Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Ilmu Dakwah

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu: Dr. Deni Irawan, M.S.I

Oleh:
DEVI LESTARI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)


FAKULTAS DAKWAH DAN HUMANIORA (FDH)
INSTITUT AGAMA ISLAM SWASTA
(IAIS) SAMBAS
2022/2023 M
Daftar Isi

Daftar Isi ..................................................................................................................................... i


A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
C. Pengertian Ilmu .............................................................................................................. 2
D. Pengertian Dakwah ........................................................................................................ 3
E. Pengertian Ilmu Dakwah ................................................................................................ 4
F. Dasar Hukum Dakwah ................................................................................................... 5
1. Fardhu Kifayah ............................................................................................................... 7
2. Fardhu ‘ain ..................................................................................................................... 7
3. Fardhu ‘ain bersyarat. .................................................................................................... 8
G. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia .................................................................... 9
1. Saresehan Nasional Ilmu Dakwah Tahun 1977 ............................................................ 10
2. Dakwah sebagai Disiplin Ilmu Tahun 1980.................................................................. 10
3. Seminar Nasional Dakwah Islam dan Perubahan Sosial Tahun 1982 .......................... 10
4. Pada tahun 1983 di Bandung diadakan pula kajian sejarah dakwah, dengan tema
"Perkembangan Dakwah Islam di Indonesia". ............................................................. 11
5. Disusul kemudian pada tahun 1985 di kota yang sama diadakan seminar mengenai
"Pembinaan Etos Kerja melalui Da’wah bi al-Hal”. Tahun 1990 tentang: "Dakwah
dan Perubahan Sosial".................................................................................................. 11
6. Seminar Nasional Pengembangan Ilmu Dakwah Tahun 1990 ..................................... 11
7. Seminar Nasional Dakwah sebagai Disiplin Ilmu pada tahun 1992 ............................. 11
8. Seminar dan Lokakarya Kurikulum Fakultas Dakwah Tahun 1993 ............................. 12
9. Tahun 1993 Berhasil merekomendasikan Jurusan Keilmuan Dakwah......................... 12
10. Seminar tentang “Teori-teori Sosial yang Dibutuhkan dalam Dakwah Tahun 1998.... 13
11. Kongres Nasional I Profesi Dakwah Islam Pada tahun 2003 ....................................... 13
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 15

i
1

A. Latar Belakang

Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang tak dapat dipisahkan

dari budaya. Budaya itu yang kemudian membedakan antar satu komunitas

dengan komunitas yang lain. Budaya berpengaruh pula terhadap adat

kebiasaan, pola pikir serta sikap setiap individu yang tergabung di dalamnya.

Orang sunda berbeda dengan orang batak dari berbagai sisi, mulai bahasa,

etika serta standar kepribadiannya. Begitu pula dengan etnis-etnis lain yang

ada di Indonesia bahkan di dunia.

Di era Nabi Muhammad, masyarakat Arab kala itu tersusun atas klan-

klan suku. Nabi Muhammad terlahir dan besar di tengah suku yang

terpandang di jazirah Arab kala itu, yakni Quraisy. Islam datang sebagai

agama yang “menuntun” masyarakat Arab agar melaksanakan perintah

Tuhan Allah, serta meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka yaitu

dewi-dewi banatullah Al-Latta, Al-Uzza dan Al-Mannat. Perjuangan Nabi ini

tidak mudah sebab setiap klan tidak menyetujui ajaran monotheisme yang

diajarkan Nabi Muhammad. Dengan kegigihannya, Islam pun berkembang

hingga saat ini.

Islamisasi masyarakat Arab yang dilanjutkan dengan Islamisasi

masyarakat dunia ini dapat dilakukan dengan suatu aktivitas bernama

dakwah. Banyak hal-hal yang berkaitan dengan dakwah dan akan diuraikan

dalam makalah ini, terutama dari pengertian dan ruang lingkupnya.


2

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Ilmu Dakwah ?

2. Bagaimana perkembangan ilmu dakwah di Indonesia ?

C. Pengertian Ilmu

Menurut Mifthul Ulum ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk

menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari

berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Secara Bahasa ilmu berasal

dari Bahasa arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengerti.

Sedangkan dalam Bahasa inggris disebut science, dalam Bahasa latin scientia

berarti pengetahuan atau scire berarti mengetahui.1

Adapun secara istilah Ilmu menurut Bayanuni adalah sekumpulan

permasalahan dan pokok-pokok kulli (umum) yang dipertemukan dalam satu

tujuan, misalnya ilmu kalam, ilmu nahwu, ilmu alam, ilmu dakwah dan lain-

lain.2 Berdasrkan beberapa pengertian sebelumnya dapat dipahami bahwa

ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan

meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam

manusia. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup

pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu di peroleh dari keterbatasannya. Ilmu

bukan sekedar pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan

bedasarkan teori.

1
Miftahul Ulum, Ilmu Hadits dan Ilmu Hukum Islam,(Tasikmalaya: Edu Publisher,2021), hlm. 17.
2
Bayanuni, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2010), hlm. 11.
3

D. Pengertian Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni da’aa, yad’uu, da’watan,

yang artinya mengajak, memanggil, atau menyeru. Dalam al-Qur’an telah

ditemukan berbagai pemaknaan yang merujuk pada kata dakwah.3 Misalnya

dalam Q.S al-Mu’min ayat 41 menjelaskan kata dakwah merujuk pada makna

menyeru manusia kepada yang baik.

ِ‫َّج اةِ وتَ ْد عُ ونَ ِِن إِ ََل ال نَّا ر‬ ِ ِ


ْ ‫َو ََي قَ ْوم مَ ا ِِل‬
َ َ ‫أَد عُ وكُ ْم إ ََل ال ن‬
Artinya : “Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?” (Q.S Al-
Mu’min: 41)

Secara istilah Thoha Yahya Umar menjelaskan dakwah sebagai upaya

mengajak manusia kepada jalan yang sesuai dengan perintah Tuhan dengan

cara bijaksana, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.4

Selain itu Asmuni Syukir mengatakan bahwa Usaha mengajak manusia ke

jalan yang benar dapat berupa pembinaan dan pengembangan.5 Adapun

Syamsuri Siddiq memandang upaya mengajak kepada kebaikan harus bersifat

disengaja dalam wujud sikap, ucapan, dan perbuatan. Wujud tersebut bisa

langsung atau tidak langsung yang ditujukan kepada perorangan, organisasi,

hingga cakupan masyarakat.6 Berdasarkan tiga pendapat ahli sebelumnya

dapat dipahami dakwah adalah sebagai usaha terencana yang berkaitan

dengan akifitas keagamaan

3
Rosyid Ridla, Pengantar Ilmu Dakwah (Sejarah, Perspektif, dan Ruang Lingkup), (Yogyakarta:
Penerbit Samudra Biru, 2017), hlm. 24-25.
4
Thoha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya, 1983), hlm. 1.
5
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: ALIkhlas, 1983), hlm. 20.
6
Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhotbah, (Bandung : PT. Al Ma”arif, 1993), hlm. 8.
4

E. Pengertian Ilmu Dakwah

Dengan diketahuinya pengertian ilmu, maka dapat dijabarkan tentang

definisi ilmu dakwah yaitu :

1. Wardi Bachtiar menjelaskan ilmu dakwah terdiri dari sejumlah

pengetahuan tentang proses upaya mengajak manusia ke jalan Allah

SWT atau ‘al-Islam’ yang tersusun secara sistematis, logis, berupa

pemikiran manusia, obyektif, dan hasilnya dapat diuji oleh siapapun.7

2. Dalam buku yang berjudul “Ilmu Dakwah”, Toha Yahya Omar

mendefinisikan ilmu dakwah sebagai ilmu pengetahuan yang berisi

cara-cara dan tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian

manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi,

pendapat, pekerjaan yang tertentu.8 Dalam buku tersebut, penulis

membagi definisi dakwah menjadi dua yaitu umum dan Islam. Ilmu

dakwah secara umum dapat difahami layaknya garapan ilmu

komunikasi atau mendekat pada definisi ilmu publisistik. Definisi ilmu

dakwah secara Islam merujuk pada aktifitas keagamaan (Islam)

sebagaimana yang telah dikutip di atas.

3. Amrullah Ahmad memberikan pengertian ilmu dakwah sebagai

kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah SWT yang

dikembangkan oleh umat Islam dalam susunan yang sistematis dan

7
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), hlm. 31.
8
Thoha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 1983), hlm. 1
5

terorganisir mengenai manhaj melaksanakan kewajiban dakwah dengan

tujuan berikhtiar mewujudkan khairul ummah.9

4. Noor Chozin Sufri menjelaskan ilmu dakwah sebagai ilmu pengetahuan

yang mempelajari proses penyampaian nilai-nilai ajaran Islam yang

mencakup seluruh unsur-unsurnya dalam rangka mencapai kehidupan

umat yang lebih baik guna mencari ridha Allah SWT.10

5. Wahidin Saputra memberikan pengertian ilmu dakwah sebagai sebuah

ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau

mensosialisasikan ajaran Islam kepada masyarakat dengan berbagai

pendekatan agar nilai-nilai ajaran Islam dapat terealisasikan dalam

kehidupan, dengan tujuan agar mendapat ridha Allah SWT.11

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu dakwah

adalah ilmu -bersifat sistematis, logis, pemikiran manusia, obyektif, hasilnya

dapat diuji oleh siapapun- proses penyampaian nilai- yang membahas atau

mempelajari nilai ajaran Islam kepada manusia untuk mewujudkan

kehidupan yang diridhai Allah untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat

F. Dasar Hukum Dakwah

Dasar hukum dakwah terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat

104, yakni:

9
Amrullah Ahmad, Kurikulum Nasional Fakultas Dakwah, (Jakarta: Depag RI,1994), hlm. 8.
10
Noor Chozin Sufri, Ilmu Dakwah, makalah disampaikan pada Konsorsium Ilmu Dakwah,
(Yogyakarta: IAIN Suka, 2000), hal. 4.
11
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 6.
6

ِ ‫ولْت ُك ن ِم نْ ُك م أُمَّ ةٌ ي ْد ع و َن إِ ََل ا ْْل ْيِ و َيْم رو َن ِِب لْم ع ر‬


ِ‫وف َويَ نْ َه ْو َن عَ ن‬ ُْ َ ُ ُ َ َ َْ ُ َ ْ ْ ََ
ِ
‫ح و َن‬ َ ِ‫ا لْ ُم نْ َك رِ َوأُولََٰ ئ‬
ُ ‫ك ُه مُ ا لْ ُم ْف ل‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Q.S Ali’Imran : 104)

Ayat ini menunjukkan kewajiban dalam melaksanakan perintah Allah

SWT, yakni menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari perbuatan buruk.

Adapun alasan utama untuk menentukan hukum wajib adalah terletak pada

kata waltakun yaitu fi’il mudhari’ yang dimasuki lam ‘amr. Dalam kaidah

bahasa Arab, bentuk tersebut menunjukkan perintah. Dasar hukum dakwah

juga terdapat dalam ayat 110 surat Ali Imron, yakni:

ِ ‫َّاس ََتْم رو َن ِِب لْم ع ر‬


ِ‫وف َوتَ نْ َه ْو َن عَ ِن ا لْ ُم نْ َك ر‬ ِ ‫ُك نْ ت م خ ْي أُمَّ ةٍ أُخ رِج‬
ُْ َ ُ ُ ِ ‫ت ل لن‬ ْ َ ْ َْ َ ْ ُ
ِ‫وتُ ؤ ِم نُو َن ِِب َّّلل‬
ْ َ
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah”. (Q.S Ali’Imran: 110)

Hukum dakwah juga terdapat dalam Hadits Rasulullah yang telah

diriwayatkan oleh H.R. Muslim, yang artinya

“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia


mengubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampu, maka dengan
lisannya, apabila juga tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah iman
yang paling lemah.”12

12
Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV. Toha Putra, 1973), hlm.
73.
7

Setelah menjelaskan hukum tentang wajibnya berdakwah, maka juga

perlu penjelasan tentang jenis dari kewajiban berdakwah tersebut. Ada tiga

pendapat terkait dengan kewajiban dalam berdakwah.13

1. Fardhu Kifayah

Berdasarkan pada penafsiran bahwa kata minkum dalam surat Ali

Imran ayat 104 berfungsi sebagai lit tab’id, oleh karena itu kata minkum

diartikan “diantara kamu”. Pendapat yang pertama ingin mengatakan

bahwa kewajiban dakwah hanya dibebankan kepada sebagian orang

saja yang mempunyai kemampuan dan cukup ilmu agamanya.

Misalnya orang yang telah menimba ilmu di tempat-tempat non-formal,

madrasah, bangku kuliah, atau memiliki pengalaman spiritual yang

dapat dibagikan kepada orang lain dengan tujuan orang tersebut dapat

berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.

2. Fardhu ‘ain

Ini berpendapat bahwa kata minkum sebagai lil bayaan bermakna

penegasan, atau lit taukiid berarti menguatkan terhadap kata waltakun.

Sehingga ayat tersebut diartikan dengan “hendaklah kamu menjadi

suatu ummat”. Pendapat kedua diperkuat oleh Hadist Rasulullah SAW,

yakni “sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”.

Sehingga kewajiban dakwah dibebankan kepada setiap muslim

sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setiap muslim harus

13
Rosyid Ridla, Pengantar Ilmu Dakwah (Sejarah, Perspektif, dan Ruang Lingkup), (Yogyakarta:
Penerbit Samudra Biru, 2017), hlm. 30-32
8

menyiarkan agama Islam, baik pengetahuannya sedikit ataupun

sebaliknya kepada orang lain yang belum mengetahui. Hal ini

disebabkan roh kebenaran yang terdapat dalam dada setiap muslim

tidak mungkin diam hingga kebenaran itu terwujud dalam pikiran,

perkataan, dan perbuatan. Demikian dalam sebuah praktik, seorang

dokter dapat menjadi da’i terhadap pasiennya, seorang guru terhadap

muridnya, seorang pengusaha terhadap buruhnya, pendek kata setiap

orang dapat menjadi pelaku-pelaku dakwah dalam bidangnya masing-

masing.

3. Fardhu ‘ain bersyarat.

Hukum fardhu ‘ain bersyarat diikuti oleh Ar-Rozi dengan

memperhatikan Hadits Rasulullah SAW riwayat HR. Muslim, yaitu

“Barang siapa yang melihat diantara kamu akan kemungkaran, maka


rubahlah dengan tangannya (kekuasaan), apabila tidak mampu
hendaklah mengubah dengan lisannya, apabila tidak mampu maka
rubahlah dengan hatinya dan itulah selemahlemah iman.”

Ar-Rozi mengatakan dakwah Islam tidak secara otomatis

disampaikan kepada orang lain, tapi terlebih dahulu melihat urgensinya.

Setiap orang perlu mempertimbangkan apakah kemungkaran telah

terjadi dalam masyarakat, kemudian sejauh mana kemungkaran

tersebut telah terjadi. Apabila kemungkaran sudah mengancam atau

bahkan sudah keluar dari nilai-nilai ajaran Islam, maka hukum

melaksanakan dakwah menjadi fardhu ‘ain.


9

Berdasarkan pengertian dan hukum berdakwah yang sudah

dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan kegiatan dakwah

hukumnya wajib bagi umat Islam, baik fardhu ‘ain, fardhu ‘ain

bersyarat maupun fardhu kifayah.

G. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia

Di Indonesia, dengan dibukanya Studi Dakwah Islam, semula sebagai

salah satu jurusan pada Fakultas Ushuluddin, dan menjadi fakultas di UIN

dan IAIN, dan jurusan pada STAIN dan STAI, adalah bukti Ilmu Dakwah

menjadi kajian dari bidang Ilmu Islam. Selain itu, LIPI sebagai lembaga yang

berkompeten menentukan dan menetapkan status keilmuan suatu ilmu, sudah

menetapkan Ilmu Dakwah sebagai ilmu mandiri, jurnal dan majalah ilmiah

kedakwahan yang diterbitkan oleh Fakultas Dakwah UIN, IAIN, dan Jurusan

Dakwah STAIN dan STAI sudah diberi pengakuan ISSN oleh LIPI.14

Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa sebenarnya krisis status

keilmuan dakwah sebagai bagian dari Ilmu Islam yang mandiri sudah

berakhir sejak tahun 1960-an. Pada tahun 1962, terjadi momentum yang

menandai pengembangan dakwah sebagai wacana akademik, dengan

diselenggarakannya Simpo-sium Dakwah di Surabaya tanggal 23 Pebruari

1962.15 Sejak saat itu lahir berbagai karya ilmiah tentang dakwah sebagai ilmu

yang mandiri, di samping juga banyak forum-forum yang dilaksanakan untuk

mengukuhkan dakwah sebagai ilmu yang mandiri. Di bawah ini, penulis

14
https://123dok.com/article/dakwah-indonesia-pertama-paradigma-teoritis-orientasi-historis-
fenomenolo.qvlw9r40
15
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 11 – 25.
10

sampaikan ikhtisar upaya pengembangan Ilmu Dakwah yang dilaksanakan di

Indonesia.16

1. Saresehan Nasional Ilmu Dakwah Tahun 1977

Pada tahun 1977, diadakan: "Saresehan Nasional Ilmu Dakwah”

di Fakultas Dakwah Sunan Ampel Surabaya. Saresehan itu

dilatarbelakangi kesadaran, bahwa pendirian Fakultas Dakwah bukan

lahir dari "janin" disiplin keilmuan, melainkan dari pertimbangan aspek

praktis akan kebutuhan praktisi da'i berkualifikasi “sarjana”

sebagaimana dikemukakan di atas. Sayangnya acara ini kurang berhasil

dari segi tujuan yang diinginkan.

2. Dakwah sebagai Disiplin Ilmu Tahun 1980

Tahun 1980 di Bandung diadakan juga sarasehan tentang

"Dakwah sebagai Disiplin Ilmu". Tidak hanya dari kalangan Civitas

Akademika IAIN melainkan juga dari berbagai perguruan tinggi umum

dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu.

3. Seminar Nasional Dakwah Islam dan Perubahan Sosial Tahun 1982

Puncaknya, tahun 1982, “Seminar Nasional Dakwah Islam

dan Perubahan Sosial”, yang diselenggarakan oleh PLP2M

di Yogyakarta. Hasil seminar di Yogya itu berhasil dibukukan, dengan

judul Dakwah Islam dan Transformasi Sosial. Menurut penyuntingnya,

Amrullah Ahmad, buku yang membuat pemikiran dakwah dari

16
https://123dok.com/article/dakwah-indonesia-pertama-paradigma-teoritis-orientasi-historis-
fenomenolo.qvlw9r40
11

berbagai disiplin ilmu, mulai dari pakar Ilmu Dakwah, Pendidikan,

Politik, Kedokteran, Filsafat, Ekonomi, Komunikasi, Fisika dan

sebagainya. Buku ini dalam waktu satu tahun terjual sebanyak 15.000,

eksemplar yang menandakan bahwa krisis Ilmu Dakwah memang

sedang terjadi di Indonesia.

4. Pada tahun 1983 di Bandung diadakan pula kajian sejarah dakwah,

dengan tema "Perkembangan Dakwah Islam di Indonesia".

5. Disusul kemudian pada tahun 1985 di kota yang sama diadakan seminar

mengenai "Pembinaan Etos Kerja melalui Da’wah bi al-Hal”. Tahun

1990 tentang: "Dakwah dan Perubahan Sosial".

6. Seminar Nasional Pengembangan Ilmu Dakwah Tahun 1990

Untuk melanjutkan upaya pengembangan keilmuan dakwah,

masih pada tahun 1990 kembali diadakan, "Seminar Nasional

Pengembangan Ilmu Dakwah" di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo

Semarang. Namun menurut beberapa pengamatan, pemikiran

epistemologis yang berkembang pada seminar itu masih diwarnai oleh

epistemologi rasionalis-empiris yang cenderung akan mengarah kepada

sekularisasi keilmuan. Disamping itu, pemikiran keilmuannya masih

terjebak kepada aspek praktis kegiatan dakwah.

7. Seminar Nasional Dakwah sebagai Disiplin Ilmu pada tahun 1992

Seminar Nasional Dakwah sebagai Disiplin Ilmu pada tahun

1992, berusaha menjawab persoalan mendasar keilmuan Dakwah

Islam. Seminar itu pun menghadirkan para pakar dari berbagai disiplin
12

ilmu. Akan tetapi, tidak adanya ahli yang dapat mengakumulasikan

"bangunan" Ilmu Dakwah. Pemikiran-pemikiran dari berbagai pakar

tadi ibarat bahan-bahan yang masih tercecer. Sehingga belum jelas, apa

yang jadi objek material dan formalnya, disiplin dan bagian-bagian

disiplinnya, termasuk metodologi, jenis keahlian, jurusan serta prospek

kerja pada lulusannya.

8. Seminar dan Lokakarya Kurikulum Fakultas Dakwah Tahun 1993

Tahun 1993, kembali Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah

mengadakan "Seminar dan Lokakarya Kurikulum Fakultas Dakwah".

Namun menurut salah seorang dosen di Fakultas Dakwah Yogyakarta,

hasil dari acara tersebut, arah kajiannya masih kurang mencer-minkan

kurikulum yang dilandasi kerangka keilmuan dakwah yang menjadi

pijakan teoritik, yang diturunkan dalam bentuk teknis kurikulum seperti

yang dimaksud.

9. Tahun 1993 Berhasil merekomendasikan Jurusan Keilmuan

Dakwah

Akhir tahun 1993 sebagai pertanda kemajuan yang

mencerminkan kesungguhan para pakar dan segenap para pendukung

dakwah, telah berhasil merekomen-dasikan 5 jurusan pada Fakultas

Dakwah melalui Tim Penyusun Kurikulum dan pihak Departeman

Agama RI. Kelima Jurusan yang direkomendasikan tersebut adalah:

Manajemen Dakwah, Penyiaran dan Penerangan Agama Islam,

Bimbingan dan Penyuluhan, Komunikasi Dawah Islam dan


13

Pengembangan Mayarakat Islam. Setidaknya ini merupakan cerminan

dari sebuah "ancang-ancang" epistemologi Ilmu Dakwah yang

pijakannya masih belum terbaca secara jelas.

10. Seminar tentang “Teori-teori Sosial yang Dibutuhkan dalam Dakwah

Tahun 1998

Pertemuan lanjutan di Bandung, dengan tema: “Pendekatan Studi

Dakwah Islam dalam Teori dan Praktik” yang disusul tahun 1998

seminar tentang “Teori-teori Sosial yang Dibutuhkan dalam Dakwah”

masih di Bandung. Sehingga dari rangkaian kegiatan itu nampak

adanya upaya untuk menghindari keterputusan ide atau pengulangan

bahasan yang sekiranya sudah jelas. Hasilnya pun semakin nyata,

bahwa Ilmu Dakwah semakin berkembang dan semakin mengokohkan

dirinya, meski dinamika dan perdebatan masih terus berlangsung.

11. Kongres Nasional I Profesi Dakwah Islam Pada tahun 2003

Kekokohan keilmuan dakwah, akhirnya ditandai di Hotel Lingga

Bandung pada tanggal 13-14 Mei 2003, dengan diadakan "Kongres

Nasional I Profesi Dakwah Islam" yang dihadiri oleh berbagai utusan

dari IAIN, STAIN, ormas, pakar dan praktisi seluruh Indonesia. Pada

Kongres itu berhasil dibentuk organisasi "Asosiasi Profesi Dakwah

Islam Indonesia" disingkat APDII.

Dari ikhtisar tersebut nampak jelas bahwa pengakuan Ilmu

Dakwah di Indonesia secara formal pertama kali dapat dilihat dengan


14

dibukanya jurusan dakwah pada fakultas yang ada di IAIN dan

ditambah dengan program pascasarjananya baik program S2 maupurn

program S3.

Pengakuan masyarakat ilmiah tentang Ilmu Dakwah di atas juga

diperkuat dengan hasil diskusi pembidangan ilmu agama Islam y a n g

dilakukan oleh proyek pembinaan Perguruan Tinggi Agama Jakarta

setelah mendapatkan pengakuan dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia) bahwa dakwah Islamiah telah memiliki disiplin Ilmu

Dakwah, Bimbingan Islam, dan Psikologi Islam, Manajemen Islam, dan

lain-lain. Sedangkan disiplin pembidangan-pembidangan dakwah yang

lain ialah pembandingan agama dengan subdisiplin Sejarah Agama,

Filsafat Agama, Sosiologi Agama, Ilmu Jiwa dan lain-lain.


15

Daftar Pustaka

Amrullah Ahmad, Kurikulum Nasional Fakultas Dakwah, (Jakarta: Depag


RI,1994), hlm. 8.

Asmuni Syukir. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya:


ALIkhlas.

Bayanuni. 2010 Pengantar Studi Ilmu Dakwah. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar.

https://123dok.com/article/dakwah-indonesia-pertama-paradigma-teoritis-
orientasi-historis-fenomenolo.qvlw9r40

Masdar Helmy. 1973. Dakwah Dalam Alam Pembangunan. Semarang: CV.


Toha Putra.

Miftahul Ulum. 2021. Ilmu Hadits dan Ilmu Hukum Islam. Tasikmalaya: Edu
Publisher.

Muhammad Sulthon. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Noor Chozin Sufri. 2000. Ilmu Dakwah. Yogyakarta: IAIN Suka,

Rosyid Ridla. 2017 Pengantar Ilmu Dakwah (Sejarah, Perspektif, dan Ruang
Lingkup). Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru,

Syamsuri Siddiq. 1993. Dakwah dan Teknik Berkhotbah. Bandung : PT. Al


Ma”arif.

Thoha Yahya Omar. 1983. Ilmu Dakwah. Jakarta : Widjaya.

Wahidin Saputra. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers.

Wardi Bachtiar. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : Logos.

Anda mungkin juga menyukai