Disusun oleh:
FIKRI KOSASIH
MARIO SURIA
M DAFA ALIFIA
THARIQ AZIZ
KELOMPOK 5
DF21-1B
Dosen Pembimbing :
Hanifa Rahma, M.Si., Apt
POLTEKKES KEMENKES
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat membuat formula dan mengevaluasi sediaan krim dengan bahan aktif
Dexamethason 0,4% & Clotrimazole 10%
Krim m/a (Vanishing krim) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa
bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran
dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yag umumnya merupakan rantai
panjang alkohol walaupun utnuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam
lemak lebih populer.
Basis Krim
Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorpsi, sifat kulit, aliran
darah, dan jenis luka. Pertimbangan utamanya adalah sifat zat berkhasiat yang
digunakan dan konsistensi sediaan yang diharapkan. Persyaratan basis antara
lain : noniritasi mudah dibersihkan, tidak tertinggal di kulit, stabil, tidak
tergantung pada pH dan bersangkutan dengan berbagai obat. (Moebin, )
Koefisien partisi lipida air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam
fase lipoid dan fase air setelah mencapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi
obat-obat dalam bidang farmasi sangat penting. Teori-teori tentang absorbsi,
ekstraksi, dan kromatografi banyak terkait dengan teori koefisien partisi.
Kecepatan absorbsi obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini
disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida
akan sangat sukar dilakukan absorbsi. Obat-obat yang mudah larut dalam lipida
tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien partisi lipida-air yang besar,
sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki koefisien partisi
yang kecil.
1. Metose Saponifikasi
Yaitu sabun yang digunakan sebagai emulsifier, m/a terbentuk selama
proses emulsifikasi. Contoh : Asam Stearat dan Triethanolamin,
membentuk sabun
trietanolamin stearat.
2. Metode HLB
Bahan-bahan yang larut minyak dan larut lemak dipanaskan dalam suatu
wadah hingga suhu diatas 75oC, air dipanaskan bersama komponen
komponen larut air, termasuk emulgatordalam wadah lain dengan suhu 75oC,
lalu keduanya dicampurkan dalam suhu yang sama (75oC) dan dicampur
hingga suhu mendekati 35oC, pengadukan dilakuakn hingga krim halus
terbentuk. (Anonim, 2015)
(pubchem.ncbi.nlm.gov/compound/Clotrimazole#section=toxity
) diakses Minggu, 17/05/2015 pk. 11.15
Keterangan lain Log P : 3,5
(pubchem.ncbi.nlm.gov/compound/Clotrimazole#section=toxity
) diakses Selasa, 19/05/2015 pk. 09.30
Penyimpanan Ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
(pubchem.ncbi.nlm.gov/compound/Clotrimazole#section=toxity
) diakses Minggu, 17/05/2015 pk. 11.15
PREFORMULASI EKSIPIEN
1. Adeps lanae / Lanolin anhidrat
3. Asam Stearat
4. Metil paraben
5. Propil paraben
Gliserin 1 di 250
Minyak kacang 1 di 70
6. Na2.EDTA
Gliserin 1 di 250
Minyak kacang 1 di 70
1 2500
7. Trietanolamin (TEA)
8. Aquadest
SPESIFIKASI SEDIAAN
PENDEKATAN FORMULA
No Nama Bahan Jumlah Kegunaan
.
1. Dexamethasone 0,4% Bahan aktif
2. Clotrimazole 10% Bahan aktif
2. Metil paraben 0,2% Pengawet, antimikroba
3. Propil paraben 0,02% Pengawet, antimikroba
4. BHT 0,1% Antioksidan
5. Basis Krim
- Asam stearat 15% (dari basis Emulsifying agent
vanishing krim)
6. - Adeps lanae 5% Basis
7. - TEA 1,5% Alkalizing agent
8. - Gliserin 7% Emolient
9. Oleum lavandulae Qs Pengaroma
10. - Aquadest Ad 100% Pelarut
IV. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan krim 5 tube @ 5 gram
5 x 5 gram = 25 gram
Sediaan dilebihkan 5%
≈ 26,5 gram
25 g + 5%(25 g) = 25 g + 1,25 g = 26,25 gram
g
1 x 26,5 g=0,265 g
1. Dexamethason : 100 g
1. Clotrimazole 1% b/b : 1g
26,g=0,265 g
100 g
≈ 0,0064 g
3. BHT 0,1% b/b
0,1 g
x 26,5 g=0,0265 gram
100 g
≈ 0,0320 g
Dilebihkan 20% : 0,0265 g + 20%(0,0265 g) = 0,0318 gram
- Basis krim
Basis krim = 26,5 g – (0,064 + 0,0064 + 0,032 + 0,265) g
= 26,5 g – 0,1088 g
≈ 26,4 gram2
= 26,3912 gram
≈ 32 gram
Dilebihkan 20 % : 26,4 g + 20%(26,4 g) = 31,38 gram
15 g
x 32 g=4,8 gram
1. Asam stearat 15% /bb
100 g
5g
x 32 g=1,6 gram
2. Adeps lanae 5% /b b
100 g
1,5 g
x 32 g=0,48 gram
3. TEA 1,5% /b b
100 g
7g
x 32 g=2,24 gram
4. Gliserin 7% /b b
100 g
5. Aquadest ad 100% b/b
= 32 g – (4,8 + 1,6 + 0,48 + 2,24) g
= 32 g – 9,12 g
≈ 23 gram
= 22,88 g = 23 ml
V. PROSEDUR PEMBUATAN
Pembuatan aqua bebas CO2
1. Memanaskan 500 ml air hingga mendidih.
2. Diamkan selama 30 menit, lalu ditututp dan didinginkan.
Penaraan tube kosong
1. Timbang masing-masing tube kosong dengan menggunakan neraca analitik.
2. Hasil penimbangan dicatat, dan tube siap untuk dipakai.
Penimbangan bahan
1. Clotrimazole ditimbang sebanyak 0,265 gram di kertas perkamen
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
2. Metil paraben ditimbang sebanyak 0,064 gram kertas perkamen menggunakan
neraca analitik dan diberi nama.
3. Propil paraben ditimbang sebnayak 0,0064 gram di kertas perkamen
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
4. BHT ditimbang sebanyak 0,032 gram di kertas perkamen menggunakan
neraca analitik dan diberi nama.
5. NA2EDTA ditimbang sebanyak 0,0064 gram di kertas perkamen
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
6. Asam stearat ditimbang sebanyak 4,8 gram di kertas perkamen besar
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
7. Adeps lanae ditimbang sebanyak 1,6 gram di kertas perkamen menggunakan
neraca analitik dan diberi nama.
8. TEA ditimbang sebanyak 0,48 gram di cawan penguap menggunakan neraca
analitik dengan penimbangan tidak langsung dan diberi nama.
9. Gliserin ditimbang sebanyak 2,24 gram di cawan penguap menggunakan
neraca analitik dengan penimbangan tidak langsung dan diberi nama.
10. Aquadest diukur sebanyak 23 ml di gelas ukur 100 ml.
Pembuatan Sediaan Krim dengan Bahan Aktif Clotrimazole 1%
1. Mortir dan stamper dipanaskan.
2. TEA sebanyak 0,48 g dicampur dengan 23 ml Aquadest dan Na2EDTA
sebnayak 0,0064 gram di dalam cawan penguap (fase air).
3. Asam stearat sebanyak 4,8 gram dicampur dengan Adeps lanae sebnayak 1,6
gram, gliserin sebanyak 2,24 gram, metil paraben sebanyak 0,64 gram, propil
paraben sebanyak 0,0064 gram dan BHT sebanyak 0,032 gram di dalam
cawan penguap (fase minyak).
4. Fase air dan fase minyak dipanaskan diatas hotplate hingga suhu mencapai
60o-70oC.
5. Setelah suhu mencapai 60o-70oC, fase air dan fase minyak dicampurkan selagi
panas di dalam mortir yang telah dipanaskan, gerus kuat ad corpus krim,
dinginkan (basis krim).
6. Clotrimazole sebanyak 0,265 gram digerus di dalam mortir, gerus ad halus
tambahkan sedikit basis krim, gerus ad homogen.
7. Masukkan sisa basis krim ke dalam mortir, gerus ad homogen.
8. Cek pH sediaan dengan menggunakan indikator pH universal, jika belum
sesuai dengan spesifikasi, tambahkan HCl 0,1 N atau NaOH.0,1 N ke dalam
mortir, gerus ad homogen.
9. Tambahkan Oleum lavandulae secukupnya ke dalam mortir, gerus ad
homogen.
10. Sediaan ditimbang masing-masing sebanyak 5 gram dengan neraca analitik
dan dimasukkan ke dalam masing-masing tube.
11. Gunakan kertas perkamen untuk memasukkan sediaan ke dalam tube, kertas
perkamen digulung hingga menutupi sediaan krim.
12. Gulungan kertas perkamen yang berisi sediaan kemudian dimasukkan ke
dalam tube.
13. Tekan ujung tube dengan menggunakan pinset dan keluarkan kertas perkamen
dengan cara menarik kertas perkamen keluar.
14. Tube ditutup dengan melipat kembali bagian belakang tube yang terbuka
menggunakan pinset.
15. Untuk 1 buah sediaan diberi etiket, brosur dan dikemas dalam kemasan
sekunder.
VII. PEMBAHASAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistrelatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam
air. (Kemenkes RI, 2014) Krim adalah bentuk sediaan semi solid kental,
umumnya
berupa emulsi m/a (krim berair) atau emulsi a/m (krim berlemak). (Lund, 1994)
Krim Clotrimazole 1% digunakan sebagai obat luar (topikal) sebagai
antibakteri yang umumnya pada vagina (penyakit candidiasis vagina) oleh
mikroorganisme Candida albicans juga sebagai antjamur pada kulit (Mardjono,
2007). Untuk krim Clotrimazole 1% dosis yang digunakan sehari 2 kali dioleskan
secukupnya pada daerah kulit setelah dibersihkan. (Mardjono, 2007)
Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan krim (cremores) yang ditujukan untuk
penggunaan secara topikal yang menginginkan sediaan mudah dicuci dengan air,
tidak lengket, dan bahan aktif (obat) yang terkandung dalam sediaan ini mudah
diabsorpsi oleh kulit. (Anonim, 2015) sediaan dengan bahan aktif Clotrimazole ini
memiliki log P (Koefisien partisi) sebesar 3,5. (Anonim, 2009)
Dalam pembuatan sediaan ini terdapat beberapa maslah yang terjadi. Zat
aktif yaitu clotrimazole tidak larut dalam minyak dan praktis tidak larut dalam air
dan ditujukan untuk pemakaian topikal dalam bentuk sediaan semi solid (setengah
padat) sehingga dibuat sediaan krim. Selain itu, sediaan ini ditujukan agar obat
(zat aktif) yang terkandung dalam sediaan ini mudah di absorpsi secara optimal,
yang merupakan salah satu keunggulan pembuatan sediaan krim. (Anonim, 2015)
Selanjutnya, berdasarkan tipe krim terbagi menjadi 2 yait minyak dalam air (m/a)
dan air dalam minyak (a/m) yang pada masing-masing tipe memiliki keunggulan
dan kerugiannya masing-masing. Krim clotrimazole ini diinginkan untuk mudah
dicuci dengan air dan tidak lengket ketika dipakai sehingga dipilih tipe minyak
dalam air (m/a). (Syamsuni, 2007)
Karena sediaan krim yang dibuat merupakan tipe minyak dalam air (m/a)
maka diperlukan sebuah basis krim yang sama-sama ditujukan untuk tipe minyak
dalam air (m/a) yaitu dengan penambahan basis krim Vanishing Cream yang
memiliki formula dasar dalam buku vanduin hlm. 131. Di dalam resep/formula
standar vanishing ini mengandung beberapa zat diantaranya asam stearat, adeps
lanae, TEA, gliserin, dan aquadest. Masing-masing komponen vanishing krim
memiliki kegunaan yang berbeda-beda. Seperti pada adeps lanae yang sebagai
basis dari sediaan semidolid itu sendiri. Asam stearat dan TEA sebagai emulgator,
gliserin sebagai emolien, juga terdapat aquadest sebagai pelarut. (Rowe, dkk,
2009)
Basis krim yang merupakan Vanishing krim ini terdapat TEA dan Asam
stearat sebagai emulgator pada sediaan ini dan TEA dapat membentuk sabun
sehingga dalam pembuatan sediaan ini menggunakan metode saponifikasi.
Dimana dalam pembuatannya yaitu dengan memanaskan fase minyak hingga suhu
65oC dan fase air hingga suhu 70oC. (Anonim, 2015) Komponen basis yang
digunakan merupakan zat tahan panas sehingga dalam pembuatan basis krim ini
dilakukan dengan cara peleburan yang sesuai dengan peraturan salep no. 4 dimana
bahan yang dipanaskan/dilebut, digerus dan di dinginkan. (Syamsuni, 2007)
Clotrimazole dikhawatirkan tidak tahan terhadap pemanasan maka dibuat
sediaan krim ini dengan metode triturasi yang dimana zat pembentuk krim tahan
panas sedangkan bahan aktif nya sendiri tidak tahan terhadap panas. Zat aktif
(Clotrimazole) tidak ada data kelarutan clotrimazole dalam lemak dan air sehingga
clotrimazole dijadikan sebagai fase luar dengan mengerus zat aktif dan
ditambahkan dengan basis sesuai dengan peraturan salep no.3. (Anonim, 2009)
Dalam sediaan ini, spesifikasi pH menyesuaikan dengan pH kulit normal
yaitu 4,5-6,5 karena tidak ditemukannya pH stabiitas dari Clotrimazole tersebut.
Maka sebisa mungkin sediaan yang dibuat tidak kurang dan tidak lebih dari range
tersebut karena akn menyebabkan iritasi. Sediaan krim Clotrimzole ini digunakan
secara multiple dose (tidak sekali pakai) juga mengandung air yang merupakan
sebuah media pertumbuham mikroorganisme sehingga ditambahkan
pengawet/antimikroba paraben yaitu metil paraben dan propil paraben. (Rowe,
dkk, 2009)
Dalam formula ini, mengandung beberapa lemak yang mudah dan rentan
teroksidasi baik oleh udara, hingga wadah alumunium yang digunakan.
Diperlukan zat yang dapat mencegah teroksidasinya fase minyak tersebut yaitu
dengan penambahan BHT (Butil Hidroksi Toluena) yang efektif telah digunakan
sebagai zat antioksidan. (Rowe dkk, 2009) Bentuk sediaan krim disini termasuk
dalam emulsi yang sehingga dibutuhkan emulgator yaitu TEA dan Asam. Stearat.
Krim merupakan sediaan semi-solida yang ditujukan secara topikal dimana
sediaan ini digunakan dengan kontak langsung dengan kulit, dikhawatirkan akan
meninggalkan kesan yang kering terhadap kulit, maka diperlukan bahan yang
berfungsi sebagai pelembab kulit seperti gliserin. Sediaan ini dikemas dalam
wadah alumunium, banyak zat yang kurang kompatibel dengan wadah
alumunium, sehingga ditambahkan Na2.EDTA sebagai pengkelat logam dan
sebagai pengkompleks.
Bobot sediaan dilebihkan 5% untuk menjamin bobot sediaan sesuai dengan
yang tertera pada etiket. Dan dilebihkan 20% untuk zat-zat yang dipanaskan untuk
mencegah kehilangan bobot selama proses pembuatan.
VIII. KESIMPULAN
A. Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
B. Kesimpulan Sediaan
Berdasarkan hasil pengaamatan dan evaluasi yang telah dilakukan,
sediaan dinyatakan memenuhi syarat.
Indikasi :
Eksim dan Dermatitis, gangguan kulit seperti infeksi jamur
atau bakteri yang sensitif terhadap klotrimazol.
Komposisi :
Mengandung;Dexamethasone0,4% Clotrimazole 10% tiap 5 g
krim.
Mekanisme Kerja :
Dexamethason dan clotrimazole masuk ke dalam sel jamur
dan menyebabkan kerusakan dinding sel jamur sehingga
permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat.
Mungkin pula dapat terjadi gangguan sintesis asam
nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel jamur yang
akan menyebabkan kerusakan.
Efek samping :
Pada penderita hipersensitif terjadi erotema, stinging,
deskuamasi, edema, pruritus, urtikaria dan iritasi.
Aturan pakai :
Krim dioleskan 2 kali sehari
Kontraindikasi :
Hipersensitif
XI. LAMPIRAN
UJI M