Anda di halaman 1dari 22

i

“INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DAN JARINGAN”


MATA KULIAH: SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

OLEH:
KELOMPOK 1
1. HASBULLAH AHIRI 000401542021
2. HARBU HAKIM 000901542021
3. DAHYKA BAHARUDDIN 001801542021
4. SYAMHIJRAWATI 005301542021

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dengan judul
“Infrastruktur Teknologi Informasi Dan Jaringan”.
Makalah ini disusun sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah "Sistem
Informasi Manajemen". Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah
mengarahkan dalam menyusun makalah ini serta kepada rekan-rekan dari semua pihak yang
telah berpartisipasi didalam penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami juga menyadari bahwa materi yang digunakan dalam makalah ini masih memiliki beberapa
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan agar makalah
ini menjadi lebih sempurna dan dapat dipergunakan oleh pembaca secara maksimal. Atas kritik
dan sarannya kami ucapkan terimakasih.

Makassar, 15 Oktober 2022

Penulis
i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Makalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................1
1.4 Fungsi Makalah..........................................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi.............................................................................2
2.2 Perkembangan Teknologi Informasi...............................................................................2
2.3 Penggerak Teknologi Dari Evolusi Infrastruktur.........................................................3
2.4 Komponen Infrastruktur............................................................................................3
2.5 Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Adaptif.....................................................4
2.6 Trend Platform Perangkat Keras Terkini.................................................................5
2.7 Trend Platform Perangkat Lunak Terkini................................................................6
2.8 Isu Manajemen...........................................................................................................7
2.9 Penerapan Infrastruktur Teknologi Dan Jaringan Di
Beberapa Instansi/Perusahaan.................................................................................8
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
Daftar Pustaka................................................................................................................17
1

1.1 LATAR BELAKANG BAB I

PENDAHULUAN

Teknologi informasi merupakan ilmu yang mengalami perkembangan dari


masa ke masa. Teknologi informasi yang kita nikmati saat ini didukung oleh
infrastruktur teknologi informasi, yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
dan layanan teknologi informasi. Layanan-layanan teknologi informasi dimanfaatkan
dalam kehidupan manusia di berbagai aspek. Pada era globalisasi, teknologi
informasi sangat berperan dalam membantu pekerjaan manusia saat ini. Dengan
kebutuhan manusia yang semakin kompleks maka manusia semakin membutuhkan
teknologi informasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Perkembangan teknologi informasi yang ada sekarang ini meliputi banyak hal
termasuk perkembangan infrastruktur teknologi informasi,kebutuhan akan informasi
yang cepat, andal dan akurat dalam kondisi lingkungan yang penuh dengan
ketidakpastian mutlak diperlukan. Para manajer dan karyawan harus dapat
menggunakan aplikasi- aplikasi yang berhubungan dengan kegiatan operasional,
mempelajari secara langsung aspek perangkat keras dan perangkat lunak serta
memilih teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan tugasnya. Salah satu pengukur
kesuksesan pengembangan sistem informasi pada organisasi adalah Pemakaian
sistem informasi oleh seluruh anggota perusahaan dan organisasi.
Oleh karena itu adalah sangat penting bagi anggota organisasi untuk mengerti
dan memprediksi kegunaan sistem tersebut. Hasil terhadap investasi dibidang
teknologi informasi tersebut akan kecil jika pegawai gagal untuk menerima teknologi
tersebut atau memanfaatkannya secara maksimal sesuai dengan kapabilitasnya
Lucas dan Spitler (1999).

1.2 Rumusan Makalah


1. Pengertian Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) ?
2. Komponen Infrastuktur ?
3. Trend Platform Perangkat Keras dan Perangkat Lunak terkini ?
4. Isu manajemen ?
5. Penerapan Infrastruktur teknologi dan jaringan di beberapa Instansi/Perusahaan?

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Menjelaskan, mendeskripsikan, dan mendiskusikan tentang Pengertian
Infrastruktur Teknologi Informasi (TI).
2. Menjelaskan, mendeskripsikan, dan mendiskusikan tentang Komponen Infrastuktur.
3. Menjelaskan, mendeskripsikan, dan mendiskusikan tentang Komponen
Infrastuktur Trend Platform Perangkat Keras dan Perangkat Lunak terkini, dan
4. Menjelaskan Isu manajemen dan Penerapan Infrastruktur teknologi dan jaringan
di beberapa Instansi/Perusahaan.

1.4 Fungsi Makalah


1. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
2. Memberikan informasi dan memberikan penjabaran kepada pembaca untuk
2

mengetahui tentang “Infrastruktur Teknologi Informasi”.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi


Definisi Infrastruktur Teknologi Informasi, menurut para ahli yakni:
1. Di dalam bukunya Introduction to Information Technology, Turban, Rainer, & Potter,
menyatakan bahwa teknologi informasi adalah kumpulan sumber daya informasi
perusahaan, para penggunanya, serta manajemen yang menjalankannya. Teknologi
informasi meliputi infrastruktur TI dan semua sistem informasi lainnya dalam perusahaan.
2. Teknologi informasi menurut Williams & Sawyer adalah istilah umum yang menjelaskan
teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengkomunikasikan, dan/atau menyebarkan informasi.
3. Information Technology Association of America (ITAA), mendefinisikan teknologi
informasi adalah proses pengolahan, penyimpanan dan penyebaran informasi
bergambar, vokal, teks, dan numerik melalui mikro elektronika berbasis kombinasi
telekomunikasi dan komputasi.
Berdasarkan hal tersebu dapat disimpulkan bahwa dengan adanya teknologi informasi
mempermudah manusia dalam mendapatkan informasi secara cepat. Dalam proses
penyebaran informasi, teknologi informasi didukung oleh suatu infrastruktur yang membantu
proses tersebut berjalan dengan lancar. Infrastruktur yang dimaksud adalah infrastruktur
teknologi informasi.

2.2 Perkembangan Teknologi Informasi


Dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun terdapat lima tahap evolusi yang telah dilewati.
Masing-masing evolusi memberikan konfigurasi daya komputasi dan elemen- elemen
infrastruktur yang berbeda. Beberapa periode era evolusi infrastruktur teknologi, yakni:
1. 1930 – 1950: evolusi mesin akuntansi elektronik. Pada era ini memiliki karakteristik sebagai
berikut.
a. Era pertama komputasi bisnis menggunakan mesin khusus yang dapat menyortir
kartu komputer, menghitung total, dan mencetak laporan.
b. Pengolah tugas-tugas akuntansi yang efisien, tetapi berukuran besar dan tidak
praktis.
c. Tidak ada programmer, operator mesin manusia adalah sistem operasinya.

2. 1959 – 1980-an: era mainframe dan komputer mini.


a. Pada era mainframe komputasi sangat terpusat di bawah kendali programmer dan
operator sistem. Komputer mainframe dapat terhubung dengan ribuan terminal
secara jarak jauh.
b. Di awal tahun 1950-an diperkenalkannya komputer UNIVAC dan IBM 700.
c. Tahun 1959 diperkenalkan IBM 1410 dan mesin transistor dan penggunaan
mainframe.
d. Tahun 1965, IBM 360 merupakan komputer mainframe komersil yang berdiri sendiri.
Seri 360 menyediakan time sharing, multitasking, dan memori virtual.
e. Mini komputer DEC menawarkan mesin tangguh dengan harga di bawah komputer
mainframe.
3. 1981 – 1982: era Personal Computer
a. Hukum ini menyatakan bahwa nilai suatu jaringan telekomunikasi adalah
proporsional dengan kuadrat jumlah pengguna terhubung dari sistem.
b. PC IBM pada tahun 1981 mulai dianggap sebagai permulaan dari era PC karena
mesin ini adalah mesin pertama yang digunakan oleh perusahaan- perusahaan di
AS.
c. Pada awalnya menggunakan sistem operasi DOS, berikutnya sistem operasi
Microsoft Windows dan berkembang menjadi komputer Wintel PC(SO Windows
dengan mikroprosesor Intel).
4. 1983 – 1990-an: era klien/server
a. Pada komputasi klien/server, desktop atau laptop dihubungkan ke jaringan komputer
server yang tangguh yang menyediakan kapasitas dan layanan bagi komputer klien.
b. Klien adalah titik masuk bagi pengguna, sementara server biasanya memproses dan
menyimpan data bersama, menyajikan halaman web atau mengelola aktivitas
jaringan.
5. 1992 – sekarang: komputasi internet
c. Seiring berkembangnya internet menjadi lingkungan komunikasi yang terpercaya
setelah tahun 1995, banyak perusahaan mulai serius menggunakan standar
jaringan TCP/IP.
d. Infrastruktur ini berhasil menghubungkan berbagai piranti keras komputer,
termasuk mainframe, server, PC, telepon seluler, dan perangkat genggam lainnya.

Berdasarkan hal tersebut maka terlihat bahwa Perkembangan teknologi informasi


tentunya memiliki peranan terhadap berbagai bidang, diantaranya bidang ilmu
pengetahuan, bidang pendidikan, bidang ekonomi, kepemerintahan dan masih banyak
yang lainnya. Teknologi akan terus berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan
manusia. Teknologi informasi yang kuat akan menjadi competitive edge bagi perusahaan
dan sekaligus menjadi entry barrier. Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang,
tidak ada alasan untuk tidak menggunakan teknologi sepanjang hal itu dapat
mempermudah perusahaan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Evolusi
infrastruktur memberikan bagaimana penggerak teknologi pada jamannya dapat
memperlihatkan seperti apa perkembangan yang akan terjadi nanti.
2.3 Penggerak Teknologi dari Evolusi Infrastruktur.
1. Hukum Moore dan daya microprocessing.
Hukum Moore dan daya microprocessing, diperkenalkan oleh Gordon E. Moore salah
satu pendiri Intel, ia mengatakan bahwa kecepatan perhitungan mikroprosesor
mengikuti rumusan eksponensial. Peningkatan eksponensial dalam daya pemrosesan
dan penurunan eksponensial dalam biaya teknologi komputer, melipatgandakan daya
prosesor setiap 18 bulan sekali dan menurunkan harga komputasi setengahnya
(Gordon Moore pada tahun 1965 di Electronics Magazine).
2. Hukum penyimpanan digital massal
Dunia saat ini memproduksi sebanyak 5 exabyte informasi unik per tahun. Jumlah
informasi digital kurang lebih menjadi dua kali lipat setiap tahun (Lyman dan Varian,
2003).
3. Hukum Metcalfe dan ekonomi jaringan
Hukum ini menyatakan bahwa nilai suatu jaringan telekomunikasi adalah proporsional
dengan kuadrat jumlah pengguna terhubung dari sistem.
4. Penurunan biaya komunikasi dan internet
Penggunaan terhadap fasilitas komunikasi dan komputasi semakin banyak dan semakin
banyak yang mengakses internet akan mengurangi dan menurunkan biaya komunikasi.
5. Dampak jaringan dan standar
Standar teknologi adalah spesifikasi yang menentukan kompatibilitas sebagai produk
dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu jaringan. Pada awal 1990-an, perusahaan-
perusahaan mulai mengarah ke komputasi dan platform komunikasi standar.
2.4 Komponen Infrastruktur

Komponen infrastruktur TI terdiri dari tujuh komponen utama berikut.


 Platform peranti keras computer
Meliputi PC desktop, notebook, komputer server, smartphone.
 Platform sistem operasi
Sistem operasi adalah perangkat lunak sistem yang mengatur sumber daya dari
perangkat keras dan perangkat lunak, serta sebagai daemon (suatu proses dalam sistem
operasi yang berjalan di-background proses) untuk program komputer. Tanpa sistem
operasi, pengguna tidak dapat menjalankan program aplikasi.Produsen sistem operasi
antara lain Linux Redhat, Centos, Microsoft Windows, Unix IBM, Unix HP, Unix Sun,
Android untuk smartphone, IoS iPhone.
 Platform peranti lunak computer
Melalui perangkat lunak data dikumpulkan, diolah, dan disajikan untuk mendukung
aktivitas bisnis organisasi. Perusahaan yang menerapkan perangkat lunak ini harus
terlebih dahulu memilih fungsi sistem yang ingin
mereka gunakandan kemudian memetakan proses bisnis mereka ke proses bisnis yang
telah ditetapkan dalam perangkat lunak. Beberapa penyedia perangkat lunak untuk
aplikasi enterprise antara lain SAP, Oracle, Microsoft, dan lain-lain.
 Manajemen dan penyimpanan data
Bertanggung jawab dalam mengelola dan mengatur data organisasi sehingga data
tersebut dapat digunakan dan diakses dengan mudah. Beberapa penyedia perangkat
lunak basis data antara lain DB2 IBM, Oracle, Microsoft SQL Server,PostgreSQL, MySql,
MariaDB, MongoDB, dan sebagainya.
 Platform jaringan/telekomunikasi
Platform jaringan komunikasi data dan telekomunikasi biasanya disediakan
olehperusahaan jasa komunikasi data dan telekomunikasi yang menawarkan konektivitas
suara dan data, jaringan area luas, layanan nirkabel, dan akses Internet. Vendor layanan
telekomunikasi dan komunikasi data antara lain AT & T, Cisco, Alcatel-Lucent, Nortel,
Juniper.
 Platform internet
Platform internet harus berhubungan dengan infrastruktur jaringan perusahaan secara
menyeluruh dan juga perangkat keras serta perangkat lunak. Tersedia perangkat keras,
perangkat lunak dan layanan untuk mendukung website milik perusahaan termasuk web
hosting, routers, kabel atau peralatan wireless.
 Layanan dan konsultasi integrasi sistem
Saat ini, banyak perusahaan yang tidak memiliki staf, kemampuan, atau pengalaman
yang diperlukan untuk menerapkan dan memelihara keseluruhan infrastruktur teknologi
informasinya. Perusahaan konsultan dapat menyediakan layanan keahlian untuk
mengelola infrastruktur teknologi informasi perusahaan tersebut sehingga perusahaan
dapat lebih fokus terhadap bisnis utamanya.
Integrasi perangkat lunak memastikan infrastruktur baru dapat bekerja dengan sistem
lama. Mengganti sistem ini umumnya tidak diperlukan karena sistem yanglebih tua dapat
diintegrasikan ke dalam infrastruktur baru.
2.5 Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Adaptif
Pesatnya perkembangan bisnis mendorong suatu organisasi melakukan perubahan
untuk menyesuaikan kebutuhan bisnis agar sejalan dengan perkembangan tersebut.
Teknologi informasi suatu organisasi harus dapat dibuat secara fleksibel untuk dapat
mengakomodasi perubahan secara cepat dan efisien. Hal ini menjadi fokus dari
pengembangan infrastruktur teknologi informasi yang membutuhkan suatu infrastruktur yang
adaptif terhadap perubahan pada sisi bisnis.Secara lengkap infrastruktur teknologi informasi
adaptif merupakan sesuatu yangdisusun menggunakan pola tertentu untuk mendukung
penerapan informasi dan bersifatmudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Kebutuhan
infrastruktur teknologi informasiadaptif, yaitu bagaimana infrastruktur dapat mengikuti setiap
perubahan dalam lingkungan bisnis.
Infrastruktur teknologi informasi yang adaptif melibatkan keseimbangan pada tiga area
berikut:
a. Sumber daya manusia meliputi peranan, keterampilan, dan struktur organisasi yang
melibatkan proses daur hidup infrastruktur. Pemanfaatan teknologi informasi menuntut
perubahan di profil kompetensi dari sumber daya manusia yang dimiliki organisasi,
kompetensi terhadap penggunaan maupun beradaptasi dengan perubahan-perubahan
proses yang terjadi akibat penggunaan teknologi tersebut. Penerapan teknologi diharapkan
dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas individu dan kualitas lingkungan kerja
bagi sumber daya manusia berupa kemudahan kerja dan peningkatan produktivitas kerja.
b. Teknologi, terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan layanan yang merupakan
bagian dari infrastruktur. Teknologi yang digunakan sebaiknya memenuhi standar yang
ditetapkan, andal, aman, memiliki fleksibilitas untuk dikembangkan, serta cost-effective.
c. Proses, terdiri dari standar dan informasi yang mendefinisikan daur hidup dari infrastruktur.
Pemanfaatan teknologi informasi akan membuat berbagai paradigma, asumsi dan batasan
dari suatu proses mengalami perubahan sehingga bisnis harus meninjau ulang proses dan
mengubahnya bila diperlukan. Penerapan teknologi diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa optimasi dan efektivitas proses bisnis dan mendukung proses pengambilan
keputusan di level strategis dan operasional.
Untuk mencapai keseimbangan pada ketiga area tersebut, sumber daya manusia
yang mengelola teknologi perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk
memilihteknologi yang digunakan dengan tepat.

2.6 Trend Platform Perangkat Keras Terkini

Dalam komputasi personal, platform adalah perangkat keras dasar (komputer) dan
perangkat lunak (sistem operasi) tempat aplikasi perangkat lunak dapat dijalankan.
Lingkungan ini merupakan fondasi dasar di mana aplikasi atau perangkat lunak apa pun
didukung dan / atau dikembangkan.
Server blade adalah komputer yang sangat tipis yang terdiri atas sebuah papan sirkuit
dengan prosesor, memori, dan koneksi jaringan yang di simpan dalam rak.
Meledak daya perangkat keras komputer dan jaringan teknologi telah secara dramatis
mengubah cara bisnis mengatur daya komputasi mereka, menempatkan lebih dari kekuatan
ini pada jaringan dan perangkat genggam mobile. Bisa melihat tujuh tren hardware: platform
digital muncul mobile, komputasi grid, virtualisasi, cloud computing, komputasi hijau, kinerja
tinggi / prosesor hemat daya dan komputasi otonom.

Bagian Trend Platform Perangkat Keras


a) Platfrom mobile
Smartphone dan komputer tablet menjadi begitu penting dalam mengakses internet.
Perangkat-perangkat tersebut semakin banyak digunakan untuk tujuan komputasi
organisasi bisnis seperti aplikasi pelanggan. Sebagai contoh, senior eksekutif di General
Motors menggunakan aplikasi smartphone untuk menggali informasi penjualan
kendaraan, kinerja finansial, matriks produksi serta status manajemen.
b) Komputasi jaringan
melibatkan pengoneksian berbagai komputer yang berada pada lokasi geografis yang
berjauhan ke dalam suatu jaringan tunggal untuk menciptakan super komputer virtual
dengan mengombinasikan seluruh daya komputasi komputer-komputer tersebut pada
sebuah jaringan. Penyebab digunakannya komputasi jaringan biasanya melibatkan motif
penghematan biaya, kecepatan komputasi, serta kegesitan.
c) Cloud Computing
Cloud computing adalah sebuah model komputasi dimana aktivitas pemrosesan,
penyimpanan, perangkat lunak dan layanan lainnya disediakan layaknya sumber virtual
terpadu pada suatu jaringan yang umumnya adalah internet.
Cloud computing terdiri atas 3 jenis layanan yang berbeda:
 Infrastruktur cloud computing sebagai layanan
 Platform cloud computing sebagai layanan
 Perangkat lunak cloud computing sebagai layanan
d) Konsumerisasi dari IT dan BYOD BYOD (bring your own device)
adalah salah satu aspek dari konsumerisasi TI, dimana teknologi informasi baru yang
pertama kali berkembang di pasar konsumen mulai diorganisasi bisnis. Konsumerisasi TI
tidak hanya termasuk perangkat mobile pribadi namun juga layanan perangkat lunak yang
digunakan organisasi bisnis seperti mesin pencarian google dan yahoo, gmail dan google
apps. Konsumerisasi TI memaksa organisasi bisnis, terutama yang berskala besar
untukmemikirkan cara dalam memperoleh dan mengelola peralatan serta pelayanan TI.
e) Virtualisasi
Adalah proses penyajian serangkaian sumber daya komputasi, sehinggamereka dapat
diakses tanpa batas oleh fisik dan geografis. Virtualisasi juga memungkinkan berbagai
sumber daya fisik (seperti komputer server) utnuk ditampilkan menjadi sumber
dayatunggal, contohnya storage area network ataupun komputasi jaringan. Virtualisasi
juga memfasilitasi pemusatan dan pengonsolidasian kinerja perangkat keras.
f) Green Computing
Green computing mengacu pada pembatasan penyebaran perangkat keras dan
penghematan daya, dimana virtualisasi telah menjadi salah satu teknologi utama untuk
menyelenggarakan green computing. Karena berdasar pada praktik dan teknologi
memproduksi, merancang, menggunakan, dan menempatkan komputer, server, beserta
perangkat bawaannya seperti monitor, printer, hard disk serta perangkat jaringan dan
telekomunikasi lainnya untuk meminimalisasi dampaknya bagi lingkungan. Mengurangi
konsumsi listrik pada komputer adalah teknologi prioritas yang sangat membantu green
computing.
g) Prosesor Hemat Energi Dengan Kinerja Prima
Untuk menghemat listrik, tentunya menggunakan ini agar lebih efisien. Contohnya adalah
micro prosesor. Micro prosesor terkini itu terdapat lebih dari 2 inti perosesor yang
diletakan bersamaan dalam sebuah chip, contohnya seperti kuadqord. Lalu ada prosesor
multicor, yaitu prosesor yang sirkuit nya telah terintegrasi yang memiliki 2 atau lebih inti
prosesor yang diletakan bersamaan untuk menghemat energi, meningkatkan perfoma dan
mempercepat pekerjaan agar terasa lebih efisien. Teknologi ini memungkinkan beberapa
prosesor agar dapat menggunakan daya lebih sedikit, suhu yang rendah, dan performa
yang cepat. Saat ini banyak laptop atau computer yang menggunakan model seperti ini,
seperti 2 kord, quadcorf, sicord bahkan ecord.
h) Komputasi Otonom
Adalah upaya perangkat industry untuk menciptakan system yang mampu
memkonfigurasi, mengoptimalkan, dan menyesuaikan diri nya sendiri. Ini dapat
memperbaikan diri nya sendiri, bahkan meilindungi diri sendiri jika terdapat penyusup atau
hacker yang mengmbil data. Ini dapat dilihat dari laptop atau PC, contoh nya seperti
antivirus yang dapat deteksi virus yang masuk dalam perangkat mereka.

2.7 Trend Platform Perangkat Lunak Terkini


Ada empat tema utama dalam revolusi platform perangkat lunak kontemporer, diantaranya:

1. Linux dan Perangkat Lunak Open Source


Perangkat Lunak Open Source adalah perangkat lunak yang dihasilkan oleh
sekelompok pemogram lepas diseluruh dunia. Opensource.org, perangkat lunak open
source adalah gratis dan dapat dimodifikasi oleh pengguna. Definisinya tidak terbatas
pada system operasi maupun perangkat teknologi tertentu meskipun kebanyakan
perangkat lunak open source sekarang menggunakan system operasi Linux ataupun Unix.
Linux merupakan perangkat lunak open source yang paling terkenal, system operasi
yang berhubungan dengan Unix. Linux diciptakan oleh pemogram asal Irlandia bernama
Linus Torvaldo pertama kali ditampilkan di internet pada Agustus 1991. Linux dapat
diaplikasikan pada smartphone, netbook, dan perangkat elektronik lainnya. Linux tersedia
secara gratis dan dapat diunduh dari internet atau dengan harga yang murah dengan
menyertakan tambahan alat bantu dari Vendor seperti Red Hat.
2. Java dan HTML

Java adalah system operasi dan prosesor yang berdiri sendiri, serta bahasa
pemograman berorientasi objek yang menjadi pemimpin dalam pengembangan web yang
interaktif. Java diciptakan oleh James Gosling dan Green Team pada 1992. Platform java
telah menyebar ke ponsel, smartphone, mobile otomatis, pemutar music, peralatan games
dan akhirnya ke system TV kabel yang menyajikan konten interaktif dan layanan berbayar
per tayangan.
HTML dan HTML5, HTML adalah bahasa pemograman yang digunakan untuk
mendefinisikan laman web guna menentukan bagaimana, tulisan, gambar, video dan
suara ditempatkan pada laman web, serta untuk menciptakan link-link dinamis ke objek
ataupun laman web lainnya. Dengan menggunakan link-link tersebut, pengguna hanya
perlu mengarahkan pointer ke kata ataupun gambar, kemudian klik, dan sesegera
mungkin akan diarahkan ke dokumen lainnya. HTML5 adalah evolusi selanjutnya dari
HTML, memberikan solusi bagi masalah yang memungkinkan kita untuk menempelkan
gambar, audio, video dan elemen-elemen lainnya langsung kedalam dokumen tanpa perlu
membebani prosesor.

3. Layanan Web dan Arsitektur Berorientasi Layanan

Layanan Web mengacu pada rangkaian komponen perangkat lunak yang


melakukan pertukaran informasi satu sama lain dengan menggunakan bahasa dan
standar komunikasi yang bersifat universal. Mereka dapat melakukan pertukaran
informasi diantara dua system yang berbeda tanpa memandang system operasi dan
bahasa pemograman yang menjadi dasar system tersebut. Dasar teknologi dari layanan
web adalah XML yang merupakan Extensive Markup Language bahasa ini dikembangkan
pada 1996 sebagai bahan bahan pemograman yang Tangguh dan fleksibel, melebihi
HTML untuk laman web. HTML terbatas pada bagaimana data seharusnya
dipresentasikan dalam bentuk laman web, sedangkan XML sebuah angka bukanlah
sebuah angka yang seperti kita kenal, tag pada XML menspesifikasikan apakah angka
tersebut mewakili harga, tanggal atau kode pos. Arsitektur berorientasi layanan adalah
rangkaian layanan web lengkap yang mengkomunikasikan aplikasi kerja perangkat lunak
satu sama lain.
4. Software Outsourcing dan Layanan Penyimpanan
Software outsourcing memungkinkan perusahaan untuk mengkompilasi
pengembangan perangkat lunak kustom atau pemeliharaan program warisan yang ada ke
perusahaan luar, yang sering beroperasi lepas pantai di daerah dengan upah rendah di
dunia. Perangkat lunak berbasis cloud dan data yang digunakan host di server yang pusat
data besar, dan dapat diakses dengan koneksi internet dan browser Web standar.

2.8 ISU MANAJEMEN

Manajemen isu merupakan proses manajemen strategis yang membantu perusahaan


mendeteksi dan merespon pada perubahan di lingkungan sosio-politik, salah satunya di
perusahaan. Sederhananya, hal ini merupakan proses untuk memantau dan mengidentifikasi
perusahan di lingkungan perusahaan. Jika ada masalah, perubahan, dan situasi yang
membutuhkan komunikasi dan pemahaman antara dua pihak, maka PR-lah yang harus dapat
mengomunikasikannya dengan baik.

Jadi, hal ini merupakan jembatan antara perusahaan dan para stakeholder-nya. Pada
dasarnya manajemen isu sangat dibutuhkan perusahaan karena dapat meminimalkan
kemungkinan sebuah masalah menjadi sebuah PR crisis. Manajemen isu adalah proses
manajemen yang bertujuan membantu melindungi pasar, mengurangi risiko, menciptakan
kesempatan-kesempatan serta mengelola image, sebagai sebuah aset organisasi, baik untuk
kepentingan organisasi itu sendiri maupun kepentingan stakeholders. Manajemen isu meliputi
serangkaian aktivitas yang berkesinambungan.

Pada tahap awal, sebuah issue muncul kepermukaan ketika sebuah organisasi atau
kelompok merasa berkepentingan terhadap suatu masalah (atau kesempatan). Sebagai
contoh, terjadi perkembangan tren politik, perubahan undang-undang, ekonomi dan sosial,
perubahan teknologi, dan sebagainya. Dari sudut pandang manajemen, tren harus
diidentifikasi sebagai asal kemunculan isu.
Kedua, menganalisis isu. Yang perlu dicermati, sumber isu bisa dari seorang individu,
bisa pula dari organisasi. Kegiatan pada tahap ini bertujuan, menentukan asal isu tersebut
yang seringkali sulit karena biasanya isu tidak muncul hanya dari satu sumber saja. Disini,
kemampuan riset, kualitatif maupun kuantitatif menjadi sangat penting. Tahap riset dan analisa
awal ini akan membantu mengidentifikasi apa yang dikatakan oleh individu dan kelompok
berpengaruh tentang isu-isu dan memberikan ide yang jelas pada manajemen.

Ketiga, pilihan strategi perubahan isu (Issue Change Strategy Options) meliputi tiga
cara. Pertama, organisasi tetap berfokus pada sikap lama dan tidak ingin melakukan
perubahan (strategi perubahan reaktif) atau organisasi melakukan strategi perubahan adaptif,
yang berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan
dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi atau akomodasi. Terakhir
berkaitan dengan pilihan-pilihan strategi adalah menjadikan organisasi sebagai pelopor
pendukung perubahan. Ini yang disebut dengan strategi dinamis.

Keempat, pemrograman tindakan terhadap isu setelah memilih salah satu dari ketiga
pendekatan di atas sebagai respon terhadap setiap isu, organisasi harus memutuskan
kebijakan yang mendukung perubahan yang diinginkan.

Kelima, yang tidak kalah penting adalah evaluasi. Dibutuhkan riset untuk mengevaluasi
hasil program yang didapat (actual) dibandingkan dengan hasil program yang diinginkan.
Langkah Manajemen Isu
a. Identifikasi risiko
Pada tahap pertama ini, kamu perlu mengumpulkan anggota tim dan melakukan
brainstorming untuk memikirkan apa saja permasalahan yang dapat terjadi di perusahaan.
Sebenarnya, hal ini juga bisa diaplikasikan untuk skala yang lebih kecil, misalnya ketika
suatu proyek sedang berlangsung.Gunakan mind map untuk mempermudah visualisasi
hasil brainstorming sehingga semua yang terlibat bisa memahaminya.
b. Analisis risiko
Dari semua risiko yang sudah dapat teridentifikasi, kamu perlu memikirkan mana yang
paling mungkin terjadi. Pasalnya, tak semua risiko memiliki kemungkinan yang sama. Untuk
hal ini, kamu bisa memanfaatkan decision tree atau decision matrix untuk mengetahui
konsekuensi dari setiap risiko yang potensial.
c. Atur prioritas risiko
Dari tahap sebelumnya, kini kamu dapat mengetahui risiko mana yang menjadi
prioritas untuk siap dimitigasi. Buatlah daftar urut berdasarkan mana yang memiliki
kemungkinan paling besar dan paling penting untuk diselesaikan.
d. Kelola risiko
Buatlah rencana penyelesaian masalah atau risiko berdasarkan hasil dari tahap 1
sampai 3 yang sudah dilalui.
e. Monitor risiko
Meski risiko sudah teratasi, kamu tetap harus memantau terus output-nya. Evaluasi
seberapa baik penanganan risiko tersebut dalam pencegahan isu perusahaan, dan apakah
perbaikan diperlukan.

2.9 PENERAPAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI DAN JARINGAN DI BEBERAPA


INSTANSI / PERUSAHAAN
a. Perkuat SistemTeknologi Informasi Sebagai Upaya Pencegahan Fraud JKN
BPJS Kesehatan memanfaatkan teknologi dan informasi, sebagai salah satu upaya
dalam menekan kasus kecurangan (fraud) dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat. Pemanfaatan teknologi ini juga diharapkan dapat mendukung
pelaksanaan Program JKN-KIS juga harus mengedepankan budaya atau prinsip good
governance, antara lain transparansi, akuntabilitas, pastisipasi, dan efisiensi.
Guna mendeteksi dan mencegah terjadinya tindakan kecurangan atau fraud dalam
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS
Kesehatan terus memperkuat sistem teknologi informasi. Di sisi lain, upaya tersebut sekaligus
juga dapat meningkatkan pelayanan kepada peserta JKN-KIS, badan usaha, maupun kepada fasilitas
kesehatan (faskes) yang menjadi provider BPJS Kesehatan.
Beberapa contoh fraud dalam pelaksanaan Program JKN-KIS, misalnya fraud oleh
peserta yaitu memalsukan data atau identitas peserta untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, meminjamkan atau menyewakan identitas peserta miliknya sendiri,
memanfaatkan haknya untuk pelayanan yang tidak perlu (unneccesary services),memberi
atau menerima suap atau imbalan dalam rangka memperoleh pelayanan kesehatan,
memperoleh obat atau alat kesehatan dengan cara yang tidak sesuai ketentuan untuk dijual
kembali dengan maksud mendapatkan keuntungan, dan lainnya.
Penyebab Fraud

Pakar Jaminan Sosial Prof Hasbullah Thabrany mengungkapkan, kondisi yang


mendorong terjadinya fraud dan juga moral hazard dalam pelaksanaan Program JKN-KIS
antara lain karena adanya informasi asimetris. Kondisi lain yang juga menunjang seperti
tekanan finansial, kontrol yang lemah, sanksi yang ringan, pengaturan yang tidak realistis,
dan juga perilaku atau riwayat perilaku orang yang melakukan fraud, misalnya berada di
lingkungan orang-orang yang melakukan korupsi.

Hasbullah juga meyakini bahwa fraud pasti ada dalam pelaksanaan Program JKN-
KIS. Namun seringkali fraud sulit dideteksi dan ditemukan. Melalui sistem teknologi
informasi yang dikembangkan BPJS Kesehatan, berbagai pertanyaan terkait fraud
diharapkan bisa terjawab, antara lain seberapa besar fraud tersebut dan seberapa
signifikan dampaknya terhadap defisit anggaran BPJS Kesehatan.
Upaya Pencegahan Fraud dengan Peningkatan Teknologi Informasi

Dikatakan Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Wahyuddin Bagenda,


memperkuat sistem teknologi informasi salah satu upaya yang dilakukan BPJS Kesehatan
untuk mencegah fraud. Transformasi digital bahkan sudah dimulai sejak 2013 ketika BPJS
Kesehatan masih berbentuk PT Askes. Beberapa pemanfaatan teknologi informasi untuk
menanggulangi fraud diantaranya:
 Dalam pemanfaatan teknologi digital, prosesnya adalah klaim dari pelayanan Rawat
Jalan Tingkat Pertama (RJTP), Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap
Tingkat lanjut (RITL) akan dikirim ke BPJS Kesehatan, kemudian BPJS Kesehatan akan
melakukan data analitik untuk verifikasi klaim dan audit klaim atau Defrada. Dengan
adanya sistem ini, maka verifikator bisa melihat dan menganalisis mana kondisi yang
memang tidak sesuai, sehingga menghasilkan klaim yang layak untuk dilakukan
pembayaran.
 BPJS Kesehatan juga mengembangkan machine learning untuk verifikasi klaim.
“Machine learning ini untuk memberikan skor terhadap klaim yang dikaitkan dengan
behavior pengajuan klaim itu sendiri. Ini sesuatu yang baru diimplementasikan di tahun
2020 ini.
 Terkait pemanfaatan teknologi dalam pelayanan, BPJS Kesehatan salah satunya
mengembangkan Mobile JKN SuperApp, di mana aplikasi tersebut disiapkan sebagai
gerbang dari sistem di BPJS Kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh peserta, faskes,
dan juga korporasi. Di samping itu, Mobile JKN juga bisa digunakan untuk
memanfaatkan layanan antrean online dan juga rujukan online dari FKTP ke FKRTL.
Dengan sistem layanan yang terintegrasi, ini memberikan dampak yang sangat
signifikan terhadap layanan, sekaligus juga memberikan dampak efisiensi bagi peserta
dan BPJS Kesehatan sendiri.
 Selain mengembangkan sistem teknologi informasi yang dapat mencegah dan
mendeteksi berbagai indikasi potensi kecurangan, BPJS Kesehatan juga telah
membangun kerja sama dengan Komisi Pemberantasan korupsi (KPK) dan
Kementerian Kesehatan dalam membentuk Tim Bersama Penanganan Kecurangan
JKN sejak tahun 2017, dan mengeluarkan Peraturan BPJS Kesehatan No 7 Tahun
2016 yang mengatur tentang sistem pencegahan kecurangan.
 BPJS Kesehatan juga membentuk unit kerja bidang Manajemen Utilisasi dan Anti
Fraud, membentuk Tim Pencegahan Kecurangan di seluruh cabang, serta mendorong
Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, fasilitas kesehatan untuk membentuk tim
pencegahan kecurangan.
b. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Bidang Kehutanan
Menuju Kehutanan 4.0 di Kementerian Kehutanan
Kendala Penerapan TIK di Bidang Kehutanan
Adapun kendala utama dalam penerapan TIK di bidang kehutanan yang ditemui
berdasarkan hasil kuesioner adalah ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur TIK terdiri dari
perangkat keras dan perangkat lunak pada masing-masing institusi maupun pembangunan
TIK pada suatu wilayah. Nilai IP-TIK (Indeks Pembangunan TIK) Indonesia tahun 2019
tergolong sedang (5,32 dari 10) berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik pada
tahun 2020. Sementara itu, mayoritas provinsi di luar Jawa dimana mayoritas hutan
berada, masih tergolong kategori rendah (<5). Tabel 3 memperlihatkan bahwa hanya DKI
Jakarta yang memiliki nilai IP-TIK tinggi (7,26-10,00) sementara provinsi lainnya mayoritas
berada pada tingkat sedang (5,01-7,25) dan rendah (2,51-5,00).
Beberapa provinsi membutuhkan perhatian dalam hal infrastruktur TIK, di antaranya:
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan
Papua. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kegiatan pengelolaan hutan berbasis TIK di
wilayah – wilayah tersebut yang memiliki kawasan hutan dengan jumlah cukup besar.
Selain infrastruktur, sumber daya manusia dan anggaran juga menjadi kendala dalam
penerapan TIK. Sumber daya manusiadan anggaran merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan karena kualitas sumber daya manusia bergantung pada anggaran yang
dialokasikan. Sementara itu, urusah kehutanan sebagaimana diatur dalam UU No 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan urusan pilihan yang seringkali
dikonotasikan bukan merupakan urusan yang prioritas. Maka dari itu, diperlukan komitmen
yang konsisten dari pemerintah daerah untuk mengelola hutan dengan lebih baik.

Tabel 1. Nilai IP-TIK dan persentase kawasan hutan per provinsi

Provi nsi Nilai IP- TIK Persentase kawasan hutan


DKI Jakarta 7,31 0,72
D.I Yogyakarta 6,91 5,37
Bali 6,23 22,02
Kepulauan Riau 6,14 46,56
Kalimantan Timur dan 6,14 & 5,76 67,63
Kalimantan Utara
Banten 5,8 20,88
Jawa Barat 5,63 23,08
Sulawesi Utara 5,33 50,17
Riau 5,25 62,13
Kalimantan Selatan 5,23 45,94
Jawa Timur 5,2 28,4
Jawa Tengah 5,17 19,73
Sumatera Barat 5,12 55,77
Sulawesi Selatan 5,1 43,44
Papua Barat 5,07 88,14
Sumatera Utara 4,94 41,87
Kalimantan Tengah 4,92 82,68
Jambi 4,91 41,92
Kepulauan Bangka Belitung 4,89 39,19
Bengkulu 4,88 46,42
DKI Jakarta 7,31 0,72
D.I Yogyakarta 6,91 5,37
Bali 6,23 22,02
Kepulauan Riau 6,14 46,56
Kalimantan Timur dan Kalimantan 6,14 & 5,76 67,63
Utara
Banten 5,8 20,88
Jawa Barat 5,63 23,08
Sulawesi Utara 5,33 50,17
Riau 5,25 62,13
Kalimantan Selatan 5,23 45,94
Jawa Timur 5,2 28,4
Jawa Tengah 5,17 19,73
Sumatera Barat 5,12 55,77
Sulawesi Selatan 5,1 43,44
Papua Barat 5,07 88,14
Sumatera Utara 4,94 41,87
Kalimantan Tengah 4,92 82,68
Sulawesi Tenggara 4,83 61,11
Sumatera Selatan 4,81 37,2
Gorontalo 4,75 73,26
Maluku 4,68 83,35
D.I Aceh 4,66 61,26
Sulawesi Tengah 4,51 63,62
Lampung 4,5 29,02
Kalimantan Barat 4,48 55,66
NTB 4,38 55,77
Maluku Utara 4,24 78,84
Sulawesi Barat 4,14 65,07
NTT 3,77 30,5
Papua 3,3 92,05

Sumber: (KLHK, 2020) dan (BPS, 2020)


Berikut merupakan beberapa tindak lanjut yang perlu untuk dilakukan
berdasarkan temuan dari studi:
a. Saat ini kondisi faktor pendukung penerapan TIK di bidang kehutanan untuk menuju
Kehutanan 4.0 dinilai masih belum optimal terutama di institusi KPH. Diperlukan
adanya fokus dari Pemerintah Pusat untuk meningkatkan pengelolaan hutan di tingkat
tapak. Koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah harus diperkuat
mengingat adanya perbedaan kewenangan pengelolaan hutan lindung dan
produksi antara Pusat dan Daerah. Diperlukan adanya ruang untuk diskusi
mengenai pedoman dan standar yang seringkali bersifat top-down dari
Pemerintah Pusat agar dapat mengakomodasi konteks lokal.
Komitmen dari Pemerintah Daerah untuk memprioritaskan kegiatan kehutanan
juga perlu untuk dipertegas sehingga pengelolaan hutan di tingkat tapak (KPH)
tidak tertinggal. Selain itu kerja sama antara pengelola hutan dan non- pengelola
hutan perlu untuk ditingkatkan mengingat pihak non- pengelola hutan memiliki
sumber daya manusia, teknologi, maupun pendanaan yang baik untuk diterapkan
di tingkat tapak.
b. Penyelenggaraan Informasi Geospasial bidang kehutanan di level pusat yang ada
saat ini dinilai perlu meningkatkan aksesibilitas data sampai dengan pengelolaan
hutan tingkat tapak (KPH) agar tercapainya sinkronisasi data. Di sisi lain, Pemerintah
Daerah dan KPH juga perlu diberikan ruang untuk melakukan inventarisasi dan
pemetaan kondisi hutan di wilayahnya secara mandiri. Harapannya adalah
ketersediaan data bersumber langsung dari daerah dengan adanya pengawasan dari
Pusat. Selain itu, ketersediaan data saja dinilai tidak cukup dalam membantu
menyelesaikan masalah kehutanan. Pengelolaan data yang lebih baik sebaiknya
mencakup aspek digitalisasi, integrasi, pemutakhiran, sinkronisasi, transparansi,
standardisasi, dan validasi.
c. Transformasi bidang kehutanan menuju Kehutanan 4.0 harus dimulai dari masalah
yang ada saat ini dan tidak menunggu semua faktor pendukung berada dalam
keadaan siap. Penerapan TIK saat ini berasal dari kebutuhan akan solusi yang terus
berkembang penggunaannya. Pendekatan gradual dapat diterapkan untuk
membiasakan (familiarize) kegiatan di bidang kehutanan dengan TIK sehingga
kapasitas dan kesiapan terbangun secara merata. Hal-hal besar yang fundamental
juga perlu dipersiapkan dalam bentuk regulasi, standar/pedoman, dan sistem
keamanan data yang terjamin. Regulasi juga diharapkan untuk mencakup penerapan
teknologi 4.0 dalam bidang kehutanan. Baik proses gradual maupun fundamental
tidak dapat berjalan masing-masing. Kebutuhan akan kerangka regulasi perlu untuk
dipenuhi pada tahap awal yang kemudian ditindak lanjuti dengan penerapan secara
bertahap untuk membiasakan penerapan TIK di bidang kehutanan melalui
peningkatan kapasitas SDM dan infrastruktur agar tidak kehilangan momentum.

c. Analisis Implementasi Peraturan Menteri ATR /Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2021
Tentang Sertifikat Elektronik
Kendala yang timbul dalam pengintegrasian Sertifikat Tanah dalam bentuk sertifikat
elektronik, diantaranya:

a. Masih terjadinya sengketa tanah ini bisa terjadi antara masyarakat dengan
masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah dan antar instansi pemerintah.
Namun apabila dilihat dari objeknya, maka bisa penulis simpulkan beberapa kasus
pertanahan di Indonesia seperti sengketa batas- batas tanah, kasus tumpang tindih
atau tanah bersertifikat ganda, kasus sengketa kawasan hutan, kasus sengketa
kawasan pertambangan, kasus penyerobotan tanah-tanah perkebunan yang telah
dibawahi dengan hak guna usaha, lalu kemudian ada kasus tanah ekspartikelir,
selanjutnya terkait putusan pengadilan terhadap sengketa tanah yang tidak bisa
dilaksanakan.

Salah satu kasus terbaru yang terjadi akibat dari kecurangan oknum pertanahan
adalah kasus PT Salve Veritate pada Juni 2021 lalu. Setelah diselidiki ada pejabat
pertanahan yang terlibat dalam kasus sengketa ini, antara lain kepala kanwil BPN
DKI Jakarta serta 10 orang lainnya termasuk kepala kantor pertanahan Jakarta
timur yang kesemuanya langsung diberikan sanksi berat dan dibebastugaskan
(pemecatan secara tidak hormat). Kementerian ATR/BPN menjamin akan terus
membenahi permasalahan yang ada dan tidak akan melindungi jajarannya yang
terkait dengan permasalahan sengketa tanah.

Terjadinya kasus pertanahan tersebut menunjukkan belum baiknya administrasi


pertanahan di Indonesia dan belum kuatnya kepastian hukum hak atas tanah. Hal
itu memberikan gambaran bahwa tanah belum dapat memberikan atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Kondisi dimana ketidakmerataan infrastruktur yang mempengaruhi kemampuan
dalam pengaksesan segala bentuk teknologi informasi dan komunikasi antar
wilayah yang satu dengan yang lain, inilah yang yang dimaksud dengan
kesenjangan digital. Salah satu contohnya yaitu makin banyak munculnya
marketplace, dimana banyak masyarakat perkotaan modern menggantungkan
hidupnya melalui hal tersebut. Namun tidak berarti fasilitas publik yang ada bisa
menjangkau seluruh pelosok negeri ini, semisal di desa-desa terpencil yang mana
masih banyak sarana prasarana terkait teknologi informasi yang kurang dan tidak
merata di tiap-tiap wilayahIndonesia. Access divide yang terjadi di Indonesia, salah
satu penyebabnya adalah karena luas danbentuk negaranya yang terdiri dari 17.000
pulau. Sebagian besar wilayahnya juga terdiri dari pegunungan dan lembah
sehingga lokasi pedesaan begitu menyebar yang mengakibatkan pembangunan
infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi cukup sulit dilakukan serta
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Akibatnya infrastruktur hanya terpusat di
wilayah perkotaan saja khususnya di pulau Jawa dan Sumatera, sedangkan di
daerah lain terutama di Indonesia timur untuk dukungan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut masih sangat minim.
c. Kesenjangan digital terkait dengan “alat” yang akan digunakan untuk mengakses
program digital pertanahan. Alat yang dimaksud disini umumnya berupa
smartphone, laptop, atau komputer. Ketimpangan ini juga terjadi di beberapa
kalangan masyarakat, tidak semua orang di wilayah Indonesia ini memiliki alat-alat
tersebut. Menurut hasil survey Kemen Kominfo pada tahun 2017 menunjukkan
bahwa masih ada 33,69% kalangan masyarakat yang tidak memiliki smartphone
dan 66,31% sisanya sudah memiliki smartphone. Hal ini bisa saja terjadi akibat
dari perbedaan pekerjaan, profesi, penghasilan bahkan perbedaan taraf
pendidikan. Pun juga ada beberapa kalangan masyarakat yang sengaja tidak
menggunakan smartphone karena untuk akses internet di daerahnya saja masih
belum ada. Kelak apabila kebijakan el-sertifikat ini berlaku secara umum, maka
yang akan merasa terdiskriminasi adalah dari kalangan masyarakat yang tidak
memiliki alat penunjang (smartphone). Lumrah rasanya ketika pemegang hak atas
tanah ingin melakukan pengecekan secara berkala terhadap sertifikat tanah
elektroniknya, namun ketika oknum tersebut tidak memiliki alat (smartphone), maka
hal tersebut tidak dapat dilakukan.

Solusi pengembangan Sistem Informasi Infrastruktur teknologinya di Kantor Pertanahan


yang harus dikembangkan yakni:

a. Minimnya kepastian hukum atas tanah selalu menimbulkan sengketa di tiap


wilayah Indonesia. Sengketa terjadi di berbagai lapisan masyarakat bahkan antar
instansi dengan masyarakat maupun antar instansi yang satu dengan instansi yang
lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa tanda bukti hukum atas kepemilikan tanah
berupa sertifikat tanah tersebut sangat penting. Sertifikat tanah yang ada tidak
sebanding dengan luas tanah indonesia, ini menandakan bahwa masih adanya
tanah-tanah yang memiliki sertifikat atau tidak didaftarkan. Ada berbagai macam
faktor yang membuat masyarakat tidak mendaftarkan tanahnya, salah satunya
karena masalah biaya.
Untuk solusi masalah biaya tersebut, maka pemerintah mengeluarkan program
PTSL pada tahun 2018. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah
suatu program serentak oleh pemerintah untuk memberikan jaminan kepastian
hukum dan hak atas suatu tanah milik masyarakat secara gratis. Bisa dibilang,
PTSL adalah proses pendaftaran pertama kali terhadap tanah yang belum memiliki
hak milik.
Program tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri No 12 tahun 2017 tentang
PTSL dan Instruksi Presiden No 2 tahun 2018. Apabila dihubungkan dengan
rencana digitalisasi sertifikat elektronik secara nasionaldi 2021, maka 2 kebijakan ini
bisa saja saling mereduksi satu sama lain. Baiknya PTSL yang di target selesai
tahun 2025 tersebut dituntaskan terlebih dahulu, kemudianpemberlakuan secara
nasional untuk sertifikat elektronik baru bisa dilakukan. Untuk saat ini, sertifikat
elektronik harus fokus dan serius pada seri uji coba hingga beberapa tahun
mendatang, agar kelak proses pelaksanaan dan target bisa terlaksana dengan baik.
b. Untuk membenahi permasalahan terkait access divide tersebut dibutuhkan kerja
sama yang apik dari beberapa kementerian guna pembangunan infrastruktur di
wilayah tertinggal bisa terwujud dan merata di tiap-tiap wilayah Indonesia. Salah
satu hal yang dilakukan pemerintah adalah memberlakukan program Indonesia
Digital Network (IDN) sebagai solusi bagi konektivitas nasional yang bertujuan untuk
mendukung proses digitalisasi masyarakat Indonesia guna meningkatkan daya
saing global. Kementerian ATR/BPN pun juga harus menjadikan masalah
ketidakmerataan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di berbagai
wilayah Indonesia ini sebagai hal pokok yang membutuhkan perhatian khusus untuk
menjalankan program sertifikat tanah elektroniknya. Karena apabila hal tersebut
diabaikan maka kelak digitalisasi sertifikat tanah elektronik ini hanya bisa
menjangkau daerah perkotaan sajadan tanpa bisa dirasakan manfaatnya oleh
daerah terpencil.
c. Kementerian ATR/BPN tentunya harus memikirkan solusi untuk masalah
pemanfaatan alat digitalisasi berupa smartphone, laptop, atau komputer, karena
tidak mungkin pemerintah memberikan smartphone kepada seluruh masyarakat
yang ada diIndonesia.
Penanganan terhadap masalah ini, bisa dengan membuat aturan se flexible
mungkin, misalnya untuk sertifikat tanah kertas yang asli itu tetap berada
dalampenguasaan pemilik/masyarakat, dan untuk proses digitalisasinya juga harus
tetap terlaksana guna membenahi pusat data tanah di kementerian. Dengan begitu
baik masyarakat yang memiliki smartphone ataupun yang tidak, tetap sama-sama
memiliki sertifikat tanah yang asli.
d. Pembaharuan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP) sebagai bentuk
peningkatan Layanan Informasi Perpajakan
Kendala Penerapan
Salah satu tantangan modernisasi adalah perubahan teknologi yang harus
dihadapi oleh pegawai DJP. “Teknologi yang kita punya sudah usang. Kapasitas core
tax dari semula ditopang oleh 18 server telah turun menjadi 14, dan terakhir menjadi 8.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, sistem bisa sewaktu-waktu bisa mati. Aplikasi
yang kita miliki juga masih terpisah-pisah dan tidak saling terkoneksi,” jelas Iwan. Pada
praktiknya, DJP menggunakan banyak aplikasi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Beberapa di antaranya seperti SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak),
SIDJPNINE (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak New Improved Novelty
Excellence), Approweb, dan Appportal. Sangat tidak praktis. Belum lagi beberapa unit
di lapangan banyak menggunakan aplikasi buatan sendiri. Alih-alih mempersingkat
proses bisnis dan mempercepat pekerjaan. Yang terjadi justru sebaliknya.
Aplikasi Approweb saat ini telah digunakan secara nasional dan terus
dikembangkan dengan sistem yang lebih canggih. Sedangkan, core tax system adalah
sistem informasi yang akan digunakan DJP di masa depan dan digadang- gadang
sebagai sistem informasi yang lebih canggih daripada saat ini. elama ini DJP
menggunakan sistem informasi yang disebut dengan SIDJP.
Selain itu, ada pula aplikasi profil berbasis web (Approweb) yang merupakan
aplikasi untuk mempermudah pengawasan dan penggalian potensi wajib pajak. Para
Account Representative menggunakan Approweb sebagai sarana utama untuk
membuat profil wajib pajak dan mencapai target penerimaan. Setelah berusia cukup
lama, baik SIDJP maupun Approweb sudah saatnya diganti. Sistem tersebut sudah
digunakan sejak 2002, tetapi pengembangannya tidak dilakukan secara utuh.

Solusi Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Perpajakan


Untuk merealisasikan terwujudnya sistem informasi yang andal, dibentuklah Tim
Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan. Tugas tim antara lain melaksanakan
perencanaan dan pengelolaan proyek, busines process reengineering, pengembangan
dan implementasi sistem informasi, dan manajemen perubahan berkaitan dengan
pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (Core Tax Administration System)
dengan payung hukum KMK Nomor 600/KMK.03/2020.
Sistem inti perpajakan kedepannya harus bersifat Open and integrated system
mengintegrasikan seluruh proses bisnis dalam satu sistem informasi dan menciptakan
keterhubungan dengan sistem informasi di sekitarnya. Reformasi di bidang teknologi
informasi dan basis data diharapkan melahirkan sistem informasi yang andal untuk
mengolah data perpajakan yang akurat berbasis teknologi sesuai dengan bisnis inti
DJP.
Sementara itu, proses bisnis ingin disederhanakan untuk membuat pekerjaan
menjadi efektif, efisien, akuntabel, berbasis teknologi informasi, dan mencakup seluruh
pekerjaan DJP. Jadi, jawaban atas pertanyaan mengenai cara mengatasi kompleksitas
proses bisnis DJP adalah pembaruan core tax system. Bukan hanya asal ganti sistem
informasi.
Dengan peraturan presiden yang ditandatangani oleh Joko Widodo pada 3 Mei
2018, Tim PSIAP mendapatkan amanah, salah satunya, untuk mengembangkan
sistem informasi yang dapat dipercaya dan andal untuk mengolah data perpajakan
yang akurat dan berbasis teknologi sesuai dengan proses bisnis utama.
Pengembangan sistem informasi itu paling sedikit meliputi sistem inti administrasi
perpajakan (SIAP atau core tax administration system) dan sistem pendukung
operasional administrasi perpajakan.
Diharapkan nanti nya 21 proses bisnis perpajakan dapat terpusat dalam satu
system inti yang memudahkan dalam melakukan pengawasan atas pemenuhan
kewajiban perpajakan para wajib pajak.
Sehingga nantinya DJP akan melakukan pengembangan proses bisnis dan
sumber daya manusia yang terintegrasi dari ujung ke ujung mulai dari pendaftaran,
penyampaian SPT, sampai dengan kegiatan pengawasan dan penegakan hukum.”
Semuanya menjadi satu dan terkontrol sehingga tidak ada kejadian, misalnya, ketika
petugas akan melakukan pemeriksaan dia harus melakukan permintaan data secara
manual ke seksi pelayanan. Semua informasi akan tersedia dalam satu sistem yang
sama sehingga memudahkan pekerjaan pengawasan penerimaan pajak. Proses bisnis
yang sangat kompleks itu memerlukan dukungan teknologi yang mumpuni. Itulah
sebabnya, reformasi proses bisnis menjadi satu kesatuan dengan reformasi teknologi
informasi. Sayangnya, kebutuhan itu belum terakomodasi ke dalam SIDJP yang
sekarang digunakan. Keberatan, pengolahan data, penagihan, keputusan banding,
tidak ada dalam SIDJP. Oleh karena itu, mengintegrasikan proses bisnis menjadi
kebutuhan yang mendesak.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan oleh penulis, diantaranya:

1. Hadirnya teknologi informasi memberikan manfaat bagi perusahaan, diantaranya adalah


menghasilkan informasi yang baik dalam artian informasi yang di dapat oleh
perusahanaan akurat, dapat dipercaya, tepat waktu, dapat dengan mudah dipahami,
lengkap, dan relevan. Selain itu efisiensi kinerja perusahaan dapat meningkat. Tentunya
hal ini berpengaruh pada pertahanan perusahaan untuk bisa bersaing dengan para
pesaingnya.

2. Perkembangan yang menggerakkan teknologi yang berasal dari evolusi infrastruktur


tersebut memperlihatkan bahwa perkembangan infrastruktur teknologi informasi yang
terbaru dapat memperlihatkan bagaimana perkembangan dalam pemrosesan komputer,
chip memori, perangkat penyimpanan, telekomunikasi, dan jaringan peranti keras dan
perangkat lunak, dan sebuah rancangan peranti lunak yang telah meningkatkan daya
komputasi secara eksponensial dengan mengurangi biaya juga secara eksponensial.
Hal ini akan berkaitan denga penggunaan infrastruktur teknologi di perusahaan-
perusahaan.

3. Evolusi yang terjadi dapat dijadikan sebagai sebuah pedoman sebuah perusahaan yang
berkembang dalam bidang infrastrukur IT. Maka dari itu perusahaan tersebut
menerapkan dengan bijak karena evolusi tersebut tidaklah berhenti pada masa itu saja
tetapi dapat dipakai untuk evolusi selanjutnya untuk kepentingan yang berbeda

4. Pesatnya perkembangan bisnis mendorong suatu organisasi melakukan perubahan


untuk menyesuaikan kebutuhan bisnis agar sejalan dengan perkembangan tersebut
sehingga perlu adanya perancangan infrastruktur teknologi informasi yang adaptif untuk
memfasilitasi perubahan kebutuhan bisnis. Perkembangan terhadap perangkat keras
komputer dan teknologi jaringan dapat mengubah cara bisnis mengaturdaya komputasi.

3.2 SARAN

Berdasarkan uraian diatas dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Agar pengembangan Infrastruktur Informasi di instansi pemerintahan terkait dapat


berlangsung optimal dibutuhkan adanya kerja sama baik dengan pemerintah maupun
vendor terpercaya yang dapat mendukung terciptanya teknologi jaringan infrastruktur yang
memadai dalam menunjang stabilitas system yang tersedia di Lembaga terkait.

2. Pengembangan teknologi informasi selanjutnya harus dapat mengakomodasi kebutuhan


antarinstitusi, dan kemudahan akses bagi para pengguna, baik lembaga pemerintah,
swasta maupun masyarakat dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, yang juga tetap
dapat memenuhi kebutuhan akan keamanan dan kerahasiaan informasi yang akan diakses
oleh para stakeholder

3. Penyediaan SDM yang memiliki latar belakang pengolahan data elektronik, pengelolaan
jaringan dan informasi teknologi di level Pusat, Kantor Wilayah maupun Kantor instansi
terkait dilevel provinsi/kota, yang berkomitmen kuat dan profesional dalam mengelola data
informasi elektronik.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2020). Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi 2019.
Badan Pusat Statistik.
Indrajit, R.E. (2004). E-Government strategi pembangunan dan pengembangan sistem pelayanan
publik berbasis teknologi digital. Yogyakarta: Andi Offset.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Statistik Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Tahun 2019.
Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2010). Manajemen Information System: Managing the Digital
Firm.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2021 tentang Sertifikat Elektronik.
Peraturan Menteri No 12 tahun 2017 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Richard, H. (2006). Implementing and managing E-Government. London: Sage Publication
Limited.
Robertson, B., & Sribar, V. (2001). The adaptive enterprise: IT infrastructure strategiesto manage
change and enable growth. Intel Press.
Soegoto, E. S. (2014). Enterpreneurship: Menjadi pebisnis ulung (edisi revisi). Jakarta:PT Elex
Media Komputindo.
Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor S-692/MK.02/2020 dan B-636/M.PPN/D.8/
KU.01.01/08/2020 tentang pagu anggaran kementerian/embaga dan penyelesaian
rencana kerja dan anggaran kementerian/embaga tahun anggaran 2021.
Turban, E., R. Kelly, R., & Richard, E.P. (2005). Introduction to information technology (3rd
edition). John Wiley & Sons, United States.
https://indonesiabaik.id/infografis/663-masyarakat-indonesia-memiliki-smartphone-8, diakses
pada 10 Oktober 2022, Pukul 12.45
https://hot.liputan6.com/read/4511749/platform-adalah-dasar-sistem-komputer-pahami-
fungsinya
https://www.academia.edu/12928830/Sistem_Informasi_Manajemen
http://asalila.blogspot.com/2017/04/infrastruktur-ti-dan-teknologi-baru.html
https://glints.com/id/lowongan/manajemen-isu-adalah/
https://jabarprov.go.id/index.php/artikel/detail_artikel/429/2020/02/27/Mengelola-Isu-Antara-Ada-
danTiada#:~:text=Manajemen%20isu%20adalah%20proses%20manajemen,itu
%20sendiri%20m aupun%20kepentingan%20stakeholders

http://asalila.blogspot.com/2017/04/infrastruktur-ti-dan-teknologi-baru.html

Anda mungkin juga menyukai