Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PENELITIAN VOLUME 18 NOMOR 2 MEI

SAINS 2016

Pemanfaatan Hewan Sebagai Obat Tradisional


oleh Etnik Lom di Bangka
BUDI AFRIYANSYAH, NUR ANNIS HiDAYATI, DAN HAPIS APRIZAN
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Bangka Belitung, Indonesia

Abstract: Knowledge about the use of animals as a traditional medicine is benefit to society and must be
saved. This knowledge can be used as a source of reference for researchers in the development of science and
alternative ideas in the present. The purpose of this study were reveal diversity of animal drug ethnic Lom in
Bangka and Lom ethnic knowledge traditional in Bangka about diversity of animal drug and used of animals as
a traditional medicine. Research was conducted from January to May 2015 in Air Abik, Pejem, and Mapur village.
Methods used in this research were purposive sampling (determine informans), interview and direct obeservation. Result
showed that ethnic Lom used 24 species animals as medicine from 10 class in traditional medicine. The animal species
most used is from the class of mammals (38%). Seen from habitat, animals are used as traditional medicines are mostly
terrestrial animals (44%) are living wild in the woods. The most used animal that is part of the body (76%). Results of
grouping by type of disease and the type of animals that have properties as a medicinal ingredient, there were 18 types of
diseases that can be cured (medical or non-medical disease). Ethnic Lom had a good knowledge about the diversity
of animal species and benefit of drugs, but this knowledge is declining and began to be forgotten by the people
of ethnic Lom. The results of the interviews and observations in the field showed animal species of cacing tanah (Phere-
tima sp.) and undur-undur (Myrmeleon sp.) has the potential to be developed, not only as a animals drug used ethnic Lom
communities but also can improve the economy of communities in the region.
Keywords: Bangka, benefit animal, ethnic Lom, traditional medicines
Email: budi_zoology@yahoo.com

1 PENDAHULUAN Menurut Costa-Neto (2005), hewan yang diguna-


angka merupakan pulau yang kaya sumber kan sebagai sumber obat tradisional biasanya adalah
hewan yang telah mati. Bagian-bagian hewan yang
B
daya alam. Selain itu, pulau ini juga memiliki kera-
gaman dan kekhasan budaya yang dihasilkan oleh biasanya digunakan sebagai obat tradisional antara
beragam etnik. Salah satu etnik yang ada di Pulau lain: daging, tanduk, tulang, ekor, bulu, kuku, lemak,
Bangka adalah etnik Lom (PUSDATINKOMTEL empedu, dan cangkang. Adapun produk hewan
2013). Etnik Lom merupakan penduduk asli Bangka yang bisa digunakan sebagai obat tradisional adalah
dan termasuk etnik tertua yang ada di Pulau urin, feses, madu, dan susu.
Bangka. Etnik Lom berasal dari keturunan Pengetahuan tentang pemanfaatan hewan seba-
langsung tokoh mitologi yang sakti, ialah gai obat tradisional sangat berguna bagi masyarakat
keturunan akek antak. To- koh ini merupakan dan harus diselamatkan. Pengetahuan ini dapat di-
nenek moyang atau leluhur yang jadikan sebagai dasar untuk swadaya dan swasem-
memiliki kepercayaan adat (Deqy 2014). bada masyarakat karena praktik dan teknik yang
Etnik Lom mempunyai pengetahuan yang baik telah dikenal, mudah dipahami dan mudah dikuasai.
mengenai pengelolaan keanekaragaman sumber Pengetahuan ini juga dapat menghilangkan keter-
daya alam dan lingkungan sekitarnya (Adelia 2010). gantungan pada sumber dari luar yg biasanya mahal
Berdasarkan penelitian Zulkarnain & Franto (2014), (IIRR 1996 dalam Adelia 2010). Selain itu, adanya
pengetahuan etnik Lom ini didapatkan dari penutu- pengetahuan ini dapat menjadi sumber acuan bagi
ran orang tua, tukar pikiran dengan anggota masya- peneliti dalam pengembangan ilmu pengetahuan
rakat dan hasil pengalamannya sendiri. Hal ini dan ide-ide alternatif di masa kini (Soedjito & Sukara
berar- ti, pengetahuan ini hanya disampaikan 2006 dalam Adelia 2010).
secara lisan dari generasi ke generasi pada Penelitian mengenai etnik Lom sudah pernah di-
masyarakat yang ber- sangkutan. Pengetahuan yang lakukan dengan beberapa judul antara lain tentang:
seperti ini sangat mu- dah terancam kepunahan Studi etnografi orang Lom (Smedal 1989), peman-
karena pengetahuan ini tidak terdapat dalam faatan tumbuhan obat (Adelia 2010), inventarisasi
bentuk tertulis (Nugraheni & Winata 2002 dalam tumbuhan obat (Tim Peneliti Ristoja 2013), dan seja-
Nuraini 2010). Salah satu penge- tahuan yang rah masuknya islam di Bangka (Deqy 2014). Akan
merupakan warisan etnik Lom adalah pemanfaatan tetapi penelitian etnik Lom tentang pemanfaatan
hewan sebagai bahan obat tradisional.

© 2016 JPS MIPA UNSRI 18212-66


BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

hewan sebagai obat tradisional belum pernah dila- suatu penyakit. Beberapa pengetahuan tradisional
porkan sehingga penelitian ini perlu dilakukan. lain relatif umum, sehingga bisa dikuasai oleh seba-
Penelitian ini bertujuan: gian anggota masyarakat seperti bagaimana teknik
berburu hewan secara tradisional. Obat tradisional
1. Mengungkapkan keanekaragaman jenis hewan
adalah obat yang terbuat dari bahan alami seperti
obat etnik Lom di Bangka
tumbuhan ataupun hewan yang merupakan warisan
2. Mengungkapkan pengetahuan etnik Lom di
budaya bangsa dan telah digunakan turun menurun
Bangka tentang keanekaragaman jenis hewan
secara empirik (Chasanah 2010). Penggunaan
obat dan pemanfaatannya sebagai obat tradi-
bahan alam sebagai obat telah dilakukan oleh
sional.
masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu
terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar
2 KAJIAN LITERATUR DAN Husodo (Ja- wa), Usada (Bali), Lontarak pabbura
PENGEMBANGAN (Sulawesi Sela- tan), dokumen Serat Primbon Jampi,
HIPOTESIS Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi
Borobudur yang menggambarkan orang sedang
Etnik Lom merupakan penduduk asli Bangka dan meracik obat dengan tumbuhan sebagai bahan
termasuk etnik tertua yang ada di Pulau Bangka. Et- bakunya (Sukan- dar 2006 dalam Sari 2006).
nik Lom berasal dari keturunan langsung dari tokoh
Disebutkan pula oleh Alves dan Rosa (2007 dalam
mitologi yang sakti yaitu keturunan akek antak. To-
Mishra et al. 2011) bahwa tanaman dan hewan
koh ini sekaligus nenek moyang atau leluhur yang
telah digunakan sebagai sumber obat sejak zaman
beragama adat (Deqy 2014). Masyarakat etnik Lom
kuno.
sangat tertutup ketika berbicara tentang keyakinan
yang mereka pilih. Dapat dipastikan, Etnik Lom Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperki-
memiliki keyakinan terhadap roh yang tak terlihat. rakan bahwa sampai 80 % orang di dunia mengan-
Etnik ini menggunakan benda konkret seperti po- dalkan hewan dan tumbuhan sebagai obat. Dari 252
hon-pohon, batu, hewan, dan representasi artistik bahan kimia penting yang telah dipilih oleh Organi-
untuk konsepsi keyakinan mereka (Smedal 1989). sasi Kesehatan Dunia (WHO), 11,1 % berasal dari
Populasi terbanyak etnik Lom ada di Dusun Tuing tanaman dan 8,7 % dari hewan (Souto et al. 2011;
Desa Mapur Kecamatan Riau Silip, Air Abik dan Pe- Verma et al. 2014). Di negara-negara Afrika hingga
jam Kecamatan Belinyu. Ketiga wilayah inilah yang 80% dari populasi masyarakat menggunakan obat
dikenal sebagai ranah orang Lom (Deqy 2014). Pen- tradisional untuk membantu memenuhi kebutuhan
getahuan tradisional atau kearifan tradisional meru- kesehatan mereka. Meskipun tanaman dan bahan
pakan tata nilai dalam tatanan kehidupan sosial, bu- tanaman yang diturunkan merupakan sumber uta-
daya, ekonomi dan lingkungan yang hidup di ten- gah- ma bahan untuk obat tradisional, identifikasi sumber
tengah masyarakat tradisional atau masyarakat lokal. daya hewan obat medis juga penting dalam perawa-
Ciri yang melekat dalam pengetahuan tradi- sional tan kesehatan manusia (Alves & Rosa 2005 dalam
adalah sifatnya yang dinamis, berkelanjutan dan Verma et al. 2014). Penggunaan tanaman, hewan,
dapat diterima oleh komunitasnya. Dalam ko- munitas zat mineral dan bahan alami lainnya dalam pengo-
masyarakat tradisional, pengetahuan tradi- sional batan tradisional oleh masyarakat adat adalah prak-
terwujud dalam bentuk seperangkat aturan, tek yang diterima dengan baik di seluruh dunia
pengetahuan, keterampilan, tata nilai dan etika yang (Verma et al. 2014). Etnik pribumi di seluruh dunia
mengatur tatanan sosial komunitas yang terus hidup mempercayai bahan yang berasal dari hewan dapat
dan berkembang dari generasi ke generasi (Rahayu menyembuhkan penyakit tanpa perlu pembuktian
2004 dalam Sukmawan 2008). dari aspek saintifik. Jain et al. (2009 dalam
Nugraheni dan Winata (2002 dalam Adelia Zubaidah et al. 2012) menyatakan bahwa setiap
2010) menyatakan bahwa pengetahuan tradisonal suku bangsa ataupun masyarakat pedalaman
terdiri dari berbagai jenis, antara lain yang berkaitan mempunyai penge- tahuan yang luas mengenai obat
dengan informasi, keterampilan praktis dan teknolo- yang berasal dari alam terutama obat yang berasal
gi, kepercayaan, peralatan, bahan material, perco- dari hewan dan tumbuhan.
baan, sumberdaya hayati, sumberdaya manusia, Penelitian Vyas et al. (2009) menyatakan bahwa
komunikasi, dan pendidikan. Pengetahuan tradi- sapi, domba, unta, dan lebah madu dapat mengoba-
sional tersebut tidak selalu dimiliki oleh anggota ma- ti penyakit seperti batuk pada anak, infeksi anal, ke-
syarakat secara merata. Beberapa pengetahuan racunan, dan penyakit kuning. Berdasarkan peneli-
yang spesifik, sehingga hanya dimiliki orang tertentu tian Narzary & Bordoloi (2014), daging Hoplobatra-
dan membutuhkan latihan atau persyaratan tertentu
chus tigerinus dipercaya oleh suku Bodo mengan-
untuk menguasainya, misalnya cara penyembuhan
dung beberapa zat alkali yang baik untuk mengatasi

18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

masalah kesehatan mereka seperti sakit perut dan Wawancara. Sistem wawancara ialah “open ended”
tekanan darah tinggi. Dalam pengobatan tradisional, (terbuka-mendalam) terhadap beberapa informan
bagian-bagian hewan yang biasanya digunakan se- kunci di daerah setempat. Informan kunci yang dipi-
bagai obat tradisional antara lain: daging, tanduk, lih untuk diwawancarai ada 9 orang. Informan kunci
tulang, ekor, bulu, kuku, lemak, empedu, dan cang- dari Dusun Air Abik empat orang, Dusun Pejam
kang. Adapun produk hewan yang bisa digunakan empat orang dan Dusun Tuing Desa Mapur satu
sebagai obat tradisional adalah urin, feses, madu, orang.
dan susu (Costa-Neto 2005). Hewan dan produk-
produk yang berasal dari organ-organ tubuh hewan Pengamatan. Setelah dilakukan wawancara kepada
merupakan bagian dari persediaan bahan obat yang informan kunci dan informasi telah diperoleh kemu-
banyak digunakan oleh masyarakat sejak jaman da- dian dilakukan pengamatan langsung. Pengamatan
hulu (Unnikrishnan 1998 dalam Badge & Jain 2013). dilakukan secara langsung di kediaman informan
kunci. Proses pengamatan didokumentasikan meng-
3 BAHAN DAN METODE gunakan kamera foto, lalu hasilnya dicatat.
Identifikasi
Waktu dan Tempat
Setelah pengumpulan data dan informasi selesai,
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober dilakukan pengumpulan spesimen hewan obat jika
2015 di Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Riau Silip, ada. Spesimen difoto dan diidentifikasi dengan
Kabupaten Bangka (Tabel 1). Lokasi yang dipilih ialah menggunakan beberapa buku, untuk mengidentifi-
Dusun Air Abik dan Dusun Pejam di Kecamatan Belinyu, kasi Pisces digunakan buku The Fresh-Water Fishes
serta Desa Mapur di Kecamatan Riau Silip. Lokasi ini of North Borneo (Inger & Kong 1962), untuk Am-
dipilih sebagai tempat penelitian karena lokasi ini dikenal phibi buku The Systematics and Zoogeography of
sebagai ranah orang Laituom (Deqy 2014). The Amphibia of Borneo (Inger 1966), Measuring
and Monitoring Biological Diversity Standard Me-
Alat dan Bahan thods for Amphibians (Heyer et al. 1994) dan
Amfibi Jawa dan Bali (Iskandar 1998), untuk
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
Invertebrata buku Kunci Determinasi Serangga
tulis, alat perekam, kamera digital, dan kuesioner.
(Christina 1991) dan An Introduction to the
Invertebrate (Moore 2006), untuk Vertebrata buku
Metode Penelitian Bahan Ajar Satwa Liar (Kusumawati & Sardjana
Survei Pendahuluan 2011), dan buku-buku ter- kait lainnya. Jika tidak
ada hewannya, foto hewan dikonfirmasi kembali
Survei yang dilakukan bertujuan untuk melakukan dengan informan kunci.
pendekatan/pengenalan kepada informan kunci se-
belum diwawancarai. Pendekatan ini dilakukan agar Pengolahan dan Analisis Data
nantinya mempermudah peneliti dalam pengambi-
Analisis data dilakukan dalam bentuk tabulasi dan
lan data.
analisis deskriptif. Pembuatan tabel bertujuan untuk
Pengumpulan Data dan Informasi merangkum data seperti nama spesies hewan, nama
lokal, kelas, famili, habitat, kegunaan hewan, bagian
Pengumpulan data dan informasi dilakukan berda- hewan yang digunakan, dan cara penggunaan (CI-
sarkan pengetahuan masyarakat lokal, dengan FOR 2002 dalam Adelia 2010). Analisis deskriptif
menggunakan tiga macam teknik ialah penentuan bertujuan untuk memberikan gambaran serta penje-
informan kunci, wawancara dan pengamatan. lasan terhadap seluruh data yang terkumpul.
Penentuan informan kunci. Metode yang digunakan
dalam pemilihan informan kunci ialah metode pur- 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
posive sampling. Menurut Chambers (1996 dalam
Adelia 2010), purposive sampling ialah teknik pemi- Pengetahuan Etnik Lom tentang
lihan informan kunci dengan pertimbangan peneliti, Keaneka- ragaman Jenis Hewan Obat
dalam hal ini kriteria informan kunci yang dipilih
ialah umur di atas 40 tahun, memiliki pengetahuan Etnik Lom memiliki pengetahuan yang baik tentang
yang baik tentang penggunaan hewan sebagai obat keanekaragaman jenis hewan, khususnya hewan
tradisional dan telah memanfaatkan hewan sebagai yang dijadikan sebagai obat. Masyarakat etnik Lom
obat tradisional dalam kehidupan sehari-hari. mengenal berbagai jenis hewan yang ada di sekitar-
nya dan cara pemanfaatannya sebagai obat berda-
sarkan kebudayaan mereka karena kebanyakan ma-
syarakat etnik Lom masih menggunakan hewan da-

18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

lam pengobatan tradisional. Hal ini sesuai dengan lalu. Berdasarkan penuturan informan kunci, pada
pernyataan Badge & Jain (2013) bahwa suku-suku masa lalu mereka mengenal dengan baik jenis-jenis
dan masyarakat pedesaan yang berada di kawasan hewan obat yang terdapat di hutan sekitar mereka
hutan terpencil dan mendalam pada umumnya ma- atau yang biasanya disebut hutan adat berdasarkan
sih tergantung pada tumbuhan dan hewan untuk pemanfaatannya. Akan tetapi, pada saat ini penge-
merawat kesehatan dan mengobati berbagai penya- tahuan tentang keanekaragaman jenis hewan obat
kit. ini sudah mulai ditinggalkan atau dilupakan oleh
Pengetahuan etnik Lom tentang keanekaraga- masyarakat etnik Lom, khususnya generasi muda.
man hewan sebagai bahan obat kebanyakan mereka Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: adanya per-
dapatkan dari penuturan orang tua yang kemudian timbangan orang tua dalam mewarisi pengetahuan,
pengetahuan tersebut diterapkan dalam kehidupan konversi habitat hewan dan tersedianya fasilitas ke-
sehari-hari. Selain itu pengetahuan ini juga mereka sehatan. Pertimbangan orang tua, ternyata tidak se-
dapatkan dari hasil pengalamannya sendiri dan tu- mua pengetahuan ini diwariskan ke generasi muda
kar pikiran dengan etnik lainnya, artinya pengeta- karena dalam mewariskan pengetahuan tersebut
huan etnik Lom tersebut tidak selalu dari sistem pe- orang tua juga memiliki berbagai pertimbangan.
warisan tetapi juga berasal dari pengalaman hidup- Salah satu pertimbangannya ialah kemampuan ge-
nya dan informasi yang datang dari luar yang dis- nerasinya dalam menjaga lingkungan yang ada.
erapnya. Seperti pada kegunaan jenis ayam hitam Konversi habitat hewan, hutan yang menjadi habitat
(Phasianidae) sebagai obat untuk mengobati malaria alami hewan obat telah dikonversi menjadi areal
yang sebenarnya pengetahuan ini etnik Lom da- perkebunan sawit dan pertambangan sehingga ke-
patkan dari informasi yang datang dari etnik Tiong- beradaan jenis hewan obat tersebut semakin sulit
hoa. Hal yang sama juga disebutkan dalam peneli- ditemukan. Tersedianya fasilitas kesehatan, anggota
tian Kuntorini (2005) bahwa pengetahuan masyara- masyarakat etnik Lom yang menderita sakit sekarang
kat tentang obat tradisional di Kotamadya Banjarba- lebih menyukai melakukan pengobatan secara
ru yang terdiri atas berbagai macam etnik juga modern ke tempat pelayanan kesehatan yang ada.
dipe- roleh secara turun temurun, dan ada juga Hal ini sesuai dengan pernyataan Purwanto et al.
diperoleh dari tetangga. (2005 dalam Adelia 2010) bahwa ada beberapa hal
yang menyebabkan pengetahuan tradisional mulai
Etnik Lom beranggapan bahwa semua tumbuhan ditinggalkan. Pertama, habitat hewan telah banyak
mempunyai khasiat sebagai obat, terutama tumbu- dikonversi menjadi areal perkebunan, lahan perla-
han yang mengandung rasa pahit. Lain halnya de- dangan dan persawahan serta pemukiman. Kedua,
ngan hewan, tidak semua hewan dapat diman- terbukanya suatu kawasan menyebabkan dibangun-
faatkan untuk menyembuhkan penyakit. Persepsi ini nya sarana pelayanan publik. Ketiga, pengobatan
telah memberikan pandangan pada masyarakat et- secara tradisional pengaruh penyembuhannya relatif
nik Lom tentang potensi obat tradisional, di mana lebih lama. Keempat, pengobatan secara tradisional
pemanfaatan tumbuhan lebih banyak dibandingkan kurang praktis dan efisien.
dengan hewan.
Hewan obat menurut pandangan etnik Lom ada- Keanekaragaman Jenis Hewan yang Di-
lah hewan yang dapat menjaga kesehatan dan me- manfaatkan sebagai Obat oleh Etnik Lom
nyembuhkan penyakit, baik penyakit medis maupun
penyakit nonmedis. Penyakit medis yang dimaksud Etnik Lom di Bangka memanfaatkan 24 spesies he-
ialah penyakit yang memang dapat dilihat dengan wan obat dan 24 famili yang berasal dari 10 kelas
kasat mata dan bisa disembuhkan oleh dokter. Pe- dalam pengobatan tradisional ialah Invertebrata
nyakit nonmedis ialah penyakit yang disebabkan (Arachnida, Bivalvia, Oligochaeta, Insecta, Xiphosu-
oleh gangguan makhluk halus (jin) dan dapat dis- ra) dan Vertebrata (Pisces, Amphibi, Reptil, Aves,
embuhkan oleh dukun/paranormal. Beberapa pen- Mamalia) (Tabel 1). Dari 10 kelas tersebut, spesies
gobatan penyakit medis maupun nonmedis ini juga hewan dan famili yang paling banyak digunakan
masih menggunakan jampi-jampi (mantra). Hal ini oleh etnik Lom sebagai obat tradisional berasal dari
menunjukkan bahwa dalam beberapa pengobatan kelas Mamalia (38%) (Gambar 1). Berdasarkan hasil
penyakit etnik Lom selalu menghubungkan dengan wawancara, hal ini dikarenakan kelas Mamalia ke-
mitos dan unsur magis (gaib). banyakan berukuran besar sehingga mudah terlihat
oleh masyarakat etnik Lom dan kelas ini juga lebih
Pengetahuan etnik Lom tentang keanekaraga- sering berinteraksi dengan masyarakat etnik Lom.
man jenis hewan obat mengalami kemunduran yang Selain itu, Indonesia juga dikenal memiliki jumlah
cukup signifikan dibandingkan beberapa dekade spesies Mamalia terbanyak di Dunia. Seperti halnya
etnik Lom, di India penelitian tentang hewan obat

18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

pada etnik Gond (Badge & Jain 2013) dan etnik pengobatan juga disebutkan dalam penelitian Mi-
Karbi Anglong (Verma et al. 2014) juga menunjuk- shra et al. (2011) bahwa bulu, feses, empedu, mi-
kan bahwa hewan yang paling banyak digunakan nyak, dan hati merupakan bagian-bagian hewan
adalah Mamalia. yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan
Berdasarkan habitatnya, terdapat tiga kelompok obat tradisional yang dimanfaatkan oleh etnik di
hewan obat yang dimanfaatkan etnik Lom ialah he- Orissa, India. Bagian-bagian hewan tersebut dapat
wan terestrial, akuatik dan arboreal. Di antara ketiga mengobati penyakit asma, kulit, demam dan rema-
kelompok hewan tersebut, yang paling banyak digu- tik. Hal ini membuktikan bahwa bagian-bagian he-
nakan ialah hewan terestrial (44%) (Tabel 1). Ar- wan yang dimanfaatkan etnik Lom untuk pengoba-
tinya, kebanyakan hewan yang digunakan oleh etnik tan memang telah banyak digunakan sebagai bahan
Lom sebagai obat hidup di darat. Hal ini diduga ka- obat.
rena etnik Lom juga menetap di kawasan hutan di Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketa-
mana hewan terestrial ini lebih mudah ditangkap hui bahwa bagian hewan yang paling banyak digu-
dan dimanfaatkan sebagai obat. nakan sebagai obat ialah bagian tubuh sebanyak
76% (Gambar 2). Menurut informan kunci hal ini
40
dikarenakan pengetahuan tentang penggunaan ba-
35
gian tubuh hewan memang lebih banyak diturunkan
30
oleh orang tua atau leluhur etnik Lom.
25
Persentase

Produk dari suatu proses


20 Bagian tubuh 24%
15
10
5
0

76%
Gambar 1. Jumlah spesies hewan obat yang diman-
faatkan etnik Lom berdasarkan kelas hewan
Gambar 2 Diagram jumlah bagian hewan obat yang digu-
nakan oleh etnik Lom di Bangka
Pemanfaatan Hewan sebagai Obat Tradi-
sional Macam penyakit dan cara pengobatannya
Secara tradisi, etnik Lom memanfaatkan hewan obat Berdasarkan hasil pengelompokkan menurut macam
secara alami. Mereka memanfaatkan hewan obat
penyakit dan cara pengobatannya, tercatat ada 18
yang berada di sekitarnya untuk merawat kesehatan
jenis penyakit yang dapat disembuhkan, baik yang
dan menyembuhkan penyakit. Bantuan obat-obatan
tergolong penyakit medis (14 penyakit) maupun
tradisional yang berasal dari hewan mampu menga-
nonmedis (4 penyakit). Penyakit medis terdiri atas
tasi masalah kesehatan masyarakat etnik Lom. Dili-
penyakit saluran pernapasan, luka/bengkak, sakit
hat dari cara pemakaiannya, hewan lebih banyak
digigit lipan, penyakit kepala dan demam, penyakit
dimanfaatkan etnik Lom sebagai obat dalam daripa-
kulit, penyakit malaria, penyakit mata, penyakit salu-
da obat luar, ialah sebanyak 67% (Tabel 2).
ran pembuangan, penyakit saluran pencernaan, pe-
nyakit otot dan persendian, hernia (tekelulor), sakit
Bagian Hewan yang Dimanfaatkan sebagai
gigi/sariawan, stamina, dan menumbuhkan rambut.
Obat Penyakit nonmedis terdiri atas mengusir setan, ter-
Bagian-bagian hewan yang digunakan oleh etnik kena santet/sihir (runggun), penyakit anak-anak (bu-
Lom untuk pengobatan ialah berasal dari bagian dak), dan sulit melahirkan (Tabel 3).
tubuh dan produk dari suatu proses. Bagian tubuh
terdiri atas alat kelamin, bulu, cangkang, daging, Jenis Hewan Obat yang Berpotensi
empedu, gigi, hati, kepala, kuku, lidah, minyak, pla- di- kembangkan sebagai Obat
senta, dan seluruh tubuh. Produk dari suatu proses
terdiri atas feses, madu, telur, dan urine. Beberapa Jenis hewan yang berpotensi untuk dikembangkan
bagian hewan yang digunakan etnik Lom untuk sebagai obat terdiri atas beberapa kriteria ialah he-
wan mudah ditemukan, masih banyak tersedia di

18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

alam, mampu menyembuhkan penyakit yang tergo- perkebunan sawit dan pertambangan sehingga ke-
long berat, dan memiliki nilai ekonomis. Pada beradaan jenis hewan obat tersebut semakin sulit
umumnya, semua spesies hewan yang dimanfaatkan ditemukan. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya
etnik Lom sebagai obat memiliki potensi untuk di- pembudi dayaan atau konservasi hutan untuk me-
kembangkan karena hewan tersebut tidak hanya nanggulangi erosi sumberdaya tumbuhan dan he-
mampu mengobati penyakit yang ringan dan berat, wan yang berguna tersebut.
namun juga memiliki nilai ekonomis, akan tetapi
kebanyakan hewan yang digunakan etnik Lom se-
5 KESIMPULAN
bagai obat saat ini semakin sulit ditemukan dan sedi-
kit tersedia di alam. Contohnya: keribik lutong, pe- 1. Etnik Lom memanfaatkan tidak kurang dari 24
landok, ajong jepang, kuncok (mimi mintuno), ular jenis hewan obat dari 10 kelas dalam pengobatan
sabak, babi hutan, dan ikan duyung saat ini sulit di- tradisional.
temukan karena habitat hewan tersebut telah ba- 2. Jenis hewan yang paling banyak digunakan ialah
nyak yang rusak karena dikonversikan menjadi per- dari kelas Mamalia (38%). Dilihat dari habitatnya,
kebunan sawit dan pertambangan. Beberapa hewan hewan yang digunakan sebagai obat tradisonal
yang masih mudah ditemukan dan banyak terdapat kebanyakan merupakan hewan terestrial (44%)
di alam ialah cacing tanah dan undur-undur. yang hidup liar di hutan.
3. Bagian hewan yang paling banyak digunakan
Dari beberapa hewan yang digunakan etnik Lom ialah bagian tubuh (76%).
untuk pengobatan, cacing tanah (Pheretima sp.) dan 4. Hasil pengelompokkan menurut jenis penyakit
undur-undur (Myrmeleon sp.) merupakan jenis he- dan jenis hewan yang mempunyai khasiat seba-
wan obat yang berpotensi untuk dikembangkan. gai bahan obat, tercatat ada 18 jenis penyakit
Kedua jenis hewan tersebut selain masih mudah di- yang dapat disembuhkan (penyakit medis mau-
temukan dan banyak terdapat di alam, namun juga pun nonmedis).
mampu mengobati penyakit yang tergolong berat 5. Etnik Lom memiliki pengetahuan yang baik ten-
serta memiliki nilai ekonomis. tang keanekaragaman jenis hewan obat dan pe-
manfaatannya, akan tetapi pengetahuan ini se-
Status Konservasi makin menurun dan mulai dilupakan oleh ma-
Pemanfaatan hewan sebagai obat tradisional oleh syarakat etnik Lom.
etnik Lom akan mempengaruhi kestabilan populasi 6. Hasil wawancara dan pengamatan di lapangan
hewan di alam karena masyarakat etnik Lom ini le- menunjukkan bahwa jenis hewan cacing tanah
bih banyak menggunakan bagian tubuh dalam pen- (Pheretima sp.) dan undur-undur (Myrmeleon sp.)
gobatan dibandingkan dengan produk dari suatu berpotensi untuk dikembangkan, tidak hanya se-
proses dan hewan yang mereka gunakan sebagai bagai hewan obat yang digunakan masyarakat
obat ini kebanyakan diperoleh dari tangkapan alam etnik Lom tetapi juga dapat meningkatkan pere-
bukan dari hewan budi daya. Berdasarkan konomian masyarakat di kawasan tersebut.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999,
Appendiks CITES dan IUCN Red List, masyarakat REFERENSI _____________________________
etnik Lom memanfaatkan 6 spesies hewan yang [1]
Adelia N. 2010. Pengetahuan Tradisional tentang Pe-
dilindungi ia- lah kuncok (mimi mintuno), buaya, manfaatan Tumbuhan sebagai Obat oleh Suku Lom
kambing, ikan duyung, kalong, dan pelandok Dusun Air Abik Kecamatan Belinyu Bangka [Skripsi].
(kancil) (Tabel 4). Sta- tus perlindungan ini Balunijuk: Universitas Bangka Belitung.
seharusnya diketahui masyara- kat etnik Lom agar [2]
Badge N, Jain S. 2013. An ethnozoological studies and
selanjutnya dalam pemanfaatan hewan sebagai obat medicinal values of vertebrate origin in the adjoining
tradisional tidak dilakukan ber- lebihan dan areas of Pench National Park of Chhindwara District of
masyarakat semakin punya kesadaran dalam Madhya Pradesh, India. Int. J. of Life Sciences1 (4): 278-
283
pembudidayaan hewan yang akan digunakan
[3]
sebagai obat. Chasanah T. 2010. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tra-
disional. http://bio.unsoed.ac.idpdf [23 Januari 2015]
Etnik Lom memiliki pengetahuan yang baik ten- [4]
Christina LS. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yo-
tang pengelolaan keanekaragaman sumber daya
gyakarta: Kanisius
alam dan lingkungan sekitarnya baik pengetahuan [5]
tentang tumbuhan obat maupun hewannya. Akan [CITES] Convention on International Trade in Endan-
tetapi, pemanfaatan tentang tumbuhan dan hewan gered Species of Wild Fauna and Flora. 2007. Appen-
dices I, II and III. http://www.cites.org [15 Mei 2015]
obat semakin menurun dan mulai terlupakan oleh
masyarakat etnik Lom karena habitat alami tumbu-
han dan hewan obat telah dikonversi menjadi areal

18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

[6]
Costa-Neto EM. 2005. Animal Base Medicines: Biologi-
India. American Journal of Ethnomedicine1 (6) : 368-
cal Propection and the Sustainable Use of Zoothera-
370
peutic Resources. An Acad Bras Cienc 77 (1): 33-43
[20]
[7] Nuraini D. 2010. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Ke-
Deqy TS. 2014. Korpus Mapur dalam Islamisasi Bangka.
camatan Air Gegas, Kecamatan Payung dan Kecama-
Yogyakarta: Ombak tan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan
[8]
Hamdani R, Tjong DH, Herwina H. 2013. Potensi Her- [skrip- si]. Balunijuk: Universitas Bangka Belitung.
petofauna dalam Pengobatan Tradisional di [21]
PUSDATINKOMTEL. 2013. Provinsi Kepulauan Bangka
Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas 2
Belitung. http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-
(2): 110-117
daerah/provinsi/detail/19/kepulauan-bangka-belitung
[9]
Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RW, Hayek LAC, [23 Januari 2015]
Foster MS. 1994. Measuring and Monitoring Biological [22]
Sari LORK. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional den-
Diversity Standard Methods for Amphibians. Washing-
gan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Maja-
ton and London: Smithsonian Institution Press.
lah Ilmu Kefarmasian 3 (1) : 1-7
[10]
Inger RF, Kong CP. 1962. The Fresh-Water Fishes of [23]
Smedal OH. 1989. Order and Difference: An Ethno-
North Borneo. Chicago, United States of America: Chi-
graphic Study of Orang Lom of Bangka, West Indonesia.
cago Natural History Museum Press
http://www.anthrobase.com/Txt/S/Smedal_O_02.htm
[11]
Inger RF. 1966. The Systematics and Zoogeography [5 Februari 2015]
of The Amphibia of Borneo. Chicago, U.S.A.: Field [24]
Sukmawan S. 2008. Model-model Kajian Ekokritik Sa-
Mu- seum Press
stra. http://fib.ub.ac.id.pdf [23 Januari 2015]
[12]
[IUCN] International Union for Conservation of Nature [25]
Tim Peneliti Ristoja. 2013. Tumbuhan Obat Suku Lom
and Natural Resources. 2001. The IUCN Red List of
Seri Tumbuhan Obat Bangka Belitung. Pangkalpinang:
Threatened Species. http://www.iucnredlist.org [15 Mei
UBB Press.
2015]
[26]
[13] Verma AK, Prasad SB, Rongpi T, Arjun J. 2014. Tradi-
Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Pus-
tional Healing with Animals (Zootherapy) by The Ma-
litbang Biologi
jor Ethnic Group of Karbi Anglong District of Assam,
[14]
Kuntorini EM. 2005. Botani Ekonomi Suku Zingibera- India. International Journal of Pharmacy and Pharma-
ceae sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat di ceutical Sciences6 (8): 593-600.
Ko- tamadya Banjarbaru. J. Bioscientiae 2 (1): 25-36 [27]
Vyas N, Mahawar MM, Jaroli DP. 2009. Traditional
[15]
Kusumawati D, Sardjana IKW. 2011. Bahan Ajar Satwa Medicines Derived from DomesticAnimals Used by Reba-
Liar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press ri Community of Rajasthan, India.
[16]
Marinespecies. 2015. World Register of Marine Spe- http://www.nepjol.info [14 Maret 2015]
cies. http://www.marinespecies.org [11 April 2015] [28]
Zulkarnain I, Franto. 2014. Pemberdayaan Masyarakat
[17]
Mishra N, Rout SD, Panda T. 2011. Ethno-zoological melalui Pemetaan Partisipatif untuk Identifikasi dan Pe-
studies and medicinal values of Similipal Biosphere Re- metaan Wilayah Adat Suku Lom [Laporan KKN PPM].
serve, Orissa, India. Balunijuk: Universitas Bangka Belitung In Press
http://www.academicjournals.org/ajpp [14 Maret [29]
Zubaidah S, Norhusana AH, Hamamah FY. 2012.
2015]. Penggunaan Haiwan bagi Perubatan Tradisional
[18]
Moore J. 2006. An Introduction to the Invertebrates. dalam Kalangan Masyarakat Pribumi di Asia: Satu
New York: Cambridge University Press. Ulasan. Malaysian Journal of Society and Space 8 (3): 5
[19]
Narzary J, Bordoloi S.2014. Ethnozoological Practices
on Frogs of BodoTribe from Kokrajhar District,
Assam,

Lampiran
Tabel 1 Keanekaragaman jenis hewan obat yang digunakan etnik Lom di
Bangka
Nama lokal Habitat
Kelas Famili Spesies T Ak Ar
(Nama umum)
Invertebrata
1. Arachnida 1. Theraphosidae 1. Theraphosa sp. 1. Keribik lutong √
2. Bivalvia 2. Teredinidae 2. Bactronophorus 2. Temilok √
3. Oligochaeta 3. Megascolecidae thoracites 3. Cacing tanah √
4. Insecta 4. Apidae 3. Pheretima sp. 4. Lebah madu √
5. Gerridae 4. Apis sp. 5. Anggang-anggang √
6. Myrmeleontidae 5. – 6. Undur-undur √
7. Phasmatidae 6. Myrmeleon sp. 7. Ajong jepang (Belalang) √
5. Xiphosura 8. Limulidae 7. – 8. Kuncok (mimi mintuno) √
Vertebrata 8. –
6. Pisces 9. Cyprinidae 9. Puntius binotatus 9. Ikan tanah-tanah √
10. Channidae 10. Channa striata 10. Ikan gabus √
18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

7. Amphibi
11. Ranidae 11. Rana sp. 11. Katak √ √
8. Reptil
12. Crocodylidae 12. Crocodylus porosus 12. Buaya muara √
13. Geoemydidae 13. – 13. Kura-kura √
14. Pythonidae 14. Python reticulatus 14. Ular sabak √
9. Aves
15. Phasianidae 15. Gallus gallus domesticus 15. Ayam hitam √
10. Mamalia
16. Bovidae 16. Capra aegagrus 16. Kambing √
17. Cercopithecida 17. Macaca fascicularis 17. Kera √
18. Dugongidae 18. Dugong dugon 18. Ikan duyung (dugong) √
19. Felidae 19. Fellis sp. 19. Kucing √
20. Muridae 20. – 20. Tikus hutan √
21. Pteropodidae 21. Pteropus sp. 21. Kalong (kelelawar) √
22. Suidae 22. Sus barbatus oi 22. Babi hutan √
23. Tragulidae 23. Tragulus sp. 23. Pelandok (kancil) √
24. Tupaiidae 24. Tupaia sp. 24. Tupai √
∑ 10 24 24 24 11 8 6
% - - - - 44 32 24
Keterangan: ∑ = jumlah; % = persentase; T = terrestrial; Ak = akuatik; Ar = arboreal
Tabel 2 Penggunaan/pemanfaatan hewan sebagai obat tradisional oleh etnik Lom di Bangka
Nama lokal Bagian tubuh/Produk Cara pemakaian
Penggunaan/pemanfaatan
(Nama umum) dari suatu proses OL OD
1. Keribik lutong (tarantula) Menumbuhkan rambut Seluruh tubuh √
2. Temilok Obat sakit pinggang Seluruh tubuh √
3. Cacing tanah 1. Obat panas dalam 1. Seluruh tubuh √
2. Obat tifus 2. Seluruh tubuh √
4. Lebah madu Obat batuk Madu √
5. Anggang-anggang Obat digigit lipan Seluruh tubuh √
6. Undur-undur 1. Obat maag 1. Seluruh tubuh √
2. Obat hernia (tekelulor) 2. Seluruh tubuh √
7. Ajong jepang (Belalang) Obat sakit perut Feses √
8. Kuncok (mimi mintuno) Mengusir setan (makhluk halus) Cangkang √
9. Ikan tanah-tanah Obat sakit kepala Kepala √
10. Ikan gabus Obat luka dalam Daging √
11. Katak 1. Obat sakit gigi 1. Daging √
2. Obat luka dalam 2. Seluruh tubuh √
3. Obat penurun panas 3. Telur √
4. Obat digigit lipan 4. Urine √
12. Buaya 1. Stamina 1. Alat kelamin √
2. Obat sariawan/sakit gigi 2. Gigi √
13. Kura-kura 1. Obat sesak nafas 1. Hati √
2. Obat ambeien 2. Kepala √
14. Ular sabak 1. Obat luka 1. Empedu √
2. Obat penyakit kulit 2. Empedu √
3. Obat luka 3. Feses √
4. Obat luka/memar 4. Minyak √
15. Ayam hitam Obat malaria Bulu √
16. Kambing Stamina Alat kelamin √
17. Kera Obat terkena santet/sihir (runggun) Lidah √
18. Ikan duyung (dugong) Obat terkena santet/sihir (runggun) Gigi √
19. Kucing Memperlancar persalinan Plasenta √
20. Tikus Obat sesak nafas Seluruh tubuh √
21. Kalong (kelelawar) Obat sesak nafas Hati √
22. Babi hutan 1. Penyakit anak-anak (budak) 1. Hati √
2. Mengusir setan (makhluk halus) 2. Kuku √
23. Pelandok (Kancil) Obat Mata Urine √
24. Tupai 1. Stamina 1. Alat kelamin √
2. Obat diabetes 2. Daging √
Persentase cara pemakaian (%) - - 33 67
Keterangan: OL = obat luar, OD = obat dalam

18212-
BUDI A., DKK/PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI JPS VOL.18 NO. 2 MEI.

Tabel 3. Pengelompokkan macam penyakit dan cara pengobatan, meramu/meracik obat


Macam penyakit Cara pengobatan, meramu/meracik obat
Medis
1. Penyakit saluran pernapasan
a) Batuk a) Madu diminum sebelum tidur + mantra
b) Sesak napas b) Anak tikus yang baru lahir langsung ditelan/dimakan
Hati kura-kura dicampur dengan air panas, lalu diminum
Hati kalong dipanggang, dimakan
2. Luka/bengkak
a) Luka dalam a) Anak katak (berudu) langsung dimakan
Ikan gabus dipanggang, dimakan
b) Luka/memar luar dagingnya
b) Empedu ular sabak dioles pada bagian tubuh yang
luka Feses ular sabak dioles pada bagian tubuh yang
c) Bengkak ulat bulu luka
Tabel 3 (Lanjutan) Minyak ular dioles atau diururt pada bagian tubuh yang terluka atau memar
c) Minyak babi hutan dioles pada bagian tubuh yang terkena ulat bulu + mantra
Macam penyakit Cara pengobatan, meramu/meracik obat
3. Sakit digigit lipan Seluruh tubuh anggang-anggang ditumbuk hingga halus, ditempel pada bagian tubuh yang disen-
gat kelabang + mantra
Urine katak langsung ditetes pada bagian tubuh yang digigit lipan + mantra
4. Penyakit kepala dan demam
a) Sakit kepala a) Kepala ikan tanah-tanah ditumbuk, ditempel pada bagian kepala yang sakit + mantra
b) Sakit panas dalam b) Cacing tanah langsung dimakan
c) Panas tubuh/demam c) Telur katak langsung dimakan
5. Penyakit kulit Empedu ular sabak langsung dimakan
6. Penyakit malaria Ayam kampung yang semua bulunya hitam direbus, diambil bulunya dan dimasukkan kedalam
kain hitam, diusap ketubuh + mantra
7. Penyakit mata Urine pelandok yang masih berada dalam kantung kemihnya langsung ditetes ke mata
8. Penyakit saluran pembuangan
a) Penyakit ambeien a) Kepala kura-kura dipotong, dipanggang, dimakan
b) Gula darah (diabetes) b) Daging tupai dipanggang, dimakan
9. Penyakit saluran pencernaan
a) Maag a) Seluruh tubuh undur-undur langsung dimakan
b) Sakit perut b) Feses ajong jepang dicampur dengan air dingin, diminum
c) Tifus c) Cacing tanah digoreng tanpa minyak hingga kering, ditumbuk, dicampur dengan air panas,
diminum
10. Penyakit otot dan persendian Temilok langsung dimakan
11. Tekelulor (hernia) Undur-undur langsung dimakan
12. Sakit gigi/sariawan Daging bagian paha katak ditumbuk hingga halus, dimasukkan ke dalam gigi yang berlubang,
diambil kembali dagingnya
Gigi buaya direndam dalam air dingin, diminum airnya + mantra
13. Stamina Alat kelamin buaya atau tupai bisa langsung dimakan
Alat kelamin kambing dikeringkan, direndam, diminum
14. Menumbuhkan rambut Tarantula dibakar terlebih dahulu, lalu dicampur dengan kemiri yang sudah dibakar, dioles pada
bagian tubuh yang ingin ditumbuhkan rambut
Nonmedis
15. Diganggu setan Kuku babi hutan dibakar, dioles dikening anak + mantra
Cangkang kuncok dijemur, dibakar, dioles dikening anak + mantra
16. Terkena runggun Lidah kera dikeringkan, direndam, diminum + mantra
Gigi taring ikan duyung direndam dalam air dingin, diminum airnya + mantra
17. Penyakit budak Hati babi hutan dipanggang, dimakan + mantra
18. Sulit melahirkan Plasenta kucing jantan yang baru lahir dikeringkan, direndam, diminum + mantra
Tabel 4 Spesies hewan yang digunakan sebagai obat oleh etnik Lom di Bangka dengan status dilindungi menurut Pera-
turan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999, Appendiks CITES dan IUCN Red List
Nama lokal
(Nama umum) Status konservasi
Indonesia CITES IUCN
1. Kuncok (mimi mintuno) - - LR/nt
2. Buaya PP no 7/1999 I LR/lc
3. Kambing - - VU
4. Ikan duyung (dugong) PP no 7/1999 I VU
5. Kalong (kelelawar) - II -
6. Pelandok (kancil) PP no 7/1999 - DD
Keterangan: LR = Lower Risk; nt = near threatened; lc = Least Concern; VU = Vulnerable; DD = Data Deficient; I =
Apendix I CITES; II = Apendix II CITES

18212-

Anda mungkin juga menyukai