(TUGAS TUTORIAL 3)
NANA NURHASANAH
857038696
Penyelesaian :
Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menekankan pada bagimana cara individu
memberi respon yang datang dari sebuah masalah dengan cara mengorganisasikan data,
memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah. Istilah
kognitif berasal dari kata latin cognoscere yang artinya mengetahui (to know). Pendekatan
kognitif adalah pendekatan yang menekankan pada bagimana cara individu memberi
respon yang datang dari sebuah masalah dengan cara mengorganisasikan data,
memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah.
Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan kognitif adalah latihan
inkuiri. Inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang
bersifat mencari secara kritis, analisis dan argumentative dengan menggunakan langakah-
langkah tertentu menuju suatu kesimpulan.
Metode ini berangkat dari suatu kenyataan bakwa perkembangan individu ini bersifat
independen (bebas). Oleh karena itu, dalam penerapannya lebih menitikberatkan pada
penyelidikan yang bersifat bebas, tetapi terarah dan sistematis.
4. Merumuskan penjelasan
Siswa bersama guru merumuskan penjelasan atau uraian secara mendetail, rapi, dan
sistematis.
Kelas/Semester : 6/II
Kompetensi Dasar :
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
Materi Pokok :
Gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
Hasil Belajar :
a. Membandingkan gejala alam negara Indonesia dengan negara tetangga.
b. Mendeskripsikan gejala sosial negara Indonesia dengan negara tetangga.
Indikator :
a. Menunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia.
b. Membandingkan ciri-ciri gejala alam negara Indonesia dan negara-negara tetangga.
c. Membandingkan ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dengan negara-negara tetangga.
d. Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.
4. Merumuskan penjelasan
Guru membantu siswa dalam merumuskan penjelasan untuk menjawab atas masalah
secara mendetail, rapi, dan sistematis.
Penyelesaian :
Pendekatan sosial mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat dan memusatkan
perkatiannya kepada proses sosial yang merupakan negosiasi sosial. Salah satu metode
pembelajaran yang berlandaskan pendekatan sosial yaitu inkuiri sosial. Metode ini
berangkat dari kenyataan bahwa peserta didik sering menghadapi masalah-masalah sosial.
Fungsi sekolah selain memecahkan masalah sosial juga memelihara dan menjaga nilai-
nilai sosial.
2. Tahap hipotesis
Peserta didik bersama guru menyusun hipotesis. Hipotesis ini sebagai acuan dalam
usaha pemecahan masalah. Hipotesis yang baik harus memenuhi syarat berikut ini :
a. Valid (shahih), yaitu menguji apa yang seharusnya diuji.
b. Kompabilitas yaitu adanya kesesuaian antara hipotesis dengan generalisasi
pengalaman siswa/guru yang telah diperoleh sebelumnya.
c. Mempunyai hubungan dengan peristiwa yang telah terjadi agar dapat diadakan
pembuktian
3. Tahap definisi
Peserta didik mengadakan pembahasan mengenai pengertian istilah yang terdapat pada
hipotesis.
4. Tahap eksplorasi
Peserta didik mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasi dan asumsi-asumsinya.
6. Tahap generalisasi
Peserta didik dengan bantuan guru menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik
untuk pemecahan masalah.
Contoh penerapan metode pembelajaran IPS SD berdasarkan pendekatan sosial di kelas
tinggi :
Kelas/Semester : 5/II
Kompetensi Dasar :
Kemampuan memahami keadaan penduduk dan pemerintahan di Indonesia.
Pokok Bahasan :
Penduduk dan sistem pemerintahan di Indonesia
Hasil Belajar :
a. Mengidentifikasi keadaan penduduk di Indonesia
b. Mendeskripsikan peran dan tanggung jawab pemerintah.
Indikator :
a. Menjelaskan perkembangan jumlah penduduk, penggolongan, pensebaran dan
kepadatan penduduk di Indonesia.
b. Menginterpretasikan berbagai grafik penduduk.
c. Menjelaskan permasalahan penduduk di Indonesia.
d. Mengidentifikasi bentuk, sebab dan akibat dari perpindakan penduduk yang terjadi di
Indonesia.
e. Menguraikan pengertian pemerintahan, pemerintahan daerah, dan pemerintahan pusat.
f. Menjelaskan sistem pemerintahan demkorasi.
g. Memberi contoh tugas dan tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat.
2. Tahap hipotesis
Peserta didik dengan bantuan guru menyusun hipotesis, yaitu berikut ini :
a. Kondisi fisik suatu daerah yaitu lahan pertanian yang sempit, mempunyai
hubungan dengan terjadinya kemiskinan.
b. Kualitas sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan yang rendah, mempunyai
hubungan dengan terjadinya kemiskinan.
3. Tahap definisi
Peserta didik membahas pengertian dari istilah-istilah yang ada dalam hipotesis.
a. Kondisi fisis adalah lingkungan alam yang mempunyai pengaruh terhadap
perikehidupan manusia, misalnya keadaan sumber daya alam pada suatu daerah.
b. Kualitas sumber daya manusia adalah derajat kemampuan manusia untuk
mengolah sumber daya alam yang ada dengan teknologi yang dimiliki.
c. Kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
struktural/buatan. Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan
sebagai akibat terbatasnya sumber daya alam atau daya dukung sumber daya alam
terhadap kehidupan manusia rendah. Kemiskinan struktural/buatan adalah
kemiskinan yang ditimbulkan sebagai akibat perubakan ekonomi, teknologi dan
pembangunan itu sendiri atau karena kelembagaan yang ada menyebabkan
sebagian masyarakat tidak memperoleh kesempatan yang sama untuk menguasai
sumber daya sehingga menjadi miskin.
d. Pada golongan penduduk muda, bentuk grafik penduduknya seperti pyramid, yaitu
golongan penduduk usia muda jauk lebik besar daripada usia dewasa dan tua.
4. Tahap eksplorasi
Peserta didik mengadakan pengujian hipotesis dengan logika dedukasi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasinya serta asumsi-asumsi yang
mendasarinya.
5. Tahap pembuktian
Peserta didik melakukan pembuktian dengan jalan melakukan pengumpulan data
melalui metode-metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang dibahas.
Setelah data lengkap, kemudian diadakan analisis data dan dihubungkan dengan
hipotesisnya untuk dipastikan apakah hipotesis itu diterima atau tidak.
6. Tahap generalisasi
Peserta didik dengan bantuan guru menyusun pernyataan terbaik sebagai jawaban atas
masalah yang dibahas, berikut ini :
a. Kondisi fisik yang jelek akan mendukung terjadinya kemiskinan di suatu daerah.
b. Kualitas sumber daya manusia yang rendah mendukung terjadinya kemiskinan di
suatu daerah.
3. Terdapat beberapa aspek kognitif dalam merancang dan menyusun alat evaluasi hasil
Belajar IPS di SD. Terkait hal tersebut, telaah dan berilah contoh 2 tingkatan aspek kognitif
dalam evaluasi hasil belajar IPS SD!
Penyelesaian :
Aspek kognitif dalam evaluasi hasil belajar mempunyai dua tingkatan sebagai berikut :
1. Evaluasi yang mempunyai tingkatan lebih rendah, meliputi hal- hal berikut ini :
a. Evaluasi yang mengungkapkan pengetahuan (knowledge) atau C1
Evaluasi yang mengungkap pengetahuan merupakan pertanyaan atau tes yang
mengungkap penalaran dalam kategori terendah. Evaluasi ini hanya mengungkap
fakta, definisi, pengertian dan sejenisnya. Jadi, peserta didik hanya dituntut untuk
mengingat kembali apa yang telah dipelajari. Misalnya pertanyannya sebagai
berikut :
1) Dimanakah terdapat tambang timah di Indonesia ?
2) Siapakah presiden pertama negara RI ?
3) Siapakah Bung Karno ?
4) Berapakah jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 ?
5) Apa nama ibukota provinsi Jawa Timur ?
Contoh :
a. Mengapa pulau Jawa padat penduduknya ?
b. Jelaskan secara singkat lingkungan sekolahmu !
c. Uraikan dengan kata-katamu sendiri mengapa di Indonesia agama Islam mula-
mula berkembang di daerah pantai ?
d. Berilah ulasan singkat pentingnya persatuan dalam keberagaman !
e. Bandingkan metode ceramah dan dengan metode diskusi !
2. Evaluasi yang mempunyai tingkatan lebih tinggi, meliputi hal- hal berikut ini :
a. Evaluasi yang mengungkap analisis atau C4
Analisis merupakan jenjang pertanyaan dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi.
pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis, bahkan
menciptakan sesuatu yang baru. Untuk menjawab pertanyaan analisis, siswa harus
mampu menguraikan sebab, motif, atau pertanyaan analisis, siswa harus mampu
menguraikan sebab, motif, mampu mengadakan deduktif (dari suatu generalisasi
hal umum, dicari faktanya, ke hal yang khusus). Oleh karena itu, pertanyaan
analisis tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan berbagai
alternatif.
Contohnya :
1) Menguraikan alasan atau sebab-sebab suatu kejadian.
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya perang Diponegoro ?
2) Mempertimbangkan dan menganalisis informasi agar dapat menyimpulkan
informasi yang diterima.
Berdasarkan data yang ada, jumlah penganggur dan tunawisma adalah
penduduk desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Bagaimana cara
mengatasinya ?
3) Mengalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang
menunjang atau bahkan menyangkal kesimpulan.
Bukti-bukti apakah yang dapat dikumpulkan bahwa kerajaan Majapahit
pernak berdiri di Kota Mojokerto ?
Kata-kata yang dapat dipakai untuk evaluasi (pertanyaan) analisis, antara lain :
Sebutkan bukti-bukti!; Mengapa?; Tunjukkan sebab-sebabnya!; Analisislah!;
Berilah alasannya!.
b. Sintesis atau C5
Sintesis merupakan jenjang kedua dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi.
Pertanyaan yang mengungkap sintesis menuntut siswa berpikir orisinal dan kreatif.
Siswa dituntut berpikir induktif (dari faktor, fakta, dan unsur-unsur yang bersifat
khusus, diambil dari suatu kesimpulan atau generalisasi).
Jenis pertanyaan sintesis dapat berbentuk :
a. Pertanyaan yang menuntut siswa membuat prediksi atau peramalan atau
perkiraan.
Apa dampak yang mungkin terjadi jika pantai utara Jawa Barat ditimbun untuk
dijadikan daerah pemukiman ?
b. Pertanyaan yang menuntut siswa mengungkapkan ide dan menghasilkan
pemikiran yang orisinil.
Bagaimana tindakan Anda jika perahu tempel yang Anda tumpangi terdampar
pada suatu pulau yang tidak berpenduduk?
c. Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah.
Apa yang harus kita lakukan agar masyarakat menaati peraturan lalu lintas ?
c. Evaluasi atau C6
Evaluasi (pertanyaan) yang mengungkap penilaian menuntut siswa untuk
melakukan kegiatan berpikir yang paling tinggi. Dia dapat melakukan itu apabila
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dapat dikuasai dengan baik.
Pertanyaan yang mengungkap evaluasi menuntut adanya standar atau kriteria yang
jelas. Kemungkinan jawaban yang diberikan siswa berbeda-beda. Hal itu tidak
menjadi masalah, asal sudah ada kriteria yang jelas. Adanya perbedaan itu justru
memperluas segi penalaran siswa sehingga mereka mempunyai cakrawala yang
luas.
4. Sebelum menyusun alat evaluasi, kita perlu merencanakannya sehingga alat evaluasi yang
disusun betul-betul baik. Analisislah rancangan alat evaluasi tentang nilai dan sikap sosial!
Penyelesaian :
Sebelum menyusun alat evaluasi, kita perlu merencanakannya sehingga alat evaluasi yang
disusun betul-betul baik.
Dalam merancang alat evaluasi perlu dipelajari kurikulum sekolah yang berlaku, yang
mengenai hal-hal berikut ini :
1) Kompetensi Dasar
2) Materi Pokok
3) Hasil Belajar
4) Indikator Materi
Materi pelajaran yang ada pada kurikulum sekolah perlu dikembangkan lebih terperinci.
Hal tersebut akan mempermudah dalam menyusun kisi-kisi soal. Setelah materi
dijabarkan, kemudian disusun indikator untuk kisi-kisi soal yang akan dibuat.
Kelas/Semester : 3/I
Kompetensi Dasar :
Kemampuan mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga.
Pokok Bahasan :
Kedudukan dan peran anggota keluarga.
Hasil Belajar :
a. Menceritakan kedudukan anggota keluarga.
b. Menceritakan peran anggota keluarga.
Indikator :
a. Menceritakan kedudukan anggota keluarga :
1) Menyebutkan kedudukan setiap anggota keluarga.
2) Membuat silsilah keluarga.
b. Menceritakan peran anggota keluarga :
1) Menjelaskan peran setiap anggota keluarga.
2) Menjelaskan kecenderungan perubahan peran di keluarga.
Misalnya, ibu yang bekerja mencari nafkah.
3) Menceritakan pengalaman siswa dalam melaksanakan perannya dalam keluarga.
Dalam materi tersebut dapat dibuat indikator tes (kisi-kisi soal) yang mengungkap nilai
dan sikap sosial sebagai berikut :
a. Dengan bekerja sama dengan adiknya membersihkan halaman rumah. Doni dapat
mengkargai kedua adiknya yang bekerja dengan baik.
b. Dengan bekerja sama dengan ibunya yang mengajar memasak, Tuti dan adiknya dapat
menghargai ibunya yang pintar memasak dan sabar.
Contoh berikut adalah alat evaluasi atau tes dari indikator a (yang mengungkapkan nilai
sosial) sebagai berikut :
1. Membersihkan halaman rumah dikerjakan oleh Doni, Tuti dan adiknya. Kebersihan
halaman rumah ditentukan oleh . . . .
a. Doni yang membersihkan halaman depan rumah.
b. Tuti dan adiknya yang membersihkan halama samping rumah.
c. Ketiga anak tersebut, masing-masing memberi sumbangan terhadap kebersihan
halaman rumah.
d. Kebersihan halaman rumah hanya ditentukan oleh Doni.
5. Model yang dikemukakan oleh David Johson dan Frank Johnson dalam Udin
S.Winataputra (2003) menjelaskan bahwa model pemecahan masalah menitikberatkan
masalah secara kelompok, yaitu pada kemampuan mengambil keputusan. Analisislah
penerapan model pembelajaran IPS SD dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah menurut pendapat ahli di atas!
Penyelesaian :
Model yang dikemukakan oleh David Johson dan Frank Johson dalam Udin
S.Winataputra (2003) dimana model ini menitikberatkan pada pemecahan masalah
masalah secara kelompok meliputi beberapa unsur sebagai berikut :
a. Dapat menghasilkan kesepakatan tentang sesuatu keadaan yang dikehendaki.
b. Sepakat menetapkan struktur dan prosedur untuk menghasilkan, memahami dan
memakai informasi yang relevan dengan keadaan yang aktual.
c. Sepakat untuk menetapkan struktur dan prosedur untuk menemukan kemungkinan
pemecahan masalah, memutuskan dan mempergunakan cara pemecahan masalah yang
terbaik dan efektif.
b. Diagnosis masalah
Langkah kedua ini kita ingin mengetahui dimensi dan sebab-sebab timbulnya masalah.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan yang mendorong ke
arah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang menghambat ke arah tersebut.
Dalam tahap ini, kelompok harus menggunakan pertimbangan yang kritis, berpikir
konvergen dalam membuat perencanaan yang nyata mengenai pelaksanaan.