruangan, serta meredakan
gejala flu termasuk nyeri dada dan demam. Pada orang tua dengan
Vitamin D
Lima meta-analisis dari sebagian besar studi berkualitas tinggi
menunjukkan bahwa vitamin D 300-3.653 IU/hari pada orang dewasa
dan anak dapat mengurangi risiko ISPA. Hasil yang lebih baik dicapai
pada mereka dengan status vitamin D rendah pada awal percobaan
dengan odd rasio yang lebih rendah untuk pengurangan risiko dengan
status vitamin D rendah (0,30) dibanding dengan status vitamin D
tinggi (0,75). Bukti rendah sampai sedang menunjukkan kemungkinan
ada manfaat potensial suplemen vitamin D pada orang dewasa dan
anak dengan TBC, influenza, atau ISPA.1
Setiap tahap respons imun bergantung pada keberadaan zat
gizi mikro tertentu yang memiliki peran sinergis berdasar atas mode
aksi pelengkap mereka. Pertama, zat gizi mikro terpilih (misalnya,
vitamin D, C, E) diperlukan untuk memastikan integritas struktural
dan fungsional permukaan eksternal dan internal tubuh (yaitu, kulit
dan semua selaput lendir) yang membentuk fisik dan penghalang
kimia yang mewakili garis pertahanan pertama melawan patogen yang
menyerang. Proses imunitas bawaan yang dimediasi sel, seperti
proliferasi sel, diferensiasi, fungsi, pergerakan, dan kemampuan untuk
mengatasi ledakan oksidatif yang efektif bergantung pada jumlah
vitamin C, D, E yang memadai. Demikian pula, respons kimia seperti
aktivasi sistem komplemen dan pelepasan sitokin proinflamasi
membutuhkan vitamin dan mineral tertentu.1
Daftar Pustaka
Gombart AF, Pierre A, Maggini S. A review of micronutrients and the
immune system-working in harmony to reduce the risk of
infection nutrients. 2020.16;12(1):236. Diunduh 10 April 2020.
Tersedia dari:http://www.mdpi.-com/resolver?pii
=nu12010236
Devaki SJ, Raveendran RL. Vitamin C: sources, functions, sensing
and analysis. 2017. Diunduh 10 April 2020. Tersedia dari:
https://www.researchgate.net/publication/-318985031.DOI:
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.-70162
Zhang L, Liu Y. Potential interventions for novel coronavirus in
China: a systematic review. J Med Virol. 2020;92:479–90.
Daftar Pustaka
Chinese Association of Rehabilitation Medicine, Respiratory
rehabilitation committee of Chinese Association of
Rehabilitation Medicine, Cardiopulmonary rehabilitation
Group of Chinese Society of Physicai Medicine and
Rehabilitation. [Recommendations for Respiratory
Rehabilitation of COVID-19 in Adult]. Zhonghua Jie He He Hu
Xi Za Zhi. 2020 Mar 3;43(0): E029. PubMed PMID: 32125127.
Laswati H. PMR college’s preparedness to
Indonesian Medical Council Letter [webinar PERDOSRI].
Jakarta: Docquity: April 12th, 2020. Available from: Docquity.
Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
Tatalaksana (panduan) rehabilitasi untuk pasien covid-19.
Jakarta: Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia; 2020.
Paulus AF. Rehabilitation Approach for COVID-19 [webinar
PERDOSRI]. Jakarta: Docquity: April 12th, 2020. Available
from: Docquity.
Centers for Medicare & Medicaid Services [Internet]. Baltimore (US):
2020. Inpatient Rehabilitation Facilities: CMS Flexibilities to
Fight COVID-19 [cited 2020 Mar 29]; [about 4 pages].
Available from: https://www.cms.-gov/files/document/covid-
inpatient-rehab-facilities.pdf.
Intouch Health [Internet]. How Telehealth Is Changing the Healthcare
Industry. Newyork (US). Available from:
https://intouchhealth.com/how-telehealth-is-changing-the-
healthcare-industry/
Latar Belakang
Virus COVID-19 saat ini menjadi masalah kesehatan publik yang
sangat serius dan menyebabkan pandemik di berbagai negara
termasuk Indonesia. Situasi pandemik ini menimbulkan kondisi
emergensi yang memaksa setiap negara harus siap menghadapi situasi
seperti ini. Kejadian luar biasa ini memerlukan strategi
penatalaksanaan atau terapi yang tepat baik secara preventif maupun
kuratif. Kajian keilmuan megenai antivirus dan terapi lain yang
diperlukan dalam penanganan COVID-19 diharapkan dapat
memberikan pedoman dalam penanganan kasusu COVID-19 agar
angkat kematian dan kematian dapat ditekan.
Pada tanggal 28 Januari 2020 WHO mengeluarkan "WHO
guidelines and scientific evidence derived from the treatment of
previous epidemics from HcoVs", berisi pedoman untuk mengenali
tanda dan gejala pasien, strategi pencegahan dan kontrol, terapi
suportif serta preventif, pedoman diagnosis, managemen gagal napas
and acute respiratory distrees syndrome (ARDS); managemen syok,
pencegahan komplikasi, terapi dan penanganan pada ibu hamil.
Managemen pasien COVID-19 pada prinsipnya dilakukan
secara farmakologi maupun non-farmakologi. Strategi
penatalaksanaannya bervariasi dari mulai kondisi ringan sampai
kondisi berat. Penatalaksanaan kasus yang berat dapat dilakukan
untuk pencegahan gagal napas dengan menggunakan protective
Daftar Pustaka:
Cascella, M., Rajnik, M., Cuomo, A., Dulebohn, S. C., & Di Napoli,
R. (2020). Features, evaluation and treatment coronavirus
(COVID-19). In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing.
Dhama, K., Sharun, K., Tiwari, R., Dadar, M., Malik, Y. S., Singh, K.
P., & Chaicumpa, W. (2020). COVID-19, an emerging
coronavirus infection: advances and prospects in designing
and developing vaccines, immunotherapeutics, and
therapeutics. Human Vaccines & Immunotherapeutics, 1-7.
Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (Eds.). (2015). Basic & clinical
pharmacology (pp. 619-20). New York: McGraw-Hill
Education.
Hilal-Dandan, R., & Brunton, L. (2013). Goodman and Gilman
Manual of Pharmacology and Therapeutics, 2 (pp. 852-854).
McGraw Hill Professional, Philadelphia..
Dong, L., Hu, S., & Gao, J. (2020). Discovering drugs to treat
coronavirus disease 2019 (COVID-19). Drug discoveries &
therapeutics, 14(1), 58-60.
Al-Tawfiq, J. A., Al-Homoud, A. H., & Memish, Z. A. (2020).
Remdesivir as a possible therapeutic option for the COVID-
19. Travel Medicine and Infectious Disease.
PERDAFKI. (2020). Kajian farmakoterapi pengobatan COVID-19.
Cai, Q., Yang, M., Liu, D., Chen, J., Shu, D., Xia, J., ... & Shen, C.
(2020). Experimental treatment with favipiravir for COVID-
19: an open-label control study. Engineering.
Khalili, J. S., Zhu, H., Mak, A., Yan, Y., & Zhu, Y. (2020). Novel
coronavirus treatment with ribavirin: Groundwork for
e. Definisi kontak erat adalah anak yang melakukan kontak fisis atau
berada dalam ruangan atau berkunjung dalam radius 1-meter
selama minimal 15 menit dengan PDP, kasus probabel atau kasus
konfirmasi dalam 2 hari sebelum kasus (sumber penularan) timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Anak yang
termasuk kontak erat adalah:
- anak yang tinggal serumah atau berada dalam satu ruangan
(termasuk kelas, pertemuan masal, tempat penitipan anak, dsb.)
Diagnosis COVID-19:
a. Anamnesis
Manifestasi klinis COVID-19 pada anak sangat bervariasi dari
yang asimtomatik sampai menunjukkan gejala sesak yang berat.
Pada anamnesis, tanyakan:
1. gejala:
- gejala sistemik: demam, malaise, fatigue, nyeri kepala,
mialgia;
- gejala saluran pernapasan: batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
hidung tersumbat, sesak napas;
- gejala lain: diare, mual, muntah.
Perbedaan Gejala Flu vs. Common Cold vs. Alergi vs. COVID-19
Gejala COVID-19 FLU Common Alergi
cold
2. faktor risiko:
- kontak erat dengan PDP, kasus probabel, atau kasus
terkonfirmasi COVID-19;
- tinggal atau bepergian ke negara atau area terjangkit.
b. Pemeriksaan fisis
tergantung pada derajat keparahan penyakit, pada pemeriksaan
dapat ditemukan tanda berikut:
- kesadaran: kompos mentis sampai penurunan kesadaran;
- desaturasi (SaO2<92%);
- tanda utama: demam dan peningkatan laju napas sesuai
dengan kriteria WHO;
- napas cuping hidung;
- sianosis;
- retraksi subkostal dan/atau interkostal;
- suara paru: ronki, wheezing;
- lain-lain: pembesaran tonsil.
Gejala
Pemantauan** Pemantauan**
Anak Kontak
Anak tanpa Anak dengan demam/riwayat Anak dengan Kontak erat Bukan ODP,
gejala demam ATAU ISPA atas pneumonia risiko rendah bukan PDP
tanpa pneumonia
Isolasi di Pemantauan
Kontak erat PDP tanpa PDP dengan rumah jika di rumah
risiko tinggi pneumonia pneumonia tidak ada
indikasi lain
Isolasi di rumah* Isolasi di rumah* Rawat isolasi untuk rawat inap
di rumah sakit**
Swab hari ke‒1 Swab hari ke‒1
dan 14 dan 2 Swab hari ke‒1
dan 2
Prognosis
Berdasar atas penelitian terkini didapatkan bahwa penyakit COVID-
19 pada anak lebih ringan dibanding dengan dewasa sehingga
prognosis dan angka mortalitasnya rendah. Penelitian pada 171 anak
yang didiagnosis dan dirawat di rumah sakit antara bulan Januari dan
26 Pebruari 2020, sebanyak 87,1% mendapatkan rawat jalan pada 8
maret 2020. Penelitian mendapatkan sebagian kasus anak di luar
Provinsi Hubei sembuh dalam 1‒2 minggu.
Penyakit Coronavirus 2019 gejalanya lebih ringan pada anak
dibanding dengan dewasa karena beberapa kemungkinan, yaitu: anak
terutama usia lebih kecil cenderung lebih sering terkena infeksi virus.
Paparan infeksi virus berulang mendukung sistem kekebalan tubuh
lebih kuat ketika merespons infeksi SARSCoV-2 karena kadar
antibodi untuk melawan virus lebih tinggi dibanding dengan dewasa.
Pendapat lain menyatakan bahwa SARS-CoV-2 S protein mengikat
angiotensin-converting enzyme II (ACE 2) sebagai reseptor dan pada
usia anak lebih terlindungi terhadap SARS-CoV-2 karena enzim ini
kurang matang. Pada anak sensitivitas terhadap COVID-19 lebih
rendah karena maturitas dan fungsinya masih rendah dibanding
dengan dewasa. Sistem kekebalan akan mengalami perubahan
substansial dari lahir hingga dewasa.
Daftar Pustaka
Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, dkk. A novel
coronavirus from patients with pneumonia in China, 2019. N
Engl J Med. 2000;382(8):727‒33.
World Health Organization (WHO).Coronavirus disease 2019
(COVID-19) situation report–77; 2020 [diunduh 14 April
2. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi adalah penyebab utama periodontal disease yang
terjadi setelah usia 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, manis, pahit, esoafgus
melebar, rasa lapar menurun motilitas dan waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya muncul konstipasi
ataupun diare.
Sejumlah pasien COVID-19 mengalami gejala saluran
pencernaan (seperti sakit perut dan diare) karena infeksi virus
langsung dari mukosa usus atau obat antivirus dan anti-infeksi. SARS-
CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasar atas hasil
3. Sistem imun
Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika
masih muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia) rentan
terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan
oleh virus Corona. Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam
infeksi SARS-CoV. Efek sitopatik virus dan kemampuannya
mengalahkan respons imun menentukan keparahan infeksi.
Disregulasi sistem imun kemudian berperan dalam kerusakan jaringan
pada infeksi SARS-CoV-2. Respons imun yang tidak adekuat
menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain,
respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
jaringan.
Perbedaan profil imunologi antara kasus COVID-19 ringan
dan berat dapat dilihat dari satu penelitian di China. Penelitian tersebut
mendapatkan hitung limfosit yang lebih rendah, leukosit dan rasio
neutrofil-limfosit yang lebih tinggi, serta persentase monosit,
eosinofil, dan basofil yang lebih rendah pada kasus COVID-19 yang
berat. Sitokin proinflamasi, yaitu TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8 dan penanda
infeksi seperti prokalsitonin, ferritin, dan C-reactive protein juga
didapatkan lebih tinggi pada kasus klinis berat. Sel T helper, T
Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO).2020. Infection prevention and
control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected.(diunduh 21 April 2020). Tersedia di:
https://www.who.int.
International Labour Organization (ILO). 2020. In the face of a
pandemic: ensuring safety and health at work.(diunduh 2 Mei
2020). Tersedia di: https://www.ilo.org.
International Labour Organization (ILO). 2020. ILO Standards and
COVID-19 (coronavirus). (diunduh 21 April 2020). Tersedia di:
https://www.ilo.org.
International Labour Organization (ILO). 2020. ILO’s Statement on
protection of safety and health of workers during COVID-19
pandemic. (diunduh 21 April 2020). Tersedia di:
https://www.ilo.org.
International Labour Organization (ILO). 2020. COVID-19: Social
protection systems failing vulnerable groups. (diunduh 21 April
2020). Tersedia di: https://www.ilo.org.
Ocupational Safety and Health (OSH).2020.Practical tips to make
home-based telework as healthy, safe and effective as possible.
(diunduh 22 April 2020). Tersedia di: https://osha.europa.eu/en.
Ocupational Safety and Health (OSH).2020. EU-OSHA guidance for the
workplace. (diunduh 22 April 2020). Tersedia di:
https://osha.europa.eu/en.
Surat Edaran Menteri PANRB No.19 Tahun 2020 tentang
Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya
Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah, 16
Maret 2020.
Surat Edaran (SE) Menaker Nomor M/3/HK.04/III/2020 tentang
Pelindungan Pekerja/ Buruh dan Kelangsungan Usaha dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19. SE yang
ditandatangani tanggal 17 Maret 2020.
I. Jenis APD
Jenis APD yang direkomendasikan untuk digunakan dalam
penanganan kasus COVID-19.
a. Masker bedah (medical/ surgical mask)
Masker bedah memiliki kegunaan untuk melindungi dari partikel yang
dibawa melalui udara (airborne particle), droplet, cairan, virus atau
bakteri. Material yang digunakan adalah non woven spunbond
meltblown spunbond (sms) dan spunbond meltblown meltblown
spunbond (smms). Masker bedah terdiri atas 3 lapisan material dari
bahan non-woven (tidak dijahit), loose - fitting dan sekali pakai.
e. Gaun (gown)
Gaun memiliki fungsi untuk melindungi pengguna atau tenaga
kesehatan dari penyebaran infeksi atau penyakit, gaun hanya
melindungi bagian depan, lengan, dan setengah kaki. Persyaratan gaun
yang ideal antara lain bersifat barier efektif yaitu mampu mencegah
penetrasi cairan, tahan terhadap aerosol, airborne, dan partikel padat.
Gaun biasanya berwarna terang/ cerah agar mudah teridentifikasi
bila terkena kontaminan. Jenis gaun antara lain gaun bedah, gaun
isolasi bedah, dan gaun non-isolasi bedah. Menurut penggunaannya,
gaun dibagi menjadi 2, yaitu gaun sekali pakai (disposable) dan gaun
dipakai berulang (reuseable).
Gambar 7. Apron
g. Sarung tangan
Sarung tangan memiliki fungsi untuk melindungi tangan tenaga medis
dari kontak cairan infeksius selama perawatan pasien. Sarung tangan
dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC), nitrile,
polyurethane. Sarung tangan yang ideal harus tahan robek, tahan
bocor, biocompatibility (tidak toksik), tidak mengiritasi, bebas tepung,
dan pas di tangan. Sarung tangan direkomendasikan untuk single use
atau sekali pakai.
h. Pelindung kepala
Penutup kepala memiliki kegunaan untuk melindungi kepala dan
rambut pengguna dari percikan cairan infeksius pasien selama proses
perawatan. Penutup kepala terbuat dari bahan tahan air, tidak mudah
robek, dan ukuran pas di kepala pemakai. Penutup kepala ini
digunakan sekali pakai.
Keterangan:
a. Setelah digunakan, APD harus dibuang di tempat sampah
infeksius (plastik warna kuning) untuk dimusnahkan
menggunakan insenerator.
b. APD yang akan dipakai ulang dimasukkan ke tempat linen
infeksius dan dilakukan pencucian sesuai ketentuan.
c. Petugas yang melakukan pemeriksaan menggunakan thermo scan
(pengukuran suhu tanpa menyentuh pasien), thermal imaging
cameras, dan obeservasi atau wawancara terbatas, harus tetap
menjaga jarak minimal satu meter.
2. Masker N95
Masker N95 dapat digunakan kembali setelah dilakukan penyimpanan
atau sterilisasi. Beberapa metode agar masker N95 dapat digunakan
kembali, yaitu
a. disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas, tanggal, dan
jam. Masker dapat dibuka dan digunakan kembali sebanyak 5 kali
selama 8 jam;
b. diletakkan kering pada ruangan terbuka dalam suhu kamar selama
3–4 hari. Masker N95 tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari
karena akan merusak material polypropylene dan masker juga
dapat rusak oleh sinar ultraviolet;
c. sterilisasi dengan cara menggantung masker menggunakan jepitan
kayu di dalam oven dapur dengan suhu 70oC selama 30 menit;
d. sterilisasi dengan menggantung masker di atas uap air panas dari
air mendidih selama 10 menit.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Petunjuk teknis penggunaan APD dalam
menghadapi wabah Covid-19. 2020
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Standar Alat Pelindung Diri
(APD) dalam Manajemen Penanganan Covid-19. 2020
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
Centers for Disease Control and Prevention. Recommended
Guidance for Extended Use and Limited Reuse of N95 Filtering
Facepiece Respirators in Healthcare Settings. 2020. Dapat
diunduh dari https://www.cdc.gov-/coronavirus-/2019ncov/in-
dex.html
World Health Organization. Rational use of personal protective
equipment for coronavirus disease 2019 (COVID-19). 2020
Daftar Pustaka:
2. Gizi seimbang
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai nutrisi
selama karantina dalam wabah/pandemi COVID-19 menurut
organisasi WHO.2
a. Kita mungkin merasa perlu membeli makanan dalam jumlah
besar, tetapi pastikan untuk mempertimbangkan dan
memanfaatkan apa yang sudah ada di dapur kita, serta
makanan dengan umur simpan yang lebih pendek. Dengan
cara ini kita dapat menghindari sisa makanan dan
memungkinkan orang lain mengakses makanan yang mereka
butuhkan. Bersikaplah strategis tentang penggunaan bahan -
prioritaskan produk segar. Gunakan bahan segar dan bahan
yang memiliki masa simpan lebih pendek terlebih dahulu. Jika
produk segar, terutama buah-buahan, sayuran, dan produk
susu rendah lemak terus tersedia, prioritaskan ini diletakan di
atas yang tidak mudah rusak.
b. Menyiapkan makanan buatan rumah. Selama kehidupan
sehari-hari yang teratur, banyak orang sering tidak punya
waktu untuk menyiapkan makanan yang dimasak di rumah.
c. Manfaatkan pilihan pengiriman makanan.
d. Menyadari ukuran porsi makanan. Sulit untuk mendapatkan
ukuran porsi yang tepat, terutama saat memasak dari awal.
e. Ikuti praktik penanganan makanan yang aman. Keamanan
pangan adalah prasyarat untuk ketahanan pangan dan diet
sehat. Saat menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan orang
lain, penting mengikuti praktik kebersihan makanan yang baik
4. Vaksin
Upaya yang dapat dilakukan menurut WHO European Region (2020)
pada saat pandemi COVID-19 adalah meminimalkan risiko
morbiditas dan mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksin/vaccine-preventable diseases (VPD). Layanan imunisasi
adalah komponen penting dari layanan kesehatan.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia yang sudah
diuji klinis untuk COVID-19. Keputusan yang terkait dengan
pengoperasian layanan imunisasi harus berdasar atas penilaian
terperinci dari epidemiologi VPD, skenario transmisi COVID-19, dan
langkah-langkah mitigasi yang sesuai, serta sumber daya sistem.
Semua upaya harus dilakukan oleh Departemen Kesehatan untuk
mempertahankan kekebalan populasi secara adil.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Beauchamp T., Childress J. Principles of biomedical ethics:marking
its fortieth anniversary. Am J of Bioethics; 2019; 19(11): 9-12.
Kusmaryanto C B. Bioetika. Jakarta: Buku Kompas; 2015.
Sobon K. Konsep tanggung jawab dalam filsafat Emmanuel Levinas.
J Filsafat; 2018; 28 (1): 47-73.
Sugianto. Ilmu negara: sebuah kajian dalam perspektif teori
kenegaraan di Indonesia. Yogyakarta: Deepublish Publisher;
2018.
Istihlak
Istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis dengan benda
lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya
najis, baik rasa, warna, dan baunya.
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa apabila benda yang najis atau
haram bercampur dengan air suci yang banyak sehingga najis tersebut
lebur tidakk menyisakan warna atau baunya maka dia menjadi suci.
Jadi, suatu saat air yang najis dapat berubah menjadi suci jika
bercampur dengan air suci yang banyak. Tidak mungkin air yang najis
selamanya berada dalam keadaan najis tanpa perubahan.
َ ط َّر
غي َْر بَاغ َو َال ُ ض ِ َّ علَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيت َةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ا ْلخِ ْن ِز ِير َو َما أ ُ ِه َّل بِ ِه ِلغَي ِْر
ْ َّللا فَ َم ِن ا َ إِنَّ َما ح ََّر َم
غفُو ٌر َرحِ ي ٌم َ َّللا
َ َّ َّعلَ ْي ِه ِإن َ عَادٓفَ َال ِإثْ َم
“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain”
Inti dari hadits ini mengisyaratkan bahwa kita dianjurkan
untuk tidak menularkan penyakit yang sekarang ini sudah tersebar
dengan luas karena mungkin saja kita menjadi pembawa virus (silent
carier) tersebut tanpa kita sadari karena kita merasa sehat dan baik-
baik saja. Demikian halnya bahwa kita harus menghindari bahaya
penyebaran virus COVID-19 ini bukan semata untuk keselamatan dan
kebaikan diri kita sendiri, tetapi juga untuk keselamatan masyarakat
umumnya. Maka dalam konteks kekinian, social dan physical
distancing sangat sesuai dengan ajaran Islam dalam menyikapi
keadaan wabah. Sejalan dengan anjuran WHO untuk pertimbangan
Daftar Pustaka
Al Utsaimin MS. Syarah tsalatsatul ushul-mengenal Allah, Rasul dan
Dinul Islam. Sukoharjo: Al Qowam; 2016.
Chen N, Zhou M, Dong X. Eidemiological and clinical characteristics
of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan,
China: a descriptive study. Lancet. 2020;395(10223):507-13.
National Task Force for COVID-19. Advisory on the use of
hydroxychloroquine as prophylaxis for SARS-CoV-2
infection. India: National Task Force for COVID-19.2020
Fan Y, Zhao K, Shi Z, Zhou P. Bat Coronaviruses in China. Viruses.
2019;210
Daftar Pustaka
SOP Pemulasaran Jenazah COVID-19 .Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta
Fatwa MUI no 18 tahun 2020 : Pedoman pengurusan jenazah (tajhiz
al-jana’ iz) muslim yang terinfeksi Covid-19
Juriyanto M : Serial Buku Saku Tata Cara Pemulasaraan Jenazah
Qomarrudin MN: Tuntunan Perawatan jenazah Menurut Himpunan
Putusan Tarjih Muhammadiyah . Masjidillah Press Surabaya
WHO: Infection Prevention and Control for the safe management of a
dead body in the context of COVID-19. 2020