(Kesehatan Jiwa)
Dosen Pengampu :
Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc
Disusun Oleh :
Nurul Azisa Hemda
K011211152
Kesmas C
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MAKASSAR
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Dr. dr. H. Noer Bahry
Noor, M.Sc pada Mata kuliah Sistem Pelayanan Rumah Sakit. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kesehatan Jiwa.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry
NoormM.Sc, selaku Dosen Sistem Pelayanan Rumah Sakit yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang ditekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan makalah
ini
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Definisi dan Batasan .......................................................................2
B. Pengertian dan Ruang Lingkup .......................................................2
C. Sejarah .............................................................................................4
D. Pendapat Ahli ..................................................................................5
E. Pembagian .......................................................................................5
F. Hirarki / Tingkatan...........................................................................6
G. Keuntungan dan Kerugian...............................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa tidak hanya membahas tentang masalah gangguan jiwa saja, namun
kelompok sehat dan resiko juga perlu diketahui agar masyarakat mendapatkan tindakan yang
tepat yaitu, kelompok sehat agar tetap sehat; kelompok resiko tidak menjadi gangguan, serta
kelompok gangguan tetap produktif di masyarakat. Meskipun tidak tercatat sebagai penyebab
kematian maupun kesakitan utama di Indonesia, bukan berarti kesehatan jiwa tidak ada atau
kecil masalahnya. Kesakitan dan kematian karena masalah gangguan jiwa diketahui semakin
meningkat di negara maju. Deteksi dini kesehatan jiwa perlu dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan jiwa masyarakat. Penanganan gangguan jiwa saat ini telah mengalami
perubahan fundamental dari pendekatan klinis-individual menjadi produktif-sosial sesuai
dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai
dari masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu serta keluarganya, pelayaan
tokoh masyarakat, formal dan non formal di luar sektor kesehatan, pelayanan puskesmas,
pelayanan di tingkat kabupaten/kota. Prevalensi gangguan jiwa pada masyarakat Indonesia
cukup tinggi dan berdampak menurunkan produktivitas serta kualitas hidup manusia dan
masyarakat. Terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dikatakan
memiiki jiwa yang sehata. Pertama seseorang tersebut mengetahui kekurangan serta
kelebihan dari dirinya atau mengetahui potensi diri. Kedua mampu mengatasi konflik dalam
hidupnya. Ketiga dapat berlaku produktif, dimana bermanfaat bagi dirinya sendiri serta orang
lain. Keempat mempunyai peran aktif dalam komunitas atau lingkungan.
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat diawali dari stress atau depresi yang terus
menerus. Seseorang dengan gangguan jiwa mengalami kesadaran yang mulai menurun,
perasaan yang menjadi gelisah atau tidak tenang, dan emosi yang sering meluap-luap. Pasiesn
gangguan jiwa membutuhkan penanganan khusus dan intensif dikarenakan orang yang
terkena penyakit gangguan jiwa cenderung untuk menyakiti dirinya sendiri dan orang lain,
serta membutuhkan waktu yang relative lama untuk penyembuhan dan pemulihan. Selain
waktu yang panjang pasien gangguan mental juga harus ditempatkan di tempat khusus maka
dari itu dibutuhkan kesehatan jiwa atau rumah sakit jiwa. Pelayanan kesehatan jiwa di Rumah
Sakit dimulai dari pelayanan akut pada Rumah Sakit Umum dan pelayanan spesialistik di
Rumah Sakit Jiwa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Hak asasi fundamental individu dengan gangguan jiwa harus terjamin serta
dihormati, sebagaimana pada penderita penyakit fisik.
4. Terpadu, Terkoordinasi dan Berkelanjutan
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas dikelola sebagai suatu kesatuan dari berbagai
pelayanan dan program yang berbeda, dengan memeprtimbangkan berbagai aspek
di samping kesehatan seperti aspek sosial, kesejahteraan, perumahan, pekerjaan,
Pendidikan serta lainnya, secara terkoordinasi serta berkelanjutan.
5. Efektif
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti dan efektif. Arti bukti
yaitu setiap tindakan memberikan hasil yang konsisten berdasarkan penelitian.
Pelayanan komunitas yang efektif memadukan pendekatan biologis dan
penanganan psikososial untuk meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup
Individu.
6. Hubungan Lintas Sektoral
Pelayanan kesehatan jiwa harus membangun jejaring dengan upaya dan pelayanan
kesehatan lain dan oleh sektor lain, baik milik pemerintah maupun masyarakat.
7. Pembagian Wilayah Pelayanan
Untuk pengembangan dan pengoperasian pelayanan kesehatan jiwa komunitas
dilakukan pembagian wilayah (catchment area), yaitu pelayanan kesehatan jiwa
dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu.
8. Kewajiban
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah kerjanya.
3
C. Sejarah
Sejarah serta perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dipengaruhi oleh
faktor sosial ekonomi akibat penjajahan yang dilkukan Belanda, Inggris dan Jepang.
Perkembangannya dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa
kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini, perawat penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Pemerintah Belanda mendirikan
Rumah Sakit Binen Hospital, Dinas Kesehatan Tentara serta Dinas Kesehatan
Rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda di
tahun 1799. Jenderal daendels juga mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya
serta semarang, namun tidak diikuti perkembangan profesi keperawata, karena
hanya bertujuan untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)
Raffles yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris saat itu sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan
adalah milik setiap manusia, Raffles melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi dengan melakukan pencatan
umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan kesehatan para tahanan.
Setelah pemerintah colonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk
Indonesia menjadi lebih baik. Pada tahun 1819 didirikan Rumah Sakit
Stadverband pada Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba
sekarang Bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada tahun
1816-1942 pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan rumah sakit di
Indonesia. Di Jakarta didirikan Rumah sakit PGI Cikini serta Rumah Sakit ST
Carollus. Di Bandung didirikan Rumah Sakit ST. Boromeus dan Rumah Elizabeth
di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa ini, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
Kemunduramn serta merupakan zaman kegelapan, pada masa itu tugas
keperawatan tidak dilakukan oleh tenaga terdidik serta pemerintah Jepang
mengambil alih pimpinan rumah sakit. Hal ini mengakibatkan berjangkitnya
wabah penyakit karena ketiadaan persediaan obat.
4. Zaman Kemerdekaan
4
Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai pembangunan bidang
kesehatan yaitu pendirian rumah sakit serta balai pengobatan. Pendirian sekolah
keperawatan dimulai pada tahun 1952 dengan didirikannya Sekolah Guru Perawat
dan sekolah perawat setingkat SMP. Di tahun 1962 didirikan Akademi
Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta dengan tujuan menghasilkan
Sarjana Muda Keperawtan. Tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan
keperawatan. Tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia, dikarenakan Universitas Indonesia mendirikan Program Studi Ilmu
Keperawatan pada fakultas kedokteran.
D. Pendapat Ahli
Beberapa pendapat ahli mengenai Kesehatan Jiwa:
1. Secara analagi menurut Hidayat (2002), kesehatan jiwa bukan hanya tidak adanya
gangguan jiwa, melainkan mengadung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan
kedewasaan dari kepribadian yang bersangkutan.
2. Menurut Yahoda dalam Stuart dan Laraia (1998), kesehatan jiwa adalah sikap
positif terhadap diri sendiri tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan serta
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3. Roshdahl (1999), kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus
tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri
serta terbebas dari stress yang serius.
4. Johnson (1997), kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis,
serta sosial yang terlihat dari hubungan intrapersonal yang memuaskan perilaku
dan koping yang efektifk, konsep diri yang positif, serta kestabilan emosional.
E. Pembagian
Pada Rumah Sakit Jima memiliki klasifikasi atau pembagian sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Jiwa Kelas A
Memiliki spesialisasi luas dalam bidang kesehatan jiwa serta digunakan untuk
temoat Pendidikan dan Latihan bagi tenaga kerja di bidang kesehatan, kapasitas
temoat tidur yaitu 200-400 serta skop pelayanan yaitu tingkat nasional.
2. Rumah Sakit Jiwa Kelas B
5
Belum memiliki spesialisasi luas dalam bidang kesehatan jiwa, tetapi
melaksanakan kesehatan jiwa dengan kapsitas tempat tidur yaitu 100-200 dengan
skop pelayanan yaitu tingkat provinsi.
3. Rumah Sakit Jiwa Kelas C
Hanya memberikan pelayanan kesehatan intramural, kapasitas tempat tidur di
bawah 100 buah dengan skop pelayanan yaitu tingkat kabupaten.
6
kesehatan jiwa oleh masyarakat memiliki bentuk yang beragam, baik secara
kelembagaan seperti Posbindu, Panti pemulihan, Pesantren serta lainnya. Adapun
non-lembaga seperti perawatan mandiri oleh keluarga, konseling oleh tokoh agama
serta tokoh masyarakat, pengobatan alternatif yang telah mendapat sertifikat dari
Departemen Kesehatan RI. Pelayanan kesehatan jiwa lainnya yang diberikan oleh
tenga-tenaga yang terlatih dan terorganisasi seperti kader kesehatan jiwa, guru, polisi
dan lintas sektor terkait.
Tingkat Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
7
itu juga klaim bpjs untuk pelayanan non jiwa di RSJ tidak lagi diakomodir,
maka akan menimbulkan dampak negatif.
2. Keuntungan
Kerugian atau kekurangan yang terjadi pada Pelayanan kesehatan jiwa dan rumah
sakit jiwa dapat menjadi sebuah kelebihan ketika dilakukan upaya untuk menekan
atau menghilangkan tantangan-tantangan tersebut.
Keuntungan yang dapat dirasakan saat datang ke pelayanan kesehatan jiwa yaitu
seseorang dengan ganguan kesehatan jiwa akan merasa beban pikirannya
diringannkan, dapat mendiagnosa keadaan yang sedang dialami, dapat diberikan
perawatan yang maksimal, serta dapat meningkatkan kesehatan mental.
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
9
SARAN
Saran yang bisa saya berikan yaitu perlu adanya aturan lebih lanjut mengenai pelayanan
kesehatan jiwaini. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia harus
dimaksimalkan agar para masyarakat dapat terhindar atau sembuh dari gangguan masalah
jiwa. Sebaiknya ketika telah memiliki gejala berkaitan dengan kesehatan jiwa langsung
bertemu dengan ahli kesehatan jiwa.
10
DAFTAR PUSTAKA
Komite Etik dan Hukum RSJD DR. RM. Soedjarwadi, 2022, Kajian Akademik Permasalahan Rumah
Sakit Jiwa dan Dampak Negatif Penerapan Rujukan BPJS Kesehatan Online Terhadap Rumah
Sakit Jiwa, dilihat 19 November,
https://www.rsjd-sujarwadi.jatengprov.go.id/ppid/asset/files/informasi/
KAJIAN_PERMASALAHAN_RSJ_DAN_DAMPAK_SISTEM_RUJUKAN_BERJENJAN
G.pdf.
Livana, PH, Ayuwatini, S, Ardiyanti, Y, Suryani, U, 2018, ‘Gambaran Kesehatan Jiwa Masyarakat’,
Jurnal Keperawatan,vol. 6, no. 1, hh. 60-63.
Nursetyawan, 1999. Tinjauan Umum dan Kondisi Unit Rehabilitasi RSJ Magelang dspace uii, dilihat
18 November 2022, https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/3205/05.2%20bab
%202.pdf?sequ.
ydhartono, 2017, Pengertian Kesehatan Jiwa Menurut Para Ahli, ydhartono.com, dilihat 19
November 2022, Pengertian Kesehatan Jiwa Menurut Para Ahli - ydhartono.com.
11