Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
not tomorrow.
LOGAM (Pertemuan 3)
Dosen Pengampu Ilmu Bahan
Standarisasi logam dalam industri sangat penting karena erat
kaitannya dengan masalah kekgagalan, maintenance, kemudahan
identifikasi dan pemesanan dan agar diterima di pasaran karena
karakteristiknya yang jelas. Ada beberapa standarisasi di
berbagai negara yang berisikan kode, spesifikasi dan jenis
perlakuan dalam proses produksi dan jenis produk. Standarisasi
tersebut antara lain: Unified Numbering System (UNS),
Society of Automotive Engineers (SAE), British standard
Standart Logam (BS), American ron and Steel Institute (AISI), Japanese
Industrial standard (JIS), Alloy Casting Institute (ACI),
Aluminum Association (AA), American Petroleum Institute
(API), American Society of Mechanical Engineers (ASME,
Deutsches Institut fur Numrung / German Institute for
Standarization (DIN), Europen Standard (EN), Assosiation
Francaise de Normalization (AFNOR), American Society for
Testing and Materials (ASTM), dan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Sitandarisasi SAE dan AISI untuk
baja terdiri dari empat angka. Angka
pertama menunjukan paduan utama,
angka kedua menunjukkan paduan
kedua, sementara angka ketiga dan
keempat menunjukkan prosentase
karbon. Misalkan baja 1050
menunjukkan bahwa baja tersebut
adalah karbon biasa tanpa penambahan
sulfur, dengan kadar C 0,50%. Misalkan
baja dengan kode 11XX menunjukan
bahwa baja tersebut adalah baja Sumber: https://mechanicalbrothers.files.wordpress.com/2011/02/aisidesignation-
karbon dengan penambahan sulfur. final.jpg
Untuk memudahkan dalam identifikasi jenis baja, AISI dan SAE membuat kode
seperti tertera dalam tabel 2 berikut
ALUMUNIUM
σb = 3FL/2wh
Eb = (L 3F/4wh 3δ)
dimana:
σb = tegangan lentur [N/mm2]
F = beban patah [N]
L = panjang jarak tumpuan [mm]
Eb = Modulus lentur [N mm]
w =lebar benda uji [mm]
h =tebal [mm] dan
δ =difleksi [mm]
Uji lengkung banyak
dimanfaatkan untuk
mengetahu kekuatan
hasil laslasan. Pada
pengujian hasil las
dilakukan penekanan
pada akar lasan, muka
lasan, dan bagian
samping lasan seperti
tampak pada gambar 16
b.
UJI TEKAN (Compression Test/Penetration Test)
Pengujian impak termasuk salah satu pengujian merusak (DT) untuk mengetahui
ketangguhan (toughness), kerapuhan (brittleness), keliatan (ductility), dan
temperatur transisi. Ada bentuk kegagalan material dijumpai berupa kerusakan pada
konstruksi yang menampakkan pola patah getas padahal terbuat dari logam yang ulet.
Ada beberapa faktor yang menjadikan suatu logam cenderung mengalami patah getas,
hal menyebabkan antara lain tegangan triaxial, temperatur rendah dan laju
regangan/pembebanan yang tinggi. Tegangan triaxial muncul manakala pada
permukaan terdapat takikan/notch. Pengujian ini juga bertujuan untuk mendapatkan:
Di mana:
HB = nilai kekerasan brinell
P = besar gaya tekan (kgf = 9,8N)
D = diameter indentor (mm) Metode brinell lazim digunakan untuk mengukur
d = diameter indentasi (mm) kekerasan material dengan nilai kekerasan yang rendah
b) Prinsip metode vickers
Metode vickers dilakukan dengan
menekankan indentor berupa limas
diamond dengan sudut puncak 136°.
Besar indentornya bervariasi tapi
sudutnya sama. Jejak indentasi berupa
bujur sangkar, kemudian panjang
kedua diagonalnya diukur, dan
dimasukkan ke dalam rumus hardness
vickers.
di mana:
HV = nilai kekerasan vickers
P = besar gaya penekanan (kgf = 9,8N) Metode ini biasa digunakan pada pengukuran kekerasan
d = diameter diagonal (mm) material dengan kekarasan rendah hingga tinggin
dengan dimensi spesimen yang kecil.
c) Prinsip metode rockwell
Metode rockwell dilakukan dengan menekankan indentor berupa kerucut diamond dengan sudut puncak 120°
atau bola baja. Pembebanan dilakukan secara bertahap. Pembebanan minor load 10 kg, sedangkan beban
mayor 60, 100, dan 250 kgf. Jejak penekanan dapat dihitung kedalamannya dan langsung diamati di skala
penunjukan. Kekurangan metode rockwell adalah hasil pengukuran yang kurang teliti.
UJI METALOGRAFI (Metalography Test)
Uji metalografi termasuk pengujian yang sangat sering dilakukan di laboratorium. Pengujian ini
dilakukan untuk keperluan identifikasi fasa, identifikasi ukuran dan distribusi butir, identifikasi
grafit pada besi cor, mengukur kedalaman pengerasan permukaan, identifikasi dekarburisasi,
identifikasi rekristalisasi metallografi, identifikasi overheating, identifikasi retak/porsity, pada
benda cor, identifikasi inklusi/kotoran, identifikasi presitipas, identifikasi deformasi kristal,
identifikasi korosi, identifikasi hasil heat treatment. Dalam melakukan pengujian ini ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu pemotongan sampel untuk dibuat spasimen,
pembingkaian jika diperlukan, penggerindaan dan pengamplasan, pemolesan, etsa, pengamatan
mikroskop dan pemotretan.
Contoh produk baja
a. Baja Tulangan.
Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang yang dipergunakan untuk
penulangan beton, karena itu sering disebut besi beton. Baja tulangan
berbentuk lonjoran-lonjoran baik permukaan polos/licin (BJTP) ataupun
permukaan berulir/sirip (BJTD/deform) dengan panjang standar adalah 6
m, 9 m dan 12 m. Bentuk sirip baja tulangan deform dapat berupa sirip
teratur dan dapat juga berupa sirip terpuntir.
Polos
(24) (39)
294 480
2 BJTP30
(30) (49)
285 282
1 BJTD24
(24) (29)
294 480
2 BJTD30
(30) (49)
Deform
343 490
3 BJTD35
(35) (50)
392 559
4 BJTD40
(40) (57)
490 618
5 BJTD50
(50) (63)
b. Wiremesh,
Wiremesh, atau Jaringan Kawat Baja Las digunakan untuk tulangan beton (pelat) berbentuk
empat persegi, terbuat dari kawat hasil penarikan dingin. Titik potong kawat yang
memanjang dan melintang dari jaringan kawat las ini dilas dengan las titik secara sempurna,
rapi dan kokoh, kawat-kawat satu dengan lainnya harus tegak lurus dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat pembuatan yang dapat mengurangi kekuatan.
Kawat yang dipergunakan sebagai jaringan kawat las, baik kawat me-manjang maupun
melintang disyaratkan mempunyai kuat tarik minimum 50,10 kgf/mm2, serta kuat geser las
minimum 25,00 kgf/mm2.
Standar diameter kawat yang digunakan adalah 4,00, 4,50, 5,00, 6,00, 7,00, 8,00, 9,00 dan
10,00 mm. Sedang bentuk lubang adalah bujur- sangkar dan empat persegi panjang seperti
pada tabel berikut.
Ukuran lembar jaringan kawat las adalah :
➢ Lebar = 2,10 meter
➢ Panjang = 5,40 meter (lembar standar), dan 54 meter (gulungan standar
dengan diameter maksimum 6 mm untuk kawat yang
memanjang).
Tabel : Ukuran Lubang Jaringan Kawat Las
Lubang Bujur Sangkar Lubang Persegi Panjang
No
(mm) (mm)
1 50 x 50 50 x 75
2 75 x 75 75 x 100
3 100 x 100 100 x 150
4 150 x 150 150 x 200
5 200 x 200 200 x 250
6 250 x 250 250 x 300
7 300 x 300
c. Baja Profil
Pelat baja berupa lembaran-lembaran dengan berbagai ketebalan sesuai kebutuhan pasar. Umumnya
digunakan untuk pelat-pelat sambung rangka baja, dsb.nya.
e. Baut
Digunakan sebagai alat sambung/hubungan joint rangka baja. Biasanya menggunakan simbol baut
baja A307 untuk baut baja hitam, A325 dan A490 untuk baut baja mutu tinggi.
f. Baja Ringan
Baja ringan merupakan baja mutu tinggi, ringan
dan tipis, namun memiliki fungsi setara baja
konvensional. Meskipun tipis, baja ringan memiliki
kekuatan tarik 550 MPa dan terbuat dari baja
ringan lapis Zinc (3-5 micron) dan Aluminium Hi-
Ten (High Tension Stell). Di Indonesia, ketebalan
baja ringan berkisar 0,4 mm – 1 mm. Ketebalan
material baja ringan untuk kuda-kuda atau main
truss berbentuk profil C berkisar 0,7 – 1 mm, dan
Profil Top Span R37 untuk reng 0,4 - 0,7 mm.
Kelebihan Baja Ringan
Kekurangan
▪ kerangka atap baja ringan tidak bisa diekspos seperti rangka kayu, sistem rangkanya yang berbentuk
jaring kurang menarik bila tanpa penutup plafon.
▪Karena strukturnya yang seperti jaring ini maka bila ada salah satu bagian struktur yang salah hitung
ia akan menyeret bagian lainnya.
▪Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profil.