Anda di halaman 1dari 45

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan penulis akan membahas latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, mamfaat penelitian, sistematika

penulisan.

Latar belakang masalah

Guru merupakan unsur penting dalam proses belajar mengajar, serta memiliki

tanggung jawab yang besar. Sebagai seorang guru peranan dan keahlian yang baik sangat

mempengaruhi bagaimana pengajaran dan pencapaian hasil yang diharapkan dalam

pendidikan. Guru merupakan pembimbing siswa untuk mengenal, memahami dan mampu

memberikan solusi permasalahan yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya menguasai materi

pembelajaran atau pandai dalam menyampaikan materi yang diajarkan, namun seorang guru

harus mampu menggali potensi yang ada pada dirinya dan siswa sehingga ada suatu nilai,

perubahan yang didapatkan dari hasil pembelajaran yang dilakukan, baik dalam proses

pendidikan bahkan kepada lingkungan.

Guru atau pendidik mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2, pendidik
2

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik.

Menurut peraturan pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis

kompetensi yakni:

a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.


Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan proses belajar
mengajar dan kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi pedagogik ini
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi kepribadian, guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
sebagai pengajar, memiliki kepribadian yang baik sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.
c. Kompetensi profesional, mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan
dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi
yaitu menguasai konsep teoritik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu
menggunakan media dalam proses belajar mengajar.
d. Kompetensi sosial, kompetensi sosial yang dimiliki guru adalah menyangkut
kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka ( seperti
orangtua, tetangga dan sesama teman ).1
Kompetensi merupakan satu modal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh

seorang guru untuk mencapai pengajaran yang maksimal kepada peserta didik. Pengertian

dasar kompetensi ( competency ) adalah kemampuan atau kecakapan. Adapun kompetensi

guru menurut Barlow ( 1985 ) ialah The ability of a teacher to responsibly perform his or her

duties appropriately. Artinya, kompetensi Guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban- kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi,

kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru

dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya guru yang bagus dalam melaksanakan

profesinya disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Profesional ( professional )

1
Andar Gultom, profesionalisme, Standart Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK ( Bandung: Bina
Media Informasi, 2007 ), 38
3

dari kata profession ( pekerjaan ) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Maka

pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan

kemampuan tinggi sebagian sumber kehidupan.2 Maka sehubungan dengan itu, masalah yang

terpenting adalah bagaimana seorang guru memiliki kemampuan yang baik serta mampu

menggunakan kompetensinya dalam melakukan setiap tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pengajar sehingga mencapai keberhasilan dalam pengajaran yang dilakukannya.

Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus

dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajar dengan berhasil.3

Maka sehubungan dengan itu, Guru yang dikatakan profesional adalah guru yang mampu

melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta menguasai materi ajar, mampu

menggunakan media pembelajaran, mampu menyampaikan materi pembelajaran, mampu

mengevaluasi hasil pembelaran siswa, mampu membimbing siswa, mampu memecahkan

permasalahan siswa dengan cara mengenal karakter siswa dan mampu mengevaluasi peserta

didik yang diharapkan untuk menghasilkan perubahan bagi guru maupun kepada peserta

didik. Materi yang disajikan seorang guru yang profesional harus mampu melihat apa yang

menjadi kebutuhan siswa sehubungan dengan apa yang terjadi pada siswa yang diajar,

sebagaimana kehidupan dan lingkungan sekolah dan masyarakat.

Guru pendidikan Agama Kristen ( PAK ) adalah figur manusia yang menempati posisi

dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika banyak gejolak permasalahan

dalam pendidikan terutama kepada siswa/i, figur guru PAK mesti dilibatkan dalam persoalan

formal dalam pendidikan dan karakter di sekolah. Karena harapan guru PAK mampu

memberikan sumbangsih yang berpengaruh kepada persoalan formal dalam pendidikan,

teramat khusus perubahan karakter dan pola pikir di sekolah, yaitu melalui sikap, dalam

2
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995 ) hal 229-230
3
Hamzah B. Uno, Profesi Keguruan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) 18
4

pengajaran. Dimana karakter buruk yang peneliti temukan di lapangan yaitu: malas belajar,

malas mengerjakan bersekutu, merokok, cabut, asusila, tidak peduli kepada diri sendiri dan

orang lain, mencuri, rendah diri, tidak menghargai orang lain, cakap kotor. Hal ini juga

dipengaruhi ketidakprofesionalan guru yaitu: kurangnya motivasi guru dalam memberikan

teladan sikap yang baik kepada murid, maupun cara berbicara yang kurang baik, serta

penekanan nilai pendidikan karakter kepada peserta didik, guru belum mampu menjadi garam

dan terang kepada siswa dengan kurangnya sosialisasi kepada peserta didik, serta pola

pengajaran yang kurang menarik. Hal ini akan berpengaruh sekali kepada karakter peserta

didik yang tujuannya untuk memuliakan Allah.

Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “ education ” dalam bahasa inggris kata

“ education” berasal dari bahasa latin: educare yang berarti membimbing (to lead) ditambah

awalam “ e” yang berarti keluar (out). Jadi arti dasar dari pendidikan adalah: suatu tindakan

untuk membimbing keluar.4 Maka sehubungan dengan itu, dalam pengajaran Pendidikan

Agama Kristen yang diteladankan oleh Yesus sendiri dalam pengajaran-Nya untuk membawa

orang- orang mengerti dan memahami arti pengajaran-Nya, sehingga orang yang tidak

mengerti dibawa keluar dari pola pikirnya dan diubahkan menjadi memahami arti dari

pengajaran-Nya, dan itu yang harus diteladankan dalam Pendidikan Agama Kristen, untuk

membawa siswa/i mengerti dan memahami pengajaran dari Yesus Kristus sebagai Guru

Agung, dan membawa mereka kedalam perubahan berkarakter Kristus.

Guru PAK yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memahami dan

menguasai substansi yang terkat dengan materi PAK, dan karakteristik siswa/i. Pendidikan

karakter adalah salah satu materi yang diajarkan oleh guru PAK maka dari salah satu syarat

penting bagi guru adalah paham akan Firman Tuhan untuk membawa pendidikan karakter

siswa, menerapkan materi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, menerapkan hasil

4
Daniel Nuhamara, M.Th, Pembimbing PAK, ( Bandung: Jurnal Info Media, 2007 ) 8
5

pembelajaran dalam kehidupan. Muatan karakter dalam pengajaran yang ada di SMA Negeri

1 Sipora yaitu gaya hidup modren, menjadi Murid Yesus Kristus, menghargai orang lain,

persahabatan, pacaran, citra pelajar Kristen, Kamu adalah garam dan terang Dunia, Hidup

damai dengan semua orang, tanggung jawab anak kepada orang tua, kepada guru dan Gereja.

Melalui muatan karakter yang ada dalam pembelajaran yang diajarkan, maka penekanan nilai

serta penanaman konsep kepada peserta didik membuka pola pikir peserta didik bagaimana

seharusnya dilakukan dalam hidup mereka itu dapat diajarkan baik dalam tindakan kelas

maupun teladan yang diberikan kepada peserta didik.

Tujuan pendidikan merupakan mencerdaskan peserta didik, baik melalui perubahan

pemahaman dan cara berpikir. Seiring dengan kecerdasan itu maka perubahan karakter yang

harus dimiliki peserta didik itu sangat juga perlu diperhatikan dan dibina melalui pengajaran

yang baik kepada mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “ karakter ” berarti

sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,

tabiat, watak. “Karena semua orang dilahirkan dengan kebutuhan yang hampir sama, yaitu

kebutuhan untuk merasa aman dan dihargai, diterima, diperhatikan dan disenangi, diampuni

dan mengampuni, merasa aman sebagaimana adanya”5, maka sehubungan dengan itu,

karakter yang diharapkan dalam pribadi setiap orang sangat berpengaruh dalam proses

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai karakter yang baik maka

dibutuhkan pemahaman yang jelas dan dasar yang benar.

Karakter berasal dari bahasa Yunani Charassein, yang berarti “ membuat tajam ”,

atau“membuat dalam. Secara konseptual, “ karakter ” dipahami dalam dua pengertian.

Pertama, bersifat deterministik yang berarti sekumpulan kondisi rohaniah pada diri kita yang

sudah dianugrahkan. Kedua, bersifat non deterministik atau dinamis yaitu tingkat kekuatan

atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi rohaniah yang sudah ada. Maka

5
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani ( Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006 ) 9
6

dapat dipahami, orang yang bersikap pasrah pada kondisi- kondisi diri yang sudah ada,

disebut karakter lemah. Di sisi lain, mereka yang tidak mau menerima begitu saja kondisi-

kondisi diri yang sudah ada, berusaha mengatasinya, di sebut berkarakter kuat atau tangguh.6

Sehubungan dengan itu, karakter dalam diri peserta didik harus dibangun dan dipulihkan

karena mereka berusaha menyempurnakan diri belajar terus itulah yang membuat karakter

seseorang itu kuat, meskipun menghadapi tekanan dari luar dan dari dalam. Dengan

menyadari hal itu maka pengertian, pengajaran serta bimbingan yang jelas sangat diperlukan

untuk menyadarkan karakter atau sikap yang tidak baik. Pendidikan karakter adalah upaya

yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik ( good character )

berlandaskan kebajikan yang tinggi ( kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik )

yang secara objektif baik individu maupun masyarakat.

Karakter adalah hakikat, sifat dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan

melalu pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan atau konteks di mana ia hidup.7 Maka

sehubungan dengan itu karakter merupakan penyatuan yang beriringan dan saling

berhubungan antara akal-budi, perasaan dan tubuh yang diaplikasikan dalam perkataan

ataupun dalam tindakan baik ketika dengan orang lain maupun ketika melakukan aktivitas

sendiri.

Dengan demikian di sini dibutuhkan integritas seorang guru. dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, integritas diartikan sebagai mutu, sifat, kedaaan yang menunjukkan

kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan

kewibawaaan, kejujuran dan dapatdipercaya.8

6
Saptono, M.Pd, Dimensi- dimensi Pendidikan Karakter ( Salatiga: Erlangga, 2011 ) 17-18
7
Yakop Tomatala, pemimpin yang handal, ( Jakarta: YT Leadership Foundation, 1996 ) 41
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Cet.3, Jakarta: Balai
Pustaka, 1990 ), 335
7

Namun kenyataan di lapangan sejauh pengamatan penulis, masih kurangnya

implementasi kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Kristen dalam pendidikan

karakter siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala- gejala sebagai berikut: Masih ada guru

Pendidikan Agama Kristen yang tidak sunguh-sungguh menyadari panggilannya sebagai guru

Pendidikan Agama Kristen sehingga tidak menjalankan tugasnya sebagai guru Pendidikan

Agama Kristen dengan baik. Masih ada guru Pendidikan Agama Kristen yang bertindak kasar

kepada siswa dalam proses pembelajaran yang menekan mental siswa tersebut. Masih ada

guru Pendidikan Agama Kristen yang kurang disiplin waktu terlebih pada saat pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen sehingga siswa/i terkontaminasi menjadi kurang disiplin waktu

juga. Masih ada guru Pendidikan Agama Kristen yang belum mampu mengaplikasikan

Firman yang diajarkan sehingga pengajarannya tidak mempengaruhi karakter siswa. Masih

ada guru Pendidikan Agama Kristen yang belum memahami kompetensi profesional dalam

pengajaran Pendidikan Agama Kristen sehingga guru hanya menuntut siswa untuk

melakukan apa yang diajarkan saja.

Sehubungan dengan itu, salah satu yang dapat menolong guru PAK dalam

menumbuh-kembangkan karakter siswa dengan cara keprofesionalannya dalam mengajar

serta tindakan yang dicerminkan akan membuat siswa memiliki kesadaran akan pentingnya

mempergunakan waktu yang ada, arif dan bijak sana, tidak mengikut nafsu dunia, tetapi

sebaiknya kepada pembentukan nilai pribadi, identitas, maupun pandangan hidup yang sering

kali membuat siswa merasa ragu- ragu terhadap identitas dirinya, arti hidup yang benar, serta

menghargai dirinya sendiri.

“ pandangan kita atas diri kita sendiri akan sangat mempengaruhi semua bidang
kehidupan kita. Kalau pandangan kita atas diri kita sendiri baik dan berdasarkan
prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka kehidupan kita akan berdampak stabil dan kita
juga akan memperoleh keuntungan- keuntungan yang lain. Sebaliknya, kalau
8

pandangan kita atas diri sendiri berdasarkan sistem dunia ini, maka kita akan
bertindak seperti orang- orang dunia”9
Bagi remaja, Allah adalah Pribadi yang berperan dalam hidupnya. Dia menjadi

sahabat yang paling karib. Di lubuk hati mereka, ada komitmen dan loyalitas yang sangat

mendalam terhadap Allah tempat ia menimba seluruh kepercayaannya. Oleh karena

kepercayaan mereka kepada Allah, maka mereka tidak bergantung sepenuhnya kepada orang

lain.10 Oleh karena itu, hidup yang bergantung kepada Allah akan membantu mengenal diri

mereka sendiri dan identitas mereka yang membentuk karakter mereka, melalui pengajaran

dan keteladanan yang menolong setiap peserta didik. Pengajaran yang dimaksud yaitu

pengajaran yang diteladankan Kristus bagi seorang guru maupun kepada peserta didik yang

diharapkan mampu memberikan buah yang baik sebagai pengenalan akan Kristus.

Namun kenyataan di lapangan penulis temukan, sejauh pengamatan penulis, masih

kurangnya karakter dalam pendidikan karakter siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala-

gejala sebagai berikut: Masih ada siswa yang melakukan asusila sehingga menikah dibawah

umur. Masih ada siswa malas berdoa ketika dalam pembelajaran PAK di sekolah. Masih ada

siswa yang tidak peduli pada diri sendiri seperti cabut, malas membuat tugas. Masih ada

siswa yang suka kata kotor, suka berbohong, tidak memiliki percaya diri atauh rendah diri.

Masih ada siswa yang tidak menghargai guru.

Guru PAK yang profesional harus memahami karakter siswa di dalam pembelajaran,

agar siswa tidak menganggap sepele Pendidikan Agama Kristen. Mata pelajaran ini

merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk ditingkatkan di sekolah, karena

membentuk moral, karakter, etika, dan spritual. Untuk itu guru PAK harus mampu menjadi

guru yang profesional agar siswa mampu mencintai dan mengalami perjumpaan dengan

Kristus yang membantu pembentukan karakter peserta didik. Dalam kehidupan peserta didik

9
Tom Yeakley, Watak Pekerja Kristus, ( Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 1999 ) 17
10
Dien Sumiyantiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, ( Yogyakarta: Andi, 2006 ) 128-129
9

di SMA Negeri 1 Sipora yaitu belum memakai waktu dengan seksama artinya tidak memakai

waktu dengan benar, atau tidak mempergunakan hidup dengan baik, bahkan masih memakai

hidup kepada dunia. Bebal dalam arti sukar mengerti, tidak menanggapi apa yang sudah

didengar dari pengajaran. Namun yang harus dilakukan yaitu Arif artinya bijak sana, berilmu,

mengerti dengan cara melakukan dari hasil pengajaran teramat khusus pengajaran dari

Firman Allah. Serta mengerti kehendak Tuhan yang dimaksud adalah mempergunakan hidup

ini baik di masa remaja untuk Tuhan, suka persekutuan, menjadi teladan baik perkatanan dan

perbuatan, bertanggung jawab dalam hidup ( Efesus 5:15-17 ). Bahkan Firman Tuhan dalam

Roma 12:2, menjelaskan agar tidak serupa dengan dunia namun berubah oleh pembaharuan

budi yang artinya menggunakan kebijaksanaan yang diberikan Tuhan untuk bertindak . Untuk

itu guru profesional harus mengerti akan karakter yang mereka miliki dan mampu

memberikan konsep pemikiran yang jelas kepada peserta didik, sebagai mana karakter

Kristus yang harus diteladankan kepada peserta didik.

Karakter bukanlah kata yang asing bagi dunia keagamaan, termasuk di dalam

kekristenan. Namun banyak orang tetap melihat karakter itu tidak terlalu berpengaruh kepada

masa depan sehingga sering diabaikan. Pengertian yang sempit tentang karakter,

mengakibatkan mereka tidak menjaga diri, tidak mengenal diri sendiri dengan benar, bahkan

tidak sedikit yang menukar kebiasaan yang baik dengan alasan materi, jabatan, wanita, pria

dan sebagainya.

Sedikitnya, ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu

lebih sungguh- sungguh menjadikan dirinya terpat terbaik bagi pendidikan karakter. Keempat

alasan itu adalah :

a. Karena banyak keluarga ( tradisional maupun non tradisional ) yang tidak


melaksanakan pendidikan karakter.
b. Sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak
yang baik.
10

c. Kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan.


d. Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas
tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada peranannya
sebagi seorang guru.11
Guru sebagai teladan yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,

mengajar, dan membimbing peserta didik. Guru adalah orang yang mampu merancang

program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik

mencapai tingkat kedewasaan dalam berpikir maupun karakter sesuai dengan tujuan proses

pendidikan.

Hubungan peserta didik dan guru sangat diperlukan di dalamnya karena adanya

hubungan timbal balik dan respon dari guru dan siswa akan menghasilkan tujuan yang di

inginkan lebih khusus lagi kepada karakter peserta didik. Tugas mengajar guru PAK harus

berpedoman kepada pengajaran Yesus Kristus sebagai Guru Agung, guru PAK juga harus

mampu memahami kebenaran Firman Tuhan sebagai landasan materi pengajaran yang

diberikan kepada peserta didik.

Di samping pribadi Yesus mahir akan Firman Tuhan, seorang Guru perlu mengenali

sifat- sifat manusia.12 Berarti ketika seorang Guru PAK mengajar maka mengenali

kepribadian atau karakter itu sangat diperlukan, di mana dengan mengenali karakter siswa,

materi dan tujuan pembelajaran akan dapat dipahami dan dimengerti dan dilakukan dengan

baik.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul penelitian :

“ Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Pendidikan

Karakter Siswa Menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015”

Identifikasi masalah

11
Ibid , 4
12
J. M. Price, Yesus Guru Agung ( Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1994 ) 12
11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa identifikasi masalah

adalah “ penerapan atau penentuan identitas ”13

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akba mengatakan bahwa “ identifikasi masalah

adalah suatu tahap permulaan dari penugasan masalah ”14

Dari uraian yang sudah dipaparkan penulis dalam latar belakang, maka ada berapa

pokok masalah yang akan dipaparkan dalam identifikasi masalah sebagai proses perumusan

masalah dan harus menggambarkan masalah dalam topik maupun judul. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya adalah:

1. Diidentifikasikan siswa Kristen di SMA Negeri 1 Sipora kurang memiliki minat

belajar PAK, karena guru kurang profesional dalam pelaksanaannya. Yang

menjadi pertanyaan, bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru PAK di

SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015 ?

2. Diidentifikasikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora kurang mengalami

perubahan sejak belajar PAK di dalam sekolah, karena sikap siswa sehari- hari

masih menunjukkan sikap yang jauh dari Tuhan, seperti perbuatan asusila ( hamil

di luar nikah ), malas beribadah, malas membawa alkitab, suka berbohong, malas

berdoa, rendah diri, tidak peduli kepada diri sendiri dan sesama, tidak percaya diri,

marah, bertutur kata tidak baik/ cakap kotor pada saat pembelajaran PAK dan di

lingkungan masyarakat. Timbul pertanyaan, bagaimana pendidikan karakter siswa

di SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015?

3. Diidentifikasikan cara belajar siswa di SMA Negeri 1 Sipora kurang mengalami

kemajuan dalam belajar PAK, karena masih banyak siswa tidak serius dalam

mengerjakan tugas-tugas, malas persekutuan, yang menjadi pertanyaan,

13
W.J.S. Poerwodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1985 ) 65
14
Husaini Usman & purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, ( Bandung: Bumi Aksara ) 18
12

bagaimana keteladanan integritas guru PAK terhadap pendidikan karakter siswa di

SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

4. Diidentifikasikan pembelajaran materi PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015 kurang mempengaruhi karakter siswa. Karena kurangnya

kompetensi profesional guru PAK dalam pelaksanaannya membuat siswa tidak

mengalami perubahan karakter dalam kehidupan tingkah laku serta cara berpikir

dan dalam kerohaniannya. Muncul pertanyaan, sejauh mana pengaruh kompetensi

profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora

Tahun Ajaran 2014/2015?

5. Diidentifikasikan guru PAK di SMA Negeri 1 Sipora kurang memahami

pentingnya kompetensi profesional dalam membangun karakter siswa/i melalui

pendidikan karakter yang di berikan. Timbul pertanyaan, bagaimana cara yang

harus diambil guru PAK dalam membangun karakter siswa di SMA Negeri 1

Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

Pembatasan Masalah

Ada banyak masalah yang dapat di teliti berdasarkan identifikasi masalah. Mengingat

keterbatasan waktu, tempat, sarana dan prasarana yang mendukung dan juga agar penelitian

lebih mendalam, maka peneliti membatasi masalah supaya tidak mengambang dan

menghasilkan hasil yang maksimal.

S. Nasution memberikan pendapat mengenai pembatasan masalah bahwa:

“ pokok itu hendaknya jangan terlalu luas, tetapi cukup sempit dan terbatas untuk ditelaah

secara mendalam ”15

Adapun batasan masalah yang peneliti tentukan adalah 1, 2 dan 3, masalah tersebut adalah:
15
S. Nasution, Penuntun Membuat Desertasi, Tesis, Skiripsi, Laporan Paper ( Jerman: 1980 )
13

1. Diidentifikasikan siswa Kristen di SMA Negeri 1 Sipora kurang memiliki minat

belajar PAK, karena guru kurang profesional dalam pelaksanaannya. Yang

menjadi pertanyaan, bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru PAK di

SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015 ?

2. Diidentifikasikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora kurang mengalami

perubahan sejak belajar PAK di dalam sekolah, karena sikap siswa sehari- hari

masih menunjukkan sikap yng jauh dari Tuhan, seperti perbuatan asusila ( hamil

di luar nikah ), malas beribadah, malas membawa alkitab, suka berbohong, malas

berdoa, rendah diri, tidak peduli kepada diri sendiri dan sesama, tidak percaya diri,

marah, bertutur kata tidak baik/ cakap kotor pada saat pembelajaran PAK dan di

lingkungan masyarakat. Timbul pertanyaan, bagaimana pendidikan karakter siswa

di SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015?

3. Diidentifikasikan pembelajaran materi PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015 kurang mempengaruhi karakter siswa. Karena kurangnya

kompetensi profesional guru PAK dalam pelaksanaannya membuat siswa tidak

mengalami perubahan karakter dalam kehidupan tingkah laku serta cara berpikir

dan dalam kerohaniannya. Muncul pertanyaan, sejauh mana pengaruh kompetensi

profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di

SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu hal yang penting dalam penulisan karya

ilmiah. Rumusan masalah menurut Moh. Nazir dalam bukunya metode penelitian

mengemukakan:
14

“ Tiap kerja penelitian harus mempunyai masalah dalam penelitian untuk dipecahkan,
pemecahan masalah dalam penelitian sangat berguna, untuk membersihkan kebingungan kita
akan satu hal, untuk memisahkan kemenduaan dan untuk mengatasi rintangan ataupun untuk
menutup celah antara kegiatan. Karena penelitian memperoleh jawaban atas masalah tersebut.
Perumusan maslaah merupakan langkah yang penting dan pekerjaan sulit dalam penelitian ”16

Berdasarkan uraian pada latarbelakang dan batasan masalah maka yang menjadi

rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana kompetensi guru PAK terhadap pelaksanaan materi pendidikan Karakter

di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Bagaimana perubahan Pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA

Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

3. Sejauh mana pengaruh kompetensi profesional guru PAK terhadap pendidikan

karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran

2014/2015?

Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas untuk mencapai langkah-

langkah yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai tujuan yang jelas, maka sangat diperlukan

tujuan penelitian sebagai titik tolak pandangan yang akan dicapai.

Tujuan penelitian dapat diartikan sebagai berikut, oleh karena itu ketajaman seseorang

dapat merumuskan tujuan penelitian akan sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang

akan dilaksanakan, karena tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan

dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian, harus mempunyai rumusan yang jelas

terperinci dan operasional.17

16
Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988 ) 133
17
Muhammad Ali, Prosedur Dan Strategi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Aksara, 1985 ) 30
15

Oleh karena itu, menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting

dalam pencapaian hasil yang diharapakan, karena sebagai titik pandang yang sistematis.

Dengan demikian penulis membuat tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kompetensi profesional guru PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora

Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi profesional guru PAK terhadap

pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang

keprofesionalan guru PAK dalam pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA

Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015.

Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah: Berguna untuk memberi dukungan terhadap keterbatasan informasi

untuk mengembangkan karakter dalam proses pembelajaran serta meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah.

b. Bagi guru: Membantu guru yang ada di sekolah teramat khusus guru PAK dalam

peningkatan kompetensi keprofesionalan dalam mengajar .

c. Bagi siswa: Sebagai bahan untuk meningkatkat perubahan yang baik mengenai

karakter dan bertumbuh di dalam Kristus, tidak menyianyiakan waktu yang ada
16

namun dengan arif, dan memakai hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan kepada

dunia.

d. Bagi pembaca: Sebagai bahan acuan untuk membuka wawasan baru tentang

pentingnya kompetensi profesional sebagai Guru PAK dalam pendidikan karakter.

e. Bagi penulis: Sangat berguna untuk mendukung tugas akhir dan menambah wawasan

serta pengetahuan akan pentingnya kompetensi profesional sebagai pendidik.

Sistematika Penulisan

Keseluruhan gagasan, pikiran dan asal usul, semuanya itu dapat dilihat dari rangkaian

bab hingga yang lebih terkecil dari bab. Berdasarkan pengelolaan masalah tersebut diatas

penulis memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB 1 Memaparkan tentang pendahuluan yang didalamnya ada latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, mamfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Di dalamnya Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, Hipotesa Penelitian.

BAB III Berisikan Metode penelitian, tempat dan waktu, populasi dan sampel,

instrumen penelitian, teknik Pengumpulan data, uji coba angket, teknik analisa

data, uji hipotesis.

BAB IV Berisi pembahasan deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan analisis, uji

hipotesis, pembahasan.

BAB V Penutup berisikan kesimpulan dan saran.


17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA PENELITIAN

Bab ini akan memuat alasan mengenai kajian pustaka, kerangka berpikir, hipotesis

penelitian skripsi.

Kajian Pustaka

Dalam latar belakang masalah yang telah diuraikan dalam BAB I di atas telah

disinggung betapa pentingnya kompetensi profesional guru PAK dalam pendidikan karakter

siswa menurut Efesus 5:15-17. Dalam kajian pustaka ini akan dibahas lebih rinci dan jelas

seberapa pentingnya profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa di SMA Negeri

1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015.

Kompetensi Profesional Guru PAK

Kompetensi

Kompetensi berarti kewenangan ( kekuasaan ) untuk menentukan atau memutuskan

sesuatu18. Dalam buku profesionalisme, standar kompetensi, dan pengembangan profesi guru

PAK, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang

18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , ibid, 453
18

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan betindak.19 Dalam buku profesionalisme, standar

kompetensi, dan pengembangan profesi guru PAK, kompetensi pada dasarnya merupakan

kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk

kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program

pendidikan. Sementara menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002,

kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.20

Kompetensi guru memiliki banyak makna. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat,

diantaranya adalah sebagi berikut:

a. Broke and Stone mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai suatu gambaran
kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.
b. Charles mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
c. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.21
Dari uraian di atas, kompetensi mempunyai arah tujuan atau rasional dan perilaku

nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati namun mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, teknologi, sosial dan

spritual yang membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup mengusai materi,

dan pemahaman akan peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme.

19
Andar Gultom, Profesionalisme, Standar Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK (Bandung: Bina
Media Informasi, 2007), hlm.25
20
Lidya Yulianti, Profesionalisme, Standar Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2009), 38
21
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2008 ), 25
19

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kompetensi guru

adalah suatu kemampuan, kecakapan dan kewenangan yang harus dimiliki oleh seseorang

dalam menyandang profesinya sebagai guru mencakup pengetahuan dan perilaku yang

mendukung dalam melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya sebagai guru secara baik.

Serta meningkatkan kinerja dalam membentuk kreativitas, keterampilan, kemandirian yang

mendukung dalam tanggung jawab profesinya sebagai guru. Dengan adanya kompetensi

seorang guru akan menambah kualitas dalam pengajaran dan teladan sikap yang akan

diberikan kepada siswa.

Profesional

Istilah profesional sudah tidak asing lagi kita temukan dalam kehidupan sehari-hari,

namun pengertian profesional sering tidak sejalan dengan tindakan yang dijalankan dalam

profesinya. Karena masih banyak orang belum paham benar akan pengertian profesional baik

secara etimologi maupun berdasarkan para ahli.

Profesional berasal dari kata profesi yang berarti secara analogis “mampu” atau

“ahli”22. Secara etiomologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris, yaitu profession atau

bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau

ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi profesi berarti suatu

pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada

pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahun teoritis sebagai instrumen untuk

melakukan perbuatan praktis atau tindakan yang nyata.23

Adapun kriteria profesi guru adalah sebagai berikut:

a. Jabatan melibatkan intelektual


b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

22
Pupuh Fathurroman & Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT. Refika Aditama), 1
23
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 16
20

c. Jabatan memerlukan persipan profesional yang lama


d. Jabatan yang memerlukan latihan yang berkesinambungan
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
f. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi. 24

Maka berbicara tentang guru pendidikan agama Kristen, profesionalitas berarti

kemampuan untuk bekerja secara profesional dalam bidang pendidikan Agama Kristen secara

bertanggung jawab, dalam perkataan dan tindakan baik dalam proses belajar mengajar. Jadi

suatu profesi membutuhkan pengetahuan, keahlian dan persiapan akademik.

“Menurut Sanusi et al:Profesi mempunyai pengertian sebagai keterampilan, keahlian yang


dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan
metode ilmiah.25Sedangkan menurut Moeliono; Profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian, keterampilan, kejujuran”. 26

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau

keahlian tertentu yang memiliki kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu

yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang memperoleh penghasilan

dari keahliannya.

Sehubungan dengan itu, di dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal 8 tentang

guru dan dosen, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

Serta dalam Undang-undang No.14 Tahun 2015 pasal 2 tentang guru dan dosen disebut

bahwa, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal

yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.27

24
Udin Syaefudin Saud, Pengambangan Profesi Guru, (Bandung: CV.Alfabeta, 2009), 16
25
Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 17
26
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi kurikulum (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 13
27
Hilda Karli, Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Sertifikasi Guru Dilaksanakan, (Jakarta: Generasi Info Media,
2009), 14
21

Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan karena kepada

mereka yang tidak memperoleh pekerjaan lain.

Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.28

Adapun kriteria kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
relektif.
e. Memamfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengkomunikasikan dan
mengembangkan diri.29

Kompetensi profesional guru sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan karakter

peserta didik. Dengan demikian guru perlu memiliki profesional yang baik, karena peserta

didik akan memahami, meneladani pengajaran baik dalam proses pembelajaran maupun

dalam bertindak. Dalam hal ini guru tidak hanya dituntut untuk memaknai pembelajaran,

tetapi penting bagaimana guru menjadikan pembelajaran itu sebagai ajang pembentukan

karakter dan perbaikan sikap peserta didik. Untuk itu seorang guru Pendidikan Agama

Kristen harus menjadikan Yesus sebagai teladan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya. Menjadi teladan berarti perkataan dan tindakan harus sesuai dengan aplikasi

kehidupan sehari-hari.

28
E. Mulyasa, Ibid, 135
29
Rusman,Ibid, 58
22

Komponen Kompetensi Propesional Guru Pendidikan Agama Kristen

Kompetensi propesional dalam diri seorang guru PAK sangat berpengaruh terhadap

tingkat keberhasilan guru sebagai pengembang sumber daya manusia serta dalam menumbuh

kembangkan kesadaran minat belajar dan perubahancara berpikir yang berdampak kepada

karakter seorang siswa. Mengenai pentingnya kompetensi profesional guru, Soediarto

menegaskan bahwa:

“Guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu menguasai disiplin ilmu
pengetahuan sebagai sumber belajar, menguasai bahan ajar, mampu mengenal karakteristik
peserta didik, menguasai tujuan pendidikan, menguasai metode dan model mengajar,
menguasai teknologi pembelajaran, menguasai penilaian dan mampu merencanakan dan
memimpin untuk kelancaran proses pendidikan”.30

Secara keseluruhan ada 3 (tiga) subkompenen kompetensi, standar kompetensi guru

Pendidikan Agama Kristen. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan kedalam indikator esensial

sebagai berikut.

Tabel

Komponen Kompetensi Profesional Guru PAK

No Komponen Indikator
.
1 Penguasaan bahan kajian 1. Memahami substansi keilmuan yang terkait dengan
akademik materi PAK
2. Mampu mengkaji isi buku-buku teks dan refrensi
materi pembelajaran PAK
3. Memahami substansi khusus sesuai dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan siswa.
2 Menguasai 1. Menguasai ilmu-ilmu yang relevan dengan
pendalaman/aplikasi materi pendidikan agama Kristen
pembelajaran PAK 2. Mampu mengaplikasikan materi pembelajaran
PAK kedalam kelompok mata pelajaran serta
dalam kehidupan sehari-hari.
3 Pengembangan profesi 1. Mengikuti informasi perkembangan IPTEK-SENI
dengan langkah-langkah yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan
penelitian dan kajian kritis ilmiah.
untuk menambah wasan 2. Mengembangakan berbagai model pembelajaran
dan memperdalam yang relevan dengan mata pelajaran PAK
30
Hamzah, Profesi Kependidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), 64
23

pengetahuan/materi bidang 3. Membuat media/alat peraga pembelajaran dalam


studi. rangka memperlancar proses pembelajaran PAK.
4. Menciptakan karya seni
5. Mengikuti pelatihan terakreditasi, dalam rangka
pengembangan profesi sebagai guru PAK
6. Mengikuti pendidikan kualifikasi, untuk memenuhi
standar kualifikasi
7. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum PAK
berbasis kompetensi.

Guru

Guru adalah orang yang dewasa dalam intelektual dan kepribadian. Ia harus tahu lebih

banyak dari peserta didiknya. Namun ia juga harus menyadari bahwa dia juga perlu belajar

dari peserta didik, sehingga ia tidak malu jika ada juga yang belum ia tahu namun diketahui

muridnya. Guru merupakan teladan bagi muridnya, dan harus objektif.

“Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut persatuan guru-guru Amerika Serikat, guru
adalah semua petugas yang terlibat dalam tugas-tugas kependidikan. Menurut Balnadi
Sutadipura, guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru”. 31

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk

kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik,

sehingga menjungjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang

menyangkut agama, kebudayaan dan ilmu.

Menurut beberapa ahli seperti Jean D. Grambs dan C. Morris MC Clare guru yaitu

mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu

hingga terjadi pendidikan. Dan menurut Laurence D. Hazkew guru adalah seseorang yang

mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Jadi dapat ditarik kesimpulan

31
Syafruddin Nurdin, Ibid, 6
24

bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertangggung jawab dalam mendidik,

mengajar, dan membimbing peserta didik.32

Kata Guru dalam bahasa Yunani “Rabbi” (Yoh.1:38) yang berarti tuanku atau

pemimpin33 yang berarti patut ditiru, baik untuk dicontoh. Dalam hal ini seorang guru terlebih

dahulu melatih dan membina kepribadianya, artinya ia harus mampu membina pribadinya

sendiri secara profesional terlebih dahulu sebelum mengajarkannya kepada peserta didik.

Sebagai teladan tentu saja profesional yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta

didik serta orang yang ada disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya

sebabagi guru. Maka kefrepesionalan guru PAK, baik dari hidup sehari-hari, pengajaran

dalam pembelajaran serta aplikasi yang dapat diteladankan kepada peserta didik juga harus

dapat di lihat dalam diri seorang guru.

Dari beberapa pendapat di atas, seorang guru tidak hanya memberikan ilmu

pengetahuan kepada peserta didik dalam pembelajaran saja, namun seorang guru juga harus

mampu memberikan aplikasi pengajaran dalam hidup, baik perkataan dan tindakan.

Sehingga pengajaran yang diberikan dan keprofesionalan seorang guru akan dapat dilihat dan

diteladani peserta didik. Dalam Pendidikan Agama Kristen, guru sebagai pengajar,

menasehati, membimbing, pembina moralitas, penyampaian pengetahuan.

Seorang guru PAK dipanggil untuk melayani, menyatakan kebenaran Injil, serta

meneladani Yesus sebagai Guru Agung dalam pengajaran dan tindakan, yang diharapkan

dapat memberikan perubahan pemikiran serta tindakan dalam kehidupan peserta didik. Guru

PAK sangat berat tanggung jawabnya, karena guru PAK bertanggung jawab untuk membina

kerohanian peserta didik, maka seharusnya seorang guru harus mengenal peserta

didiknya,bukan namanya saja melainkan latarbelakang dan pribadinya, ia harus mendoakan

32
H. Hamzah, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 15
33
Poerwodarminto, W.J.S. ibid, 101
25

mereka dan mencintai mereka dihadapan Allah. Yesus mengajar kepada murid-murid-Nya

dengan meberikan pengaruh karena baik perkataan dan tindakan Yesus, Yesus merupakan

contoh yang nyata bagi setiap manusia.

Seorang guru profesional harus membawa peserta didik kepada perubahan nilai-nilai

Kristen. Namun rendahnya penghargaan terhadap guru pendidikan agama Kristen berdampak

pada pemahaman tentang profesional. Dengan demikian guru PAK profesional adalah guru

yang mengajar dengan kemampuan dan karakter tinggi yang mendasarkan pengajaran kepada

pengajaran Yesus Kristus sebagai Guru Agung.

Persyaratan Dan Kinerja Guru PAK Profesional

Menjadi guru profesional dalam bidang tertentu, maka seorang guru perlu memiliki

persyaratan untuk mempertajam profesinya sebagai seorang guru. Demikian juga guru PAK

yang profesional ada hal-hal yang harus dipenuhi yaitu:

Memiliki Kualifikasi Pendidikan Yang Memadai

Kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan merupakan standar minimal yang perlu

dipenuhi sebagai seorang guru PAK profesional. UU Nomor 20 Tahun 2003 BAB IX Pasal

42 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, disebut bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi

minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar yang dihasilkan oleh

perguruan tinggi yang terakreditasi.

Kualifikasi pendidikan yang memadai, diharapkan memiliki kewenangan untuk

melaksanakan tugasnya sebagai guru PAK. Dan ini bukti otentik yang sifatnya formal, bahwa

seorang guru harus memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan tertentu yang diperlukan

untuk suatu jabatan atau pekerjaan.34

34
Andar Gultom, Profesionalisme, Standar Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK, ( Bandung: Bina
Media Informasi, 2007), 28-29
26

Memiliki Kompetensi Mengajar

Mengajar dan menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang guru harus memiliki

kompetensi sebagai hal yang menjadi dasarnya dalam proses pembelajaran. Kent L. Johnson

dalam Called To Teach, mengemukakan bahwa ada sedikitnya enam segi kemampuan dan

keterampilan yang harus dikembangkan guru dalam mengembangkan profesinya. Keenam hal

itu meliputi;

a. Penetapan tujuan mengajar


b. Pengelolan kelas
c. Pemilihan metode
d. Penyajian pelajaran
e. Penciptaan suasana belajar yang baik dan
f. Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi35

Memiliki Pengalaman Rohani

Pembelajaran yang disampaikan oleh seorang guru PAK merupakan seperangkat

kompetensi yang berupa konsep dan pengalaman rohani, serta perubahan sikap dan perilaku

sebagai buah pembelajaran PAK, maka seorang guru PAK harus memiliki pengalaman

rohani. Pengalaman rohani yang dimaksud disini yaitu : Guru PAK harus percaya bahwa

Alkitab adalah Firman Allah artinya guru PAK harus percaya akan otoritas Alkitab sebagai

Firman Allah, tidak keliru. Karena itu akan menentukan tujuan Pendidikan Agama Kristen,

karena Alkitab merupakan sebagai sumber pengajaran bagi seorang guru PAK ( 2 Tim 3:16-

17; 2 Pet 1:19-20). Karena Alkitab menjelaskan bahwa manusia berdosa (Rom 3:23), oleh

sebab itu, manusia memerlukan Yesus Kristus sebagai juru selamat pribadinya (1 Kor 13:3-

5).36

Memiliki Komitmen Yang Tinggi Terhadap Profesi Guru PAK

35
B. S. Sijabat, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1994), 46
36
Andar Gultom, Profesionalisme, Standar Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK, 30-31
27

Modal dasar suatu profesi yaitu komitmen yang tinggi, karena dampak yang akan

didalami akan berdampak pada kinerja sseorang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

pada profesi tersebut. Dan dengan komitmen itu, seseorang akan terpanggil dan sekaligus

merasa memiliki. Sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru akan

sungguh-sungguh dan tidak adanya keterpaksaan yang pada akhirnya mencintai

jabatan/profesinya. Demikian dengan guru PAK harus mencintai profesinya, karena jika tidak

demikian akan merasa terpaksa untuk melakukan tugasnya. Guru PAK profesional tidak akan

pernah merasa terpaksa dalam menjalankan tugasnya. Guru PAK profesional dengan

komitmen tinggi, akan memiliki kepedulian tinggi terhadap tugas-tugas profesinya. Perhatian,

dan tanggung jawabnya akan dicurahkan dengan baik yang berdampak pada pengajran dan

teladan serta kepada karakter siswa.37

Beberapa Peran Penting Guru PAK

Guru PAK Profesional juga mempunyai beberapa peranan penting lainnya dalam

menjalankan tugas sebagai pengajar, misalnya sebagai pembimbing, teladan, gembala,

penasehat.

Guru sebagai pembimbing

Guru yang berpengalaman harus sadar akan kesukaran-kesukaran untuk menjadi

pembimbing belajar. Ia tahu sebab-akibat dari pengajaran yang tidak baik untuk guru maupun

peserta didik.38 Menjadi seorang guru harus mampu membimbing peserta didik dalam proses

belajar-mengajar dalam pengembangan karakter siswa/i serta bagaimana penerapan nilai-nilai

yang baik dalam hidup dan lingkungannya.

37
Andar Gultom, Ibid, 32-33
38
Earl V dan Jame D. Young, Guru Adalah Segala-galanya (Bandung: Tarate, 1983), 18
28

Guru harus mampu mengenali pesera didik dalam membimbing siswa, karena

bimbingan yang diberikan tidak hanya materi namun mampu mengenali latar belakang,

tingkat kemampuan atau perkembangan intelek, kekuatan dan kelemahan, dengan begitu guru

mampu membimbing siswa tersebut untuk mengalami perubahan karakter.

Untuk menjadi pembimbing bagi siswa tidak cukup hanya mengenal pribadi mereka,

namun seorang guru harus berpedoman kepada Firman Allah. Keberagaman karakter peserta

didik mengharuskan guru untuk paham akan Firman Allah dan mengenal tabiat mereka.

Tuhan Yesus sebagai Guru Agung sangat Paham Firman Allah (Luk 24:27), namun

mengenali sifat-sifat dari murid-murid-Nya (Mat 9:4). 39 sehubungan dengan hal itu, maka

seorang Guru PAK harus mampu membimbing peserta didik dengan mendasarkan pengajaran

dari Firman Allah serta mengenal karakter peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang dicapai. Karena dengan hal mendasar tersebut maka sangat menolong guru PAK untuk

menjalankan tugas tanggung jawabnya dengan baik.

Guru sebagai teladan

Tugas dan tanggung jawab yang dimiliki seorang guru sangat penting dipahami

sebagai pendidik, namun salah satu yang paling penting ialah teladan atau contoh bagi murid-

muridnya dan semua yang memandangnya sebagai guru. Teladan yang dapat dilihat dari

seorang guru yaitu dari sikap guru menghadapi persolan hidup, seperti sikap sukses,

kegagalan dan lainnya.40 Sehubungan dengan itu, pada dasarnya perubahan perilaku yang

dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipenaruhi oleh latar belakang pendidikan dan

pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai

pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik. Dengan begitu guru dapat menjadi

contoh karena guru adalah bagian dari kelompok orang pada satu komunitas atau masyarakat

39
J. M. Price, Ibid 9-13
40
Earl V dan Jame D. Young, Ibid 36
29

yang diharapkan dapat menjadi teladan baik perkataan dan tindakan sehari-hari. Untuk itu

seorang guru PAK propesional harus meningkatkan wawasan pengetahuan akademis dan

pelatihan bersama rekan guru yang lain.

Guru PAK yang sungguh-sungguh memahami dan mengerti akan panggilannya harus

mampu memberikan teladan lewat hidup, baik perkataan dan kehidupannya. Sama seperti

Yesus adalah teladan bagi orang percaya, karena seluruh ajaran dapat dilihat dari praktek

kehidupan-Nya. Ketika mengajar sangat penting dalam berdoa, Ia selalu berdoa ( Mat

26:39,42). Ketika mengajar ia menyatakan pengampunan dan tidak mengutuk mereka yang

melakukan kesalahan ataupun kejahatan dan itu dapat dilihat melalui kerelaan Yesus Kristus

mati di kayu salib untuk menebus orang berdosa (Mat 27) , dan Yesus mengajar Kasih namun

Ia melakukan Kasih itu dalam praktek hidup-Nya.

Guru sebagai gembala

Guru juga harus menjadi gembala bagi murid-muridnya, ia bertanggung jawab atas

hidup dan rohani mereka, ia wajib membina dan memajukan kerohanian mereka.41 Yesus

mengajarkan agar mengembalakan domba-domba-Nya dengan baik (Yoh 21:15-17), berarti

tidak hanya memberikan materi saja kepada peserta didik, sebagaimana layaknya seorang

gembala harus merawat, memberikan makan, mengenali setiap domba, dan bertanggung

jawab atas hidup mereka dari cengkraman yang membahayakan.

Guru sebagai gembala kepada peserta didik dituntut untuk kritis dalam membina

hubungannya dengan peserta didik agar perubahan karakter yang diharapka dapat tercapai.

Guru sebagai penasihat

41
J. M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 65
30

Guru merupakan penasihat bagi murid-muridnya dan sering pula bagi orang tua

mereka, murid dalam pendidikan selalu membutuhkan nasihat dan sering memerlukan

seseorang untuk diajak berbicara, maka murid akan datang kepada guru karena mereka

memerlukan nasihat untuk mendengarkan mereka dan meminta solusi.42 Sehubungan dengan

itu guru harus mampu menyelesaikan masalah dengan baik untuk mendapatkan kepercayaan

murid. Dengan begitu seorang guru harus dapat dipercaya dan berpikir dewasa.

Aga guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasihat secara

lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

Karena manusia memiliki sifat-sifat yang unik, karena peserta didik mau menjadi apa dia

kelak sangat dipengaruhi oleh pendidikan.43 Maka selayaknya seorang guru baik dalam

perkataan dan tindakan juga mencerminkan kepercayaan orang lain, teladan dan dapat dillihat

dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam pengajarannya sebagai guru PAK.

Dalam Kitab Yes 9:5 dikatakan “....dan nama-Nya disebut orang penasihat Ajaib...”

Yesus mengajar menyampaikan nasihat-nasihat yang menguatkan, dan mengubah hidup bagi

setiap orang yang datang dan percaya kepada-Nya, melalui perkataan-Nya, orang

menemukan jalan keluar dari setiap persoalan dan permasalahan yang dihapadai.

Latar Belakang Kitab Efesus

Untuk menyelidiki latar belakang kitab Efesus maka akan dibahas penulis kitab

Roma, tema kitab, waktu penulisan, latar belakang kitab dan tujuan penulisan.

Penulis: Paulus44

Thema Kitab: Kristus dan Gereja45

42
Earl V dan Jame D. Young, Ibid 49
43
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 44
44
Dianne Bergant, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 343
45
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Manang: Gandum Mas, 1991), 1957
31

Tanggal Penulisan: 62 M46

Tempat Penulisan: Roma (di dalam penjara 3:1; 4:1; 6:20)47

Penerima Surat: Orang- orang Kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus

dalam kota Efesus 1:148

Jemaat di Efesus: Didirikan oleh Paulus (Kis 19, 20) pada saat Paulus melakukan perjalanan

misi ketiga. Paulus sempat tinggal di Efesus dan mendidik mereka dengan penuh kasih untuk

semakin berakar selama 3 tahun. Menurut kesaksian Paulus jemaat Efesus adalah jemaat

yang dewasa (Ef 1:3-14) karena mereka bisa menerima makanan keras diketahui bahwa

sebagian jemaat adalah non-Yahudi, hanya sebagian kecil orang Yahudi. Timotius adalah

orang yang ditunjuk untuk melanjutkan pelayanan Paulus setelah Paulus pergi. Paulus

menulis surat ini karena dalam jemaat di Efesus berbangga menganggap diri tidak bergantung

pada Israel, dan berbantah-bantah dengan saudara-saudara Kristen asal Yahudi (Roma 11:33).

Untuk itulah mereka membutuhkan peringatan akan pentingnya asal-usul Gereja dari Israel.49

Tujuan penulisan: Agar pembacanya bertumbuh dalam Iman, Kasih, Hikmat, dan penyataan

Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan

Tuhan Yesus Kristus (4:1-3, 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman

dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan

“dalam Kristus” (1:3-14; 3:10-12) untuk gereja (1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16 :5:25-27)

dan untuk setiap orang (1:15-21; 2:1-10; 3:16-20).50

Agama

46
Donald C. Stamps, Ibid 1957
47
Donald C. Stamps, Ibid, 1957
48
Abieno, Tafsiran Alkitab Surat Efesus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 3
49
Tafsiran Alkitab Masakini Matius-Wahyu, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2006), 577
50
Donald C. Stamps, Ibid, 1958
32

Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi Artemis yang mahabesar. Dewi

Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang kemudian disamakan dengan dewi Artemis

orang Yunani dan Diana dari Romawi. Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada

banyak dan berkepala seorang wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki. Kuil

yang pertama mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi belum selesai hingga

tahun 400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah pada tahun 356 SM dan digantikan oleh

bangunan yang lebih baru dan lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong oleh

sumbangan dari seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia dan dikunjungi

oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat pemujaannya.

Kuil ini bukan hanya merupakan pusat pemujaan saja, tetapi karena tanah dan

ruangan-ruangannya dianggap suci dan tidak boleh dicemari, ia juga merupakan tempat

perlindungan bagi kaum yang tertindas dan tempat penyimpanan harta. Suatu gambaran kasar

dari kuil ini terlukis pada mata uang Efesus, disertai sebutan yang digunakan dalam Kisah

Para Rasul bagi kota ini, NEOKOROS, atau kota yang memelihara kuil dewi Artemis.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang terjebak dalam rutinitas ibadahnya, penduduk Asia

dan Efesus khususnya menunjukkan pengabdian yang nyaris fanatik terhadap dewi Artemis.

Kegairahan mereka tercermin dalam perbuatan orang banyak di gedung kesenian, yang

selama dua jam penuh meneriakkan 'Besarlah Artemis dewi orang Efesus" 51.

Ekonomi
Efesus adalah satu kota terkemuka di kawasan asia kecil kota yang maju dan menjadi

pusat perdagangan dan kebudayaan di provinsi itu. Letaknya juga sangat strategis menjadi

pertemuan di barat timur. Kota efesus dikelilingi oleh kota-kota pada zaman itu. Kota ini

terkenal dengan kuil-kuil penyembahan dewi orang efesus, yaitu diani, dewa pemelihara.
51
Hendry h halley, penuntun ke dalam perjanjian baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 313-371
33

Pendirian jemaat juga merupakan langkah strategis penginjilan paulus utuk memenangkan

kota penting di asia. Efesus adalah sebuah kota kuno taraf internasional. Terletak pada muara

Kaistros di Asia Kecil. Kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi didiami oleh para imigran dari

Ionia. Dari segi perdagangan, Kota Efesus sangat terkenal.

Mengingat bahwa sarana transportasi merupakan kunci keberhasilan perdagangan,

Efesus sangat beruntung karena terletak di muara Sungai Kaister, dengan sebuah pelabuhan

laut yang terkemuka pada zaman itu. Juga, tiga jalan utama lewat Kota Efesus. Satu jalan

menuju ke Mesopotamia, sehingga kekayaan wilayah itu mudah didatangkan untuk dijual di

pasar Efesus. Ada juga sebuah jalan dari Galatia, dan satu lagi dari Lembah Maeander. Jelas,

pasar di Efesus penuh dengan segala macam barang yang mewah, seperti disebut dalam

Wahyu 18:12-13.

Efesus merupakan daerah otonom. Oleh karena itu, Kota Efesus menjadi "kota

bebas", dan tentara Roma tidak ditempatkan di situ. Juga, kebesaran Kekaisaran Romawi

menghormati Efesus secara rutin, karena gubernur dari Kekaisaran Romawi mengadakan

pengadilan rutin untuk kasus-kasus yang dianggap penting di Efesus. Setiap tahun di Efesus

diadakan Perlombaan Panonia, yang setara dengan Perlombaan Olimpia, diadakan pada

setiap bulan Mei. Kota Efesus sudah biasa menyaksikan kemewahan dan keramaian

kebudayaan Yunani dan Romawi. Kemudian bisa berkembang menjadi kota perdagangan

yang kaya dan bernilai budaya tinggi. Sejak tahun 133 sebelum Masehi menjadi pusat

propinsi Romawi di Asia. Kenisah dewi Artemis dengan arca dewi itu termasuk bilangan

mujizat dunia sejak dari zaman kuno (Kisah Para Rasul 19:35). Arca dewi Artemis

dikabarkan jatuh dari langit. Di kalangan koloni Yahudi di situ yang menikmati berbagai

privelesi istimewa, pewartaan agama Kristen memperoleh tanggapan kuat sekali (Kisah Para

Rasul 18:24), sedangkan di tengah penghuni lainnya berkembanglah kekuatan sihir (Kisah

Para Rasul 19:19). Paulus bekerja di Efesus dalam perjalanan misionaris yang pertama dan
34

kedua, sampai pada saat ia diusir karena huru-hara tukang perak (Kisah Para Rasul 18:19-21;

19:1-20:1). Kepentingan jemaat di Efesus juga ditekankan oleh Wahyu 2:1-752.

Politik

Efesus tergolong sebagai kota yang bebas dan menjalankan pemerintahannya sendiri.

Kekuasaan tertinggi dipegang oleh sidang rakyat yang diselenggarakan secara resmi (Kis

19:39), sedang para pemimpin atau senat kota itu berfungsi sebagai badan pembuat undang-

undang. Sekretaris kota atau "panitera kota" adalah pejabat yang bertanggung jawab: ia

bertugas memelihara pembukuan dan mengajukan permasalahan kepada sidang rakyat.

Pengaruh kaum buruh juga kuat, karena serikat buruh tukang peraklah yang mengajukan

protes bahwa ajaran Paulus telah mengancam kelangsungan hidup usaha mereka membuat

cinderamata keagamaan berupa kuil-kuil dewi Artemis dari perak53.

Analisa Efesus 5:15-17

Untuk menganalisa kitab Efesus 5:15-17, penulis akan membahas terjemahan

(Yunani, LAI, KJV, NIV ) dan Eksegese Efesus 5:15-17

Tabel

Analisa Efesus 5:15-17

Teks Yunani Terjemahan Terjemahan KJV NIV

bahasa Yunani baru LAI

52
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1995) 360 - 365
53
Merrill C. Tenney, ibid 375
35

Βλέπετε Melihat, Karena itu, See then that Be very careful,

memandang, perhatikanlah

berhati-hati dengan
οὖν Karena itu, seksama,
then,
maka bagaimana
πῶς
Bagaimana kamu hidup,
ἀκριβῶς circumspectly,
Dengan teliti, janganlah
(ayat 15)
dengan seksama seperti orang

bebal, tetapi

seperti orang

arif,
ye walk how you live—
περιπατεῖτε,
Berperilaku
μὴ
Tidak
ὡς
Seperti
not as fools, not as unwise
ἄσοφοι,
Bodoh, bebal

ἀλλ’ Hanya
but as wise, but as wise,
ὡς Seperti
σοφοί, Bijaksana

Redeeming making the


ἐξαγοραζόμενοι dan
Mempergunakan most of every
pergunakanlah
dengan baik the time, opportunity
τὸν καιρόν, waktu yang
Waktu yang
ada, karena
angat berharga because because the
ὅτι hari-hari ini
36

αἱ ἡμέραι Bahwa adalah jahat. the days are evil. days are

πονηραί Setiap hari evil.

εἰσιν. (ayat 16) Penuh dosa

Dan

διὰ τοῦτο μὴ Sebab itu Wherefore Therefore

γίνεσθε menjadi janganlah be ye not do not be

ἄφρονες, bodoh kamu bodoh, unwise, foolish,


ἀλλὰ but
tetapi tetapi but
συνίετε τί τὸ
memahami usahakanlah understanding understand
θέλημα
kehendak supaya kamu what the will of what the Lord's
τοῦ κυρίου. (ayat
Tuhan.55 mengerti the Lord is57. will is58.
17)54.
kehendak

Tuhan56.

Pasal 5:15

“Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang

bebal, tetapi seperti orang arif “διὰ τοῦτο μὴ γίνεσθε ἄφρονες, ἀλλὰ συνίετε τί τὸ θέλημα τοῦ κυρίου.

(Eph 5:17 BGT),”

1. Perhatikanlah dengan seksama: (Yunani: seksama: ἀκριβῶς: teliti)

54
Bible Works9
55
Barclay M. Newman, Kamus Yunani Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014)
56
Alkitab (Jakara: Lembaga Alkitab Indonesia, 2004), 1974
57
Spriros Zhodiates, The Compleate Word Study New Testament King James Version, (United States Of
America: AMG International, INC, 1992), 641
58
Zondervan, The NIV Study Bible, (USA: The International Bible Soceity, 1985), 1800
37

2. Bagaimana kamu hidup: (Yunani: hidup: περιπατεῖτ: berperilaku)

3. Jangan seperti orang bebal: (Yunani: bebal: ἄσοφοι: bodoh)

4. Tetapi seperti orang arif: (Yunani: arif: σοφοί: bijaksana)

Efesus pasal 5:15 merupakan “cara hidup yang paling mendasar sebagai orang Kristen”.

Jika kita tidak berhati-hati dalam melangkah menjalani kehidupan ini, maka kita akan

menjadi orang yang pasrah dengan kehidupan ini, tidak memiliki rencana kedepan, hanya

memikirkan hari ini saja. Namun jika kita memakai hidup ini dengan baik berdasarkan

kebijaksanaan dari Tuhan, maka Tuhan akan bekerja dalam hidup kita.

Kata perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang

bebal, tetapi seperti orang arif, dalam bahasa Yunani Βλέπετε οὖν πῶς ἀκριβῶς περιπατεῖτε,

μὴ ὡς ἄσοφοι, ἀλλ᾽ ὡς σοφοί, artinya: berperilaku dengan penuh kehati-hatian,

mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik. diterjemahkan, See then that ye walk

circumspectly, ( lihat bahwa kamu berjalan dengan saksama)59. Be very careful, then, how you

live60, ( berhati-hatilah, kemudian, bagaimana kamu hidup). not as fools, (tidak bodoh). not as

unwise, (janganlah seperti orang bebal, tidak mau tau). but as wise,(tapi seperti orang arif).

Hidup yang saksama atau teliti yang dimaksud disini ialah sebelum bertindak perlu

memikirkan kedepan dengan penuh kehati-hatian, agar tidak terjadi penyesalan dikemudian

hari, yang bisa merusak kepada masa depan dan merugikan dirisendiri dan orang lain. Dan

jangan seperti orang bebal yaitu jangan memiliki sikap hidup yang tidak mau tau, acuh-tak

acuh dengan apa yang terjadi, namun harus arif yaitu mengerti, memahami, dengan bijak

sana.

Pasal 5: 16

1. Pergunakan waktu yang ada: (Yunani: ἐξαγοραζόμενοι τὸν καιρόν )


59
Spriros Zhodiates, ibid, 530
60
Zondervan, ibid, 1800
38

2. Hari-hari ini adalah jahat: (Yunani: ὅτι αἱ ἡμέραι πονηραί εἰσιν)

Dalam pasal 5: 16, kata pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat

dalam bahasa Yunani ἐξαγοραζόμενοι τὸν καιρόν, ὅτι αἱ ἡμέραι πονηραί εἰσιν. Diterjemahkan

Redeeming the time, Artinya pergunakanlah waktu yang ada. Making the most of every

opportunity, Memakai sebagain besar setiap kesempatan. because the days are evil, Karena

hari-hari ini adalah jahat61. Yang dimaksud disini ialah kesempatan yang tidak akan terulang-

ulang, sebab waktu yang sangat berharga itu diberikan untuk dipakai sebaik mungkin, sebab

hari ini adalah jahat, dimana iblis juga bekerja untuk menghancurkan anak- anak Tuhan,

sehingga kesempatan yang berharga ini maka harus dipakai sebaik mungkin dengan penuh

kehati-hatian, melakukan hal yang positif terlebih untuk memuliakan Tuhan.

Pasal 5:17

1. Jangalah kamu bodoh: (Yunani: Διὰ τοῦτο μὴ γίνεσθε ἄφρονες )

2. Usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan: (Yunani: ἀλλὰ συνιέντες τί τὸ

θέλημα τοῦ κυρίου)

Dalam pasal 5:17, kata Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu

mengerti kehendak Tuhan dalam bahasa Yunani Διὰ τοῦτο μὴ γίνεσθε ἄφρονες, ἀλλὰ

συνιέντες τί τὸ θέλημα τοῦ κυρίου62. Artinya kesempatan yang ada jangan dipakai kepada hal

yang sia-sia, contohnya pergaulan bebas, tidak hormat kepada orang tua dan guru, tidak

menghargai diri sendiri, merokok, malas bersekutu dan belajar. Namun harus dengan cermat

memaki waktu yang berharga ini, kesempatan ini sebaik mungkin, penuh kehati-hatian dalam

bertindak, itu didapatkan berdasarkan pengenalan akan Allah yang jelas, pengajaran yang

baik, sikap yang mau memahami apa tujuan dan rencana Allah di dalam hidup.

61
Spriros Zhodiates, ibid, 530
62
Zondervan, ibid, 1800
39

Jelas bisa dilihat bahwa ketika membaca dan merenungkan Efesus 5:15-17, dapat

disimpulkan dimanapun dan bagaimanapun keadaan situasi yang dialami, maka ketika

melangkah harus penuh kehati-hatian dan penuh kebijaksanaan, agar tidak salah mengambil

keputusan dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain melalui perbuatan yang dilakukan.

Karena waktu yang sangat berharga itu tidak dapat terulang kembali, dengan mengerti apa

yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup seseorang , maka kesempatan yang

baik itu harus diberikan untuk Tuhan, tidak kepada dunia.

Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”, dan mendapat awalan me sehingga menjadi

mendidik artinya, memelihara dan memberi latihan, yang memerlukan ajaran, tuntunan,

pimpinan mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

“pendidikan” yaitu proses pengubahan sikap dan tata luku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa inggris

pendidikan berasal dari kata education “mendidik” , dalam bahasa latin educare artinya

membimbing, yang ditambah awalan “e” yang berarti keluar (out), atau dapat diartikan juga

memberi peningkatan “ to give rise”, dan mengembangkan “to develop”63, dalam pengertian

Dalam pengertian luas education atau pendidikan yaitu sebuah proses dengan metode-metode

tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara tingkah laku yang

sesuai dengan kebutuhan.64 Sehubungan dengan itu pendidikan berarti usaha yang dilakukan

secara sengaja secara terus menerus untuk membimbing atau mendidik dengan metode-

metode tertentu untuk membawa keluar dari ketidak tahuan, serta memiliki pemahaman dan

tingkah laku yang baik. Sebab dalam 2 Tim 3:16 berkata” segala tulisan yang diilhamkan

63
Muhibbin Syah, Ibid, 8
64
Muhabbin Syah, ibid, 10
40

Allah memang bermamfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran ”. Berarti orang yang

mengalami bimbingan atau didikan, maka selayaknya mendapatkan perubahan kelakuan yang

benar yang terarah kepada Firman dan kebenaran Allah sendiri.

Lawrence Cremin mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang sadar, sistematis,

dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangikitkan atau memperoleh baik

pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai keterampilan, maupun usaha yang dilakukan.65

Pendidikan Agama Kristen

Usaha yang dilakukan manusia untuk membangun serta meningkatkan kesadaran

dalam hal pertumbuhan Iman dalam dirinya, merupakan hal yang harus dilakukan seseorang

dalam dirinya untuk mencapai proses mencapai keserupaan dengan Kristus. Demikian juga

dengan pendidikan Agama Kristen yang diberikan kepada peserta didik untuk membangun

diri mereka serta membuka wawasan dan pola pikir yang salah, dengan kebenaran Firman

Tuhan yang diajarkan dalam pengajaran yang mereka terima akan meluruskan pemahaman

yang salah. Secara khusus pendidikan Agama Kristen menunjuk kepada persekutuan iman

yang melakukan tugas pendidikan agama, karena pendidikan agama kristen merupakan usaha

sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk membawa peserta didik keluar dari

keberdosaan kepada terang Kristus66. Dengan meluruskan pola pikir dan pemahaman yang

salah maka perlu sekali dimengerti bahwa pendidikan agama kristen sangat dibutuhkan dan

harus dipahami untuk menolong pribadi peserta didik untuk membawa keserupaan dengan

Kristus.

Pengertian Karakter

65
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info Media, 2009), 16
66
Daniel Nuhamara, Ibid, 25-26
41

Karakter adalah sikap batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah

laku. Yaitu batin manusia yang tersembunyi (1 Pet 3:4), yakni “inner beauty” atau “inner

quality” dalam diri seseorang. Yesus sangat menekankan sikap hati di dalam bukan hanya

perbuatan lahiriah (Mat 23:27-28).67 Karakter berasal dari bahasa Yunani Charassein, yang

berarti “ membuat tajam ”, atau“membuat dalam. Yang artinya bahwa sifat, tabiat, dan watak

yang melekat dan dicerminkan dalam tindakan-tindakan pada pribadi seseorang.

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk

mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti

(core virtues) yang secara objektif baik individu maupun masyarakat. Kebajikan disini yang

dimaksud yaitu rasa hormat (respect) dan tangung jawab (responsibility). Hormat berarti

menunjukkan penghargaan terhadap seseorang atau sesuatu, dan menunjuk kepada tiga

bentuk yaitu kepada diri sendiri, orang lain, dan segala bentuk kehidupan beserta dengan

lingkungan yang mendukung keberlangsungan hidup. Sedangkan tanggung jawab adalah

tindakan aktif untuk menanggapi secara positif kebutuhan pihak lain, dan membantu orang

lain, dan pemenuhan kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang kepada diri sendiri dan

kepada orang lain (positif).68

Karakter Kristen

Orang kristen yang disebut pengikut Kristus yang meneladankan perbuatan dari

Kristus sendiri, serta mengaplikasikan keteladanan dari Yesus dalam kehidupannya. Karakter

kristen merupakan suatu proses, bukan peristiwa, itu adalah suatu proses dari “manusia

duniawi” menjadi gambaran Kristus, Proses itu dimulai dari ketika kita percaya kepada

Kristus dan dijadikan ciptaan baru (2 Kor 5:17) serta Roh Kudus tinggal di dalam kita69.

Dengan memiliki pengenalan akan Kristus yang benar maka pengetahuan akan kebenaran
67
Rubin Adi Abraham, Saya Murid Kristus, (Bandung: Blessing Media, 2007), 13
68
Sabtono, Dimensi- dimensi Pendidikan Karakter, ibid 21
69
Tom Yeakley, Character Formation for Leader (Bandung: Kalam Hidup, 2013), 12
42

Allah juga harus benar. Melalui proses pendidikan maka seorang peserta didik akan diajar

serta dibekali untuk memiliki karakter pengikut Kristus. Melalui pengajaran yang baik dari

seorang guru yang profesional maka dapat mengubah pemahaman dan pemulihan cara

karakter dalam diri peserta didik.

Tabel

Komponen Pendidikan Karakter

N Subkomponen Indikator

1 Kasih 1. Mampu berkorban secara positif dan

mendahulukan kepentingan orang lain

2. Memiliki sikap yang rela mengampuni orang lain

2 Jujur 1. Mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya

2. Mampu mengakui diri sebagai orang berdosa

3 Menerima diri sendiri 1. Memiliki konsep diri yang jelas

2. Mampu mengenal diri sendiri serta membangun

sikap percaya kepada orang lain

4 Penguasaan diri 1. Mampu memakai waktu yang ada dengan baik dan

benar untuk Tuhan

2. Mampu mengendalikan hidup sesuai dengan

kehendak Allah

5 Penundukan diri 1. Memiliki kerendahan hati yang mau diajari dan

dibentuk

2. Mampu menghargai orang lain dan diri sendiri

6 Bijaksana 1. Mampu mempertimbangkan segala sesuatu dengan


43

baik apakah itu jahat atau tidak

2. Memiliki kepekaan hati kepada Kristus mengenai

hidup benar

7 Kerja keras 1. Mampu mempergunakan waktu sebaik-baiknya

dengan benar

2. Memiliki integritas dan prinsip hidup

3. Mampu menjadi berkat bagi orang lain

Kerangka Berpikir

Pengaruh kompetensi profesional guru pendidikan Agama Krisen

Seorang guru Pendidikan Agama Kristen dituntut memiliki pemahaman tentang

kompetensi profesional, sehinggga guru pendidikan agama Kristen mampu menjadi contoh

dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakatt, khususnya bagi peserta didik. Namun

masalah yang terjadi di SMA Negeri 1 Sipora, guru pendidikan agama Kristen belum

memiliki pemahaman tentang kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru, karena

dalam menjalankan tugasnya masih banyak tanggung jawab yang belum dilaksanakan.

Pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17

Perubahan karakter siswa merupakan perubahan karakter yang sangat baik dihadapan

Tuhan, serta mencerminkan keteladanan bagi pengikut Kristus, dengan cara adanya

perubahan pemahaman yang jelas mengenai kekristenan, dan karakter yang baik dalam

kekristenan. Dengan adanya pemahaman yang jelas akan kekristenan maka juga diperlukan

menggunakan waktu yang berharga itu dengan sebaik mungkin, tidak memberikan kepada

dunia ini, berdasarkan kebijaksanaan dari Tuhan, dan mampu mengerti apa yang menjadi
44

kehendak Tuhan, dengan menjalankan ugas dan tanggung jawabnya sebagai peserta didik

dan dalam masyarakat ataupun dalam keluarga. Perilaku siswa di SMA Negeri 1 Sipora

sangat memprihatinkan. Banyak siswa yang masih suka menggungkan waktu kepada Dunia,

pergaulan bebas dengan pacaran yang tidak sehat, berkata kotor, tidak menghargai guru,

membolos, merokok, tidak menghargai diri sendiri dan orang lain.

Pengaruh kompetensi profesional guru pendidikan Agama Kristen terhadap pendidikan

karakter siswa menurut Efesus 5:15-17

Melihat masalah yang ada di atas dibuthkan guru yang memiliki kompetensi

profesional yang baik maka kemungkinan terjadi perubahan pendidikan karakter siswa yang

mencerminkan pengikut Kristus melalui teladan yang diberikan seorang guru pendidikan

Agama Kristen dan mereka tidak meneladani dan menggunakan waktu yang berharga itu bagi

dunia dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan diri-sendiri bahkan kepada

orang lain. Maka dibutuhkan kehati-hatian dalam melangkah serta mengerti kehendak Allah

dalam hidupnya seperti dalam Efesus 5:15-17.

Hipotesa Penelitian

Moh. Nazih dalam buku metode penelitian mengatakan: “ Hipotesa adalah jawaban

sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris”70.

Menurut Kartini kartono mengatakan bahwa hipotesis “Merupakan jawaban sementara dari

suatu penelitian yang harus diuji kebenaranya dengan jalan riset, oleh itu hipotesis dugaan

yang mungkin benar atau salah. Penelitian akan ditolak jika faktanya salah atau palsu dan

hipotesis akan diterima jika membuktikan kebenarannya”71

70
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Dhalia Indonesia, 1994), 133
71
Kartini Karono, Pengantar Metode Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), 78
45

Dalam melakukan penelitian, hipotesa sangat penting memberikan tujuan yang sangat tegas

bagi seorang peneliti, membantu dalam menentukan arah dalam pembatasan ruang lingkup

penelitian dengan memilih fakta yang berhubungan (relevan). Dengan demikian, hipotesa

yang penulis ajukan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Tingkat kompetensi profesional guru pendidikan Agama Kristen DI SMA Negeri 1

Sipora Tahun Ajaran 2014/2015 adalah sedang.

2. Tingkat pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 DI SMA Negeri 1 Sipora

Tahun Ajaran 2014/2015 adalah rendah.

3. Pengaruh kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Kristen terhadap

pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 DI SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015 adalah sedang.

Anda mungkin juga menyukai