Anda di halaman 1dari 4

Definisi Kebudayaan

Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu Soft power yang didasarkan pa


da pertukaran ide, nilai, tradisi dan aspek lain dari budaya atau identitas ya
ng memiliki tujuan untuk memperjuangkan kepentingan nasional1. Diplomasi
kebudayaan dapat digunakan sebagai sarana untuk mempererat hubungan internasioanl antara
negara satu dengan yang lainnya. Diplomasi budaya juga dianggap sebagai alat untuk
memperlihatkan tingkat peradaban suatu bangsa bahkan pada jaman dahulu kedudayaan
digunakan sebagai alat untuk memperbaiki sikap dan pandangan mereka terhadap negaranya
sendiri, termasuk Indonesia. Diplomasi budaya juga dapat digunakan sebagai suatu cara dalam
melakukan tugasnya yaitu dengan teknik pemanfaatan dimensi kekayaan dalam pencaturan
hubungan antar bangsa2. Suatu bangsa atau negara pastinya memiliki suatu adat istiadat yang
berbeda - beda serta setiap budaya itu memiliki karakteristik yang menonjol sehingga dapat
dengan mudah diterima masyarakat internasional baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan maksud negara tersebut untuk memperkenalkan keragaman budaya atau bahkan untuk
menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Tetapi diplomasi dengan mengatasnamakan
budaya tidak harus menggunakan istilah kuno atau tradisional sebagai caranya untuk mencapai
kepentingan nasional, unsur - unsur budaya termasuk didalamnya adalah teknologi, ideologi,
politik, ekonomi, militer bahkan masih banyak bidang yang dapat digunakan dalam percaturan
masyarakat internasional3.

Istilah baku diplomasi budaya dalam arti yang sebenarnya menurut S.L Roy yaitu
diplomacy by cultural performance, namun hingga saat ini publik memberikan pengertian yang
lebih sederhana dengan istilah diplomasi budaya. Hal ini untuk memberikan pengertian bahwa
diplomasi dalam arti budaya yaitu mengirimkan misi kesenian ke negara lain untuk menunjukan
keberagaman dari negara tersebut4. Namun pada hakikatnya setiap perbedaan budaya tidak dapat
diterima seluruhnya disetiap negara atau bahkan adanya pelarangan budaya tersebut masuk
kedalam sebuah negara dengan alasan mengintervensi negara tersebut diatas pemerintah
1
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, “Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan RelevansiBagi Negara
Berkembang: Studi Kasus Indonesia”, (Yogyakarta: Ombak. 2007), hal. 5.
2
Ibid, hal. 7.
3
Soerjono Soekanto. Pengantar Sosiologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.4
4
Clarisa Gabriella, Skripsi :”Peran Diplomasi Kebudayaan Indonesia dalam Pencapaian Kepentingan
Nasionalnya”(Makasar : Unhas, 2013), Hal. 27.
setempat sehingga adanya pelarangan baik secara tertulis maupun langsung.

Diplomasi kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan jalannya suatu pemerintahan, pada
dasarnya memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah memperkuat kepentingan nasionalnya
(national interest) dan kepentingannya dalam dunia internasional (cooperative). Kebudayaan
termasuk bagian dalam soft power diplomacy yang dapat menghubungkan masyarakat antar
negara dan memiliki pengertian secara universal serta memiliki pandangan terhadap perbedaan
yang lebih mudah dipahami. Hal ini diperkuat dengan pidato mantan wakil menteri luar negeri
Indonesia, Triyono Wibowo mengatakan bahwa diplomasi kebudayaan, seni dan budaya
memberikan kontribusi yang positif dalam menciptakan perdamaian dunia, dan tercermin dalam
semboyan "a million friends and zero enemy'' melalui hubungan antar masyarakat yang kita
kenal sebagai "people to people contact" dan dapat terjalin lebih jauh lagi5. sehingga dapat
disimpulkan bahwa diplomasi kebudayaan jauh lebih berdampak besar dibanding dengan
pameran militer yang membutuhkan dana yang jauh lebih besar dalam hard power.

Secara umum diplomasi kebudayaan memberikan kontribusi nyata bagi sebuah negara
untuk saling bekerja sama dengan negara lain dalam berbagai bidang seperti yang terjadi dalam
prakteknya saat ini, tujuan utama mereka adalah untuk mempromosikan “ciri khas” dari mereka
sendiri untuk kebijakan luar negeri dari negara yang menerapkan diplomasi budaya tetapi dalam
hal ini tidak menjadikan tujuan akhir dari diplomasi tersebut atau bukan sebagai sebuah patokan
dalam melaukan diplomasi6. Hanya sarana (alat) untuk merealisasikan tujuan akhir berupa
kepentingan nasional (national interest) dan kebijakan luar negeri (foreign policy). Meskipun
tidak semua negara menggunakan secara langsung dalam menerapkan diplomasi budaya ini
namun bebrapa negara juga tertarik dengan budaya lain dengan cara ketidaksengajaan sehingga
terpengaruhi dengan budaya tersebut. Hal ini sering terjadi dibeberapa negara meskipun
demikian pemerintah dalam melaksanakan diplomasi tentu melihat peluang didalamnya apakah
berpotensi mendapatkan manfaat atau bahkan memberi dampak buruk bagi warga negaranya.

Aktor

5
Triyono Wibowo dalam pidato pembukaan "Indonesia Seni dan Budaya Sebagai 'Soft Power Diplomacy'
Channel 2011" di Hotel Eldorado, Bandung, 29 Juli 2011.
6
Erik Pajtinka, “Cultural Diplomacy in the Theory and Practice of Contemporary International Relations”,
Faculty of Political Sciences and International Relations – UMB Banská Bystric. ISSN 1335 – 2741, s. 95-108.
http://www.politickevedy.fpvmv.umb.sk/userfiles/file/4_2014/PAJTINKA2.pdf
Sebagaimana diplomasi yang lainya diplomasi kebudayaan tentunya memiliki aktor
dalam penerapannya dan juga tidak berjalan dengan sendirinya. Diplomasi kebudayaan tidak
hanya dapat dilakukan oleh pemerintah (goverment) maupun lembaga non-pemerintah, tetapi
dapat juga dilakukan oleh individu maupun masyarakat transnasional atau setiap warga negara.
Sehingga pola hubungan diplomasi kebudayaan bisa terjadi antara siapa saja baik itu pemerintah-
pemerintah (goverment to goverment), pemerintah swasta, swasta swasta, individu-individu
(people to people), pemerintah-individu(goverment to people) dan yang lainnya, dengan tujuan
pada sasaran utamanya mempengaruhi kepentingan umum baik pada level nasional maupun
internasional7. Beberapa contohnya dalam masyarakat, pada umumnya dilakukan oleh penj
elajah (explorers), pelancong (travellers), pedagang (traders), guru (teacher),
dan seniman (artist) atau disebut juga sebagai pengganti “diplomat” dalam
melaksanakan prakteknya, namun tidak terbatas pada contoh - contoh diatas.

Diplomasi kebudayaan sebagai instrumen

Pada awal pembahasan sudah diterangkan dengan jelas mengenai definisi, tujuan dan
aktor dalam diplomasi kebudayaan, dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan lebih menyeluruh
berkaitan dengan diplomasi kebudayaan sebagai instrumen. Diplomasi kebudayaan menekankan
penggunaan kebudayaan sebagai modal utamanya dan secara natural memberikan ruang untuk
partisipasi yang lebih luas8. Diplomasi kebudayaan menggunakan karya sebagai manifestasi
utamanya, misalnya, melalui promosi kebudayaan yang dimiliki oleh suatu negara, melalui
pertukaran edukasi, seni dan budaya populer yang banyak beredar dimasyarakat (musik dan film)
dan masih banyak juga instrumen kebudayaan ini digunakan hingga saat ini. Kebudayaan
kaitannya erat dengan pemahaman karya, cipta dan rasa dimana ketiga elemen itu dapat
dijadikan sebagai satu kesatuan untuk menjalankan diplomasi sehingga dapat tercapainya tujuan
dari diplomasi itu sendiri dalam hal ini dapat kita sebut kepentingan nasional (national interest)
dan kebijakan luar negeri (foreign policy). Tujuan utamanya adalah diplomasi tetapi cara atau
metode yang digunakan adalah dengan kebudayaan yang dibagi lagi menjadi instrumen -
instrumen lainnya, sehingga dapat disebut juga bahwa diplomasi kebudayaan ini merupakan
sarana menjalankan diplomasi.
7
S.L.Roy, Diplomasi, Terjemahan Harwanto dan Miraswati (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada): 95.
8
Van Kim Hoang Ha, Jurnal “Peran Diplomasi Budaya dalam mewujudkan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN :
Kasus Vietnam” Faculty of Social Sciences and Humanities, Vietnam National University. Vol X, No. 1
(September 2016)

Anda mungkin juga menyukai