Anda di halaman 1dari 3

TRANSFORMASI KURIKULUM PENDIDIKAN UNTUK INDONESIA MAJU

OLEH
JIMI ASMARA
DOSEN STIKOM UYELINDO KUPANG
MAHASISWA S3 TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA

Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan oleh


karenanya pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran pemikiran secara filsafat, psikologi,
ilmu pengetahuan teknologi dan budaya. Landasan filsafat pendidikan akan menelaah fungsi
sebuah kurikulum secara mendalam sehingga dapat menemukan substansi dari sebuah kurikulum
pendidikan. Kurikulum menurut Ronald C. Doll, merupakan perencanaan yang ditawarkan
bukan yang diberikan, oleh karenanya pengalaman yang diberikan guru belum tentu ditawarkan.
Dengan demikian seluruh konsep pendidikan di sekolah dapat dan harus ideal. Kurikulum harus
membicarakan tentang keharusan dan bukan kemungkinan. Kemudian bimbingan dan arahan
tidak saja tugas dan kewajiban guru tetapi menjadi kewajiban sekolah yang komponennya tidak
hanya sekedar guru, tetapi juga kepala sekolah, karyawan dan unsur lain yang terkait dengan
pendidikan. Selain itu Kurikulum diartikan dengan suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan kurikulum
2006, 2013,sampai pada saat ini penerapan kurikulum merdeka. Transformasi ini merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat dan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada sebuah negara.
Seluruh kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan
UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya
Histori kurikulum di Indonesia Untuk melihat sejarah perkembangan kurikulum di
Indonesia, maka sejarah yang mempengaruhi lahirnya kurikulum di Indonesia merupakan sebuah
keniscayaan untuk diketahui. Dalam menelusuri kebijakan pendidikan di Indonesia, mengingat
kesulitan literatur yang memadai untuk keperluan bahan yang disajikan. Maka sejarah kebijakan
pendidikan di Indonesia akan diawali dengan zaman kerajaan-kerajaan di bawah pengaruh
agama Hindu dan Budha seperti Majapahit, Sriwijaya, dan sebagainya Pada zaman tersebut
secara relatif dapat dikatakan terdapat kebijakan pendidikan yang berarti karena umumnya
pendidikan diarahkan pada kesempurnaan pribadi (terutama lapisan atas) dalam hal agama,
kekebalan dan kekuatan fisik, keterampilan memainkan senjata tajam dan menunggang senjata.
Sedang bagi rakyat jelata atau lapisan bawah, relatif belum memperoleh pendidikan karena
hanya diperlakukan sebagai budak atau tenaga kasar. Pada zaman dahulu setidaknya terdapat 3
sistem pendidikan yaitu sistem pendidikan langgar, sistem pendidikan pesantren dan sistem
pendidikan madrasah. Pertama sistem pendidikan langgar yaitu di mana pelajaran diberikan yang
diawali dengan membaca al-Qur‟an, pelajaran yang diberikan secara individual, meskipun
beberapa murid bersama-sama bersila menghadap guru. Pelajaran diberikan antara 1 sampai 2
jam sehari pada pagi atau petang hari. Biaya sekolah tidak dipungut tetapi hanya kerelaan orang
tua mereka masing-masing yang diserahkan berupa uang atau pun barang, bahkan bagi yang
miskin yang tak mampu untuk membayar tidak perlu membayarnya. Kedua sistem pendidikan
pesantren. Sistem pendidikan pesantren dapat dikatakan lanjutan daripada sistem pendidikan
langgar, di mana setelah mendapatkan pelajaran elementer keagamaan di langgar-langgar,
pelajaran dilanjutkan sebagai santri/murid pada pondok pesantren. Pelajaran dilakukan secara
individual dalam bilik-bilik yang terpisah dengan pengawasan guru-guru mereka. Sebagai
pelajaran utama adalah tentang dogma keagamaan (ushuluddin) yaitu dasar kepercayaan dan
keyakinan Islam, kemudian fikih. Ketiga, sistem pendidikan madrasah mulai mempelajari ilmu
ilmu tentang keduniawian seperti astronomi dan ilmu obat-obatan.
Factor perubahan kurikulum diindonesia Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 40-41),
ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai
Negara dewasa ini, yaitu: Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum
kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini
mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita
nasional merdeka. Untuk itu, mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting
di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada. Perkembangan IPTEK yang pesat sekali.
Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di
sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di
dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya
teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan
sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
Pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia dengan bertambahnya penduduk, maka makin
bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara
atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan
kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga
faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum
yang kita alami dewasa ini. Perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi
kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama
Sejarah pendidikan Indonesia selalu naik turun terkadang maju dan pada saat yang lain
menjadi surut. Sejarah pendidikan Indonesia tentu saja memuat kurikulum di dalamnya di mana
dalam perjalanannya selalu terjadi perubahan, di mulai dari kurikulum 1947, 1968, 1975, 1984,
1994, CBSA, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan kurikulum merdeka saat ini yang lahir dari berbagai kebijakan baik karena politik
pendidikan ataupun karena untuk menyempurnakan sebuah kurikulum yang telah ada agar
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik seperti yang diinginkan. Merdeka belajar
merupakan bagian dari kebijakan baru yang ditetapkan oleh Kementerian Pendiikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Menurut Nadiem, bahwa
kebijakan kurikulum terkait merdeka belajar harus dilakukan penerobosan awal terlebih
dahulu kepada para pendidik sebelum hal tersebut disampaikan atau diterapkan kepada
peserta didik. Selain itu, Nadiem juga mengatakan terkait komptensi guru yang levelnya
berada di level apapun itu, tanpa adanya proses penerjemahan dari kompetensi dasar yang
ada serta erat kaitannya dengan kurikulum maka pembelajaran tidak akan terjadi. Perubahan
kurikulum yang terjadi bukan hanya terjadi karena terjadinya perubahan stuktural pemimpin
dalam lembaga pendidikan namun juga karena kebutuhan dunia pendidikan ketika terjadinya
perubahan kurikulum. Kalau dilihat lebih jauh masing-masing kurikulum ini memiliki kelebihan
dan kekurangan dari kurikulum yang satu dengan lainnya oleh karenanya pemahaman dari
pendidik dalam memahami dan menguasai sebuah kurikulum sangatlah dibutuhkan agar antara
pendidik dengan tujuan kurikulum sejalan sehingga dapat tercapai tujuan kurikulum pendidikan
yang telah di tentukan oleh negara Pendidikan yang terus di sesuaikan dengan berbagai macam
perubahan globalisasi semakin dapat meningkatkan suatu pola pikir yang terdapat pada peserta
didik milenial guru/tanaga pengajar yang milenial demi terciptanya indonesia maju. Peran
peserta didik dan guru di sini tidak hanya sekedar menjadi pelaku pasif namun perlu menjadi
pelaku aktif yang masuk di dunia pendidikan. yang dapat memberikan sebuah perubahan guna
menjadikan indonesia menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya peran dari pemerintah
(kementerian pendidikan) yang diiringi dengan kemajuan pendidikan di era revolusi industri
yang semakin berkembang , melalui transformasi kurikulum Indonesia dapat di arahkan menjadi
negara di dunia pendidikan yang lebih baik lagi sehingga tercapai “ mencerdasakan kehidupan
bangsa” yang sesuai amanah UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai