Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam perkembangan kebutuhan hidup manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai perbandingan. Perbandingan
merupakan dasar dari sebuah ilmu matematika. Dalam perbandingan juga
mempunyai sifat-sifat yang perlu diketahui. Pada makalah ini kami akan
membahas lebih dalam tentang perbandingan yang diajarkan di tingkat
MTs/SMP dan melatih peserta ddik dalam memecahkan berbagai macam
permasalahan yang berkaitan dengan perbandingan.
Matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan
bentuk-bentuk suatu struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal
tersebut. Untuk dapat memahami perbandingan, maka diperlukan pemahaman
tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Karena
perbandingan tidak hanya dilakukan dengan menghitung bahkan dengan cara
logika, maka dalam pembelajaran matematika peserta didik masih harus
memahami apa itu perbandingan.
Oleh karena itu, dalam memahami materi perbandingan di tingkat
MTs/SMP peserta didik harus mengetahui sekaligus memahami konsep
dasarnya. Berdasarkan hal yang telah disebutkan di atas, untuk memahami
suatu konsep matematika perseta didik masih harus diberikan rangkaian
kegiatan nyata yang dapat diterima oleh akal pikiran mereka.
Dengan demikian alat bantu belajar sangatlah diperlukan dalam
pembelajaran matematika, untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan. Maka, hal-hal yang
abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model, sehingga peserta didik
dapat memanipulasi objek tersebut, agar lebih mudah memahami materi
perbandingan dalam matematika.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pembelajaran perbandingan dua besaran dengan
satuan yang berbeda?
2. Bagaimana konsep pembelajaran skala dalam kaitannya dengan materi
perbandingan?
3. Bagaimana konsep pembelajaran proporsi dalam kaitannya dengan materi
perbandingan?
4. Bagaimana konsep pembelajaran perbandingan senilai?
5. Bagaimana konsep pembelajaran perbandingan berbalik nilai?
6. Bagaimana konsep pembelajaran perbandingan bertingkat?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran perbandingan dua besaran
dengan satuan yang berbeda.
2. Untuk mengetahui konsep pembelajaran skala dalam kaitannya dengan
materi perbandingan.
3. Untuk mengetahui konsep pembelajaran proporsi dalam kaitannya dengan
materi perbandingan.
4. Untuk mengetahui konsep pembelajaran perbandingan senilai
5. Untuk mengetahui konsep pembelajaran perbandingan berbalik nilai.
6. Untuk mengetahui konsep pembelajaran perbandingan bertingkat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbandingan Dua Besaran dengan Satuan Berbeda


1. Perbandingan dalam Kehidupan Sehari-hari
Perbandingan adalah hubungan antara ukuran-ukuran atau nilai-
nilaidua atau lebih objek dalam satu kumpulan (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan: 236). Selain itu, perbandingan merupakan suatu hal
yang sangat penting di dalam matematika, demikian juga dengan
kehidupan sehari-hari kita yang tidak bisa lepas dari perbandingan.
Contoh:

Perbandingan tinggi badan Perbandingan usia dalam keluarga

Perbandingan dapat dinyatakan dengan 2 cara, yaitu berdasarkan


selisih dan berdasarkan pembagian (hasilbagi). Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi berikut ini!
Jika umur ayah 40 tahun dan umur ibu 35 tahun. Maka, untuk
membandingkan umur keduanya dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Mencari selisih
Umur ayah 40 tahun dan umur ibu 35 tahun, selisihnya 40 – 35 = 5.
2. Mencari hasil bagi.
3. Umur ayah 40 tahun umur ibu 35 tahun, maka hasil bagi = 40/35
atau 40 : 35 = 8 : 7.

3
2. Menemukan Perbandingan
Membangun persepsi positif siswa dengan menunjukkan proses
penemuan konsep dan aturan perbandingan menggunakan objek-objek
nyata melalui pengamatan merupakan langkah awal yang baik. Tentu saja,
hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan menjelaskan berbagai manfaat
yang berhubungan dengan materi perbandingan termasuk juga skala dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Siswa diajak berpikir dan
mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka baik secara individu maupun
kelompok dalam menanggapi pemecahan masalah serta dilatih untuk
bekerjasama dalam memecahkannya. Hasil kerja kelompok disajikan di
depan kelas dan meminta kelompok lain menanggapi hasil pemikiran
kelompok penyaji. Jika terdapat perbedaan pemikiran, maka gurulah yang
wajib menjembatani dan memberikan kepastian hasil pemecahan masalah
bersama siswa. Sekarang, marilah kita amati berbagai objek nyata yang
diajukan untuk menemukan konsep dan aturan perbandingan berdasarkan
ilustrasi berikut ini!

Ilustrasi situasi keluarga Pak Somat di halaman rumah

Berdasarkan gambaran ilustrasi di atas kita dapat memperoleh


beberapa informasi, yaitu: Pak Somat memiliki 2 anak laki-laki dan 1 anak
perempuan. Selanjutnya, terdapat 2 perempuan dan 3 laki-laki dalam
keluarga Pak Somat. Pada ilustrasi juga tampak ada 2 gelas berwarna

4
kuning dan 3 gelas berwarna krem. Selanjutnya, cermatilah pernyataan
berikut!

 Banyaknya anak perempuan berbanding banyaknya anak laki-


laki dalam keluarga Pak Somat adalah 1 berbanding 2, ditulis
1 : 2.
 Banyaknya perempuan berbanding banyaknya laki-laki dalam
keluarga Pak Somat adalah 2 berbanding 3, ditulis 2 : 3.
 Banyaknya gelas berwarna kuning berbanding banyaknya gelas
berwarna krem di atas meja adalah 2 berbanding 3, ditulis 2 : 3.

3. Sifat-Sifat Perbandingan
Untuk dua perbandingan senilai, a : b = c : d, selalu berlaku:
1. a/b = c/d  ad = bc
2. a : b = c : b ka : kb = kc : kd
3. (a + b) : (c + d) = a : c = b : d
4. (a – b) : (c – d) = a : b = c : d
5. (a + c) : (b+ d) = a : b = c : d
6. (a – c) : (b – d) = a : b = c : d

4. Menentukan Perbandingan Dua Besaran dengan Satuan Berbeda


Contoh berikut mengilustrasikan situasi yang melibatkan cara lain
untuk membandingkan bilangan.
 Sepeda motor ayah mampu menempuh 40km per liter pertamax ketika
perjalanannya lancar.
 Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat adalah Rp12.050,00 per
dolar AS.
 Kita membutuhkan empat kue per orang setiap saat acara perpisahan
sekolah.
 Saya membayar biaya rental warnet Rp3.500,00 per jam.
 Label Informasi nilai gizi wafer menyebutkan bahwa 90 kkal per 4
potong wafer.

5
 Kecepatan rata-rata lari kakak saya adalah 8,5 kilometer per jam.

Diantara kelima pernyataan di atas, manakah yang berbeda diantara


yang lain?

Jawabannya adalah setiap pernyataan di atas membandingkan dua


kuantitas yang berbeda. Misalnya, membandingkan jarak yang ditempuh
(kilometer) dengan banyak pertamax (liter), tarif internet per jam, kurs
rupiah terhadap dolar, dan kecepatan.

5. Memecahkan Permasalahan dalam Perbandingan Dua Besaran


dengan Satuan Berbeda
1. Agung bersepeda di lintasan yang berbeda. Terkadang melintasi jalan
yang naik, terkadang melintasi jalan yang menurun. Ada kalanya dia
melintasi jalan yang datar. Agung berhenti tiga kali untuk mencatat
waktu dan jarak yang telah ditempuhnya setelah melewati tiga
lintasan.
 Pemberhentian ke-1:8 kilometer; 20 menit
 Pemberhentian ke-2:12 kilometer; 24 menit
 Pemberhentian ke-3:24 kilometer; 40 menit

Pada lintasan yang manakah Agung mengendarai sepeda dengan


cepat? Dan pada lintasan yang manakah Agung mengendarai sepeda
dengan lambat?

Pembahasan:

Terlebih dahulu kita harus menentukan kecepatan rata-rata Agung


pada setiap lintasan. Pada saat lintasan pertama, Agung menempuh 8
kilometer dalam waktu 20 menit. Berarti Agung mengendarai sepeda
dengan kecepatan 8/20 = 2/5 km/menit.

Pada lintasan kedua, Agung menempuh 12 kilometer dalam waktu 24


menit. Berarti Agung mengendarai sepeda dengan kecepatan 12/24 =
1/2 km/menit. Selanjutnya pada lintasan ketiga, Agung menempuh 24

6
kilo meter dalam waktu 40 menit. Berarti Agung mengendarai sepeda
dengan kecepatan 24/40 = 3/5 km/menit.

Karena 2/5 < 1/2 < 3/5, dapat disimpulkan bahwa Agung
mengendarai sepeda paling cepat saat berada di lintasan ketiga dan
mengendarai sepeda paling lambat saat berada di lintasan pertama.

2. Ahmad mempunyai 5 Al-qur’an yang berukuran besar dan 8 Al-


qur’an yang berukuran kecil. Buatlah beberapa pernyataan
perbandingan yang sesuai ilustrasi tersebut!
Pembahasan:
a. Al-qur’an yang berukuran besar lebih sedikit daripada Al-
qur’an yang berukuran kecil.
b. Perbandingan banyaknya Al-qur’an yang berukuran kecil
dengan banyaknya Al-qur’an yang berukuran besar adalah 8:5.
c. Perbandingan banyaknya Al-qur’an yang berukuran kecil
dengan banyaknya Al-qur’an yang berukuran besar adalah 5:8.
d. Perbandingan banyaknya Al-qur’an yang berukuran kecil
dengan banyaknya Al-qur’an secara keseluruhan adalah 8:13.

B. Skala
1. Pengertian Skala
Kata skala sering kita temui pada peta, denah, miniatur kendaraan,
maket, dan masih banyak benda yang menggunakan skala. Dalam hal
ini, skala menyatakan perbandingan antara ukuran gambar dan ukuran
sebenarnya atau sesungguhnya. Skala juga dapat kita temukan pada
termometer suhu, antara lain skala Celsius (oC), skala Reamur (oR),
dan skala Fahrenheit (oF). Skala pada termometer menyatakan
perbandingan suhu dalam derajat Celsius, Reamur, dan Fahrenheit
yang dinyatakan dengan perbandingan C : R : (F – 32) = 5 : 4 : 9.
Kamu akan melakukan hal yang sama jika membuat denah ruangan
yang ada di sekolahmu. Ruangan dan denah yang kamu buat
mempunyai bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda. Maket dan

7
denah dibuat sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan perbandingan
(skala) tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Skala adalah perbandingan yang menyatakan hubungan antara ukuran
benda /objek pada gambar, denah atau peta dengan ukuran benda/objek
yang sebenarnya. Skala 1: n pada peta atau denah artinya setiap 1 cm
jarak pada peta atau denah mewakili n cm pada jarak sebenarnya.
Maka :

Jarak Pada Peta


Skala=
Jarak Sebenarnya

Catatan:
- Skala biasanya dituliskan pada bagian bawah peta, denah, model
gedung, dan gambar berskala lainnya.
- Penulisan skala yang baik adalah dalam bentuk perbandingan
paling sederhana.

2. Skala pada Peta


Dalam pelajaran IPS (geografi), biasanya siswa sering diminta
untuk menentukan letak suatu pulau, sungai, kota dan gunung pada
suatu wilayah tertentu. Tentunya, hal ini tidak memungkinkan kita
untuk melihat keseluruhan dari hal tersebut. Untuk itu dibuatlah suatu
gambar (atlas/peta) yang mewakili keadaan sebenarnya. Gambar
tersebut dibuat sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan
perbandingan (skala) tertentu.

8
Gambar diatas merupakan peta provinsi Kalimantan Timur yang
dibuat dengan skala 1 : 6.000.000. Artinya 1 cm pada gambar
mewakili 6.000.000 cm pada keadaan sebenarnya. Dalam hal ini skala
adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sebenarnya,
atau 6.000.000 cm pada keadaan sebenarnya digambar dalam peta 1
cm.
Contoh :
a. Perhatikanlah peta provinsi Kalimantan Timurtadi. Berapakah
jarak antara kota Samarinda dan Balikpapan pada keadaan yang
sebenarnya? Jika jarak pada peta adalah 2,5cm dengan skala
Skala 1 : 6.000.000.
Pembahasan:
Diketahui:
Jarak dalam peta = 2,5 cm
Skala 1 : 6.000.000, itu artinya 1 cm di peta mewakili
6.000.000cm pada keadaan aslinya.

Ditanyakan:
Jarak sebenarnya antara kota Samarinda dan Balikpapan…?

Penyelesaian:
Jarak sebenarnya = 2,5 x 6.000.000 = 15.000.000
Jadi, jarak Balikpapan dengan Samarinda adalah15.000.000 cm
= 150 km (ingat 1 km = 100.000 cm).

9
b. Jarak kota Samarinda dan Tarakan di provinsi Kaltim adalah
672 km. Tentukan jarak kedua kota tersebut pada peta berskala
1 : 6.000.000.
Pembahasan:
Diketahui:
Skala 1 : 6.000.000
Jarak kedua kota = 672 km
= 67.200.000 cm

Ditanyakan:

Jarak kedua kota tersebut pada peta…?

Penyelesaian:

Misal jarak dalam peta adalah x cm.

Jarak Pada Peta


Skala=
Jarak Sebenarnya
1 x
=
6.000.000 67.200 .000

6.000 .000 x=67.200 .000

67.200 .000
x=
6.000 .000
672
x= =11,2 cm
60
Jadi jarak Samarinda dan Tarakan dalam peta adalah 11,2 cm.

c. Pada peta Indonesia yang berskala 1 : 12.000.000, jarak Parapat


ke Pulau Samosir adalah 0,13 cm. Sebuah kapal feri berangkat
dari Parapat pukul 08.00 WIB menuju Pulau Samosir. Jika
kecepatan kapal feri adalah 24 km/jam, pukul berapa kapal feri
sampai di Pulau Samosir?

10
Pembahasan:
Diketahui:
Skala peta 1 : 12.000.000, jarak pada peta 0,13 cm
Kapal feri berangkat pukul 08.00 WIB
Kecepatan feri 24 km per jam.

Ditanyakan:
Waktu tiba di Pulau Samosir…?

Penyelesaian :
Jarak Parapat ke Pulau Samosir pada peta adalah 0,13 cm.
Jarak 1 cm pada peta = 12.000.000 pada jarak sebenarnya.
Jarak Parapat ke Pulau Samosir sebenarnya adalah 12.000.000
× 0,13 = 1.560.000 cm = 15,6 km.
15,6
Lama perjalanan kapal feri adalah =0,65
24
Lama perjalanan adalah 0,65 jam = 39 menit.
Sampai di Pulau Samosir adalah sekitar 08.39.
Jadi, kapal feri akan tiba di Pulau Samosir pada pukul 08.39
WIB.

3. Skala pada Maket


Demikian juga dalam membuat pusat pertokoan atau perkantoran
sering juga dibuat model atau maket. Maket adalah suatu bentuk tiga
dimensi yang meniru sebuah benda atau objek dan memiliki skala.
Misalnya miniatur pesawat, miniatur gedung, miniatur perumahan, dan
sebagainya.
Dimana, panjang maket dengan panjang sebenarnya, lebar maket
dengan lebar sebenarnya, tinggi maket dan tinggi sebenarnya
mempunyai perbandingan yang sama.Maket pada gambar dibawah
adalah maket perumahan yang akan dijual.

11
Panjang pada model Lebar pada model Tinggi pada model
= =
Panjang Sebenarnya Lebar Sebenarnya Tinggi Sebenarnya

Contoh :
a. Sebidang kebun mempunyai panjang 600 m. Jika kebun itu
digambar pada denah berskala 1 : 10.000, berapa panjang
kebun pada denah?
Pembahasan:
600 m = 60.000 cm
Skala yang digunakan adalah 1 : 10.000.
Jadi panjang kebun pada denah itu adalah 60.0000 : 10.000 = 6
cm

b. 2. Pada denah berskala 1 : 1.000, panjang dan lebar sebidang


kebun berturut-turut adalah 15 cm dan 10 cm. Berapa luas
kebun sebenarnya?
Pembahasan:
Skala yang digunakan adalah 1 : 1.000.
Panjang dan lebar pada denah berturut-turut adalah 15 cm dan
10 cm.
Panjang tanah sebenarnya = 1.000 x 15 = 15.000 cm = 150 m.
Lebar tanah sebenarnya = 1.000 x 10 = 10.000 cm = 100 m.

12
Jadi luas tanah tersebut = 150 x 100 = 15.000 m2

c. Suatu maket dibuat dengan skala 1 : 200.Ukuran panjang dan


lebar setiap rumah dalam maket tersebut adalah 7,5 cm × 4 cm.
Hitunglah:
1) Ukuran panjang dan lebar rumah sebenarnya!
2) Perbandingan luas rumah dalam denah terhadap luas
sebenarnya!
Pembahasan:
1) Skala denah 1 : 200
Panjang rumah pada denah = 7,5 cm
Lebar rumah pada denah = 4cm
Misalkan p adalah panjang rumah sebenarnya dan l adalah
lebar rumah sebenarnya, sehingga panjang rumah
sebenarnya dapat ditentukan sebagai berikut.
1 7,5
=
200 p
1 × p=7,5 × 200
p=1.500
Jadi, panjang rumah sebenarnya adalah 1.500 cm atau 15
m.
Lebar rumah sebenarnya dapat ditentukan sebagai berikut.
1 4
=
200 l
1 ×l=4 ×200
l=800
Jadi, lebar rumah sebenarnya adalah 800 cm atau 8 m.
2) Luas rumah pada denah = 15 × 10 = 150.
Luas rumah pada denah adalah 150 cm2
Luas rumah sebenarnya = 750 × 500 = 375.000.
Luas rumah sebenanya adalah 375.000 cm2
Jadi, perbandingan luas rumah pada denah terhadap luas
rumah sebenarnya adalah 150 : 375.000 atau 1 : 2.500.
4. Faktor Skala pada Gambar Berskala

13
Skala pada peta yang sering kalian jumpai menunjukkan skala
pengecilan. Artinya, ukuran pada peta lebih kecil dari ukuran
sebenarnya. Hal ini disebut faktor skala. Faktor skala dapat berupa
perbesaran dan pengecilan. Contohnya, foto benda. Pada foto tampak
kesamaan bentuk antara foto dan benda sebenarnya. Foto dapat
diperbesar atau diperkecil.
Pada gambar berskala selalu berlaku hal berikut.
a. Mengubah ukuran tetapi tidak mengubah bentuk.
b. Ukuran dapat diperbesar atau diperkecil.

Contoh:
1. Ukuran Foto I adalah 4 x 6 dan Foto II adalah 2 x 3. Berapakah
perbandingan ukuran Foto II ke Foto I?
Pembahasan:
Foto I berukuran 4 x 6 berarti lebar 4 cm dan panjang 6 cm.
Foto II berukuran 2 x 3 berarti lebar 2 cm dan panjang 3 cm.

Lebar foto II 2 Panjang foto II 4 2


= dan = =
Lebar foto I 3 Panjang foto I 6 3

Jadi, perbandingan ukuran Foto II ke Foto I adalah 2:3.

2. Sebuah foto berukuran lebar8 cm dan tinggi 12 cmakandibuat


bingkai denganlebar16 cm. Tentukanfaktor skala dan
tinggibingkai foto tersebut.
Pembahasan:
Faktor skala = 8 cm : 16 cm = 1 : 2
Ukuran-ukuran pada foto bersesuaian dengan ukuran pada
bingkainya, sehingga dapat ditulis perbandingan berikut. Misalnya
x adalah tinggi bingkai.

lebar foto tinggi foto


=
lebar bingkai tinggi bingkai

14
8 12
=
16 x
16 ×12
x=
8
x=12 cm

Jadi, tinggi bingkai adalah 12 cm


Skala 1 : 2 pada contoh tersebut menunjukkan faktor skala
perbesaran.

5. Skala pada Termometer


Saat kita merasa demam, hal pertama yang biasa kita lakukan
adalah mengukur suhu tubuh. Di Indonesia, khususnya, banyak
perawat dan dokter yang menggunakan skala Celcius untuk mengukur
suhu tubuh. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa saat ini terdapat
empat skala yang digunakan untuk mengukur suhu, yaitu
Celsius, ,Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
Perhatikan contoh berikut untuk mengetahui pengukuran suhu pada
setiap skala.
a. Saat demam, termometer Celcius menunjukkansuhu badan
Tesalonika 40oC.
1. Berapa derajat Reamur suhu badan Tesalonika?
2. Berapa derajat Fahrenheit suhu badan Tesalonika?
Pembahasan:
1. Suhu badan Tesalonika = 40 oC.
Perbandingan suhu pada termometer Celcius terhadap
Reamur adalah 5 : 4 atau dapat ditulis C : R = 5 : 4, C
menyatakan suhu dalam Celcius dan R meyatakan suhu
dalam Reamur. Namun, bisa juga dinyatakan sebagai
berikut:
C 5
=
R 4
40 5
=
R 4

15
40 × 4 = 5 × R

40 × 4
R=
5

R = 32

Jadi, suhu badan Tesalonika adalah 32 oR.

2. Perbandingan suhu Celcius terhadap Fahrenheit adalah C :


(F – 32) = 5 : 9.
Bisa dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut
C 5
=
F−32 9
40 5
=
F−32 9
40 × 9=5 × ( F – 32 )
360=5×( F – 32)
360
=F−32
5
72=F−32
F=104
Jadi, suhu badan Tesalonika adalah 104 oF.

C. Proporsi
1. Pengertian Proporsi
Proporsi merupakan salah satu perbandingan yang dapat kita temui
dalam kehidupan sehari-hari (cdalam pembelian barang,
membandingkan barang, dan pembuatan makanan). Contoh yang
pertama yaitu seorang koki membuat kue-kue mini dengan
menggunakan resep kue besar dengan cara mengurangi kadar bahan
yang sesuai, dengan rasio yang sama dengan kue besar.

16
Kue-kue mini Kue besar

Contoh yang kedua yaitu situasi pertandingan ukuran antara


dua benda dimana salah satunya proporsi dan bukan proporsi.

Situasi (a) bukan proporsi Situasi (b) proporsi

Dari contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwa situasi (a)


perbandingan kedua sisinya tidak sama, sedangkan situasi (b)
perbandingan kedua sisinya sama. Dengan demikian proporsi dapat
dirumuskan a3/b3 = a2/b2 atau a3.b2 = a2.b3 dengan rasio yang ekuivalen.
Cara mendapatkan rasio yang sama pembilang dan penyebut dikalikan
dengan angka yang sama besar.

Dari kesimpulan diatas kita dapat mengartikan proporsi adalah


pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebutnya.  Proporsi dapat diartikan juga sebagai jumlah / frekuensi dari
suatu sifat tertentu di bandingkan dengan seluruh populasi dimana sifat

17
tersebut didapatkan. Digunakan untuk melihat komposisi suatu variable
dalam populasi. Bentuk ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan
mengalikan pecahan ini dengan 100%. Dua rasio dapat dikatakan
proporsional jika dan hanya jika pecahan-pecahan yang mewakilinya
ekuivalen.

2. Memecahkan Permasalahan dalam Proporsi


a. Proporsi Dalam Soal Cerita

Dalam memecahkan masalah proporsi siswa dapat diberikan


pengarahan cara membedakan proporsi dalam sebuah kaliamat atau
soal cerita. Dengan demikian siswa mampu mengetahui bahwa
manakah yang termasuk proporsi dan bukan proporsi. Sebagai
berikut situasi untuk membedakan proporsi atau bukan. berikut ini
adalah contoh-contoh masalah proporsi dan bukan masalah
proporsi:

1. Jika harga 4 kilogram beras adalah Rp36.000,00, berapakah


harga 8 kilogram beras? (Proporsi)
2. Budi berusia 4 tahun, adiknya berusia 2 tahun. Sekarang usia
Budi 8 tahun. Berapakah usia adiknya? (Bukan proporsi)
3. Susi berlari dengan kecepatan tiga kali lebih cepat dari Yuli.
Jika Susi menempuh jarak 9 km, berpakahjarak yang ditempuh
Yuli? (Proporsi)
4. Susi dan Yuli berlari di lintasan dengan kecepatan yang sama.
Susi berlari terlebih dahulu. Ketika Susi telah berlari 9
putaran, Yuli berlari 3 putaran. JikaYulimenyelesaikan 15
putaran, berapaputaran yang dilalui Susi? (Bukan proporsi)
5. Es jeruk manakah yang lebih asam, 2 takar sirup dicampur dua
gelas air putiha tau 3 takar sirup dicampur dengan dua gelas air
putih? (Bukan proporsi)
6. Es jeruk manakah yang lebih asam, 2 takar sirup dicampur
dengan dua cangkir air putih atau 3 sachet takar sirup di
campur dua gelas air putih? (Proporsi)

18
b. Proporsi dalam Bentuk Grafik.
Dalam kegiatan pembelajaran, proporsi dapat disajikan
dalam subuah grafik. Dengan adanya hal tersebut
mengharuskan peserta didik untuk mengetahui manakah yang
termasuk proporsi atau bukan proporsi dalam sebuah grafik
dengan mengunakan rumus a/b = c/d atau a.d = c.b seperti
berikut ini:

1. Titik B dan C adalah proporsi karena memiliki


perbandingan rasio yang sama 3/2 = 6/4.
2. Titik B dan adalah bukan proporsi karena memiliki
perbandingan rasio tidak sama 3/2≠7/8

c. Cara-cara Menentukan Proporsi.


Ubi jalar adalah salah satu jenis umbi-umbian yang bisa
menggantikan tepung terigu. Untuk membuat Keik Ubi,
perbandingan berat tepung terigu dan ubi jalar kukus adalah 1 :
2. Jika ibu ingin membuat Keik Ubi dengan 500 gram ubi jalar,
berpakah banyakkah tepung terigu yang ibu butuhkan?
Masalah di atas dapat kita selesaikan menggunakan
berbagai macam cara. Kali ini, kita akan mempelajari cara
khusus membuat perbandingan untuk masalah yang diberikan

19
dan mencari nilai yang ditanyakan. Cara yang baku untuk
menyelesaikan masalah adalah membentuk dua perbandingan
untuk menyatakan informasi yang diketahui dalam soal.
Dua perbandingan yang sama ini membentuk suatu
proporsi. Misalnya, dalam masalah resep kue, kita
mendapatkan informasi yang cukup untuk menulis suatu
perbandingan. Kemudian tulis suatu proporsi untuk
menentukan kuantitas yang akan dicari. Terdapat empat cara
untuk menulis proporsi, yaitu:

Cara pertama:

Cara kedua:

Cara ketiga:

20
Cara keempat:

Dengan menggunakan pengetahuan peserta didik tentang


pecahan senilai yang sudah mereka pelajari di bab sebelumnya,
peserta didik dapat menentukan banyak tepung terigu yang
harus dicampurkan untuk membuat keik ubi jalar. Untuk
membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan proporsi, kita bisa menggunakan tabel untuk
memastikan unsur yang ingin dicari tahu atau yang ditanyakan.

3. Soal dan Pembahasan yang Berkaitan dengan Proporsi


a. Pada sebuah toko swalayan A, 7 butir jeruk super dijual dengan
harga Rp. 10.000,00 Di toko swalayan B, 21 butir jeruk super
dijual dengan harga Rp. 30.000,00 Pada toko swalayan mana
harga jeruk super yang lebih murah?
Pembahasan:
Jika harga 7 butir jeruk adalah Rp.10.000,00 maka harga 3 x 7
butir jeruk adalah  3 x Rp.10.000,00. Dengan menggunakan

21
rasio, dapat kita ketahui bahwa rasio banyaknya jeruk sama
dengan rasio harganya, dapat kita simpulkan bahwa 7/21 =
10000/30000 = 1/3. Dengan demikian harga jeruk pada toko
swalayan A dan B mempunyai harga yang sama.

b. Misalkan A = jarak yang ditempuh jika mobil telah


menghabiskan 45 liter bensin. Buatlah sebuah tabel untuk
mengetahui unsur yang diketahui dan yang ditanyakan!
Pembahasan:

Liter Km
Banyak bensin yang dibutuhkan 60 480
Jarak tempuh 45 A

Sehingga, 60/45 = 480/A. Untuk menyelesaikannya, kalian


bisa mengalikan silang seperti berikut.

60 x A = 480 x 45

A = (480 x 45)/60

A = 360
Jadi, untuk 45 liter bensin mobil tersebut dapat menempuh jarak
sejauh 360 km.

D. Perbandingan Senilai
1. Pengenalan Perbandingan Senilai
Dalam mengajarkan materi perbandingan senilai kita dapat mengajak
peserta didik untuk mengenal perbandingan senilai dimulai dengan
kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan

22
menanyakan kepada peserta didik apakah mereka pernah membeli baju
muslim atau tidak.
Kemudian jelaskan kepada mereka, bahwa mereka dapat membeli
baju muslim sesuai dengan jumlah uang yang mereka bayarkan kepada
penjual. Contohnya: jika harga 1 baju muslim Rp.125.000,00 maka
banyaknya uang yang harus dibayarkan untuk membeli 3 baju muslim
adalah = 3 × Rp. 125.000,00 = Rp. 375.000,00.
Semakin banyak jumlah baju yang dibeli, maka semakin banyak pula
jumlah uang yang harus dibayarkan. Perbandingan ini disebut dengan
perbandingan senilai. (Nuharini, 2008:152)
Selain contoh yang telah dijelaskan di atas, adapun kejadian lain yang
termasuk perbandingan senilai, yaitu:

1. Jumlah tabungan dengan waktu penyimpanan.


2. Banyak barang dengan jumlah harga barang .
3. Jumlah pekerja dengan jumlah upah yang dikeluarkan 
Pada perbandingan senilai berlaku hubungan berbanding lurus, yaitu
jika nilai suatu barang naik maka nilai barang yang dibandingkan juga
akan naik. Begitupun sebaliknya, jika nilai suatu barang turun maka nilai
barang yang dibandingkan juga akan turun.

Pada perbandingan senilai, nilai suatu barang akan naik/turun sejalan


dengan nilai barang yang dibandingkan.

2. Pemecahan Masalah dalam Perbandingan Senilai


Adapun cara-cara dalam menyelesaikan masalah perbandingan senilai,
yaitu:
a. Menentukan nilai satuan

Dilakukan dengan menentukan nilai satuan dari besaran yang


dibandingkan, baru kemudian dikalikan dengan besaran yang ditanyakan.
b. Menuliskan perbandingan senilai
Dilakukan dengan perbandingan langsung antara dua keadaan atau lebih

23
Misalkan diketahui dua besaran A dan B

Karena berlaku perbandingan senilai maka :

Berdasarkan hubungan tersebut diperoleh :

Contoh soal:
1. Zahra membeli 1 lusin baju muslimah dengan harga Rp
480.000,00. Jika ada pembeli lain yang membeli baju
muslimah sama seperti Zahara sebanyak 15 buah, berapakah
harga 15 buah baju muslimh ?
Pembahasan:
Cara I
1 lusin baju harganya Rp 480.000,00
1 buah baju harganya Rp 480.000,00 : 12 = Rp 40.000,00
Jadi harga 15 buah baju adalah 15 x Rp 40.000,00 = Rp
600.000,00
Cara II
Dapat dibuat tabel sebagai berikut :

Perhitungan dilakukan dengan :

24
Jadi harga 15 buah baju muslimah adalah 15 x Rp 40.000,00 = Rp
600.000,00

2. Sebuah kendaraan dapat menempuh jarak 24 km dengan


mengkonsumsi bensin 2 liter. Berapa liter bensin yang diperlukan
untuk menempuh jarak 60 km ?
Pembahasan:
Cara I
2 liter bensin dapat menempuh jarak 24 km
1 liter bensin dapat menempuh jarak 12 km
Jadi untuk menempuh jarak 60 km diperlukan bensin sebanyak 60 : 12
= 5 liter.

Cara II
Dapat dibuat tabel sebagai berikut :

Perhitungan dilakukan dengan :

Jadi, untuk menempuh jarak 60 km diperlukan bensin sebanyak 60 :


12 = 5 liter

25
3. Adrian akan membeli 5 peci. Harga yang ditawarkan untuk 3 peci
yaitu Rp.45.000,00. Berapa banyak uang yang harus Adrian
bayarkan?
Pembahasan:
45000
Jika 3 peci seharga Rp.45.000,00 maka, harga untuk 1 peci = =
3
Rp.15.000,00.
Jadi, banyaknya uang yang harus Andrian bayarkan adalah = 5 ×
Rp.15.000,00 = Rp. 75.000,00.

3. Menggambar Grafik Perbandingan Senilai


Pada kehidupan sehari-hari, hubungan jarak dan waktu merupakan
salah satu contoh penerapan perbandingan senilai. Di dalam dua kategori
tersebut terdapat hubungan antara jarak dan waktu yang berbanding lurus
sehingga hal ini dinyatakan sebagai salah satu contoh perbandingan
senilai. Perbandingan senilai yang berkaitan dengan jarak dan waktu
dalam kehidupan sehai-hari ini juga dapat kita buat menjadi sebuah grafik
perbandingan seperti halnya penjelasan berikut ini:

Jarak (km) 1 2 3 4 5 6
Waktu (menit) 3 6 9 12 15 18

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jarak yang dapat ditempuh


dan waktu yang diperlukan oleh seorang anak yang mengendarai sepeda
menuju masjid.

26
Selanjutnya, pada gambar di atas menunjukkan grafik dari tabel
tersebut. Tampak bahwa grafik perbandingan senilai berupa garis
lurus. Jika jarak bertambah (semakin jauh), maka waktu yang
dibutuhkan pun bertambah (semakin lama).

E. Perbandingan Berbalik Nilai


1. Pengenalan Perbandingan Berbalik Nilai
Pada materi sebelumnya, peserta didik telah mempelajari
perbandingan senilai yang berarti nilai suatu barang akan naik/turun
sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan. Sedangkan, pada
perbandingan berbalik nilai hal ini berlaku sebaliknya. Adapun
masalah-masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai
antara lain:
a. Banyaknya pekerja dengan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan (untuk pekerjaan yang sama).
b. Kecepatan dengan waktu tempuh (untuk jarak yang sama).
c. Banyaknya ternak dan waktu untuk menghabiskan makanan
tersebut (untuk jumlah makanan ternak yang sama).

Perhatikan tabel dibawah ini yang menunjukkan waktu dan


kecepatan rata-rata dari suatu mobil untuk menempuh jarak 240 km!

Kecepatan rata-rata Waktu


(km/jam) (jam)
60 4

27
40 6
30 8
20 12
X Y

Tabel diatas menunjukkan jika kecepatan rata-rata berkurang, maka


waktu yang dibutuhkan bertambah dan sebaliknya. Selain itu, dapat juga
kita lihat, hasil kali kecepatanata-rata dengan waktu untuk setiap hari
selalu tetap (sama), yaitu :

60 x 4 = 240

40 x 6 = 240

30 x 8 = 240 dan seterusnya

“Hasil kali kecepatan dengan waktu sama dengan jarak yang


ditempuh”. Jika kita perhatikan lebih lanjut tabel sebelumnya, hasil
perbandingan kecepatan rata-rata dan perbandingan waktu pada dua baris
tertentu selalu merupakan kebalikan perkalian masing-masing, misalnya :

kecepatan rata−ratabaris ke−1 60 3


= =
kecepatanrata−ratabaris ke−2 40 2

waktu pada baris ke−1 4 2


waku pada baris ke−2
= 6
= 3

3 2
adalah kebalikan dari .
2 3

2. Pemecahan Masalah Perbandingan Berbalik Nilai


Permaslahan yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai dapat
kita selesaikan dengan cara sebagai berikut:

Misalkan diketahui dua besaran A dan B

28
Karena berlaku perbandingan berbalik nilai maka :

Berdasarkan hubungan tersebut diperoleh :

Contoh soal:

1. Suatu pembangunan masjid akan selesai dalam waktu 42 hari jika


dikerjakan oleh 12 orang. Berapa lama pembangunan yang sama akan
selesai jika dikerjakan oleh 14 orang ?
Pembahasan:
Dibuat tabel sebagai berikut :

Perhitungan perbandingan berbalik nilai dilakukan dengan membalik


salah satu ruas:

29
Jadi jika pekerjaan tersebut dikerjakan oleh 14 pekerja akan selesai
dalam waktu 36 hari.
2. Seorang arsitek memperkirakan dapat menyelesaikan sebuah gedung
perkantoran dalam waktu 10 bulan 100 buruh. Arsitek itu
menginginkan gedung tersebut selesai dalam 8 bulan. Berapa jumlah
buruh yang diperlukan?
Pembahasan:
Dalam soal ini dapat kita lihat bahwa waktu berkurang berarti pekerja
bertambah, maka digunakan perbandingan berbalik nilai.

Jumlah buruh Waktu


100 10
N 8

100 8
n
= 10
100 x 1 0
n= =125
8
Jadi, jumlah buruh yang dibutuhkan adalah sebanyak 125 orang.

3. Seorang peternak mempunyai persediaan makanan untuk 30 ekor ayam


selama 15 hari. Jika peternak itu menjual 5 ekor ayam, berapa hari
persediaan makanan itu akan habis ?
Pembahasan:
Cara I
30 ekor ayam selama 15 hari dan (30-5) = 25 ekor selama x hari. Hal
ini dapat dituliskan sebagai berikut :
30 x 15 = 25 x x .
450 = 25 x
450
x = = 18
25

30
Jadi, untuk 25 ekor ayam persediaan makanan akan habis selama 18
hari.

Cara II

BANYAKNYA AYAM (EKOR) BANYAKNYA HARI


30 15
25 X

30
x= x 15 = 18
25
Jadi, untuk 25 ekor ayam, persediaan makanan akan habis selama 18
hari.

Berdasarkan contoh soal di atas, semakin sedikit jumlah ayam,


semakin lama persediaan makanan akan habis. Perbandingan Antara
banyaknya ayam dengan lama hari persediaan makanan habis adalah
salah satu contoh perbandingan berbalik nilai.

3. Menggambar Grafik Perbandingan Berbalik Nilai


Contoh soal:
Jarak antara dua kota dapat ditempuh dengan mobil selama 1 jam dengan
kecepatan rata-rata 90 km/jam. Buatlah tabel dari data tersebut, kemudian
gambarlah grafiknya!

31
F. Perbandingan Bertingkat
Berdasarkan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013, perbandingan
bertingkat merupakan salah satu materi perbandingan yang diajarkan pada
siswa kelas IX MTs/SMP semester I. Untuk mengetahui lebih jelasnya, di
dalam makalah ini akan diuraikan beberapa penjelasan mengenai materi
perbandingan bertingkat sebagai berikut:
1. Pengenalan Perbandingan Bertingkat
Pada kehidupan sehari-hari kita pasti sering melakukan kegiatan
yang memiliki hubungan erat dengan materi perbandingan. Apabila
kita membandingkan dua hal, maka kita akan mendapatkan hasil yang
satu lebih tinggi, lebih besar, lebih cepat, lebih dekat, atau lebih dari
yang lain. Selanjutnya, bagaimana jika kita membandingkan benda-
benda yang jumlahnya lebih dari dua? Dan bagaimana hasil yang dapat
kita peroleh dari perbandingan tersebut?

32
Untuk memperoleh jawabannya marilah kita perhatikan contoh
dibawah ini:
Pada sebuah desa, terdapat tiga orang pemuda yang bernama
Angga, Cakra dan Wijaya. Ketiga pemuda tersebut masing-masing
memiliki tinggi 160 cm, 165 cm, dan 180 cm. Dari data tersebut kita
dapat membuat perbandingan ketiganya secara bersamaan sebagai
berikut:

Tinggi Angga : Tinggi Cakra : Tinggi Wijaya = 160 : 165 : 180

= 32 : 33 : 36

Berdasarkan perbandingan di atas kita dapat meperoleh tiga


tingkatan, yaitu:

 Yang paling rendah (terendah) adalah Angga


 Yang tingginya sedang adalah Cakra
 Yang paling tinggi (tertinggi) adalah Wijaya

Selain memperoleh tiga tingkatan tersebut, kita dapat


menyimpulkan kepada siswa bahwa perbandingan diatas merupakan
salah satu contoh perbandingan bertingkat.

Perbandingan bertingkat adalah perbandingan dengan tingkatan


yang jumlahnya lebih dari dua.

2. Pemecahan Masalah dalam Perbandingan Bertingkat


Untuk menyelesaikan masalah perhitungan dalam perbandingan
bertingkat, terdapat dua macam cara sebagai berikut:
a. Perbandingan Bertingkat Menggunakan Bantuan Tabel
Untuk menyelesaikan soal perbandingan bertingkat kita dapat
menggunakan bantuan tabel. Tabel ini berguna untuk
membantu siswa dalam menghitung jawaban dari pertanyaan

33
secara lebih cepat. Adapun langkah-langkahnya, sebagai
berikut:
 Buatlah sebuah tabel yang terdiri dari beberapa baris
dan 4 kolom., Kolom 1 berisi identitas yang
dibandingkan, kolom 2 berisi bilangan perbandingan,
kolom 3 berisi bilangan pengali, dan kolom 4 berisi
bilangan riil dari perbandingan tersebut. Karena bentuk
tabel ini tidak baku , maka kita dapat menggunakan
format tabel yang dianggap lebih mudah.
 Carilah berapa bilangan pengali dengan membagi
bilangan riil dengan bilangan pembanding (kolom 4 :
kolom 2)!
 Kalikan bilangan pengali dengan angka perbandingan
untuk mendapatkan bilangan riil.

Contoh soal:

Bu Ustadzah memiliki sebuah toko perlengkapan alat-alat


salat. Selama bulan Ramadan tahun ini, terdapat 3 macam
produk yang digemari para pelanggan yaitu mukena, sajadah,
dan sorban. Perbandingan jumlah antara mukena, sajadah, dan
sorban adalah 9 : 5 : 3 serta jumlah selisih antara mukena dan
sajadah adalah 24 buah. Tentukan banyaknya jumlah produk-
produk dibawah ini!

a. Jumlah mukena.
b. Jumlah sajadah.
c. Jumlah sorban.
d. Jumlah ketiganya.
e. Selisih jumlah antara sajadah dan sorban.

Pembahasan:

34
Pertama kita masukkan semua data ke dalam tabel, kemudian
baru kita cari bilangan pengali dari data-data yang telah
diketahui. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!

Identitas Bilangan Bilangan Bilangan Riil


Perbandingan Pengali

Mukena (M) 9

Sajadah (Sa) 5

Sorban (So) 3

Jumlah M – Sa 24

Jumlah Sa – So

Identitas Bilangan Bilangan Bilangan Riil


Perbandingan Pengali

Mukena (M) 9 6 54

Sajadah (Sa) 5 6 30

Sorban (So) 3 6 18

Jumlah M – Sa 4 6 24

Jumlah Sa – So 2 6 12

Bilangan pengali 6 diperoleh dari 24 : 4 = 6 yang berlaku


untuk semua baik masing-masing identitas, selisih, maupun
jumlah. Langkah selanjutnya yaitu mengalikan semua bilangan

35
perbandingan dengan bilangan pengali sehingga kita bisa
memperoleh jawabannya.

a. Jumlah mukena = 9 x 6 = 54 buah.


b. Jumlah sajadah = 5 x 6 = 30 buah.
c. Jumlah sorban = 3 x 6 = 18 buah.
d. Jumlah ketiganya = 17 x 6 = 102 buah atau 54 + 30 + 18 =
102 buah.
e. Jumlah selisih sajadah dan sorban = 2 x 6 = 12 buah.

b. Perbandingan Bertingkat yang Dipisahkan Menjadi 2


bagian
Contoh soalnya sebagai berikut:
Perbandingan banyaknya hafalan Al-qur’an yang dimiliki kang
Asep dan kang Udin adalah 2 : 3 juz. Sedangkan perbandingan
banyaknya hafalan yang dimiliki kang Udin dan kang Dadang
adalah 4 : 5 juz. Jika jumlah hafalan mereka adalah 70 juz,
maka berapa juz banyaknya hafalan kang Asep?

Pembahasan:
Terdapat dua pebandingan yang terpisah pada soal di atas,
sehingga langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan
menyatukan dulu perbandingaanya.

kang Asep : kang Udin = 2 : 3


kang Udin : kang Dadang = 4 : 5

Penghubung dari perbandingan tersebut adalah kang Udin,


sehingga kita harus mencari KPK dari 3 dan 4 yaitu 12.
Selanjutnya tinggal mengalikan perbandingan pertama dengan
4 dan perbandingan kedua dengan 3, sehingga menjadi:

kang Asep : kang Udin : kang Dadang = 8 : 12 :15

36
kang Asep = 8/(8 + 12 + 15) x 70 = 8/35 x 70 = 16 juz.
Jadi, banyaknya hafalan Al-qur’an kang Asep adalah 16 juz.

c. Perbandingan Bertingkat Menggunakan Persentase


Adapun contoh soal serta pembahasan mengenai perbandingan
bertingkat yang menggunakan persentase, sebagai berikut:

1. Pada suatu kelas yang terdiri atas 40 siswa, 45% senang


mata pelajaran Fisika, 40% senang mata pelajaran Bahasa
Inggris, dan 30% tidak senang kedua-duanya. Dari 50%
tersebut masuk dalam 10 peringkat teratas dalam kelas
tersebut. Tentukan banyaknya siswa yang senang kedua
mata pelajaran dan masuk dalam 10 peringkat teratas!

Pembahasan:
Diketahui:
Yang suka Fisika : 45% x 40 = 18
Yang suka Bahasa Inggris : 40% x 40 = 16
Yang tidak suka keduanya : 30% x 40 = 12

Ditanyakan:
- Banyaknya siswa yang suka keduanya…?
- Banyaknya siswa yang suka keduanya dan menempati
peringkat 10 teratas…?

Jawab:
Banyaknya siswa yang suka keduanya
= (18 + 16 ) – (40 – 12) = 6
Banyaknya siswa yang suka keduanya dan menempati
peringkat 10 teratas = 50% x 6 = 3

37
2. Pada suatu negara telah dilakukan sensus penduduk.
Ternyata, dari hasil sensus tersebut menunjukkan bahwa
57% penduduknya masih tergolong miskin dan dari
presentase penduduk miskin tersebut 30% masih bisa
kuliah di perguruan tinggi karena mendapatkan beasisiwa
berprestasi. Berapakah perbandingan penduduk miskin
yang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi dengan jumlah
penduduk keseluruhan pada negara tersebut?

Pembahasan:

JUMLAH PENDUDUK
100%
Penduduk Miskin Penduduk Tidak Miskin
57% 33%
Kuliah Tidak Kuliah
30% 27%

Penduduk miskin : jumlah penduduk = 57 : 100


Penduduk bisa kuliah = 30% dari penduduk miskin, maka
penduduk tidak bisa kuliah = 70% dari penduduk miskin.

Penduduk tidak bisakuliah


Jumlah penduduk

Penduduk miskin tidak kuliah Jumlah penduduk miskin


¿ X
Jumlah penduduk miskin Jumlah penduduk

38
70 % x 57 % 57 %
= 57 % x 100 % × 100 %

3.990 399
= 10.000 = 1.000

Jadi, perbandingan penduduk miskin yang tidak bisa kuliah


di perguruan tinggi dengan jumlah penduduk keseluruhan
pada negara tersebut adalah 399 : 1.000.

39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbandingan merupakan pembagian antara dua satuan yang sama.
Perbandingan dapat dinyatakan sebagai berikut : a/b = a : b dengan a/b
dibaca a berbanding b. Selain itu, adapun syarat sebuah perbandingan
antara lain: satuan-satuan yang diperbandingkannya sejenis,
perbandingannya dibuat dalam bentuk pecahan yang paling sederhana dan
dinyatakan dengan bilangan bulat positif, dan perbandingan dapat
disederhanakan bentuknya tanpa menggunakan satuan. Namun, adakalanya
kita juga dapat membandingkan dua benda dengan satuan yang berbeda
seperti yang telah dijelaskan dalam makalah ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan berbagai macam
permasalahan yang berkaitan dengan perbandingan. Perbandingan dapat
diterapkan pada berbagai macam pekerjaan seperti pembuatan peta, maket,
termometer, pencetakan foto dan lain sebagainya dengan menerapkan
penggunaan skala melalui perbandingan-perbandingan yang sesuai. Selain
penerapan skala dalam berbagai macam pekerjaan, perbandingan juga dapat
diterapkan pada resep-resep pembuatan makanan maupun minuman dengan
menggunakan proporsi yang sesuai dengan perbandingannya.
Secara umum, perbandingan dalam matematika dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu perbandingan senilai, perbandingan berbalik
nilai, dan perbandingan bertingkat. Perbandingan senilai merupakan
perbandingan yang berbalik lurus dimana nilai suatu barang akan naik/turun
sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan. Sebagai contohnya yaitu
perbandingan jumlah barang yang dibeli dengan harga yang harus di bayar,
jumlah konsumsi bahan bakar dan jarak yang ditempuh, jumlah kaleng cat
dan luas permukaan yang bisa di cat dan sebagainya.
Sedangkan perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan yang
membandingkan dua buah keadaan di mana jika besaran yang satu

40
bertambah/berkurang maka besaran yang lain akan berlaku sebaliknya
yakni berkurang/bertambah. Contohnya antara lain: banyaknya pekerja
dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (untuk
pekerjaan yang sama), kecepatan dengan waktu tempuh (untuk jarak yang
sama), banyaknya ternak dan waktu untuk menghabiskan makanan tersebut
(untuk jumlah makanan ternak yang sama), dan lain-lain.
Selanjutnya, setelah peserta didik mempelajari perbandingan senilai
dan berbalik nilai, peserta didik akan diarahkan untuk mempelajari
perbandingan bertingkat. Perbandingan bertingkat adalah perbandingan
dengan tingkatan yang jumlahnya lebih dari dua atau bisa juga diartikan
sebagai perbandingan yang bertingkat-tingkat.
Setelah mempelajari semua hal yang berkaitan dengan perbandingan,
peserta didik dapat menggunakan rumus-rumus perhitungan seperti yang
telah dijelaskan di atas untuk mempermudah dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan perbandingan senilai, perbandingan berbalik nilai,
dan perbandingan bertingkat.

B. Saran
Dalam kegiatan pembelajaran, kita sebagai generasi tenaga
kependidikan harus mampu menyampaikan materi dengan baik dan tepat
kepada peserta didik sehingga tujuan pembelajaran yang ingin kita capai
dapat terwujud. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika dalam penyampain
materi, guru dapat memberikan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan semangat.
Dari berbagai pengalaman yang ada, kita pasti bisa mengambil hikmah
serta pesan tersirat yang terkandung didalamnya. Untuk itu, dengan
terselesaikannya penyusunan makalah ini kami berharap semoga rekan-
rekan semua bisa menjadi tenaga pendidik yang sesuai dengan nilai-nilai
yang melekat pada falsafah kehidupan bangasa dan negara kita.
Semoga apa yang telah kami uraikan didalamnya dapat bermanfaat
serta menjadi salah satu sumber referensi bagi rekan-rekan sekalian yang

41
membacanya. Dan tak lupa pula, segala nasehat dan motivasi yang
membangunpun sangat kami perlukan demi menghasilkan hasil yang lebih
baik lagi.
Maka dari itu, kita harus berusaha dan terus berupaya demi
membangkitkan kembali semangat belajar para generasi muda bangsa
melalui metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

42
DAFTAR PUSTAKA

Dame, Rosida Manik. 2009. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2015. Buku Guru Matematika


Kelas IX SMP/MTs. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2015. Matematika (Pegangan


Siswa) Kelas IX SMP/MTs. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Matematika SMP/MTs Kelas


VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Matematika Pegangan Guru


SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Matematika SMP/MTs Kelas


VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika I Konsep dan Aplikasinya
untuk kelas VII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Wagiyo, A, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika I untuk Kelas VII


SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Wintarti, Atik dkk. 2008. Contextual Teaching Learning Matematika SMP/MTs


kelas VII Edisi 4. Jakarta: Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

43
http://rumusiana.com/bentuk-bentuk-perbandingan-dalam-matematika.html
diakses pada tanggal 18 Februari 2017

44

Anda mungkin juga menyukai