Mei15
Mei15
BMKG
BULETIN
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir
dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa
depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek
lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi
keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan
dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta
mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Mei 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan
pasang surut bulan Mei 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian
informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada
masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-
rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar
buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-
yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau
PELINDUNG :
PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KELAS I HANG NADIM BATAM
PENANGGUNGJAWAB :
TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN
INFORMASI
ANGGOTA TIM :
YAYAN HERMAWAN
DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.
SRI SULISMIYATI, Ah.Mg.
DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.
SABILA RAHMABUDHI, A.Md.
PANDE MADE RONY, S.ST.
RIZKI ADZANI, S.ST.
NANGSIP CAHYANA, S.SI.
DUATI WARDANI, S.SI.
MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
KATA PENGANTAR
I. RINGKASAN 4
II. PENGERTIAN 5
3. MJO 19
VIII.DAFTAR ISTILAH 38
Page 4 EDISI 17 — MEI 2015
I. RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan April 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di
Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan April 2015 adalah sebagai berikut :
Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan
secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah
curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm. Angin bertiup dengan ke-
cepatan 10 hingga 25 km/jam, kondisi angin ini sangat signifikan dalam mendukung
proses pembentukan awan.
Untuk kondisi atmosfer di bulan April 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan
April berada pada sifat lemah hingga kuat. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup ber-
pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam.
Secara umum nilai OLR pada bulan April 2015 bernilai relatif rendah di wilayah Indo-
nesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 0-30. Nilai tersebut menunjukan bahwa
tutupan awan konvektif lebih sedikit di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka
laut di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015 berkisar antara 27.0 0C hingga
30.00C. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan
yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai
anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Kepulauan Riau sebesar -0.5 – 1,5
terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan April 2015 kondisi suhu muka laut
masih berada dalam kisaran normalnya. Tekanan udara masih lebih tinggi daripada dae-
rah equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju
equator (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan angin di wilayah Kepulauan Riau
dominan bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah
BBS (Belahan Bumi Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga memicu
terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator. Pada daerah
belokan angin terjadi penumpukkan dan pengangkatan massa udara sehingga
menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan
terjadinya hujan dan petir.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Mei 2015 hingga April 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian
Hang Nadim periode Mei1999 s.d April 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan
model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi
0.93898 dan RMSE (error) 18.1795 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2015
diprakirakan bersifat di bawah normal .
Page 5 EDISI 17 — MEI 2015
II. PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan
nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Mei 1901 s/d 31 Mei 1930, 1 Mei 1931 s/d 31 Mei 1960, 1 Mei 1961 s/d 31 Mei 1990, dan
seterusnya.
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta
dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-
lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-
pengaruhi keragaman iklim di Indonesia .
Page 6 EDISI 17 — MEI 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang
tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi
keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri
merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal
cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah
gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang
tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan
dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-
cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan
waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan ter-
jadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-
se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3
di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia
( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah
( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-
hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
Page 7 EDISI 17 — MEI 2015
1. Monsun
Pada bulan April matahari telah melewati equator dan mulai berada pada penjalarannya me-
nuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.8° yaitu dari
5.2°LU menuju 17°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator
yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan April 2014 tercatat
telah terjadi 1 siklon tropis yaitu Siklon Tropis Maysak. Siklon tropis dan pusat – pusat
tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi
kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah curah hu-
jan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau .
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monsstv2.png
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/
Page 8 EDISI 17 — MEI 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan
Riau pada bulan April 2015 berkisar antara 27.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat
(>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga
berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan
Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan
April 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya.
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan April, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah
equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator
(bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan
bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi
Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari
wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu
terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai
Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr. 3). Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan kon-
vektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.
Page 9 EDISI 17 — MEI 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan
10 hingga 25 km/jam. Kondisi angin ini cukup signifikan dalam mendukung proses pembentukan
awan.
Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan April 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan April, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
anomali SST Nino 3.4 pada akhir April sebesar +0.98°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern
Oscillation Index) pada April 2015 berada pada kondisi normal dengan nilai pada akhir bulan
Maret mencapai -3.0. Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan
jumlah curah hujan pada bulan September di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10 EDISI 17 — MEI 2015
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke
luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan
gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka
nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai anomali OLR pada bulan April bernilai 0 – 30 di
wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau. Nilai anomali OLR tersebut menunjukan
bahwa tutupan awan konvektif lebih sedikit di wilayah tersebut.
Page 11 EDISI 17 — MEI 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
MJO pada bulan April berada pada fase 2 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah
Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat
kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia
termasuk Batam .
Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12 EDISI 17 — MEI 2015
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran
normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir April IOD bernilai +0.070C. Sehingga
bisa diketahui bahwa selama bulan April 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam
menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepu-
lauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Berdasarkan data curah hujan bulan April 2015 yang diterima dari stasiun / AWS
(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka
evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2015 adalah sebagai berikut :
Page 13 EDISI 17 — MEI 2015
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai
dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah
curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm.
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi
selama bulan April 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang.
dengan nilai antara 0-200 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Ladi.
Page 15 EDISI 17 — MEI 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2015 Stamet Hang Nadim
a. Hujan
Sifat hujan bulan April 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan
selama sebulan berkisar 0,2 mm - 186 mm atau antara 0,07 % - 73,8 %. Curah hujan ter-
endah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Sie Ladi. Khusus di Hang Nadim dalam bulan
April 2015 terdapat 14 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total
curah hujan sebesar 96,2 mm atau berkisar 37,3% dari rata-rata yang berarti sifat hujan
Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 14 mm,
dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 2,5 mm, dan dasarian III terjadi 9
hari dengan curah hujan 79,7 mm. Curah hujan tertinggi 38,5 mm terjadi pada tanggal 27
April 2015.
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,8 - 29,5 ° C. Suhu udara ter-
endah dalam bulan April adalah 23,9 °C terjadi pada tanggal 29 April 2015 pagi hari dan
suhu udara tertinggi 34,1 °C terjadi pada tanggal 21 April 2015 siang hari.
Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan April 2015 di Hang Nadim
C. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 89 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 12 April 2015 siang hari, sedangkan
kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 20 April 2015 pagi hari. Dengan
demikian udara pada bulan April 2015 lebih kering dibandingkan bulan Maret 2015.
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III April 2015 angin permukaan secara umum
didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan ke-
cepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 47 km/jam terjadi pada tanggal 20
April 2015.
Page 17 EDISI 17 — MEI 2015
A. DINAMIKA ATMOSFER
Pada bulan Mei, posisi matahari bergerak semu menuju belahan bumi utara (BBU)
sebesar 5,8° yaitu dari 17,0° LU menuju 22,8° LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini
memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta
sebagian di perairan tropis. Sehingga dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada Mei 2015 diperkirakan berada di kawasan BBU dan tropis.
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2015
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut Rata-rata Tekanan Udara
periode Mei 2015 Bulan Mei 2015
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Mei secara dominan bertiup dari Bumi Bagian
Utara Selatan (BBS) menuju Bagian Utara Utara (BBU). Hal ini menyebabkan terjadinya per-
temuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Selain itu, daerah tekanan
rendah banyak terbentuk di barat Pulau Sumatera yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
awan di wilayah Kepulauan Riau. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline bulan Mei
dibawah ini:
Page 18 EDISI 17 — MEI 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM
(Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Mei akhir menunjukkan kondisi normal
dengan nilai mencapai -3.0. Sehingga diprakirakan untuk bulan Mei 2015 di wilayah Indo-
nesia akan terdapat penambahan jumlah curah hujan.
Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Mei 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan April 2015 dan Prakiraan Bulan Mei 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 30 April 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan
Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Mei 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/
Page 22 EDISI 17 — MEI 2015
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Mei di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun
(1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi tiga daerah konsentrasi hujan
selama bulan April. Daerah Rempang dan Galang curah hujannya 150 - 200 mm. Sedangkan
Batam Timur curah hujannya sedikit lebih rendah yaitu 50 - 200 mm, dan Batam Barat curah
hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 150 - 250 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di
Batam pada bulan Mei 2015 cenderung sama dengan bulan April dan peluang jumlah inten-
sitas curah hujan juga cenderung sama.
Page 23 EDISI 17 — MEI 2015
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada
dasarian I, II dan III berada di bawah normalnya.
Page 24 EDISI 17 — MEI 2015
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2015 di Barelang
dapat diprakirakan sebagai berikut:
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi
akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti
yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut
dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,
dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-
trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu
kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah
setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-
diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga
level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu
hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk
menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung
anomali pasang naik dan pasang surut air.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water
(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Wa-
ter (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya
terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya ter-
hadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan
Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan
prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabu-
paten Kota sebagai berikut :
Page 31 EDISI 17 — MEI 2015
I. KOTA BATAM 1
2
1. Batu Ampar, Mei 2015
V. KABUPATEN NATUNA