Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA SOSIAL, EKONOMI


DAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Tri Shandra Abridinata W., M.A.

Disusun Oleh :
1. Alfanhadi (2286232008)
2. Nadia Handayani (2286232031)
3. Putri Mulyani (2286232092)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Pancasila
Sebagai paradigma Sosial, Ekonomi dan Kehidupan Beragama di Indonesia.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Bapak Tri Shandra Abridinata W., M.A., yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Kami sangat berharap semoga pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini agar kami dapat memperbaikinya pada makalah-
makalah berikutnya.

Belitang, Nopember 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma................................................................................ 3
B. Pancasila sebagai Paradigma..................................................................... 3
C. Pancasila sebagai Paradigma Sosial, Ekonomi.......................................... 4
D. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Beragama di Indonesia............. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali
mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu
didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar
dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang
ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan
dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab,
bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana
yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.Suatu
paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus
dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan
tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu
masalah dalam ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang
lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma
kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang dan biasa
dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan.
Misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya. Dalam kehidupan sehari-hari,
paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung pengertian
sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolak ukur,
parameter, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan
proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam pembangunan. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dalam penulisan ini akan diberi judul “

1
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Ekonomi, dan
kehidupan Beragama di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian paradigma?
2. Jelaskan Pancasila sebagai paradigma?
3. Jelaskan Pancasila sebagai paradigma social ekonomi?
4. Jelaskan Pancasila sebagai paradigma kehidupan beragama di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma.
2. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma.
3. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma social ekonomi.
4. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma kehidupan beragama di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Istilah Paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn orang yang pertama kali
mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu
didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar
dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang
ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama semakin berkembang tidak
hanya dibidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang,
ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Paradigma kemudian berkembang dalam
pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, parameter, dan arah
serta tujuan dari suatu kegiatan. 1
Dengan demikian Paradigma menempati posisi tinggi dan penting
dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.

B. Pancasila sebagai Paradigma


Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai
sistem nilai acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir, dan tolok
ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal
ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia
atas Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional. Hal ini sesuai
dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah Dasar Negara Indonesia,
sedangkan Negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia
maka tidak berlebihan apabila Pancasila menjadi landasan atau tolak ukur
penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan Pembangunan.
Sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus

1
(Budiyanto, Drs.,Pendidikan Kewarganegaraan kelas XII, Jakarta, Erlangga,2004) hal.
17

3
kerangka arah / tujuan bagi yang menyandangnya. Yang menyandangnya
yaitu:
1. Bidang Politik
2. Bidang Ekonomi
3. Bidang Sosial dan Budaya
4. Bidang Hukum
5. Bidang Kehidupan antar Umat Beragama2
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
manusia. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis.
Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial     
3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan3
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa,
raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di
berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

C. Pancasila sebagai Paradigma Sosial, Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi
maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada
pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar

2
Budiyanto, Drs.,Pendidikan Kewarganegaraan kelas XII, ( Jakarta, Erlangga,2004). Hal.
21
3
Chotib, Drs. Dkk, Pendidikan Kewarganegaraan kelas XII, (Jakarta, Yudistira, 2007).
Hal. 23

4
moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila).
Hal ini untuk menghindari adanya persaingan bebas. Ekonomi yang
humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan
manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu, kita harus
menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli yang berakibat pada
penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya.
Negara kita melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan. 4
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada Sila Keempat Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian
menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan
Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau
Sistem Ekonomi Pancasila. 5
Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi
yang humanistis yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan
demi kemanusiaan demi kesejahteraan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Pengembangan ekonomi mendasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi
itu adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih
sejahtera. Oleh karena itu harus didasarkan pada kemanusiaan yaitu demi
mensejahterakan manusia, ekonomi untuk kesejahteraan menusia sehingga
kita harus kenghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya
mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainya yang menimbulkan
perderitaan pada manusia. 6

4
Sunarto, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
5
Semaran), (Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang, 2012).
Hal. 43
5.
Ibid. Hal. 44
6
Ibid. Hal. 45
6

5
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk
sebesar-besar kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh
warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah
berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan
yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi
rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai
pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun
perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-
program konkret pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri
dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan
daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil,
demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperan memaksakan
pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.
Selain itu, sistem hubungan kelembagaan demokratis harus kita
perbaiki supaya tidak ada peluang bagi tumbuh kembangnya kolusi antara
penguasa politik dengan pengusaha, bahkan antara birokrat dengan
pengusaha. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam negara yang
merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia individu makhluk sosial adalah
sebagai satu keluarga bangsa. Oleh karena itu perubahan dan pengembangan
ekonomi harus diletakkan pada peningkatan harkat martabat serta
kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai
subjek. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem
dan pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi

6
kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga
tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan
ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan
bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan
penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul
ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan
Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau
Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk
sebesarbesar kemakmuran/kesejahteraan rakyat—yang harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh
warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah
berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan
yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi
rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai
pilar utama pembangunan ekonomi nasional. 7
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah
koperasi. Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-
program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih
mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil,
demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan

77
Sugito AT dkk., Pendidikan Pancasila, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000). Hal.
29

7
pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.

D. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Beragama di Indonesia


Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami adanya
suatu kemunduran, yaitu kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan.
hal ini dapat kita lihat adanya suatu kenyataan banyak terjadinya konflik
sosial pada masalah-masalah SARA, terutama pada masalah agama, sebagai
contoh tragedi di Ambon, Poso, Medan, Mataram, Kupang, dan masih
banyak lagi daerah yang lain yang terlihat semakin melemahnya toleransi
dalam kehidupan beragama sehingga menyimpang dari asas kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi
umat bangsa untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di
negara Indonesia tercinta ini. Sebagai makhluk Tuhan YME manusia wajib
untuk beribadah kepada Tuhan YME dimanapun mereka hidup. Akan tetapi
Tuhan menghendaki kehidupan manusia yang penuh kedamaian dengan
hidup berdampingan, saling menghormati, meskipun Tuhan menciptakan
adanya perbedaan, berbangsa-bangsa, bergolong-golong, berkelompok, baik
sosial, politik, budaya maupun etnis tidak lain untuk kehidupan yang damai
berdasar pada kemanusiaan.
Dalam Pokok Pikiran IV, negara menegaskan bahwa, Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab, hal ini berarti bahwa kehidupan dalam negara berdasar pada
nilai-nilai ketuhanan, dengan memberikan kebebasan atas kehidupan
beragama atau dengan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Setiap
agama memiliki dasar-dasar ajaran yang sesuai dengan keyakinan masing-
masing dengan mendasarkan pergaulan kehidupan dalam beragama atas
nilai-nilai kemanusiaan yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk agama
adalah bagian dari umat manusia di dunia. Maka sudah seharusnya negara
Indonesia mengembangkan kehidupan beragama ke arah terciptanya

8
kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasar pada
nilai kemanusiaan yang beradab. 8
Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah
kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran
untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh
perdamaian, saling menghargai dan menghormati, serta saling mencintai
sebagai manusia yang beradab.
Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat
bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di
Negara Indonesia. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk dan menjalankan agamanya sesuai dengan keyaninan dan
kepercayaannya masing-masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara
Indonesia memberikan kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin
atas demokrasi di bidang agama karena setiap agama memiliki hak-hak dan
dasar masing-masing. 9

88
Soegito, dkk., Pendidikan Pancasila, (Semarang: Pusat Pengembangan
MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang, 2012). Hal. 61
9
Ibid. Hal. 62
9

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional dalam bidang
ekonomi memberikan prinsip etis sebagai berikut :
1. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan
pembangunan ekonomi
2. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan
3. Mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak kekeluargaan
4. Ekonomi yang nebghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan
persaingan bebas
5. Ekonomi yang bertujuan demi keadilan dan kesejahteraan bersama
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka
negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk
dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, sama seperti
apa yang telah dijelaskan pada butir-butir pancasila. Mengenai paradigm
untuk perkembangan kehidupan beragama dapat dilihat dari Istilah
paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu
pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma
(paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum
bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa
yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah.
Paradigma dapat juga diartikan sebagai suatu gagasan sistem pemikiran
(kerangka berfikir). Jadi dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai
paradigm perkembangan kehidupan beragama memiliki makna bahwa
pancasila dijadikan kerangka dasar, landasan utama untuk menjalankan
segala aktivitas agama di masyarakat.

10
B. Saran
1. Sebagai Negara yang beraneka ragam sudah seharusnya diperlukan sikap
yang baik untuk menjalankan kehidupan beragama sesuai pancasila
dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila.
2. Lebih menghargai setiap perbedaan agama yang ada agar terciptanya
masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
3. Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
secara baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia,
ditanamkan dalam jiwa pemuda Indonesia, lalu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi insan yang Pancasilais.

11
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Drs. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII. Jakarta,


Erlangga,

Chotib, Drs. Dkk, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII. Jakarta,


Yudistira,

Sugito AT dkk. 2000. Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sunarto, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.


Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri
Semarang.

Soegito, dkk. 2012. Pendidikan Pancasila. Semarang: Pusat


Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

12
13

Anda mungkin juga menyukai