Kompetensi Dasar:
Setelah mengikuti kuliah ini, diharapkan mahasiswa akan mampu:
1. Mendefinisikan pengertian tanah
2. Menjelaskan fungsi tanah
3. Menjelaskan bahan-bahan penyusun tanah
Waktu : 1 x 60 menit
Pokok Bahasan : Tanah, Konsep dan Bahan Penyusunnya
Pertemuan : I
1.1 Pendahuluan
Tanah merupakan istilah yang tidak asing bagi kita. Setiap hari kita akan
melihat tanah. tanah digunakan untuk berbagai keperluan/kebutuhan. Berdasarkan
kebutuhan tersebut, maka pengertiarn tanah menjadi beragam. Seorang ahli teknik
akan berbeda pemahamannya tentang tanah dibanding seorang ahli geologi, begitu
pula dengan ahli pertanian.
Materi kuliah ini menyajikan tentang definisi atau pengertian tanah, fungsi
tanah, dan bahan-bahan penyusun tanah.
Materi ini diberikan agar mahasiswa memahami pengertian tanah dari aspek
keilmuan terutama dalam hubungan tanah-tanaman, fungsi tanah dalam bidang
pertanian, serta bahan-bahan penyusunnya.
1
1.2 Penyajian
2
tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan, sehingga dalam
pengertian lahan, tanah termasuk di dalamnya (FAO, 1976 dalam George, 2015).
Berdasarkan pengertian tentang tanah, maka tanah dipahami sebagai
(Madjid, A., 2008):
a. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman
b. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama dan
penyakit serta dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang
berbahaya.
Bidang pertanian, fungsi tanah adalah:
a. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai peran utama:
1. penyokong tegak-tumbuh tanaman
2. penyerap zat-zat yang dibutuhkan tanaman
b. Menyediakan air, udara, dan unsur hara bagi tanaman dalam mendukung
rtumbuhan dan produksi tanaman
c. Menyediakan zat-zat pemacu (hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik,
toksin, dan enzim) bagi tanaman
d. Habitat (lingkungan hidup) organisme tanah
Tanah tersusun dari empat komponen utama, yaitu: bahan mineral, bahan
organik, cairan (air), dan gas (udara). Setiap bahan penyusun tanah memiliki
jumlah (prosentase) yang berbeda untuk jenis tanah. Umumnya jumlah masing-
masing bahan penyusun adalah: bahan mineral 45%; bahan organik 5%; cairan/air
dan gas menempati 20 – 30 %.
3
Secara alamiah proporsi komponen-komponen tanah dipengaruhi oleh:
a. Ukuran partikel penyusun tanah. Makin halus partikel tanah maka makin padat
tanah sehingga ruang pori makin kecil, dan sebaliknya.
b. Sumber bahan organik tanah. Tanah bervegetasi akan mempunyai bahan
organik tinggi, sebaliknya pada tanah tanpa vegetasi.
c. Iklim terutama curah hujan dan temperatur. Pada saat hujan penguapan
(evaporasi) rendah dan kandungan air meningkat, sebaliknya saat tidak hujan.
d. Sumber air. Tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak
mengandung air, sebaliknya pada tanah yang jauh dari sungai.
a. Bahan mineral
Bahan mineral merupakan penyusun tanah dengan prosentase tertinggi.
Bahan mineral terbentuk dari hasil proses pelapukan batuan yang membutuhkan
waktu yang lama. Batuan yang melapuk akan mempengaruhi jenis tanah yang
dihasilkan dan susunan mineral dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan
mineral batu-batuan yang dilapuk.
Berdasarkan jenisnya, batuan dibedakan menjadi batuan vulkanik, batuan
endapan atau sedimen, dan batuan metamorfosa. Batuan vulkanik umumnya
memiliki kandungan mineral yang kaya dan tinggi unsur hara sebaliknya batuan
endapan dan batuan metamorfosa mengandung mineral yang miskin atau rendah
unsur hara.
1. Batuan vulkanik, yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma
dan lava. Contoh: granit, obsidian, batu apung, andesit, gabro, dan sebagainya.
2. Batuan endapan atau batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari
proses pengendapan atau hasil pelapukan dan pengikisan batuan yang
dihanyutkan oleh air atau terbawa tiupan angin kemudian mengeras karena
tekanan atau adanya zat-zat perekat pada endapan tersebut. Contoh:
konglomerat, batu pasir, batu serpih, batu gamping, dan sebagainya.
3. Batuan metamorfosa, yaitu batuan yang berasal dari batuan beku atau batuan
sedimen yang mengalami perubahan (tekstur dan komposisi mineral) akibat
perubahan suhu dan tekanan. Contoh: marmer, kuarsit, milonit, dan lain-lain.
4
Mineral dibedakan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral primer
adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk, sedang mineral
sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses
pembentukan tanah.
Contoh mineral primer : kwarsa, dolomit, mika, kalsit
Contoh mineral sekunder : kaolinit, montmorilonit, gibsit (Al oksida), Fe
oksida
b. Bahan organik
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah, jumlahnya
berkisar 3-5%. Walaupun jumlah bahan organik tidak besar namun sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Pengaruh bahan organik adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah
2. Sumber unsur hara bagi tanaman
3. Meningkatkan kemampuan tanah mengikat air
4. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah
5. Sumber energi bagi organisme tanah
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan halus
(humus). Bagian permukaan tanah (top soil) banyak mengandung bahan organik,
makin ke lapisan bawah kandungan bahan organik makin sedikit.
c. Air
Air terdapat dalam tanah karena ditahan/diserap oleh masa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan draenase yang kurang baik. Air
diserap atau ditahan oleh tanah disebabkan oleh adanya gaya adhesi, kohesi, dan
gravitasi. Berdasarkan gaya-gaya tersebut maka air tanah dibedakan menjadi:
1. Air higroskopik, yaitu: air yang diikat sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman (gaya adhesi).
2. Air kapiler, yaitu: yang dapat bergerak ke samping atau ke atas karena gaya
kapiler (pengaruh gaya kohesi dan adhesi lebih kuat dari gaya gravitasi).
Sebagian besar air kapiler merupakan air tersedia bagi tanaman.
5
3. Air tersedia bagi tanaman ditentukan dengan menghitung selisih antara kadar
air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen.
Kapasitas lapang : keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi.
Titik layu permanen : kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai
tidak mampu menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu.
Kemampuan tanah mengikat air dipengaruhi tekstur tanah. Tanah
bertekstur kasar mempunyai daya ikat air rendah, sebaliknya tanah bertekstur
halus, daya ikat airnya tinggi.
Air berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Peranan
air bagi tanaman diantaranya yaitu: penyusun sel-sel tanaman; pelarut unsur hara;
dan hara tanaman.
d. Udara
Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Udara dalam tanah memungkinkan
mikroorganisme tanah dapat hidup dan melakukan metabolisme. Pada tanah
tergenang semua pori tanah terisi oleh air. Tanah lembab atau kering, air mengisi
pori mikro dan udara mengisi pori makro. Susunan udara dalam tanah dipengaruhi
oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah.
1.3. Penutup
1.3.1. Rangkuman
Soil Survey Staff mendefinisikan tanah sebagai: ”Benda alam yang tersusun
dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan, dan gas, yang menempati
permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua
berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan
asalnya sebagai suatu hasil dari proses penambahan, kehilangan, pemindahan, dan
transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar
di dalam suatu lingkungan alami”. Tanah dalam hubungan tanah-tanaman terkait
bidang pertanian didefinisikan sebagai:
1. Media tumbuhnya tanaman dan sebagai basis kehidupan hewan dan manusia
6
2. Lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-
berkembangnya perakaran tanaman dan menyediakan kebutuhan air dan udara;
secara kimiawi berfungsi menyediakan hara (senyawa organik dan anorganik);
dan secara biologis sebagai habitat organisme, yang ketiganya secara bersama
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan produksi tanaman.
Tanah berfungsi sebagai: sumber daya alam utama yang mempengaruhi
kehidupan; sumber hara yang dibutuhkan tanaman; media untuk mendaur ulang
bahan organik dan gas-gas. Sedangkan untuk bidang pertanian, fungsi tanah
adalah: tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran; menyediakan air, udara,
dan unsur hara bagi tanaman dalam mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman; menyediakan zat-zat pemacu (hormon, vitamin, asam-asam organik,
antibiotik, toksin, dan enzim) bagi tanaman; dan habitat (lingkungan hidup)
organisme tanah.
Tanah tersusun dari bahan mineral (45%), bahan organik (5%), cairan (20-
30%), dan gas (20-30%). Bahan-bahan penyusun tersebut jumlahnya masing-
masing berbeda untuk setiap jenis tanah. Secara alamiah proporsi komponen-
komponen tanah dipengaruhi oleh ukuran partikel penyusun tanah, sumber bahan
organik tanah, iklim terutama curah hujan dan temperatur, dan sumber air.
Daftar Pustaka
Goeswono, S. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bagian Ilmu Tanah , Faperta-IPB.
Bogor.
7
Madjid, A. 2008. Definisi Tanah, Fungsi dan Profil Tanah. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah (bahan kuliah online). Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.co.id. Diakses tanggal 22 Juli 2016.
Roemarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
8
BAB II. PEMBENTUKAN TANAH
Kompetensi Khusus :
Setelah mengikuti kuliah dan praktikum, diharapkan mahasiswa akan mampu:
1. Menjelaskan proses pembentukan tanah
2. Menjelaskan pelapukan batuan dan mineral
3. Menjelaskan faktor-faktor pembentuk tanah
4. Melakukan identifikasi profil tanah
Waktu : 2 x 60 menit
Pokok Bahasan : Pembentukan Tanah
Pertemuan : II dan III
1.1. Pendahuluan
1
Beberapa hal yang terjadi selama proses pembentukan tanah, yaitu:
1. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah. contoh: penambahan air
hujan, embun, dll; penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer; penambahan N, S,
dan Cl dari atmosfer dan curah hujan; penambahan bahan organik dari sisa
tanaman dan hewan; bahan endapan; serta energi dan sinar matahari.
2. Kehilangan bahan – bahan yang ada di tanah, seperti: kehilangan air melalui
penguapan (evapotranspirasi); kehilangan N melalui proses denitrifikasi;
kehilangan C (bahan organik) sebagai CO2 karena dekomposisi bahan organik
(keadaan oksidatif/kering) atau sebagai CH4 (keadaan reduktif/tergenang);
kehilangan tanah karena erosi; dan kehilangan energi karena radiasi.
3. Perubahan bentuk (transformasi), misalnya: perubahan bahan organik kasar
menjadi humus; penghancuran pasir menjadi debu, kemudian menjadi liat;
pembentukan struktur tanah; pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat;
dan pembentukan konkresi.
4. Pemindahan dalam solum, seperti: pemindahan liat, bahan oganik, Fe, Al, dari
lapisan atas ke lapisan bawah; pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke
lapisan atas melalui siklus kegiatan vegetasi; pemindahan tanah dari lapisan
bawah ke lapisan atas atau sebaliknya melalui kegiatan hewan seperti
tikus, rayap, dan sebagainya; serta pemindahan garam-garam dari lapisan
bawah ke lapisan atas melalui air kapiler.
Proses pembentukan tanah dari batuan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
namun secara umum proses ini melewati empat tahapan, yaitu: proses pelapukan
batuan; pelunakan struktur; tumbuhnya tumbuhan perintis; dan proses penyuburan
(eBiologi, 2013).
a. Pelapukan batuan
Tanah berasal dari pelapukan batuan keras (beku, sedimen, dan
metamorfosa) yang melapuk. Pelapukan adalah proses alam yang didalamnya
berlangsung pemecahan dan transformasi batu-batuan dan mineral-mineral
menjadi bahan-bahan lepas yang disebut regolith, terletak di permukaan bumi
dengan kedalaman yang berbeda-beda. Selanjutnya melalui proses
pembentukan tanah, regolith diubah menjadi tanah. Proses pelapukan juga
2
melibatkan banyak faktor, sehingga dikelompokan dalam: pelapukan fisik,
biologi – mekanik, dan kimia.
1. Pelapukan fisik
Pelapukan secara fisik adalah proses mekanik, dimana batu-batuan
pecah menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa adanya perubahan sifat
kimia. Suhu dan air merupakan faktor penting dalam pelapukan fisik.
Perubahan suhu yang drastis (panas – dingin) menyebabkan mineral-
mineral dalam batuan mengembang dan mengkerut yang akhirnya
menyebabkan pecahnya batuan.
Air menyebabkan pelapukan fisis pada batuan melalui beberapa cara:
- Air memasuki celah-celah batu dan membeku dalam batu sehingga
menyebabkan volume air bertambah dan memberi tekanan pada batu
sehingga batu pecah;
- Butir-butir air hujan yang jatuh dapat merusak permukaan batuan.
2. Pelapukan biologi-mekanik
Akar-akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan
retakan-retakan pada batuan. Perkembangan akar yang mempunyai daya
10 atm menyebabkan batuan hancur.
3. Pelapukan kimia
Pelapukan kimia umumnya menyertai pelapukan fisik. Melalui
proses ini bagian fragmen-fragmen dapat kehilangan sebagian mineral
penyusunnya atau mengalami perubahan komposisi kimiawi,
menyebabkan terbentuknya mineral sekunder. Mekanisme dalam proses
kimia adalah:
- Pelarutan (solution)
Pelarutan terjadi pada garam-garam sederhana seperti karbonat
(CaCO3), klorida (Cl), dan lain-lain.
CaCO3 + 2H+ H2CO3 + Ca2+
Daya pelarutan akan meningkat bila mengandung senyawa-senyawa
seperti CO2, asam-asam organik, maupun senyawa-senyawa anorganik
tertentu.
3
- Hidratasi-dehidratasi
Hidratasi adalah proses terbentuknya mantel hidrat pada permukaan
batuan. Apabila suatu mineral terendam dalam air, maka bidang-
bidang permukaan, rusak, dan sudut kristalnya dijenuhi molekul-
molekul air dan membentuk lapisan air yang disebut mantel hidrat.
Mantel hidrat berfungsi sebagai isolator mineral terhadap pengaruh
gaya-gaya dari luar. Pelapisan oleh air menyebabkan rusaknya bentuk
dan kisi-kisi kristal, permukaan yang terhidratasi meluas dan makin
besar tekanan menyebabkan hancurnya kristal dan batuan menjadi
lunak. Pada keadaan temperatur tinggi proses sebaliknya terjadi yaitu
proses dehidratasi, dimana batuan menjadi keras.
- Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses penggantian kation-kation dalam struktur
kristal oleh hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur.
K Al Si3 O8 + H+ H Al Si3 O8 + K+
Hidrolisis merupakan proses pelapukan kimia terpenting, karena dapat
menghasilkan penghancuran yang sempurna atau modifikasi drastis
terhadap mineral-mineral mudah lapuk.
- Oksidasi-Reduksi
Oksidasi adalah suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan
listrik negatif menjadi berkurang. Oksidasi berlangsung baik bila
oksigen cukup tersedia. Reduksi adalah proses terjadinya penambahan
elektron. Proses oksidasi batuan umumnya terjadi pada senyawa-
senyawa besi dan mangan, karena senyawa-senyawa tersebut
mempunyai dua bentuk yaitu teroksidasi dan tereduksi.
Fe++ Fe+++ + e- (oksidasi)
Fe+++ + e- Fe++ (reduksi)
Oksidasi-reduksi menyebabkan terjadinya perubahan ukuran dan
muatan sehingga meneral mudah hancur.
4
b. Proses Pelunakan Struktur Batuan
Batuan-batuan remah hasil proses pelapukan batuan sebelumnya
kemudian mengalami pelunakan. Air dan udara memegang peranan penting
dalam proses pelunakan ini. Air dan udara akan masuk dan merembes ke
dalam sela-sela remahan batuan untuk melunakan struktur batuan sehingga
lebih sesuai untuk media tumbuh atau tempat hidup. Selanjutnya air dan udara
juga mendorong organisme agar dapat mulai tumbuh di permukaan batuan.
Organisme yang dapat berkembang pada tahapan ini masih terbatas,
diantaranya: lumut dan mikroba.
c. Proses Tumbuhnya Tumbuhan Perintis
Proses pelunakan struktur batuan selesai, maka beragam jenis tumbuhan
perintis mulai dapat hidup atau tumbuh pada batuan tersebut. Tumbuhan yang
tumbuh dapat lebih besar dari ukuran lumut sehingga akar-akarnya akan
masuk ke dalam batuan lunak dan membantu memecahkan batuan tersebut.
Selain itu, asam-asam organik/humus (hasil pelapukan bahan organik) yang
dihasilkan akan membantu batuan melapuk secara sempurna. Pada tahapan ini
dimulailah pelapukan biologi.
d. Proses Penyuburan
Tahapan penyuburan merupakan tahapan dari tanah yang telah
terbentuk mulai mengalami pengayaan bahan-bahan organik. Tanah yang
awalnya mengandung mineral-mineral hasil pelapukan batuan akan diperkaya
dengan adanya pelapukan bahan-bahan organik dari tumbuhan dan hewan
yang mati di permukaan tanah. Tahapan penyuburan ini erat hubungannya
dengan aktivitas mikroorganisme tanah.
5
a. Iklim
Komponen iklim yang berpengaruh pada proses pembentukan tanah adalah
suhu dan hujan. Suhu udara berperan pada proses pelapukan batuan secara
mekanik, curah hujan berpengaruh pada proses pelapukan batuan secara fisik dan
kimia (Ahmad, D., 2016). Curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropika
menyebabkan reaksi kima berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pelindian
berlangsung cepat. Indonesia yang beriklim tropika telah mengalami pelapukan
lanjut, rendah kadar hara, dan bereaksi masam, akan tetapi di Indonesia bagian
timur yang iklimnya cukup kering, pelapukan dan pencucian lebih lambat sehingga
kadar basa tinggi dan tanah kurang masam.
b. Organisme
Organisme berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, yaitu:
melakukan proses pelapukan (agen pelapuk/decomposer); membantu proses
pembentukan humus; daerah beriklim sedang, jenis vegetasi berpengaruh terhadap
sifat tanah; dan kandungan unsur-unsur kimia dalam tanaman berpengaruh
terhadap sifat tanah, seperti jenis cemara akan memberikan unsur-unsur kimia
seperti Ca, Mg, dan K yang rendah, akibatnya tanah disekitarnya bereaksi masam
(Sopiana, A., 2016).
c. Bahan Induk
Perkembangan suatu tanah tergantung pada jenis bahan induk yang
menentukan sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Pengaruh bahan induk terlihat pada
awal pembentukan tanah, adanya perkembangan tanah lebih lanjut dimana terjadi
pencucian, maka lambat laun pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah
semakin mengecil.
Batu-batuan yang bersifat asam biasanya melapuk sangat lambat, pelapukan
jenis batuan ini akan menghasilkan tanah-tanah berpasir kasar, bereaksi masam,
liat didominasi kaolinit, dan tanahnya tidak subur. Sebaliknya batuan beku yang
bereaksi basa dan batuan sediment umumnya mudah melapuk dan menghasilkan
tekstur tanah lebih halus, bereaksi basa, lebih subur, dan liat didominasi
montmorilonit. Batuan induk kapur murni biasanya menghasilkan tanah yang
berpasir dangkal.
6
d. Topografi/Relief
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk
didalamnnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Keadaan topografi suatu
daerah akan mempengaruhi tebal – tipisnya lapisan tanah dan sistem draenase atau
pengalirannya. Topografi mempengaruhi perkembangan pembentukan tanah atas
tiga hal yaitu:
- Mempengaruhi jumlah curah hujan terabsorpsi dan penyimpannya di dalam
tanah
- Mempengaruhi tingkat perpindahan tanah atas oleh erosi
- Mempengaruhi arah gerakan-gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan
dari suatu tempat ke tempat lain
Topografi suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim.
Di daerah yang datar atau cekung, air tidak mudah hilang dari tanah atau
mengenang sehingga pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah
berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan.
Di daerah bergelombang, drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim
(curah hujan, suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat.
Di daerah berlereng curam dapat terjadi erosi permukaan sehingga terbentuk
tanah-tanah dangkal. Sebaliknya pada pada kaki lereng ditemukan tanah dengan
profil dalam akibat penimbunan bahan-bahan yang dihanyutkan dari lereng atas.
Sifat-sifat tanah yang dipengaruhi topografi adalah tebal solum, kandungan
bahan organik horison A, kandungan air tanah, warna tanah, tingkat
perkembangan horison, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, dan kandungan garam
mudah larut.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, karena proses
pembentukan tanah terus berjalan maka bahan induk tanah dikenal berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
1. Tanah muda adalah tanah yang perbedaan bahan mineral dan bahan organik
masih tampak sehingga bahan induknya masih terlihat. Biasanya terbentuk
7
dalam kurun waktu 100 tahun. Jenis tanah yang masuk kategori tanah muda
misalnya tanah aluvial, regosol, dan litosol.
2. Tanah dewasa adalah tahap perkembangan tanah muda tingkat lanjut yang
membentuk horizon B dalam susunan dekomposisi tanah. Biasanya terbentuk
dalam kurun waktu 10.000 tahun. Jenis tanah yang masuk kategori tanah
dewasa misalnya tanah andosol, latosol, dan grumosol.
3. Tanah tua adalah tanah yang telah mengalami perubahan-perubahan nyata
dalam waktu yang panjang sehingga horizon A dan B dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan berdasarkan ciri fisik yang nampak. Jenis tanah
yang masuk kategori tanah tua misalnya tanah podsolik dan laterit.
2.2.3. Profil Tanah
Profil tanah yaitu penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan
horison tanah. Apabila kita menggali lubang pada tanah, jika diperhatikan dengan
teliti maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Contoh: pada lubang tersebut, suatu sisi ditemukan lapisan pasir
berselang-seling dengan lapisan liat atau debu, dan di sisi lain ditemukan tanah
yang keseluruhannya liat. Tampilan warnanya pada bagian bawah adalah kelabu
dengan becak-becak merah, di bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya
berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk disebabkan karena:
1. Pengendapan berulang-ulang oleh genangan air. Apabila air genangan tersebut
masih mengalir dengan kecepatan tinggi maka hanya butir-butir kasar seperti
pasir dan kerikil yang diendapkan. Bila air yang menggenang tidak mengalir
lagi maka butir-butir halus seperti liat atau debu mulai dapat diendapkan.
Tanah-tanah dengan endapan yang berlapis-lapis ini umumnya ditemukan di
sekitar sungai, daerah-daerah dataran banjir atau teras.
2. Proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah dimulai dari proses
pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagain atas
tanah ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat mengahasilkan
horison-horison tanah.
8
Tanah yang telah berkembang dengan berbagai proses mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan sifat-sifat profil tanah
seperti jenis dan susunan horison, kedalaman solum tanah, kandungan bahan
organik dan liat, kandungan air, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut
ditemukan tidak hanya antara daerah satu dengan daerah lainnya, tetapi juga
antara tempat yang berdekatan. Dalam kenyataannya, terutama di daerah dengan
faktor pembentuk tanah yang sangat beragam kadang-kadang ditemukan tanah-
tanah yang sangat berbeda sifat-sifatnya satu sama lain dalam jarak hanya
beberapa meter saja. Oleh karena itu, jelas bahwa areal tanah yang luas tidak
dapat dipelajari hanya di satu tempat saja, sebab mungkin terdiri dari tanah yang
berbeda-beda.
Satuan individu terkecil dalam tiga dimensi yang masih dapat disebut tanah
dinamakan pedon. Pedon luasnya berukuran 1-10 m2, karena kecilnya ukuran
pedon maka pedon tidak dapat digunakan sebagai satuan dasar untuk
mengelompokkan tanah di lapang. Oleh karena itu, untuk dasar pengelompokan
tanah di lapang dipergunakan polipedon. Polipedon merupakan kumpulan dari
pedon yang mempunyai sifat-sifat yang sama dalam arti semua pedon tersebut
masuk dalam satu seri tanah yang sama. Pengelompokan ini merupakan
pengelompokan ke dalam seri tanah, yang merupakan kategori terendah dalam
Taksonomi Tanah seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Tanah-tanah yang
termasuk dalam satu satuan polipedon mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh
satu seri tanah tertentu.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari
proses pembentukan tanah. Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah
berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horison O, A, E, B, C, dan R. Sedang
horison yang menyusun solum tanah hanya horison A, E, dan B (Gambar 2.1).
9
Gambar 2.1. Profil dan Horison Tanah
10
Bw = alterasi (perubahan) dari bahan induk yang membebaskan oksida besi dan
lain-lain sehingga berwarna lebih merah atau membentuk struktur tanah,
atau
Bss= terdapat bidang kilir akibat gesekan agregat tanah yang mengembang bila
basah dan mengkerut bila kering
Horison C: bahan induk, sedikit terlapuk sehingga lunak dan dapat ditembus
akar tanaman.
Horison R: batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tanaman
Horison Peralihan
AB = Horison peralihan dan A ke B, tetapi lebih menyerupai A (nama lama A3).
BA = Horison peralihan dari A ke B, tetapi lebih menyerupai B (nama lama B1).
BC = Horison peralihan dari B ke C, tetapi lebih menyerupai B (nama lama B3).
Tanah tidak selalu mempunyai susunan horison seperti tersebut di atas.
Horison O hanya terdapat pada tanah hutan yang belum digunakan untuk usaha
pertanian atau di daerah rawa-rawa. Banyak tanah yang tidak mempunyai horison
E karena tidak terjadi proses pencucian dalam pembentukan tanah tersebut. Di
samping itu, ada pula tanah yang hanya mempunyai horison A dan C saja karena
proses pembentukan tanahnya baru pada tingkat permulaan.
Batas-batas horison
Batasan suatu horison dalam suatu tanah dapat terlihat jelas atau baur.
Peralihan horison-horison dibedakan dalam beberapa tingkat:
a. Nyata, bila lebar peralihan kurang dari 2,5 cm
b. Jelas, bila lebar peralihan 2,5-6,5 cm
c. Berangsur, bila lebar peralihan 6,5-12,5 cm
d. Baur, bila lebar peralihan lebih dari 12,5 cm
Bentuk dari batas peralihan dapat rata, berombak, tidak teratur, atau terputus.
11
2.3. Penutup
2.3.1. Rangkuman
Proses pembentukan tanah dari batuan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
namun secara umum proses ini melewati empat tahapan, yaitu: proses pelapukan
batuan; pelunakan struktur; tumbuhnya tumbuhan perintis; dan proses
penyuburan.
Batuan keras (beku, sedimen, dan metamorfosa) yang melapuk akan
menghasilkan tanah. Proses pelapukan mencakup pelapukan secara fisik,
pelapukan secara biologi-mekanik, pelapukan secara kimia. Faktor-faktor penting
yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah iklim, organisme, bahan induk,
topografi, dan waktu.
Profil tanah yaitu penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan
horison tanah. Susunan horison atau lapisan tanah terbentuk, akibat pengendapan
berulang-ulang oleh genangan air dan atau karena proses pembentukan tanah
secara alami.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari
proses pembentukan tanah. Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah
berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horison O, A, E, B, C, dan R. Sedang
horison yang menyusun solum tanah hanya horison A, E, dan B. Tanah tidak
selalu mempunyai susunan horison seperti tersebut di atas. Horison O hanya
terdapat pada tanah hutan yang belum digunakan untuk usaha pertanian atau di
daerah rawa-rawa. Banyak tanah yang tidak mempunyai horison E karena tidak
terjadi proses pencucian dalam pembentukan tanah tersebut. Di samping itu, ada
pula tanah yang hanya mempunyai horison A dan C saja karena proses
pembentukan tanahnya baru pada tingkat permulaan.
Daftar Pustaka
12
3. Goeswono, S. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bagian Ilmu Tanah , Faperta-IPB.
Bogor.
8. Roemarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Senarai
13
Waktu : 2 x 60 menit
Pokok Bahasan : Sifat Fisik Tanah
Pertemuan : IV dan V
1.2. Pendahuluan
Materi ini meliputi tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, porosistas
tanah, bulk density (kerapatan isi), drainase tanah, warna tanah, serta potensi
mengembang dan mengerut tanah.
Tekstur tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Tekstur tanah
yaitu perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat (fraksi tanah). Tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Fraksi dalam tanah dibedakan menjadi
fraksi batuan atau bahan kasar (kerikil sampai batu) dan fraksi halus.
Bahan-bahan tanah dibedakan menjadi:
14
- Pasir : butiran tanah berukuran 2 mm – 50 μ (2 – 0,050 mm)
- Debu : butiran tanah berukuran 50 μ – 2 μ (0,050 – 0,002 mm)
- Liat : butiran tanah berukuran < 2 μ (< 0,002 mm)
Tanah yang didominasi pasir mempunyai banyak pori makro sehingga tanah
lebih porous, tanah yang didominasi debu mempunyai ruang pori sedang sehingga
tanah agak porous, sedang tanah yang didominasi liat mempunyai lebih banyak
ruang pori mikro sehingga tanah tidak porous. Namun jika dilihat dari luas
permukaan yang terbentuk (luas permukaan mencerminkan bidang yang dapat
bersentuhan dengan air, hara, dan bahan organik), maka tanah yang dominan
fraksi pasir luas permukaannya kecil dibanding tanah bertekstur liat. Dengan
demikian makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan terhadap
air, hara, dan bahan organik, sebaliknya daya menahan air, hara, dan bahan
organik makin besar untuk fraksi liat yang dominan.
Bagi tanaman, makin porous tanah makin mudah penetrasi akar, sirkulasi air
dan udara akan tetapi apabila tanah sangat porous (tanah pasiran) maka tanah
mudah kering karena air mudah hilang. Oleh karena itu tekstur tanah yang baik
adalah tanah bertekstur lempung dan debu karena mempunyai ketersediaan air
yang optimum bagi tanaman. Dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik dibanding
tanah bertekstur debu.
Tekstur tanah dibagi menjadi 12
kelas, terdiri atas: 1)
Pasir; 2)
Pasir
berlempung; 3)
Lempung berpasir; 4)
Lempung; 5)
Lempung liat berpasir; 6)
15
3.2.2. Struktur Tanah
16
1. Lempeng : Sumbu vertikal < sumbu horisontal. Ditemukan di horison E atau
pada lapisan padat liat
2. Prisma : Sumbu vertikal > sumbu horisontal, dan bagian atasnya rata.
Ditemukan di horison B tanah daerah iklim kering
3. Tiang : Sumbu vertikal > sumbu horisontal, bagian atasnya membulat.
Ditemukan di horison B tanah daerah iklim kering
4. Gumpal bersudut : Sumbu vertikal = sumbu horisontal. Seperti kubus dengan
sudut-sudut tajam. Ditemukan di horison B tanah daerah
iklim basah.
5. Gumpal membulat : Seperti kubus dengan dengan sudut-sudut membulat.
Ditemukan di horison B tanah daerah iklim basah.
6. Granuler : bulat-porous. Ditemukan di horison A.
7. Remah : bulat-sangat porous. Ditemukan di horison A.
Sedangkan dari tingkat perkembangan struktur tanah maka dibedakan menjadi:
1. Tingkat perkembangan lemah (butir-butir tanah mudah hancur)
2. Tingkat perkembangan sedang (butir-butir tanah agak sukar hancur)
3. Tingkat perkembangan kuat (butir-butir tanah sukar hancur)
Tanah-tanah yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat
perkembangan yang kuat. Tanah dikatakan tidak berstuktur bila butir-butir tanah
tidak melekat satu sama lain (lepas, misal tanah pasir) atau saling melekat menjadi
satu kesatuan yang padu (pejal/masive). Tanah dengan struktur baik (granular,
remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia
dan tanah mudah diolah.
Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak
dapat saling bersinggungan dengan rapat, sehingga pori-pori tanah banyak yang
terbentuk. Di samping itu, struktur tanah harus tidak mudah rusak sehingga pori-
pori tanah tidak cepat turun (tertutup) jika terjadi hujan. Struktur tanah memiliki
fungsi, yaitu: mengatur pergerakan air dalam tanah; difusi gas dari dan ke
atmosfir; dan mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan akar.
Dampak Pengolahan Tanah terhadap Struktur Tanah
17
Pengolahan tanah dapat berdampak terbentuknya struktur lapisan olah yang
menguntungkan maupun merugikan. Pengolahan tanah pada kondisi
basah/tergenang akan merusak struktur remah (terutama tanah dengan kandungan
lempung tinggi), demikian juga pada kondisi kering (tanah dengan kandungan
pasir tinggi). Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos, dan pengapuran dapat memperbaiki struktur tanah.
18
Konsistensi merupakan bagian dari rheologi. Rheologi adalah ilmu yang
mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan aliran (flow) suatu
benda. Sifat-sifat rheologi tanah dipelajari dengan menentukan angka-angka
Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaaan.
Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah, karena
pengolahan tanah akan sulit dilakukan bila tanah terlalu kering ataupun terlalu
basah. Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan angka Atterberg tersebut
adalah:
Batas mengalir (cair) : adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah.
Kalau air lebih banyak, tanah bersama air akan mengalir. Dalam kandungan air
tinggi, tanah dapat melekat pada alat pengolah tanah seperti bajak atau cangkul.
Bila air berkurang maka melekatnya tanah pad alat pengolah juga berkurang,
sehingga bila kadar air terus berkurang akhirnya tanah tidak dapat melekat lagi.
Batas melekat: adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka tanah tidak dapat
melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat maka tanah akan
mudah melekat pada benda lain. Karena itu pada kadar air lebih tinggi dari batas
melekat tanah sukar diolah.
Bila tanah yang telah mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut
dapat mebentuk gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila digolek-golekkan
maka dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentuk pita atau
gulungan (selalu patah-patah) maka disebut tidak plastis.
Bila air pada tanah yang telah mencapai batas melekat tersebut terus-menerus
menguap sehingga kadar air terus berkurang maka pada suatu saat gulungan tanah
yang mula-mula dapat digolek-golekkan tersebut akan hilang keteguhannya
sehingga menjadi pecah-pecah ke segala arah.
Batas mengolek. Adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat
digolek-golekkan lagi. Kalau digolek-golekkan tanah akan pecah-pecah ke segala
arah. Pada kadar air lebih kecil dari batas mengolek tanah sukar diolah.
Indeks plastisitas. Perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan batas
mengolek. Tanah-tanah liat umumnya mempunyai indeks plastisitas yang rendah.
19
Jangka olah: Besarnya perbedaan kandungan air pada batas melekat dengan batas
mengolek. Tanah dengan jangka olah yang rendah merupakan tanah yang lebih
sukar diolah daripada tanah dengan jangka olah tinggi.
20
= 2.400.000 kg
Untuk memudahkan perhitungan, berat tanah 1 hektar (tanah mineral) sering
dianggap sama dengan 2.000.000 kg.
Kelas drainase tanah ditentukan oleh mudah tidaknya air hilang dari tanah.
Air dapat hilang melalui permukaan tanah maupun peresapan ke dalam tanah.
Berdasarkan kelas drainasenya, tanah dibedakan menjadi kelas drainase terhambat
(tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah).
Kelas drainase ditentukan di lapangan dengan melihat adanya gejala-gejala
pengaruh air dalam penampang tanah. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah
warna pucat, kelabu, atau adanya becak-becak karatan. Warna pucat atau kelabu
kebiru-biruan menunjukkan adanya pengaruh genangan air yang kuat, sehingga
21
merupakan petunjuk adanya tanah berdrainase buruk. Adanya karatan
menunjukkan bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah setempat-setempat
sehingga terjadi oksidasi di tempat tersebut dan terbentuk senyawa-senyawa Fe3+
yang berwarna merah. Bila air tidak pernah menggenang sehingga tata udara
dalam tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi Fe3+.
Oleh karena itu, seluruh tanah umumnya berwarna merah atau coklat.
Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Sebagai contoh, pada dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi
misalnya jagung, karet, cengkeh, dan kopi tidak dapat tumbuh dengan baik kalau
tanah selalu tergenang air.
3.2.9.Warna Tanah
Warna tanah dapat sebagai petunjuk sifat-sifat tanah. Kandungan bahan
organik, kondisi drainase dan aerasi adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan
warna tanah. Pada tanah lapisan atas, warna tanah lebih dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, makin tinggi kandungan bahan organik maka warna
tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh
bentuk dan banyaknya senyawa Fe. Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah
yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe
terdapat dalam keadaan reduksi (Fe++). Pada tanah yang berdrainase baik yaitu
tanah yang tidak terendam air, Fe terdapat dalam bentuk teroksidasi (Fe+++) yang
berwarna merah atau kuning coklat.
Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika
sering tidak sejalan dengan di daerah beriklim sedang (Amerika, Eropa). Tanah-
tanah merah di Indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organik
lebih tinggi dari satu persen, sama dengan kandungan bahan organik tanah hitam
(Mollisol) di daerah beriklim sedang.
Warna tanah disusun oleh tiga variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue
adalah warna spektrum yang dominant sesua dengan panjang gelombang. Value
menunjukkan gelap-terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang
dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan warna spektrum.
22
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan buku Munsell Soil Color
Chart. Dalam buku tersebut, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R, 10R, 2,5YR, 5YR,
7,5YR, 10YR, 2,5Y, 5Y yaitu dari spectrum dominan paling merah (5R) sampai
kuning (5Y). Juga ditambahkan hue untuk warna tanah tereduksi (gley = abu)
yaitu 5G, 5GY, 5BG, dan N (netral). Value dibedakan dari 0 sampai 8, makin
tinggi value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang
dipantulkan). Chroma dibedakan dari 0 sampai 8, makin tinggi chroma
menunjukkan kemurnian warna makin meningkat. Warna tanah dengan notasi
missal 7,5 YR 5/4 (coklat), berarti tanah mempunyai hue 7,5 YR, value = 5, dan
chroma = 4. Bila dalam tanah terdapat lebih dari satu warna maka semua warna
harus disebutkan dengan menyebutkan warna yang dominan.
3.3. Penutup
3.3.1. Rangkuman
23
tanaman. Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan,
dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume pori-pori tanah, dan perbandingan air dan udara menempati pori-
pori tanah. Sifat fisik tanah yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, yaitu:
tekstur, struktur, konsistensi, porositas, kerapatan isi, kerapatan zarah/partikel,
ruang pori total, draenasi, warna tanah, dan potensi mengembang – mengerut
tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (%) fraksi-fraksi pasir, debu, dan
liat. Tekstur tanah yang baik adalah tanah bertekstur lempung dan debu karena
mempunyai ketersediaan air yang optimum bagi tanaman. Tekstur tanah dibagi
menjadi 12 kelas yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung,
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu,
debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat.
Struktur tanah merupakan gumpalan (agregat) kecil dari butir-butir tanah.
Gumpalan struktur terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama
lain oleh suatu perekat. Struktur tanah mempengaruhi tekstur tanah seperti kondisi
drainase atau aerasi, karena agregar tanah akan menghasilkan ruang pori tanah.
Oleh karenanya tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase
dan aerasi yang baik, sehingga lebih memudahkan perakaran untuk berpenetrasi
dan mengadsorbsi hara dan air. Menurut bentuknya struktur tanah dibedakan
menjadi lempeng, prisma, tiang, gumpal bersudut, gumpal membulat, granuler,
dan remah.
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan tanah daya kohesi butir-butir tanah
atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi tanah tergantung
pada tekstur, sifat dan jumlah koloid-koloid anorganik dan organik dan terutama
kandungan air tanah. Bila air berkurang, umumnya tanah akan kehilangan sifat
melekat dan plastisitasnya dan dapat menjadi gembur dan lunak, dan bila tanah
kering maka akan menjadi keras. Oleh karenanya konsistensi tanah ditentukan
dalam keadaan kering, lembab, dan basah. Konsistensi penting dalam menentukan
tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan bila
tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.
24
Di dalam tanah terdapat ruang pori-pori yang terisi oleh air dan udara,
sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Porositas tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah.
Porositas tanah tinggi bila kandungan bahan organik tinggi. Tanah yang
berstruktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada
tanah-tanah dengan struktur pejal. Tanah yang bertekstur pasir banyak
mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air.
Kerapatan isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven dengan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, yang merupakan petunjuk
kepadatan tanah. Bila nilai KI makin tinggi maka makin padat suatu tanah
sehingga makin sulit sirkulsi air, udara, gas, dan sulit ditembus akar.
Drainase tanah ditentukan oleh mudah tidaknya air hilang dari tanah. Air
dapat hilang melalui permukaan tanah maupun melalui peresapan ke dalam tanah.
Berdasarkan klas drainasenya, tanah dibedakan menjadi klas drainase terhambat
(tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah). Klas drainase
ditentukan di lapang dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam
penampang tanah. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah warna pucat, kelabu,
atau adanya becak-becak karatan. Keadaan drainase tanah menentukan jenis
tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh, pada dapat hidup pada tanah-tanah
dengan drainase buruk, tetapi misalnya jagung, karet, cengkeh, dan kopi tidak
dapat tumbuh dengan baik kalau tanah selalu tergenang air.
Warna tanah dapat sebagai petunjuk tentang sifat tanah. Kandungan bahan
organik, kondisi drainase dan aerasi adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan
warna tanah. Pada tanah lapisan atas, warna tanah lebih dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, makin tinggi kandungan bahan organik warna tanah
semakin gelap. Di lapisan bawah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk
dan banyaknya senyawa Fe. Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah yang selalu
tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
keadaan reduksi (Fe++). Pada tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak
terendam air, Fe terdapat dalam bentuk teroksidasi (Fe +++) yang berwarna merah
25
atau kuning coklat. Warna tanah disusun oleh tiga variable yaitu hue, value, dan
chroma. Warna tanah ditentukan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.
Nilai mengembang – mengerut tanah dinyatakan dalam nilai COLE
(Coefficient of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Sweel
index). Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut
(bila kering). Akibatnya pada musim kering tanah pecah-pecah, sifat ini
disebabkan adanya liat montmorilonit yang tinggi.
3.3.2. Latihan
Tugas:
1. Jelaskan pengertian sifat fisik tanah.
2. Sebutkan sifat – sifat fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3. Jelaskan kondisi sifat - sifat fisik tanah yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman.
4. Jelaskan kondisi sifat – sifat fisik tanah yang merugikan bagi pertumbuhan
tanaman.
Daftar Pustaka
1. Goeswono, S. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bagian Ilmu Tanah , Faperta-IPB.
Bogor.
6. Roemarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Senarai
26
Koloidal : Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik
tanah yang sangat halus berukuran < 1 μ.
Kohesi tanah : Gaya tarik-menarik dua benda yang sama
Adhesi tanah : Gaya tarik-menarik dua benda yang berbeda
Kompetensi Khusus :
Setelah mengikuti kuliah dan praktikum diharapkan mahasiswa akan mampu:
1. Mendefinisikan sifat- sifat kimia tanah
2. Menguraikan sifat – sifat kimia tanah
3. Menjelaskan peranan sifat-sifat kimia tanah
4. Melakukan penentuan/penetapan beberapa sifat kimia tanah
Waktu : 1 x 60 menit
Pokok Bahasan : Sifat Kima Tanah
Pertemuan : VI
1.4. Pendahuluan
Materi ini meliputi koloid tanah (mineral dan organik), kapasitas tukar kation/
KTK (faktor-faktor yang mempengaruhi dan peranan KTK), pertukaran anion,
reaksi tanah, dan kejenuhan basa.
Materi ini diberikan agar mahasiswa memahami sifat-sifat kimia tanah dan
peranannya terhadap kesuburan tanah serta pengelolaan kesuburan tanah terutama
sifat-sifat kimia agar mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.
1.5. Penyajian
27
4.2.1. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat
halus berukuran < 1 μm, yang termasuk koloid tanah adalah liat, namun tidak
semua liat karena ukuran liat sampai 2 μm. Koloid merupakan bagian tanah yang
aktif, tempat terjadi reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Berdasarkan
sumbernya koloid dibedakan menjadi:
a. Koloid liat/mineral
b. Koloid organik
Partikel-partikel koloid sangat halus yang disebut micelle (micro cell)
umumnya bermuatan negatif. Karena itu ion-ion bermuatan positif (kation)
tertarik pada koloid tersebut sehingga terbentuk lapisan ganda ion (ionic double
layer). Bagian dalam dari lapisan ganda ion ini terdiri dari partikel koloid yang
bermuatan negatif (anion) sedang bagian luar merupakan kerumunan kation yang
tertarik oleh partikel-partikel koloid tersebut.
Koloid liat/mineral
Koloid liat tersusun dari mineral-mineral liat yang memiliki sifat:
- Umumnya berbentuk kristal
- Mudah mengalami subsitusi isomorfik
- Umumnya bermuatan negatif
- Sebagian kecil bermuatan positif
- Menjerap/mengikat air
- Mempertukarkan kation
- Mempunyai permukaan yang luas
Liat silikat, kecuali alofan, adalah berbentuk kristal. Adanya sifat subsitusi
isomorfik dan patahan pinggiran kristal menyebabkan mineral liat bermuatan
negatif. Muatan negatif ini menyebabkan penjerapan dan pertukaran kation.
Muatan positif timbul karena proses protonasi, yang menyebabkan timbulnya
muatan positif sehingga terjadi penjerapan dan pertukaran anion. Terdapatnya
ruang antar lapisan mineral liat menyebabkan koloid liat menyerap air.
Secara fisika, dapat dipahami bahwa semakin kecil pecahan suatu benda akan
semakin luas permukaannya. Luas permukaan liat tidak hanya disebabkan oleh
28
pecahannya yang kecil, tetapi juga oleh bentuk lempeng dan adanya permukaan
dalam dan permukaan luar. Luas permukaan 1 gram liat sekitar 1.000 kali luas 1
gram pasir.
Partikel koloid liat terdiri atas gugusan kompleks yang umumnya bermuatan
negatif atau misel dengan sejumlah kation-kation yang terjerap. Di daerah basah,
katian-kation basa cenderung tercuci dan kation-kation masam seperti Al dan H
merupakan yang terbanyak, sehingga tanah bereaksi masam. Di daerah bercurah
hujan rendah, Ca dan basa-basa lainnya tidak tercuci, sehingga tanah ber-pH 7
atau lebih.
Koloid organik
Bahan organik yang telah mengalami pelapukan akan menghasilkan humus
yang bersifat koloid. Humus bermuatan negatif yang berasal dari gugus
karboksil (-COOH) dan fenolik ( --OH).
Muatan humus bergantung pH:
- Pada pH asam, hidrogen terikat kuat dan tidak mudah digantikan oleh kation-
kation lain. Pada keadaaan ini humus bermuatan negatif rendah
- Pada pH basa, hidrogen dari kelompok hidroksil berionisasi dan disusul dari
kelompok fenolik, selanjutnya akan digantikan oleh kation-kation.
Sama halnya dengan koloid liat, koloid organik juga dikerumuni berbagai
kation karena adanya muatan negatif. Koloid organik mempunyai daya jerap
kation dan air yang jauh melebihi daya jerap koloid liat.
Perbedaan utama koloid liat dan koloid organik adalah unit misel humus
tersusun dari karbon, oksigen, dan hidrogen, sedangkan koloid liat terdiri dari
silikon, aluminium, dan oksigen. Koloid organik tidak kristalin, sedang koloid liat
umumnya kristalin. Daya jerap koloid organik jauh melebihi koloid liat. Humus
bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk.
29
dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh
koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh
kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut dinamakan pertukaran
kation. Jenis-jenis kation yang tersebut di atas merupakan kation-kation yang
umum ditemukan dalam kompleks jerapan tanah.
Pertukaran kation merupakan reaksi yang umum terjadi dan merupakan salah
satu reaksi terpenting dalam tanah.
+H
Ca + 2H 2H + Ca2+
+ Ca
Gambar 4.1. Pertukaran kation Ca2+ dengan H+
H+
Koloid tanah memiliki 10
Mg2+ muatan negatif yang diisi
oleh 10 kation dari 4 unsur
Gambar 4.2. Pertukaran Kation dalam Tanah
Besarnya KTK dinyatakan dengan satuan miliekuivalen (me). Satu me sama
dengan satu miligram hidrogen, atau sejumlah ion lain yang dapat berkombinasi
atau menggantikan ion hidrogen. Bila suatu tanah mempunyai KTK = 1 me,
artinya tiap 100 gram (1 me/100 g) tanah tersebut dapat menjerap H 1 mg/100 g.
Bagaimana bila dihitung dengan ion lain misal Ca2+. Ion Ca2+ mempunyai bobot
atom 40, sedang H+ bobot atom 1. Tiap ion Ca2+ mempunyai 2 muatan dan
ekuivalen dengan 2 ion H+. Untuk menggantikan 1 mg H diperlukan 40/2 atau 20
30
mg Ca. Satuan miliekivalen dapat diubah menjadi satuan berat, demikian juga dari
satuan me/100 g dapat diubah memjadi ppm (part per milion), misalnya:
1 me H = 1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)
1 me K = 39 mg (berat atom K = 39, valensi 1)
1 me Ca = 40/2 mg (berat atom Ca = 40, valensi 2)
Bila K = 0,6 me/ 100 g, berapa ppm K?
= 0,6 x 39 me/100 g = 23,4 mg /100.000 mg
= 234 mg/1.000.000 mg = 234 ppm
Bila Ca = 21,5 me/100 g, berapa ppm Ca?
= 21,5 x 40/2 mg/100 g = 430 mg/100g
= 430 mg/1.000.000 mg = 4.300 ppm
Dalam Taksonomi Tanah (sejak 1987), satuan me/100 g menjadi cmol (+)/kg,
dimana 1 me/100 g tanah = 1 cmol(+)/kg tanah.
Tanah mengandung koloid dan larutan tanah. koloid tanah melekat beberapa
kation, juga terdapat kation dan anion lain. Kation-kation ini dapat berasal dari
pupuk, pelapukan bahan organik, atau bahan-bahan mineral. Pertukaran kation
dapat terjadi jika kation dari larutan tanah menggantikan kation pada koloid tanah.
Pertukaran hanya dapat terjadi jika larutan tanah berada dalam keadaan tidak
seimbang dengan koloid tanah. Larutan dan koloid tanah jarang berada dalam
keadaan seimbang, karena selalu terjadi perubahan yang disebabkan oleh
tercuci/terlindinya kation ke lapisan tanah yang lebih dalam akibat aliran air atau
beberapa kation diserap oleh tanaman.
Larutan tanah
Ca H
K Al
Koloid tanah
K K
terlindi
Ca2+ K Penyerapan hara oleh
Larutan tanah tanaman
31
Gambar 4.3. Pertukaran Kation dalam Larutan Tanah dan
Penyerapan Hara oleh Tanaman
Koloid tanah adalah bagian tanah yang berperan dalam penyediaan unsur hara
bagi tanaman. Misalnya, tanah memiliki KTK 1 me/100 g, berarti kemampuan
100 g tanah untuk menyerap kalsium adalah 20 mg = 0,02 g. Bobot 1 me Ca
adalah 0,02 g, maka kemampuan maksimal 1 ha tanah tersebut dalam menyerap
Ca adalah:
0,02 gram Ca = X kg Ca
100 gram tanah 2.000.000 kg tanah/ha
32
dipertukarkan. Bila pH meningkat, hidrogen yang diikat koloid organik dan liat
berionisasi dan dapat digantikan. Demikian pula ion hidroksil-Al akan
dilepaskan dan membentuk Al(OH)3, sehingga terbentuk daerah pertukaran
baru yang menyebabkan KTK tanah meningkat.
2. Tekstur tanah atau jumlah liat
KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin tinggi
jumlah liat tanah maka KTK tanah bertambah besar. Makin halus tekstur tanah
makin besar jumlah koloid liat sehingga KTK makin meningkat. Sebaliknya
tekstur tanah kasar, pasir, atau debu, maka jumlah koloid liat kecil sehingga
KTK rendah.
3. Bahan organik
Bahan organik mempunyai daya jerap/ikat kation yang lebih besar
dibanding mineral liat. Bila kandungan bahan organik suatu tanah tinggi maka
KTK tanah juga tinggi, demikian sebaliknya.
4. Jenis mineral liat
Terdapat berbagai jenis mineral dalam tanah. Tanah yang dominan mineral
kaolinit mempunyai KTK yang rendah dibanding tanah yang mengandung illit
dan montmorillonit.
Tabel 4.1. Nilai KTK Beberapa Mineral Liat
Mineral liat Kapasitas Tukar Kation (me/100 g)
Illit 37
Montmorillonit 100
Kaolinit 5
5. Pengapuran dan pemupukan
Pemberian kapur akan meningkatkan pH tanah. Pada tanah-tanah yang
muatannya tergantung pH seperti tanah montmorilonit atau koloid organik,
maka KTK akan meningakat dengan pengapuran. Pemberian pupuk tertentu
seperti urea yang dapat menurunkan pH tanah yang akan menurunkkan KTK
tanah.
Peranan KTK
KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan
tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara
33
lebih banyak daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah yang mempunyai KTK
tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jumlah yang banyak agar
tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka kurang tersedia
bagi tanaman karena lebih banyak yang terjerap. Sebaliknya pada tanah yang
mempunyai KTK rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh terlalu banyak
karena mudah tercuci.
34
Pengubahan mungkin untuk menaikkan pH atau menurunkan pH, kenyataannya
pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah, dengan kata lain ada suatu hambatan
yang disebut dengan sangga (buffer) tanah.
Komponen tanah yang mempunyai sifat menyangga adalah gugus asam
lemah seperti karbonat, dapat dikatkan bahwa koloid liat dan humus adalah bahan
penyangga reaksi tanah. Mekanisme sanggaan dapat dijelaskan sbb:
Ion H yang terjerap Ion H dalam larutan tanah
(kemasaman cadangan) (kemasam aktif)
Adanya bahan penyangga tanah dapat menjaga penurunan pH yang drastis
akibat bertambahnya ion H oleh suatu proses biologis atau pemupukan. Kegiatan
jasad mikro atau penambahan pupuk pupuk yang bersifat masam akan
menyumbangkan sejumlah ion H. Dengan demikian sifat sanggaan dari tanah
sangat penting dalam menjaga kestabilan reaksi dalam tanah, sehingga tidak
terjadi gejolak pH yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman.
Faktor-faktor pH
Nilai pH dipengaruhi oleh:
a. Kejenuhan basa. Semakin kecil kejenuhan basa maka semakin masam reaksi
tanah/pH makin rendah. Kejenuhan basa 100% menunjukkan pH tanah netral,
bila < 100% tanah bereaksi masam, dan bila > 100% tanah bereaksi basa.
b. Sifat koloid. Sifat koloid yang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H
terjerap menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda walaupun
kejenuhan basa sama. Koloid organik mudah mendisosiasikan ion H ke dalam
tanah, oleh karenanya pH tanah organik lebih rendah dari tanah mineral.
c. Macam kation yang terjerap. Koloid yang mengandung natrium (Na) tinggi
mempunyai pH lebih tinggi pada kejenuhan basa yang sama. Hal ini
disebabkan koloid yang kaya Na sukar mendisosiasikan ion H sehingga
sumbangan ion H rendah sekali ke dalam larutan tanah.
Peranan pH Tanah
pH tanah berperan dalam:
1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Umumnya
unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH sekitar netral, karena pada pH
35
tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam
unsur P tidak dapat diserap tanaman karena terikat oleh Al, sedang pada tanah
basa (alkalis) unsur P tidak dapat diserap tanaman karena terikat unsur Ca.
2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah
masam banyak ion-ion Al, selain memfiksasi P, ion Al juga merupakan racun
bagi tanaman. Disamping itu unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga
ditemukan dalam jumlah banyak, dan menjadi racun. Unsur mikro Fe, Mn, Zn,
Cu, Co, dan Mo dapat menjadi racun bila pH terlalu masam.
3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
- bakteri berkembang dengan baik pada pH 5,5 sedang pada pH < 5,5
perkembangannya terhambat
- jamur dapat berkembangbiak pada segala tingkat kemasaman tanah
- bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi dapat berkembang
dengan baik pada pH 5.5.
Penentuan pH
Penentuan pH tanah ada dua macam yaitu kolorimeter yang berdasarkan
warna dan pH meter. Penetapan pH berdasarkan warna dilakukan dengan
indikator yang tidak sama pada kepekatan H+ yang berbeda. Cara ini biasanya
dilakukan di lapang. Nilai yang didapat biasanya berbeda dengan nilai yang
ditetapkan dengan pH meter di laboratorium, biasanya sekitar 0,3 satuan. Hasil
pengukuran dengan pH meter sangat bervariasi tergantung ketelitian persiapan
tanah yang akan dianalisis.
Bila dari hasil pengukuran tanah yang terlalu masam, dalam kegiatan
budidaya tanaman pH tanah dapat dinaikkna dengan menambahkan kapur ke
dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan
menambahkan belerang.
36
2. Kation-kation asam : H+, Al3+, Fe3+, Fe2+
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa
dan asam yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation
yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai KTK tanah.
Kejenuhan basa = jumlah kation basa x 100%
KTK
Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Kation-kation basa umumnya mudah tercuci/terlindi, sehingga tanah
dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak
mengalami pencucian/pelindian dan merupakan tanah yang subur.
Kejenuhan basa berhubungan dengan pH tanah, tanah dengan nilai pH rendah
umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedangkan tanah dengan nilai pH
tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi. Tanah dengan kejenuhan basa
rendah, berarti kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu
Al3+ dan H+, apabila kation asam terlalu banyak dapat menjadi racun bagi
tanaman.
4.3. Penutup
4.3.1. Rangkuman
Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat
halus berukuran < 1 μ. Koloid merupakan bagian tanah yang aktif, tempat terjadi
reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Partikel-partikel koloid umumnya
bermuatan negatif sehingga ion-ion yang bermuatan positif tertarik oleh partikel-
partikel koloid tersebut. Berdasarkan sumbernya koloid dibedakan menjadi koloid
liat/mineral dan koloid organik.
Kapasitas tukar kation adalah kemampuan koloid tanah menjerap dan
mempertukarkan kation. Pertukaran kation dapat terjadi bila kation yang berasal
dari larutan tanah menggantikan kation pada koloid tanah. Pertukaran hanya dapat
terjadi jika larutan tanah berada dalam keadaan tidak seimbang dengan koloid
tanah. Besarnya KTK dinyatakan dengan satuan miliekuivalen (me). Satu me
sama dengan satu miligram hidrogen, atau sejumlah ion lain yang dapat
37
berkombinasi atau menggantikan ion hidrogen. Semakin tinggi KTK tanah,
semakin subur tanah tersebut demikian juga kemampuan menyerap pupuk juga
semakin tinggi. Untuk dengan KTK rendah, maka pupuk harus diberikan sedikit
demi sedikit, tetapi frekuensinya lebih sering supaya tidak terbuang percuma.
Selain pertukaran kation, juga ditemukan pertukaran anion walaupun dalam
jumlah yang jauh lebih sedikit. Muatan positif pada mineral disebabkan karena
adanya patahan-patahan kristal atau akibat penggantian gugus OH oleh anion-
anion. Karena koloid bermuatan positif maka akan menarik ion bermuatan negatif
sehingga timbul pertukaran anion.
Reaksi tanah menunjukkan sifat asam atau basa tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+)
di dalam tanah. Selain ion H+, terdapat ion OH- yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan ion H+. Makin tinggi kadar ion H+ maka semakin masam tanah
tersebut (tanah bereaksi masam). Bila kadar ion H + sama dengan ion OH- maka
rekasi tanah adalah netral, dan bila kadar ion H + lebih rendah dari ion OH- maka
tanah bereaksi basa. Nilai pH berkisar 0-14, bila pH < 7 disebut masam, pH = 7
disebut netral, dan pH > 7 disebut basa. Umumnya nilai pH tanah berkisar 3,0-9,0.
pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah, dengan kata lain ada suatu
hambatan, yang disebut dengan sanggaan (buffer). Komponen tanah yang
mempunyai sifat menyangga adalah gugus asam lemah seperti karbonat, dapat
dikatkan bahwa koloid liat dan humus adalah bahan penyangga reaksi tanah.
Adanya bahan penyangga tanah dapat menjaga penurunan pH yang drastis akibat
bertambahnya ion H oleh suatu proses biologis atau pemupukan. Sifat sanggaan
dari tanah sangat penting dalam menjaga kestabilan reaksi dalam tanah, sehingga
tidak terjadi gejolak pH yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman.
Nilai pH dipengaruhi oleh kejenuhan basa, sifat koloid, dan macam kation
yang terjerap. pH tanah berperan dalam menentukan mudah tidaknya unsur-unsur
hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun,
dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
38
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa
dan asam yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation
yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai KTK tanah.
Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Kation-kation basa umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan
kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak
mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa
berhubungan dengan pH tanah, tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai
kejenuhan basa rendah, sedang tanah dengan pH tinggi mempunyai kejenuhan
basa yang tinggi. Tanah dengan kejenuhan basa rendah, berarti kompleks jerapan
lebih banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu Al3+ dan H+, apabila kation asam
terlalu banyak dapat menjadi racun bagi tanaman.
4.3.2. Latihan
Tugas:
5. Jelaskan pengertian sifat kimia tanah
6. Sebutkan sifat – sifat kimia tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
7. Jelaskan kondisi sifat – sifat kimia tanah yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman.
8. Jelaskan kondisi sifat – sifat kimia tanah yang merugikan bagi pertumbuhan
tanaman.
Daftar Pustaka
7. Goeswono, S. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bagian Ilmu Tanah , Faperta-IPB.
Bogor.
39
12. Roemarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
13. Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kompetensi Khusus :
Setelah mengikuti kuliah dan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu:
2. Menjelaskan peranan air tanah
3. Menjelaskan sifat fisik-kimia air
4. Menjelaskan jenis-jenis air tanah
5. Menjelaskan penyerapan air tanah dan hubungan air tanah-tanaman
6. Menjelaskan konservasi air tanah
Waktu : 1 x 60 menit
Pokok Bahasan : Air Tanah
Pertemuan : VII
1.6. Pendahuluan
40
1.7. Penyajian
41
disebut dipolar karena meskipun dalam medan listrik yang sesuai namun
mempunyai muatan yang tidak seimbang.
H 1050 H
42
permukaan partikel non-koloid (tanpa muatan) melalui gaya matriks, yang
menyebabkan terjadinya:
1. Penurunan aktivasi gerakan molekul-molekul air
2. Penurunan energi air sehingga terjadi pelepasan panas
Kuatnya ikatan adhesi menyebabkan air tidak tersedia atau tidak dapat
diserap oleh tanaman, sehingga berbentuk kristal. Setelah daya adhesi melemah,
lapisan molekul air berikut terikat melalui ikatan H, sehingga mempunyai energi
bebas yang lebih besar dan menyebabkan air lebih mudah bergerak. Lapisan
molekul-molekul air ini disebut air kohesi.
Air adhesi dan air kohesi setebal 15-20 lapisan molekul air dalam pori
makro, sedangkan dalam pori mikro terdapat 5-10 lapisan molekul air adhesi yang
tak tersedia dan 15-20 lapisan molekul air kohesi yang bersama dengan 2/3
lapisan molekul air terluar (air gravitasi) merupakan air tersedia bagi tanaman. Air
kohesi dan adhesi dalam pori mikro terikat kuat melebihi gaya gravitasi, tetapi
dalam pori-pori makro ikatannya tidak kuat sehingga segera terpengaruh oleh
gaya gravitasi dan mengalir ke bawah. Air ini disebut air gravitasi.
Tegangan permukaan hanya terjadi antara permukaan air dengan udara, yang
diakibatkan oleh lebih besarnya gaya tarik-menarik antar sesama molekul air
dibanding antara molekul air-udara. Hasil akhirnya timbul gaya internal molekul
air di permukaan, sehingga seolah-olah permukaan air tertutup oleh selaput lentur.
Sifat tegangan permukaan inilah yang berperan penting dalam menentukan
pergerakan air tanah melalui mekanisme kapileritas.
Retensi dan pergerakan air dalam tanah, pengambilan (uptake) dan
translokasi air dalam tumbuhan, serta kehilangan air ke atmosfer merupakan
fenomena energi. Berbagai bentuk energi terlibat, baik potensial, kinetis maupun
elektris. Tingkat energi air tanah bervariasi sangat besar. Perbedaan tingkat energi
air tanah tersebut memungkinkan air bergerak dari satu zone ke zone yang lain
dalam tanah. Air tanah akan bergerak dari tempat dengan tingkat energi yang
tinggi (misalnya : muka air tanah) ke tempat dengan energi yang lebih rendah
(misalnya tanah kering). Dengan mengetahui tingkat energi dari beberapa tempat
di dalam profil tanah dapatlah diprediksi arah pergerakan air tanah.
43
5.2.3. Jenis-jenis Air Tanah
Cara mengklasifikasikan air tanah dipergunakan batas-batas arbiter, karena
tidak ada batas yang jelas untuk membedakan bentuk-bentuk air tanah tersebut.
Atas dasar tingkatan tegangan, air tanah dapat digolongkan ke dalam tiga bagian,
yaitu:
a. Air bebas (air drainase, air gravitasi): Mengisi ruang pori makro pada tanah
dalam keadaan lebih basah dari kapasitas lapang. Air ini ditahan pada
tegangan kurang dari 1/3 atmosfer (atm). Mudah bergerak karena pengaruh
gravitasi, cepat hilang sambil mencuci/melindi unsur hara.
b. Air kapiler: Menempati ruang pori mikro dan dinding-dinding pori makro,
yang ditahan tanah pada tegangan lapisan air berkisar antara 1/3-31 atm, pada
kelembaban tanah antara kapasitas lapang dan koefisien higroskopik. Bergerak
lambat melalui penyesuaian tebal lapisan air. Berfungsi sebagai larutan tanah
dan sebagian tersedia bagi tumbuhan.
c. Air hidroskopik: Menempati ruang pori sangat kecil dan menyelimuti partikel
padat tanah, ditahan tanah pada tegangan sekitar 31-10.000 atm, pada keadaan
tanah lebih kering dari koefisien higroskopik. Sebagian besar bersifat non
cairan, bergerak dalam bentuk uap dan tidak tersedia bagi tumbuhan.
Sedangkan berdasarkan tingkatan ketersediaan air bagi tumbuhan, air tanah
digolongkan menjadi air berlebihan, air tersedia, dan air tidak tersedia.
a. Air berlebihan
Umumnya berupa air bebas yang berada pada kelembaban tanah lebih dari
kapasitas lapang. Air ini tidak berguna bagi tumbuhan karena berpengaruh
buruk, antara lain: mengakibatkan keadaan aerasi yang buruk bagi akar
tumbuhan, bakteri-bakteri amonifikasi, nitrifikasi N, serta pencucian/pelindian
unsur hara ke lapisan yang lebih dalam atau keluar/menghilang dari tanah.
b. Air tersedia
Sebagian besar merupakan air kapiler, yang ditahan tanah pada kelembaban
antara kapasitas lapang dan koefisien layu. Air yang terdapat di antara
kapasitas lapang dan koefisien layu dapat secara terus diambil oleh tumbuhan,
hal ini bergantung pada jenis tumbuhannya dan bagian dari profil tanah yang
44
dapat dijangkau akar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan
optimum, air harus ditambahkan apabila 50 hingga 85% air tersedia telah habis
dipakai.
c. Air tidak tersedia
Air jenis ini ditahan tanah pada kelembaban lebih kering dari titik layu. Air ini
meliputi sebagian dari air kapiler dan seluruh air higroskopik. Sebagian air
kapiler tersebut sebenarnya masih dapat diambil tumbuhan tetapi jumlahnya
terlalu sedikit untuk menghindarkan kelayuan, kecuali untuk tumbuhan daerah
kering. Kegunaan air ini lebih untuk bakteri dan jamur, tetapi pertumbuhannya
tidak sebaik bila keadaan air lebih baik.
45
partikel tanah dan daya hisap osmotik dari larutan tanah. Pada daerah humid
pengaruhnya dapat diabaikan, tetapi sangat penting di daerah kering dan salin.
Kedalaman dan lapisan tanah. Bila semua faktor sama, tanah bersolum dalam
mempunyai air tersedia lebih banyak dibandingkan dengan tanah dangkal. Hal ini
penting untuk tumbuhan berakar dalam. Pelapisan tanah berpengaruh terhadap
jumlah air tersedia dan pergerakkannya dalam tanah. Lapisan keras tidak tembus
air memperlambat pergerakan air dan mempengaruhi daya tembus dan
perkembangan akar, yang secara efektif mengecilkan kedalaman tanah dari mana
air diperoleh. Lapisan berpasir juga menghalangi pergerakan air dari lapisan yang
bertekstur halus.
46
hingga 2% dari tanah; sehingga dalam keadaan akar tidak tumbuh, air harus
bergerak ke arah akar agar tumbuhan harus tetap hidup.
Transpirasi dan Absorpsi Air oleh Tanaman
Jumlah air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan untuk memproduksi
sejumlah bahan kering telah dipelajari secara intensif oleh Briggs dan Shantz.
Ternyata setiap tumbuhan mentranspirasikan paling sedikit sebanyak 500 pounds
air untuk setiap satu pound bahan kering, berbeda untuk setiap jenis tumbuhan.
Kehilangan air melalui transpirasi menciptakan daya absorpsi air (uptake)
bagi akar tumbuhan yang kehilang-an air tersebut. Tegangan air yang terbentuk di
permukaan dan akibat transpirasi mendorong pergerakan (translokasi) air dari
xylem dan selanjutnya dari akar. Bila tegangan yang terbentuk dipermukaan akar
lebih tinggi dari daya tahan air di permukaan tanah disekeliling akar, maka air
akan bergerak ke akar. Tegangan air sebesar 4-5 bar yang terbentuk dalam xylem
cukup untuk menarik air dan mentranslokasikannya keseluruh bagian tumbuhan.
Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan,
maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga
berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi
dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga
keduanya disebut evapotranspirasi. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh
terhadap evapotranspirasi adalah penyinaran matahari, temperatur udara,
kelembaban udara, tekanan udara, dan kecepatan angin.
Peranan Air Tanah dalam Absopsi Unsur Hara dan Pengelolaan Air Tanah
Akar tumbuhan tidak menyerap larutan tanah yang mengandung hara seperti
halnya hewan minum air yang mengandung makanan terlarut. Air tanah
memasuki akar sebagai air murni tanpa perduli apakah hara yang terlarut di
dalamnya terbawa serta. Masuknya hara ke dalam akar merupakan proses
tersendiri. Hara yang terlarut bergerak mendekati akar bersama-sama pergerakan
air kapiler, proses ini cukup penting dalam penyediaan hara bagi tanaman.
Sejarah pengelolaan air sebenarnya sudah setua sejarah manusia itu sendiri,
dengan semakin meningkatnya populasi manusia dan kebutuhan akan sandang,
pangan, dan papan, menjadikan masalah pengelolaan air semakin penting.
47
Cepatnya peningkatan akan kebutuhan air di daerah perkotaan (urban)
mengakibatkan semakin serius kompetensi penyediaan air bagi pertanian dan
industri. Pada dasarnya terdapat tiga pendekatan dalam pengelolaan air untuk
meningkatkan produksi pangan dan kehutanan, yaitu (1) konservasi air hujan di
daerah subhumid dan arid, (2) pembuangan air di daerah rawa, dan (3) penam-
bahan air melalui irigasi.
Pemakaian Air Konsumtif
Pemakaian air konsumtif adalah jumlah air yang diperlukan untuk
evapotranspirasi selama pertumbuhan. Besarnya pemakaian air konsumtif ini
bervariasi menurut jenis tumbuhan dan daerah/zona iklim. Perbedaan jenis
tumbuhan disebabkan oleh perbedaan masa pertumbuhan dan pematangan,
sedangkan perbedaan tipe iklim disebabkan oleh perbedaan unsur-unsur iklim
yang berpengaruh terhadap evapotranspirasi.
Pola Pengambilan Air Tanah oleh Tumbuhan
Jika kadar air tanah diseluruh daerah perakaran rendah, akar tumbuhan akan
mengabsorpsi air secepatnya pada tanah lapisan atas. Begitu tanah mulai
mengering dan tegangan air dipermukaan meningkat, pengambilan air bergeser ke
lapisan bawah. Dengan cara demikian secara progresif akar menyerap air tersedia.
Bila lapisan atas dibasahi kembali (oleh hujan atau irigasi), pengambilan air
bergeser kembali ke lapisan atas.
Pola pengambilan air demikian mengakibatkan (1) penetrasi akar makin
dalam pada tanah relatif kering dari pada tanah yang relatif basah sepanjang
tahun, (2) pemakaian/pengambilan air lebih banyak pada tanah lapisan atas
dibandingkan tanah lapisan bawah.
Hubungan Kadar Air Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
Pada kadar air tinggi, kekurangan udara mungkin dapat menjadi penghambat
pertumbuhan tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum
pada keadaan kelembaban tanah berada disekitar kapasitas lapang, karena pada
keadaan itu oksigen cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga
memudahkan absorpsi air. Begitu air diserap, lapisan air menjadi tipis dan
tegangan air meningkat, mengakibatkan absorpsi air menurun. Hal ini
48
berlangsung sampai kadar air mendekati titik layu. Pada keadaan titik layu, laju
pertumbuhan dan fotosintesis umumnya menurun.
Ada dua hal yang berkaitan antara pertumbuhan tanaman dan keadaan
kelembaban tanah, yaitu (a) kekurangan oksigen pada kadar air yang tinggi
(tegangan air rendah) dan (b) laju absorpsi air yang rendah pada kadar air yang
rendah (tegangan air tinggi).
49
yang memungkinkan infiltrasi lebih tinggi, tetapi setelah tanah jenuh air liat
mengembang dan menyumbat pori sehingga mengakibatkan infiltrasi menurun
mendekati nol.
Pada tanah dengan horizon argilik, pergerakan air ke bawah juga akan
terhambat karena horizon ini lebih padat. Perbaikan sifat fisik internal antara lain
dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dalam, pembenaman sisa tanaman dan
bahan organik, dan sebagainya.
Tanah berpasir yang dalam umumnya menahan sedikit air dan sebaliknya
memungkinkan banyak hilang melalui perkolasi. Dengan adanya lapisan asphalt
di bawah lapisan olah memungkinkan tanah lapisan olah meningkatkan kapasitas
menahan airnya, yang dapat tersedia bagi tumbuhan; karena lapisan asphalt
tersebut menciptakan penghalang bagi air perkolasi ke bawah dan sebaliknya
menampung kelebihan air yang menjadikannya seperti muka air tanah dangkal
yang mampu mensuplasi air ke atas melalui gerakan kapiler.
2. Pengendalian penguapan dengan mulsa
Mulsa adalah setiap bahan yang dipakai di permukaan tanah untuk
menghindari kehilangan air melalui penguapan atau untuk menekan pertumbuhan
gulma. Bahan mulsa antara lain, sisa tanaman, pupuk kandang, limbah industri
kayu (serbuk gergaji), kertas dan plastik.
Mulsa sisa tanaman merupakan bahan sisa dari tanaman yang ditanam
sebelumnya, seperti jerami, tongkol jagung, dan lain-lain. Dengan menggunakan
mesin atau sabit, sisa tanaman ini dipotong-potong/dibabat dan disebar rata di atas
permukaan tanah. Mulsa demikian cukup efektif mengendalikan kehilangan air
melalui penguapan, terutama di daerah-daerah sub-humid dan semi arid.
Contohnya seperti dilakukan oleh petani-petani di Jawa Timur, sebelum
penanaman kedele dan setelah panen padi.
Mulsa kertas dan plastik merupakan bahan yang dibuat secara khusus
dihamparkan di atas permukaan tanah, diikat sehingga tidak mudah terbuang.
Tanaman tumbuh melalui lobang-lobang yang telah disiapkan. Selama tanah
tertutup mulsa demikian, air dapat diawetkan dan pertumbuhan gulma tertekan.
Kecuall terjadi hujan sangat lebat, mulsa kertas dan plastik tidak mengganggu
50
infiltrasi. Contoh yang berhasil adalah penggunaan mulsa kertas basah di
perkebunan nenas di Hawai.
3. Pengelolaan tanah minimum dan pemberantasan gulma
Manfaat pengolahan tanah dalam perbaikan keadaan fisik yang balk bagi
tanaman dan pemberantasan gulmna tidak dapat disangkal; tetapi terdapat
petunjuk bahwa manfaat pengolahan tanah dalam pengawetan air diragukan.
Penelitian bertahun-tahun menunjukkan bahwa air tersedia tidak menjadi lebih
banyak akibat pengolahan tanah. Ada tiga alasan mengapa pengolahan tanah tidak
efektif dalam pengawetan air, yaitu (1) air telah banyak hilang melalui penguapan
sebelum tanah cukup kering untuk dapat diolah (2) kehilangan air sebelum
pengolahan tanah telah menciptakan udara kering pada tanah lapisan atas yang
mampu mengurangi penguapan air berikutnya, dan (3) tanaman sendiri, yang
perakarannya telah berkembang dengan baik, mampu mengintersepsi air yang
bergerak ke atas atau akan menguap.
Pengolahan tanah pada batas-batas tertentu masih diperlukan, terutama dalam
menciptakan aerasi yang baik dan pemberantasan gulma. Pertumbuhan gulma
sangat memboroskan cadangan air dalam tanah melalui transpirasinya yang tinggi.
Jika persoalan gulma ini dapat diatasi misalnya dengan aplikasi herbisida dan
kondisi fisik tanah masih cukup memadai; pengolahan tanah selanjutnya mungkin
tidak diperlukan.
Dengan pertimbangan tersebut dan dengan adanya kemungkinan kerusakan
akar tanaman akibat pengolahan tanah serta waktu dan blaya yang diperlukan,
maka sebaiknya tanah diolah seperlunya atau seminimum mungkin.
Pengendalian Penguapan Air di Daerah Sub-humid dan Semi arid
Pertanian di daerah yang relatif kering ini dapat berhasil jika diterapkan cara-
cara pengawetan air, yaitu memaksimalkan penggunaan air dan meminimumkan
kehilangan air melalui penguapan. Usaha-usaha tersebut meliputi:
1. Penanaman jenis dan varietas tanaman yang tahan kekeringan.
2. Pola tanam yang sesuai, yaitu dengan mengurangi populasi tanaman per satuan
luas yang disesuaikan dengan jumlah air yang tersedia.
3. Penerapan teknik pengolahan tanaman minimum dan pemberian mulsa.
51
4. Pengaturan bera pada musim kemarau.
Tentang pengolahan tanah minimum dan pemberian mulsa telah diuraikan,
sedangkan bera pada musim kemarau bertujuan agar sedapat-dapatnya
menghemat air, yang selanjutnya dapat dipakai sebagai cadangan yang besar.
Cara bera yang umum adalah dengan membiarkan bongkol tanaman tahun
lalu tetap tegak di lahan hingga saatnya lahan itu dipakai lagi pada musim hujan.
Tanah sesekali diolah sebelum gulma menghebat atau sewaktu-waktu gulma
diberantas dengan herbisida. Dengan cara ini kehilangan air karena penguapan
dapat dibatasi hanya pada tanah lapisan atas saja. Cara ini merupakan cara khusus,
yang hanya sesuai untuk daerah kering, sedangkan pada derah humid pemberaan
pada musim kering justru merugikan.
Pengendalian penguapan air di daerah beririgasi
Kehilangan air melalui penguapan di daerah beririgasi jauh lebih gawat dari
pada penguapan di daerah lahan kering, karena keadaan yang menunjang
terjadinya evaporasi sangat ideal. Hal ini karena tanah umumnya lebih lembab,
bila iklim kering, penyinaran matahari sangat intensif, dari angin kencang, maka
penguapan air akan besar.
Pengendalian penguapan praktis di daerah demikian adalah mengatur cara
dan waktu pemberian air irigasi yang tepat. Permukaan tanah dipertahankan tetap
lembab sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai produksi tanaman yang
baik serta perkembangan akar yang dalam harus diusahakan. Dengan cara dan
waktu pemberian air irigasi yang baik dapat juga dikurangi bahaya akumulasi
garam di permukaan tanah pada daerah-daerah irigasi yang salin dan basa.
Cara biasa menyatakan jumlah air yang terdapat dalam tanah adalah dalam
persen terhadap tanah kering. Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tumbuhan pada
volume tanah tertentu.
52
Cara penetapan kadar air tanah, yaitu: (1) gravimetrik, (2) tegangan dan
hisapan, (3) hambatan listrik (blok tahanan), dan (4) pembauran neutron (neutron
scattering).
Cara gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai. Dengan cara ini
sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada 100 hingga 110°C untuk
waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan tersebut merupakan sejumlah
air yang terdapat dalam tanah basah.
Dengan tensiometer dimungkinkan mengukur tegangan yang mengikat air,
tetapi tidak mengukur jumlah absolut air dalam tanah. Prinsipnya: air dalam
tensiometer akan berekuilibrium dengan air tanah melalui ujung yang porous,
sehingga tegangan air tanah sama dengan tegangan pada potentiometer (alat
pengukur tegangan pada tensiometer).
Dengan tension plate dan presure plate yaitu bentuk tensiometer yang dipakai
di laboratorium, dapat diukur daya hisap matrik pada kadar air tertentu, sehingga
dapat dibuat kurva hubungan atau daya hisap/tegangan dengan kadar air. Bila blok
tahanan (resistance block) yang dibuat dari CaSO, ditempatkan dalam tanah, blok
ini dapat mengabsorpsikan air dari tanah. Tahanan blok terhadap aliran listrik
tergantung dari jumlah air yang diabsorpsikan blok tersebut. Dengan
mengalibrasikan tahanan terhadap kelembaban, dapatlah didekati beberapa jumlah
air yang terdapat dalam tanah. Blok CaSO, sangat sensitif pada tegangan antara 1
hingga 15 atm.
Cara penentuan kadar air tanah yang mutakhir adalah cara pembauran
neutron. Atom hidrogen yang terdapat dalam air tanah secara efektif dapat
mengurangi kecepatan neutron dan membaurkannya. Karena pembauran dan
perubahan arah, sebagian dari neutron kembali ke asalnya, tetapi telah berubah
sebagai neutron yang mempunyai kecepatan diperlambat. Jumlah neutron
diperlambat kemudian dihubungkan dengan jumlah atom H (selanjutnya dengan
molekul H2O) yang terdapat dalam tanah. Keuntungan cara ini adalah tanah tidak
terganggu dan dapat dipergunakan pada tanah yang mengandung garam.
53
5.3. Penutup
5.3.1. Rangkuman
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya,
antara lain untuk memenuhi transpirasi; dalam proses asimilasi untuk
pembentukan karbohidrat; pengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh
jaringan tumbuhan; bagian penyusunan tubuh tumbuhan; dan air tanah berfungsi
sebagai pelarut unsur hara dalam tanah.
Berkaitan dengan hara, air tanah dan unsur hara akan membentuk larutan
tanah yang berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan, dan di
dalam jaringan/tubuh tumbuhan air ini juga yang berperanan mengangkut unsur
hara yang diserap akar keseluruh tubuh tumbuhan.
Dalam pengolahan tanah, air tanah juga berfungsi mempermudah pengolahan
tanah, mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang (pada sistem sawah)
dapat menghambat pertumbuhan gulma.
Struktur air bersifat dipolar, karena meskipun dalam medan listrik yang
sesuai namun mempunyai muatan yang tidak seimbang. Adanya sifat dipolar pada
molekul air menyebabkan terjadinya kation-kation seperti Na+, K+, dan Ca2+
menjadi terhidrasi lewat mekanisme tarikan ke kutub negatif molekul air, partikel
liat bermuatan negatif menarik air melalui kutub positif molekul air, membantu
pelarutan garam karena komponen ion garam mempunyai afinitas yang lebih
besar terhadap air ketimbang sesamanya, dan terjadinya tegangan permukaan.
Air dan koloid liat sama-sama bermuatan listrik, sehingga akan terjadi tarik-
menarik yang kuat antara keduanya yang disebut air adhesi. Air adhesi juga
terbentuk pada permukaan partikel nonkoloid (tanpa muatan) melalui gaya matrik,
yang menyebabkan terjadinya penurunan aktivasi gerakan molekul-molekul air
dan penurunan energi air sehingga terjadi pelepasan panas.
Klasifikasi air tanah mempergunakan batas-batas arbiter, karena memang
tidak ada batas yang jelas membedakan bentuk-bentuk air tanah tersebut. Atas
dasar tingkatan tegangan, air tanah dapat digolongkan ke dalam tiga bagian air
bebas (air gravitasi), air kapiler ,dan air higroskopik. Sedangkan berdasarkan
54
kebutuhan air tanaman, maka air dibedakan atas air berlebihan, air tersedia, dan
air tidak tersedia.
Jumlah air yang dapat diabsorpsikan tumbuhan dari tanah selain dipengaruhi
sifat tanah, juga faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi. Faktor
tumbuhan antara lain: bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat
dan stadia pertumbuhan. Faktor iklim antara lain: suhu, kelembaban, dan
kecepatan angin. Faktor tanah diantaranya: tekstur, struktur dan bahan organik.
Diantara sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia
adalah, daya hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah, dan pelapisan tanah.
Ada dua fenomena penting yang memungkinkan tumbuhan dapat mengambil
sejumlah air yang banyak dan teratur, yaitu (1)
adanya pergerakan kapiler air tanah
ke perakaran, dan (2)
pertumbuhan akar ke arah tanah yang lembab. Begitu air
diserap, lapisan air menjadi tipis dan tegangan air meningkat, mengakibatkan
absorpsi air menurun. Hal ini berlangsung sampai kadar air mendekati titik layu.
Pada keadaan titik layu, laju pertumbuhan dan fotosintesis umumnya menurun.
Konservasi air hujan sangat penting bagi daerah-daerah aridik, ustik dan
xerik, dimana selalu terjadi defisit air yang besar. Konservasi air pada daerah ini
umumnya ditekankan untuk (1)
meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas
penyimpangan air di daerah perakaran, dan (2)
mengurangi kehilangan air karena
evaporasi dan run off.
Banyak petani melakukan modifikasi terhadap permukaan tanah dengan cara
pengolahan menurut kontur; pembuatan guludan dan teras; penggunaan mulsa;
pengelolaan tanah minimum; dan pemberantasan gulma. Perlakuan ini
dimaksudkan agar air agak lama di permukaan tanah sehingga memungkinkan
infiltrasi lebih tinggi.
5.3.2. Latihan
Tugas:
9. Sebutkan peranan air tanah.
10. Jelaskan jenis-jenis air tanah berdasarkan ketersediaannya bagi tumbuhan.
11. Jelaskan dua mekanisme penyerapan air oleh tumbuhan.
55
12. Jelaskan klasifikasi air tanah berdasarkan tingkat tegangan.
13. Jelaskan klasifikasi air tanah berdasarkan kebutuhan air tanaman.
14. Sebutkan perlakuan – perlakuan yang dapat dilakukan untuk melakukan
konservasi air.
Daftar Pustaka
1. Goeswono, S. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bagian Ilmu Tanah , Faperta-IPB.
Bogor.
6. Roemarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Senarai
Transpirasi : Penguapan air pada permukaan daun
Asimilasi : Proses pengolahan zat pada tumbuhan yang
mengandung butir hijau daun dengan bantuan sinar
matahari
Hidrasi : Asosiasi air atau hidroksil dengan suatu senyawa
Adsorpsi : Serapan, proses pengikatan ion atau senyawa (misal air)
pada permukaan koloid tanah yang bermuatan negatif
Evapotranspirasi : Penguapan air pada permukaan tanah dan daun
Infiltrasi : Peristiwa masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah
Run off : Air hujan atau irigasi yang kembali ke sungai sebagai
aliran permukaan
56