Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
WIWIT DIANAWATI
NIM : 858881275
ABSTRAK
Salah satu alasan yang penulis temukan adalah siswa sering menemukan
beberapa siswa yang acuh dan tidak mau bertanya kepada guru dan teman yang
lebih mengerti dan sering merasa bosan atau bosan, sehingga tidak dapat
menyerap materi yang diajarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar IPA materi stilistika melalui metode demonstrasi menggunakan
benda konkret pada siswa kelas IV SDN Kesilir 0 Wuluhan. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN Kesilir 0 Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa sedikitnya 29 siswa,
13 laki-laki dan 16 perempuan. Peningkatan pembelajaran terjadi selama 2
periode. Penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa melebihi KKM untuk
setiap siklusnya yaitu. Siklus I sebanyak 20,68 persen dan Siklus II sebanyak
93,10 persen.
i
BAB I
PENDAHULUAN
42
meja, sepatu, batu, plastisin, kursi dan lain-lain. Benda konkret ini membantu
pengalaman nyata anak didik supaya bisa mendapatkan nilai yang lebih baik.
1. Identifikasi Masalah
Dalam pembelajaran, hasil belajar merupakan bagian terpenting.
Sudjana (2008: 3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan pada program study Ilmu
Pengetahuan Alam berada kurang dari 70. Pada 29 peserta didik, ada 18
peserta didik mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan yang mendapatkan
nilai di atas KKM hanya 11 peserta didik. Data tersebut berasal dari rapor
penilaian tengah semester yang dilakukan oleh guru pada awal semester tahun
pelajaran 2022/2023.
2. Analisis Masalah
Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan beberapa sebab
yang salah satunya ketidakterlibatan peserta didik saat kegiatan belajar
mengajar yang mengakibatkan peserta didik kurang bisa mencerna pelajaran
yang dijelaskan oleh guru. Ditambah lagi peserta didik kurang minat saat
guru menjelaskan materi dengan metode konvensional.
43
melaksanakan Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi Menggunakan Media Benda
Konkret Pada Peserta didik Kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana cara siswa kelas 4 SDN
Kesilir 04 Wuluhan meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya melalui
metode demonstrasi menggunakan benda konkret?”
44
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan nilai KKM.
4. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan referensi untuk membantu memperkuat
landasan teori yang dibutuhkan untuk penelitian.
45
BAB II KAJIAN PUSTAKA
46
proses pembelajaran. Setiap pembelajaran selalu didominasi oleh keaktifan
guru sedangkan peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran.
Menurut Desmita (2012), Anak-anak usia sekolah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda.
Mereka lebih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam
kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Oleh karena itu, guru harus membangun proses pembelajaran yang
menghubungkan permainan dengan kurikulum. Kemudian guru juga dapat
mencoba untuk menggerakkan anak atau bergerak. Anak-anak juga diajarkan
bagaimana bekerja atau belajar dalam kelompok, dan guru memberikan
kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
siswa sekolah dasar adalah suka bergerak, bermain, mencoba hal baru, suka
bekerja dalam kelompok, dan suka melakukan sesuatu secara langsung. Siswa
SD sangat mudah menerima pengetahuan baru yang diberikan oleh gurunya.
Dalam hal ini siswa perlu dibimbing agar potensinya dapat berkembang
secara luas. Tidak hanya itu, guru juga harus berperan dalam pengembangan
pembelajaran karena guru adalah panutan bagi siswa untuk ditiru.
B. Hasil Belajar
Dalam proses penyelenggaraan belajar-mengajar dapat terlihat
perubahan-perubahan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan yang dimaksud berupa hasil belajar siswa. Hasil belajar
adalah perubahan kognitif, emosional, dan psikomotorik yang dialami siswa
sebagai akibat dari kegiatan belajar.
Secara sederhana, yang di maksud dengan hasil belajar peserta didik
adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Karena belajar itu merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi (Putri, dkk. 2019).
47
Hasil belajar seorang siswa dapat dikatakan berhasil jika siswa
tersebut mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berbasis hasil
meliputi pemahaman konseptual, keterampilan proses, dan sikap. Sesuai
pendapat Susanto (2016) yang membagi hasil belajar sebagai berikut:
a. Pemahaman konsep
Pemahaman konseptual adalah kemampuan siswa untuk menerima,
mengasimilasi, dan memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru, serta
sejauh mana siswa memahami apa yang telah mereka baca, lihat, lihat,
dan rasakan.
b. Keterampilan proses
Keterampilan proses adalah kemampuan menggunakan pikiran,
penalaran, dan tindakan untuk mencapai hasil tertentu. Dalam melatih
keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan sikap kreativitas,
kerja sama, tanggung jawab, dan disiplin.
c. Sikap
Dalam hubungannya dengan hasil belajar peserta didik, sikap lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep.
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Susanto
(2016), membagi faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dalam diri peserta
didik yang berpengaruh pada kemampuan belajarnya. Misalnya
kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, sikap, kebiasaan belajar,
fisik dan mental.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang bersumber dari luar diri peserta
didik yang berpengaruh pada hasil belajarnya. Misalnya: keluarga,
sekolah dan masyarakat.
48
selama ini di anggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari
jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik. IPA adalah pengetahuan khusus dengan melakukan
observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian
seterusnya saling berkaitan antara cara yang satu dengan yang lain. IPA
berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
menemukan, mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan penemuan
dan membantu peserta didik untuk memahami alam sekitar secara mendalam
(Anggraini, 2016).
Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya di
arahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi. Otak
peserta didik dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk
menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini
juga terjadi pada pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa selama ini
proses pembelajaran IPA di sekolah dasar masih banyak yang dilaksanakan
secara konvensional.
Menurut Purwanti & Latifah (2019), IPA adalah usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Susanto (2016), hakikat
pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam
Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : ilmu pengetahuan alam sebagai
produk, proses, dan sikap. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu
kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk
konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis.
Bentuk IPA sebagai produk, antara lain : fakta-fakta, prinsip, hukum, dan
49
teori-teori IPA. Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk
menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan
kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dan menemukan
fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Ketiga, ilmu
pengetahuan sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam
pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus di miliki oleh
seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil
penelitiannya.
Menurut Nureva (2017), IPA merupakan pelajaran yang memiliki
proses pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, memiliki
banyak kegiatan jika dilakukan sesuai dengan pembelajaran IPA yang
sebenarnya. Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (BNSP), dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan materi Gaya sebagai materi
yang akan dinilai. Gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Bila
kita menarik atau mendorong suatu benda, maka berarti kita memberikan
50
gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga.
Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Gaya ada yang
kuat dan ada yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula
tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut
dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N). Gaya dapat
mempengaruhi gerak dan bentuk benda.
51
5) Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah gaya tarik dari pusat bumi. Gaya Gravitasi
adalah gaya yang menarik semua benda baik benda hidup maupun benda
tidak hidup ke arah pusat bumi.Gaya gravitasi bumi menyebabkan semua
benda di Bumi mempunyai berat. Gaya gravitasi bumi disebut juga gaya
berat, yaitu gaya yang dimiliki suatu benda terhadap pusat bumi. Contoh:
daun berguguran dari pohon, buah yang telah masak jatuh ke tanah, dan
penerjun payung. Benda-benda yang mengalami tarikan gaya gravitasi
bumi akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak jatuh akan semakin cepat bila
benda semakin dekat dengan tanah. Setelah benda mencapai tanah, gaya
gravitasi tetap bekerja sehingga benda tetap berada pada tempatnya.
Akibat tidak adanya gaya gravitasi semua makhluk hidup dan makhluk
tak hidup akan melayang-layang di angkasa.
Gaya dapat menyebabkan benda bergerak, gaya dapat menambah
kecepatan benda, dan gaya dapat mengurangi kecepatan benda. Gaya dapat
menyebabkan kedudukan benda berubah atau gaya dapat menyebabkan benda
yang tadinya diam menjadi bergerak.
1) Gaya Menggerakkan Benda Diam
Benda diam akan bergerak jika diberi gaya. Contohnya, bola akan
melambung ke udara jika tendang. Lemari akan bergeser jika kita dorong.
Sepeda akan berjalan jika kita kayuh. Batu akan bergerak jika kita lempar.
2) Gaya Membuat Benda Bergerak Menjadi Diam
Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang dikayuh, sepeda
motor yang sedang bergerak, kelereng yang menggelinding dan
sebagainya. Benda yang bergerak tersebut dapat berhenti jika diberi gaya.
Sepeda yang bergerak akan berhenti jika direm. Sepeda motor yang sedang
bergerak akan berhenti jika direm. Kelereng yang menggelinding akan
berhenti jika kita tahan dengan tangan atau kaki. Mengerem sepeda dan
sepeda motor termasuk bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan
kelereng dengan tangan juga termasuk bentuk gaya, dengan demikian,
gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.
52
3) Gaya Mengubah Kecepatan Benda
Jika kita amati, kecepatan mobil yang bergerak tidak akan sama.
Kita bisa melihatnya pada spidometer. Gerak mobil terkadang cepat dan
terkadang lambat. Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak
gasnya, akibatnya mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada mobil
yang lain didepannya, pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju
mobil akan melambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk gaya.
Oleh karena itu, gaya dapat mempengaruhi kecepatan benda.
53
muncul kembali ke permukaan. Itulah sebabnya, ketika berenang kita tidak
akan ke dasar kolam, melainkan berada di permukaan air. Namun gaya
tekan ke atas dipengaruhi oleh luas permukaan benda. Benda yang
permukaannya lebar mendapat banyak gaya tekan ke atas. Akibatnya
benda itu akan tenggelam. Inilah penyebab batu tenggelam ketika dilempar
ke dalam air. Hal ini karena batu memiliki luas permukaan yang kecil.
Keadaan benda di dalam air di pengaruhi oleh gaya tekan ke atas dan berat
benda.
a) Jika gaya tekan ke atas lebih besar dari berat benda, maka benda akan
terapung.
b) Jika gaya tekan ke atas sama dengan berat benda, maka benda akan
melayang.
c) Jika gaya tekan ke atas lebih kecil dari berat benda, maka benda akan
tenggelam.
D. Metode Demonstrasi
Demonstrasi berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam pembelajaran,
menggunakan metode demonstrasi dilakukan dengan menunjukan sesuatu
proses yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan
baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas. Proses yang
didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya (Kudisiah, 2018).
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan
atau prosedur yang dilakukan. Metode demonstrasi merupakan metode
mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya
secara proses. Melalui metode demonstrasi, guru memperlihatkan suatu
proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan
pengetahuan yang sudah di terima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada
cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah (Masitoh dkk,
2019).
54
Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada peserta didik.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan
oleh guru atau peserta didik itu sendiri. Peran penggunaan metode
demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan
oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses
belajar hendaknya dipilih metode yang benar-benar efektif dan efisien atau
merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan
pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari peserta didik.
Menurut Sanjaya (2010), metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertujukan kepada
peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi
tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran peserta didik hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Menurut Winata (2016), kelebihan metode demonstrasi antara lain :
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,
sebab peserta didik disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran
yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab peserta didik tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan anatara teori dan kenyataan.
Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.
Sedangkan kelemahan dari Metode Demonstrasi yaitu :
55
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi yang memadai demonstrasi
bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode demonstrasi
dengan cara mendemonstrasikan, memperagakan dan mempertunjukkan
kepada peserta didik tentang macam-macam gaya. Penulis juga meminta
beberapa peserta didik untuk mempraktekkan di depan kelas tentang
pengaruh gaya terhadap suatu benda.
56
c. Fungsi Kognitif, yaitu media memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di
dalamnya
d. Fungsi Kompensatoris, yaitu media mengakomodasi peserta didik yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks/verbal (Supardi, 2017).
Media pada intinya yaitu sarana untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi dan memudahkan peserta didik dalam memahami
materi yang disampaikan guru. Penggunaan media dalam pembelajaran bisa
diciptakan oleh peserta didik maupun guru dengan bahan seadanya, misal
dengan menggunakan barang-barang bekas, barang yang ada di sekitar
lingkungan sekolah maupun menggunakan lingkungan itu sendiri sebagai
media pembelajaran.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konkret yaitu
nyata, benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, dapat diraba, dsb). Jadi,
media konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju tercapainya
tujuan yang diharapkan. Selain itu, definisi lain dari media benda Konkret
adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang
amat penting bagi peserta didik dalam mempelajari berbagai hal, terutama
yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu (Riyana dkk, 2020).
Media konkret merupakan alat bantu yang paling mudah
penggunaannya karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung
menggunakannya. Benda-benda konkret itu sendiri dapat diperoleh di
sekitar kita misalnya batu, daun kering, kelereng, buku, pensil, meja, sepatu,
kaos kaki, sapu tangan, sendok, piring, dan lain-lain. Anak-anak akan
mendapatkan banyak informasi dengan adanya interaksi dengan obyek
nyata dan menarik, sehingga pemahaman anak akan lebih mudah terbentuk.
57
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
benda konkret ini merupakan benda atau media sebenarnya yang membantu
pengalaman nyata peserta didik. Pengalaman nyata atau pengalaman
langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik sebagai hasil dari
aktivitas sendiri. Peserta didik mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu
yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Peserta didik berhubungan
langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan
perantara. Karena pengalaman langsung inilah maka ada kecenderungan
hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tinggi.
Kelebihan dan kelemahan media benda Konkret antara lain :
a. Kelebihan media benda konkret:
1) Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat
konseptual, sehingga mengurangi kesalah pahaman peserta didik
dalam mempelajarinya
2) Meningkatkan minat peserta didik untuk mempelajari materi
pelajaran
3) Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang
aktivitas diri sendiri untuk belajar
4) Dapat mengambangkan jalan pikiran yang berkelanjutan
5) Menyediakan pengalaman- pengalaman yang tidak mudah di dapat
melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar
mendalam dan beragam.
b. Kelemahan benda konkret
1) Membawa peserta didik ke berbagai tempat di luar sekolah
terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya
2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai benda konkret
tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam
menggunaknnya (Khoiri, 2014).
Kelemahan di atas dapat diatasi dengan cara menggunakan media
benda Konkret yang ada di sekitar sekolah untuk dapat dijadikan sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran, dan disesuaikan dengan materi
58
pembelajaran serta tetap berusaha membawa benda nyata ke dalam kelas
yang berguna untuk menjelaskan materi dalam kelas. Dari uraian tersebut
dapat ditegaskan bahwa penggunaan media Konkret atau nyata pada saat
proses pembelajaran berlangsung akan lebih baik daripada hanya
berceramah atau menggunakan metode konvensional saja. Karena dengan
adanya media pembelajaran dapat membantu untuk memperjelas maksud
yang kita sampaikan dan merangsang peserta didik untuk belajar. Sehingga,
dengan penggunaan media benda Konkret tersebut peserta didik menjadi
lebih giat lagi dalam belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi
yang sama tentang konsep yang dipelajari.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan benda konkret yang ada
di sekitar lingkungan sekolah dan mudah untuk ditemukan oleh peserta
didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat dengan mudah menyerap
materi karena sudah mengenal benda-benda yang digunakan dalam
pembelajaran ini. Benda-benda Konkret tersebut antara lain meja, kursi,
bola, plastisin, kotak kapur, dan ketapel.
59
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Penelitian
tindakan kelas (PTK) mempunyai peranan penting dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran. Terdapat tiga unsur dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Sehingga secara
sederhana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai suatu
tindakan penelitian yang dilakukan di dalam suatu lingkungan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang
dilaksanakan oleh guru yang diharapkan dampaknya tidak ada lagi
permasalahan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Pada akhirnya
proses belajar peserta didik diharapkan akan berjalan lebih baik dan guru
mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang lebih baik, sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya serta tujuan dari
pembelajaran bisa tercapai.
Dalam Penelitian ini peneliti memutuskan untuk memilih judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Materi Gaya Melalui Metode
Demonstrasi Menggunakan Media Benda Konkret Pada Peserta Didik Kelas
IV SDN Kesilir 04 Wuluhan”. Pemilihan judul ini disebabkan karena hasil
belajar peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan pada pembelajaran
IPA dalam Penilaian Tengah Semester yang dilakukan oleh guru pada awal
semester genap tahun pelajaran 2022/2023 sebagian besar peserta didik
mendapat nilai di bawah KKM 70. Dari 29 peserta didik kelas IV SDN
Kesilir 04 Wuluhan, 18 peserta didik mendapat nilai di bawah KKM,
sedangkan yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 11 peserta didik.
60
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
61
2. Ibu Indahyani, S.Pd selaku Kepala SDN Kesilir 04.
3. Ibu Faridah Mariana, S.Pd selaku teman sejawat penulis di SDN Kesilir 04
dan Supervisor 2.
Gambar 3.1. Model PTK oleh Kemmis & Mc. Taggart (2002:278)
62
1. Siklus I
Perbaikan pembelajaran dimulai dari siklus I dengan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang diantaranya buku
paket kelas IV mata pelajaran IPAS, dan lembar kerja peserta didik.
b. Tindakan
Perbaikan tindakan direncanakan pada hari Jumat tanggal 7
Oktober 2022. Tindakan yang dilakukan adalah membagi kegiatan
pembelajaran menjadi 3 bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Adapun kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Memberikan salam dan mengajak semua peserta didik untuk
berdoa bersama-sama sesuai agamanya masing-masing.
2) Mengisi daftar hadir kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
3) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai Gaya.
2) Peserta didik diarahkan untuk melakukan pengamatan terhadap
contoh gambar berbagai bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap
benda.
3) Peserta didik mengisi lembar pengamatan yang disediakan
4) Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang materi
bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap benda.
Kegiatan Akhir
1) Guru dan peserta didik membuat kesimpulan hasil belajar.
2) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar hari ini.
63
3) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
c. Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan terhadap guru dan peserta didik pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Untuk pengamatan guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran digunakan lembar
Alat Penailaian Kemampuan Guru (APKG). APKG 1 berkenaan dengan
penelitian perencanaan pembelajaran (RPP) sedangkan APKG 2
berkenaan dengan penelitian pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan
kedua hal tersebut dilakukan oleh teman sejawat penulis SDN Kesilir
04 yakni Ibu Faridah Mariana, S.Pd.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini, penulis melakukan analisis data terhadap
semua data yang didapatkan selama pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Hasil yang didapatkan pada kegiatan ini dijadikan
sumber bagi tindakan selanjutnya, yaitu dalam rangka memperbaiki,
menyempurnakan dan meninggalkan kebiasaan yang kurang baik dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan
pemahaman peserta didik dalam pembelajaran.
2. Siklus II
Perbaikan pembelajaran selanjutnya adalah siklus II. Siklus II
merupakan kegiatan perbaikan pembelajaran dari siklus I yang telah di
observasi. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang diantaranya yaitu:
buku paket kelas IV mata pelajaran IPAS, benda konkret di sekitar
kelas dan lembar kerja peserta didik.
b. Tindakan
Perbaikan tindakan direncanakan pada hari Senin, 10 Oktober
2022. Tindakan yang dilakukan adalah membagi kegiatan pembelajaran
menjadi 3 bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
64
penutup. Adapun kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Memberikan salam dan mengajak semua peserta didik untuk
berdoa bersama-sama sesuai agamanya masing-masing.
2) Mengisi daftar hadir kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
3) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
1) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai Gaya.
2) Peserta didik diarahkan untuk melakukan demonstrasi secara
langsung tentang berbagai bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap
benda menggunakan benda di sekitar kelas.
3) Peserta didik mengisi lembar pengamatan yang disediakan
4) Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang materi
bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap benda.
Kegiatan Akhir
1) Guru dan peserta didik membuat kesimpulan.
2) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar hari ini.
3) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
c. Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan terhadap guru dan juga peserta didik pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk pengamatan guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran digunakan lembar
Alat Penailaian Kemampuan Guru (APKG). APKG 1 berkenaan dengan
penelitian perencanaan pembelajaran (RPP) sedangkan APKG 2
berkenaan dengan penelitian pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan
kedua hal tersebut dilakukan oleh teman sejawat penulis SDN Kesilir
04 yakni Ibu Faridah Mariana, S.Pd. Kegiatan observasi ini dilakukan
65
dengan tujuan memperoleh penilaian dan perbaikan dari kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus II.
d. Refleksi
Setelah melakukan observasi dan tes yang diolah, dapat
diperoleh data yang dapat dianalisis untuk menjawab rumusan masalah
yang menjadi fokus penelitian penulis.
66
2. Observasi, menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar IPA.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Nilai keberhasilan peserta didik berdasarkan tes akhir siklus dikatakan
meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat sudah mencapai
KKM dengan kriteria 75% dari total peserta didik dalam kelas.
2. Aktivitas belajar peserta didik dikatakan meningkat apabila dalam proses
pembelajaran terlihat adanya peningkatan keaktifan peserta didik.
3. Prosentase hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus
1 ke siklus berikutnya dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 70.
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
67
soal-soal yang cukup terhadap peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 yang
sudah dilaksanakan oleh guru, maka diperoleh nilai rata-rata hasil belajar
peserta didik meningkat. Dari proses perbaikan pembelajaran mulai dari
siklus I sampai siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat, yakni
mencapai 75,58. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pemahaman dan penguasaan materi oleh peserta didik.
Adapun persentase peningkatan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang
dilakukan selama perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil tes tertulis
terhadap 29 orang peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 (nilai evaluasi
terlampir) adalah sebagai berikut.
100
89.65
90
80
70
60
presentase
50
40
30 20.68
20 10.34
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa pada siklus I dari 29 peserta didik, 20,68 %
peserta didik sudah mencapai KKM yakni memperoleh nilai 70 keatas
sedangkan yang belum berhasil mencapai nilai nilai 70 sebanyak 79,32%.
Tetapi jumlah peserta didik yang mencapai KKM meningkat tinggi pada siklus
II, yakni 93,10%. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran guru sudah
melibatkan peserta didik secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik dengan cepat memahami materi yang diberikan. Guru
juga lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
68
menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang konkret kepada peserta
didik.
Berikut ini adalah hasil observasi terhadap 29 peserta didik kelas IV SDN
Kesilir 04 yang aktif dalam pembelajaran pada saat perbaikan pembelajaran
berlangsung.
100
89.25
90
80
70
60
persentase
51.72
50 41.37
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
69
Perkembangan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan benda konkret melalui metode demonstrasi dapat disajikan
dalam tabel dan grafik perolehan nilai rata-rata kelas.
Tabel. 4.1 Nilai terendah, Nilai tertinggi dan rata-rata kelas
Perolehan Nilai Peserta
No Catatan Prestasi Pra Siklus didik
Siklus I Siklus II
1. Nilai terendah 32 24 60
2. Nilai tertinggi 78 76 92
3. Nilai rata-rata kelas 37.86 50.89 75.58
100 92
90
78 76 75.58
80
70
60
60
50.89
50
37.86
40 32
30 24
20
10
0
Prasiklus Siklus I Siklus II
70
semakin aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru dan tugas-tugas yang
diberikan dapat dikerjakan dengan benar.
Hasil refleksi dan observasi menunjukkan bahwa pada siklus I dalam diri
peserta didik tumbuh kemampuan untuk menemukan suatu cara dalam
menyelesaikan masalah. Masalah yang terjadi pada siklus I adalah kurangnya
keseriusan anak-anak dalam mengerjakan LKS, karena metode demonstrasi
dengan benda konkret ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Masalah
pada siklus I ini diperbaiki pada siklus II dengan cara mengkondisikan proses
demonstrasi secara lebih maksimal dengan melibatkan teman sejawat. Pada
siklus II, peserta didik lebih teratur karena mereka terlibat secara langsung
dalam pembelajaran, yakni guru lebih melibatkan peserta didik dalam proses
demonstrasi. Pengetahuan itu akan lebih tersimpan lama di ingatannya.
Berdasarkan data observasi peneliti maupun data kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan
media benda konkret melalui metode demontrasi dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik dan keaktifan mereka dalam proses belajar.
71
Penelitian selanjutnya adalah skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Materi Sifat-sifat Cahaya Melalui Metode
Demonstrasi di Kelas V SDN 5 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo”. Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu hasil
penelitian menunjukan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Hal ini terlihat pada pembelajaran siklus I diperoleh data dari 34 orang
peserta didik. Peserta didik yang yang tuntas ada 21 orang peserta didik atau
61.77%. Sedangkan pada siklus II meningkat dimana peserta didik yang
sudah tuntas menjadi 31orang peserta didik atau 91.18%.
Dari hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat kesimpulan yang sama
dengan hasil penelitian penulis. Hal ini dilhat dari perolehan nilai rata-rata
yang diperoleh peserta didik pada perbaikan pembelajaran dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik. Berdasarkan hasil analisis
data, pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pra
siklus. Akan tetapi, persentase kenaikan peserta didik tersebut masih belum
memuaskan hanya 13,03% dari 29 peserta didik. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
Penjelasan guru yang masih monoton,
Guru tidak memanfaatkan alat peraga dengan maksimal, hanya
menggunakan buku paket Tema 9,
Pengelolaan kelas kurang sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan,
Guru tidak mengaitkan materi dengan lingkungan belajar peserta didik,
Guru kurang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Untuk memperbaiki hal-hal tersebut, maka pada siklus II dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
Melibatkan peserta didik secara langsung dalam melakukan demonstrasi
dengan benda konkret yang ada disekitar peserta didik,
Mengadakan tanya jawab untuk membahas materi pelajaran.
Menggunakan media pembelajaran yang ada disekitar peserta didik dengan
maksimal,
72
Hal ini disebabkan karena penggunaan benda konkret/media pembelajaran
melalui metode pembelajaran demonstrasi sangat berperan dalam pencapaian
tujuan pembelajaran yang direncanakan guru. Belajar akan lebih bermakna
jika anak mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya dan bisa
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di sekitar
peserta didik. Peserta didik dapat menghubungkan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata mereka.
Pada proses perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Setelah dilakukan siklus II dengan
menggunakan media secara lebih maksimal dan penggunaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran, peserta didik dapat memahami pelajaran
dengan mencapai KKM sebesar 89,65% dari 29 peserta didik mampu
memahami pelajaran dan mencapai KKM.
Dari hasil observasi juga ditemukan adanya peningkatan keaktifan peserta
didik yang signifikan pada siklus II. Hal ini disebabkan pada pembelajaran
menggunakan benda konkret melalui metode demostrasi, peserta didik diberi
kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya sendiri yang pada akhirnya
memotivasi mereka untuk aktif dalam pembelajaran. Guru juga bisa
mengelola kelas dengan lebih baik karena dapat menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara lebih maksimal.
73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan
hasil belajar IPA materi gaya melalui metode demonstrasi menggunakan
media benda konkret pada peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan
adalah dengan cara :
1. Pertama, guru melakukan pembukaan dalam mengawali pembelajaran
seperti biasa yaitu dengan salam, mengecek kehadiran peserta didik,
melakukan apersepsi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
2. Kedua, guru menjelaskan materi dan peserta didik diarahkan untuk
melakukan demonstrasi secara langsung tentang berbagai bentuk gaya
dan pengaruhnya terhadap benda menggunakan benda di sekitar kelas
dengan dibantu oleh guru.
3. Ketiga, guru melakukan kegiatan penutup yaitu dengan tanya jawab
tentang materi, evaluasi atau pemberian pekerjaan rumah.
B. Saran Tindak Lanjut
Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA sebagai berikut:
1. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata
melalui metode demonstrasi dalam mengajar IPA pokok bahasan Gaya di
kelas IV SD agar prestasi belajar peserta didik dapat meningkat.
2. Berikan motivasi untuk menarik perhatian peserta didik sehingga peserta
didik lebih fokus terhadap pelajaran yang diberikan.
3. Kaitkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman konkret
peserta didik agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
4. Libatkan peserta didik secara lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran
melalui penerapan metode demonstrasi.
5. Lakukan refleksi diri setiap akhir pembelajaran untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran.
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Kunandar (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pers
76
Nurhasanah, dkk. 2014. Pengembangan Media Kijank (komik indonesia jawa)
Pembelajaran bahasa jawa kelas 5 Sekolah Dasar.
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jp2sd/article/view/2798/3467 diakses
pada tanggal 16 Mei 2022
Purwanti, S., & Latifah, S. (2019, August). Metode Quantum Teaching dalam
Pembelajaran IPA untuk Menumbuhkan Minat Belajar Sains Peserta didik
Sekolah Dasar. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAGELARAN
PENDIDIKAN DASAR NASIONAL (PPDN) 2019 (Vol. 1, No. 1, pp. 278-
282).
Putri, N. E., Nirwana, H., & Syahniar, S. (2019). Hubungan kondisi lingkungan
keluarga dengan hasil belajar peserta didik sekolah menengah atas. JPGI
(Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 3(2), 98-102.
Riyana, S., Retnasari, L., & Supriyadi, A. (2020). Penggunaan Benda Konkret
sebagai Media untuk Meningkatkan Keterampilan Menghitung pada
Pembelajaran Tematik Peserta didik Kelas 1 Sekolah Dasar. Prosiding
Pendidikan Profresi Guru, 1623-1629.
77
Winda Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pernada
Media Group, 2012), hlm.57
78