Anda di halaman 1dari 9

ISSN:2527-273X (Online) JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis) : Jurnal

Accredited by Ministry of Education, Culture, Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
Research, and Technology with the ranking of 2022:7(4):137-145
Sinta (S4) SK NO.105/E/KPT/2022, 7th April http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIA
2022 doi: http://dx.doi.org/10.37149/JIA.v7i4.25343

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHATANI KELAPA SAWIT DI


DESA EPEESI KECAMATAN BASALA KABUPATEN KONAWE SELATAN
1*) 1) 1)
Selviana , Abdi , Waode Yusria
1
Department of Agribusiness Faculty of Agriculture, Universitas Halu Oleo Kendari 93232

*Corresponding author: selvirahman1810@gmail.com

To cite this article:


Selviana, S., Abdi, A., & Yusria, W. (2022). Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Usahatani Kelapa Sawit di
Desa Epeesi Kecamatan Basala Kabupaten Konawe Selatan. JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis) : Jurnal Agribisnis
dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, 7(4), 137 - 145. doi:http://dx.doi.org/10.37149/jia.v7i4.25343

Received: May 16, 2022; Accepted: July 28, 2022; Published: July 30, 2022

ABSTRACT

This research aims to determine the technical feasibility of oil palm farming in Epeesi Village,
Basala District. Knowing the financial feasibility of oil palm farming in Epeesi Village, Basala District.
The implementation of this research will start from October 2021 to December 2021. The research
variables are the respondent farmers' identity and the farming actors' characteristics. This research
uses qualitative and quantitative methods. The data in this study were analyzed using the costs used
for production, production revenue and net income, technical feasibility analysis and financial
feasibility analysis. Based on the results of the study, it was found that the processing of oil palm
plantations in Epeesi Village, Basala District, South Konawe Regency, in terms of technical aspects,
was feasible in the category of land suitability, growing conditions, production processes, the
technology used for transportation of oil palm and oil palm production capacity. Palm oil farming is
financially feasible to operate with an NPV value of IDR747.570.637,- > one feasible and IRR to
produce an interest rate of 70.58%, which is a higher than the amount of interest that has been set
with a value of 8.58%. A Net Benefit Cost Ratio of 12.04 > 1 is categorized as feasible, and the PP
is three years and six mounts. The price decrease that occurred in the sensitivity analysis with a value
of 10% and 30%, as well as an increase in production costs by 10% and 30%, so that the investment
return period is below the economic time of farming, which is eight years, so based on the financial
feasibility criteria, oil farming palm worth working on.

Keywords: financial feasibility; oil palm; technical feasibility

PENDAHULUAN

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Tenggara membawa perubahan besar


terhadap ekonomi masyarakat pedesaan. Peningkatan produksi kelapa sawit setiap tahun karena
dipengaruhi oleh luas areal perkebunan. Sulawesi Tenggara mencatat luas areal perkebunan kelapa
sawit diseluruh kabupaten yang berada di Sulawesi Tenggara sebanyak 7.459 hektar dengan
produksi sebesar 122.094 ton (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2021). Kabupaten Konawe Selatan
adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggaraa penghasil kelapa sawit terbesar kedua sebanyak
1.055 hektar.
Tanaman kelapa sawit di Desa Epeesi semakin banyak dibudidayakan oleh masyarakat
karena penanaman dan pengolahan tanaman kelapa sawit ini bisa dikatakan mudah bila
dibandingkan dengan usahatani lain, seperti kakao, nilam dan merica, yang harus dikeringkan
terlebih dahulu sebelum dijual dan harga jual kelapa sawit juga terus meningkat. Namun, meskipun
harga jualnya mahal petani tidak dapat menjual langsung ke Pabrik kelapa sawitnya, hal ini
dikarenakan jarak yang harus ditempuh adari lahan kebun sawit dan pabriknya ke perkebunan rakyat
cukup jauh dengan jarak kurang lebih 32 Km dari perkebunan rakyat dan itu menyebabkan
rendahnya pendapatan petani. Berdasarkan data tersebut maka perlu diketahui kelayakan usahatani
perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Konawe Selatan salah satunya di Desa Epeesi
Kecamatan Basala. Penggunaan faktor produksi dapat dilakukan secara optimal apabila petani yang
berusahatani dapat mengelola lahan kelapa sawit dilakukan secara produktif dan efisien, sehingga
JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

keuntungan yang diperoleh dapat ditentukan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
dalam berusahatani haru dilakukan dengan efektif dan efisien agara dapat membantu
mengembangkan usahatani kelapa sawit (Panjaitan et al., 2020).
Analisis finansial merupakan bagian dari analisis kelayakan dengan petani sebagai orang
yang memiliki usaha pertanian. Perbandingan biaya dan kegunaan yang digunakan untuk
menetapkan profit yang diperoleh oleh sebuah usaha selama masa usaha tersebut berjalan (untuk
menentukan persyaratan layak tidaknya atau manfaat usaha) (Aznur et al., 2020); (Pramasari dan
Prianto, 2019); (Husein et al., 2018). Analisis kelayakan penting untuk dilakukan dalam usahatani
kelapa sawit untuk menganalisis apakah secara teknis dan finansial usahatani kelapa sawit di lokasi
penelitian layak atau tidak.

MATERI DAN METODE

Wilayah yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu di Desa Epeesi, Kecamatan
Basala, Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Agustus-Desember 2021. Lokasi yang dijadikan
sebagai tempat penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa wilayah yang
digunakan terdapat masyarakatnya sebagai petani yang lebih mengutamakan berusahatani
perkebunan kelapa sawit. Selain harga jual kelapa sawit yang semakin meningkat, jarak dari lahan
kebut sawit dengan pabriknya yang jauh kurang lebih 32 Km dan menyebabkan petani tidak dapat
menjual kelapa sawit dengan harga tinggi, sehingga hal ini juga menjadi pertimbangan dalam
penelitian ini. Penggunaan v.a.r.i.abel dalam penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu identitas petani
terdiri dari: responden, usia, jenjang pendidikan formal, jumlah anggota keluarga yang ditanggung
dan lama waktu berusahatani tanaman kelapa sawit. Karakteristik usahatani terdiri dari: kelayakan
teknis yaitu kesesuaian lahan, syarat tumbuh tanaman, proses produksi, pemilihan teknologi dan
kelayakan kapasitas produksi. Kelayakan finansial yaitu luas tanah garapan, jumlah hasil usahatani,
dan menghitung aspek keuangan terdiri atas pengeluaran tetap, pengeluaran variable, peneriman
dan pendapataan yang dilakukan dalam bidang pertanian .. Serta kelayakan finansial mencakup dari
BEP, PP, NPV dan IRR.
Penentuan jumlah sample dilakukan dengan sistem Stratified Random Sampling bertingkat
menggunakan rumus Slovin (Harahap et al. 2017), Populasi yang digunakan dalam studi in adalah
seluruh petani responden yang bertani kelapa sawit dengan usia 0 sampai 8 tahun yang terdapat di
Desa Epeesi, Kecamat an Basala, Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 91 orang petani. Analisis
data yang digunakan terdiri dari analisis kelayakan teknis, finansial dan sensitivitas. Tujuan yang
petama yaitu untuk menetahui hasil analisis kelayakan secara teknis yang meliputi kesesuaian lahan,
syarat tumbuh tanaman kelapa sawit, proses produksi, pemilihan teknologi dan kelayakan kapasitas
produksi. Tujuan yang kedua yaitu untuk mengetahui hasil analisis layak tidaknya usaha dari aspek
keuangan pada kegiatan lahan kebun kelapa sawit menggunakan rumus sebagai berikut:
Analisis NPV dihitung dengan rumus yakni:

∑ ) ) (1)

Keterangan: Bt : Keuntungan (Penerimaan kotor di tahun ke-t), C.t.: Biaya (Biaya kotor pada tahun
ke-t), n : Umur ekonomis usahatani, i : Tingkat suku b.u.n.g.a yang. berlaku, t : Tahun (Saeri, 2018)

Analisis IRR dihitung dengan rumus yakni: s


) (2)
)

Keterangan: NPV1 = Net Present Value positif (Rp), NPV2 = Net Present Value negative (Rp), i1 =
tingkat bunga yang memberikan nilai NPV positif / NPV1 (%), i2 = tingkat bunga yang memberikan
nilai NPV negative / NPV2 (%) (Shinta, 2011).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Analisis Net B/C dihitung mengunakan rumus yakni:

)
(3)
)

Keterangan: Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t, Ct= Biaya yang dikeluarkan pada tahun t, N=
umur ekonomis usaha I, Suku bunga, T = Periode tahun ke t (Padangaran, 2008).

Selviana et al 138 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

Analisis Payback Periode (PP) dihitung dengan rumus menurut yakni:

) (4)

Keterangan: t = Tahun terakhir dimana komulatif net cash belum mencapai intial investment b = Intial
Invesment (modal awal), c = Kumulatif net cash inflow pada tahun ke t, d = Kumulatif net cash inflow
pada tahuin t+1 (Shinta, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang digunakan dalam studi ini yaitu: usia, jenjang pendidikan, lama
berusahatani, anggota keluarga yang ditanggung dan luiais tanah garapan. Adapun jumlah responden
petani kelapa sawit diaipiat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik usahatani kelapa sawit di Desa Epeesi


No Karakteristik Jumlah Petani (Jiwa) Persentase (%)
1 Umur
15 – 54 20 64,5
>54 11 35,5
2 Jenjang Pendidikan
Tidak Sekolah 68 9,7
Sekolah Dasar 18 58,1
Sekolah Menengah Pertama 4 12,9
Sekolah Menengah Atas 5 16,1
Sarjana 1 3,2
3 Pengalaman Berusahatani
<4 1 3,2
4-8 30 96,8
4 Tanggungan Keluarga
1–3 17 54,8
4–6 14 45,2
5 Luas Lahan
Skala Menengah: 0,5 – 1 5 16,1
Skala Luas >1 26 83,9
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas petani berada pada usia produktif sebesar 64,5%.
Menurut Cepriadi dan Yulida (2012), umur produktif responden berada diantara 15 – 54 tahun. Usia
sangat mempengaruhi aktifitas bekerja secara fisik maupun pikiran. Petani yang memiliki umur
produktif tentunya mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam proses kegiatan usahatani yang
dijalankan, selain itu akan lebih dinamis dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kegiatan berusahatani serta dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Sedangkan petani yang
umurnya relatif tua atau tidak produktif kurang mampu melakukan aktifitasnya secara maksimal.
Menurut Popydila et al. (2013), usia produktif berkisar antara 21 – 50 tahun. Umur responden sangat
mempengaruhi kemampuan kerja, cara berfikir dan tingkat respon terhadap usahatani nilam. Petani
nilam dengan umur produktif sangat berhati-hati dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan
di Desa Epesi didominasi pada tingkat SD sebanyak 58,1%. Pendidikan juga dapat mempengaruhi
petani dalam mengelolah usahatani kelapa sawit, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang dimiliki dapat membantu mengubah pola pikir seseorang dengan penuh
pertimbangan. Namun menurut (Cepriadi dan Yulida, 2012) bahwa masalah rendahnya pendidikan
formal petani di kalangan petani dapat diatasi melalui pendidikan nonformal yaitu dengan
meningkatkan pelatihan diain pembinaan, karena pelatihan merupakan pendidikan nonformal bagi
petani yang dapat diaplikasikan dan diajarkan untuk petani dan para anggota keluarganya. serta
dimainkan peran tertentu ketika melakukan pemberian ilmu, keterampilan, pengembangan pola pikir,
praktik pertanian. Tingkatan pendidikan suatu hal yang mempengaruhi tindakan pelaku usahatani
untuk menentukan keputusan. Apabila pelaku usahatani memiliki pendidikan yang tinggi, maka petani
semakin mempunyai peluang untuk memperoleh informasi dan menggunakan teknologi baru dalam
berusahatani sehingga dapat membantu mengembangkan usaha pertanian mereka (Pratiwi,

Selviana et al 139 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

Gunawan, & Istiqomah, 2018). Pengalaman berusahatani petani kelapa sawit yang ada di Desa
Epeesi dapat dikategorikan sudah berpengalaman dilihat dari pengalaman berusahatani 4 – 8 tahun
ada sebanyak 29 jiwa (96,8%). Pengalaman berusahatani artinya bahwa berapa banyak waktu yang
dibutuhkan petani dalam mengelola usaha pertanian yang dilakukan. Pengalaman berusahatani juga
mempengaruhi keberhasilan usaha yang dilakukan. Walaupun petani tidak berpendidikan tinggi,
namun pengalaman dalam bertani dapat mereka gunakan untuk membantu usaha pertanian karena
mempunyai waktu yang lebih lama untuk bertani, mereka terbiasa mengambil risiko dan tahu
bagaimana mengatasi masalah ketika mereka menghadapi kendala dalam bertani. (Yulida, 2012).
Seorang petani dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti 4 – 8 tahun sedangkan
dibawah 4 tahun dikategorikan masih kurang berpengalaman.
Jumlah jiwa dan persentase terbesar untuk komposisi jumlah tanggungan keluarga petani
kelapa sawit di Desa Epeesi yaitu 17 jiwa (54,8%) dengan banyaknya jumlah tanggungan 1 – 3 jiwa.
Tanggungan adalah jumlah anggota rumah tangga yang masih sekolah, belum bekerja atau tidak
bekerja, dan seluruh keperluan hidup dibebankan kepada seorang kepala rumah tangga, sehingga
mempengaruhi petani dalam melakukan pengambilan keputusan dan kemampuan petani dalam
mengelola kelapa sawit. pertanian (Yulida, 2012). Banyaknya keluarga yang ditanggung petani juga
dapat mempengaruhi kesejahteraan petani. Apabila tanggungan keluarga semakin besar, untuk biaya
yang akan dikeluarkan juga akan meningkat setelah dibebankan kepada petani (Pratiwi et al., 2018).
Lahan adalah tempat petani untuk melakukan kegiatan berusahatani, oleh karena itu luas lahan yang
dimiliki sangat mempengaruh proses dan hasil produksi. Apabila lahan yang dimiliki bertambah luas,
miaikia hasiil priodiuksi yang diperolah juga akan lebih banyak. Tabel 1 menunjukkan bahwa luas
lahan tertinggi masuk pada kategori skala luas pada usahatani kelapa sawit yang ada di Desa Epeesi
seluas > 1 ha dengan jumlah responden 26 jiwa dengan persentase 83,9%. Luas lahan pertanian
akan memberikan dampak pada skala yang dapat mempengaruhi efisiensi usaha pertanian. Apabila
lahan yang digarap bertambah luas, maka peluang untuk menambah jumlah produksi semakin besar.
Lahan untuk berusahatani merupakan hal pertama yang dibutuhkan untuk berusahatani karena tanpa
lahan petani tidak memiliki pondasi untuk mulai berusahatani dan akan sulit dilakukan. Lahan dengan
luas yang sempit (kurang dari 0,5 Ha) akan mengakibatkan usahatani yang dikelola tidak efisien
sehingga dapat menurunkan pendapatan (Sundari, 2011). Lahan menjadi penting karena lahan
adalah apa yang digunakan petani untuk berproduksi. Apabila lahan bertambah luas, maka hasil yang
diperoleh juga semakin produktif. Luas tanah yang digarap dapat juga disebut sebagai luas lahan
yang dimiliki (Pratiwi et al., 2018).

Analisis Kelayakan Teknis


Aspek teknis dalam menganalisis studi kelayakan diartikan sebagai pemberian penjelasan
tentang ukuran dari aspek teknis yang dikaitkan dengan pelaksanaan nyata usaha yang dilakukan
proyek. Secara berurutan (Umar, 2009) memaparkan bagian-bagian yang dikaji dalan aspek teknik
teknologi adalah sebagai berikut: Kesesuaian lahan dan syarat tumbuh, proses produksi, pemilihan
teknologi dan perencanaan kapasitas produksi.

Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan yang dimaksud disini mengacu pada sejauh mana sebidang lahan cocok
untuk perkebunan kelapa sawit. Besar kecilnya pengaruh kesesuaian lahan terhadap pertumbuhan
tanaman secara langsung akan mempengaruhi kesuburan tanah dan hasil (Krisnohadi, 2011). Luas
lahan di Desa Epeesi Kecamatan Basala Kabupaten Konawe Selatan sebesar 1.085,5 ha, komoditi
yang sama dapat dilakukan pengembangan dengan melihat sumber daya potensi yang dimiliki lahan.
Berdasarkan keadaan tanah yang cukup untuk bercocok tanam dan berada pada dataran rendah, ini
menyebabkan di lokasi penelitian adalah wilayah yang memiliki peluang besar untuk dilakukan
perbaikan dan peningkatan lahan perkebunan kelapa sawit. Klasifikasi kesesuaian lahan dibagi
menjadi beberapa tingkatan yaitu kelompok golongan setara (S) dan tidak setara (N) dan kategori
dibagi antara setara (S) dibedakan antara sangat setara (S1), Cukup setara (S2) dan Sedikit Setara
(S3). Pedoman yang dipakai untuk menilai kesesuaian tanah garapan dalam penggunaan kelapa
sawit, yaikni: a) Kondisi curah hujan. b) Distribusi (kesiapan air, sistem pengaliran, serta ancaman air
besar). c) tendensi longsor kurang lebih 40 %. d) Penyuburan (Sasongko, 2010).

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit


Syarat pertumbuhan tanaman meliputi ketinggian tempat penanaman, karakteristik areal
tanam, dan ketersediaan air. Keberhasilan membudidayakan suatu komoditas tanaman sangat
bergantung pada varietas komoditas yang dikelola, daerah tanaman tersebut ditanam. Lebih spesifik
tentang daerah meskpun awalnya unituk mengikuti hal-hal yang harus dipenuhi oleh kriteria suatu

Selviana et al 140 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

tanaman untuk tumbuh dapat dimanipulasi oleh perbuatan tangan yang akan melakukannya, akan
tetapi biaya yang digunakan cukup tinggi. Dalam rangka pengembangan komoditas tanaman, terlebih
dahulu perlu dipahami kebutuhan pertumbuhan tanaman yang dikelola kemudian menentukan
wilayah yang dapat digunakan dengan kondisi tumbuh yang sesuai. (Sasongko, 2010).
Syarat tumbuh tanaman juga sangat berpengaruh pada kesesuain lahan suatu daerah, lahan
yang ada di lokasi penelitian juga merupakan tanah dataran rendah, dengan sifat tanah yang subur
sehingga bagus untuk bercocok tanam, ketersediaan air yang di Desa Epeesi dapat dikatakan cukup,
karena masyarakat memiliki sumur atau parit kecil sendiri disetiap lahannya dan itu sangat
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang membutuhkan banyak air. Syarat
tumbuhnya kelapa sawit pada umumnya, merupakan daerah beriklim tropis dengan keadaan cuaca
yang panas yang tinggi. Tinggi wilayah Desa dari atas lauyt yaitu 2 mdpl yang mempunyai suhu
paling rendah 210C, dan paling tinggi 280C serta musim hujan setiap musim rata-rata 3.487
mm/tahun (Nazar, 2021).

Proses Produksi
Hasil dari produksi usahatani kelapa sawit yang dihasilkan adalah jumlah stem buah kelapa
sawit. Proses produksi kelapa sawit selama satu kali masa tanam dilakukan saat tumbuh menjadi
stem buah segar menjadi bentuk lonjong. Tingkat pemanfaatn secara efektif dan efisien tanaman
kelapa sawit dapat berkembang dengan pesat mulai dengan usia 3-8 tahun (dengan menggunakan
perhitungan lama waktu tumbuhan kecil), sehingga hasil yang paling tinggi pun dapat dicapai ketika
berusia selama 15 tahun (lama waktu tumbuhan mulai dewasa), dain akan mengalami penurunan
secara perlahan-lahan pada waktu tumbuhan berusia tua dengan umur kira-kira 25 tahun hingga
detik-detik akan regenerasi (Pasaribu et al. 2013).
Proses produksi yang dimaksud yaitu proses pemanenan kelapa sawit yang dilakukan 1 – 2
kali setiap bulannya. Usahatani kelapa sawit yaing adia dii lokasi penelitian melakukan pemanenan
kelapa sawit 1 – 2 kali setiap bulannya menggunakan dodos kecil saat usia kelapa sawit 5 tahun
kebawah dan menggunakan dodos besar dan egrek saat usia kelapa sawit diatas 5 tahun,
selanjutnya diangkut menggunakan argo dan dikumpulkan dipinggir jalan agar mudah diambil mobil
pengangkut kelapa sawit, lalu ditimbang langsung oleh pengumpul dan diangkut menggunakan mobil
ke Pabrik kelapa sawit. Penelitian serupa dilakukan oleh Nazar (2021), produksi kelapa sawit dalam
penelitian ini diukur dalam Kg/Ha/Th. Panen tanaman kelapa sawit dilakukan petani dalam 2 kali
sebulan yaitu setiap 2 minggu sekali. Produksi kelapa sawit tergantung bibit yang digunakan,
perlakuan yang diberikan dan umur tanaman kelapa sawit.

Pemilihan Teknologi
Pemilihan teknologi yang digunakan dalam menunjang seluruh jalannya aktivitas diunit
pengolahan tersebut, meliputi mesin yang terpasang dalam unit pengolahan dan peralatan lain yang
melengkapi seperti alat transportasi dan lainnya. Adapun jenis teknologi yang digunakan dalam
pengolahan kelapa sawit di lokasi penelitian yakni triaktor yang dipakai mengangkut kelapa sawit ke
daerah pengumpul, setelah itu menggunakan mobil 6 roda dan 4 roda untuk mengangkut kelapa
sawit ke pabriknya. Menurut Purnomo et al. (2015), menjelaskan apabila suatu pekerjaan yang
dikerjakan akan berhasil merupakan pengaruh dari penggunaan teknologi yang dilakukan secara
menyeluruh. Oleh karena itu, hasil dari pengembangan inovasi pertanian dapat diedarkan secara
cepat kepada konsumen.
Penggunaan teknologi menyebabkan dua inmplikasi yang diperlukan dalam mengelola sektor
pertanian sehingga pada sektor pertanian yaitu memacu agara perpindahan yang dilakukan
kecepatan yang sangat tinggi sehinggga hasil produksi juga menjadi berlebihan dari apa yang
dibutuhkan masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan harga barang yang dijual petani akan menjadi
sangat rendah (Ismail, 2018).

Kelayakan Kapasitas Produksi


Kapasitas merupakan jumlah dari hasil produksi yang dihasilkan oleh suatu usaha dengan
menggunakan perhitungan periode waktu yang digunakan (Meirizha dan Ardiansyah, 2017).
Kelayakan kapasitas produksi yang saat ini dipilih dan perbaikan penentuan kapasitas agar lebih
efisien dan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan sebaik mungkin. Untuk
peningkatan kualitas kapasitas produksi petani melakukan pemilihan lokasi penanaman kelapa sawit
dan memilih peralatan yang digunakan dalam pengolahannya serta pemilihan bibit dengan kualitas
tinggi untuk meningkatkan produksinya.
Menurut Syuhada dan Kharati (2020), kemampuan secara teknis budidaya kelapa sawit
dapat memberikan dampak secara nyata dari oleh aspek situasi pengolahan tanah garapan yang

Selviana et al 141 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

dilakukan oleh pelaku usaha. Pelaku usaha yang tidak melakukan kerja sama dengan perserikatan
lain lebih prouktif secara teknis dibandingkan dengan pelaku usaha yang bekerja sama di budidaya
kelapa sawit. Selanjutnya benih dan memberikan dampak secara negatif terhadap inefisiensi, artinya
petani yang menggunakan benih berkualitas tinggi secara teknis lebih efisien dalam usaha kelapa
sawitnya dibandingkan petani yang menggunakan benih berkualitas buruk.

Analisis Kelayakan Finansial


terhadap inefisiensi, artinya petani yang menggunakan benih berkualitas tinggi secara teknis
lebih efisien dalam usaha kelapa sawitnya dibandingkan petani yang menggunakan benih berkualitas
buruk. Sebuah usaha dikatakan bias dilanjutkan secara finansial jika pendapatan yang diperoleh
dapat menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan (Indra et al., 2018). Analisis yang digunakan ini
mengamati proses kelayakan finansial budidaya kelapa sawit di lokasi penelitian sehingga dapat
dihitung dengan menggunakan perhitungan NPV, IRR, Net B/C, PP, perhitungan analsisi dapat
dilihat pada Tabel 2 dibawah.

Tabel 2. Persyaratan kelayakan finanansial budidaya kelapa sawit di Desa Epeesi


No Kriteria Hasil Keterangan
1 NPV (Net Present Value) Rp747.570.637 Layak
2 IRR ( Internal Rateof Return) 70,58% Layak
3 Net B/C (Net Present Value) 12,04 Layak
4 PP (Payback Period) 3,6 Tahun Layak
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel 2 Berdasarkan menguraian bahwa pada nilai NPV yang dihasilkan mejelaskan bahwa
keuntungan bersih yang dihasilkan kegunaan bersih yang didapatkan ketika mengerjakan budidaya
usahatani kelapa sawit sekitar 8 tahun sebesar Rp Rp747.570.637. Hasil tersebut menjelaskan
budidaya kelapa sawit di lokasi penelitian layak dikembangkan karena bernilai positif (Rp747.570.637
> 0). Usahatani memperlihatkan angka Internal Rateof Return dibandingkan suku bunga yang
ditentukan. Apabila angka dari internal rate of return yang ditetapkan maka penanaman modal bias
diambil. Dapat diketahui angka Internal Rate of Return usahatani kelapa sawit di lokasi penelitian
dengan tingkatan bunga sekitar 8,58% yaitu 70,58%. Artinya apabila investor akan menginvestasikan
uangnya untuk melakukan usahatani kelapa sawit di Desa Epeesi akan memberikan keuntungan
yang lebih besar dibanding harus mendepositokan uangnya di Bank dengan keuntungan dari Bank
sebesar 8,58%. Angka B/C senilai 12,04 yang berarti usahatani tersebut bias untuk dikembangkan
dikarenakan mempunyai angka Net B/C lebih besar dari 1 dan Nilali PP sebesar 3,6 tahun, sehingga
penanaman moal yang telah jadi dalam usaha pertanian jangka pemulangan semua penanaman
modal yang pernah dipinjam dalam budidaya di lokasi penelitian akan lunas selama 3,6 tahun.
Menurut Umar (2009), Jika payback period memiliki jangka waktu kurang dari maximum
payback atau jangka waktu pengembalian modal investasi yang ditentukan maka investasi tersebut
diterima. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa budidaya yang dilakukan
bias untuk dilakukan pengembangan dengan jangka waktu yang sedikit dari umur ekonomis usaha
selama 8 tahun. Penelitian ini sejalan dengan. Menurut Alfizar (2017) budidaya kelapa sawit layak
karena memiliki nilai B/C bersih sebesar 24,84 yang berarti usaha tersebut layak karena lebih besar
dari 1. Total nilai B/C yang diperoleh adalah 5,61 yang berarti usaha tersebut layak karena lebih
besar dari 1. Menurut Putri et al. (2013), standar NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp
167.455.232.56 yang berarti usaha tersebut layak, karena lebih besar dari 0, budidaya kelapa sawit
layak, karena NPV bernilai positif Rp 30.113.603 yang berarti bahwa Penanaman kelapa sawit layak
dengan tingkat pengembalian internal 24.0,50% menunjukkan bahwa bisnis dapat bertahan dengan
tingkat bunga 24,50%. Bisnis ini impas. Nilai IRR yang dihasilkan adalah 24,50% > 12,75% yang
berarti usaha kelapa sawit ini sudah beroperasi. Nilai B/C yang dihasilkan adalah 2.934. Diperolehnya
nilai B/C > 0 berarti budidaya kelapa sawit layak dilakukan.

Analisis Sentivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat tingkat kepekaan budidaya kelapa sawit pada
berubahnya keadaan yang tidak terduga. Ketika menghitung jalannya simpanan, para peneliti
menghadapi ketidaktentuan yang menyebabkan perhitungan mereka jauh dari kenyataan.
Ketidaktentuan ini menyebabkan penurunan kemampuan perusahaan untuk berrjalan. (Umar, 2009).
Maka untuk mengatasi masalah tersebut digunakan analisis ini dengan menggunakan beberapa
indikator yaitu jika biaya produksi naik 10,%, harga turun 1,0%, harga turun 30,% dan biaya produksi
naik 3,0%.

Selviana et al 142 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

Tabel 3. Analisis sentivitas usahatani kelapa sawit di Desa Epeesi


No Kriteria Penilaian Investasi Hasil Keterangan
Penurunan Harga 10%
1 NPV (Net Present Value) Rp630.383.539,- Layak
IRR (Internal Rate Of Return) 67,58% Layak
Net B/C (Net Present Value) 10,31 Layak
PP (Payback Period) 3,7 Tahun Layak
Penurunan Harga 30%
2 NPV (Net Present Value) Rp396.009.343,- Layak
IRR (Internal Rate Of Return) 61,58% Layak
Net B/C (Net Present Value) 6,85 Layak
PP (Payback Period) 3,9 Tahun Layak
Biaya Produksi 10%
3 NPV (Net Present Value) Rp719.119.696,- Layak
IRR (Internal Rate Of Return) 61,58% Layak
Net B/C (Net Present Value) 10,94 Layak
PP (Payback Period) 3,7 Tahun Layak
Biaya Produksi 30%
4 NPV (Net Present Value) Rp651.337.814,- Layak
IRR (Internal Rate Of Return) 67,68% Layak
Net B/C (Net Present Value) 8,99 Layak
PP (Payback Period) 3,8 Tahun Layak
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Sensitivitas dengan Penurunan Harga 10% dan 30%


Analisis kepekaan untuk melihat transformasi biaya input bisa diketahui dari Tabel 3 di atas,
yang menjelaskan bahwa apabila biaya input mengalami penurunan dengan nilai 10%, sehingga
angka Net Present Value sebesar Rp630.383.539 dengan tingkat bunga deposito 8,58% sehingga
dikatakan Layak. IRR dengan nilai sebesar 67,58% yaitu suku bunga yang diperoleh lebih tinggi
dibandingkan suku bunga yang ditetapkan (67,58% > 8,58%) jadi 58% kelayakan yang mengalami
kenaikan untuk dilakukan. Net B/C pada pengurangan biaya 10% memiliki nilai sebesar 10,31 dengan
kategori layak karena memiliki nilai diatas 1. Kemudian nilai PP untuk pengurangan biaya 10%
menjelakan hasil yang diperoleh dengan waktu kira-kira 3,7 tahun dengan jangka waktu yang lebih
sedikit dari umur ekonomis usaha selama 8 tahun, hal tersebut menggambarkan budidaya kelapa
sawit di lokasi penelitian layak untuk dijalankan. Penurunan harga 30%, maka nilai NPV sebesar Rp
Rp396.009.343 dengan tingkat bunga deposito 8,58% dikatakan layak. IRR pada penurunan harga
30% mempunyai angka sekitar 61,58%% yaitu suku bunga yang diperoleh bertambah besar dari suku
bunga yang ditetapkan (61,58% > 8,58%) jadi 53% kenaikan layak untuk dijalankan. Net B/C
memperoleh nilai sebesar 6,85 dengan kategori layak karena lebih dari 1. Kemudian nilai Payback
Period pada penurunan harga 10% menunjukkan perolehan perkiraan waktu 3,9 tahun dengan
jangka waktu yang lebih sedikit dari umur ekonomis usaha selama 8 tahun, hal tersebut menjelaskan
bahwa budidaya kelapa sawit di lokasi penelitian layak untuk dijalankan. Penelitian ini sejalan dengan
(Husein et al., 2018) analisis sensitivitas terhadap perubahan apabila biaya mengalami peningkatan
sekitar 1.0%, sehingga nominal NPV yakni Rp. 509.969.870,- nominal N.PV pertama R.p.
521.166.238,- mengalami penurunan NPV sekitar 40,48% serta apabila biaya input mengalami
peningkatan sekitar 20%, sehingga nominal NPV yakni Rp 506.045.537,- nominal NPV pertama Rp.
521.166.238,- mengalami pengurangan NPV sekitar 40,10%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada
kenaikan biaya input senilai 10% dan 20% budidaya usaha pertanian kemungkinan layak untuk
dilanjutkan dikarenakan nilai NPV yang diperoleh positif dan IRR >0. Hal serupa dikemukanan oleh
Pramasari dan Prianto, (2019) dimana analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini dipengaruhi
oleh harga beli dari biji mimba dan harga jual produk biopestisida. Kenaikan harga biji mimba sebesar
25 % dan harga jual produk mengalami penurunan sebesar 17 % akan mengakibatkan usaha
biopestisida menggunakan metode pengepresan ulir menjadi tidak layak.

Sensitivitas dengan Kenaikan Biaya Produksi 10% dan 30%


Kenaikan biaya produksi sebanyak 10%, dimana nilai NPV sebesar Rp Rp719.119696
dengan tingkat bunga deposito 8,58% sehingga dikatakan layak. IRR pada penurunan harga 10%
dengan n.ilai sebe.sar 68,18% yaitu suk.u bun.ga yag dihasilkan lebih tinggi dibandingkan suk.u bunga
yang ditentukan (68,18 > 8,58%) jadi 59,6% kenaikan layak untuk dilakukan. Net B/C memiliki nilai

Selviana et al 143 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

sebesar 10,94 dikategorikan layak karena lebih dari 1. Kemudian nominal PP yang mengalami
pengurangan biaya pada 10% menjelaskan hasil yang diperoleh dengan waktu kira-kira 3,7 tahun
dengan jangka waktu yang lebih sedikit dari umur ekonomis usaha selama 8 tahun, hal tersebut
menjelaskan budidaya kelapa sawit di lokasi penelitian layak untuk dikembangkan. Peningkatan biaya
produksi sebesar 30% dengan nominal NPV sebesar Rp651.337814 dan tingkat bunga deposito
8,58% dikatakan layak. Nilai IRR untuk kenaikan 30% biaya produksi adalah 67,68%, yaitu tingkat
bunga yang dihasilkan lebih tinggi dari tingkat bunga yang ditetapkan (67,68% > 8,58%), sehingga
peningkatan sebesar 59,1% layak dilakukan. Nilai 8,99 pada B/C bersih masuk dalam kategori layak
karena lebih besar dari 1. Kemudian nilai payback period saat harga turun 10% menunjukkan
estimasi waktu yang didapat adalah 3,8 tahun, lebih kecil dari periode operasi 8 tahun yang
menunjukkan bahwa budidaya kelapa sawit di lokasi penelitian layak. Hasil penelitian sesuai dengan
hasil analisis sensitivitas Winarti (2016) bahwa pada usaha pengolahan biskuit ikan kembung,
kenaikan harga bahan baku sebesar 10% akan menghasilkan nilai NVP positif, IRR lebih besar dari
tingkat bunga saat ini, B/C bersih lebih besar dari 1, dan pengembalian investasi Jangka waktunya
adalah 5 bulan dan 27 bulan. Biskuit Halibut Penurunan harga jual sebesar 10,% menghasilkan nilai
NVP positif, IRR yang lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku, B/C bersih lebih besar dari 1, dan
periode pengembalian modal 7 bulan 11 hari. Peningkatan bahan baku dan harga jual yang lebih
rendah menghasilkan NVP positif, IRR lebih tinggi dari tarif yang berlaku, B/C bersih lebih besar dari
1, dan periode pengembalian 7 bulan dan 21 hari.

KESIMPULAN

Usahatani kelapa sawit di Desa Epeesi K.eca matan Basala Kabupaten Konawe Selatan
dalam kategori kesesuaian lahan dan syarat tumbuh dikatakan layak. Proses produksi usahatani
kelapa sawit dilakukan pemanenan 1 – 2 kali dalam satu bulan dan teknologi yang digunakan dalam
pengangkutan kelapa sawit ini dapat dikatakan layak. Kapasitas produksi kelapa sawit, petani
melakukan pemilihan lokasi dan pemilihan bibit yang berkualitas untuk meningkatkan produksi. Hasil
analisis kelayakan finansial didapatkan nilai NPV sebesar Rp747.570.637, IRR 70,58%, Net B/C
12,04 dan PP 3,6 tahun.

REFERENSI

Alfizar, S. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Kelapa Sawit di Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal
JIIA, 5(3), 228-234. https://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1634
Aznur, T. Z., Lubis, F. A., & Ginting, M. S. (2020). Analisis Kelayakan Finansial Kelapa Sawit Rakyat
di Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Agro Estate, 4(2), 71-84.
https://doi.org/10.47199/jae.v4i2.176
BPS Sulawesi Tenggara. (2021). Luas Areal Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota Tanaman (ha)
Sulawesi Tenggara. Dinas Perkebunan Sulawesi Tenggara.
Cepriadi, & Yulida, R. (2012). Persepsi Petani Terhadap Usahatani Lahan Pekarangan (Studi Kasus
Usahatani Lahan Pekarangan di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan). Jurnal IJAE,
3(1), 177-194. https://ijae.ejournal.unri.ac.id/index.php/IJAE/article/view/1552
Harahap, G., Simanullang, E. S., & Romadon, M. (2017). Analisis Efisiensi Tataniaga Tandan Buah
Segar (TBS) Kelapa Sawit (Studi Kasus Petani Perkebunan Inti Rakyat Desa Meranti Paham
Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Lbuhan Batu). Jurnal Wahana Inovasi, 6(2), 170-180.
https://penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/11.-Gustami-Harahap-dkk-vol-6-no-
2-des-2017.pdf
Husein, Y., Tarumun, S., & Khaswarina, S. (2018). Analisis Kelayakan Finansial Sistem Pertanian
Gambir di Nagari Sialang Kapur IX Kecamatan Lima Puluh Kota. Jurnal IJAE, 9(2), 137-150.
https://ijae.ejournal.unri.ac.id/index.php/IJAE/article/view/7726/6715
Indra, S. B., Rozalina, & Nudin, O. F. (2018). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Kelapa
Sawit pada UD. Jaya Tani Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal
Agrisamudra, 5(1), 49-58. https://doi.org/10.33059/jpas.v5i1.842
Ismail. (2018). Pengaruh Produksi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja pada Pendapatan Usaha
Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Mamuju Tengah. Universitas Muhammadyah
Makassar, Makassar.
Krisnohadi, A. (2011). Analisis Pengembangan Lahan Gambut untuk Tanaman Kelapa Sawit
Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Teknologi Perkebunan dan PSDL, 1, 1-7.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/view/24

Selviana et al 144 eISSN: 2527-273X


JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis): Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
2022: 7(4):137-145

Meirizha, S. N., & Ardiansyah. (2017). Analisis Kelayakan Kapasitas dengan Metode RCCP (Studi
Kasus PT. Sewangi Sejati Luhur). Jurnal Surya Teknika, 5(1), 49-54.
https://doi.org/10.37859/jst.v5i01.607
Nazar, A. (2021). Analisis Usahatani Kelapa Sawit Swadaya di Desa Sungai Sitolang Kecamatan
Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu. Universitas Islam Riau, Pekan Baru.
Padangaran, A. M. (2008). Manajemen Proyek Pertanian. Kendari: PPS Unhalu.
Panjaitan, E., Paman, U., & Darus. (2020). Analisis Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produktivitas
Usahatani Kelapa Sawit Pola Swadaya di Desa Sungai Bulu Kecamatan Kuantan Singingi
Hilir Kabupaten Kuatan Singingi. Jurnal Dinamika Pertanian, XXXVI(1), 61-68.
https://doi.org/10.25299/dp.2020.vol36(1).5371
Pasaribu, A. I., Hasanuddin, T., & Nurmayasari, I. (2013). Pola Kemitraan dan Pendapatan Usahatani
Kelapa Sawit: Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit antara PT Perkebunan Nusantara
VII Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo,
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal JIIA, 1(4), 358-367.
https://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/712
Popydila, Radian, & A, S. (2013). Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Desa Sungai Kecamatan
Benua Kayong Kabupaten Ketapang. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 4(2),
74-87. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jsea/article/view/12771
Pramasari, D. A., & Prianto, A. H. (2019). Kelayakan Finansial Produksi Biopestisida Biji Mimba
(Azadirachta Indica A. Juss) dengan Metode Pengepresan Ulir. Jurnal Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat, 30(1), 11-26. https://doi.org/10.21082/bullittro.v30n1.2019.11-
26
Pratiwi, C. A., Gunawan, D. S., & Istiqomah. (2018). Analisis Ekonomi Usahatani Padi dan Kelayakan
Rumah Tangga Tani di Desa Sambeng Kulon Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
Jurnal JSEP, 11(1), 33-45. https://doi.org/10.19184/jsep.v11i1.5315
Purnomo, E., Pangarsa, N., Andri, K. B., & Saeri, M. (2015). Efektivitas Metode Penyuluhan dalam
Percepatan Transfer Teknologi Padi di Jawa Timur. Jurnal Inovasi dan Teknologi
Pembelajaran, 1(2), 191-204. http://journal2.um.ac.id/index.php/jinotep/article/view/2124
Putri, D., Darus, H. M. M. B., & Sihombing, L. (2013). Analisis Kelayakan Finansial Kelapa Sawit
Rakyat. Jurnal of Agriculture and Agribusinnes Socioeconomis, 2(8).
https://media.neliti.com/media/publications/15109-ID-analisis-kelayakan-finansial-kelapa-
sawit-rakyat-studi-kasus-kecamatan-bagan-sin.pdf
Saeri, M. (2018). Usahatani dan Analisisnya. Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press.
Sasongko, P. E. (2010). Studi Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa Sawit di
Kabupaten Blitar. Jurnal Pertanian MAPETA, 7(1), 137-144.
https://media.neliti.com/media/publications/147739-ID-studi-kesesuaian-lahan-potensial-
untuk-t.pdf
Shinta, A. (2011). Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Sundari, M. T. (2011). Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
Jurnal SEPA, 7(2), 119-126. https://jurnal.uns.ac.id/sepa/article/download/48897/30164
Syuhada, F. A., & Kharati, H. R. (2020). Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Kelapa Sawit: Analisis
Stochastic Frontier Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 6(1), 249-255.
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2022.006.01.24
Umar, H. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana.
Winarti, L. (2016). Analisis Sensitivitas Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Pipih di Kecamatan Seruyan
Hilir Kabupaten Seruyan. Jurnal Ziraa'ah, 41(2), 177-182.
https://doi.org/10.33084/daun.v3i2.148
Yulida, R. (2012). Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan Terhadap Ekonomi Rumah Tangga Petani
di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Jurnal IJAE, 3(2), 135-154.
https://ijae.ejournal.unri.ac.id/index.php/IJAE/article/view/1549

Selviana et al 145 eISSN: 2527-273X

Anda mungkin juga menyukai