Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

1. Nama : Nuruzzaman
2. Mapel/Kelas : PAI / J3
3. Judul Modul : Sejarah Kebudayaan Islam
4. Kegiatan Belajar : Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa
Khulafaur Rasyidin (KB1)
Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Peta Konsep (Beberapa istilah


1 dan definisi) di modul bidang
studi

A. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Abu Bakar


Ash-Shiddiq
1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq nama lengkapnya adalah Abdullah
bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin
Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu’ai bin Ghalib bin
Fihr bin Malik al-Qurasy al-Taimy. Abu Bakar as-Shiddiq
dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad


Saw. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (hamba
Ka’bah), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi Abdullah
(hamba Allah). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq
(yang berkata benar) setelah Abu Bakar membenarkan
peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi Muhammad Saw.
2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11-13H/ 632-634M
Abu bakar Ash- Shiddiq memimpin menggantikan Nabi
Muhammad Saw setelah wafat. Beliau mulai menyebarkan
agama sebagaimana tugas Nabi Muhammad Saw semasa
hidupnya. Selama menjadi Khalifah, Abu Bakar Ash-Shiddiq
yang sangat singkat tersebut lebih diprioritaskan untuk
menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan
yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau
tunduk lagi kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal
Nabi Saw.

Pada masa pemerintahannya, Abu Bakar Ash-Shiddiq


memiliki keberhasilan dalam kepemimpinannya. Keberhasilan
tersebut tidak terlepas dari sifat kepribadian Abu Bakar Ash-
Shiddiq yang meliputi lemah lembut, tegas, berani, dermawan,
dan jujur.

3. Metode Dakwah pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


a. Metode Dakwah Bil-Lisan
b. Metode Dakwah Bil-Tadwin
c. Metode Dakwah Bil-Yad
d. Metode Dakwah Bil-Hal
e. Metode Uswatun Hasanah

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Abu Bakar Ash-


Shiddiq
Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, ilmu tidak
berkembang maju karena disibukkan dengan masalah-
masalah seperti menumpas nabi palsu, gerakan kaum
murtad, gerakan kaum munafik, dan memerangi yang
enggan berzakat. Sekalipun demikian, banyak pula
kemajuan yang dicapai pada masa ini yaitu ; memperbaiki
sosial ekonomi, pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dan
memperluas wilayah Islam sampai ke Irak, Persia dan Suriah.

5. Kontribusi Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Peradaban


Islam
a. Memberangkatkan Pasukan Usamah bin Zaid ke Kawasan
Syam
b. Mengembalikan Kaum Muslimin pada Ajaran Islam
yang Benar dan Memberantas Para Nabi Palsu
c. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
d. Mengirim Pasukan ke Irak dan Syam
B. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Umar bin
Khattab
1. Biografi Singkat Umar bin Khattab
Umar bin Khattab lahir di Makkah dari Bani Adi yang masih
satu rumpun dari Suku Quraisy dengan nama lengkap Umar
bin Khattab bin Abdul Uzza. Ayahnya bernama Khattab
bin Nufail dan ibunya bernama Hantamah binti Hasyim.
Lalu saudaranya yaitu, Zaid bin Khattab dan Fatimah binti Al-
Khattab. Istrinya bernama, Ummi Kultsum binti Ali dan
Atikah binti Zaid. Memiliki anak yaitu, Abdullah, Hafsah,
Asim, Zaid, Ubaydullah, Az-Zubair bin Bakkar, Fatima,
Zainab, Abdurrahman, Iyad, Ruqayyah, Abdul Rahman.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa
membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan
sesuatu yang sangat jarang terjadi. Umar bin Khattab
dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia menjadi juara
gulat di Makkah. Umar bin Khattab tumbuh menjadi pemuda
yang disegani dan ditakuti pada masa itu.

2. Kepemimpinan Umar bin Khattab


Dalam menjalankan kepemimpinannya, Umar bin Khattab
melakukan beberapa hal yang menjadi ciri kepemimpinan
beliau, di antaranya adalah:
a. Musyawarah
b. Kekayaan untuk Rakyat
c. Menjunjung Tinggi Kebebasan
d. Siap Mendengar dan Menerima Kritik
e. Turun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat

3. Metode Dakwah pada Masa Umar bin Khattab


a. Pengembangan Wilayah Islam
b. Mengeluarkan Undang-undang
c. Membagi Wilayah Pemerintahan

4. Perkembangan Pendidikan Masa Umar bin Khattab


Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pendidikan juga
tidak jauh berbeda dengan pendidikan sebelumnya. Pola
pendidikan di masa ini mengalami perkembangan. Khalifah
pada saat itu mengadakan penyuluhan (pendidikan) di kota
Madinah. Ia juga menerapkan pendidikan di masjid dan
mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap
daerah ditaklukan. Para sahabat tersebut bukan hanya
bertugas mengajarkan Al-Qur’an tetapi juga Fiqih dan lainnya,
adapun tenaga pengajar sebagian besar para sahabat yang
senior antara lain Abdurarrahman bin Ghanam di (Suriah).
Hasan bin Abi Jabalah di (Mesir).

5. Kontribusi Umar bin Khattab dalam Peradaban Islam


Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis
habis oleh khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, maka Umar bin
Khattab menganggap bahwa tugasnya yang pertama adalah
mensukseskan ekspedisi yang telah dirintis oleh
pendahulunya. Di zaman Umar bin Khattab, gelombang
ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)

Pada masa pemerintahannya Umar bin Khattab


membentuk Baitul Mal dan Dewan Perang. Baitul Mal
bertugas mengurusi keuangan negara. Dewan perang
bertugas mencatat administrasi ketentaraan. Umar bin
Khattab adalah Khalifah pertama kali yang memperkenalkan
sistem penggajian bagi pegawai pemerintah. Ia juga
memberikan santunan dari Baitul Mal kepada seluruh
rakyatnya. Besarnya santunan disesuaikan lamanya
memeluk Islam. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,
kemakmuran dapat dinikmati rakyat dari seluruh pelosok
negeri.

Khalifah meletakkan prinsip-prinsip dasar demokratis


dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan
pemerintahan sipil yang sempurna, dan menjamin kesamaan
hak. Selain mahir dalam menciptakan pemerintahan baru, ia
juga memperbaiki dan mengkaji ulang kebijakannya yang lalu
untuk kemaslahatan umat. Misalnya mengenai tanah yang
diperoleh dari hasil peperangan, Umar membiarkan tanah
digarap oleh pemiliknya sendiri, sebagai gantinya, terhadap
tanah itu dikenakan pajak (al-kharaj). C. Perkembangan
Kebudayaan Islam pada Masa Utsman bin Affan

C. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Utsman bin


Affan
1. Biografi Singkat Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah salah seorang sahabat Rasulullah
Saw yang termasuk dari Assabiqunal Awwalun (orang yang
pertama masuk Islam). Beliau masuk Islam atas ajakan Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Beliau berasal dari suku Quraisy. Nama
lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abu Al-‘Ash bin
Umayyah bin Abdu Shams bin Abdul Manaf bin Qushay bin
Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdu
Manaf bin Qushay. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz
bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin
Qushay. Utsman bin Affan merupakan cucu bibi dari
Rasulullah. Karena nenek Utsman bin Affan dari jalur ibunya,
yaitu Ummu Hukaim Al-Baidha’ binti Abdul Muthalib
adalah saudara perempuan sekandung dari Abdullah bin
Abdul Muthalib, ayah Rasulullah.

2. Kepemimpinan Utsman bin Affan a. Bidang


a. Politik dalam Negeri
Lembaga pemerintahan dalam negeri pada masa Utsman
bin Affan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Pembantu (Wazir/ Muawin). Wazir/ Muawwin
2) Pemerintahan daerah/gubernur
b. Hukum
c. Baitul Mal (Keuangan)
d. Militer
e. Majelis Syuro
f. Bidang Politik Luar Negeri
g. Bidang Ekonomi
h. Bidang Sosial
i. Bidang Agama

3. Metode Dakwah pada Masa Utsman bin Affan


a. Perluasan Wilayah.
b. Standarisasi Al-Qur’an.
c. Pembangunan Fisik.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Utsman bin Affan


Pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan
Pendidikan tidak berbeda jauh dengan masa sebelumnya.
Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan yang sudah
berjalan. Pendidikan pada masa ini hanya melanjutkan apa
yang telah ada. Hanya sedikit perubahan yang mewarnai
pelaksanaan pendidikan Islam dari apa yang telah ada..

Pada masa Utsman bin Affan menjadi khalifah, ilmu


pengetahuan klasik Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu
‘ulum an-naqliyah, yang bersumber pada Alquran atau dalil
Naql (disebut juga `ulum al-syari`ah, dan `ulum al-`aqliyah
(`ulum al-`ajam). Dalam periode Khulafaurrasyidin masih
didominasi oleh ilmu-ilmu naqliyah. Lahirnya ilmu Qira’at
erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari Alquran.
Pada masa ini, muncul ilmu tafsir yang berguna untuk
memahami ayat-ayat Alquran. Ilmu Hadis belum dikenal pada
masa ini, namun pengetahuan tentang hadis sudah berkembang
luas di kalangan umat Islam. Ilmu Nahwu berkembang di
Basrah dan Kufah, Ali bin Abi Thalib adalah pembina
dan penyusun pertama dasar-dasar ilmu nahwu. Khat Al-
Qur’an berkaitan erat dengan penulisan dan penyebaran
Al- Qur’an. Pada masa ini Al-Qur’an ditulis dengan tulisan
Kufi, sedangkan untuk surat menyurat ditulis dengan tulisan
naskhi. Perkembangan ilmu Fikih tidak dapat dilepaskan
dari Al-Qur’an dan hadis sebagai sumbernya. Karena itu, tidak
heran jika ahli Fikih pada umumnya ahli dalam Al-Qur’an dan
hadis.

5. Kontribusi Utsman bin Affan dalam Peradaban Islam


Pada tahun pertamanya, Utsman melanjutkan kebijakan-
kebijakan Umar terutama dalam perluasan wilayah
kekuasaan Islam. Daerah-daerah strategis yang telah
dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak terus dilindungi. Di masa
pemerintahan Utsman, wilayah Armenia, Tunisia, Cyprus,
Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania,
serta Tabaristall berhasil direbut.

Namun begitu, satu usaha cemerlang telah terjadi dimasa


ini, yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam.
Melanjutkan usulan Umar kepada Khalifah Abu Bakar
untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, Khalifah
Utsman bin Affan memerintahkan agar mushaf yang
dikumpulkan di masa Abu Bakar, disalin oleh Zaid bin
Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin ‘Ash, dan
Abdurrahman bin Harits. Penyalinan ini dilatarbelakangi
oleh perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Menyaksikan
perselisihan itu, Hudzaifah bin Yaman melapor kepada
Khalifah Usman dan meminta Khalifah untuk menyatukan
bacaan Al-Qur’an. Akhirnya, Khalifah memerintahkan
penyalinan tersebut sekaligus menyatukan bacaan Al-
Qur’an dengan pedoman apabila terjadi perselisihan
bacaan antara Zaid bin Tsabit dengan tiga anggota tim
penyusun, hendaknya ditulis sesuai lisan Quraisy karena Al-
Qur’an itu diturunkan dengan lisan Quraisy. Zaid bin Tsabit
bukan orang Quraisy, sedangkan ketiga orang anggotanya
adalah orang Quraisy

D. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Ali bin Abi


Thalib
1. Biografi Singkat Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya
kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah.
Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan
hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada
yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad
adalah salah seorang paman dari Muhammad Saw. Assad
yang berarti singa adalah harapan keluarga Abu Thalib
untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh
pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy
Mekah. Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi
nama Assad, Ayahnya memanggil dengan Ali yang berarti
tinggi (derajat di sisi Allah).

Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad,


di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga
menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi
bapak dan ibu. Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi
hiburan bagi Nabi Muhammad Saw karena beliau tidak
punya anak laki-laki. Uzur dan fakirnya keluarga Abu
Thalib memberi kesempatan bagi Nabi Muhammad Saw
bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat.

2. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib wilayah
kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu
Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah
kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan
berasal dari kalangan bangsa Arab, banyak ditemukan
kesalahan dalam membaca teks Al- Qur'an atau Hadist
sebagai sumber hukum Islam. Khalifah Ali bin Abi
Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal,
terutama bagi orang-orang yang mempelajari ajaran Islam
dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian
Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu al-Aswad al-
Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu (Qawaid
Nahwiyah). Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan
sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an,
maka orang- orang yang bukan berasal dari masyarakat
Arab mendapatkan kemudahan dalam membaca dan
memahami sumber ajaran Islam. Dengan demikian Ali bin Abi
Thalib dikenal sebagai penggagas ilmu Nahwu yang pertama

Adapun tipe-tipe kepemimpinan Ali bin Abi Thalib a. Tipe


a. Demokratis.
b. Karismatik
c. Milliteristik

3. Metode Dakwah pada Masa Ali bin Abi Thalib


Metode dakwah yang dilakukan oleh setiap orang bisa
berbeda-beda, begitu juga Ali bin Abi Thalib. Saat Ali bin Abi
Thalib menjadi khalifah beliau berjalan hilir mudik di
beberapa pasar untuk melakukan pengawasan tanpa disertai
pengawal. Di situ beliau memberikan petunjuk-petunjuk,
membantu yang lemah, berbincang- bincang dengan para
pedagang, serta memerintahkan kepada mereka agar tawadhu,
bergaul dengan baik yang disertai dengan membacakan ayat-
ayat Al-Quran. Ali bin Abi Thalib selalu berada di tengah-
tengah orang banyak untuk mengetahui segala kebutuhan
mereka, beliau mengamati timbangan serta barang-barang
yang tidak laku di pasar.
Ali bin Abi Thalib secara ketat mengawasi para
gubernurnya, pasukan dan para pegawai serta memerintahkan
kepada mereka agar bersikap lemah lembut dan tawadhu
dalam bergaul dengan orang banyak. Dalam melakukan
dakwah, Ali bin Abi Thalib melakukan dakwah bil hikmah,
dakwah mauizatul hasanah dan juga dakwah bi al mujadalah.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib,
penulisan huruf hijaiyyah belum dilengkapi dengan tanda
baca, seperti kasrah, fathah, dhammah, tasydid dan
lainnya. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan
teks Al- Qur’an dan hadis. Untuk menghindari kesalahan yang
fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan hadis, khalifah Ali bin Abi
Thalib memerintahkan Abu Aswad Ad-Duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang
mempelajari tata Bahasa Arab.

Nilai pendidikan Islam yang bisa kita ambil dari


kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib yaitu bertanggung
jawab, berani, sederhana, dan adil. Kepemimpinan khalifah
Ali Bin Abi Thalib ini banyak pemberontakan dan tidak
stabilnya pemerintahannya. Akan tetapi khalifah Ali bin
Abi Thalib tetap memberikan pendidikan, dikarenakan
pendidikan Agama Islam itu sangatlah penting. Pendidikan
Agama Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib tidak jauh
berbeda dengan pada masa khalifah sebelumnya, yakni ;
mempelajari Al-Qur’an dan tafsirnya, Hadits dan
pengumpulannya, Fiqh (tasyri’) dan selalu berupaya dalam
menerapkan pendidikan tauhid, akhlak, dan ibadah, karena
pendidikan tersebut merupakan dasar ataupun pokok dari
ajaran Agama Islam.

5. Kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam Peradaban Islam


a. Perkembangan dalam Bidang Politik Militer
b. Perkembangan di Bidang Pembangunan
c. Perkembangan di Bidang Fiqih Siyasah
d. Perkembangan di Bidang Sosial-Ekonomi

Daftar materi bidang studi yang 1. Kontribusi Umar Bin Khattab dalam Peradaban Islam
2
sulit dipahami pada modul 2. Departemen Pemerintahan Umar Bin Khattab
Beberapa ijtihad Umar pada saat itu adalah keputusan bahwa
muallaf tidak mendapatkan zakat, padahal di salah satu ayat
dikemukakan bahwa mereka berhak mendapatkan zakat. Akan
tetapi Umar bin Khattab berpendapat bahwa hal ini juga dilakukan
Rasulullah Saw. pada masa Islam masih lemah. Pada kasus lain
adalah tentang pemotongan tangan bagi pencuri. Pada beberapa
kasus ternyata Umar bin Khattab tidak melaksanakan hukuman ini,
terutama pada masa musim kemarau yang berkepanjangan pada
tahun 18 H, dimana mereka hampir kehabisan bekal makanan.
Selain itu dalam beberapa kisah dikatakan bahwa dua orang budak
telah terbukti mencuri unta, akan tetapi Umar bin Khattab tidak
Daftar materi yang sering
menjatuhinya hukum potong tangan karena alasan bahwa mereka
3 mengalami miskonsepsi dalam
mencuri karena kelaparan, sebagai gantinya beliau membebankan
pembelajaran
ganti harga dua kali lipat dengan barang yang mereka curi.

Ijtihad Umar yang berbasis atas keberanian intelektual, selanjutnya


berpengaruh kepada dua mazhab besar dalam memutuskan hukum,
yakni ahl ra’yi yang berbasis di Baghdad dan ahl hadis yang
berbasis di Madinah. Keberanian Umar ini menjadikannya sebagai
contoh dan imam tauladan bagi para penganut mazhab ahl ra’yi,
yang kemudian pada tingkat yang lebih besar dipimpin oleh Abu
Hanifah, sementara ahl hadis lebih mencontoh Abdullah putra
Umar bin Khattab, yang selanjutnya dipimpin oleh Imam Malik di
Madinah.

Salatiga, 10 Oktober 2022


Dosen

Prof. Drs. Kastolani, M. Ag., Ph.D.

Anda mungkin juga menyukai