Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KESTABILAN DAN KEAPUNGAN SEBUAH BARANG


DOSEN PENGAMPU: SYERLY KLARA

DISUSUN OLEH:

A. MELI AMALIA. AM ( D091201043)

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERBARANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan
makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Kestabilan dan Keapungan Sebuah Barang” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida. Penulis berharap makalah tentang
kestabilan dan keapungan sebuah barang ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat.

Penulis menyadari makalah bertema virus ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah
ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gowa, 29 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 5

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6

BAB III.................................................................................................................................... 10

PENUTUP............................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 10

3.2 Saran .................................................................................................................................. 10


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stabilitas sebuah barang dapat disebut juga dengan keseimbangan barang. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan barang kembali ke kedudukan semula saat terkena ombak atau
angin. Rubianto mengatakan bahwa stabilitas adalah kecenderungan atau sifat barang yang
dapat kembali pada kedudukan semua setelah mendapatkan kemiringan (senget) akibat dari
gaya dari luar.

Sementara itu, Wakidjo mengungkapkan bahwa stabilitas adalah kemampuan barang


menegak kembali setelah menyenget akibat gaya dari luar seperti ombak, angin dan lain
sebagainya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa stabilitas berperan pada
keseimbangan barang untuk kembali menegak atau berada di kedudukan semula dan tidak
oleng akibat angin, ombak, maupun faktor lainnya. Stabilitas kapal sangat berpengaruh pada
keseimbangan kapal tersebut, agar kapal tidak miring ke kanan atau ke kiri, dan kapal tidak
oleng saat berlayar.

Sebuah kapal harus mampu berlayar dengan baik. Pasalnya, tidak jarang kecelakaan
kapal laut terjadi dan menimbulkan banyak korban. Ada banyak faktor yang dapat
menyebabkan kecelakaan kapal, salah satunya adalah stabilitas kapal. Stabilitas memang erat
kaitannya dengan keseimbangan kapal. Akan tetapi, stabilitas tidak menjadi satu-satunya hal
yang berpengaruh pada keseimbangan tersebut. Ada dua faktor yang mempengaruhi
keseimbangan sebuah kapal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari kapal itu sendiri, seperti ukuran kapal,
tata letak, kebocoran akibat tubrukan atau kandas, dan lain sebagainya. Untuk itu, awak kapal
harus memperhatikan letak dan bobot barang sebelum berlayar. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar yang mempengaruhi keseimbangan kapal, seperti kondisi alam, ombak,
badai, dan sejenisnya.
1.2 Tujuan
1.Mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan kestabilan dan keapungan
2.Contoh kestabilan dan keapungan
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan dan keapungan

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip kerja hukum Archimedes?
2. Apa hubungan antara hukum Archimedes dengan stabilitas kapal?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi stabilitas dan keapungan?
BAB II

PEMBAHASAN

Stabilitas adalah kemampuan balik suatu benda ketika diberi gaya internal
maupuneksternal. Dalam dunia perkapalan gaya internal dipengaruhi oleh distribusi
beban yang tidakmerata, gerakan cikar dan loading-unloading, sedangkan gaya
eksternal dipengaruhi olehgelombang ombak, angin, dll. Stabilitas diatur oleh
lembaga IMO (International MaritimeOrganization) dibawah wewengan PBB.
Melihat kekewangan peraturan tersebut karena stabilitas mempengaruhi faktor
keselamatan kapal. Dibawah ini adalah peraturan stabilitas yang harusdipenuhi ketika
preleminery design. Berdasarkan besaran sudut stabilitas dibedakan menjadi dua, yaitu
stabilitas statis dan stabilitas dinamik. Stabilitas statis mempunyai besaran sudut kurang dari
60, sedangakan stabilitas dinamik lebih dari 60. Contohnya pada stabilitas kapal, untuk menjaga
dan meningkatkan stabilitas saat berlayar diperlukan beberapa perangkat, di antaranya adalah
tangki penyeimbang, sirip lambung, dan sirip stabilizer. Bagaimana perangkat ini berperan
dalam menyeimbangkan kapal? Perangkat tangki penyeimbang menstabilkan kapal dengan
cara mengalirkan air ballast. Apabila kapal miring ke arah kanan, maka air akan dialirkan ke
arah kiri, begitu pula sebaliknya. Sedangkan sirip lambung atau yang dikenal juga dengan sirip
lunas atau Bilge keel merupakan perangkat yang dapat meningkatan friksi melintang sebuah
kapal. Dengan begitu, kapal akan sulit terbalik. Lambung sirip ini biasanya berbentuk V.
Sementara itu, sirip stabilizer adalah sirip yang berfungsi untuk menyesuaikan posisi kapal saat
terjadi oleng, sehingga kapal tidak karam.

Untuk mengetahui stabilitas sebuah kapal, perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu.
Perhitungan stabilitas ini erat kaitannya dengan muatan, bentuk kapal, draft dan ukuran nilai.
Sebelum itu, ada beberapa simbol dan istilah yang harus diketahui lebih dulu.

G merupakan simbol untuk titik gravitasi sebuah kapal. B adalah Buoyancy, yaitu titik apung
kapal. Sementara itu, M adalah Metasentrum, yaitu metacenter kapal. Lalu bagaimana
hubungan ketiga hal tersebut dengan muatan, bentuk, draft dan ukuran nilai? Bagaimanapun,
style kapal, metasentrum tetap dapat menyesuaikan posisinya. Titik M ini ditentukan oleh
bentuk kapal, seperti lebar, panjang, dan tingginya. Sedangkan buoyancy atau pusat gravitasi
memiliki posisi yang bervariasi, tergantung muatan dan digerakkan oleh draft.
Untuk menghitung stabilitas, ada beberapa ukuran pokok yang perlu diketahui seperti breadth
(lebar), length (panjang), draft (sarat) dan depth (tinggi).

Pengukuran tersebut dalam istilah perkapalan dikenal dengan Length Between Perpendicular
atau LBP, Length Over All atau LOA dan Length Water Line atau LWL.

Sebelum melakukan penghitungan stabilitas kapal, beberapa hal lain yang perlu diketahui
diantaranya sebagai berikut.

• Light displacement atau berat kapal kosong


• Isi kotor atau berat benaman, yaitu berat air yang dipindahkan saat kapal tenggelam
• Operating Load atau OL adalah berat dari alat-alat yang digunakan untuk berlayar

Adapun rumus perhitungan stabilitas sebuah kapal sendiri adalah sebagaimana berikut.

Displ = LD (Light Displacement) + OL (Operating Load) + Muatan

DWT = OL (Operating Load) + Muatan

Ada beberapa jenis stabilitas kapal yang perlu diketahui. Dari sifatnya, stabilitas pada
kapal dibagi menjadi dua, yakni stabilitas dinamis dan stabilitas statis.

Stabilitas statis merupakan stabilitas saat kapal diam atau tidak berlayar, stabilitas membujur
dan stabilitas melintang termasuk dalam stabilitas statis.

Sesuai namanya, stabilitas melintang adalah kemampuan kapal kembali pada posisi stabil
ketika menyenget ke arah melintang. Sedangkan stabilitas membujur adalah kemampuan kapal
kembali pada posisi tegak setelah menyenget ke arah membujur.

Selanjutnya, untuk stabilitas dinamis merupakan kemampuan keseimbangan kapal saat terjadi
senget besar. Oleng kapal ini berawal dari oleng kecil hingga berubah menjadi besar. Hal ini
biasa terjadi akibat badai atau gaya negative dari GM.

Menurut keadaannya, stabilitas dibagi menjadi tiga, yakni stabilitas netral atau neutral
equilibrium, stabilitas positif atau stable equilibrium dan stabilitas negatif atau unstable
equilibrium.

Stabilitas netral adalah keadaan titik G dan M yang saling berhimpitan. Keadaan ini membuat
kapal miring dan tidak memiliki kemampuan untuk kembali stabil atau seimbang.
Penyebab dari stabilitas netral ini adalah banyaknya muatan di atas kapal yang membuat titik
G terlalu tinggi dan berhimpit dengan titik M.

Selanjutnya, stabilitas positif merupakan keadaan kapal dapat kembali stabil saat mengalami
senget dan oleng. Pada kondisi ini, titik M tidak lebih tinggi dibanding titik G.

Kondisi terakhir yaitu stabilitas negatif yang merupakan kondisi di mana stabilitas yang
dimiliki kapal adalah negatif, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali
saat terjadi senget.

Stabilitas yang negatif dapat menimbulkan terjadinya heeling moment atau momen penerus
yang membuat kapal semakin miring hingga terbalik.

Stabilitas sebuah kapal memiliki titik-titik penting yang perlu diperhatikan. Titik ini
bahkan menjadi acuan untuk menentukan keadaan stabil pada kapal tersebut. Titik penting
dalam stabilitas ini adalah Center of Gravity atau titik berat, titik metasentris dan center of
buoyancy atau titik apung.

• Center of Gravity

Center of Gravity (titik berat) atau yang biasa disimbolkan dengan titik G adalah letak semua
gaya atau beban dari kapal. Semakin banyak bobot yang ada pada kapal, maka titik G akan
semakin besar. Selain beban kapal, pembagian beban juga turut mempengaruhi titik G.

• Titik Metasentris

Titik selanjutnya adalah metasentris atau titik M disebut juga dengan titik semu. Titik M
menjadi batas bagi titik G untuk tidak melewatinya agar stabilitasnya tetap positif. Karena jika
titik G melewati titik M, maka dapat menimbulkan kemiringan hingga tenggelam.

• Center of Buoyancy

Kemudian ada titik apung atau Center of Buoyancy yang dikenal juga dengan titik B. Titik ini
merupakan titik yang mampu membuat kapal kembali tegak setelah mengalami oleng atau
senget. Titik B tidak tetap dan dapat berpindah-pindah.
Hukum Archimedes ditemukan oleh ilmuan Yunani yang bernama
Archimedes. Hukum ini menjelaskan hubungan gaya berat dan gaya ke atas pada suatu benda
jika dimasukkan ke dalam air. Akibat adanya gaya angkat ke atas (gaya apung), benda yang
ada didalam zat cair beratnya akan berkurang. Sehingga benda yang diangkat dalam air akan
terasa lebih ringan dibandingankan ketika diangkat di darat.

1. Benda Tenggelam

Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair lebih kecil dari massa jenis benda. Contohnya besi
atau baja akan tenggelam jika dimasukkan ke dalam air. Benda tenggelam saat Fa < W

2. Benda Melayang

Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair sama dengan massa jenis benda. Contohnya telur
yang dimasukkan ke dalam air yang ditambahkan sedikit garam akan melayang karena massa
jenis keduanya sama. Benda melayang saat Fa = W

3. Benda Terapung

Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair lebih besar dari massa jenis benda.
Contohnya sterofoam atau plastik akan terapung jika dimasukkan ke dalam air. Benda terapung
saat Fa > W
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kestabilan dan keapungan suatu barang sangat berkaitan erat dengan hukum Archimedes yang
menyatakan bahwa “gaya apung ke atas yang diberikan pada benda yang direndam dalam cairan,
baik yang terendam seluruhnya atau sebagian, sama dengan berat cairan yang dipindahkan benda
tersebut dan bekerja dalam arah ke atas di pusat massa dari cairan yang dipindahkan”.

3.2 Saran

Perlu adanya metode penilitian lebih lanjut mengenai hubungan antara akestabilan dan
keapungan yang tekah dipaparkan diatas agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
antar pembaca. Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki kesalahan
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai