Disusun Oleh :
M. Naufal Arrazi (190200192)
Shania Tabitha (190200400)
Luthfi Safrina (190200409)
Sikhala Genevard Zebua (190200411)
Ananda Sesio Putra (190200544)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. SIMPULAN ........................................................................................ 9
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor terjadinya kriminalitas di Medan Amplas
2. Untuk mengetahui dan menganalasis apa saja yang dilakukan aparat kepolisian dalam
menanggulangi kriminalitas di Medan Amplas
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apa yang menjadi faktor penghambat aparat
kepolisian
1.4. Manfaat
a. Tipe penelitian selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk menelusuri prinsip
Hukum dan sistematika Hukum, terutama yang bersangkut paut dengan upaya
Kepolisian dalam menanggulangi tindak kriminalitasataukejahatan. Maka jenis
penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis yang bersifat deskriptif sehingga
tidak berkehendak menguji hipotesa.
b. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui :
i. Penelitian Lapangan (Field Research) dengan cara penelitian langsung ke
Polsek Medan Amplas.
ii. Peneletian Kepustakaan (Library Research) dengan cara mengkaji bahan
hukum primer dan bahan hokum sekunder yang relevan
BAB II
PEMBAHASAN
Kriminalitas merupakan masalah sosial dalam bentuk tingkah laku yang melanggar UU
(undang-undang) ataupun melanggar adat istiadat masyarakat, yang diakibatkan adanya suatu
kesenjangan sosial yang terjadi di dalam elemen masyarakat. Menurut narasumber kami Bapak
Jumailan Kanit Reskrim Polsek Medan Amplas yang berada di Jalan Pertahanan, Desa Patumbak
II, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, tindakan kriminalitas yang
kerap terjadi di sini adalah pencurian yang dilakukan oleh beberapa orang yang berasal dari
Medan Amplas. Dalam masyarakat tersebut rata-rata memiliki latar belakang pendidikan yang
rendah, ekonomi yang sulit, faktor internal, dll.
Berdasarkan hasil wawancara, umur rata-rata dari pelaku kriminalitas ada pada umur
produktif seseorang yaitu 15-30 tahun. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Witte
(1997) dalam (Witte dan Witt, 2000) yang menunjukkan bahwa “hanya 50 sampai 60 persen
laki-laki muda telah terlibat dalam tindakan nakal pada saat mereka berusia 18 dan kurang dari
10 persen telah ditangkap pada usia 30”. Menurut Husnayain (2007) Usia 15 – 30 adalah usia
produktif untuk bekerja dan berpotensi besar untuk melakukan kejahatan dibandingkan usia dan
jenis kelamin lainnya, sebagaimana telah dijelaskan bahwa semakin tinggi persentase pria pada
usia 15 – 30 tahun dalam sebuah provinsi maka semakin tinggi pula peluang provinsi tersebut
memiliki tingkat kejahatan properti yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada usia antara 15 –
30 tahun pemikiran mereka masih banyak dipengaruhi oleh lingkungan, perubahan-perubahan
sosial dan perkembangan masyarakat sehingga mereka tidak dapat mengendalikan diri dan
melakukan suatu kejahatan.
Kondisi perekonomian negara yang sulit pada saat ini, mengakibatkan timbulnya kasus
kriminalitas yang terjadi dalam masyarakat yang di latar belakangi karena kebutuhan hidup yang
mendesak. Pengawasan yang kurang, serta teknologi dan modernisasi juga menjadikan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan kejahatan semakin marak terjadi di kecamatan Medan Amplas
ini. Terlebih penduduknya yang cukup kompleks dan multikultural menjadikan daerah ini
sebagai kawasan sasaran.Tindakan kriminalitas kejahatan adalah masalah manusia yang berupa
kenyataan sosial yang sebab-musababnya kurang di pahami dan terjadi dimana serta kapan saja
dalam pergaulan hidup.
Seperti yang dikemukakan oleh B. Simanjutak kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial
yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan
dalam masyarakat. Kejahatan menurut Anwar & Adang (2010) merupakan bagian dari
kehidupan sosial dan tak terpisahkan dari kegiatan manusia sehari-hari. Perampokan, perkosaan,
penipuan, penodongan dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya menunjukkan dinamika
sosial, suatu bentuk normal kehidupan sosial. Manusia saling menilai, mengadakan hubungan
dan apabila di antaranya ada yang dianggap memiliki perilaku menyimpang kadang dianggap
“jahat” sehingga orang tersebut menjadi jahat karena cap atau stigma yang diberikan.
Tingkat krimininalitas pada beberapa waktu belakangan ini pun semakin meningkat pada
masa pandemi. Bahwa naiknya kasus kriminalitas salah satunya disebabkan oleh semakin
banyaknya masyarakat di Indonesia yang terdampak ekonominya di masa pandemi. Banyak dari
mereka yang akhirnya memilih jalan pintas dengan jalan melakukan kriminalitas. Apalagi dalam
situasi physical and social distancing atau pembatasan baik secara fisik dan sosial yang membuat
lingkungan cenderung sepi sehingga situasi ini sangat mudah dimanfaatkan untuk melakukan
tindak kriminalitas. Himbauan pemerintah bagi masyarakat untuk lebih banyak di rumah
nyatanya tidak bisa memberikan dampak dalam hal penurunan kasus kejahatan terutama jenis
pencurian atau pembobolan rumah. Banyak masyarakat terdampak pandemi COVID-19 yang
harus kehilangan sebagian bahkan seluruh pendapatannya, dimana kondisi ini tak
memungkinkan untuk tetap berada di rumah saja. Sehingga meski di tengah pandemi, banyak
masyarakat yang harus keluar rumah untuk bekerja atau mencari pekerjaan lainnya. Namun
sayangnya, di sisi lain banyak pula masyarakat yang lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan
dengan cara melakukan kejahatan. Di tengah situasi pandemi ini semakin sering terjadi kasus
pencurian atau pembobolan rumah, kantor, dan berbagai tempat usaha lainnya. Dan untuk di
daerah Medan Amplas, Kriminalitas yang banyak terjadi selama masa pandemic adalah
pencurian.
Berdasarakan yang dikatakan oleh narasumber kami yaitu Bapak Jumailan Kanit Reskrim
Polsek Medan Amplas, upaya yang mereka lakukan adalah Preventif yaitu upaya pencegahan,
melakukan Patroli diwilayah yang dianggap rawan terjadi tindak pidana/kriminalitas dan
membuat Kring Reskrim ditempat yang rawan terjadi Tindak Pidana. Upaya preventif atau
tindakan yang dilakukan kepolisian yakni melakukan penyidikan yang meliputi penangkapan,
Pemeriksaan, Penahanan, menyita barang bukti, serta melimpahkan berkas perkara tersangka
kepada kejaksaan Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah
terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali . Mencegah kejahatan lebih baik daripada
mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam
kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak
terjadi lagi kejahatan ulangan.
Selain itu beberapa hambatan dalam penangkapan pelaku kriminalitas adalah pelaku yang
berpindah-pindah tempat, identitas pelaku yang tidak bisa diketahui Besarnya tingkat urbanisasi
dari daerah lain ke kota medan menjadi salah satu pemicu terjadinya perilaku kejahatan dan
menjadi penghambat bagi para penegak hukum untuk melakukan penyidikan karena para pelaku
kejahatan terkadang memiliki identitas ganda terhadap domisilinya warga cenderung melindungi
pelaku kriminalitas tersebut dengan menyembunyikannya. Tidak diketahui apa maksud dari
masyarakat yang tidak mau bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk memberantas kejahatan
di daerahnya.
Kota medan sebagai kota metropolitan dengan penduduk yang heterogen dari berbagai
suku, etnis dan agama menjadi salah satu kelemahan bahwa ditengah masyarkat kota medan
yang metropolitan, kepedulian terhadap lingkungan sekitar tidak begitu besar, masyarakat pada
umumnya sibuk dengan urusan masing-masing. Kenyataan tersebut menjadikan hambatan dalam
melakukan pencegahan terjadinya kejahatan pencurian karena masing-masing masyarakat tidak
peduli dengan lingkungan, hal tersebut memudahkan pelaku kejahatan melakukan aksinya. Oleh
karena itu, penting kiranya untuk menumbuhkan kembali semangat dan rasa kekeluargaan
ditengah kehidupan agar pelaku-pelaku kejahatan merasa kesulitan untuk melakukan aksinya
yang pada akhirnya akan mengurangi dan mencegah terjadinya tidak pidan pencurian.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kriminalitas merupakan masalah sosial dalam bentuk tingkah laku yang melanggar UU
(undang-undang) ataupun melanggar adat istiadat masyarakat, yang diakibatkan adanya
suatu kesenjangan sosial yang terjadi di dalam elemen masyarakat. Dalam masyarakat
tersebut rata-rata memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, ekonomi yang sulit,
faktor internal, dll. Kondisi perekonomian negara yang sulit pada saat ini, mengakibatkan
timbulnya kasus kriminalitas yang terjadi dalam masyarakat yang di latar belakangi
karena kebutuhan hidup yang mendesak. Pengawasan yang kurang, serta teknologi dan
modernisasi juga menjadikan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kejahatan
semakin marak terjadi di kecamatan Medan Amplas ini. Seperti yang dikemukakan oleh
B. Simanjuntak, Tingginya angka kriminalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendidikan, hukum yang kurang tegas, tingginya tingkat pengangguran dan upah yang
tidak memadai. Status sosial ekonomi dan kemampuan intelektual yang rendah
merupakan faktor statis munculnya kejahatan. Banyak dari mereka yang akhirnya
memilih jalan pintas dengan jalan melakukan kriminalitas. Dan untuk di daerah Medan
Amplas, Kriminalitas yang banyak terjadi selama masa pandemic adalah pencurian. Kota
medan sebagai kota metropolitan dengan penduduk yang heterogen dari berbagai suku,
etnis dan agama menjadi salah satu kelemahan bahwa ditengah masyarkat kota medan
yang metropolitan, kepedulian terhadap lingkungan sekitar tidak begitu besar, masyarakat
pada umumnya sibuk dengan urusan masing-masing. Oleh karena itu, penting kiranya
untuk menumbuhkan kembali semangat dan rasa kekeluargaan ditengah kehidupan agar
pelaku-pelaku kejahatan merasa kesulitan untuk melakukan aksinya yang pada akhirnya
akan mengurangi dan mencegah terjadinya tidak pidana pencurian.
REFERENSI
http://scholar.unand.ac.id/21529/2/BAB%20I%20GILANG.pdf
https://tribratanews.kepri.polri.go.id/
Indonesian Journal of Applied Statistics,Volume 3 No. 2 November 2020
Rafida Khairani, Yeni Ariesa, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kriminalitas Sumatera Utara (Pendekatan Ekonomi), Vol. 4 No. 2 Juli 2019