Kabupaten Majalengka
Kata Pengantar
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini
kami ucapkan banyak terima kasih.
Tim Penyusun
Daftar Isi
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan
3.2 Teori Elemen Fisik Perancangan Kota Hamid Shirvani ....................... 3-11
3.3 Teori Fisik Perancanagn Kota Menurut Tata Citra Kota ...................... 3-22
3.16 Jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) ................ 3-55
Daftar Tabel
Tabel II.22 Banyaknya Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan Dan Tempat
Tabel III.1 Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH ....................... 3-41
Gambar 3.1 Figure ground dalam skala makro kecil (kawasan), yaitu
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
a. Tersedianya Masterplan dan DED kawasan taman Lalu Lintas dan tempat
rekreasi bagi masyarakat.
b. Tersedianya Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB).
Untuk rencana fasilitas dan ruang yang dibutuhkan taman lalu lintas adalah
sebagai berikut :
Segmen Anak-anak
Taman Lalu Lintas
- Jalan berkendara (sepeda, kereta api dan kendaraan mainan lainnya)
- Rambu-rambu lalu lintas
Taman Bermain
- Sarana bermain Anak-anak
Rumah Kayu
Panggung Terbuka (sebagai sarana ajang perlombaan atau senam
masal)
Segmen Remaja
Skate park
Lapangan Basket 3 on 3
Climbing Wall
Segmen Dewasa
Joging Track
Taman Out bond darat
Kolam Out Bond
Kolam Pancing
Segmen Lansia
Track kerikil
Track Kursi roda
Waktu yang disediakan untuk pekerjaan Perencanaan ini adalah sesuai menurut
Bill of Quantity (BQ), adalah 60 (enam puluh) hari kalender, dan tidak dibenarkan
melampaui tahun anggaran.
1.11 Keluaran
1.12 Pelaporan
1.13 Penutup
Demikian kerangka acuan kerja (KAK) ini dibuat sebagai pedoman (acuan)
dalam Pekerjaan Belanja Jasa Konsultan/ Pihak Ketiga (Masterplan dan DED
Kepariwisataan) Tahun Anggaran 2016.
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam petunjuk pelaksanaan ini akan dibuat
dalam format tersendiri termasuk hasil klarifikasi pada saat penjelasan pekerjaan
(Aanwijzing) serta diskusi laporan pendahuluan yang dan merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Kerangka Acuan Kerja ini.
Bab 1 Pendahuluan
Latar belakang, lokasi pekerjaan, maksud dan tujuan, kebutuhan ruang, lingkup
kegiatan serta sistematika dalam penyusunan laporan pekerjaan ini.
Bab ini menjelasna mengenai jadual pelaksanaan pekerjaan dan tahapan dalam
menyelesaikan pekerjaan ini.
Gambaran Umum
Gambaran umum wilayah yang terdapat pada kajian bab ini yaitu mencakup
gambaran umum wilayah secara makro yang merupakan Kabupaten Majalengka
secara keseluruhan, gambaran umum mikro yaitu gambaran umum Kecamatan
Majalengka. S
aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara. Sehingga pada wilayah
bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan
dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai dan daerah di
lereng Gunung Cakrabuana.
Kondisi topografis ini sangat berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi
pengembangan wilayah, juga menyebabkan dampak yang mengakibatkan
terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah yaitu daerah yang
mempunyai kelerengan curam.
Di bagian utama Gunung Ciremai dan Bagian kaki Gunung ke sebelah bawah,
secara berangsur produktivitas akuifer bertambah, mengingat secara alami air
tanah yang mengisi bagian atas dari gunung api strato akan memencar ke
bagian kaki gunung. Menurut keadaan Geologi yang meliputi sebaran dan
struktur, terdapat beberapa batuan dan formasi batuan yaitu :
2.1.2.4 Iklim
1. Curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi adalah curah hujan > 351
mm/bln, kondisi ini terjadi pada pada Bulan Januari-Februari, April, dan
November – Desember.
2. Curah hujan dengan intensitas sedang adalah curah hujan 131 - 350 mm/bln,
kondisi ini terjadi pada Bulan Mei, Juni, dan Oktober
3. Curah hujan dengan intensitas rendah adalah curah hujan < 130 mm/bln,
kondisi ini terjadi pada Bulan Juli, Agustus, dan September. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
B. Rawan Banjir
Banjir pada daratan dapat berlangsung mendadak dengan arus air yang deras,
umumnya banjir ini berlangsung dalam jangka waktu yang pendek dan
mempunyai volume yang besar, banjir ini diakibatkan hujan lebat. Banjir daratan
lainnya akibat aliran sungai yang meluap, jenis banjir ini umumnya banjir
genangan dengan kecepatan aliran lambat, banjir ini umumnya memakan waktu
yang lama mengingat air yang menggenangi relatif tidak bergerak cepat.
Berdasarkan data genangan banjir dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Kabupaten Majalenngka, daerah-daerah yang sering menjadi daerah genangan
banjir umumnya terdapat pada daerah yang mempunyai morfologi datar dan
ketinggian rendah. Banjir yang terjadi di Kabupaten Majalengka umumnya
terdapat di Kabupaten Majalengka bagian utara. Kecamatan yang terdapat
genangan banjirnya adalah Kecamatan Kertajati, dan Jatitujuh.
Banjir merupakan jenis bencana alam yang paling dikenal, bahkan banjir menjadi
bencana alam yang hadir secara rutin dalam kehidupan masyarakat sepanjang
masa. Banjir terjadi dapat pula disebabkan tidak hanya oleh hujan lebat, tetapi
akibat perubahan permukaan bumi seperti pertanian dan kegiatan pertanian
lainnya.
TAHUN (HA)
NO. PENGGUNAAN LAHAN
2004 2005 2006 2007 2008
Pasang Surut
Lebak
Polder dan sawah lainnya 20 139
Luas Lahan Sawah 50.925 50.906 50.905 51.052 51.137
Lahan Bukan Sawah
1. Pekarangan/bangunan 12.334 12.355 12.354 12.245 12.273
2. Tegal/Kebun 24.250 24.250 24.251 23.740 23.723
3. Ladang/Huma 45 45 45 463 463
Pengmbalaan/Padang 1.281 1.281 1.281 779 779
4.
Rumput
5. Sementara tdk diusahakan 230 230 46 93 46
Ditanami pohon/Hutan 3.884 3.884 4.073 4.544 4.507
6.
Rakyat
7. Hutan Negara 20.142 20.140 20.140 20.140 20.140
8. Perkebunan 214 214 214 214 214
9. Lain-lain 6.426 6.391 6.385 5.709 5.762
10. Lahan lainnya 726 621
11. Rawa-rawa 105 140 147 164 164
12. Tambak
13. Kolam/tebat/empang 588 588 583 555 595
Luas Lahan Bukan Sawah 69.499 69.518 69.519 69.372 69.287
Luas Lahan Keseluruhan 120.424 120.424 120.424 120.424 120.424
Sumber: Kabupaten Majalengka dalam Angka, 2005-2009
Curah hujan rata-rata setahun sekitar 236 mm, curah hujan tertinggi terjadi pada
Bulan Maret mencapai 557 mm dengan hari hujan rata-rata 21 hari.
Tabel II.8 Jumlah Hari Hujan Dan Curah Hujan Di Kecamatan Majalengka
Tahun 2014
Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)
(1) (2) (3)
Januari 24 471
Februari 24 361
Maret 21 557
April 18 414
Mei 7 52
Juni 8 113
Juli 8 143
Agustus 1 31
September 0 0
Oktober 2 72
November 15 147
Desember 21 474
Rata-rata 1 236
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
Luas
Jumlah Kepadatan
Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan
Penduduk (Jiwa) (Jiwa/Km2)
(Km2)
(1) (2) (3) (4)
12 Majalengka Kulon 11.572 2,57 4.503
13 Munjul 3.941 3,47 1.136
14 Sidamukti 3.559 7,72 461
Kec. Majalengka 70.223 57,07 1.230
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
Tabel II.10 Jarak Dari Ibukota Desa/Kelurahan Ke Ibukota Kecamatan Dan Ibukota
Kabupaten
Ibukota Kecamatan
Desa/Kelurahan Ibukota Kabupaten
(Km)
(1) (2) (3)
1 Babakan Jawa 1 2
2 Cobodas 6 7
3 Kulur 3 4
4 Kawunggirang 4 5
5 Sindangkasih 2 3
6 Cicurug 1 2
7 Majalengka Wetan 0 1
8 Tonjong 1 2
9 Tarikolot 1 2
10 Cikasarung 2 3
11 Cijati 2 3
12 Majalengka Kulon 1 2
13 Munjul 2 3
14 Sidamukti 6 7
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
Tabel II.12 Luas Daerah, Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa
Tahun 2014
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
40-44 2.552 2.611 5.163
45-49 2.401 2.435 4.836
50-54 2.078 2.162 4.240
55-59 1.775 1.796 3.571
60-64 1.411 1.416 2.827
65-69 971 1.098 2.069
70-74 697 996 1.693
Jumlah 34.671 35.552 70.223
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
2.2.3 Sosial
Dalam bidang kesehatan, jumlah rumah sakit ada 1 buah, Puskesmas 2 buah
Puskesmas, 2 Puskesmas Pembantu, Posyandu 81, pos KB 14 buah, 3 Rumah
Bersalin, dan Balai Pengobatan 2 buah.
Dalam bidang KB, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 12.649 orang.
9.020 diantaranya sebagai peserta KB Aktif. 7.382 orang aktif menggunakan KB
Hormonal seperti implant, suntik ataupun pil. Dan sebanyak 1.638 orang
menggunakan KB Non Hormonal seperti kondom.
Tabel Lanjutan...
Mushola/
Desa/Kelurahan Mesjid Gereja Pura Vihara Klenteng
Langgar
Mushola/
Desa/Kelurahan Mesjid Gereja Pura Vihara Klenteng
Langgar
2.2.4 Pertanian
Produksi tanaman padi sawah pada tahun 2014 mencapai 22.144 ton dengan
produktivitasnya 65,36 kuintal per hektar. Sedangkan untuk buah-buahan
produksi terbesarnya adalah mangga yaitu mencapai 11.066,40 Ton.
Pada sub sektor peternakan dan perikanan, untuk populasi peternakan ternak
kecil diantaranya domba dengan populasi sebesar 24.995 ekor dan untuk
unggas, populasi ayam pedaging campuran mencapai 450.525 ekor dan untuk
perikanan, produksi ikan nila mencapai 121,82 ton.
Tabel II.18 Luas Panen Dan Produksi Padi Dan Palawija Tahun 2014
Rata-rata
Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produksi/Ha
(Kuintal)
(1) (2) (3) (4)
Padi Sawah 3.388 22.144 65,36
Padi Ladang 85 353 41,53
Jagung 1.642 12.680 77,25
Kedelai 69 111 16,01
Kacang Tanah 196 362 18,50
Ubi Jalar 26 665 256,62
Ubi Kayu 25 495 198,00
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
Tabel II.20 Luas Tanaman, Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis
Tanaman Tahun 2014
Tabel II.21 Populasi Ternak Besar, Kecil Dan Unggas Dirinci Menurut Jenis Ternak
Tahun 2014
Tabel II.22 Banyaknya Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan Dan Tempat Penanaman
Tahun 2014
2.2.5 Perekonomian
Tanpa Listrik
Desa/Kelurahan PLN (KK) Non-PLN (KK)
(KK)
Tanpa Listrik
Desa/Kelurahan PLN (KK) Non-PLN (KK)
(KK)
Tabel II.24 Jumlah Industri Mikro Kecil (Memiliki Tenaga Kerja Kurang Dari 20
Pekerja) Di Kecamatan Majalengka Menurut Bahan Baku Utama Tahun
2014 (Unit)
Industri
Industri Industri Industri
Industri gerabah
dari Industri dari makanan
Desa/Kelurahan dari /
bahan anyaman kain / dan
kayu keramik
logam tenun minuman
/ batu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Babakan Jawa 2 - - - - 1
2 Cobodas 3 - - - - -
3 Kulur 3 - 1 1 - 7
4 Kawunggirang - - - - - 10
5 Sindangkasih 4 - - - - 3
6 Cicurug 2 2 - - 2 3
7 Majalengka
- - - - - 3
Wetan
8 Tonjong 3 - - - 3 2
9 Tarikolot 2 - - - - 10
10 Cikasarung - - - - 1 5
11 Cijati 1 - - - 1 1
12 Majalengka
2 - - - - 9
Kulon
13 Munjul 1 - 1 1 1 2
14 Sidamukti 5 - 7 - 1 11
Jumlah 28 2 9 2 9 67
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
Tabel II.26 Jumlah Bank Yang Berada Di Wilayah Kecamatan Majalengka Tahun
2014.
Reparasi
Bengkel Bengkel Reparasi Reparasi Reparasi
Desa/Kelurahan Mesin
Mobil Motor Sepeda Jam TV
Cuci
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Babakan Jawa - 9 1 - - -
2 Cobodas - 4 - - 2 -
3 Kulur 1 4 - - 4 7
4 Kawunggirang 1 3 1 - 4 -
5 Sindangkasih - 5 - 1 - 1
6 Cicurug - 6 - - 2 -
7 Majalengka
3 7 1 3 3 1
Wetan
8 Tonjong 2 - - - 1 -
9 Tarikolot - 1 - - 2 -
Reparasi
Bengkel Bengkel Reparasi Reparasi Reparasi
Desa/Kelurahan Mesin
Mobil Motor Sepeda Jam TV
Cuci
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
10 Cikasarung 1 1 - - - -
11 Cijati 1 2 1 - 2 -
12 Majalengka
4 1 2 - 5 1
Kulon
13 Munjul - 5 - - - -
14 Sidamukti 1 4 - - 1 -
Jumlah 14 61 6 4 26 10
Sumber: Kecamatan Majalengka dalam Angka Tahun 2015
Ruang umum adalah ruang yang timbul karena adanya kebutuhan akan tempat-
tempat pertemuan bersama. Dengan adanya pertemuan bersama dan kegiatan
di ruang umum terbuka atau dapat dikatakan pula bahwa ruang terbuka ini pada
dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas
tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara individu atau secara
kelompok. Sehingga dapat dirangkaikan pengertian dan batasan pola ruang
umum terbuka adalah bentuk dasar ruang terbuka di luar bangunan, yang dapat
digunakan oleh publik (setiap orang), dan memberikan kesempatan bagi
timbulnya bermacam-macam kegiatan (Hakim,1993: 16). Contoh ruang terbuka:
alun-alun, taman, lapangan olahraga, plaza, pedestrian, pemakaman, lapangan
terbang, dan jalan.
1. Ruang Terbuka skala lingkungan dengan luas dan lingkup pelayanan kecil,
seperti :
Ruang sekitar tempat tinggal ( home-oriented space ), disebut sebagai
ruang privat ( M. Gold, 1980: 117 ).
Ruang dalam perumahan, merupakan bagian luas penggunaan lahan
dalam satu unit lingkungan yang terdiri dari jalan, fasilitas rekreasi serta
area lain seperti taman dan penyangga ( Rapuano,1964: 24-28).
Ruang terbuka lingkungan ( neighbourhood space ), biasanya didekat
sekolah dasar dan berorientasi pada pejalan kaki. Ruang terbuka ini
mengakomodasikan kegiatan aktif dan pasif ( M.Gold, 1980: 117 )
2. Ruang Terbuka skala bagian kota yang melayani beberapa unit lingkungan,
seperti :
Taman , yang mencakup sarana bermain dan olahraga serta tempat
interaksi masyarakat. Taman ( Park ) adalah area yang disediakan untuk
penggunaan estetika, pendidikan, rekreasi, atau budaya. Sistem taman
kota pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan rekreasi aktif , termasuk
taman kecil yang indah dan taman kota yang lebih besar yang umumnya
berkarakter alami ( Rapuano,1964: 28-29 )
Taman Umum (Public Park), yang dikembangkan dan dikelola sebagai
bagian dari sistem ruang terbuka kota ; seringkali berlokasi dekat pusat
kota dan lebih besar dari taman lingkungan. Termasuk jenis ini adalah
central park, downtown park, commons, neighbourhood park, dan
mini/vest-pocket park ( Carr,1992: 79).
Ruang Terbuka untuk masyarakat luas ( community space), melayani
20.000 penduduk (3 sampai 6 lingkungan) dan berorientasi pada pejalan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis dan penggunaan ruang terbuka
berbeda-beda tergantung fungsi dan lingkup pelayanannya, luas dan maknanya.
Jenis ruang terbuka yang penting untuk mendapat perhatian terutama adalah
fungsinya vital dengan lingkup pelayanan luas.
1) Ruang Terbuka Lingkungan, yaitu ruang terbuka yang terdapat pada suatu
lingkungan dan sifatnya umum.
2) Ruang Terbuka Bangunan, yaitu ruang terbuka oleh dinding bangunan dan
lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini berfungsi umum atau pribadi
sesuai dengan fungsi bangunannya.
Ruang terbuka memiliki fungsi sosial dan ekologi.( Hakim,1993: 18). Fungsi
Sosial ruang terbuka :
1) Penyegaran udara
2) Menyerap air hujan
3) Pengendalian banjir
4) Pemeliharaan ekosistem
5) Pelembut arsitektur bangunan
Manfaat ruang terbuka dapat dirasakan dalam berbagai fungsi dan lingkup
pelayannya. Sebuah ruang terbuka selalu menjadi kebutuhan, baik dalam
fungsinya sebagai ruang terbuka umum maupun sebagai sarana rekreasi.
Dalam lingkup pelayanan kecil maupun yang lebih luas , ruang terbuka selalu
dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. Beberapa
manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
Orientasi pendekatan dalam upaya pendekatan tidak hanya pada aspek aktivitas
dan program kegiatan saja, tetapi juga pada aspek pengalaman manusia (human
experience) dalam aktivitas tersebut. Dengan demikian kegiatan rekreasi
memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengekspresikan,
mengindentifikasi dan menjauhkan diri dari pekerjaan rutin (Van Dorer,1979:xi).
Ruang terbuka juga memberikan kesempatan kepada masyarakat golongan
rendah, memberikan tantangan dan resiko, menciptakan perasaan sebagai
bagian dari alam dan pengungkapan emosional. Dalam suatu kota, ruang
terbuka dapat memanipulasi material secara langsung, memperlihatkan
kebesaran suatu kota, memberikan suasana yang berbeda, memberikan
bentuk/relief fisik dari lansekap kota,perspektif , variasi pemandangandan juga
orientasi (Van Doren,1979:17).
Upaya menciptakan ruang terbuka yang berhasil dalam suatu kota perlu
mempertimbangkan beberapa aspek penting sebagai pengarah dan pengendali
dalam pengadaan dan pengembangannya. Aspek –aspek pertimbangan tersebut
b. Standart Pelayanan
Elemen ruang terbuka berperan penting dalam menarik orang untuk datang ke
ruang terbuka, elemen ini akan membentuk kecenderungan kepada karakter
kegiatan yang terjadi ruang terbuka :
Jenis elemen ruang terbuka menurut acuan Whyte(1980) dan Hester (1984)
sebagai berikut:
Adanya tempat aktivitas yang diinginkan yaitu dengan adanya elemen ruang
terbuka yang dapat menimbulkan kegiatan diruang terbuka, seperti: olahraga
dengan tersediaanya lapangan olahraga, jalan-jalan
Land use merupakan salah satu elemen kunci dalam perancangan kota,
untuk menentukan perencanaan dua dimensional, yang kemudian akan
menentukan ruang tiga dimensional. Penentuan land use dapat menciptakan
hubungan antara sirkulasi atau parkir, mengatur kepadatan kegiatan /
penggunaan di area lahan kota. Terdapat perbedaan kapasitas dalam
penataan ruang kota, apakah dalam aspek pencapaian, parkir, sistem
transportasi yang ada, dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara
individual. Pada prinsipnya, pengertian land use adalah pengaturan
penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam
mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan
gambaran keseluruhan bagaimana daerahdaerah pada suatu kawasan
tersebut seharusnya berfungsi.
a. Ketinggian bangunan
Arti dari kepejalan adalah tebal, besar, dan gemuk. Dalam hal ini yang
dibicarakan adalah penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan
suatu gedung ditentukan oleh tinggi, luas-lebar-panjang, olahan
massanya, dan variasi penggunaan material.
f. Langgam
g. Skala
h. Material
i. Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang
dilihat dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat
menimbulkan efek-efek tekstur
j. Warna
b. Tempat Parkir
Unsur yang sangat penting dalam sirkulasi kota adalah tempat parkir
kendaraan. Keberadaan tempat parkir sangat menentukan hidup
tidaknya suatu kawasan komersial. Oleh sebab itu dalam merencanakan
tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
6. Tanda-tanda (Signages)
Tanda adalah suatu tulisan (huruf, angka atau gambar), gambar (ilustrasi
atau dekorasi), lambang (simbol atau merek dagang), bendera, atau sesuatu
gambar yang ;
standar perawatannya.
Secara lebih rinci fungsi tanda menurut De Chiara & Koppelman (dalam
”Standart Perencanaan Tapak”, 1997, hal 33), pada dasarnya simbol dan tanda
(rambu) harus memenuhi empat fungsi,yaitu:
8. Konservasi (Conservation)
a. Preservasi (preservation)
b. Konservasi (conservation)
c. Rehabilitasi (rehabilitation)
d. Peningkatan (improvement)
Aspek estetis
Nilai sejarah
Situasi kota
Ruang-ruang yang ada
Kekompakan dari konfigurasi kota
Path adalah jaringan dimana masusia akan bergerak dari suatu tempat ke tempat
lain. Pembentuk karakter path yaitu :
Linier
Radial
Grid
- tekstur,
- space,
- form,
- topografi,
- detail,
- simbol,
- tipe bangunan,
- tingkat perawatan,
- use, aktivitas, dan
- pemukiman.
Batasan adalah elemen-elemen linear yang bukan merupakan path dan biasanya
berupa batas antara dua area. Dapat diartikan bahwa batasan merupakan
pengakhiran distrik tertentu, meskipun kenyataannya sulit melihat batasan yang
jelas antar kawasan dengan fungsi yang berbeda. Edge bersifat menerus dan
tidak terasa tajam.
3.3.4 Landmark
Landmark merupakan tanda fisik yang dapat memberikan info bagi pengamat
dari suatu jarak.
4. Mudah dikenali
5. Memiliki hirarki fisik secara estetis
6. Elemen visual diperkuat dengan suara dan bau
c. Macam landmark
1. Ditinjau dari aspek bentuk
- Dibentuk dari suatu elemen atau bangunan
- Berupa kawasan/urban space yang memanjang atau cluster
2. Ditinjau dari aspek jarak
- Distant landmark
- Local landmark
d. Proses pembentukan landmark
- Memperluas arah pandang
- Membuat kontras
- Meletakkan landmark pada suatu tempat yang memiliki hirarki visual
secara strategis atau istimewa
e. Kedudukan landmark
- Secara tidak terencana, seperti terjadi pada kota-kota kuno
- Terencana, melalui kesadaran tentang urban design
f. Fungsi landmark
- Sebagai sarana informasi
- Sebagai orientasi lingkungan
Salah satu bentuk landmark adalah node, yaitu pusat aktivitas atau kegiatan.
Contohnya adalah square yang merupakan suatu pusat kegiatan atau aktivitas
rekreatif dan budaya. Node merupakan suatu titik pusat kegiatan fungsional
suatu kota.
1. Ciri-ciri node :
Pusat kegiatan
Pertemuan beberapa ruas jalan
Tempat pergantian alat transportasi
Perwujudan Node
Teori-teori figure ground dapat dipahami dari tata kota sebagai hubungan
tekstural antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang terbuka (open
space). Analisis figure ground adalah alat yang sangat baik untuk
mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan
(urban fabric), serta mengidentifikasikan masalah keteraturan massa/ruang
perkotaan.
1. Susunan kawasan bersifat homogen yang jelas, dimana ada hanya satu
pola penataan;
2. Susunan kawasan bersifat heterogen, dimana ada dua (atau lebih) pola
berbenturan;
3. Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan
kacau.
Figure ground di dalam tingkat kota dapat dilihat dengan dua skala:
1. Skala makro
2. Skala mikro
Dalam skala mikro yang diperhatikan adalah sebuah figure ground kota
dengan focus pada satu kawasan saja. Artinya pada skala ini kota
secara keseluruhan tidak terlalu penting, karena gambar figure gournd
secara mikro berfokus pada ciri khas tekstur dan masalah tekstur
sebuah kawasan secara mendalam.
Gambar 3.1 Figure ground dalam skala makro kecil (kawasan), yaitu kawasan
kota Dresden, Jerman
Ada tiga elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar
yang bersifat void. Tiga elemen solid atau blok adalah blok tunggal,
blok yang mendefinisi sisi, dan blok medan. Empat elemen void
yakni sistem tertutup yang linier, sistem tertutup yang memusat,
sistem terbuka yang sentral, dan sistem terbuka yang linier
Linkage Visual
- Dalam linkage yang visual dua atau lebih banyak fragmen kota
dihubungkan menjadi satu kesatuan secara visual. Pada dasarnya atau
dua pokok perbedaan linkage visual, yaitu:
- Yang menghubungkan dua daerah secara netral;
- Yang menghubungkan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah.
Linkage Struktural
Dalam lingkage yang struktural, dua atau lebih bentuk struktur kota
digabungkan menjadi satu kesatuan dalam tatanannya. Sama seperti linkage
yang visual, dalam linkage yang struktural, pada dasarnya dapat diamati dua
perbedaan pokok sebagai berikut:
Dalam linkage struktural yang baik, pola ruang perkotaan dan bengunannya
sering berfungsi sebagai sebuah stabilisator dan koordinator.
Bahwa sebagai pengatur yang efektif, sebuah garis datum harus memiliki
kontinuitas visual untuk menembus atau melintasi semua unsur yang
diorganisir sebagai figure yang dapat merangkum dan mengumpulkan semua
unsur-unsur yang terorganisir didalam lingkungannya.
Compositional form
Megaform
Groupform
Teori place sendiri menekankan pada makna sebuah kawasan sebagai tempat
perkotaan secara arsitektural. Sebuah space dibentuk sebagai sebuah space jika
memiliki ciri khas dan suasana lingkungannya. Tujuh prinsip sebuah place secara
estetis, yaitu:
a. Keseluruhan Unit
b. Bentuk Unit
Sebagai sebuah unit place seharusnya memilki bentuk jelas dalam hal
tipologi, ukuran, skala, baik dalam dua dimensi maupun tiga dimensi.
c. Kekosongan Pusatnya
d. Penutupan Batasnya
Ini merupakan syarat pokok sebuah place perkotaan secara tiga dimensi.
e. Hubungan lahan/tampak
f. Perabotan Tempat
g. Gambaran Visual
1. Personal Space
Individu memiliki batas maya disekitanya dan tidak boleh dilalui oleh orang
lain.Luas atau sempitnya ruang tersebut tergantung pada kadar dan sifat
hubungan antar individu dengan individu lainya.Sebagai saran hubungan
atau komunikasi antar individu inilah persepsi ruang seseorang dinamakan
personal space. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal spce ialah jenis
kelamin, latar belakang, umur dan keadaan lingkungan fisik dalam ruang.
Jarak intim, aktivitas yang terjadi pada jarak ini ialah hubungan yang
terjadi antar anggota keluarga atau orang-orang terdekat dengan fase
jauh 15-45 cm dan fase dekat 0-15 cm
Jarak personal, aktifitas yang terjadi pada jarak ini ialah percakpan antar
2 individu dengan fase jauh 0.45-0.75 m dan fase dekat 0.75-1,2 m
Jarak Sosial, aktifitas yang terjadi pada jarak ini ialah hubungan yang
bersifat formal seperti antar relasi bisnis dan sebagainya dengan fase
jauh 2.1-3.6 m dan fase dekat 1.2-2.1 m
Jarak publik, Aktifitas yang terjadi pada jarak ini ialah hubungan yang
lebih formal ketimbang hubungan pada jarak publik dengan fase jauh
>7.5 m dan fase dekat 3.6-7.5 m.
2. Privasi
3. Teritorialitas
4. Kenyamanan
Manusia yang telah terbiasa hidup dengan orang banyak mungkin sudah
merasa tidak sesak lagi namun sebaliknya manusia yang terbiasa hidup
sendiri akan teras sesak jika ditempatkan pada kondisi yang sama.
Kepadatan berkaitan dengan jumlah manusia dalam suatu batas ruang
tertentu.Makin banyak manusia berbanding luas ruangan yang tetap makin
Urban Design Planet san Fransisco (1970), Urban Research And Engineering,
Inc (1977), dan Lynch (1981).
3.6.1 Kriteria Disain tak Terukur Oleh San Fransisco Urban Development
Plan
1. Kesenangan/kenyamanan
2. Ketertarikan visual
3. Aktivitas
5. Kekhususan
6. Pengertian ruang
9. Harmoni
3.6.2 Kriteria Tak Terukur Oleh Urban Research And Engineering, Inc
(1977)
Menurut USR and E Kualitas visual tidak dapat didrfinisikan secara tepat
tergantung orang yang memandangnya, maka dari itu adalah mungkin untuk
mendapatkan kesempatan terhadap permasalahan visual.
Pentingnya fungsi dan sosial dari suatu ekspresi jati diri,status,dan nilai
kesan pribadi oleh pengguna dan masyarakat. Aturan warna,material
bangunan dan segala sesuatu yang lebih mengungkapkan kesan
personal,adalahdipertimbangkan untuk membuat kota memiliki kesan yang
menyeluruh yang menyeluruh secara visual.
e. Pemandangan (view):
Ruang Terbuka Hijau adalah lahan yang digunakan untuk berbagai kegiatan
termasuk di dalamnya olahraga dan bermain, pada suatu area yang luas dengan
sifat kepemilikan publik atau semi publik, pada lahan yang tidak terbangun dan
tidak memmiliki bangunan di atasnya, pada lahan yang terbuka pemandanganya
atau pada tempat-tempat yang berada di luar bangunan (Lynch, 1990).
Ruang Terbuka Hijau terdiri dari RTH publik dan RTH privat. Proporsi RTH di
wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota yang terdiri dari proporsi
RTH publik paling sedikit 20% dan RTH privat l0%. Ruang Terbuka Hijau publik
diharapkan dapat tersebar merata dari mulai tingkat RT sampai dengan tingkat
Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu sebagai fungsi
ekologis dan sebagai fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi social dan
budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika.
berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota untuk menjamin
keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik serta RTH untuk perlindungan
sumber daya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring
habitat kehidupan liar, memberi jaminan pengadaan RTH dari sistem
sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar system sirkulasi
udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap
polutan media udara, air dan tanah serta penahan angin. Selain itu, RTH
secara ekologis dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,
mengurangi polusi udara dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk
RTH yang berufungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dan manfaat
tidak langsung:
Manfaat RTH kota secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar
dihasilkan dari adanya fungsi ekologis. Penyeimbang antara lingkungan alam
dan buatan, yaitu sebagai „penjaja‟ fungsi kelestarian lingkungan pada media
air, tanah dan udara, serta konservasi sumber daya hayati flora dan
fauna.(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008).
Revitalisasi adalah satuan area bagian wilayah kota atau seluruh kota, satuan
pandanagn (visual lansekap) yang dapat mempunyai arti dan peran yang penting
bagi suatu kota, berupa aspek yang dapat memberi bayangan mental atau citra
yang khas tentang suatu lingkungan kota, serta satuan fisik (linch,1960:46-
90).Dengan demikiankonsep revitalisasi dapat diterapkan dalam skala kecil
maupun skala besar.
Pembentukan ruang terbuka yang vital di dalam kota sekaligus vital bagi
masyarakat penggunanya, dapat diupayakan melalui konsep monumentalitas
yang diterapkan bersamaan dengan konsep komunitas.Dalam kenyataanya,
kedua konsep ini saling berjalan
tanpa saling mendukung, fenomena yang terjadi saat ini adalah kegiatan
olahraga,rekreasi, pameran dan pertunjukan serta upacara seremonial di
lapangan yang berkesan formal, sering tidak diikuti pemenuhan kebutuhan yang
mampu mewadahi kegiatan-kegiatan tersebut. Dilain pihak keramaian komunitas
didalam maupun disekitar ruang terbuka umum dapat menggagu keberadaan
monumentalitas dan membuat persepsi yang salah, dimana masyarakat menjadi
sulit untuk menikmati elemen ruang terbuk yang monumental (Permana,1995:9).
Fisik
Manusia
Sosial
Interaksi
Sirkulasi
Kesenanagan
Keamanan
Kenyamanan
Rasa memiliki
Aturan dan perkembangan (Hester,1984:87)
Ruang Ekologis
Sosial
Terbuka RTH Alami Pola
Budaya Ekol RTH publik
Hijau ogis
Estetika
RTH Non Alamai Pola
Ekonomi Planologis RTH privat
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan
seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat
dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.
Secara struktur rumg, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan
struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH
publik dan RTH privat. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat dapat
dilihat pada Tabel E.3.
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi-utama seperti fungsi
ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi,
estetika/arsiteklural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat
istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki
aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi
penyandang cacat. Karakteristik RTH disesuaikan dengan tipologi kawasannya.
Arahan karakteristik RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan
perkotaan dapat dilihat pada Tabel E.4.
Tabel III.4 Fungsi dan Penerapan RTH pada Beberapa Tipologi Kawasan
Perkotaan
a. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau
lahanyang dimiliki oleh pemerintah.
b. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan
milik privat.
RTH struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional
antara komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis yang
bersifat antroposentris. RTH tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis
dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi, contohnya adalah struktur RTH
berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar ruang
(outdoor recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan
hierakial sistem pertamanan kota (Urban park system) yang dimulai dari taman
perumahan, taman lingkungan, taman kecamatan, taman kota, taman regional).
2) Pemeliharaan RTH tidak konsisten dan tidak rutin. RTH sering dianggap
sebagai tempat sampah, gubug liar dan sarang vektor pembawa penyakit,
sehingga cenderung lebih menjadi „masalah‟ dibanding „manfaat‟
3) Kuraangnya pemahaman (butir l), berakibat tidak tersedianya RTH yang
memadai, smakin mengurangi peluang bagi warga kota, terutama anak-anak
remaja wanita, manusia usia lanjut dan penyandang cacat, untuk mendapat
pendidikan dan pelajaran tentang kehidupan langsung dari alam sekitar,
sertafasilitas olahraga, berekreasi dan bermain.
4) Pencemaran ekosistem perkotaan terhadap media tanah, air dan udara
semakin meningkat dan menimbulkan penyakit fisik dan psikis yang serius.
1) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
2) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiridari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka
hijau privat;
3) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang
berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Tipe
Di tengah
250 Taman
2500 Taman
Di pusat Kegiatan
Dikelompokan
30.000 sekolah
Dikelompokan
sekolah
120.000
Taman Di pusat
Ruang Di dalam/
480.000
Untuk Disesuaikan
fungsi
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan,
sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam,
pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar
fungsi utamanya tidak teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan
rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan
perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai,
dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.(Permen No. 5/PRT/M 2008).
Fungsi kota yang beraneka ragam dan kepadatan makin tinggi, maka
kualitas lingkungan kota dapat menjadi masalah. Kenyamanan kota yang
mendukung produktivitas dan fungsi kota amat ditentukan oleh kualitas
Ada beberapa pengertian Green City atau dalam Bahasa Indonesia Kota Hijau
yang dikutip dari Dokumen Program Pengembangan Kota Hijau, antara lain:
yang memiliki nilai estetika tinggi. Bentuk-bentuk itu kemudian dibawa ke lahan
pertaniannya untuk dijadikan taman yang setiap saat dapat dinikmati.
a. Tipe pertama. Adalah taman yang fungsinya digabung dengan fasilitas olah
raga, baik berupa lapangan terbuka dengan street furniture, jogging track,
biking, dan olah raga lainnya. Taman menjadi sebuah places for play dan
sport park. Taman jenis ini disebut sebagai Taman Aktif.
b. Tipe kedua. Adalah dimana taman berfungsi sebagai sebuah taman rekreasi
dengan fasilitas dan moda-moda penikmatan yang lengkap dan orang-orang
membayar untuk menikmatinya. Penikmatan kepada rekreasi secara visual
yang melibatkan vista pada tiap-tiap obyeknya. Pengunjung berjalan ketiap-
tiap obyeknya dan berhenti untuk melihat apa yang ada disana
(pertunjukan), sehingga model taman rekreasi ini dapat dikategorikan
sebagai “taman rekreasi pasif”. Bundesgaten Park, Cologne, Germany,
sebuah contoh taman dengan penanganan aktifitas rekreatif yang sangat
berbeda, pengunjung dapat menikmati taman dengan kereta gantung yang
membawa pengunjung kesetiap bagian taman dan pengunjung dapat
menikmati vista dari atas. Tiap-tiap obyek tujuan berupa gallery, panggung
band, theatre, dan obyek lainnya yang tidak memerlukan pelibatan tubuh
penontonnya.
Menurut Arifin (2006), dalam perancangan taman perlu dilakukan pemilihan dan
penataan secara detail elemen-elemennya, agar taman dapat fungsional dan
estetis. Elemen taman dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Tema, unity.
Prinsip desain ini mampu menjadi aspek penyeimbang, agar taman terkesan
harmonis.
tekstur, bunyi, aroma dan gerak. Karakter / sifat yang melekat pada elemen
taman ditata berdasarkan prinsip –prinsip desain.
1. Pengukuran tropografi
6. Survey Hidrologi
1. Dokumen Prakualifikasi.
2. Dokumen Tender.
Pada pasal survei teknis dan pembuatan gambar rencana ini akan dijelaskan
proses keseluruhan dalam pelaksanaan survei teknis dan pembuatan gambar
rencana, dimana sebagai contoh dipakai Jalan Desa. Lihat Diagram 1 berikut ini.
a. Survei Pendahuluan
sumber mateial lokal, dan sebagainya, hal ini agar dapat dipakai sebagai
dasar analisa untuk memenuhi kriteria dan standar perencanaan yang
disyaratkan, agar dapat memberikan manfaat yang diharapkan, dapat
dibangun dengan harga seimbang/sesuai, tidak mempunyai masalah teknis
yang berat, dan tidak merusak lingkungan.
Volume Pekerjaan akan dihitung dari Gambar Rencana Detail yang sudah
mencantumkan semua ukuran untuk dilaksanakan dengan kualitas dari
material dan spesifikasi (misal perbandingan campuran beton) yang harus
dipenuhi. Menghitung kebutuhan bahan, alat dan tenaga setiap jenis satuan
pekerjaan, kemudian digunakan sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan
bahan, tenaga dan alat untuk seluruh jenis pekerjaan. Perhitungan bahan,
alat dan tenaga dapat menggunakan: Pisew Analisa BOW, Analisa K,
Analisa SNI Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan merupakan acuan
untuk dapat dipergunakan sebagai dasar dari pelaksanaan pekerjaan oleh
LKD
2. Perhitungan Biaya
1. Hasil Perhitungan bahan, Alat dan Tenaga untuk setiap jenis pekerjaan
2. Harga bahan, upah dan Alat (beli atau Sewa) yang didapat dari survei
maupun SK bupati
3. Biaya umum maksimum 10 % dari biaya konstruksi dan dialokasikan
sesuai dengan kebutuhan
Data topografi yang tersedia untuk lokasi rencana didapatkan dari peta
masterplan hasil perencanaan Desa (Village Planning).
3.23.2 Inventarisasi utilitas (air bersih, limbah, limbah domestik dan lain-
lain)
Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat tanah di lokasi yang akan
menjadi objek pembangunan. Survey meliputi sifat fisik tanah dan sifat
mekanis. Tujuan dari survey ini adalah untuk mengetahui daya dukung
tanah terhadap bangunan yang akan dibangun diatasnya.
Survey hidrologi meliputi survei curah hujan dan survey debit air pada
daerah aliran sungai yang terdapat di lokasi kajian. Tujuan dari survey ini
adalah untuk mengetahui aliran air dan potensi curah hujan di daerah
kajian. Pengujian debit di daerah aliran sungai daat dilakukan secara
langsung. Sedangkan data curah hujan dapat diperoleh dari kantor
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) setempat.
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Bulan Ke -
No Uraian I II
1 2 3 4 1 2 3 4
- Pengolahandata lapangan;
- Pengolahan data hasil ukur;
- Analisis makro dan analisis mikro
tapak perencanaan;
- Analisis Block Plan dan Phasing
Plan;
- Penyusunan pola alur sirkulasi
Tapak/Siteplan;
- Penggambaran 3D Animasi;
- Gambar teknis (denah dan
potongan);
- BOQ;
- RKS.
6 Ekspose / Pemaparan
- Laporan Pendahuluan; x
- Laporan Akhir; x