Anda di halaman 1dari 5

Selecting Scaling Method

1. Likert scale
Skala Likert merupakan suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam angket dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini
diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
penggunaannya. Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk
mengukur sikap dan pendapat. Dalam skala likert responden diminta untuk melengkapi
kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap
serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini
biasanya disebut dengan variabel penelitian.  Skala Likert adalah salah satu bentuk skala yang
dilakukan untuk mengumpulkan data untuk mengetahui atau mengukur data yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh untuk mengetahui pendapat, persepsi,
ataupun sikap seseorang terhadap sebuah fenomena yang terjadi. Skala likert dipergunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi terhadap inidvidu atau kelompok terkait
dengan fenomena sosial yang sedang menjadi objek penelitian.
Bentuk-bentuk skala Likert cukup beragam tergantung tujuan yang ingin diperoleh oleh
peneliti. Bentuk pertama adalah skala mengenai pendapat yang biasanya pada kertas angket
terdiri dari lima pilihan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Keunggulan Skala Likert :


 Mempunyai banyak kemudahan.
 Menyusun sejumlah pertanyaan mengenai sifat atau sikap tertentu relatif mudah.
Menentukan skor juga mudah karena tiap jawaban diberi nilai berupa angka yang
mudah dijumlahkan. Namun dalam pengolahannya tidak tepat untuk mengambil skor
rata-rata oleh sebab angka-angka itu merupakan urutan atau gradasi.
 Menafsirkannya juga relatif mudah. Skor yang lebih tinggi menunjukkan sikap yang
lebih tinggi taraf atau intensitasnya dibandingkan dengan skor yang lebih rendah.
 Skala tipe Likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia
berdasarkan intensitas sikap tertentu. Skor untuk tiap pernyataan juga mengukur
intensitas sikap responden terhadap pernyataan itu.
 Selain itu skala Likert ini sangat luwes atau fleksibel, lebih fleksibel daripada teknik
pengukuran lainnya. Jumlah item atau pernyataan, jumlah alternatif jawaban terserah
pada pertimbangan peneliti.
Kelemahan Skala Likert :
 Asumsi bahwa tiap item atau pernyataan mempunyai nilai yang sama tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Tidak semua pernyataan mempunyai makna yang sama
pentingnya dalam rangka keseluruhannya.
 Ada kemungkinan bahwa orang yang mempunyai sikap yang sama intensitanya
memilih jawaban yang berlainan sehingga menghasilakan skor akhir yang berbeda.
 Demikian pula mereka yang mendapat skor mentah yang sama belum tentu
mempunyai sifat atau sikap yang sama dengan intensitas yang sama. Itu sebabnya
tidak dapat diberi makna tertentu kepada skor mentah yang diperoleh dengan cara
pengukuran ini.

2. Thurstone scaling (equal-appearing intervals)


Skala Thurstone adalah skala dengan pernyataan yang diajukan kepada responden
disarankan oleh untuk tidak terlalu banyak, diperkirakan antara 5 sampai 10 butir pertanyaan
atau pernyataan. Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti
mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang merepresentasikan
secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi terhadap suatu objek atau
subjek yang hendak diteliti. Kemudian pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden
misal 50 orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat
memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang
dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau
tidak favorit. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan pernyataan ke dalam
kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi
hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang disediakan. Adapun
pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai
bersamaan digunakan untuk pembuatan skala. Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki
tingkat prasangka terhadap sifat yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden
mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.
Kelebihan Skala Thurstone :
 Memudahkan responden. Hanya memilih respons “Setuju – Tidak Setuju”.
 Dapat digunakan utk metode pengukuran lain. - force-choice (misal: EPPS)
 Tidak terjadi response bias (seperti: extreme response, central tendency),
dibandingkan pada skala Likert.
Kelemahan Skala Thurstone :
 Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
 Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap
berbeda.
 Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai. d. Memerlukan tim
penilai yang objektif.

3. Bogardus Social Distance Scale

Skala Bogardus disebut juga Bogardus Social Distance atau jarak sosial, dicetuskan
oleh E.S Bogardus pada tahun 1925. Emory S. Bogardus adalah seorang sosiolog di Amerika
Serikat yang pertamakali membakukan konsep skala bogardus atau penjarakan sosial. Satu
diantara banyak karyanya dalam kajian sosiologi adalah penelitian tahun 1925 tentang jarak
sosial yang ada di masyarakat Amerika Serikatpada saat itu. Mulai dari situlah Skala
Bogardus dibakukan dan menjadi indikator penting dalam penelitian.
Skala Bogardus atau skala jarak sosial, secara kuantitatif skala ini berupaya untuk
mengukur “jarak sosial” antar individu (kelompok) atau sikap penerimaan terhadap individu
(kelompok) lain, mengukur tingkat jarak seseorang yang diharapkan untuk memelihara
hubungan orang dengan kelompok lain. Dengan skala bogardus responden diminta untuk
mengisi atau menjawab pertanyaan dari tujuh pertanyaan untuk melihat jarak sosial terhadap
grup etnik lainnya, masing-masing pertanyaan akan diberi skor dan angka yang lebih tinggi
mencerminkan jarak sosial yang lebih besar.

Kelebihan Skala Bogardus :


 Berisi sedikit pertanyaan (missal 5 hingga 7 pertanyaan)
 Mampu mengungkapkan keakraban antar kelompok tertentu
 Diukur dengan jarak sosial
Kekurangan Skala Bogardus :
 Tidak representative karena pengujiannya berdasarkan kelompok tertentu.
 Jika hasil semakin jauh, maka akan terjadi kejauhan sosial.
 Mempengaruhi status sosial atau situasi sosial tertentu.

4. Semantic Differential
Skala diferensial semantik merupakan skala yang meminta responden untuk
menjawab kuesioner dan memilih antara dua posisi yang berlawanan,
menggunakan kualifikasi untuk menjembatani kesenjangan di antara mereka. Misalnya,
tentang hal yang ingin mendapatkan pendapat responden tentang acara televisi berita terbaru.
Lalu, kita akan terlebih dahulu memutuskan dimensi apa yang harus diukur dan kemudian
menemukan dua istilah berlawanan yang mewakili dimensi tersebut. Misalnya,
"menyenangkan" dan "tidak menyenangkan," "lucu" dan "tidak lucu," "bisa berhubungan"
dan "tidak bisa berhubungan." Anda kemudian akan membuat lembar penilaian untuk
responden untuk menunjukkan bagaimana perasaan mereka tentang acara televisi di setiap
dimensi.

Kelebihan Skala Diferensial Semantik :


 Kemudahan dalam proses penilaian. Rater hanya tinggal memberikan tanda silang (x)
atau contreng (v) pada kolom yang sesuai untuk masing-masing faktor atau
karakteristik yang dinilai.
 Mudah dikembangkan karena meningkatnya popularitas wawancara pribadi dengan
bantuan komputer (CAPI), sebuah teknik dimana responden dan pewawancara
memberikan jawaban melalui komputer, penggunaan teknik penskalaan terus menerus
telah meningkat. Skala penilaian terus menerus dapat diterapkan dengan baik di CAPI
atau di internet yang memungkinkan kursor bergerak secara terus menerus untuk
memilih posisi yang sesuai dalam skala yang paling tepat menggambarkan evaluasi
kandidat.
Kekurangan Skala Diferensial Semantik :
 Skornya cenderung tidak representatif.
 Skala penilaian ini hanya memberikan sedikit informasi. Oleh karena itu, skala
pemeringkatan terus menerus terbatas penggunaannya dalam riset pemasaran.

5. Guttman Scaling
Skala Guttman sering pula disebut sebagai teknik kumulatif. Guttman
mengembangkan teknik ini guna mengatasi problem yang dihadapi oleh Likert maupun
Thurstone. Di samping itu, skala Guttman mempunyai asumsi, seperti dasar dari fakta di
mana beberapa item di bawah pertimbangan yang harus dibuktikan menjadi petunjuk kuat
satu variabel dibanding variabel lainnya.
Teknik tersebut dilihat dari sifat-sifatnya sebagai skala yang memiliki dimensi
tunggal. Tujuan utama pembuatan skala model ini pada prinsipnya adalah untuk menentukan,
jika sikap yang diteliti benar-benar mencakup satu dimensi. Sikap dikatakan berdimensi
tunggal bila sikap tersebut menghasilkan skala kumulatif. Sebagai contoh, jika seorang
responden yang setuju terhadap item 2, maka ia berarti juga setuju terhadap item nomor 1,
sedangkan seorang responden yang setuju dengan item 3 juga berarti ia setuju pada item
nomor 2 dan 1 dan seterusnya. Dengan kata lain, seseorang yang setuju pada item tertentu
dalam tipe skala akan mempunyai skor yang lebih tinggi pada skala total daripada seseorang
yang tidak setuju pada item tersebut.
Ketika membuat skala kumulatif, seorang peneliti harus menentukan, pertama, apakah
semua item membentuk skala berdimensi tunggal. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dapat
menganalisis reproduksi jawaban, yaitu proporsi prediksi kemudian dibuat dengan
menggunakan jawaban item-item utama. Kemudian bentuk jawaban yang sebenarnya
dipelajari, dan pengukuran dibuat dengan mempertim¬bangkan respons yang reproduktif
terhadap skor total. Skala Guttman mungkin merupakan teknik skala pengukuran yang paling
populer dan banyak digunakan pada penelitian sosial.
Kelebihan Skala Guttman :
 Pernyataan2 skala Guttman dapat diurutkan dalam suatu dimensi tertentu (tidak ada
pada skala Thurstone & Likert).
 Tdk memancing adanya response style (seperti pada skala Likert).
 memiliki reproduksibilitas yg lebih tinggi dibandingkan skala Likert.
 tdk memerlukan kelompok panel ahli, seperti pada skala Thurstone.
 memudahkan responden dlm pengisian krn responsnya dikotomi.
 memiliki pernyataan yg cenderung lebih sedikit.
 analisis skalogram menjadi dasar dalam item response test (IRT) theory.
 penggunaan lebih bervariasi, dpt digunakan selain mengukur sikap. Misal: observasi,
kemampuan kognitif, perkembangan, dsb.
 skala Guttman lebih berfokus pada pemaknaan hasil pengukuran.
 Skor dpt langsung diinterpretasikan tanpa perlu norma.
Kekurangan Skala Guttman :
 Skala sikap dgn tingkat pengukuran ordinal.
 Jumlah pernyataan tdk dapat banyak.
 Sebagai metode analisis dianggap ketinggalan jaman.
 Penggunaan terbatas utk topik2 tertentu.

Sumber:
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &. D.Bandung : Alfabeta.
https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSY310-kuliah-02-03-skala-Thurstone.pdf
https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/9323
https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/9323/7582
http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSY310-PSY310-Slide-11.pdf

Anda mungkin juga menyukai