Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PELAYANAN RUMAH SAKIT

(Kesehatan Jiwa)

Dosen Pengampu :
Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc

Disusun Oleh :
Nurul Azisa Hemda
K011211152
Kesmas C

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MAKASSAR
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Dr. dr. H. Noer Bahry
Noor, M.Sc pada Mata kuliah Sistem Pelayanan Rumah Sakit. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kesehatan Jiwa.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry
NoormM.Sc, selaku Dosen Sistem Pelayanan Rumah Sakit yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang ditekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan makalah
ini

Makassar, 18 November 2022

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Definisi dan Batasan .......................................................................2
B. Pengertian dan Ruang Lingkup .......................................................2
C. Sejarah .............................................................................................4
D. Pendapat Ahli ..................................................................................5
E. Pembagian .......................................................................................5
F. Hirarki / Tingkatan...........................................................................6
G. Keuntungan dan Kerugian...............................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa tidak hanya membahas tentang masalah gangguan jiwa saja, namun
kelompok sehat dan resiko juga perlu diketahui agar masyarakat mendapatkan tindakan yang
tepat yaitu, kelompok sehat agar tetap sehat; kelompok resiko tidak menjadi gangguan, serta
kelompok gangguan tetap produktif di masyarakat. Meskipun tidak tercatat sebagai penyebab
kematian maupun kesakitan utama di Indonesia, bukan berarti kesehatan jiwa tidak ada atau
kecil masalahnya. Kesakitan dan kematian karena masalah gangguan jiwa diketahui semakin
meningkat di negara maju. Deteksi dini kesehatan jiwa perlu dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan jiwa masyarakat. Penanganan gangguan jiwa saat ini telah mengalami
perubahan fundamental dari pendekatan klinis-individual menjadi produktif-sosial sesuai
dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai
dari masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu serta keluarganya, pelayaan
tokoh masyarakat, formal dan non formal di luar sektor kesehatan, pelayanan puskesmas,
pelayanan di tingkat kabupaten/kota. Prevalensi gangguan jiwa pada masyarakat Indonesia
cukup tinggi dan berdampak menurunkan produktivitas serta kualitas hidup manusia dan
masyarakat. Terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dikatakan
memiiki jiwa yang sehata. Pertama seseorang tersebut mengetahui kekurangan serta
kelebihan dari dirinya atau mengetahui potensi diri. Kedua mampu mengatasi konflik dalam
hidupnya. Ketiga dapat berlaku produktif, dimana bermanfaat bagi dirinya sendiri serta orang
lain. Keempat mempunyai peran aktif dalam komunitas atau lingkungan.

Seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat diawali dari stress atau depresi yang terus
menerus. Seseorang dengan gangguan jiwa mengalami kesadaran yang mulai menurun,
perasaan yang menjadi gelisah atau tidak tenang, dan emosi yang sering meluap-luap. Pasiesn
gangguan jiwa membutuhkan penanganan khusus dan intensif dikarenakan orang yang
terkena penyakit gangguan jiwa cenderung untuk menyakiti dirinya sendiri dan orang lain,
serta membutuhkan waktu yang relative lama untuk penyembuhan dan pemulihan. Selain
waktu yang panjang pasien gangguan mental juga harus ditempatkan di tempat khusus maka
dari itu dibutuhkan kesehatan jiwa atau rumah sakit jiwa. Pelayanan kesehatan jiwa di Rumah
Sakit dimulai dari pelayanan akut pada Rumah Sakit Umum dan pelayanan spesialistik di
Rumah Sakit Jiwa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Batasan


Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan
“Kesehatan Jiwa” adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai
unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai “Kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosiona; yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain.”
Rumah Sakit Jiwa adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan, pencegahan, pemulihan, dan rehabilitasi serta tempat
penyelenggaraan Pendidikan, latihan kesehatan jiwa. (SK Menteri Kesehatan RI No.
135/1978).
Secara umum rumah sakit jiwa adalah suatu sarana kesehatan jiwa yang
memberikan perawatan pengobatan dan rehabilitasi penderita gangguan jiwa untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwanya agar dapat diterima kembali di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
B. Pengertian dan Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan kesehatan jiwa yaitu mengutamakan kegiatan
penyembuhan serta pemulihan untuk rehabilitant yang dilaksanakan secara terpadu
meliputi upaya peningkatan (Promotif), pencegahan (Preventif) serta melakasanakan
upaya rujukan. Pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit merupakan pelayanan kasus
gangguan jiwa yang memerlukan penanganan multidisplin dan spesialistik serta
perawatan. Dalam pelayanan kesehatan jiwa memiliki prinsip :
1. Keterjangkauan
Keterjangkauan yang dimaksud yaitu dalam biaya serta jarak. Biaya pelayanan
dan jarak yang terjangkau memudahkan setiap orang memelihara kesehatannya
secara berkesinambungan.
2. Keadilan
Pelayanan kesehatan jiwa harus menjamin setiap orang mendapatkan pelayanan
secara merata tanpa memandang status sosial.
3. Perlindungan Hak Asasi Manusia

2
Hak asasi fundamental individu dengan gangguan jiwa harus terjamin serta
dihormati, sebagaimana pada penderita penyakit fisik.
4. Terpadu, Terkoordinasi dan Berkelanjutan
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas dikelola sebagai suatu kesatuan dari berbagai
pelayanan dan program yang berbeda, dengan memeprtimbangkan berbagai aspek
di samping kesehatan seperti aspek sosial, kesejahteraan, perumahan, pekerjaan,
Pendidikan serta lainnya, secara terkoordinasi serta berkelanjutan.
5. Efektif
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti dan efektif. Arti bukti
yaitu setiap tindakan memberikan hasil yang konsisten berdasarkan penelitian.
Pelayanan komunitas yang efektif memadukan pendekatan biologis dan
penanganan psikososial untuk meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup
Individu.
6. Hubungan Lintas Sektoral
Pelayanan kesehatan jiwa harus membangun jejaring dengan upaya dan pelayanan
kesehatan lain dan oleh sektor lain, baik milik pemerintah maupun masyarakat.
7. Pembagian Wilayah Pelayanan
Untuk pengembangan dan pengoperasian pelayanan kesehatan jiwa komunitas
dilakukan pembagian wilayah (catchment area), yaitu pelayanan kesehatan jiwa
dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu.
8. Kewajiban
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah kerjanya.

Jenis Pelayanan Kesehatan Jiwa meliputi pelayanan non-medik dan pelayanan


medik. Pelayanan non-medik meliputi penyuluhan, pelatihan, deteksi dini, konseling,
terapi okupasi. Sedangkan yang termasuk pelayanan medik adalah penyuluhan,
penilaian psikiatrik, deteksi dini, pengobatan dan tindakan medik-psikiatrik,
konseling, prikoterapi, rawat inap.

Mekanisme pelayanan dari sisi petugas kesehatan yaitu proses penyediaan


pelayanan kepada masyarakat, sedangkan dari sisi masyarakat adalah proses dalam
mendapatkannya. Prosesnya di mulai dari menghubungi / mendatangi fasilitas,
mendapatkan pelayanan, sampai dengan kembali kerumah.

3
C. Sejarah
Sejarah serta perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dipengaruhi oleh
faktor sosial ekonomi akibat penjajahan yang dilkukan Belanda, Inggris dan Jepang.
Perkembangannya dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa
kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini, perawat penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Pemerintah Belanda mendirikan
Rumah Sakit Binen Hospital, Dinas Kesehatan Tentara serta Dinas Kesehatan
Rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda di
tahun 1799. Jenderal daendels juga mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya
serta semarang, namun tidak diikuti perkembangan profesi keperawata, karena
hanya bertujuan untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)
Raffles yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris saat itu sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan
adalah milik setiap manusia, Raffles melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi dengan melakukan pencatan
umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan kesehatan para tahanan.
Setelah pemerintah colonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk
Indonesia menjadi lebih baik. Pada tahun 1819 didirikan Rumah Sakit
Stadverband pada Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba
sekarang Bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada tahun
1816-1942 pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan rumah sakit di
Indonesia. Di Jakarta didirikan Rumah sakit PGI Cikini serta Rumah Sakit ST
Carollus. Di Bandung didirikan Rumah Sakit ST. Boromeus dan Rumah Elizabeth
di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa ini, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
Kemunduramn serta merupakan zaman kegelapan, pada masa itu tugas
keperawatan tidak dilakukan oleh tenaga terdidik serta pemerintah Jepang
mengambil alih pimpinan rumah sakit. Hal ini mengakibatkan berjangkitnya
wabah penyakit karena ketiadaan persediaan obat.
4. Zaman Kemerdekaan

4
Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai pembangunan bidang
kesehatan yaitu pendirian rumah sakit serta balai pengobatan. Pendirian sekolah
keperawatan dimulai pada tahun 1952 dengan didirikannya Sekolah Guru Perawat
dan sekolah perawat setingkat SMP. Di tahun 1962 didirikan Akademi
Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta dengan tujuan menghasilkan
Sarjana Muda Keperawtan. Tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan
keperawatan. Tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia, dikarenakan Universitas Indonesia mendirikan Program Studi Ilmu
Keperawatan pada fakultas kedokteran.
D. Pendapat Ahli
Beberapa pendapat ahli mengenai Kesehatan Jiwa:
1. Secara analagi menurut Hidayat (2002), kesehatan jiwa bukan hanya tidak adanya
gangguan jiwa, melainkan mengadung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan
kedewasaan dari kepribadian yang bersangkutan.
2. Menurut Yahoda dalam Stuart dan Laraia (1998), kesehatan jiwa adalah sikap
positif terhadap diri sendiri tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan serta
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3. Roshdahl (1999), kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus
tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri
serta terbebas dari stress yang serius.
4. Johnson (1997), kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis,
serta sosial yang terlihat dari hubungan intrapersonal yang memuaskan perilaku
dan koping yang efektifk, konsep diri yang positif, serta kestabilan emosional.
E. Pembagian
Pada Rumah Sakit Jima memiliki klasifikasi atau pembagian sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Jiwa Kelas A
Memiliki spesialisasi luas dalam bidang kesehatan jiwa serta digunakan untuk
temoat Pendidikan dan Latihan bagi tenaga kerja di bidang kesehatan, kapasitas
temoat tidur yaitu 200-400 serta skop pelayanan yaitu tingkat nasional.
2. Rumah Sakit Jiwa Kelas B

5
Belum memiliki spesialisasi luas dalam bidang kesehatan jiwa, tetapi
melaksanakan kesehatan jiwa dengan kapsitas tempat tidur yaitu 100-200 dengan
skop pelayanan yaitu tingkat provinsi.
3. Rumah Sakit Jiwa Kelas C
Hanya memberikan pelayanan kesehatan intramural, kapasitas tempat tidur di
bawah 100 buah dengan skop pelayanan yaitu tingkat kabupaten.

Pada pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum yaitu :

1. Pelayanan dalam RS Umum kelas A dan B


Dalam pelayanan kesehatan jiwa di RS Umum kelas A dan B dilaksanakan di unit
kesehatan jiwa bagian psikiatri yang bersifat spesialistik untuk jangka pendek
(kurang dari 3 bulan) dan dalam kaitannya sebagai rumah sakit pendidikan.
2. Pelayanan dalam RS Umum kelas C dan D
Pelayanan kesehatan jiwa di RS Umum kelas C dan D bersifat integrative yang
dapat dilaksankan oleh doketer (umum) yang bukan psikiater dan bial diperlukan
rawat inap hanya bersifat sementara (1-2 minggu).
3. Pelayanan dalam Puskesmas dan masyarakat
Dalam pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas bersifat integrative (pelayanan
kesehatan jiwa terpadu) dan hanya berupa rawat jalan saja. Pada masyarakat
sendiri dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan non formal oleh kader
masyarakat.
F. Hirarki / Tingkatan
Menurut tingkat pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan
primer, sekunder, tersier. Pelayanan tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar,
yang diberikan oleh fasilitas pelayanan, yaitu Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa
Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja Sosial dan Terapis okupasi yang telah
mendapat pelatihan. Pelayanan tingkat sekunder diberikan oleh Rumah Sakit Umum,
serta pelayanan kesehatan tersier diberikan di Rumah Sakit Jiwa. Namun secara
umum pelayanan kesehatan jiwa formal terdiri dari tiga tingkatan (primer, sekunder,
serta tersier), secara kenyataan terdapat pelayanan yang diselenggrakan oleh
masyarakat. Selain itu variasi yang berkembang di masyarakat sebagai jawaban
terhadap kondisi dan kebutuhan lingkungan setempat. Misalnya, keberadaan perawat
kesehatan jiwa komunitas yang memberikan pelayanan dalam rangka mengisi
kekosongan pelayanan kesehatan jiwa dasar di wilayah setempat. Pelayanan

6
kesehatan jiwa oleh masyarakat memiliki bentuk yang beragam, baik secara
kelembagaan seperti Posbindu, Panti pemulihan, Pesantren serta lainnya. Adapun
non-lembaga seperti perawatan mandiri oleh keluarga, konseling oleh tokoh agama
serta tokoh masyarakat, pengobatan alternatif yang telah mendapat sertifikat dari
Departemen Kesehatan RI. Pelayanan kesehatan jiwa lainnya yang diberikan oleh
tenga-tenaga yang terlatih dan terorganisasi seperti kader kesehatan jiwa, guru, polisi
dan lintas sektor terkait.
Tingkat Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas

G. Keuntungan dan Kerugian


1. Kerugian (Kekurangan)
Permasalah Pelayanan kesehatan jiwa dan rumah sakit jiwa yaitu:
a. Permasalahan Regulasi
Berbagai ketentuan hukum yang mengatur RSJ mengandung makna yang
‘ambigu’ dan kontradiktif’ satu sama lain berkaitan dengan bisa/tidaknya RSJ
memberika pelayanan kesehatan non jiwa kepada masyarakat di samping
pelayanan kesehatan jiwa sebagai kegiatan utamanya. Regulasi terkait sistem
rujukan berjenjang menempatkan RSJ pada posisi tidak menguntungkan.
b. Kondisi Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Saat Ini
Akibat dari permasalahan ‘ambiguitas/kontradiksi’ regulasi/aturan-aturan
hukum yang mengatur rumah sakit jiwa saat ini dan juga kebutuhan RSJ
dalam menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang sehati sesuai dengan filosifi
PPK BLUD, serta alasan-alasan terkalit destigmatisasi RSJ.
c. Dampak Negatif Penerapam Sistem Rujukan Berjenjang Online Terhadap RSJ
di Tengah-tengah Permasalahan ‘Ambiguitas/Kontradiksi’ Regulasi dan
Polarisasi Antar RSJ
Dengan adanya permasalahan regulasi dan polarisasi RSJ dalam penerapan
aturan hukum, jika sistem rujukan berjenjang online diterapkan dan pada saat

7
itu juga klaim bpjs untuk pelayanan non jiwa di RSJ tidak lagi diakomodir,
maka akan menimbulkan dampak negatif.
2. Keuntungan
Kerugian atau kekurangan yang terjadi pada Pelayanan kesehatan jiwa dan rumah
sakit jiwa dapat menjadi sebuah kelebihan ketika dilakukan upaya untuk menekan
atau menghilangkan tantangan-tantangan tersebut.
Keuntungan yang dapat dirasakan saat datang ke pelayanan kesehatan jiwa yaitu
seseorang dengan ganguan kesehatan jiwa akan merasa beban pikirannya
diringannkan, dapat mendiagnosa keadaan yang sedang dialami, dapat diberikan
perawatan yang maksimal, serta dapat meningkatkan kesehatan mental.

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit merupakan pelayanan kasus gangguan


jiwa yang memerlukan penanganan multidisplin dan spesialistik serta perawatan.
Secara umum rumah sakit jiwa adalah suatu sarana kesehatan jiwa yang
memberikan perawatan pengobatan dan rehabilitasi penderita gangguan jiwa
untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwanya agar dapat diterima kembali di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Ruang lingkup pelayanan kesehatan jiwa
yaitu mengutamakan kegiatan penyembuhan serta pemulihan untuk rehabilitant
yang dilaksanakan secara terpadu meliputi upaya peningkatan (Promotif),
pencegahan (Preventif) serta melakasanakan upaya rujukan. Sejarah pelayanan
Kesehatan Jiwa dibagi menjadi 4 zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, zaman
Penjajahan Inggris, zaman penjajahan Jepang, dan masa Kemerdekaan.
Pembagian atau klasifikasi pada RSJ dibagi menajdi RSJ kelas A,B,C dan D.
Menurut tingkat pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan
primer, sekunder, tersier. Permasalah Pelayanan kesehatan jiwa dan rumah sakit
jiwa yaitu masalah regulasi, kondisi pelayanan rumah sakit jiwa saat ini, dampak
negatif penerapam sistem rujukan berjenjang online terhadap RSJ di tengah-
tengah permasalahan ‘Ambiguitas/Kontradiksi’ Regulasi dan Polarisasi antar RSJ.
Keuntungan yang dapat dirasakan saat datang ke pelayanan kesehatan jiwa yaitu
seseorang dengan ganguan kesehatan jiwa akan merasa beban pikirannya
diringannkan, dapat mendiagnosa keadaan yang sedang dialami, dapat diberikan
perawatan yang maksimal, serta dapat meningkatkan kesehatan mental.

9
SARAN

Saran yang bisa saya berikan yaitu perlu adanya aturan lebih lanjut mengenai pelayanan
kesehatan jiwaini. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia harus
dimaksimalkan agar para masyarakat dapat terhindar atau sembuh dari gangguan masalah
jiwa. Sebaiknya ketika telah memiliki gejala berkaitan dengan kesehatan jiwa langsung
bertemu dengan ahli kesehatan jiwa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 406/Menkes/SK/VI/2009 Tentang


Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas.

Komite Etik dan Hukum RSJD DR. RM. Soedjarwadi, 2022, Kajian Akademik Permasalahan Rumah
Sakit Jiwa dan Dampak Negatif Penerapan Rujukan BPJS Kesehatan Online Terhadap Rumah
Sakit Jiwa, dilihat 19 November,
https://www.rsjd-sujarwadi.jatengprov.go.id/ppid/asset/files/informasi/
KAJIAN_PERMASALAHAN_RSJ_DAN_DAMPAK_SISTEM_RUJUKAN_BERJENJAN
G.pdf.

Livana, PH, Ayuwatini, S, Ardiyanti, Y, Suryani, U, 2018, ‘Gambaran Kesehatan Jiwa Masyarakat’,
Jurnal Keperawatan,vol. 6, no. 1, hh. 60-63.

Nursetyawan, 1999. Tinjauan Umum dan Kondisi Unit Rehabilitasi RSJ Magelang dspace uii, dilihat
18 November 2022, https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/3205/05.2%20bab
%202.pdf?sequ.

ydhartono, 2017, Pengertian Kesehatan Jiwa Menurut Para Ahli, ydhartono.com, dilihat 19
November 2022, Pengertian Kesehatan Jiwa Menurut Para Ahli - ydhartono.com.

11

Anda mungkin juga menyukai