Anda di halaman 1dari 9

Praktikum 4

PEMBUATAN LARUTAN

A. TUJUAN PERCOBAAN
1) Mahasiswa mampu melakukan pembuatan dan pengenceran larutan
2) Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi larutan

B. DASAR TEORI

Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Suatu
larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang jumlahnya banyak
biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Tetapi
ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih zat yang lebih sedikit sebagai pelarut, tergantung pada
keperluannya, tetapi di sini akan digunakan pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut
dan terlarut.
Dalam larutan, pelarut umum (universal) adalah air. Air memudahkan banyak zat
untuk larut di dalamnya ketimbang jenis pelarut lainnya. Lalu, ada pula pelarut selain air
seperti trikloroetanol, alkohol, triklorometana, tetraklorometana, white spirit, dan white spirit
plus aseton yang masing-masing memiliki penggunaan untuk tujuan tertentu.
Kepekatan larutan secara kualitatif sering juga diungkapkan dengan istilah jenuh, tak
jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh dari zat X adalah larutan yang di dalamnya terdapat
zat X terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat X yang tidak larut. Untuk membuat
larutan jenuh NaCl dalam air pada 25°C, kita harus menambahkan NaCl berlebih ke dalam
air dan mengaduknya terus sampai tidak ada lagi NaCl yang melarut. Larutan jenuh NaCl
pada 25°C mengandung 36,5 gram NaCl per 100 gram air. Penambahan NaCl berikutnya ke
dalam larutan jenuh NaCl tidak akan mengubah konsentrasi larutan.
Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi lebih kecil daripada
larutan jenuh. Larutan NaCl pada 25°C yang mengandung NaCl kurang dari 36,5 gram
disebut larutan tak jenuh. Dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbangan antara zat
terlarut dan zat yang tidak larutnya. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan maka
larutan mendekati jenuh. Larutan lewat jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil,
sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi konsentrasi
kesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika larutan yang sudah melebihi
jenuh pada suhu tinggi diturunkan sampai mendekati suhu kamar. Keadaan lewat jenuh ini
dapat dipertahankan selama tidak ada “inti” yang dapat mengawali rekristalisasi. Jika
sejumlah kecil kristal natrium asetat ditambahkan maka rekristalisasi segera berlangsung

13
hingga dicapai keadaan jenuh. Serpihan kristal natrium asetat yang ditambahkan tadi
menjadi “inti” peristiwa rekristalisasi
1) Konsentrasi Larutan
Meskipun larutan berupa campuran homogen, komposisi yang ada pada setiap
larutan bisa berbeda-beda. Misalnya, ada dua buah larutan yang dimana masing-masing
pelarutnya berisi satu liter, tetapi jumlah garam yang terlarut berbeda. Dari dua larutan
garam tadi, orang lain tidak bisa mengetahui berapa banyak garam yang terkandung
didalamnya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui informasi mengenai jumlah
relatif Solut dan Solvent yang ada pada larutan digunakan istilah konsentrasi larutan.
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut.
Secara sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran atau sebuah informasi
tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya.
Konsentrasi larutan yang biasa dipakai pada laboratorium, yaitu Molaritas, Molalitas,
Normalitas, Fraksi Mol, Konsentrasi dalam Persen, Parts per Million (ppm) dan Parts per
Billion (ppb),
 Molaritas (M)
jumlah mol zat terlarut per liter larutan
 Molalitas (m)
jumlah mol zat terlarut per kg pelarut
 Normalitas (n)
Banyaknya gram ekivalen zat terlarut yang terdapat dalam 1 liter larutan
 Fraksi mol
nisbah jumlah mol zat terhadap jumlah keseluruhan mol
 Persen
% bobot : 5 g emas dalam 100 g larutan
= emas 5 % (b/b)

% volume : 5 mL etanol dalam 100 mL larutan


= etanol 5 % (v/v)

% bobot/volume : 5 g NaCl dalam 100 mL larutan


= NaCl 5 % (b/v)
 Ppm
banyaknya bagian zat terlarut dalam 106 bagian pelarut
 Ppb

14
banyaknya bagian zat terlarut dalam 109 bagian pelarut

2) Pengenceran Larutan
Suatu larutan terdiri dari partikel zat terlarut dan pelarutnya. Ketika larutan tersebut
ditambahkan air, maka volume larutan akan bertambah. Tapi, partikel-partikel di dalamnya
tetap, dengan kata lain tidak bertambah dan tidak berkurang.
Di dalam suatu larutan, kita bisa mengetahui volume, molaritas, dan molnya. Karena proses
pengenceran tidak mengubah jumlah partikel zat terlarut, maka nilai molnya sama,
yaitu n1=n2. Bisa kita tulis rumus pengencerannya :

n1 = n2

V1.M1 = V2.M2

Keterangan:
n: mol
V1: volume larutan awal
M1: molaritas awal
V2: volume larutan setelah ditambah air
M2: molaritas larutan setelah ditambah air

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Gelas kimia 600 ml, 100 ml
 Gelas ukur 50 ml
 Batang pengaduk
 Sendok / spatula
 Pipet Ukur 5 ml, 25 ml
 Bola isap (bulb)
 Labu Ukur 100 ml, 50 ml
 Pipet tetes
 Botol
2. Bahan
 Na2CO3 1M (padat)
 CaCl2 2M (padat)
 Na2SO4 3M (padat)
 Na2S2O3 0,5M (padat)
 HCl 1M (cairan)

15
D. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan Larutan dari kristal/ padatan


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering
2. Menghitung jumlah kristal / padatan yang harus ditimbang
1000
=

1000
=

Dimana
M = Molaritasa
N = Normalitas
BM = Berat Molekul
BE = BM / valensi
3. Melarutkan padatan kedalam gelas kimia dengan aquades.
4. Masukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml
5. Menghimpitkan larutan tersebut dengan aquadest sampai tanda batas dan
homogenkan.

Keterangan :
 Membuat larutan Na2CO3 1M sebanyak 100 ml
 Membuat larutan CaCl2 2M sebanyak 100 ml
 Membuat larutan Na2SO4 3M sebanyak 100 ml
 Membuat larutan Na2S2O3 0,5M sebanyak 100 ml

2. Pembuatan Larutan HCl 1 M dari bahan cairan HCl 32%


1) Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan
kering
2) Menghitung jumlah HCl yang harus dipipet dan memipet larutan HCl pekat
dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan
% 1000
=

∶ 1 1= 2 2
3) Memindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 50 ml

16
4) Menghimpitkan larutan tersebut dengan aquadest sampai tanda batas dan
homogenkan.

Keterangan :
Setiap kelompok membuat larutan HCl 1M sebanyak 50 ml.

E. KESELAMATAN KERJA
a. Hati-hati menggunakan bahan kimia berbahaya dan korosif pada percobaan ini,
gunakan safety glases, masker, dan sarung tangan
b. Hubungi dosen pembimbing atau penanggung jawab laboratorium bila terjadi
kecelakaan kerja.

17
Praktikum 5

HUKUM KEKEKALAN MASSA

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mampu menghitung jumlah zat berdasarkan stoikhiometri reaksi kimia dengan
menentukan massa zat sebelum dan sesudah reaksi (hukum kekekalan massa).

B. DASAR TEORI
Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari dan menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia didasarkan pada hukum hukum dasar
dan persamaan reaksi. Sederhananya stoikiometri merupakan pokok bahasan dalam ilmu
kimia. Reaktan itu sendiri adalah zat yang diperoleh sebagai hasil reaksi kimia (Chang,
2005). Stoikiometri adalah ketika semua reaktan habis bereaksi sehingga semua reaktan
menjadi produk. Sedangkan konsep dari reaksi non stoikiometri adalah ketika direaksikan
tidak semua reaktan menjadi produk. Konsep dari reaksi habis bereaksi, tetapi masih
terdapat reaktan sisa. Selain itu ada yang namanya reaktan pembatas, yaitu reaktan yang
dalam perbandingan monya paling kecil.
Pada stoikiometri persamaan reaksi akan sangat dibutuhkan dalam pembuatan
reaksi dan perhitungannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia sangat dibutuhkan
dalam berbagai bidang industri seperti industri, tekstil makanan, dan industri farmasi. Dalam
industri farmasi dan obat-obatan dihasilkan barang yang berupa obat, baik dalam bentuk
padat maupun cair. Pembuatan obat-obatan tersebut biasanya dilakukan dengan reaksi
kimia dan melibatkan perhitungan kimia yang rumit. Selain itu hubungan kuantitatif zat-zat
dalam reaksi kimia juga sangat berpengaruh dalam perhitungan kimia.
Stoikiometri yang menangani aspek aspek kuantitatif dari reaksi kimia menjadi
metodologi dasar dari kimia. Semua hukum fundamental kimia dari hukum kekekalan
massa , hukum perbandingan tetap hingga hukum reaksi gas semuanya sudah didasari oleh
Stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar teori atom dan secara
koefisien dijelaskan dengan teori atom. Namun, secara menarik untuk dicatat bahwa konsep
ekuivalen digunakan sebelum teori atom dikenalkan. Hukum tersebut antara lain :
a. Hukum kekekalan massa
Ditemukan oleh Antonio Lorraine Lavoisier. Hukum kekekalan massa sendiri merupakan
suatu hukum yang menyatakan bahwa masa dari suatu sistem tertutup akan terus
konstan meskipun telah terjadi berbagai macam proses di dalam suatu sistem tertutup
tersebut. Masa sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.

18
b. Hukum Perbandingan Tetap
hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa kimia terdiri dari suatu senyawa kimia
yang dari unsur unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat masanya atau
sama.

c. Hukum Perbandingan Ganda


Pada tahun 1084 John Dalton Adalah orang yang pertama kali meneliti tentang adanya
kasus perbandingan tertentu pada suatu unsur unsur yang dapat dikenal dengan
sebutan perbandingan tetap. Hukum dalton sendiri berbunyi “Bila dua macam unsur
yang sama banyaknya, maka unsur nya berikut dalam senyawa tersebut akan
berbanding sesuai bilangan positif dan secara sederhana.” Petrucci, 1987).

Reaksi kimia adalah suatu proses di mana satu atau lebih zat diubah menjadi satu
atau zat yang berbeda dan menghasilkan produk yang baru. Zat adalah unsur atau senyawa
kimia. Reaksi kimia mengatur ulang atom reaktan untuk membuat zat yang berbeda. Karena
banyaknya reaksi kimia yang terjadi di sekitar kita, dibuatlah bentuk persamaan kimia untuk
memudahkan manusia dalam mengekspresikan reaksi kimia. Persamaan kimia adalah
pernyataan matematis yang melambangkan pembentukan produk dari reaktan sekaligus
menyatakan kondisi tertentu yang menjadi alasan terjadinya reaksi.
Reaktan berada di sisi kiri, sedangkan produk yang terbentuk berada di sisi kanan
dan dihubungkan oleh anak panah. Contohnya,
+ → +#
Dari persamaan di atas, A dan B adalah reaktan yang bereaksi dan membentuk
produk C dan D. Dalam persamaan kimia yang sebenarnya, reaktan dilambangkan dengan
rumus kimianya. Berdasarkan kekekalan massa, persamaan kimia harus seimbang, yaitu
jumlah atom di kedua sisi harus sama.
Ada beberapa tanda yang menunjukkan kemungkinan telah terjadi reaksi kimia,
yaitu :
1. Terbentuknya gas
2. Terbentuknya endapan
3. Terjadinya perubahan warna
4. Perubahan temperatur
5. Pemancaran cahaya

19
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
 Neraca Analitik
 Erlenmeyer 50 ml 3 buah dengan tutupnya
 Pipet Ukur 10 ml
 Bola isap (bulb)
 Gelas ukur 50 ml

2. Bahan :
 Na2CO3 1M
 CaCl2 2M
 Na2SO4 3M

D. PROSEDUR KERJA
1. Masukkan 10 ml Na2CO3 1 M kedalam erlenmeyer I
2. Masukkan 3 ml CaCl2 2M kedalam erlenmeyer II
3. Masukkan 3 ml Na2SO4 ke dalam erlenmeyer III
4. Tutup ketiga erlenmeyer tersebut
5. Timbang ke-tiga erlenmeyer tersebut dengan menggunakan neraca analitik
hingga ketelitian 0,001 gram, catat total massanya
6. Pindahkan ketiga erlenmeyer dari neraca analitik, tuangkan larutan CaCl2
(erlenmeyer II) kedalam erlenmeyer I. Aduk secara hati-hati dan catat semua
perubahan yang terjadi.
7. Tutup kembali erlenmeyer dan timbang ketiga erlenmeyer tersebut, catat total
massanya.
8. Pindahkan kembali ke-tiga erlenmeyer dari neraca analitik, tuangkan larutan
Na2SO4 (erlenmeyer III) kedalam erlenmeyer I. Aduk secara hati-hati dan catat
semua perubahan yang terjadi (jika bagian luar erlenmeyer suhunya diatas suhu
kamar, maka perlu didinginkan terlebih dahulu beberapa waktu).
9. Tutup erlenmeyer dan timbang massa total yang terbentuk.

E. DATA PENGAMATAN

Total massa sebelum pencampuran = ........g


Total massa sesudah pencampuran I = ........g
Total massa sesudah pencampuran II = ........g

20
F. PERTANYAAN

1. Tuliskan reaksi yang terjadi !


2. Terangkan semua perubahan yang terjadi (padat, cair, gas) selama reaksi 1 dan 2!
3. Kesimpulan apa yang ditunjukkan oleh data yang diperoleh tentang perubahan
massa dari suatu reaksi kimia ?

G. DAFTAR PUSTAKA
Mechelle J.Sienko, Robert A Plant, Stanlay T.Marcus. “Experimental Chemistry”. Mc
Grow-Hill Book Company.
Charles W. Keenam, Donald C.Kleinfelter, Jesse H.Wood.” General College Chemistry
Harper and Row”.

21

Anda mungkin juga menyukai