Anda di halaman 1dari 39

EDISI 17, MEI 2015

BMKG

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir
dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa
depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek
lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi
keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan
dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta
mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Mei 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan
pasang surut bulan Mei 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian
informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada
masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-
rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar
buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-
yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau

. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I


HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si.


NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI

PELINDUNG :
PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB :
TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN
INFORMASI

ANGGOTA TIM :

YAYAN HERMAWAN
DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.
SRI SULISMIYATI, Ah.Mg.
DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.
SABILA RAHMABUDHI, A.Md.
PANDE MADE RONY, S.ST.
RIZKI ADZANI, S.ST.
NANGSIP CAHYANA, S.SI.
DUATI WARDANI, S.SI.
MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM


Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466
Phone :
+62-778-761507 ext 1025
Fax. +62-778-761401
E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id
Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

I. RINGKASAN 4

II. PENGERTIAN 5

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM


A. KERAGAMAN HUJAN 5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN APRIL 2015 7
1. Monsun 7
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean
9
Dipole (IOD)
10
3. Madden - Julian Oscillation (MJO)
4. IOD (Indian Ocean Dipole) 12

C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2015 12


1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2015 Stamet 15
Hang Nadim

IV. PRAKIRAAN BULAN MEI 2015


A. DINAMIKA ATMOSFIR 17

1. Tekanan Udara dan Angin 17

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) 18

3. MJO 19

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) 21

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2015


1. Prakiraan Hujan Dasarian 23

2. Prakiraan Hujan Bulanan 24

V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS 26


LAUT BULAN MEI 2015

VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN MEI 2015 30

VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM 35


DAN BULAN TERBIT/TERBENAM MEI 2015

VIII.DAFTAR ISTILAH 38
Page 4 EDISI 17 — MEI 2015

I. RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan April 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di
Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan April 2015 adalah sebagai berikut :

 Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan
secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah
curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm. Angin bertiup dengan ke-
cepatan 10 hingga 25 km/jam, kondisi angin ini sangat signifikan dalam mendukung
proses pembentukan awan.

 Untuk kondisi atmosfer di bulan April 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan
April berada pada sifat lemah hingga kuat. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup ber-
pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam.
Secara umum nilai OLR pada bulan April 2015 bernilai relatif rendah di wilayah Indo-
nesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 0-30. Nilai tersebut menunjukan bahwa
tutupan awan konvektif lebih sedikit di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka
laut di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015 berkisar antara 27.0 0C hingga
30.00C. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan
yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai
anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Kepulauan Riau sebesar -0.5 – 1,5
terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan April 2015 kondisi suhu muka laut
masih berada dalam kisaran normalnya. Tekanan udara masih lebih tinggi daripada dae-
rah equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju
equator (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan angin di wilayah Kepulauan Riau
dominan bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah
BBS (Belahan Bumi Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga memicu
terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator. Pada daerah
belokan angin terjadi penumpukkan dan pengangkatan massa udara sehingga
menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan
terjadinya hujan dan petir.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Mei 2015 hingga April 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian
Hang Nadim periode Mei1999 s.d April 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan
model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi
0.93898 dan RMSE (error) 18.1795 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2015
diprakirakan bersifat di bawah normal .
Page 5 EDISI 17 — MEI 2015

II. PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan
nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Mei 1901 s/d 31 Mei 1930, 1 Mei 1931 s/d 31 Mei 1960, 1 Mei 1961 s/d 31 Mei 1990, dan
seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta
dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-
lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-
pengaruhi keragaman iklim di Indonesia .
Page 6 EDISI 17 — MEI 2015

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang
tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi
keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri
merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal
cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah
gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang
tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan
dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-
cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan
waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan ter-
jadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-
se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3
di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia
( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah
( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-
hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
Page 7 EDISI 17 — MEI 2015

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN APRIL 2015

1. Monsun

Pada bulan April matahari telah melewati equator dan mulai berada pada penjalarannya me-
nuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.8° yaitu dari
5.2°LU menuju 17°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator
yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan April 2014 tercatat
telah terjadi 1 siklon tropis yaitu Siklon Tropis Maysak. Siklon tropis dan pusat – pusat
tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi
kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah curah hu-
jan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau .

Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan April 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monsstv2.png

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan April 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/
Page 8 EDISI 17 — MEI 2015

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan
Riau pada bulan April 2015 berkisar antara 27.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat
(>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga
berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan
Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan
April 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan April 2015

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Pada bulan April, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah
equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator
(bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan
bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi
Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari
wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu
terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai
Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr. 3). Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan kon-
vektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.
Page 9 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan April 2015

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan
10 hingga 25 km/jam. Kondisi angin ini cukup signifikan dalam mendukung proses pembentukan
awan.
Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan April 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan April, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
anomali SST Nino 3.4 pada akhir April sebesar +0.98°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern
Oscillation Index) pada April 2015 berada pada kondisi normal dengan nilai pada akhir bulan
Maret mencapai -3.0. Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan
jumlah curah hujan pada bulan September di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke
luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan
gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka
nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai anomali OLR pada bulan April bernilai 0 – 30 di
wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau. Nilai anomali OLR tersebut menunjukan
bahwa tutupan awan konvektif lebih sedikit di wilayah tersebut.
Page 11 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan April 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

b. Fase MJO (Median Julian Oscillation)

MJO pada bulan April berada pada fase 2 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah
Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat
kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia
termasuk Batam .
Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12 EDISI 17 — MEI 2015

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran
normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir April IOD bernilai +0.070C. Sehingga
bisa diketahui bahwa selama bulan April 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam
menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepu-
lauan Riau.

Gbr.10 Grafik IOD

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan April 2015 yang diterima dari stasiun / AWS
(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka
evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2015 adalah sebagai berikut :
Page 13 EDISI 17 — MEI 2015

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan April 2015

Lokasi RR Maret 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan


Hang Nadim 96.2 167.9 Bawah Normal
Mukakuning 45.8 149.8 Bawah Normal
Nongsa 68.6 121.5 Bawah Normal
Tg. Uncang 127.0 240.6 Bawah Normal
Seiladi 186.0 158.6 Bawah Normal

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai
dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah
curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm.

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan April 2015


Page 14 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan April 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi
selama bulan April 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang.
dengan nilai antara 0-200 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Ladi.
Page 15 EDISI 17 — MEI 2015

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2015 Stamet Hang Nadim

a. Hujan

Sifat hujan bulan April 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan
selama sebulan berkisar 0,2 mm - 186 mm atau antara 0,07 % - 73,8 %. Curah hujan ter-
endah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Sie Ladi. Khusus di Hang Nadim dalam bulan
April 2015 terdapat 14 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total
curah hujan sebesar 96,2 mm atau berkisar 37,3% dari rata-rata yang berarti sifat hujan
Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 14 mm,
dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 2,5 mm, dan dasarian III terjadi 9
hari dengan curah hujan 79,7 mm. Curah hujan tertinggi 38,5 mm terjadi pada tanggal 27
April 2015.

Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan April 2015 di Hang Nadim


Page 16 EDISI 17 — MEI 2015

b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,8 - 29,5 ° C. Suhu udara ter-
endah dalam bulan April adalah 23,9 °C terjadi pada tanggal 29 April 2015 pagi hari dan
suhu udara tertinggi 34,1 °C terjadi pada tanggal 21 April 2015 siang hari.
Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan April 2015 di Hang Nadim

C. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 89 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 12 April 2015 siang hari, sedangkan
kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 20 April 2015 pagi hari. Dengan
demikian udara pada bulan April 2015 lebih kering dibandingkan bulan Maret 2015.

Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan April 2015 di Hang Nadim

d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III April 2015 angin permukaan secara umum
didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan ke-
cepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 47 km/jam terjadi pada tanggal 20
April 2015.
Page 17 EDISI 17 — MEI 2015

IV. PRAKIRAAN BULAN MEI 2015

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Mei, posisi matahari bergerak semu menuju belahan bumi utara (BBU)
sebesar 5,8° yaitu dari 17,0° LU menuju 22,8° LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini
memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta
sebagian di perairan tropis. Sehingga dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada Mei 2015 diperkirakan berada di kawasan BBU dan tropis.

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2015
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut Rata-rata Tekanan Udara
periode Mei 2015 Bulan Mei 2015

Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/


glbbld_DJF_nov2012.html composites/

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Mei secara dominan bertiup dari Bumi Bagian
Utara Selatan (BBS) menuju Bagian Utara Utara (BBU). Hal ini menyebabkan terjadinya per-
temuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Selain itu, daerah tekanan
rendah banyak terbentuk di barat Pulau Sumatera yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
awan di wilayah Kepulauan Riau. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline bulan Mei
dibawah ini:
Page 18 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Mei 2015

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)


ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi
penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di
wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National
Oceanic and Atmospheric Administration) dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for
Australia) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Sedang untuk Mei 2015. Sedangkan JAMSTEC
(Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) BMKG menyatakan bahwa ENSO
masih dalam kondisi lemah. Dengan demikian, diprediksi akan terdapat penambahan jumlah
curah hujan.

Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG


Page 19 EDISI 17 — MEI 2015

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM
(Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Mei akhir menunjukkan kondisi normal
dengan nilai mencapai -3.0. Sehingga diprakirakan untuk bulan Mei 2015 di wilayah Indo-
nesia akan terdapat penambahan jumlah curah hujan.

Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Mei 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)


Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan
di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau
disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 Maret s.d 12
Mei 2015 MJO berada pada fase 8 dan 1 atau berada pada wilayah Afrika hingga Samude-
ra Hindia bagian Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah
hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave
Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum
menunjukkan nilai -10 s.d +10 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data
anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d +10. Hal ini berarti
tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei cukup banyak.
Page 20 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan April 2015 dan Prakiraan Bulan Mei 2015

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 30 April 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/


Page 21 EDISI 17 — MEI 2015

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)


Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,
khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks
IOD awal Mei 2015 berada pada kisaran. -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.07
(gambar 7) dan prediksi bulan Mei 2015 bernilai -0.14. Sedangkan BMKG memprediksi nilai
indeks dipole mode April 2015 bernilai -0.04 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data
prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam
kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Mei 2015 tidak terjadi penambahan jumlah
curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam .

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Mei 2015 dari BoM

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/
Page 22 EDISI 17 — MEI 2015

5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Mei di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun
(1993-2014) diketahui:

Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi tiga daerah konsentrasi hujan
selama bulan April. Daerah Rempang dan Galang curah hujannya 150 - 200 mm. Sedangkan
Batam Timur curah hujannya sedikit lebih rendah yaitu 50 - 200 mm, dan Batam Barat curah
hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 150 - 250 mm.

Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di
Batam pada bulan Mei 2015 cenderung sama dengan bulan April dan peluang jumlah inten-
sitas curah hujan juga cenderung sama.
Page 23 EDISI 17 — MEI 2015

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian


Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Mei 2015 hingga April 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian
Hang Nadim periode Mei 1999 s.d April 2015.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan da-
sarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.93898 dan RMSE (error) 18.1795.

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2015 diprakirakan:

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

Dasarian Pertama Di Bawah Normal 60.9


Dasarian Kedua Di Bawah Normal 55.5
Dasarian Ketiga Di Bawah Normal 53.3

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada
dasarian I, II dan III berada di bawah normalnya.
Page 24 EDISI 17 — MEI 2015

2. Prakiraan Hujan Bulanan


Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat
diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Mei 2015 di wilayah Barelang
sebagai berikut:

Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2015


JUMLAH CURAH
WILAYAH
HUJAN
0 mm - 150 mm Batam dan Rempang
150 mm - 300 mm Galang
300 mm - 450 mm -
450 mm - 600 mm -

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2015


Page 25 EDISI 17 — MEI 2015

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2015 di Barelang
dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2015


SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal
Bawah Normal Batam, Rempang dan Galang

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2015


Page 26 EDISI 17 — MEI 2015

V. PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT


MEI 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau
pada bulan Mei 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software
Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus
laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2015

TINGGI ARAH & KECEP.


ARUS LAUT
WILAYAH PERAIRAN GELOMBANG ANGIN
( cm/s )
(m) ( km/Jam)

Batam - Tanjung Pinang 0,75 – 1 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Batam - Tarempa 1– 2 Tenggara – 10 Tenggara - 15

Batam - Natuna 1–2 Tenggara – 10 Timur - 20

Batam - Karimun 0,5 – 1, 5 Tenggara – 10 Utara - 5

Batam – Lingga 1– 1,5 Tenggara – 10 Tenggara – 5

Batam - Singapura 0,75 – 1 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Batam - Dumai 0,5 – 1,5 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Batam - Tambelan 1–2 Tenggara – 10 Tenggara - 5


Page 27 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Mei 2015

Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan April 2015


Page 28 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Mei 2015

Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2015


Page 29 EDISI 17 — MEI 2015

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Mei 2015

Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan April 2015


Page 30 EDISI 17 — MEI 2015

VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL)

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi
akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti
yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut
dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,
dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-
trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu
kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah
setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-
diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga
level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu
hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk
menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung
anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water
(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Wa-
ter (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya
terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya ter-
hadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan
Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan
prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabu-
paten Kota sebagai berikut :
Page 31 EDISI 17 — MEI 2015

I. KOTA BATAM 1
2
1. Batu Ampar, Mei 2015

2. Sekupang, Mei 2015


Page 32 EDISI 17 — MEI 2015

II. KABUPATEN BINTAN


3
1. Tanjung Uban, Mei 2015 4

2. Tanjung Pinang, Mei 2015


Page 33 EDISI 17 — MEI 2015

III. KABUPATEN KARIMUN


5
1. Tanjung Balai Karimun, Mei 2015

IV. KABUPATEN LINGGA

1. Dabo Singkep, Mei 2015


6
Page 34 EDISI 17 — MEI 2015

IV. KABUPATEN ANAMBAS


7
1. Selat Peninting, Mei 2015

V. KABUPATEN NATUNA

1. Sedanau, Mei 2015 8


Page 35 EDISI 17 — MEI 2015

VII. INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN


BULAN TERBIT/TERBENAM MEI 2015
1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
Location : E104 07, N01 07, May 2015
SUN MOON
DATE Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0556 1805 1603 0340
2 0556 1805 1647 0423
3 0556 1805 1733 0507
4 0556 1805 1820 0553
5 0556 1805 1910 0641
6 0555 1805 2002 0732
7 0555 1805 2055 0824
8 0555 1805 2149 0918
9 0555 1805 2243 1012
10 0555 1805 2337 1107
11 0555 1805 000 1201
12 0555 1805 0030 1254
13 0555 1805 0123 1347
14 0555 1805 0215 1440
15 0555 1805 0308 1534
16 0555 1805 0401 1629
17 0555 1805 0456 1724
18 0555 1805 0551 1820
19 0555 1805 0647 1916
20 0555 1805 0742 2011
21 0555 1805 0836 2104
22 0555 1805 0928 2155
23 0555 1805 1017 2243
24 0555 1806 1104 2328
25 0555 1806 1149 000
26 0555 1806 1233 0012
27 0555 1806 1316 0054
28 0555 1806 1358 0136
29 0555 1806 1442 0218
30 0556 1806 1527 0302
31 0556 1807 1614 0347

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang


Location : E104 32, N00 55, May 2015
SUN MOON
DATE Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0555 1803 1601 0339
2 0555 1803 1645 0421
3 0554 1803 1731 0506
4 0554 1803 1818 0552
5 0554 1803 1908 0640
6 0554 1803 2000 0730
7 0554 1803 2053 0823
8 0554 1803 2147 0916
9 0554 1803 2241 1011
10 0554 1803 2335 1105
11 0554 1803 000 1159
12 0554 1803 0029 1253
13 0554 1803 0121 1346
14 0553 1803 0213 1439
15 0553 1803 0306 1532
16 0553 1803 0400 1627
17 0553 1803 0454 1722
18 0553 1803 0549 1818
19 0553 1803 0645 1914
20 0554 1803 0741 2009
21 0554 1803 0835 2102
22 0554 1803 0927 2153
23 0554 1804 1016 2241
24 0554 1804 1103 2326
25 0554 1804 1148 000
26 0554 1804 1231 0010
27 0554 1804 1314 0052
28 0554 1804 1357 0134
29 0554 1804 1440 0217
30 0554 1804 1525 0300
31 0554 1805 1612 0346
Page 36 EDISI 17 — MEI 2015

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna


Location : E108 24, N03 55, May 2015
SUN MOON
DATE Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0536 1751 1546 0322
2 0536 1751 1631 0404
3 0536 1751 1717 0448
4 0535 1751 1805 0533
5 0535 1751 1856 0621
6 0535 1751 1948 0710
7 0535 1751 2041 0803
8 0535 1751 2135 0856
9 0535 1751 2229 0951
10 0534 1751 2322 1046
11 0534 1751 000 1141
12 0534 1751 0015 1235
13 0534 1751 0106 1329
14 0534 1752 0158 1423
15 0534 1752 0249 1517
16 0534 1752 0342 1613
17 0534 1752 0435 1709
18 0534 1752 0530 1806
19 0534 1752 0625 1902
20 0534 1752 0720 1957
21 0534 1752 0814 2050
22 0534 1752 0907 2140
23 0534 1753 0957 2228
24 0534 1753 1044 2313
25 0534 1753 1130 2356
26 0534 1753 1214 000
27 0534 1753 1258 0037
28 0534 1753 1341 0118
29 0534 1754 1425 0200
30 0534 1754 1511 0243
31 0534 1754 1558 0327

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun


Location : E103 23, N01 03, May 2015
SUN MOON
DATE Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0559 1808 1606 0343
2 0559 1808 1650 0426
3 0559 1808 1736 0510
4 0559 1808 1823 0556
5 0559 1808 1913 0645
6 0558 1808 2005 0735
7 0558 1808 2058 0827
8 0558 1808 2152 0921
9 0558 1808 2246 1015
10 0558 1808 2340 1110
11 0558 1808 000 1204
12 0558 1808 0033 1257
13 0558 1808 0126 1350
14 0558 1808 0218 1443
15 0558 1808 0311 1537
16 0558 1808 0404 1632
17 0558 1808 0459 1727
18 0558 1808 0554 1823
19 0558 1808 0650 1919
20 0558 1808 0745 2014
21 0558 1808 0839 2107
22 0558 1808 0931 2158
23 0558 1808 1021 2246
24 0558 1808 1108 2331
25 0558 1809 1152 000
26 0558 1809 1236 0015
27 0558 1809 1319 0057
28 0558 1809 1401 0139
29 0559 1809 1445 0222
30 0559 1809 1530 0305
31 0559 1809 1617 0350
Page 37 EDISI 17 — MEI 2015

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep


Location : E104 34, S00 28, May 2015
SUN MOON
DATE Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0556 1802 1601 0339
2 0556 1802 1644 0422
3 0556 1802 1730 0506
4 0556 1801 1817 0553
5 0556 1801 1906 0641
6 0555 1801 1958 0732
7 0555 1801 2051 0824
8 0555 1801 2145 0918
9 0555 1801 2240 1012
10 0555 1801 2334 1107
11 0555 1801 000 1200
12 0555 1801 0027 1253
13 0555 1801 0120 1346
14 0555 1801 0213 1438
15 0555 1801 0306 1531
16 0555 1801 0400 1626
17 0555 1801 0455 1721
18 0555 1801 0551 1816
19 0555 1801 0647 1912
20 0555 1801 0742 2007
21 0555 1801 0836 2100
22 0555 1801 0928 2151
23 0556 1801 1017 2239
24 0556 1801 1104 2325
25 0556 1801 1149 000
26 0556 1802 1232 0009
27 0556 1802 1314 0052
28 0556 1802 1356 0134
29 0556 1802 1439 0217
30 0556 1802 1524 0301
31 0556 1802 1610 0347

6. Stasiun Meteorologi Tarempa


Location : E106 15, N03 12, May 2015
SUN MOON
DATE Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0545 1759 1555 0331
2 0545 1759 1639 0413
3 0545 1759 1726 0457
4 0545 1759 1814 0543
5 0545 1759 1904 0630
6 0544 1759 1956 0720
7 0544 1759 2049 0812
8 0544 1759 2143 0906
9 0544 1759 2237 1001
10 0544 1759 2330 1056
11 0544 1759 000 1150
12 0544 1759 0023 1244
13 0544 1759 0115 1338
14 0544 1759 0207 1432
15 0543 1759 0258 1526
16 0543 1759 0351 1621
17 0543 1759 0445 1717
18 0543 1759 0540 1814
19 0543 1800 0635 1910
20 0543 1800 0730 2005
21 0543 1800 0824 2058
22 0543 1800 0917 2148
23 0543 1800 1006 2236
24 0543 1800 1054 2321
25 0543 1800 1139 000
26 0543 1801 1223 0004
27 0544 1801 1307 0046
28 0544 1801 1350 0127
29 0544 1801 1434 0209
30 0544 1801 1519 0252
31 0544 1801 1607 0337
Page 38 EDISI 17 — MEI 2015

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata


Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses
pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin
kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki
wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada
saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
(Indian Ocean Dipole)
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
(Dipole Mode Index)
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan
uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya
secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung
berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian
besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO : Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
(El Nino-Shouthern
Oscillation)
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
wilayah yang luas
ITCZ : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
(Intertropical
Convergence Zone) yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan
cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39 EDISI 17 — MEI 2015

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum


menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO : Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
(Madden-
Novemberan tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan
Oscillation) penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan
hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar
ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya
akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun
yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan
dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,
1978-2007, dsb)
OLR : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
(Outgoing
Longwave dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
Radiation). konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan
konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
(Southern
Oscillation Index) atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,
dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-
ungan dengan fenomena cuaca

Anda mungkin juga menyukai