Anda di halaman 1dari 135

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK

DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN

KULON PROGO TAHUN 2015-2018

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Gita Redho Yani

142160102

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2020

i
HALAMAN JUDUL

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015-2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk menyeselesaikan program Sarjana (S1)

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta

Disusun Oleh :

GITA REDHO YANI

142160102

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERTAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015-2018

SKRIPSI

Disusun Oleh :

GITA REDHO YANI

142160102

Telah disetujui dengan baik

Yogyakarta, 14 Mei 2020

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sri Astuti, SE., M.Si., Ak. Dr. Zuhrohtun, SE., M.Si., Ak.
NIP 2 7110 96 0070 1 NIP 2 7401 98 0191 1

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Hiras Pasaribu, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP. 19560606 199003 1 001

iii
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015-2018

Disusun Oleh :

GITA REDHO YANI


142160102

Telah dipresentasikan didepan penguji pada tanggal 08 Mei 2020 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I

Sri Astuti, SE., M.Si., Ak. Dr. Zuhrohtun, SE., M.Si., Ak.
NIP 2 7110 96 0070 1 NIP 2 7401 98 0191 1

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr. Sriyono, SE., M.Si., Ak., CA Kunti Sunaryo., SE., M.Si., Akt
NIP 2 7210 98 0183 1 NIP 2 7311 98 0182 1

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Gita Redho Yani
No. Mhs : 142160102
Judul Skripsi : ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK
DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KULON
PROGO TAHUN 2015-2018.

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul diatas adalah benar-benar


asli karya tulis saya dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan orang lain untuk memperleh gelar akademik di perguruan
tinggi, dan tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam skripsi ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi,
maka saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya
perleh dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Yogyakarta, 14 Mei 2020


Yang memberikan pernyataan,

Gita Redho Yani

v
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) Tingkat efektivitas tiap

jenis pajak daerah dan retribusi daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-

2018, (2) Tingkat kontribusi tiap jenis pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-2018. Penelitian ini

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Data yang digunakan

merupakan data keuangan dari BKAD Kulon Progo berupa target dan realisasi

pajak daerah dan retribusi daerah tahun 2015-2018, target dan realisasi

pendapatan asli daerah tahun 2015-2018.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat efektivitas 6 pajak daerah yaitu

Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air

Tanah, dan PBB-P2 selama 4 tahun rata-rata efektivitasnya sudah melebihi 100%.

Tingkat efektivitas 4 pajak daerah lainnya masih mengalami fluktuasi. (2) Tingkat

efektivitas retribusi daerah rata-rata masih berada dibawah 100%, hanya pada

periode tertentu efektivitasnya yang melebihi 100%. (3) Hampir seluruh tiap jenis

pajak daerah dan retribusi daerah berada pada kategori sangat kurang

berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Kontribusi pajak daerah terbesar

ada pada PBB-P2, dan kontribusi retribusi daerah terbesar ada pada retribusi jasa

umum.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Efektivitas, dan Kontribusi.

vi
ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze (1) The level of effectiveness

of each type of regional tax and regional retribution at Kulon Progo regency in

2015-2018. (2) The level of contribution of each type of regional tax and regional

retribution to original regional income of Kulon Progo Regency in 2015-2018.

This research uses qualitative descriptive analysis method. The data used are

financial data from the BKAD Kulon Progo: targets and realization of regional

tax and regional retribution in 2015-2018, targets and realization of original

regional income in 2015-2018.

The results of this research are: (1) The effectiveness level of 6 regional

tax namely Restaurant Tax, Billboard Tax, Street Lighting Tax, Parking Tax,

Groundwater Tax, and PBB-P2 for 4 years the average effectiveness has exceeded

100%. The effectiveness level of the other 4 local taxes is still fluctuating. (2) The

level of effectiveness of regional retribution on average is still below 100%, only

in certain periods the effectiveness exceeds 100%. (3) Almost all types of regional

tax and regional retribution are in the category of very less contributing to the

original regional income. The largest contribution of regional taxes is PBB-P2,

and the largest contribution of regional taxes is on public service fees.

Keyword: Original Regional Income, Regional Tax, Regional Retribution,

Effectiveness, and Contribution.

vii
MOTTO

Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped

by dogma, which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the

noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important,

have the courage to follow your heart and intuition.

Steve Jobs

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Pada kesempatan ini, atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan yang

telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dengan segala kerendahan

hati penulis mempersembahkan karya ini kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga skripsi

ini dapat selesai sesuai dengan target.

2. Kedua orangtua penulis, Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan

moril maupun materil, kasih sayang serta doa yang tiada henti-hentinya yang

telah kalian berikan selama ini. Ayah dan ibu adalah motivasi terbesar saya,

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Kedua adikku yaitu Gina dan Ghaly yang telah menjadi penyemangat saya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Sri Astuti, S.E., M.Si., Ak. dan Dr. Zuhrotun., S.E., M.Si., Ak selaku

dosen pembimbing, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan

dengan sabar dan ramah dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembanguan Nasional “Veteran”

Yogyakarta.

6. Keluarga Emong yaitu Nisrina, Regita, Garda dan Violin yang telah

memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-temanku tersayang yaitu Tiara, Susi, Diana, Sarah dan Salsa.

Terimakasih atas dukungan kalian.

ix
8. Teman-teman kos Dalmatians yaitu Chika, Keke, Almi, Novi, dan Yovan.

9. Seluruh keluarga besar akuntansi, khususnya teman-teman Kelas EA-C dan

angkatan 2016 akuntansi UPN “Veteran” Yogyakarta yang selama ini telah

berproses bersama.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu selama masa kuliah dan proses penulisan skripsi ini.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan

pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN

KULON PROGO TAHUN 2015-2018”. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Mohamad Irhas Effendi, MS., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta;

2. Bapak Dr. Winarno, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

3. Bapak Dr. Hiras Pasaribu, M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi

4. Ibu Sri Astuti, SE., M.Si., Ak. dan Ibu Dr. Zuhrohtun, SE., M.Si., Ak. selaku

dosen pembimbing;

5. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Mei 2020

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. v
ABSTRAK......................................................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12
2.1 Tinjauan Teori ..................................................................................... 12
2.1.1 Otonomi Daerah ........................................................................... 12
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................................................... 13
2.1.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ........................................... 13
2.1.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ................................... 14
2.1.3 Pajak Daerah ................................................................................ 16
2.1.3.1 Pengertian Pajak Daerah............................................................ 16
2.1.3.2 Jenis-jenis Pajak Daerah ............................................................ 17
2.1.3.3 Tarif Pajak Daerah .................................................................... 29

xii
2.1.4 Retribusi Daerah ........................................................................... 31
2.1.4.1 Pengertian Retribusi Daerah ...................................................... 31
2.1.4.2 Sifat-sifat Retribusi ................................................................... 32
2.1.4.3 Bentuk Retribusi Daerah ........................................................... 33
2.1.4.4 Jenis-jenis Retribusi Daerah ...................................................... 34
2.1.5 Efektivitas .................................................................................... 36
2.1.6 Kontribusi..................................................................................... 37
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 40
3.1 Objek Penelitian .................................................................................. 40
3.2 Data dan Jenis Data.............................................................................. 40
3.3 Model dan Teknik Analisis Data .......................................................... 40
3.3.1 Analisis Efektivitas ....................................................................... 41
3.3.2 Analisis Kontribusi ....................................................................... 42
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............. 43
4.1 Data Penelitian..................................................................................... 43
4.2 Analisis dan Hasil Penelitian ................................................................ 46
4.2.1 Analisis Efektivitas ....................................................................... 47
4.2.1.1 Analisis Efektivitas Pajak Daerah .............................................. 48
4.2.1.2 Analisis Efektivitas Retribusi Daerah ........................................ 60
4.2.2 Analisis Kontribusi ....................................................................... 64
4.2.2.1 Analisis Kontribusi Pajak Daerah .............................................. 65
4.2.2.2 Analisis Kontribusi Retribusi Daerah ........................................ 88
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 101
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 101
5.2 Keterbatasan dan Saran ...................................................................... 102
5.3 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 106
LAMPIRAN ................................................................................................... 109

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PAD Kabupaten/Kota di Provinsi DI Yogyakarta 2018..................... 3

Tabel 1.2 Realisasi Pendapatan Daerah Kab. Kulon Progo 2018 ...................... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 38

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Efektivitas ............................................................ 41

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kontribusi ............................................................ 42

Tabel 4.1 Target dan Realisasi PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun

2015-2018...................................................................................... 43

Tabel 4.2 Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2015-2018 ...................................................... 44

Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah

Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2018..................................... 45

Tabel 4.4 Kriteria Tingkat Efektivitas ........................................................... 47

Tabel 4.5 Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2015-2018 ...................................... 48

Tabel 4.6 Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2015-2018................................. 49

Tabel 4.7 Efektivitas Pajak Hiburan Tahun 2015-2018.................................. 50

Tabel 4.8 Efektivitas Pajak Reklame Tahun 2015-2018................................. 51

Tabel 4.9 Efektivitas PPJ Tahun 2015-2018 .................................................. 52

Tabel 4.10 Efektivitas Pajak Parkir Tahun 2015-2018 ................................... 54

Tabel 4.11 Efektivitas Pajak Air Tanah Tahun 2015-2018............................. 55

Tabel 4.12 Efektivitas Pajak MBLB Tahun 2015-2018 ................................. 56

xiv
Tabel 4.13 Efektivitas PBB-P2 Tahun 2015-2018 ......................................... 57

Tabel 4.14 Efektivitas BPHTB Tahun 2015-2018 ......................................... 59

Tabel 4.15 Efektivitas Retribusi Jasa Umum Tahun 2015-2018 ..................... 60

Tabel 4.16 Efektivitas Retribusi Jasa Usaha Tahun 2015-2018 ...................... 61

Tabel 4.17 Efektivitas Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2015-2018 .......... 62

Tabel 4.18 Kriteria Tingkat Kontribusi.......................................................... 64

Tabel 4.19 Kontribusi Pajak Hotel Tahun 2015-2018 .................................... 73

Tabel 4.20 Kontribusi Pajak Restoran Tahun 2015-2018 ............................... 75

Tabel 4.21 Kontribusi Pajak Hiburan Tahun 2015-2018 ................................ 76

Tabel 4.22 Kontribusi Pajak Reklame Tahun 2015-2018 ............................... 77

Tabel 4.23 Kontribusi PPJ Tahun 2015-2018 ................................................ 79

Tabel 4.24 Kontribusi Pajak Parkir Tahun 2015-2018 ................................... 80

Tabel 4.25 Kontribusi Pajak Air Tanah Tahun 2015-2018 ............................. 82

Tabel 4.26 Kontribusi Pajak MBLB Tahun 2015-2018.................................. 83

Tabel 4.27 Kontribusi PBB-P2 Tahun 2015-2018 ......................................... 85

Tabel 4.28 Kontribusi BPHTB Tahun 2015-2018 .......................................... 87

Tabel 4.29 Kontribusi Retribusi Jasa Umum Tahun 2015-2018 ..................... 96

Tabel 4.30 Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Tahun 2015-2018 ...................... 98

Tabel 4.31 Kontribusi Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2015-2018 .......... 99

xv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2015 ...........................65

Diagram 4.2 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2016 ...........................66

Diagram 4.3 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2017 ...........................67

Diagram 4.4 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2018 ...........................68

Diagram 4.5 Penerimaan Pajak Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2015 ..............69

Diagram 4.6 Penerimaan Pajak Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2016 ..............70

Diagram 4.7 Penerimaan Pajak Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2017 ..............71

Diagram 4.8 Penerimaan Pajak Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2018 ..............72

Diagram 4.9 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2015 ...........................88

Diagram 4.10 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2016 .........................89

Diagram 4.11 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2017 .........................90

Diagram 4.12 Penerimaan PAD Kab. Kulon Progo Tahun 2018 .........................91

Diagram 4.13 Penerimaan Retribusi Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2015 ......92

Diagram 4.14 Penerimaan Retribusi Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2016 ......93

Diagram 4.15 Penerimaan Retribusi Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2017 ......94

Diagram 4.16 Penerimaan Retribusi Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2018 ......95

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian 109

Lampiran 2: Perhitungan Efektivitas Pajak Daerah....................................... 110

Lampiran 3: Perhitungan Efektivitas Retribusi Daerah ................................. 113

Lampiran 4: Perhitungan Kontribusi Pajak Daerah ....................................... 114

Lampiran 5: Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah ................................. 117

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini diketahui Indonesia secara de facto terdiri atas 34 provinsi, di

setiap provinsi terdiri dari kabupaten, dan kabupaten terbagi lagi menjadi

kecamatan hingga tingkat desa. Dengan adanya pembagian ini tentu saja

memudahkan pemerintah dalam mengelola provinsi dan wilayah yang ada di

Indonesia. Letak wilayah menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan dari masing-masing daerah dikarenakan

setiap daerah pasti memiliki potensi-potensi yang berbeda. Hal ini menjadi

tantangan bagi setiap pemerintah daerah untuk dapat memanfaatkan segala aspek

yang ada dalam upaya peningkatan terhadap penerimaan daerah.

Pemerintah pusat membuat kebijakan yang mana pemerintah daerah

diberikan kekuasaan untuk mengelola keuangan daerahnya sendiri atau lebih

dikenal dengan desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan urusan

pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas

Otonomi. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dijelaskan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI. Dengan dibuatnya

kebijakan ini diharapkan pemerintah daerah dapat lebih aktif dalam upaya

meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya, menggali serta mengembangkan

1
2

potensi sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing sehingga daerah akan memiliki

kemampuan untuk membiayai pembangunan daerahnya sendiri sesuai prinsip

daerah otonom yang sebenarnya. Pendapatan daerah dapat bersumber dari pusat

dan daerah, berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 5

Ayat (2) disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari tiga yaitu

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah

Yang Sah. Kemudian pada Pasal 6 Ayat (1) dijabarkan bahwa Pendapatan Asli

Daerah terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Disahkan.

Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah

yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Menurut Syam dkk.

(2016) Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu indikator kemandirian

daerah dalam menyediakan sumber pembiayaan pembangunan daerah. Secara

teoritis, semakin besar pendapatan asli daerah dari suatu wilayah, semakin

independen pula wilayahnya. Optimalisasi sumber-sumber pendapatan asli daerah

yang ada sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan

kemandirian daerah serta terciptanya pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dijelaskan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah. Pajak Daerah menurut Mardiasmo (2018) adalah kontribusi


3

wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Retribusi Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan.

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima kabupaten atau

kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian

barat. Sebagai daerah otonom di wilayah DI Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo

telah diberi wewenang untuk menggali sumber-sumber ekonomi yang ada sesuai

dengan potensi dan keadaan daerah. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu (DPMPT) menjelaskan bahwa Kabupaten Kulon Progo memiliki

keunggulan komparatif, kompetitif dan distingtif tersendiri dibandingkan

kabupaten lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel 1.1
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi DI Yogyakarta 2018
No. Kabupaten/Kota PAD
1. Kab. Bantul 462.653.956.230
2. Kab. Gunung Kidul 226.984.458.096
3. Kab. Kulon Progo 211.159.699.911
4. Kab. Sleman 894.272.961.558
5. Kota Yogyakarta 667.493.075.470
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.kemenkeu.go.id)

Berdasarkan Tabel 1.1, Pendapatan Asli Daerah Kulon Progo pada tahun

2018 masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan pendapatan asli daerah
4

kabupaten/kota lain yang ada di Yogyakarta. Pada tahun 2018 Pendapatan Asli

Daerah Kulon Progo hanya memberikan kontribusi sebesar 14% terhadap

pendapatan daerah. Pendapatan asli daerah yang masih rendah ini merupakan

salah satu alasan peneliti judul penelitian ini. Berikut merupakan data mengenai

Pendapatan Daerah Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2018:

Tabel 1.2
Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018
No. Sumber Pendapatan Daerah Realisasi Kontribusi %
1. PAD 211.159.699.911 14
2. Dana Perimbangan 973.566.099.728 64
3. Lain-lain Pendapatan Daerah
335.004.131.331 22
yang Sah
Total Pendapatan Daerah 1.519.729.930.970 100
Sumber: BKAD Kulon Progo

Pendapatan Daerah Kulon Progo sebagian besar masih berasal dari dana

perimbangan. Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari APBN

atau dari pemerintah pusat. Dana perimbangan berkontribusi 64% terhadap

Pendapatan Daerah Kulon Progo, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kulon

Progo masih memiliki ketergantungan yang besar dengan pemerintah pusat. Maka

dari itu Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo melalui dinas yang terkait

perlu melakukan usaha-usaha peningkatan pendapatan asli daerah melalui

sumber-sumbernya dengan melihat potensi-potensi yang ada agar dapat

meningkatkan kemandirian Kabupaten Kulon Progo dan mengurangi

ketergantungan terhadap pemerintah pusat.

Berdasarkan Statistik Potensi Desa Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018,

Kulon Progo merupakan kabupaten dengan potensi dan kontribusi pertanian yang

signifikan di Provinsi DIY. Pertanian menjadi tumpuan masyarakat karena


5

94,32% desa penduduknya bergantung pada pertanian. Kemudian masuk ke sektor

pertambangan dan penggalian, wilayah Kulon Progo mempunyai berbagai sumber

tambang, seperti batu andesit, batu kapur, pasir pasang bangunan dan tanah urug.

Pasir dan batu kali merupakan komoditas barang galian yang cukup potensial di

Kabupaten Kulon Progo. Selain tambang dan galian, Kabupaten Kulon Progo

mempunyai potensi air tanah yaitu Mata air Clereng, Tuk Mudal, Tuk Gua

Kiskendo, dan lainnya. Potensi lain dari Kabupaten Kulon Progo adalah sektor

pariwisata. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kulon Progo, diketahui bahwa

Kabupaten Kulon Progo memiliki kurang lebih 11 Desa Wisata. Setiap desa

memiliki objek wisata dan potensi yang berbeda-beda, yang jika dikelola dengan

maksimal akan memberikan manfaat yang besar bagi Kulon Progo. Namun tidak

semua objek wisata tersebut beretribusi, berdasarkan data dari BPS Kulon Progo

yaitu Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2019 beberapa obyek wisata

beretribusi yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo tersebar di 5 tempat yaitu di

Kecamatan Temon, Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Galur, Kecamatan Kokap,

dan Kecamatan Girimulyo.

Kemudian potensi yang tak kalah besar dan menjadi alasan lain mengapa

peneliti memilih Kabupaten Kulon Progo adalah karena adanya mega proyek

pembangunan Yogyakarta International Airport (YIA) yang berlokasi di

Kabupaten Kulon Progo. Bandar udara ini berdiri di tanah seluas 600 hektar.

Bandara ini akan memiliki terminal seluas 210.000 m2 dengan kapasitas 20 juta

penumpang per tahun. Pemerintah memiliki target yaitu seluruh pembangunan ke

Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA)


6

akan selesai pada Februari atau Maret 2020. Dengan adanya pembangunan

bandara tersebut, tentu saja akan membawa dampak bagi perekonomian yang ada

di Kulon Progo dan juga akan berdampak pada Pendapatan Asli Daerah Kulon

Progo baik dari sektor pajak daerah maupun retribusi daerah.

Agar dapat mengetahui berhasil atau tidaknya upaya pemerintah dalam

meningkatkan dan mengoptimalkan penerimaan pendapatan asli daerah melalui

dua sumbernya yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dapat dilakukan dengan

melakukan analisis tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi. Penelitian ini tidak

hanya sekedar melakukan perhitungan terkait dengan tingkat efektivitas dan

kontribusi, penelitian ini penting dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk

melakukan analisis lebih dalam terkait perkembangan dari tiap-tiap pajak daerah

dan retribusi daerah, potensi dan kendala apa saja yang terjadi terkait dengan

usaha peningkatan penerimaan tiap-tiap pajak daerah dan retribusi daerah.

Sehingga setelah memperoleh hasil dari analisis peneliti dapat memberikan solusi

dan saran kepada BKAD Kabupaten Kulon Progo terkait dengan upaya

peningkatan pendapatan asli daerah untuk tahun selanjutnya. Menurut Ulum

(2012) analisis efektivitas adalah nilai yang digunakan menjelaskan berapa jauh

pencapaian suatu tujuan. Dimana semakin besar persentase tujuan yang dicapai,

semakin bertambah peluang efektivitasnya. Menurut Mahmudi (2010) analisis

kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana sumber-sumber pendapatan

asli daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan pendapatan asli daerah.

Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Zulfikar dan Abdul

(2019) menunjukkan bahwa Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli


7

Daerah di Kabupaten Barru tahun 2013-2017 tergolong kecil dengan nilai

persentase 12,82%. Sementara Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten Barru tahun 2013-2017 tergolong kecil dengan nilai

persentase 17,34%. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Barru tahun 2013-2017 tergolong cukup

dengan nilai persentase 30,06%. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian

ini menambah alat ukur untuk menganalisis penerimaan pajak daerah dan retribusi

daerah yaitu rasio efektivitas.

Hasil penelitian Kobandaha dan Heince (2016) menunjukan bahwa tingkat

efektivitas Pajak Reklame sudah efektif dan Pajak Hotel masih dinilai tidak efektif

pada tahun 2015. Secara keseluruhan kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel

tahun anggaran 2012-2015 memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD.

Potensi penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Hotel akan mengalami kenaikan

pada tahun 2016. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini akan

membahas tiap tiap pajak daerah dan retribusi daerah, sedangkan penelitian

Kobandaha dan Heince (2016) hanya terfokus pada Pajak Reklame dan Pajak

Hotel.

Hasil Penelitian Lasari (2016), menunjukkan bahwa pajak daerah

berkontribusi secara signifikan terhadap PAD dengan rata-rata persentase

kontribusi sebesar 60,0% masuk dalam kategori besar, retribusi daerah

berkontribusi sangat rendah terhadap PAD dengan rata-rata persentase kontribusi

0,26% masuk dalam kategori kecil, efektivitas penerimaan pajak daerah diperoleh

rata-rata sebesar 104,61% kategori sangat efektif dan efektivitas penerimaan


8

retribusi daerah rata-rata diperoleh sebesar 115,0% dengan kategori sangat efektif.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini adalah penelitian ini akan

menggunakan dua rasio yaitu efektivitas dan kontribusi, dan akan membahas

secara satu persatu jenis pajak daerah dan retribusi daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah dengan judul ”ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

2015-2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana efektivitas pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon

Progo tahun 2015-2018?

2. Bagaimana efektivitas retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kulon Progo tahun 2015-2018?

3. Bagaimana kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon

Progo tahun 2015-2018?

4. Bagaimana kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kulon Progo tahun 2015-2018?


9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Efektivitas pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon Progo tahun

2015-2018.

2. Efektivitas retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon Progo

tahun 2015-2018.

3. Kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon Progo tahun

2015-2018.

4. Kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon Progo

tahun 2015-2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian tentang Analisis Efektivitas dan

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Kulon Progo peneliti berharap penelitian ini akan bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan, yaitu:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo

a. Memberi informasi kepada BKAD Kabupaten Kulon Progo mengenai

seberapa besar tingkat efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Kulon Progo.
10

b. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pertimbangan pada saat

membuat kebijakan dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah pada Kabupaten Kulon Progo.

2. Bagi Pihak Lain

a. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

ingin membahas permasalahan yang sama.

b. Memberikan wawasan dan menambah pemahaman mengenai Pendapatan

Asli Daerah.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memudahkan para pembaca

agar dapat memahami isi penelitian ini. Sistematika penelitian terbagi menjadi

lima BAB, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematikan penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang melandasi penelitian

ini, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual.

BAB III METODE PENELITIAN


11

Bab ini berisi mengenai Objek Penelitian, Variabel Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Waktu

Penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Bab ini berisi tentang data objek penelitian, analisis data dan

pembahasan mengenai fenomena yang diangkat berdasarkan hasil

pengolahan data dan teori yang terkait.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tetang kesimpulan dan pembahasan penelitian dan

saran-saran kepada pihak-pihak terkait mengenai hasil dari

penelitian yang telah dilakukan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

yang merupakan revisi dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pengertian

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas Otonomi

adalah prinsip dasar dari penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

Otonomi Daerah. Menurut Halim (2008) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dijadikan sebagai indikator tingkat kemandirian dari suatu daerah dalam

menjalankan kewenangan otonominya

Pasal 18 Ayat (2) dan Ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa pemerintahan daerah berwenang untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut Asas Otonomi dan

tugas pembantuan dan pemerintah daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya.

Tujuan dilakukannya pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada pemerintah

daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Daerah

diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan berlandaskan prinsip

12
13

demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan

keanekaragaman daerah dalam sistem NKRI.

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.1.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah atau disebut juga PAD adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Hal ini telah tercantum pada Pasal 1 UU No.33

Tahun 2004 yang mengatur tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan

Daerah. Pada UU No.28 Tahun 2009 juga disebutkan tentang pengertian

pendapatan asli daerah yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah

daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Badrudin (2011) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan pada daerah

dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai

perwujudan asas disentralisasi. Pendapatan Asli Daerah sering kali dijadikan

indikator tingkat kemajuan suatu daerah. Menurut Anggoro (2017) daerah yang

dianggap maju adalah daerah yang memiliki PAD yang tinggi. Hal ini dapat

dimengerti karena dengan tingginya PAD yang diterima suatu daerah maka
14

tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat akan

berkurang.

2.1.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Sumber-sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah disebutkan pada

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 6 ayat (1), yang terdiri atas:

1. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Pasal 1 dijelaskan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut

Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada UU No. 28 tahun 2009

disebutkan juga pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa yaitu, Pajak Hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Parkir, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang

Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan P2, serta Pajak Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan.

2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

dadan. Secara keseluruhan ada 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah dan
15

dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi

Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. Hal ini dijelaskan pada Undang-

Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah..

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

yang dimaksud dengan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan antara

lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga. Menurut Halim

(2008), hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yaitu penerimaan

daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan

daerah yang di pisahkan. Jenis-jenis Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan meliputi objek pendapatan, yaitu:

a. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah

b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank

c. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank

d. Bagian Laba Penyertaan Modal atau Investasi

4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Berdasarkan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pasal 6 Ayat (2), Lain-lain PAD yang

sah sendiri meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;

b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
16

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau

pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

2.1.3 Pajak Daerah

2.1.3.1 Pengertian Pajak Daerah

Pajak Daerah menurut Mardiasmo (2018) adalah kontribusi wajib kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Halim (2014) pajak daerah adalah pajak asli daerah maupun pajak negara

yang diserahkan kepada daerah, pemungutannya diselenggarakan oleh daerah di

dalam wilayah kekuasaannya, yang berguna untuk membiayai pengeluaran daerah

sehubungan dengan tugas dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri, dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah Pasal 1, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,

adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

demi kemakmuran rakyat. Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak

daerah mempunyai peranan ganda. Menurut Resmi (2019) fungsi pajak yaitu:

1) Fungsi Budgetair (Sumber Penerimaan Negara).

2) Fungsi Regularend (Pengatur)


17

2.1.3.2 Jenis-jenis Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Pasal 2 Ayat (1) dan (2), Pajak daerah dibagi menjadi dua jenis

yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten. Pajak daerah tidak semuanya dapat

dipungut oleh suatu pemerintah daerah, semua itu tergantung potensi sumber daya

yang ada. Karena jika potensi yang dimiliki daerah tersebut kurang memadai

maka daerah boleh tidak memungut pajak daerah tersebut. Pemungutan harus

dilakukan sesuai dengan kebijakan daerah yang telah ditetapkan oleh Peraturan

Daerah.

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau

penguasaan kendaraan bermotor. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah

kepemilikan atau penguasaan atas kendaraan bermotor. Subjek Pajak

Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki

kendaraan bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yaitu orang pribadi

atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Untuk wajib pajak badan,

kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus badan tersebut.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak

milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau

perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar,
18

hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Objek Pajak Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemilikan

kendaraan bermotor. Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

ialah orang pribadi atau badan yang dapat menerima penyerahan kendaraan

bermotor. Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang

pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan

bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah

semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan

bermotor. Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah bahan

bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk

kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk

kendaraan di air. Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah

konsumen bahan bakar kendaraan bermotor. Wajib Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan

bahan bakar kendaraan bermotor. Pemungutan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor dilakukan oleh penyedia bahan bakar kendaraan

bermotor.

d. Pajak Air Permukaan

Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air

permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan

tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.
19

Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan dan pemanfaatan air

permukaan. Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau badan

yang dapat melakukan pengambilan dan pemanfaatan air permukaan. Wajib

Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan

pengambilan dan pemanfaatan air permukaan.

e. Pajak Rokok

Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

Pemerintah. Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok dan subjeknya

adalah konsumen rokok itu sendiri. Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha

pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa

Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Pajak Rokok dipungut oleh

instansi Pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan

pemungutan cukai rokok.

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan termasuk jasa terkait lainnya

dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk

pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan

sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan

pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang

sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas


20

olahraga dan hiburan jasa penunjang sebagaimana dimaksud yaitu fasilitas

telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,

transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola

hotel. Tidak termasuk objek Pajak Hotel adalah:

1) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah;

2) Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

3) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

4) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti

asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

5) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh

Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan

hotel.

b. Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman

dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria,

kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga atau katering. Objek

Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Tidak

termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 Ayat


21

(1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya

tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Subjek pajak restoran ialah orang pribadi atau badan yang membeli

makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib Pajak Restoran adalah

orang pribadi atau badan yang memiliki usaha restoran.

c. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Objek Pajak

Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran

seperti:

1) Tontonan film

2) Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana

3) kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;

4) Pameran;

5) Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;

6) Sirkus, akrobat, dan sulap;

7) Permainan bilyar, golf, dan boling;

8) Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan

9) Ketangkasan;

10) Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat

11) Kebugaran (fitness center); dan

12) Pertandingan olahraga.


22

Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati

hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang

menyelenggarakan Hiburan.

d. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan

dinikmati oleh umum.

Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Objek

Pajak reklame yaitu Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan

sejenisnya, Reklame kain, Reklame melekat, Reklame selebaran, Reklame

berjalan, termasuk pada kendaraan, Reklame udara, Reklame apung,

Reklame suara, Reklame film/slide; dan Reklame peragaan. Tidak termasuk

sebagai objek Pajak Reklame adalah:

1) Penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian,

warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

2) Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,

yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;

3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada

bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan

ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;


23

4) Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah;

5) Penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkan sesuai Peraturan

Daerah.

Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau

badan yang menyelenggarakan Reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Listrik yang

dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik. Objek Pajak

Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang diperoleh

sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Dikecualikan dari objek

Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimuat pada Pasal 52 ayat (1) adalah:

1) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah;

2) Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh

kedutaan, konsulat, dan perwakilan asing dengan asas timbal balik;

3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas

tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait;

4) Penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

Subjek dari pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak penerangan jalan adalah orang


24

pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik, namun dalam hal

tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, wajib pajak penerangan jalan

adalah penyedia tenaga listrik.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di

dalam dan permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Objek Mineral Bukan

Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana

dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan

batubara. Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 ayat (1) adalah:

1) Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang pada

kenyataannya tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan

pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang

listrik atau telepon, penanaman kabel listrik atau telepon, penanaman

pipa air atau gas.

2) Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang

merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak

dimanfaatkan secara komersial.

3) Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang pribadi atau

badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan dan Wajib
25

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan

yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.

g. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar

badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun

yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

kendaraan bermotor. Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat

parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan bagian

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan

tempat penitipan kendaraan bermotor. Tidak termasuk objek pajak parkir

sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (1) adalah:

1) Penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah;

2) Penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan

untuk karyawannya sendiri;

3) Penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan,konsulat, dan perwakilan

negara asing dengan asas timbal balik;

4) Penyelenggaraan tempat Parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan

Daerah.

Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau

badan yang mengadakan tempat Parkir.

h. Pajak Air Tanah


26

Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air

tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di

bawah permukaan tanah. Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan

pemanfaatan air tanah. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah

sebagaimana dimaksud pada Pasal 67 Ayat (1) adalah:

1) Pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar

rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta

peribadatan;

2) Pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur

dengan Peraturan Daerah.

Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah. Wajib Pajak Air

Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan

pemanfaatan Air Tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa

yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia

maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan atau pengusahaan

sarang burung wallet. Subjek Pajak Sarang Burung Walet ialah orang

pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau mengusahakan sarang

burung walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau
27

badan yang melakukan pengambilan atau mengusahakan Sarang Burung

Walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas

bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Termasuk dalam

pengertian Bangunan adalah:

1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti

hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan

dengan kompleks bangunan tersebut.

2) Jalan tol.

3) Kolam renang.

4) Pagar mewah.

5) Tempat olahraga.

6) Galangan kapal, dermaga.

7) Taman mewah.

8) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.

9) Menara.

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan adalah:

1) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan

pemerintahan;
28

2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang

ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang

tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

3) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu;

4) Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum

difungsikan;

5) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik;

6) Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang

ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang

pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi atau

memperoleh manfaat atas Bumi dan memiliki, menguasai, dan memperoleh

manfaat atas bangunan. Kemudian wajib pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan sendiri ialah orang pribadi atau badan yang secara

nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas Bumi,

dan memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan


29

diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau

badan. Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah

perolehan hak atas tanah dan bangunan yaitu, hak milik, hak guna usaha,

hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak

pengelolaan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana

dimaksud meliputi:

1) Pemindahan hak karena: jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat,

waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain, pemisahan

hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang,

pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,

penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah.

2) Pemberian hak baru karena: kelanjutan pelepasan hak dan di luar

pelepasan hak.

Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang

pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan. Wajib

Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi

atau Badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan.

2.1.3.3 Tarif Pajak Daerah

Tarif pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah sesuai dengan

peraturan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki tarif yang berbeda untuk setiap jenis

pajaknya yaitu:

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:


30

a. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar

1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen).

b. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat

ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

2. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing

masing sebagai berikut:

a. Penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen).

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

3. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi

sebesar 10%. Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk

bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling kecil 50% lebih rendah

dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi.

4. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh

persen).

5. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok.

6. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

7. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

8. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima

persen). Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan,

diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi

uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75%
31

(tujuh puluh lima persen). Khusus Hiburan kesenian tradisional dikenakan

tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

9. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima

persen).

10. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh

persen).

11. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi

sebesar 25% (dua puluh lima persen).

12. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh persen).

13. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh

persen).

14. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

(sepuluh persen).

15. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling

tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).

16. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi

sebesar 5% (lima persen).

2.1.4 Retribusi Daerah

2.1.4.1 Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Siahaan (2016) retribusi daerah sebagai pembayaran wajib dari

penduduk kepada negara dengan adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara

bagi penduduknya secara perorangan. Terdapat pendapat lain mengenai retribusi

daerah, menurut Mardiasmo (2016) retribusi daerah adalah pungutan daerah


32

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan. Retribusi daerah juga merupakan komponen lain dari Pendapatan Asli

Daerah yang penerimaannya akan diterima oleh pemerintah daerah setelah

memberikan pelayanan tertentu kepada penduduk yang mendiami wilayah

yuridiksinya.

Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa retribusi daerah sendiri adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang

pribadi maupun Badan. Biasanya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang menggunakan jasa dan perizinan tertentu dihitung dengan cara

mengalikan tarif retribusi dengan penggunaan jasa, hal tersebut telah diatur pada

Undang-undang No. 28 Tahun 2009.

2.1.4.2 Sifat-sifat Retribusi

Menurut Anggoro (2017), berdasarkan sifatnya retribusi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Sifat Pemungutannya
Dilihat dari sifat pemungutannya retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu

yaitu bagi yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk, yang merupakan

timbal balik atas jasa atau barang yang telah disediakan oleh pemerintah setempat.

2. Sifat Paksaanya
33

Pemungutan retribusi yang berdasarkan atas peraturan-peraturan yang berlaku

umum, dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, yaitu bagi siapa yang ingin

mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah, maka harus membayar

retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi daerah bersifat ekonomis sehingga pada

hakikatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar atau tidak.

2.1.4.3 Bentuk Retribusi Daerah

Menurut Anggoro (2017) bentuk retribusi dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Service Fees (Bea Layanan)

Service Fees (Bea Layanan) adalah retribusi izin dan pungutan-pungutan

kecil lainnya yang dipungut untuk menebus biaya yang dikeluarkan seperti akte

catatan sipil dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Public Prices

Public Prices adalah penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah dari

barang privat atau jasa lainnya. Prinsip yang digunakan adalah harus dibuat secara

kompetitif sesuai dengan mekanisme pasar yang berlaku.

3. Specific Benefit Charges

Spesific Benefit Charges tidak seperti biaya yang sukarela dibayarkan

meskipun biaya yang dibayarkan untuk jasa yang ditetapkan oleh peraturan pajak

mempresentasikan sejumlah kontribusi wajib yang harus dibayar kepada

pemerintah daerah akibat dari layanan yang diberikan.


34

2.1.4.4 Jenis-jenis Retribusi Daerah

Pada Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah BAB VI Pasal 108 disebutkan terdapat 3 (tiga) jenis objek

retribusi daerah, yaitu:

1. Objek Retribusi Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

Sipil

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

f. Retribusi Pelayanan Pasar

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

2. Objek Retribusi Jasa Usaha


35

Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi pelayanan

dengan menggunakan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal,

dan juga pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara

memadai oleh pihak swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

c. Retribusi Tempat Pelelangan

d. Retribusi Terminal

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

g. Retribusi Rumah Potong Hewan

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

j. Retribusi Penyeberangan di Air

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh

Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk

pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan

sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis

retribusi perizinan tertentu:


36

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

2.1.5 Efektivitas

Menurut Sedarmayanti (2014) Efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas

ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan

kurang menjadi perhatian utama. Dapat dikatakan efektif apabila proses kegiatan

mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar ouput yang

dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan, maka

semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi tersebut.

Menurut Pekei (2016) efektivitas adalah hubungan antara output dan

tujuan, atau ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari

organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan tingkat keberhasilan suatu

operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan

tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan

pelayanan kepada sasarn yang telah ditentukan yaitu masyarakat. Ulum (2012)

berpendapat bahwa efektivitas adalah satu nilai yang menjelaskan berapa jauh

pencapaian tujuan. Dimana bertambah banyak persentase tujuan yang dicapai,

semakin bertambah peluang efektivitasnya.


37

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keberhasilan dan tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya berdasarkan kuantitas, kualitas, maupun waktu yang telah ditentukan.

Mahmudi (2019) menyatakan bahwa tingkat efektivitas dapat

dikategorikan sebagai berikut:

1) Tingkat pencapaian lebih dari 100% = Sangat efektif.

2) Tingkat pencapaian 100% = Efektif

3) Tingkat pencapaian 90% - 99% = Cukup efektif.

4) Tingkat pencapaian 75% - 89% = Kurang efektif.

5) Tingkat pencapaian < 75% = Tidak efektif.

2.1.6 Kontribusi

Kontribusi menurut Mahmudi (2010) digunakan untuk mengetahui sejauh

mana sumber-sumber pendapatan asli daerah memberikan sumbangan dalam

penerimaan PAD, yang dalam penelitian ini yaitu pajak daerah dan retribusi

daerah. Menurut Halim (2014) untuk mengetahui kontribusi dari masing-masing

sumber dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah ataupun

retribusi daerah periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu.

Semakin besar hasilnya maka semakin besar pula peranan pajak daerah dan

retribusi daerah terhadap PAD, dan sebaliknya jika hasil perbandingannya kecil

berarti peranan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD juga kecil.

Kriteria kontribusi menurut Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM 1991 sebagai

berikut:
38

1. Tingkat kontribusi > 50% = Sangat baik

2. Tingkat kontribusi 40,10%-50% = Baik

3. Tingkat kontribusi 30,10%-40% = Cukup baik

4. Tingkat kontribusi 20,10%-30% = Sedang

5. Tingkat kontribusi 10,10%-20% = Kurang

6. Tingkat kontribusi 0,00%-10% = Sangat Kurang

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti dan
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1. A.B. Analisis Kontribusi Hasil penelitian yang dilakukan
Setiawan, E. dan Efektivitas ini menunjukkan bahwa rata-rata
Surtini Sumber-Sumber efektivitas Pajak Daerah adalah
(2017) Penerimaan 107,31%, Retribusi Daerah
Pendapatan Asli adalah 105,49%, Manajemen
Daerah (PAD) Pada Kekayaan Daerah adalah
Pemerintah Daerah 95,54%, dan Penghasilan Sah
Kabupaten Cianjur. Lainnya adalah 112,51%.
Tingkat kontribusi sumber
pendapatan pemerintah daerah
pada periode 2012 - 2014 mulai
dari 0,30% hingga 10,13% dan
hasilnya sangat cukup dan
cukup.
2. A. Imam Kontribusi Pajak Hasil penelitian ini
Zulfikar & Daerah Dan Retribusi menunjukkan bahwa Kontribusi
Abdul Daerah Terhadap Pajak Daerah terhadap PAD di
Rahman Pendapatan Asli Kabupaten Barru tahun 2013-
(2019) Daerah Di Kabupaten 2017 tergolong kecil dengan
Barru Tahun 2013- nilai persenta 12,82%, sementara
2017. Kontribusi Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Barru
tahun 2013-2017 tergolong kecil
dengan nilai persentase 17,34%.
39

Tabel 2.1 (lanjutan)


Penelitian Terdahulu
Peneliti dan
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
3. Nona Nelly Analisis Efektivitas Berdasarkan hasil penelitian
Bawuna, Kinerja Penerimaan mengacu pada analisis
Lintje Pajak Daerah dan efeketivitas Pajak Daerah sangat
Kalangi dan Retribusi Daerah efektif sedangkan Retribusi
Treesje Terhadap Pendapatan Daerah cukup efektif. dan
Runtu. Asli Daerah di analisis komparatif menunjukan
(2016) Kabupaten Siau bahwa Retribusi Daerah lebih
Tagulandang Biaro mendominasi memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan
Asli Daerah.
4. Rezlyanti Analisis Efektivitas, Hasil penelitian menunjukan
Kobandaha Kontribusi dan bahwa tingkat efektivitas Pajak
dan Heince Potensi Pajak Reklame sudah efektif dan Pajak
R. N. Wokas Reklame dan Pajak Hotel masih dinilai tidak efektif
(2016) Hotel Terhadap pada tahun 2015. Secara
Pendapatan Asli keseluruhan kontribusi Pajak
Daerah Kota Reklame dan Pajak Hotel
Kotamobagu memberikan kontribusi yang
baik terhadap PAD. Potensi
penerimaan Pajak Reklame dan
Pajak Hotel akan mengalami
kenaikan pada tahun 2016.
5. Phaureula Analisis Efektivitas Analisis Efektifitas Pajak
Artha dan Kontribusi Pajak Daerah selama 5 tahun, sudah
Wulandari, Daerah dan Retribusi sangat efektif, terlihat dari
Effan Daerah Terhadap realisasi pajak daerah dapat
Najwaini, Pendapatan Asli tercapai di atas anggaran yang
dan Faris Daerah (PAD) Kota telah ditetapkan. Analisis
Ade Irawan. Balangan efektifitas Retribusi daerah
(2018) Tahun 2012 -2016 menunjukan kriteria sangat
efektif. Analisis kontribusi dari
sektor pajak daerah masih sangat
kurang, terutama tahun 2012.
Analisis kontribusi dari sektor
retribusi daerah masih sangat
rendah, terutama
tahun 2012.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Kabupaten Kulon Progo. Data didapatkan

dari BKAD Kulon Progo, dan akan dilakukan analisis terkait dengan tingkat

efektivitas dan tingkat kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah.

3.2 Data dan Jenis Data

Data pada penelitian ini diperoleh dari Badan Keuangan dan Aset Daerah

yang ada di Kulon Progo. Sumber data yang digunakan ialah data sekunder.

Menurut Sugiyono (2017) data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder dalam penelitian ini

berupa laporan keuangan yaitu, target dan realisasi pendapatan asli daerah, target

dan realisasi pajak daerah, target dan realisasi retribusi daerah Kabupaten Kulon

Progo tahun 2015-2018.

3.3 Model dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif. Menurut Sanusi (2011) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

disusun dalam rangka memberikan gambaran yang sistematis tentang informasi

ilmiah yang berasal dari suatu subjek atau objek sesuai dengan fakta. Dalam

penelitian ini akan digunakan perhitungan tingkat efektivitas dan tingkat

40
41

kontribusi dari pajak daerah dan retribusi daerah dari tahun 2015-2018 yang ada

kemudian setelah dihitung, peneliti akan membandingkan hasil antar tahun. Jika

sudah mendapatkan hasilnya, peneliti akan melakukan analisis lebih lanjut terkait

dengan hasil perhitungan yang ada, hal ini dilakukan agar peneliti dapat

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pajak daerah

dan retribusi daerah tiap tahunnya sehingga peneliti dapat melihat potensi dari

tiap-tiap pajak daerah dan retribusi daerah dan memberikan solusi kepada BKAD

Kabupaten Kulon Progo.

3.3.1 Analisis Efektivitas

Analisis efektivitas dijadikan tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar

realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah berhasil mencapai target

yang telah ditentukan pada suatu periode tertentu, hal ini juga dilakukan agar

dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dengan menemukan potensi-potensi

yang ada setelah dilakukannya analisis. Rumus untuk menghitung tingkat

efektivitas menurut Mahmudi (2019) sebagai berikut:

Realisasi Pajak Daerah atau Retribusi Daerah


Efektivitas = 𝑥 100%
Target Pajak Daerah atau Retribusi Daerah

Tabel 3.1
Kriteria Tingkat Efektivitas
Persentase Kriteria
> 100% Sangat Efektif
100% Efektif
90% - 99% Cukup Efektif
75% - 89% Kurang Efektif
< 75% Tidak Efektif
Sumber: Mahmudi (2019)
42

3.3.2 Analisis Kontribusi

Untuk menentukan kontribusi dari pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah adalah dengan membagi besarnya realisasi

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah dengan realisasi pendapatan asli

daerah. Rumus untuk menghitung persentase kontribusi menurut Halim (2014):

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝐴𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑒𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Kontribusi = 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Tabel 3.2
Kriteria Tingkat Kontribusi
Persentase Kontribusi Kriteria
0,00%-10% Sangat Kurang
10,10%-20% Kurang
20,10%-30% Sedang
30,10%-40% Cukup Baik
40,10%-50% Baik
> 50% Sangat Baik
Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM 1991
BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder yaitu

laporan keuangan berupa target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah, target dan

realisasi Pajak Daerah, dan target dan realisasi Retribusi Daerah yang ada di

Kulon Progo. Data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Kulon Progo. Periode data penelitian mencakup data periode

tahun 2015 sampai dengan 2018. Data utama dari penelitian ini diantaranya

sebagai berikut:

1. Data Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015-2018.

Tabel 4.1
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2015-2018
No. Tahun Target PAD Realisasi PAD
1. 2015 155.969.689.703 170.822.326.558
2. 2016 172.434.611.253 180.273.363.595
3. 2017 221.215.012.962 249.692.648.563
4. 2018 207.069.271.745 211.159.699.911
Sumber: BKAD Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa target dan realisasi PAD di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2017 terus mengalami kenaikan, namun

pada tahun 2018 mengalami penurunan baik dari target maupun realisasi. Pada

tahun 2015 target PAD sebesar Rp155.969.689.703 dengan realisasi

Rp170.822.326.558, tahun 2016 target Rp172.434.611.253 dengan realisasi

43
44

Rp180.273.363.595, tahun 2017 target Rp21.215.012.962 dengan realisasi

Rp249.692.648.563, dan pada tahun 2018 target dan realisasi dari PAD

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dengan target sebesar

Rp207.069.271.745 dan realisasi Rp211.159.699.911. Turunnya target maupun

realisasi terhadap PAD pada tahun 2018 disebabkan karena turunnya penerimaan

dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah yaitu dari penerimaan Badan

Layanan Umum Daerah. Penerimaan BLUD yang mengalami penurunan

pendapatan adalah RSUD Wates, penurunan pendapatan terjadi akibat adanya

kebijakan layanan berjenjang fasilitas kesehatan dari BPJS.

2. Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015-2018.

Tabel 4.2
Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2015-2018
No. Tahun Target PD Realisasi PD
1. 2015 22.867.137.517 25.528.089.698
2. 2016 88.042.121.948 31.393.835.053
3. 2017 43.024.098.351 47.232.364.751
4. 2018 56.432.581.290 59.412.829.634
Sumber: BKAD Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa target dan realisasi penerimaan

pajak daerah pada tahun 2015-2018 terus mengalami kenaikan, namun mengalami

penurunan target pada tahun 2017. Pada tahun 2015 target pajak daerah hanya

sebesar Rp22.687.137.517 dengan realisasi Rp25.528.089.698, tahun 2016

targetnya meningkat tajam yaitu Rp88.042.121.948 dengan realisasi

Rp31.393.835.053. Pada tahun 2016 target yang ditetapkan sangat tinggi sehingga

tidak berhasil tercapai. Tingginya target yang ditetapkan pada tahun 2016
45

berkaitan dengan adanya pembangunan Bandara YIA, sehingga target pada

BPHTB menjadi sangat tinggi karena BKAD memprediksi dengan adanya

pembangunan Bandara YIA maka akan membawa dampak besar terhadap

penerimaan BPHTB. Namun pada kenyataanya BPHTB tidak dapat diproses di

Kabupaten Kulon Progo karena Bandara YIA merupakan proyek nasional,

sehingga pengurusannya tidak dilakukan di Pemerintah Daerah Kulon Progo

melainkan di Kementrian Agraria dan Tata Ruang. Lalu pada tahun 2017 target

pajak daerah diturunkan lagi menjadi Rp43.024.098.351 dengan realisasi

Rp47.232.364.751, dan pada tahun 2018 target meningkat menjadi

Rp56.432.581.290 dengan realisasi Rp59.412.829.634.

3. Data Target dan Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2015-2018.

Tabel 4.3
Target dan Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2015-2018
No. Tahun Target RD Realisasi RD
1. 2015 7.994.269.739 6.917.789.003
2. 2016 9.997.647.529 9.857.662.642
3. 2017 7.407.197.578 7.329.130.686
4. 2018 8.789.535.814 9.351.832.029
Sumber: BKAD Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan tabel 4.3 target dan realisasi penerimaan retribusi daerah setiap

tahunnya mengalami naik turun. Pada tahun 2015 targetnya sebesar

Rp7.994.269.739 dengan realisasi Rp6.917.789.003. Pada tahun 2015 target tidak

berhasil tercapai dikarenakan menurunnya penerimaan dari retribusi jasa umum.

Tahun 2016 target naik menjadi Rp9.997.647.529 dengan realisasi

Rp9.857.662.642, lalu tahun 2017 target turun menjadi Rp7.407.197.578 dengan


46

realisasi Rp7.329.130.686. Turunnya target maupun realisasi pada tahun 2017

dikarenakan pada tahun tersebut salah satu retribusi perizinan tertentu yaitu

rertibusi izin gangguan telah dicabut izin pelayanannya oleh DPMPT. Pada tahun

2018 target naik lagi menjadi Rp8.789.535.814 dengan realisasi Rp9.351.832.029.

4.2 Analisis dan Hasil Penelitian

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari lima

kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian

barat dengan ibu kotanya yaitu Wates. Secara geografis kabupaten Kulon Progo

terletak pada 7°38'42" - 7°59'3" Lintang Selatan dan 110°1'37" - 110°16'26" Bujur

Timur. Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,54 hektar, secara

administratif terbagi menjadi 12 kecamatan yang meliputi 88 desa dan 930

pedukuhan.

Batas Kabupaten Kulon Progo di sebelah timur yaitu Kabupaten Bantul dan

Kabupaten Sleman, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo,

Provinsi Jawa Tengah, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang,

Provinsi Jawa Tengah dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera

Hindia. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 445.655 jiwa yang tersebar

pada wilayah seluas 586,28 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 760 jiwa/km.

Kabupaten Kulon Progo dilewati oleh 2 prasarana perhubungan yang merupakan

perlintasan nasional di Pulau Jawa, yaitu jalan Nasional sepanjang 28,57 km dan

jalur Kereta Api sepanjang kurang lebih 25 km. Hampir sebagian besar wilayah di

Kabupaten Kulon Progo dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat.


47

4.2.1 Analisis Efektivitas

Menurut Djumhana (2007) efektivitas adalah keadaan yang

menggambarkan tingkat pencapaian hasil dari program dengan target yang telah

ditetapkan. Analisis efektivitas dapat dihitung dengan cara membandingkan

realisasi penerimaan per jenis pajak daerah dan retibusi daerah dengan target

pajak daerah dan retribusi daerah, rumus efektivitas menurut Mahmudi (2019):

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Efektivitas Pajak Daerah = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Efektivitas Retribusi Daerah = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Secara umum, nilai efektivitas pajak daerah dan retribusi daerah dapat

dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.4
Kriteria Tingkat Efektivitas
Persentase Kriteria
> 100% Sangat Efektif
100% Efektif
90% - 99% Cukup Efektif
75% - 89% Kurang Efektif
< 75% Tidak Efektif
Sumber: Mahmudi (2019)
48

4.2.1.1 Analisis Efektivitas Pajak Daerah

Berikut data dan perhitungan tingkat efektivitas per jenis pajak daerah di

Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-2018:

1. Pajak Hotel

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Hotel Kabupaten Kulon Progo dari

tahun 2015-2018:

Tabel 4.5
Perhitungan Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 99.900.000 77.156.500 77,23 Kurang Efektif
2016 77.156.500 84.390.500 109,38 Sangat Efektif
2017 49.616.875 70.982.760 143,06 Sangat Efektif
2018 70.991.013 84.054.000 118,40 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan hasil olah data, efektivitas pajak hotel Kabupaten Kulon

Progo tahun 2015-2018, dapat dilihat pada tahun 2015 tingkat efektivitas pajak

hotel masih dalam kategori kurang efektif namun pada tahun 2016-2018 tingkat

efektivitas pajak hotel sudah masuk dalam kategori sangat efektif. Tingkat

efektivitas pajak hotel pada tahun 2015 sebesar 77,23% dengan realisasi

Rp77.156.500 kurang efektif dikarenakan keberadaan hotel hanya ada 3 dan

masih terpusat di 2 kecamatan saja yaitu Kecamatan Temon dan Wates, dan juga

belum banyaknya penginapan serta homestay yang tersedia dan juga target pajak

hotel yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga realisasinya tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Pada tahun 2016 tingkat efektivitasnya naik menjadi 109,38% dengan

realisasi Rp84.390.500, hotel masih terpusat pada 2 kecamatan namun sudah

banyak penginapan dan homestay yang bermunculan di kecamatan lain. Tahun

2017 tingkat efektivitas naik lagi hingga 143,06% dengan realisasi Rp70.982.760,
49

akan tetapi walaupun pada tahun 2017 tingkat efektivitasnya sangat tinggi akan

tetapi realisasi yang diterima tetap lebih besar pada tahun 2016, tingginya

efektivitas dikarenakan target yang ditetapkan pada tahun 2017 jauh lebih rendah

dibandingkan dengan tahun 2016. Dan pada tahun 2018 tingkat efektivitas turun

menjadi 118,40% dengan realisasi Rp84.054.000, walau tingkat efektivitas

mengalami penurunan akan tetapi realisasi pada tahun 2018 lebih besar

dibandingkan tahun 2017. Naiknya pajak hotel pada tahun 2018 karena pihak

BKAD mulai melakukan pendataan terhadap pengusaha hotel, penginapan,

homestay, dll yang memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak hotel.

2. Pajak Restoran

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Restoran Kabupaten Kulon Progo

dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.6
Perhitungan Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 693.075.000 944.144.425 136,23 Sangat Efektif
2016 875.766.797 1.299.612.691 148,40 Sangat Efektif
2017 1.397.083.643 1.632.098.323 116,82 Sangat Efektif
2018 1.506.496.720 1.950.192.381 129,45 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan hasil olah data, dapat diketahui dari tahun 2015-2018 tingkat

efektivitas pajak restoran di Kabupaten Kulon Progo berada pada kategori sangat

efektif. Realisasi pajak restoran yang diterima juga terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya, yang tertinggi ada pada tahun 2018 dengan realisasi

Rp1.950.192.381. Meningkatnya tingkat efektivitas pajak restoran yang ada di

Kabupaten Kulon Progo setiap tahunnya dikarenakan pemerintah dapat melihat

potensi yang ada dari sektor ini. Perkembangan kuliner di Kulon Progo juga
50

cukup berkembang dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi dengan pembangunan

Bandara YIA memicu meningkatnya bisnis kuliner di Kulon Progo. Pada tahun

2018, terdapat 35 wajib pajak pestoran yang tercatat. Maka dari itu BKAD

melakukan pendataan ulang karena diyakini masih banyak jasa kuliner yang

belum dikenai pajak. Dan setelah dilakukan pendataan terdapat kurang lebih 124

restoran dan warung makan yang terdapat di Kulon Progo, dan terdapat 77

restoran yang memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak restoran. Dengan

adanya pendataan ini, diharapkan dapat menjadi potensi baru bagi pajak restoran

sehingga dapat menambah penerimaan dari pajak restoran itu sendiri.

3. Pajak Hiburan

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Hiburan Kabupaten Kulon Progo

dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.7
Perhitungan Efektivitas Pajak Hiburan Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 37.250.000 42.027.808 112,83 Sangat Efektif
2016 18.028.500 11.739.600 65,12 Tidak Efektif
2017 12.673.050 15.752.000 124,30 Sangat Efektif
2018 12.673.050 7.815.000 61,67 Tidak Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data yang telah diolah, tingkat efektivitas dari pajak hiburan

di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2015 tingkat efektivitas pajak hiburan 112,83% masuk ke dalam kategori

sangat efektif dengan realisasi yang lumayan besar yaitu Rp42.027.808. Pada

tahun 2016 tingkat efektivitas menurun drastis menjadi 65,12% dengan kategori

tidak efektif, hal ini disebabkan karena rendahnya realisasi yang diterima yaitu

Rp11.739.600, angka tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan


51

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, padahal target yang dibuat sudah rendah.

Pada tahun 2017 tingkat efektivitas pajak hiburan mengalami kenaikan yaitu

124,30% dengan kategori sangat efektif diikuti dengan realisasi yang lebih tinggi

dari tahun 2016 sebesar Rp15.752.000. Pada tahun 2018 tingkat efektivas pajak

hiburan kembali mengalami penurunan yaitu 61,67% masuk kategori tidak efektif

dengan penerimaan yang sangat rendah yaitu Rp7.815.000. Pajak hiburan terus

mengalami penurunan dikarenakan tidak banyaknya objek hiburan yang dapat

ditarik pajaknya. Berdasarkan data dari BKAD Kulon Progo, pada tahun 2018

hanya tersisa 2 objek pajak hiburan yang dapat dikenai pajak yaitu dari

Manunggal Fair dan Pasar Malam yang terdapat di 12 Kecamatan. Sebelumnya

terdapat objek karaoke, namun sejak 2017 objek tersebut tidak dapat dikenai pajak

hiburan lagi karena sesuai aturan Perda Kulon Progo hiburan malam tidak

diperkenankan, sehingga tempat hiburan karaoke ditutup oleh pihak Satpol PP.

Perlu adanya penggalian potensi baru oleh pemerintah terhadap objek pajak

hiburan.

4. Pajak Reklame

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Reklame Kabupaten Kulon Progo

dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.8
Perhitungan Efektivitas Pajak Reklame Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 320.407.500 408.329.987 127,44 Sangat Efektif
2016 408.329.987 462.835.700 113,35 Sangat Efektif
2017 428.160.323 444.474.409 103,81 Sangat Efektif
2018 428.160.323 464.945.899 108,59 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah
52

Berdasarkan data yang diolah, tingkat efektivitas pajak reklame di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi namun sudah

berada pada kategori sangat efektif. Pada tahun 2015 tingkat efektivtas pajak

reklame 127,44% masuk ke dalam kategori sangat efektif dengan realisasi sebesar

Rp408.329.987. Pada tahun 2016 tingkat efektivitas pajak reklame mengalami

penurunan menjadi 113,35% masih dalam kategori sangat efektif, walau tingkat

efektivitasnya menurun akan tetapi realisasi yang diterima lebih besar

dibandingkan tahun 2015 yaitu sebesar Rp462.835.700. Pada tahun 2017 tingkat

efektivitas turun menjadi 103,81% diikuti dengan realisasi yang mengalami

penurunan menjadi Rp444.474.409. Terjadinya penurunan dikarenakan pada

tahun tersebut banyak reklame tak berizin dan reklame yang dipasang di tempat

terlarang ditertibkan Satpol PP Kulon Progo, operasi penertiban reklame digelar

untuk menegakkan Perbup Kulon Progo No.51/2012 tentang Pengelolaan

Penyelenggaraan Reklame. Lalu pada tahun 2018 tingkat efektivitas mengalami

kenaikan lagi menjadi 108,59% diikuti dengan realisasi yang juga mengalami

kenaikan menjadi Rp464.945.899.

5. Pajak Penerangan Jalan

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Kulon

Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.9
Perhitungan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 6.220.860.405 6.790.722.592 109,16 Sangat Efektif
2016 7.193.365.684 7.403.908.879 102,93 Sangat Efektif
2017 8.613.981.982 8.936.927.994 103,75 Sangat Efektif
2018 9.963.046.092 10.021.732.467 100,59 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah
53

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas pajak penerangan jalan di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi, walaupun

tingkat efektivitasnya naik turun akan tetapi realisasi dari pajak penerangan jalan

setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 2015 tingkat efektivitas pajak

penerangan jalan ialah 109,16% masuk pada kategori sangat efektif dengan

realisasi sebesar Rp6.790.722.592. Pada tahun 2016 tingkat efektivitas mengalami

penurunan menjadi 102,93% masih dalam kategori sangat efektif dengan realisasi

Rp7.403.908.879. Walaupun efektivitas mengalami penurunan, akan tetapi untuk

realisasi pada tahun 2016 lebih besar dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017

tingkat efektivitas pajak penerangan jalan naik lagi menjadi 103,75% masuk

kategori sangat efektif dengan realisasi yang juga mengalami kenaikan menjadi

Rp 8.936.927.994. Pada tahun 2018 tingkat efektivitas memang lebih rendah dari

tahun 2018 yaitu 100,59%, namun realisasi yang diterima menyentuh angka

Rp10.021.732.467. Pajak penerangan jalan memang terus mengalami kenaikan

realisasi setiap tahunnya, hal ini dikarenakan adanya kerja sama antara pihak PLN

dengan pihak BKAD Kulon Progo. Pihak PLN yang mengelola dan yang

menerima pembayaran listrik dari masyakarat setiap bulan. Kemudian akan

melaporkannya kepada pihak BKAD. Setiap bulannya pihak PLN dan pihak

BKAD melakukan koordinasi intens untuk membicarakan tentang PPJ dan

melakukan evaluasi untuk meningkatkan PAD melalui PPJ.

6. Pajak Parkir

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Parkir Kabupaten Kulon Progo dari

tahun 2015-2018:
54

Tabel 4.10
Perhitungan Efektivitas Pajak Parkir Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 18.750.000 20.255.200 108,03 Sangat Efektif
2016 22.494.485 29.883.200 132,85 Sangat Efektif
2017 44.842.000 50.043.000 111,60 Sangat Efektif
2018 54.169.650 74.898.996 138,27 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas pajak parkir di Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi, namun untuk

realisasinya terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tingkat efektivitas pajak

parkir pada tahun 2015 mencapai 108,03% masuk pada kategori sangat efektif

dengan realisasi Rp20.255.200. Pada tahun 2016, tingkat efektivitas naik menjadi

132,85% kategori sangat efektif dengan realisasi Rp29.883.200. Tingkat

efektivitas tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 111,60% masih dalam

kategori sangat efektif. Walaupun tingkat efektivitasnya turun akan tetapi pajak

parkir berhasil melampaui target, bahkan penerimaanya jauh lebih besar

dibanding tahun 2016 yaitu mencapai Rp50.043.000. Pada tahun 2018 tingkat

efektivitas naik lagi menjadi 138,27% diikuti dengan kenaikan realisasi pajak

parkir yang mencapai angka Rp74.898.996. Kenaikan konsisten dari penerimaan

pajak parkir sendiri dikarenakan tingginya kesadaran dari para pengusaha tempat

khusus parkir dan penitipan motor dalam membayar pajak. Parkir di swalayan

juga memberikan pengaruh positif terhadap kenaikan pajak parkir setiap

tahunnya. Parkir YIA juga sudah mulai masuk pada tahun 2018 akan tetapi belum

memberikan banyak dampak terhadap pajak parkir, diperkirakan mulai tahun

2019 pajak parkir YIA akan memberikan dampak yang besar untuk pajak parkir.
55

7. Pajak Air Tanah

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Air Tanah Kabupaten Kulon Progo

dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.11
Perhitungan Efektivitas Pajak Air Tanah Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 10.869.047 13.175.664 121,22 Sangat Efektif
2016 25.650.000 30.792.273 120,05 Sangat Efektif
2017 38.675.835 57.575.846 148,87 Sangat Efektif
2018 70.206.558 84.059.312 119,73 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas pajak air tanah di Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi dengan kategori sangat

efektif, akan tetapi mengalami kenaikan yang konstan pada realisasinya. Tingkat

efektivitas pada tahun 2015 sebesar 121,22% dengan realisasi sebesar

Rp13.175.664. Pada tahun 2016 tingkat efektivitas menjadi 120,05% dengan

kenaikan realisasi sebesar Rp30.792.273. Pada tahun 2017 pajak air tanah

mengalami kenaikan tingkat efektivitas mencapai 148,87% diikuti dengan naiknya

realisasi penerimaan pajak air tanah sebesar Rp57.575.846. Tingkat efektivitas

mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi 119,73%, walaupun tingkat

efektivitasnya turun akan tetapi realisasinya mengalami kenaikan sebesar

Rp84.059.312. Angka tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun tahun

sebelumnya.

Meningkatnya penerimaan pajak air tanah setiap tahunnya dikarenakan

makin banyaknya pengguna air tanah misalnya oleh pihak hotel dan penginapan

yang melakukan pengeboran air tanah, usaha pencucian baju atau laundry, rumah

sakit swasta, pencucian mobil, dan juga perusahaan wig PT. Sung Chang yang ada
56

di Wates. Para pengusaha tersebut membutuhkan penggunaan air yang banyak

untuk menjalankan usahanya, yang mana hal tersebut berpengaruh terhadap

peningkatan penerimaan pajak air tanah.

8. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Berikut perhitungan efektivitas Pajak MBLB Kabupaten Kulon Progo dari

tahun 2015-2018:

Tabel 4.12
Perhitungan Efektivitas Pajak MBLB Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 701.575.000 1.008.049.663 143,68 Sangat Efektif
2016 937.685.601 1.120.212.625 119,47 Sangat Efektif
2017 3.395.354.191 4.170.938.730 122,84 Sangat Efektif
2018 12.650.000.000 10.351.325.520 81,83 Kurang Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas pajak mineral bukan logam

dan batuan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami

fluktuasi. Pada tahun 2015 tingkat efektivitas mencapai 143,68% masuk pada

kategori sangat efektif dengan realisasi sebesar Rp1.008.049.663. Tingkat

efektivitas pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 119,47% masih dalam

kategori sangat efektif, walaupun tingkat efektivitasnya mengalami penurunan

akan tetapi realisasi yang diterima lebih tinggi yaitu Rp1.120.212.625. Pada tahun

2017 tingkat efektivitasnya naik menjadi 122,84% diikuti dengan realisasinya

yang naik cukup tinggi mencapai Rp4.170.938.730. Penyebab naiknya realisasi

pada tahun 2017 disebabkan karena mulai adanya pembangunan posko atau pos

pemungutan dan pendataan pajak tambang di sejumlah titik pada wilayah

penambangan. Penempatan dilakukan di tujuh titik lokasi pemungutan pajak

MBLB mulai dari Kecamatan Kokap, Pengasih, Sentolo, Lendah, dan Galur.
57

Sistemnya ialah petugas posko akan mendata material yang diangkut setiap truk

yang kemudian akan dilaporkan kepada BKAD Kulon Progo.

Pada tahun 2018 tingkat efektivitas turun menjadi 81,83% masuk ke dalam

kategori kurang efektif, namun hal ini bukan berarti terjadi penurunan pada

realisasinya akan tetapi karena target yang ditetapkan memang jauh lebih tinggi

dibanding tahun sebelumnya. Untuk realisasi yang diterima tahun 2018

mengalami kenaikan yang sangat pesat yaitu mencapai Rp10.351.325.520.

Terjadinya kenaikan target yang pesat ini dikarenakan adanya pembangunan

Yogyakarta International Airport (YIA) yang mana dalam pembangunan ini

kebutuhan akan material bangunan sangat tinggi, sehingga berdampak pada

pendapatan pajak mineral bukan logam dan batuan. Maka dari itu target yang

ditetapkan pada tahun tersebut menjadi tinggi, walaupun target tidak tercapai

namun realisasi yang diterima tetap tinggi.

9. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Berikut perhitungan efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.13
Perhitungan Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas% Kriteria
2015 10.675.911.174 11.131.934.094 104,27 Sangat Efektif
2016 11.663.347.981 12.582.313.200 107,88 Sangat Efektif
2017 15.109.282.845 15.329.005.593 101,45 Sangat Efektif
2018 17.508.691.499 22.594.417.483 129,05 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas PBB-P2 di Kabupaten Kulon

Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi akan tetapi masih dalam
58

kategori sangat efektif selama 4 tahun tersebut. Pada tahun 2015 tingkat

efektivitas PBB P2 berada pada angka 104,27% masuk pada kategori sangat

efektif dengan realisasi sebesar Rp11.131.934.094. Pada tahun 2016 tingkat

efektivitas naik menjadi 107,88% dengan realisasi Rp12.582.313.200. Pada tahun

2017 tingkat efektivitas turun menjadi 101,45%, dengan realisasi yang mengalami

kenaikan menjadi Rp15.329.005.593. Pada tahun 2018 tingkat efektivitas naik

lagi menjadi 129,05% diikuti dengan kenaikan realisasi yang lumayan besar yaitu

menjadi Rp22.594.417.483. Terjadi kenaikan disetiap tahunnya karena setiap awal

tahun pihak BKAD Kulon Progo melakukan sosialisasi mengenai PBB P2, baik

mengenai perubahan tarif, NJOP, maupun pemberian informasi lainnya.

Penyerahan SPPT PBB P2 2018 tertinggi antara lain kepada Wajib Pajak

PT.Angkasa Pura I dengan Pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayarkan

sebesar Rp 6 M, hal ini berkaitan dengan pembangunan YIA. Diikuti wajib pajak

tinggi lainnya yaitu PT. Pertamina UPMS IV, CV.Karya Hidup Sentosa, PT. Sung

Chang Indonesia, BPD DIY Cab. Wates, Hotel King/Sinar Waluyo, PT.Lestari

Pelita Graha, BRI Cab. Wates, PT.Capital Realm Indonesia, dan Perum Pegadaian

Wates. Kemudian pada tahun 2018 pemerintah Kabupaten Kulonprogo

membentuk tim intensifikasi penagihan pajak, yang mana salah satu tugas tim

tersebut adalah menggencarkan penagihan tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) hingga ke pedesaan. Hal ini dilakukan untuk pengecekan terhadap

kesamaan data para penunggak pajak, antara yang dimiliki oleh pihak BKAD dan

data yang dipegang oleh pemerintahan desa. Jika data sudah sama, akan

memudahkan pihak BKAD dalam penagihan PBB.


59

10. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Berikut perhitungan efektivitas BPHTB Kabupaten Kulon Progo dari

tahun 2015-2018:

Tabel 4.14
Perhitungan Efektivitas Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 4.088.539.390 5.091.143.025 124,52 Sangat Efektif
2016 66.820.296.412 8.368.146.385 12,52 Tidak Efektif
2017 13.934.427.606 16.524.566.096 118,59 Sangat Efektif
2018 14.168.146.385 13.779.388.574 97,26 Cukup Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, BPHTB di Kabupaten Kulon Progo pada tahun

2015-2018 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2015 tingkat efektivitas BPHTB

mencapai 124,52% masuk ke dalam kategori sangat efektif dengan realisasi

sebesar Rp5.091.143.025. Tingkat efektivitas BPHTB mengalami penurunan yang

sangat drastis yaitu hanya sebesar 12,52% masuk pada kategori tidak efektif

dengan realisasi Rp8.368.146.385. Tidak efektifnya BPHTB pada tahun 2016

disebabkan karena target yang ditetapkan oleh pemerintah sangat tinggi mencapai

Rp66M, pemerintah daerah menetapkan target sangat tinggi karena dengan

adanya pembangunan bandara pemerintah memprediksikan hal tersebut akan

berdampak besar pada BPHTB. Akan tetapi pada kenyataanya BPTHB belum

dapat diproses pada tahun 2016, dan juga proses pengurusan BPHTB tidak masuk

ke Pemda Kulon Progo karena YIA merupakan proyek nasional sehingga

prosesnya diurus di pusat bukan di daerah. Pada tahun 2017 tingkat efektivitas

mengalami kenaikan menjadi 118,59% masuk ke dalam kategori sangat efektif

diikuti kenaikan realisasi yang mencapai Rp16.524.566.096. Kenaikan


60

penerimaan BPTHB berkaitan dengan pembangunan YIA. Pada tahun 2018

tingkat efektivitas turun menjadi 97,26% masuk pada kategori cukup efektif

dengan realisasi Rp13.779.388.574. Tidak tercapainya target tersebut dikarenakan

banyak warga yang terkena dampak dari pembangunan YIA namun menunggak

pembayaran BPHTB.

4.2.1.2 Analisis Efektivitas Retribusi Daerah

Berikut data dan perhitungan efektivitas penerimaan per jenis retribusi

daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-2018:

1. Retribusi Jasa Umum

Berikut perhitungan efektivitas Retribusi Jasa Umum Kabupaten Kulon

Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.15
Perhitungan Efektivitas Retribusi Jasa Umum Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 4.530.659.855 3.306.527.868 72,98 Tidak Efektif
2016 5.820.127.074 5.652.979.620 97,13 Kurang Efektif
2017 2.610.457.906 2.726.826.250 104,46 Sangat Efektif
2018 3.140.348.314 3.528.793.604 112,37 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas retribusi jasa umum di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 terus mengalami kenaikan secara

konstan. Pada tahun 2015 tingkat efektivitas retribusi jasa umum hanya 72,98%

masuk ke dalam kategori tidak efektif dengan realisasi sebesar Rp3.306.527.868.

Hal ini dikarenakan tidak tercapainya target dari Retribusi Pelayanan Kesehatan

dan Retribusi Pelayanan Pasar. Pada tahun 2016 tingkat efektivitas mengalami

kenaikan yaitu 97,13% masuk pada kategori kurang efektif diikuti dengan

kenaikan realisasi sebesar Rp5.652.979.620. Naiknya tingkat efektivitas dan


61

realisasi pada tahun 2016 dikarenakan meningkatnya penerimaan beberapa

retribusi seperti Retribusi Pelayananan Kesehatan, Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian

Kendaraan Bermotor, dan Retribusi Pelayanan Kesehatan Hewan. Pada tahun

2017 tingkat efektivitas naik lagi menjadi 104,46% masuk pada kategori sangat

efektif, namun untuk realisasi mengalami penurunan menjadi Rp2.726.826.250.

Hal ini terjadi karena menurunnya realisasi dari Retribusi Pelayanan Kesehatan

sehingga berpengaruh terhadap retribusi jasa umum. Pada tahun 2018 tingkat

efektivitas mencapai 112,37% dengan realisasi yang naik menjadi

Rp3.528.793.604. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya penerimaan dari

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi, dan juga terdapat potensi baru yang masuk pada tahun tersebut

yaitu Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

2. Retribusi Jasa Usaha

Berikut perhitungan efektivitas Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Kulon

Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.16
Perhitungan Efektivitas Retribusi Jasa Usaha Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 2.669.103.500 3.008.194.000 112,70 Sangat Efektif
2016 3.365.175.000 3.246.120.850 96,46 Cukup Efektif
2017 4.039.835.000 4.034.261.700 99,86 Cukup Efektif
2018 4.646.011.500 4.615.890.950 99,35 Cukup Efektif
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas retribusi jasa usaha di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi akan tetapi

untuk realisasi terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 tingkat efektivitas
62

retribusi jasa usaha ialah 112,70% masuk dalam kategori sangat efektif dengan

realisasi Rp3.008.194.000. Pada tahun 2016 tingkat efektivitas mengalami

penurunan menjadi 96,46% masuk dalam kategori cukup efektif dengan realisasi

Rp3.246.120.850. Tingkat efektivitas pada tahun 2017 mengalami kenaikan

menjadi 99,86% masih dalam kategori cukup efektif dengan realisasi

Rp4.034.261.700. Target yang ditetapkan pada tahun 2017 memang lebih tinggi

dibandingkan tahun 2016, menyebabkan turunnya tingkat efektivitas pada tahun

2017 karena realisasi tidak sesuai target. Realisasi tidak sesuai target disebabkan

oleh Retribusi Tempat Pelelangan Ikan, Retribusi Terminal, dan Retribusi Tempat

Rekreasi dan Olahraga yang tidak mencapai target. Pada tahun 2018 tingkat

efektivitas menjadi 99,35% masuk dalam kategori cukup efektif dengan realisasi

Rp4.615.890.950. Target tidak tercapai pada tahun 2018 dipengaruhi oleh tidak

tercapainya target dari Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir dan

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga. Walaupun selama 3 tahun yaitu dari

2016-2018 retribusi jasa usaha tidak berhasil mencapai target, akan tetapi realisasi

yang diterima terus mengalami kenaikan secara konstan.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Berikut perhitungan efektivitas Retribusi Perizinan Tertentu Kabupaten

Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.17
Perhitungan Efektivitas Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2015-2018
Tahun Target Realisasi Efektivitas % Kriteria
2015 794.506.384 603.067.135 75,90 Kurang Efektif
2016 812.345.455 958.562.172 118,00 Sangat Efektif
2017 756.904.672 568.042.736 75,05 Kurang Efektif
2018 1.003.176.000 1.207.147.475 120,33 Sangat Efektif
Sumber: Data Diolah
63

Berdasarkan data diolah, tingkat efektivitas retribusi perizinan tertentu di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi. Pada tahun

2015 tingkat efektivitas retribusi perizinan tertentu berada pada angka 75,90%

masuk dalam kategori kurang efektif dengan realisasi Rp603.067.135. Tidak

tercapainya target pada tahun 2015 disebabkan oleh kurangnya penerimaan dari

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, karena masih rendahnya kesadaran

masyarakat untuk mengurus IMB. Pada tahun 2016 tingkat efektivitas naik

menjadi 118,00% masuk dalam kategori sangat efektif dengan realisasi

Rp958.562.172. Tingkat efektivitas pada tahun 2017 mengalami penurunan

menjadi 75,05% masuk dalam kategori tidak efektif dengan realisasi

Rp568.042.736. Tidak tercapainya target pada tahun 2017 dipengaruhi oleh

retribusi izin gangguan. Pada tahun 2017 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu (DPMPT) Kabupaten Kulon Progo telah menghentikan pelayanan izin

gangguan. Hal ini dilakukan atas dasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 27 Tahun 2009. Permendagri No. 27 Tahun 2009 berisi tentang

Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016.

Permendagri menjadi dasar bahwa izin gangguan di daerah sudah tidak sesuai

dengan perkembangan keadaan, dan tuntutan kemudahan berusaha di Indonesia.

Dengan demikian regulasi yang berkaitan dengan penetapan izin gangguan perlu

dicabut. Pada tahun 2018 tingkat efektivitas mengalami kenaikan yang signifikan

menjadi 120,33% diikuti dengan kenaikan realisasi yang mencapai


64

Rp1.207.147.475. Terjadi kenaikan yang pesat pada realisasi retribusi perizinan

tertentu ini dipengaruhi oleh melonjaknya penerimaan dari Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan. Retribusi IMB pada tahun 2018 meningkat disebabkan

oleh adanya penerimaan dari pembangunan YIA.

4.2.2 Analisis Kontribusi

Untuk mengetahui berapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari

penerimaan per jenis pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli

daerah, perlu dilakukan perhitungan dengan rumus kontribusi yaitu

membandingkan realisasi per jenis pajak daerah dan retribusi dengan penerimaan

pendapatan asli daerah. Adapun rumus untuk menghitung kontribusi menurut

Halim (2014):

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Kontribusi = 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Kontribusi = 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Tabel 4.18
Kriteria Tingkat Kontribusi
Persentase Kontribusi Kriteria
0,00%-10% Sangat Kurang
10,10%-20% Kurang
20,10%-30% Sedang
30,10%-40% Cukup Baik
40,10%-50% Baik
> 50% Sangat Baik
Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM 1991
65

4.2.2.1 Analisis Kontribusi Pajak Daerah

Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon

Progo tahun 2015:

Diagram 4.1
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Penerimaan PAD 2015

Pajak Daerah
15%
4% Retribusi Daerah
6%
Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
75%
Lain-lain PAD yang sah

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo berasal dari pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah. Pajak daerah menempati posisi kedua sebagai penyumbang

terbesar pada penerimaan PAD tahun 2015 dengan persentase sebesar 15%,

diketahui bahwa tahun 2015 Kulon Progo memiliki 10 jenis pajak daerah.

Penyumbang penerimaan PAD terbesar berasal dari Lain-lain PAD yang Sah

dengan persentase sebesar 75%, tingginya penerimaan dari Lain-lain PAD yang

Sah karena sumber ini memang memiliki banyak potensi. Kemudian untuk

penerimaan retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

persentasenya memang masih kecil, berada pada persentase dibawah 10%.


66

Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon

Progo tahun 2016:

Diagram 4.2
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

Penerimaan PAD 2016

Pajak Daerah
17%
Retribusi Daerah
6%
8% Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
69%
Lain-lain PAD yang Sah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2016 terjadi

perubahan persentase terhadap penerimaan PAD dari masing-masing sumbernya.

Persentase kontribusi pajak daerah mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya

yaitu berada pada persentasse 17%. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak daerah

telah mengalami kenaikan terhadap realisasi yang diterimanya, terdapat beberapa

jenis pajak daerah yang mengalami kenaikan. Walau mengalami kenaikan, namun

pada tahun 2016 pajak daerah tidak berhasil mencapai targetnya, hal ini

dikarenakan pada tahun 2016 target yang ditetapkan sangat tinggi. Target tinggi

berkaitan dengan tingginya target yang ditetapkan pada penerimaan BPHTB.

Retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan juga

mengalami kenaikan persentase menjadi 6% dan 8%. Lain-lain PAD yang sah
67

mengalami penurunan persentase menjadi 69%, akan tetapi walau mengalami

penurunan persentase kontribusinya tetap menjadi yang terbesar diantara sumber-

sumber penerimaan PAD yang lain.

Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon

Progo tahun 2017:

Diagram 4.3
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

Penerimaan PAD 2017

Pajak Daerah
19%
Retribusi Daerah
3%
6%
Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
72%
Lain-lain PAD yang Sah

Berdasarkan data diatas, persentase kontribusi pajak daerah Kabupaten

Kulon Progo tahun 2017 mengalami kenaikan. Pada tahun 2017 persentase

kontribusi pajak daerah naik menjadi 19% dari total penerimaan PAD. Naiknya

persentase ini dikarenakan naiknya penerimaan dari pajak daerah pada tahun

tersebut. Pada tahun 2017 pembangunan Bandara YIA telah dilakukan, adanya

pembangunan bandara tersebut berdampak terhadap kenaikan dari beberapa jenis

pajak misalnya pada penerimaan pajak MBLB, PBB P-2 dan BPHTB. Persentase

retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah pada tahun 2017 kembali
68

mengalami penurunan. Namun untuk lain-lain PAD yang sah pada tahun 2017

telah mengalami kenaikan persentase kontribusi menjadi 72%.

Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon

Progo tahun 2018:

Diagram 4.4
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018

Penerimaan PAD 2018

Pajak Daerah

28%
Retribusi Daerah

Pengelolaan Kekayaan Daerah


61% 4% yang Dipisahkan
7%
Lain-lain PAD yang Sah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa persentase kontribusi dari

pajak daerah pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang pesat dari tahun

sebelumnya menjadi 28%. Terjadinya kenaikan pesat dari persentase kontribusi

pajak daerah ini disebabkan karena naiknya penerimaan pajak daerah pada tahun

2018. Naiknya penerimaan pajak daerah disebabkan karena naiknya penerimaan

beberapa jenis pajak daerah secara signifikan, beberapa jenis pajak daerah tersebut

yaitu pajak MBLB, PBB-P2, PPJ, dan pajak air tanah. Persentase kontribusi

retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak

mengalami perubahan. Persentase kontribusi lain-lain PAD yang sah mengalami


69

penurunan yang cukup pesat, hal ini dikarenakan turunnya pendapatan dari BLUD

RSUD Wates terkait dengan perubahan kebijakan BPJS.

Kontribusi tiap jenis pajak daerah terhadap total penerimaan pajak daerah

Kabupaten Kulon Progo tahum 2015:

Diagram 4.5
Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Penerimaan Pajak Daerah 2015


0% 0%
4% Pajak Hotel
Pajak Restoran
1%
Pajak Hiburan
20%
Pajak Reklame
27%
Pajak Penerangan Jalan

0% Pajak Parkir

4% Pajak Air Tanah


44% 0%
Pajak MBLB
PBB P2
BPHTB

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa persentase kontribusi

penerimaan dari tiap jenis pajak daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015

bervariasi. Persentase kontribusi terbesar berasal dari PBB-P2 yaitu sebesar 44%,

diikuti dengan pajak penerangan jalan dengan persentase 27%, kemudian

persentase kontribusi dari BPHTB sebesar 20%. Terdapat beberapa jenis pajak

daerah yang pada tahun 2015 persentasenya berada di bawah 1% yaitu pajak

hiburan, pajak air tanah, pajak hotel dan pajak parkir. Pada tahun 2015

penerimaan pajak daerah di Kabupaten Kulon Progo memang masih tergolong

kecil, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut belum terdapat banyak potensi-
70

potensi dari pajak daerah. Pemerintah juga belum dapat memanfaatkan dengan

maksimal potensi pajak yang ada sehingga penerimaannya masih kecil.

Kontribusi tiap jenis pajak daerah terhadap total penerimaan pajak daerah

Kabupaten Kulon Progo tahum 2016:

Diagram 4.6
Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2016


0% 0%

1% Pajak Hotel
Pajak Restoran
4%
Pajak Hiburan
27% Pajak Reklame
24%
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Parkir
0%
4% Pajak Air Tanah

40% Pajak MBLB


0%
PBB P2
BPHTB

Berdasarkan data diatas, dapat diliat bahwa persentase kontribusi dari tiap

jenis pajak daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tidak mengalami banyak

perubahan. Persentase kontribusi terbesar masih dipegang oleh PBB-P2 dengan

angka 40%, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Diikuti dengan

persentase kontribusi dari BPHTB sebesar 27% mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya, kemudian persentase kontribusi pajak penerangan jalan sebesar 24%

yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Masih sama dengan tahun

sebelumnya, beberapa jenis pajak daerah yaitu pajak hotel, pajak hiburan, pajak

air tanah, dan pajak parkir masih berada pada persentase dibawah 1%. Hal ini
71

dikarenakan jenis pajak lain memiliki kontribusi yang lebih besar, dan beberapa

jenis pajak yang persentasenya dibawah 1% memang belum memiliki banyak

potensi sehingga penerimaannya masih rendah.

Kontribusi tiap jenis pajak daerah terhadap total penerimaan pajak daerah

Kabupaten Kulon Progo tahum 2017:

Diagram 4.7
Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

Penerimaan Pajak Daerah 2017


0% 0%
Pajak Hotel
1%
3%
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
19% Pajak Reklame
35%
0%
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Parkir
9%
Pajak Air Tanah

33% 0% Pajak MBLB


PBB P2
BPHTB

Beradasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa persentase kontribusi tiap

jenis pajak daerah pada tahun 2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2017

BPHTB berada pada posisi pertama sebagai penyumbang terbesar di penerimaan

pajak daerah. Persentase kontribusi BPHTB sebesar 35% mengalami kenaikan

dari tahun sebelumnya, realisasi BPHTB juga mengalami kenaikan dari tahun

2017. Kemudian diikuti oleh PBB-P2 dengan persentase kontribusi 33%,

persentase memang mengalami penurunan akan tetapi untuk realisasi PBB-P2

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pajak penerangan jalan juga


72

mengalami penurunan persentase kontribusi menjadi 19%, namun hal ini bukan

karena terjadinya penurunan penerimaan. Terjadinya penurunan dibeberapa jenis

pajak daerah dikarenakan terjadi kenaikan dari jenis-jenis pajak daerah yang lain,

sehingga berpengaruh terhadap persentase kontribusi pajak daerah yang lain.

Beberapa jenis pajak daerah seperti pajak hotel, pajak parkir, dan pajak air tanah

memang masih memiliki persentase kontribusi yang kecil akan tetapi untuk

penerimaanya mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

Kontribusi tiap jenis pajak daerah terhadap total penerimaan pajak daerah

Kabupaten Kulon Progo tahum 2018:

Diagram 4.8
Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018

Penerimaan Pajak Daerah 2018


0% 0%
3% Pajak Hotel

1% Pajak Restoran
Pajak Hiburan
23% 17%
Pajak Reklame

0% Pajak Penerangan Jalan


Pajak Parkir
18%
Pajak Air Tanah
38% 0% Pajak MBLB
PBB P2
BPHTB

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa persentase kontribusi

penerimaan tiap jenis pajak daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2018

mengalami fluktuasi. Persentase kontribusi terbesar kembali dimiliki oleh PBB-P2

yaitu sebesar 38% diikuti dengan kenaikan realisasinya. Selanjutnya persentase


73

kontribusi terbesar ada pada penerimaan BPHTB yaitu sebesar 23%, BPHTB

mengalami penurunan realisasi dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat

untuk membayar BPHTB. Kemudian diikuti dengan persentase kontribusi pajak

MBLB sebesar 18%, kenaikan signifikan ini disebabkan adanya pembangunan

Bandara YIA yang membuat kebutuhan terhadap material tambang meningkat.

Persentase kontribusi jenis pajak daerah yang lain masih berada pada angka yang

sama, untuk realisasinya beberapa mengalami kenaikan kecuali pajak hiburan.

Pada tahun 2018 persentase kontribusi pajak hiburan sangat kecil, hal ini karena di

Kulon Progo hanya terdapat 2 obek pajak hiburan.

Berikut data dan perhitungan tingkat kontribusi per jenis pajak daerah

terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-2018:

1. Pajak Hotel

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.19
Perhitungan Kontribusi Pajak Hotel Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 77.156.500 170.822.326.558 0,04 Sangat Kurang
2016 84.390.500 180.273.363.595 0,05 Sangat Kurang
2017 70.982.760 249.692.648.564 0,03 Sangat Kurang
2018 84.054.000 211.159.699.911 0,04 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli

daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi dan

masuk pada kategori sangat kurang. Secara umum realisasi penerimaan pajak

hotel mengalami naik turun begitu juga dengan persentase kontribusinya terhadap

PAD. Pada tahun 2015 sampai 2016, persentase kontribusi mengalami kenaikan
74

dari 0,04% menjadi 0,05%. Namun pada tahun 2017 mengalami penurunan

menjadi 0,03%, hal ini disebabkan karena menurunnya realisasi pajak hotel yang

diterima. Pada tahun 2018 persentase kontribusi naik lagi menjadi 0,04%, hal ini

disebabkan karena naiknya realisasi yang diterima. Rata-rata persentase kontribusi

pajak hotel selama 4 tahun adalah 0,04% masuk pada kategori sangat kurang

berkontribusi. Kurang berkontribusinya pajak hotel terhadap pendapatan asli

daerah di Kulon Progo disebabkan karena tidak banyaknya keberadaan hotel dan

penginapan yang ada di Kulon Progo. Berdasarkan data dari BKAD, pada tahun

2019 terdapat 6 hotel non bintang akan tetapi sudah bersertifikat dan terdapat

kurang lebih 26 penginapan yang terdaftar sebagai wajib pajak.

Jika dilihat pajak hotel memiliki potensi yang besar, hal tersebut

dikarenakan adanya Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang terus

menjadi magnet pertumbuhan kawasan perekonomian baru di DIY terutama di

Kulon Progo. Untuk menunjang perkembangan kawasan tersebut, sejumlah hotel

berbintang direncanakan akan dibangun disekitar Bandara YIA. Terlebih akhir

Maret 2020 nanti, Bandara YIA direncanakan akan beroperasi secara penuh 24

jam. Beroperasinya Bandara YIA tentu saja akan membutuhkan sarana akomodasi

salah satunya tempat penginapan baik berupa hotel bintang maupun non bintang.

Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

(DPMPT) Kulon Progo, sejumlah hotel berbintang akan segera berdiri tidak jauh

dari Bandara YIA. Dengan adanya pembangunan hotel ini diharapkan mampu

mendongkrak penerimaan pajak hotel dan dapat memberikan kontribusi terhadap

pendapatan asli daerah yang ada di Kulon Progo.


75

2. Pajak Restoran

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.20
Perhitungan Kontribusi Pajak Restoran Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 944.144.425 170.822.326.558 0,55 Sangat Kurang
2016 1.299.612.691 180.273.363.595 0,72 Sangat Kurang
2017 1.632.098.323 249.692.648.564 0,65 Sangat Kurang
2018 1.950.192.381 211.159.699.911 0,92 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan

asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi

dan berada pada kategori kontribusi sangat kurang. Pada tahun 2015 sampai 2016

persentase kontribusi mengalami kenaikan dari 0,55% menjadi 0,72%. Pada tahun

2017 persentase kontribusi turun lagi menjadi 0,65%, turunnya persentase

kontribusi disebabkan oleh realisasi pendapatan asli daerah yang mengalami

peningkatan yang lumayan pesat sehingga sumber lain memberikan kontribusi

yang lebih besar. Pada tahun 2018 persentase kontribusi naik lagi menjadi 0,92%

diikuti dengan meningkatnya penerimaan pajak restoran dan pendapatan asli

daerah. Rata-rata persentase kontribusi pajak restoran selama 4 tahun adalah

0,71% dalam kategori sangat kurang berkontribusi. Kurangnya kontribusi karena

masih ada potensi yang belum tergali oleh pemerintah, seperti banyaknya pemilik

restoran yang ada di Kulon Progo menunggak membayar pajak restoran. Namun

walaupun persentase kontribusinya sangat kurang, akan tetapi penerimaannya

pajak restoran selama 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan.


76

Salah satu faktor terus meningkatnya penerimaan pajak restoran karena

adanya kerja sama antara instansi yang ada di Kulon Progo dengan restoran atau

warung makan yang berada disekitar kantor. Kerja sama tersebut berupa belanja

makanan dan minuman ketika instansi akan mengadakan rapat. Untuk menggali

potensi yang lain, akhir tahun 2019 Pemerintah Kabupaten Kulonprogo memilki

rencana untuk mengembangkan kawasan wisata di sekitar Bandara YIA. Seperti

pembangunan tempat kuliner di sekitar kawasan bandara, khususnya di Pantai

Glagah karena Pantai Glagah berlokasi sangat dekat dengan Bandara YIA.

3. Pajak Hiburan

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.21
Perhitungan Kontribusi Pajak Hiburan Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 42.027.808 170.822.326.558 0,02 Sangat Kurang
2016 11.739.600 180.273.363.595 0,006 Sangat Kurang
2017 15.752.000 249.692.648.564 0,006 Sangat Kurang
2018 7.815.000 211.159.699.911 0,004 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak hiburan terhadap penapatan asli

daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 terus mengalami

penurunan dengan kategori sangat kurang berkontribusi. Persentase kontribusi

terendah berada pada tahun 2018 yaitu sebesar 0,004%. Rata-rata persentase

kontribusi pajak hiburan selama 4 tahun adalah 0,009% masuk dalam kategori

sangat kurang berkontribusi. Terus terjadinya penurunan selama 4 tahun baik dari

persentase kontribusi maupun realisasi yang diterima disebabkan sedikitnya objek

pajak hiburan.
77

Hanya ada 2 objek pajak hiburan yang dapat ditarik yaitu dari Manunggal

Fair dan Pasar Malam yang terdapat di 12 Kecamatan. Manunggal fair adalah

agenda rutin tahunan sebagai rangkaian acara peringatan hari jadi Kabupaten

Kulon Progo . Pada event Manunggal Fair masyakarat bersama-sama mendukung,

bekerjasama dalam komitmen memajukan Kulon Progo, karena Manunggal Fair

dijadikan sebagai sarana edukasi, promosi, interaksi, informasi dan transaksi serta

sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Kulon Progo. Sedangkan untuk pasar

malam sendiri, pelaksanaanya tidak pasti dan tidak selalu ada. Semua itu

tergantung dari panitia pelaksana, namun biasanya pasar malam diadakan pada

hari libur sekolah dan pada libur lebaran. Diketahui bahwa Kulon Progo memiliki

11 Desa Wisata, dari sini diharapkan pemerintah dapat melihat potensi lain yang

berkaitan dengan objek pajak hiburan pada Desa Wisata ini. Jika objek pajak

hiburan bertambah, hal tersebut tentu saja akan berpengaruh positif terhadap

pendapatan asli daerah dan pajak hiburan itu sendiri.

4. Pajak Reklame

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.22
Perhitungan Kontribusi Pajak Reklame Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 408.329.987 170.822.326.558 0,24 Sangat Kurang
2016 462.835.700 180.273.363.595 0,25 Sangat Kurang
2017 444.474.409 249.692.648.564 0,17 Sangat Kurang
2018 464.945.899 211.159.699.911 0,22 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak reklame di Kabupaten Kulon

Progo pada tahun 2015-2018 mengalami fluktuasi dan masuk dalam kategori
78

sangat kurang berkontribusi. Pada tahun 2015 sampai 2016 persentase kontribusi

mengalami kenaikan dari 0,24% menjadi 0,25%. Pada tahun 2017 mengalami

penurunan menjadi 0,17%, hal ini disebabkan oleh naiknya pendapatan asli daerah

yang lumayan besar akan tetapi tidak diikuti kenaikan realisasi pajak reklame.

Tahun 2017 juga banyak reklame liar yang ditertibkan oleh Satpol PP karena tidak

sesuai dengan aturan yang ada. Pada tahun 2018 persentase kontribusi naik lagi

menjadi 0,22% diikuti dengan kenaikan realisasi pajak reklame. Rata-rata

persentase kontribusi pajak reklame selama 4 tahun adalah 0,22% dalam kategori

sangat kurang berkontribusi. Hingga saat ini, masih banyak reklame dan baliho

tak berizin yang ditertibkan oleh Satpol PP. Selain reklame tak berizin, ada juga

reklame yang sudah habis masa berlaku izinnya akan tetapi tidak dilepas oleh

pemiliknya.

Pada tahun 2019 PT Angkasa Pura I membuka kesempatan kepada pelaku

usaha skala nasional dan internasional untuk mengikuti seleksi mitra usaha

komersial di Bandara YIA. Adapun seleksi mitra usaha kali ini salah satunya

meliputi kategori usaha pengelolaan reklame. Hal ini tentu dapat menjadi potensi

lain bagi pajak reklame yang ada di Kulon Progo. Seiring dengan adanya bandara

YIA di Kulon Progo ini juga berpengaruh terhadap perkembangan jual beli tanah

khususnya tanah kaplingan, hal ini berdampak pada pemasangan iklan kaplingan

tanah. Namun disayangkan reklamenya yang dipasang banyak tanpa izin dan

pemasangannya tidak pada tempatnya. Hal tersebut jelas itu melanggar Perda

Kulon Progo dan juga berpengaruh negatif pada pendapatan asli daerah dari sektor
79

pajak reklame. Perlu adanya pengawasan lebih ketat oleh pihak-pihak terkait

terhadap reklame agar potensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik.

5. Pajak Penerangan Jalan

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.23
Perhitungan Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 6.790.722.592 170.822.326.558 3,97 Sangat Kurang
2016 7.403.908.879 180.273.363.595 4,11 Sangat Kurang
2017 8.936.927.994 249.692.648.564 3,58 Sangat Kurang
2018 10.021.732.467 211.159.699.911 4,74 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak penerangan jalan terhadap

pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018

mengalami fluktuasi. Pada tahun 2015 hingga 2016 persentase kontribusi

mengalami kenaikan dari 3,97% menjadi 4,11%. Persentase kontribusi mengalami

penurunan pada tahun 2017 menjadi 3,58%, namun naik lagi pada tahun 2018

menjadi 4,74%. Rata-rata persentase kontribusi pajak penerangan jalan selama 4

tahun adalah 4,1% dengan kategori kontribusi sangat kurang. Persentase

kontribusi memang mengalami fluktuasi, akan tetapi tidak untuk realisasinya.

Realisasi pajak penerangan jalan setiap tahunnya terus mengalami kenaikan.

Diketahui bahwa BKAD dan PLN memang memiliki perjanjian kerjasama

dalam mengelola pajak penerangan jalan. Pajak penerangan jalan memang belum

berkontribusi besar terhadap BKAD, maka dari itu BKAD dan PLN terus

menggali potensi-potensi yang ada agar dapat meningkatkan PPJ dengan cara

melakukan koordinasi setiap bulannya. Selain itu pada akhir tahun 2019, Unit
80

Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Yogyakarta telah menyelenggarakan

Multi Stakeholder Gathering di Gedung Kaca Kulonprogo. Kegiatan ini

dilaksanakan dalam rangka mensinergikan informasi pelayanan dan pembangunan

ketenagalistrikan yang berintegritas. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan seluruh

lapisan stakeholder PLN yang ada di Kabupaten Kulon Progo, mulai dari

Forkopimda, instansi terkait, mitra kerja dan pelanggan. Dengan adanya kegiatan

ini diharapkan dapat menjadi forum untuk saling bertukar informasi, pengetahuan,

serta inisiatif dari berbagai pihak terkait ketenagalistrikan dan komponen

pendukungnya di Kabupaten Kulon Progo. Kondisi kelistrikan di Kabupaten

Kulon Progo sampai dengan saat ini ada pada kategori normal, baik kecukupan

daya, kemudahan untuk menyambung, penanggulangan apabila terjadi gangguan,

penyaluran sampai ke pelosok dan pemukiman. Adanya kerja sama antara PLN,

pemerintah dan investor ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan

dapat memberikan manfaat yang baik bagi pertumbuhan PPJ sehingga nantinya

dapat memberikan kontribusi terhadap PAD di Kulon Progo

6. Pajak Parkir

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.24
Perhitungan Kontribusi Pajak Parkir Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 20.255.200 170.822.326.558 0,01 Sangat Kurang
2016 29.883.200 180.273.363.595 0,02 Sangat Kurang
2017 50.070.000 249.692.648.564 0,02 Sangat Kurang
2018 74.898.996 211.159.699.911 0,03 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah
81

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan asli

daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 masih sangat kurang

akan tetapi terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 persentasenya 0,01%,

kemudian pada tahun 2016 hingga 2017 persentasenya naik dan berada pada rasio

yang sama yaitu 0,02%. Pada tahun 2018 persentasenya naik lagi menjadi 0,03.

Rata-rata persentase kontribusi pajak parkir selama 4 tahun adalah 0,02% masuk

dalam kategori kontribusi sangat kurang. Kontribusi pajak parkir setiap tahunnya

memang terus mengalami kenaikan baik dari persentase maupun penerimaanya,

walaupun belum memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah.

Terdapat potensi baru dari pajak parkir yaitu parkir yang ada di Bandara

YIA. Diketahui bahwa parkir YIA juga sudah mulai masuk pada tahun 2018 akan

tetapi belum memberikan banyak dampak terhadap pajak parkir, diperkirakan

mulai tahun 2019 pajak parkir Bandara YIA akan memberikan dampak yang besar

untuk pajak parkir pada Kabupaten Kulon Progo. Apalagi bulan Maret 2020

Bandara YIA akan mulai beroperasi secara penuh, yang mana akan semakin

banyak penumpang yang datang. Semakin banyak penumpang yang ada, semakin

banyak pula pajak parkir yang akan diterima karena pasti penumpang datang ke

bandara menggunakan kendaraan dan kendaraan tersebut tentu saja harus dikenai

biaya parkir baik yang hanya mengantar ataupun menitipkan kendaraannya di

bandara. Kesadaran para pengusaha wajib pajak parkir yang semakin tinggi juga

berpengaruh terhadap terus naiknya penerimaan pajak parkir. Dari potensi-potensi

yang ada ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli

daerah.
82

7. Pajak Air Tanah

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Air Tanah terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.25
Perhitungan Kontribusi Pajak Air Tanah Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 13.175.664 170.822.326.558 0,007 Sangat Kurang
2016 30.792.273 180.273.363.595 0,02 Sangat Kurang
2017 57.575.846 249.692.648.564 0,02 Sangat Kurang
2018 84.059.313 211.159.699.911 0,04 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi pajak air tanah terhadap pendapatan

asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 terus mengalami

kenaikan walaupun masih dalam kategori kontribusi sangat kurang. Pada tahun

2015 persentase hanya berkisar 0,007%, kemudian mengalami kenaikan ditahun

2016 menjadi 0,02%, tahun 2017 persentase masih sama dengan tahun

sebelumnya yaitu 0,02%. Pada tahun 2018 persentase kontribusi naik lagi menjadi

0,04%. Rata-rata persentase kontribusi penerimaan pajak air tanah selama 4 tahun

adalah 0,021% masuk dalam kategori sangat kurang berkontribusi. Potensi pajak

air tanah semakin tahun cukup banyak, potensi tersebut dari para pengusaha hotel,

penginapan, laundry, pencucian mobil, rumah sakit swasta, dan perusahaan wig

PT. Sung Chang yang ada di Wates. Usaha-usaha tersebut memang banyak

menggunakan air tanah. Akan tetapi walaupun banyak potensi, pada prakteknya

secara kewajiban penerimaan pajak air tanah masih sangat rendah dan belum

optimal sesuai dengan potensi yang ada.


83

Salah satu cara yang ditempuh pihak BKAD untuk mengoptimalkan

potensi penerimaan pajak air tanah ialah melakukan sosialisasi. Sosialisasi Pajak

Air Tanah ini memang ditujukan bagi wajib pajak daerah yang ada di wilayah

Kabupaten Kulon progo. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk

menginformasikan terkait dengan masih banyaknya usaha yang menggunakan air

tanah tetapi secara kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Diharapkan

dengan adanya kegiatan ini nantinya mampu meningkatkan kesadaran kewajiban

perpajakan masyarakat terhadap pajak air tanah. Izin Pajak Air Tanah sendiri

dapat diurus di Dinas Perijinan dan Penanaman Modal. Proses perijinan

pemanfaatan air tanah harus menggunakan mekanisme OSS (online single

submission). OSS ini mempermudah pengurusan berbagai perizinan berusaha baik

prasyarat untuk melakukan usaha, dan juga memudahkan pemerintah untuk

mengawasi dan memantau perkembangan usaha pajak air tanah ini. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran pajak air tanah.

8. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Berikut perhitungan kontribusi Pajak MBLB terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.26
Perhitungan Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 1.008.049.663 170.822.326.558 0,59 Sangat Kurang
2016 1.120.212.625 180.273.363.595 0,62 Sangat Kurang
2017 4.170.938.730 249.692.648.564 1,67 Sangat Kurang
2018 10.351.325.520 211.159.699.911 4,90 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi Pajak MBLB di Kabupaten Kulon

Progo pada tahun 2015-2018 terus mengalami kenaikan walau masih dalam
84

kategori sangat kurang berkontribusi. Pada tahun 2015 persentase kontribusi

berada pada rasio 0,59%, kemudian pada tahun 2016 naik menjadi 0,62%. Pada

tahun 2017 persentase naik lagi menjadi 1,67%, hingga pada 2018 persentase

terus mengalami kenaikan menjadi 4,90% diikuti dengan meningkatnya

penerimaan Pajak MBLB secara pesat. Rata-rata persentase kontribusi Pajak

MBLB selama 4 tahun adalah 1,94% masih dalam kategori sangat kurang. Pajak

MBLB sejak tahun 2017 memang mulai mengalami kenaikan secara signifikan

baik dari persentase kontribusi maupun realisasinya. Hal ini dikarenakan pada

tahun 2017 mulai adanya pembangunan posko atau pos pemungutan dan

pendataan pajak tambang di sejumlah titik pada wilayah penambangan.

Pembangunan pos pungutan dan pendataan tersebut dilakukan pihak BKAD

sebagai strategi baru untuk menutup kebocoran pendapatan dari Pajak MBLB.

Laporan wajib dari sektor tersebut selama ini jauh dari keadaan sebenarnya,

pasalnya mekanisme sebelumnya perpajakan dihitung sendiri oleh wajib pajak

kemudian dilaporkan dan dibayarkan kepada BKAD.

Saat ini terdapat 3 objek Pajak MBLB di Kulon Progo yaitu, batu andesit,

pasir pasang bangunan, dan tanah urug. Kenaikan penerimaan Pajak MBLB pada

tahun 2018 salah satu faktornya karena adanya pembangunan Bandara YIA.

Untuk melakukan pembangunan ini dibutuhkan pasokan bahan material tambang

yang banyak. Ketika bandara sedang masa pembangunan, banyak perusahaan

tambang Kulon Progo menyetor bahan material ke sana. Faktor lainnya ialah

sudah terdapat 15 pos pungutan dan pendataan pajak MBLB, yang mana setiap

harinya terdapat 48 THL dari BKAD yang akan berjaga dan melakukan pendataan
85

terhadap para pengusaha tambang. Strategi ini diharapkan dapat menghentikan

kebocoran penerimaan Pajak MBLB sehingga potensi yang ada dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin.

9. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Berikut perhitungan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan P2 terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.27
Perhitungan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 11.131.934.094 170.822.326.558 6,51 Sangat Kurang
2016 12.582.313.200 180.273.363.595 6,97 Sangat Kurang
2017 15.334.117.448 249.692.648.564 6,14 Sangat Kurang
2018 22.594.417.483 211.159.699.911 10,70 Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan P2

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-

2018 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2015 dan 2016 persentase kontribusi

mengalami kenaikan dari 6,51% menjadi 6,97% masuk dalam kategori sangat

kurang berkontribusi. Kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi

6,14%, dan pada tahun 2018 meningkat pesat menjadi 10,70% masuk dalam

kategori kurang berkontribusi. Rata-rata penerimaan PBB P2 selama 4 tahun

adalah 7,58% dengan kategori sangat kurang. Kurang berkontribusinya PBB P2

disebabkan oleh banyaknya bangunan yang sudah berdiri namun belum terdaftar

PBB P2 nya, baru pajak buminya saja yang terdaftar. Hal tersebut tentu saja

mempengaruhi penerimaan, karena potensi yang ada belum tergali secara

maksimal. Alasan lainnya karena banyaknya wajib pajak PBB yang di desa
86

menunggak membayar pajak, tunggakannya cenderung selalu bertambah tiap

tahunnya dan selalu terjadi setiap tahun. Penyebab tunggakan itu antara lain

karena adanya tunggakan dari data tahun sebelumnya, wajib pajak di luar kota

atau alamatnya tidak jelas karena terjadi transaksi penjualan dan balik nama,

hingga adanya ulah oknum perangkat desa tertentu yang malah tidak menyetorkan

dana dari warga dan digunakan untuk kepentingan pribadinya

Untuk mengatasi masalah tersebut Pemerintah Kabupaten Kulonprogo

menjalankan strategi baru dengan membentuk tim intensifikasi penagihan pajak,

salah satu tugas tim tersebut adalah menggencarkan penagihan tunggakan Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) hingga ke perdesaan. Sebelumnya pihak BKAD

hanya menerima pendataan dari DPU dan Pelayanan PATEN Kecamatan, namun

kali ini tim intensifikasi diturunkan langsung ke lapangan untuk upaya

penyesuaian data. Hal ini dilakukan untuk mengecek kesamaan data para

penunggak pajak, antara yang dimiliki oleh BKAD dan data yang dipegang oleh

pemerintahan dusun. Pemerintah juga diharapkan lebih intensif melakukan

sosialisasi dan pendekatan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman

masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Dengan dilaksanakan strategi-

strategi ini diharapkan dapat membawa dampak positif penerimaan PBB P2 di

Kulon Progo, karena sebagai salah satu sektor penyumbang PAD terbesar,

kualitas pengelolaan PBB-P2 harus terus ditingkatkan.

10. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Berikut perhitungan kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:


87

Tabel 4.28
Perhitungan Kontribusi BPHTB Tahun 2015-2018
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 5.091.143.025 170.822.326.558 2,98 Sangat Kurang
2016 8.368.146.385 180.273.363.595 4,64 Sangat Kurang
2017 16.524.566.096 249.692.648.564 6,61 Sangat Kurang
2018 13.779.388.574 211.159.699.911 6,52 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2017 mengalami kenaikan,

namun pada tahun 2018 mengalami penurunan dengan kontribusi sangat kurang.

Pada tahun 2015 dan 2016 persentase kontribusi mengalami kenaikan dari 2,98%

menjadi 4,64%, kemudian pada tahun 2017 naik lagi menjadi 6,61%. Pada tahun

2018 persentase turun menjadi 6,52% dengan kategori sangat kurang

berkontribusi. Rata-rata persentase BPHTB selama 4 tahun adalah 5,18% masuk

dalam kategori sangat kurang berkontribusi. BPHTB memiliki potensi yang besar

pada tahun 2017, potensi ini berkaitan dengan adanya pembangunan Bandara YIA

di Kulon Progo. Pemerintah merasa optimis sehingga menetapkan target sebesar

Rp66.820.296.412 terhadap BPHTB, namun pada kenyataannya pemerintah tidak

mendapatkan pemasukan dari BPHTB yang seharusnya menjadi kewajiban PT

Angkasa Pura I dalam pembebasan lahan bandara baru di Kulon Progo. Alasan

yang disampaikan oleh PT Angkasa Pura I atau pemerintah, yakni karena bandara

merupakan proyek negara dibiayai negara dan untuk kepentingan negara. Dari

masalah ini Pemerintah Daerah Kulon Progo berharap adanya payung hukum

berupa peraturan daerah yang jelas, supaya di kemudian hari tidak ada persoalan

hukum atau pemkab disalahkan atas hal tersebut.


88

Adanya Bandara YIA di Kulon Progo memang memberikan banyak

dampak pada penerimaan pajak daerah maupun retribusi daerah di Kulon Progo.

Walaupun belum membawa dampak pada BPHTB sejauh ini, diharapkan ke

depannya akan banyak pembangunan fisik seperi hotel, restoran, tempat hiburan,

maupun bangunan lain yang berguna untuk menunjang akomodasi yang ada di

sekitar Bandara YIA. Kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan agar BPHTB

dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap Pendapatan Asli Daerah Kulon

Progo.

4.2.2.2 Analisis Kontribusi Retribusi Daerah

Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Kulon Progo tahun 2015:

Diagram 4.9
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Penerimaan PAD 2015

Pajak Daerah
15%
4% Retribusi Daerah
6%
Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
75%
Lain-lain PAD yang sah

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo berasal dari pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
89

daerah yang sah. Persentase kontribusi retribusi berada pada angka terendah yaitu

hanya 4%, angka ini sangat rendah jika dibandingkan dengan kontribusi sumber

pendapatan asli daerah yang lain. Retribusi daerah dibagi menjadi 3 pos utama, di

Kabupaten Kulon Progo memiliki 8 jenis retribusi jasa umum, 6 jenis retribusi

jasa usaha, dan 2 jenis retrbusi perizinan tertentu. Persentase kontribusi terbesar

dimiliki oleh lain-lain PAD yang mencapai 75%, kemudian diikuti pajak daerah

lalu pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Kulon Progo tahun 2016:

Diagram 4.10
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

Penerimaan PAD 2016

Pajak Daerah
17%
Retribusi Daerah
6%
8% Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
69%
Lain-lain PAD yang Sah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat persentase kontribusi penerimaan

PAD pada tahun 2016 mengalami perubahan dan rata-rata mengalami kenaikan

persentase. Retribusi daerah mengalami kenaikan persentase kontribusi dari tahun

sebelumnya menjadi 6%, terjadinya kenaikan persentase kontribusi ini

dikarenakan naiknya penerimaan dari retribusi jasa umum sehingga berpengaruh


90

terhadap kenaikan retribusi daerah. Kenaikan lain juga terjadi pada kontribusi

pajak daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Terjadi

penurunan persentase kontribusi pada lain-lain PAD yang sah. Retribusi daerah

memang masih memiliki tingkat kontribusi yang rendah terhadap PAD

dikarenakan belum maksimalnya pemerintah dalam upaya mengelola potensi

retribusi yang ada.

Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Kulon Progo tahun 2017:

Diagram 4.11
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

Penerimaan PAD 2017

Pajak Daerah
19%
Retribusi Daerah
3%
6%
Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
72%
Lain-lain PAD yang Sah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan terhadap

persentase kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada tahun

2017. Persentase kontribusi retribusi daerah berada pada angka 3%, terjadinya

penurunan persentase kontribusi dikarenakan turunnya penerimaan dari retribusi

jasa umum dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi jasa umum turun

dikarenakan beberapa target dari retribusi jasa umum tidak berhasil tercapai salah
91

satunya tidak tercapainya target dari retribusi pelayan kesehatan. Retribusi

perizinan tertentu juga mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pada

tahun 2017 DPMPT menghentikan pelayanan salah satu retribusi perizinan

tertentu yaitu retribusi izin gangguan. Akibatnya retribusi daerah pada tahun 2017

mengalami penurunan dan tidak berhasil mencapai target. Pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan juga mengalami penurunan kontribusi. Namun untuk

pajak daerah dan lain-lain PAD yang sah berhasil mengalami kenaikan persentase

kontribusi.

Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Kulon Progo tahun 2018:

Diagram 4.12
Penerimaan PAD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018

Penerimaan PAD 2018

Pajak Daerah

28%
Retribusi Daerah

Pengelolaan Kekayaan Daerah


61% 4% yang Dipisahkan
7%
Lain-lain PAD yang Sah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat persentase kontribusi penerimaan

PAD dari masing-masing sumber mengalami fluktuasi. Retribusi daerah sendiri

mengalami kenaikan persentase kontribusi menjadi 4%, kenaikan ini terjadi

karena naiknya penerimaan dari retribusi perizinan tertentu. Retribusi perizinan


92

tertentu naik dikarenakan naiknya retribusi izin mendirikan bangunan, hal ini

berkaitan dengan adanya Bandara YIA yang mana adanya pembangunan bandara

ini memicu adanya pembangunan lain disekitar bandara sehingga penerimaanya

mengalami kenaikan. Terjadi penurunan juga terhadap persentase kontribusi dari

lain-lain PAD yang sah, turun dikarenakan BLUD RSUD Wates mengalami

penurunan. Sumber PAD lain yang mengalami kenaikan persentase kontribusi,

yaitu pajak daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Kontribusi tiap jenis retribusi daerah terhadap total penerimaan retribusi

daerah Kabupaten Kulon Progo tahum 2015:

Diagram 4.13
Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Penerimaan Retribusi Daerah 2015

9%

Retribusi Jasa Umum


48% Retribusi Jasa Usaha
43% Retribusi Perizinan Tertentu

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat persentase kontribusi penerimaan

dari tiap jenis retribusi daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015 bervariasi.

Persentase kontribusi terbesar ada pada retribusi jasa umum sebesar 48%.

Diketahui memang pos retribusi jasa umum memiliki jenis terbanyak diantara
93

retribusi lainnya yaitu berjumlah 8 retribusi. Disusul dengan retribusi jasa usaha

dengan kontribusi sebesar 43% yang memiliki 6 jenis retribusi. Terakhir ditempati

oleh retribusi jasa usaha dengan persentase kontribusi yang sangat kecil yaitu 9%,

kecilnya kontribusi retribusi perizinan tertentu dikarenakan pos retribusi ini hanya

memiliki 2 jenis retribusi yaitu retribusi izin trayek dan retribusi izin mendirikan

bangunan.

Kontribusi tiap jenis retribusi daerah terhadap total penerimaan retribusi

daerah Kabupaten Kulon Progo tahum 2016:

Diagram 4.14
Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

Penerimaan Retribusi Daerah 2016

10%

Retribusi Jasa Umum

33% Retribusi Jasa Usaha


57%
Retribusi Perizinan Tertentu

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat terjadi perubahan terkait dengan

persentase kontribusi dari tiap jenis retribusi daerah terhadap penerimaan

pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2016. Terjadi kenaikan

persentase kontribusi pada retribusi jasa umum menjadi 57% dan retribusi

perizinan tertentu menjadi 10%. Naiknya persentase kontribusi ini dikarenakan


94

naiknya penerimaan dari beberapa retribusi dari pos retribusi tersebut sehingga

berpengaruh terhadap kenaikan persentase kontribusi. Retribusi jasa usaha

mengalami penurunan menjadi 33%, hal ini dikarenakan tidak tercapainya target

dari beberapa jenis retribusi jasa usaha salah satunya adalah retribusi tempat

pelelangan dan retribusi terminal.

Kontribusi tiap jenis retribusi daerah terhadap total penerimaan retribusi

daerah Kabupaten Kulon Progo tahum 2017:

Diagram 4.15
Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

Penerimaan Retribusi Daerah 2017

8%

37% Retribusi Jasa Umum


Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Perizinan Tertentu
55%

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat terdapat kenaikan dan penurunan

kontribusi dari masing-masing retribusi daerah pada tahun 2017. Retribusi jasa

umum mengalami penurunan kontribusi menjadi 37%, penurunan terjadi karena

retribusi pelayanan kesehatan dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi

mengalami penurunan penerimaan sehingga berpengaruh terhadap realisasi jasa

umum. Penurunan lain terjadi pada retribusi perizinan tertentu, turun menjadi 8%

dengan realisasi yang juga lebih rendah dari tahun sebelumnya. Turunnya retribusi
95

perizinan tertentu disebabkan karena pada tahun 2017 salah satu dari retribusi

perizinan tertentu yaitu retribusi izin gangguan telah dicabut pelayanannya oleh

DPMPT. Alasan pencabutan sesuai dengan Pemendagri, bahwa izin gangguan

daerah sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan kemudahan

berusaha di Indonesia. Persentase kontribusi yang mengalami kenaikan adalah

retribusi jasa usaha, naiknya kontribusi dikarenakan retribusi jasa usaha berhasil

mencapai target-target yang telah ditetapkan.

Kontribusi tiap jenis retribusi daerah terhadap total penerimaan retribusi

daerah Kabupaten Kulon Progo tahum 2018:

Diagram 4.16
Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018

Penerimaan Retribusi Daerah 2018

13%

38% Retribusi Jasa Umum


Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Perizinan Tertentu
49%

Berdasarkan data diatas, persentase kontribusi dari masing-masing

retribusi daerah pada tahun 2018 mengalami fluktuasi. Retribusi perizinan tertentu

mengalami kenaikan pesat baik dari kontribusi maupum realisasi, persentase

kontribusi naik menjadi 13% jauh lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
96

Kenaikan ini terjadi karena naiknya penerimaan dari salah satu retribusi perizinan

tertentu yaitu retribusi izin mendirikan bangunan. Retribusi IMB mengalami

kenaikan pesat dikarenakan adanya pembangunan Bandara YIA, membuat

penerimaan IMB bertambah. Kenaikan juga terjadi pada retribusi jasa umum,

persentase kontribusi berada pada angka 38%. Penurunan terjadi pada kontribusi

retribusi jasa usaha berada pada angka 49%, hal ini disebakan karena turunnya

penerimaan dari retribusi tempat khusus parkir. Banyaknya pungutan liar di area

wisata menjadi penyebab dari turunnya penerimaan retribusi tempat khusus parkir

sehingga berpengaruh terhadap penerimaan retribusi jasa usaha.

Berikut data dan perhitungan tingkat kontribusi per jenis retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-2018:

1. Retribusi Jasa Umum

Berikut perhitungan kontribusi Retribusi Jasa Umum terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.29
Perhitungan Kontribusi Retribusi Jasa Umum
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 3.354.452.868 170.822.326.558 1,96 Sangat Kurang
2016 5.652.979.620 180.273.363.595 3,13 Sangat Kurang
2017 2.737.209.250 249.692.648.564 1,09 Sangat Kurang
2018 3.528.793.604 211.159.699.911 1,67 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi retribusi jasa umum terhadap

pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018

mengalami fluktuasi dengan kategori sangat kurang berkontribusi. Pada tahun

2015 sampai 2016 persentase kontribusi naik dari 1,96% menjadi 3,31%. Pada
97

tahun 2017 persentase mengalami penurunan menjadi 1,09%, dan pada tahun

2018 naik lagi menjadi 1,67%. Rata-rata persentase kontribusi rertibusi jasa

umum selama 4 tahun adalah 1,96% masuk dalam kategori sangat kurang

berkontribusi.

Berdasarkan data dari BKAD Kulon Progo, saat ini terdapat 8 jenis

retribusi dalam retribusi jasa umum yaitu Retribusi Pelayanan Kesehatan,

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pelayanan Parkir di tepi

jalan umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan Kesehatan

Hewan, dan Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang. Belum berkontribusinya

retribusi jasa umum dikarenakan tidak banyaknya potensi yang ada, dan juga

menurunnya penerimaan dari beberapa retribusi yang disebutkan diatas. Salah

satunya retribusi pelayanan kesehatan, terjadi penurunan penerimaan karena

menurunnya jumlah pasien yang datang di salah satu puskesmas perbatasan akibat

adanya relokasi yang menyebabkan sulitnya akses jalan. Adanya perubahan tarif

pada Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, namun SKRD belum dapat

diterbitkan terkendala Perbup yang belum jadi. SKRD adalah surat ketetapan

retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

Pemerintah perlu menggali potensi lebih dalam lagi terkait dengan retribusi jasa

umum, karena tingkat kontribusinya sangat kecil terhadap PAD.

2. Retribusi Jasa Usaha

Berikut perhitungan kontribusi Retribusi Jasa Usaha terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:


98

Tabel 4.30
Perhitungan Kontribusi Retribusi Jasa Usaha
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 3.008.194.000 170.822.326.558 1,76 Sangat Kurang
2016 3.246.120.850 180.273.363.595 1,80 Sangat Kurang
2017 4.035.606.200 249.692.648.564 1,61 Sangat Kurang
2018 4.615.890.950 211.159.699.911 2,18 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi retribusi jasa usaha terhadap

pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018

mengalami fluktuasi dengan kontribusi sangat kurang. Pada tahun 2015 sampai

2016 persentase kontribusi mengalami kenaikan dari 1,76% menjadi 1,80%, pada

tahun 2017 mengalami penurunan persentase menjadi 1,61%, dan naik lagi di

tahun 2018 menjadi 2,18%. Rata-rata persentase kontribusi retribusi jasa usaha

selama 4 tahun adalah 1,83% masuk ke dalam kategori sangat kurang

berkontribusi. Walaupun belum berkontribusi secara signifikan akan tetapi

realisasinya terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Retribusi Jasa Usaha di Kulon Progo sendiri memiliki 6 jenis retribusi

yaitu, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Tempat Pelelangan Ikan,

Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Rekreasi

dan Olahraga, dan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Belum

tercapainya target dari beberapa retribusi tersebut berpengaruh terhadap

penerimaan retribusi jasa usaha. Misalnya retribusi tempat pelelangan ikan,

jumlah TPI di Kulon Progo masih sedikit padahal potensi ikan dilaut selatan

sangat tinggi. Beberapa TPI tersebut juga perlu direhabilitasi sudah rusak dimakan

usia, hal ini perlu dilakukan agar nelayan dan pengunjung TPI lebih nyaman.

Kemudian menurunnya penerimaan retribusi terminal karena penumpang lebih


99

memilih menaiki kereta api saat berpergian. Banyaknya pungutan liar di area

wisata berpengaruh terhadap menurunnya penerimaan retribusi tempat khusus

parkir. Hal ini perlu diperhatikan lagi oleh pemerintah, agar potensi yang ada

tidak menjadi sia-sia. Harus ada evaluasi terus menerus agar retribusi jasa usaha

dapat ditingkatkan.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Berikut perhitungan kontribusi Retribusi Perizinan Tertentu terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2015-2018:

Tabel 4.31
Perhitungan Kontribusi Retribusi Perizinan Tertentu
Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD Kontribusi% Kriteria
2015 603.067.135 170.822.326.558 0,35 Sangat Kurang
2016 958.562.172 180.273.363.595 0,53 Sangat Kurang
2017 568.042.736 249.692.648.564 0,22 Sangat Kurang
2018 1.207.147.475 211.159.699.911 0,57 Sangat Kurang
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diolah, kontribusi retribusi perizinan tertentu terhadap

pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2016

mengalami fluktuasi dan berada pada kategori sangat kurang berkontribusi. Pada

tahun 2015 sampai 2016 persentase kontribusi mengalami kenaikan dari 0,35%

menjadi 0,53%, kemudian pada tahun 2017 persentase turun menjadi 0,22%

diikuti dengan penurunan realisasi. Turunnya persentase dan realisasi dikarenakan

pada tahun 2017 salah satu jenis retribusi jasa usaha yaitu Retribusi Izin

Gangguan telah dihapuskan. Pada tahun 2018 persentase kontribusi naik lagi

menjadi 0,57%. Rata-rata persentase kontribusi retribusi perizinan tertentu selama

4 tahun adalah 0,42% masuk dalam kategori sangat kurang berkontribusi.


100

Retribusi perizinan tertentu memang memiliki persentase paling rendah

jika dibandingkan dengan 2 retribusi yang lain. Awalnya rertibusi perizinan

tertentu memiliki 3 jenis retribusi yaitu, retribusi izin mendirikan bangunan,

retribusi izin gangguan, dan retribusi izin trayek. Akan tetapi pada tahun 2017,

retribusi izin gangguan dihapuskan. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu (DPMPT) Kabupaten Kulon Progo telah menghentikan pelayanan izin

gangguan. Permendagri menjadi dasar bahwa izin gangguan di daerah sudah tidak

sesuai dengan perkembangan keadaan, dan tuntutan kemudahan berusaha di

Indonesia. Kini hanya 2 retribusi yang dapat ditarik oleh pemerintah Kulon Progo,

itu artinya pemerintah harus benar-benar dapat memaksimalkan potensi dari 2

retribusi tersebut. Misalnya melakukan sosialisasi tentang Retribusi IMB, agar

kesadaran masyarakat dalam mengurus IMB semakin meningkat. Meningkatnya

kesadaran masyarakat akan berpengaruh terhadap penerimaan retribusi IMB.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Beberapa pajak daerah selama 4 tahun sudah berada pada tingkat efektivitas

diatas 100% yang mana masuk dalam kategori sangat efektif. Beberapa pajak

daerah itu ialah pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak

parkir, pajak air tanah, dan PBB-P2. Namun ada juga pajak daerah yang

tingkat efektivitasnya selama 4 tahun masuk dalam kategori kurang efektif,

cukup efektif, dan tidak efektif. Pajak daerah tersebut ialah pajak hotel, pajak

hiburan, pajak MBLB, dan BPHTB. Rertibusi daerah belum memiliki

retribusi yang selama 4 tahun terus berada pada kategori sangat efektif, hanya

ada beberapa yang persentasenya diatas 100% dan masuk dalam kategori

sangat efektif. Beberapa retribusi itu yaitu rertibusi jasa umum pada tahun

2017-2018, rertibusi jasa usaha pada tahun 2015, dan retribusi perizinan

tertentu pada tahun 2016 dan 2018.

2. Kontribusi per jenis pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-2018 menunjukkan hasil yang

sangat kurang. Belum ada jenis pajak daerah yang memiliki kontribusi besar

terhadap Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi per jenis retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015-

101
102

2018 juga menunjukkan hasil yang sangat kurang. Belum ada retribusi daerah

yang memiliki kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.

5.2 Keterbatasan dan Saran

Keterbatasan di dalam melakukan penelitian ini adalah data untuk

melakukan analisis masih kurang, sehingga tidak dapat mencerminkan keadaan di

lapangan yang sebenarnya. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah untuk dapat

menjelaskan mengenai penyusunan anggaran dari tempat yang diteliti, kemudian

dapat melakukan analisis pada sumber pendapatan asli daerah yang lain yaitu hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain pendapatan asli

daerah yang sah.

5.3 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan dalam penelitian ini,

implikasi penelitian yang dapat diberikan peneliti bagi dinas terkait berdasarkan

hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk tiap-tiap pajak daerah

a. Pajak Hotel

Melakukan pendataan terhadap pengusaha hotel, penginapan, dan

homestay yang memang belum terdaftar sebagai wajib pajak. Dan

memperbanyak akomodasi berkaitan dengan penginapan terkait dengan

mulai beroperasinya bandara YIA.


103

b. Pajak Restoran

Memperbanyak sosialisasi mengenai pentingnya melakukan pembayaran

pajak terutama pajak restoran agar meningkatnya kesadaran para wajib

pajak restoran untuk membayar pajak. Dan memberikan ketegasan

terhadap wajib pajak yang menunggak pajak restoran.

c. Pajak Hiburan

Saat ini hanya ada 2 objek pajak hiburan yaitu Manunggal Fair dan pasar

malam yang dapat ditarik pajak hiburan. Diharapkan Pemerintah Daerah

Kulon Progo mengkaji ulang mengenai objek pajak hiburan agar dapat

menemukan potensi baru objek pajak hiburan, misalnya mencari potensi

dari 11 desa wisata yang ada di Kulon Progo.

d. Pajak Reklame

Melakukan pemantauan dan razia rutin untuk reklame-reklame liar yang

pemasangannya tidak sesuai aturan yang telah ditetapkan. Dapat

dilakukan oleh pihak Satpol PP.

e. Pajak Penerangan Jalan

Bagi pihak PLN, memastikan bahwa daerah-daerah pedalaman juga telah

mendapat aliran listrik, karena hal ini akan mempengaruhi penerimaan

PPJ. Bagi pihak BKAD untuk terus melakukan koordinasi dengan pihak

PLN terkait perkembangan PPJ setiap bulannya.

f. Pajak Parkir
104

BKAD dapat melakukan penertiban terhadap para pengusaha khusus

tempat parkir, dan melakukan koordinasi dengan pihak bandara terkait

dengan parkir bandara YIA.

g. Pajak Air Tanah

Dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya pajak air tanah, dikarenakan

banyaknya pengusaha air tanah akan tetapi hanya sedikit penerimaan

terkait dengan pajak air tanah. Proses perijinan pemanfaatan air tanah

harus menggunakan mekanisme OSS (online single submission).

h. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pihak BKAD dapat menambah pos pemungutan dan pendataan para

pengusaha tambang agar tidak ada lagi kebocoran yang terjadi di

penerimaan Pajak MBLB.

i. PBB-P2

Perlu adanya penyesuaian data antara data yang dipegang oleh BKAD

dengan pemerintah desa. Dan juga melakukan pemantauan terhadap para

pihak yang terkait terhadap penarikan PBB-P2.

j. BPHTB

Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar BPHTB, dapat

dilakukan dengan sosialisasi.

2. Untuk tiap retribusi daerah:

a. Retribusi Jasa Umum


105

Melakukan evaluasi terhadap retribusi yang tidak berhasil mencapai

targetnya karena hal tersebut mempengaruhi penerimaan retribusi jasa

umum.

b. Retribusi Jasa Usaha

Melakukan perbaikan tempat TPI berkaitan dengan rertibusi tempat

pelelangan ikan, dan juga menertibkan para parkir liar yang ada ditempat

wisata berkaitan dengan rertibusi tempat parkir khusus.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Diharapkan pemerintah dapat menemukan potensi baru terkait dengan

retribusi perizinan tertentu. Karena hanya ada 2 retribusi yang dapat

ditarik dari retribusi perizinan tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Damas D. 2017. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Cetakan


Pertama. Malang: UB Press.

Badrudin, Rudy. 2011. Ekonomi Otonomi Daerah. UPP STIM YKPN.


Yogyakarta.

Bawuna, Nona N., Lintje Kalangi., dan Treesje Runtu. 2016. Analisis Efektivitas
Kinerja Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 16 No. 04 Tahun 2016.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2019. Ringkasan Realisasi APBD


2018. www.djpk.kemenkeu.go.id. Diakses pada 21 September 2019.

Djumhana, Muhammad. 2007. Pengantar Hukum Keuangan Daerah. Bandung:


Citra Aditya Bakti.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta:


UPP AMP YKPN.

Kobandaha, Rezlyanti dan Heince R. N. Wokas. 2016. Analisis Efektivitas,


Kontribusi dan Potensi Pajak Reklame dan Pajak Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Kotamobagu. ISSN 2303-1174. Jurnal
EMBA Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal. 1461-1472.

Lasari, N. Desi. 2016. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karangasem Tahun 2011-2015.
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi. Vol: 8 Nomor: 3 Tahun 2016.

106
107

Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM


YKPN, Yogyakarta.

Mahmudi. 2019. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Sekolah Tinggi


Ilmu Manajemen. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Mardiasmo. 2018. Perpajakan. Edisi Terbaru 2018. Jakarta: Andi Offset.

Pekei, Beni. 2016. Konsep dan Analisis Efektivitas Pengelolaan Keuangan


Daerah di Era Otonomi. Buku 1. Jakarta Pusat: Taushia.

Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 Setelah Amandemen Pasal 18 Ayat (2) dan Ayat (5) tentang
Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah.

Republik Indonesia. 2014. Undang-undang No. No.23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah.

Resmi, Siti. 2019. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 11 Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.

Sanusi, Anwar. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sedarmayanti. 2014. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta:


Mandar Maju.
108

Setiawan, A. B., dan E. Surtini. 2017. Analisis Kontribusi dan Efektivitas


Sumber-Sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. Jurnal Akunida. ISSN 2442-3033
Volume 3 Nomor 1, Juni 2017.

Siahaan, Marihot P. 2016. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi.
Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


CV Alfabeta.

Syam, Akhmad Yafiz., Lisandri, dan Fahmi Rizani. 2016. Influence Of PAD and
DAU On Economic Growth With Capital Expenditure as An Intervening
Variable On Regency and Municipal Government In South Kalimantan
Province. Journal Research and Analysis: Economy. E-ISSN: 2597-6591.

Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik. Jakarta: Bumi Aksara

Wulandari, P. Artha., Effan Najwaini., dan Faris A. Irawan. 2018. Analisis


Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Balangan Tahun 2012-2016.
Prosiding Seminar Nasional Asbis. ISSN 2541-6022.

Zulfikar, A. Imam., dan Abdul Rahman. 2019. Kontribusi Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Barru.
Sentralisasi. Volume 8 No. 1. Hal 18 – 32.

.2019. Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2019.


kulonprogokab.bps.go.id. Diakses pada 5 Oktober 2019.

.2019. Potensi Investasi Kulon Progo. dpmpt.kulonprogokab.go.id. Diakses


pada 10 Oktober 2019.

.2019. Statistik Potensi Desa Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018.


kulonprogokab.bps.go.id. Diakses pada 8 Oktober 2019.
LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

109
110

Lampiran 2: Perhitungan Efektivitas Pajak Daerah

Pajak Hotel

77.156.500
2015 = x 100% = 77,23%
99.900.000

84.890.500
2016 = x 100% = 110,38%
77.156.500

70.982.760
2017 = x 100% = 143,06%
49.616.875

84.054.000
2018 = x 100% = 118,40%
70.991.013

Pajak Restoran

944.144.425
2015 = x 100% = 136,23%
693.075.000

1.299.612.691
2016 = x 100% = 148,40%
875.766.797

1.632.098.323
2017 = x 100% = 116,82 %
1.397.083.643

1.950.192.381
2018 = x 100% = 129,45%
1.506.496.720

Pajak Hiburan

42.027.808
2015 = x 100% = 112,83%
37.250.000

11.739.600
2016 = x 100% = 65,12%
18.028.500

15.752.000
2017 = x 100% = 124,30%
12.673.050

7.815.000
2018 = x 1 00% = 61,67%
12.673.050
111

Pajak Reklame

408.329.987
2015 = x 100% = 127,44 %
320.407.500

462.835.700
2016 = x 100% = 113,35 %
408.329.987

444.474.409
2017 = x 100% = 103,81%
428.160.323

464.954.899
2018 = x 100% = 108,59 %
428.160.323

Pajak Penerangan Jalan

6.790.722.592
2015 = x 100% = 109,16%
6.220.860.405

7.403.908.879
2016 = x 100% = 102,93%
7.193.365.684

8.936.927.994
2017 = x 100% = 103,75%
8.613.981.982

10.021.732.647
2018 = x 100% = 100,59%
9.963.046.092

Pajak Parkir

20.255.200
2015 = x 100% = 108,03%
18.750.000

29.883.200
2016 = x 100% = 132,85%
22.494.485

50.043.000
2017 = x 100% = 111,60%
44.842.000

74.898.996
2018 = x 100% = 138,27%
54.169.650

Pajak Air Tanah

13.175.664
2015 = x 100% = 121,22%
10.869.047
112

30.792.273
2016 = x 100% = 120,05%
25.650.000

57.575.846
2017 = x 100% = 148,87%
38.675.835

84.059.312
2018 = x 100% = 119,73%
70.206.558

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

1.008.049.663
2015 = x 100% = 143,68%
701.575.000

1.120.212.625
2016 = 937.685.601
x 100% = 119,47%

4.170.938.730
2017 = x 100% = 122,84%
3.395.354.191

10.351.325.520
2018 = x 100% = 81,83%
12.650.000.000

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

11.131.934.094
2015 = x 100% = 104,27%
10.675.911.174

12.582.313.200
2016 = x 100% = 107,88%
11.663.347.981

15.329.005.593
2017 = x 100% = 101,45%
15.109.282.845

22.594.417.483
2018 = x 100% = 129,05%
17.508.691.499

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

5.091.143.025
2015 = x 100% = 124,52%
4.088.539.390

8.368.146.385
2016 = x 100% = 12,52%
66.820.296.412
113

16.524.566.096
2017 = x 100% = 118,59%
13.934.427.606

13.779.388.574
2018 = x 100% = 97,26%
14.168.146.385

Lampiran 3: Perhitungan Efektivitas Retribusi Daerah

Retribusi Jasa Umum

3.306.527.868
2015 = x 100% = 72,98%
4.530.659.855

5.652.979.620
2016 = x 100% = 97,13%
5.820.127.074

2.726.826.250
2017 = x 100% = 104,46%
2.610.457.906

3.528.793.604
2018 = x 100% = 112,37%
3.140.348.314

Retribusi Jasa Usaha

3.008.194.000
2015 = x 100% = 112,70%
2.669.103.500

3.246.120.850
2016 = x 100% = 96,46%
3.365.175.000

4.034.261.700
2017 = x 100% = 99,87%
4.039.835.000

4.615.890.950
2018 = x 100% = 99,35%
4.646.011.500

Retribusi Perizinan Tertentu

603.067.135
2015 = x 100% = 75,90%
794.506.384

958.562.172
2016 = x 100% = 118%
812.345.455
114

568.042.736
2017 = x 100% = 75,05%
756.904.672

1.207.147.475
2018 = x 100% = 120,33%
1.003.176.000

Lampiran 4: Perhitungan Kontribusi Pajak Daerah

Pajak Hotel

77.156.500
2015 = x 100% = 0,04%
170.822.326.558

84.390.500
2016 = x 100% = 0,05%
180.273.363.595

70.982.760
2017 = x 100% = 0,03%
249.692.648.564

84.054.000
2018 = x 100% = 0,04%
211.159.699.911

Pajak Restoran

944.144.425
2015 = x 100% = 0,55%
170.822.326.558

1.299.612.691
2016 = x 100% = 0,72%
180.273.363.595

1.632.098.323
2017 = x 100% = 0,65%
249.692.648.564

1.950.192.381
2018 = x 100% = 0,92%
211.159.699.911

Pajak Hiburan

42.027.808
2015 = x 100% = 0,02%
170.822.326.558

11.739.600
2016 = x 100% = 0,006%
180.273.363.595
115

15.752.000
2017 = x 100% = 0,006%
249.692.648.564

7.815.000
2018 = x 100% = 0,004 %
211.159.699.911

Pajak Reklame

408.329.987
2015 = x 100% = 0,24%
170.822.326.558

462.835.700
2016 = x 100% = 0,25%
180.273.363.595

444.474.409
2017 = x 100% = 0,17%
249.692.648.564

464.945.899
2018 = x 100% = 0,22%
211.159.699.911

Pajak Penerangan Jalan

6.790.722.592
2015 = x 100% = 3,97%
170.822.326.558

7.403.908.879
2016 = x 100% = 4,11%
180.273.363.595

8.936.927.994
2017 = x 100% = 3,58%
249.692.648.564

10.021.732.467
2018 = x 100% = 4,74%
211.159.699.911

Pajak Parkir

20.255.200
2015 = x 100% = 0,01%
170.822.326.558

29.883.200
2016 = x 100% = 0,02%
180.273.363.595

50.070.000
2017 = x 100% = 0,02%
249.692.648.564

74.898.996
2018 = x 100% = 0,03%
211.159.699.911
116

Pajak Air Tanah

13.175.664
2015 = x 100% = 0,007%
170.822.326.558

30.792.273
2016 = x 100% = 0,02%
180.273.363.595

57.575.846
2017 = x 100% = 0,02%
249.692.648.564

84.059.313
2018 = x 100% = 0,04%
211.159.699.911

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

1.008.049.663
2015 = x 100% = 0,59%
170.822.326.558

1.120.212.625
2016 = x 100% = 0,62%
180.273.363.595

4.170.938.730
2017 = x 100% = 1,67%
249.692.648.564

10.351.325.520
2018 = x 100% = 4,90%
211.159.699.911

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

11.131.934.094
2015 = x 100% = 6,51%
170.822.326.558

12.582.313.200
2016 = x 100% = 6,97%
180.273.363.595

15.334.117.448
2017 = x 100% = 6,14%
249.692.648.564

22.594.417.483
2018 = x 100% = 10,70%
211.159.699.911

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

5.091.143.025
2015 = x 100% = 2,98%
170.822.326.558
117

8.368.146.385
2016 = x 100% = 4,64%
180.273.363.595

16.524.566.096
2017 = x 100% = 6,61%
249.692.648.564

13.779.388.574
2018 = x 100% = 6,52%
211.159.699.911

Lampiran 5: Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah

Retribusi Jasa Umum

3.354.452.868
2015 = x 100% = 1,96%
170.822.326.558

5.652.979.620
2016 = x 100% = 3,13%
180.273.363.595

2.737.209.250
2017 = x 100% = 1,09%
249.692.648.564

3.528.793.604
2018 = x 100% = 1,67%
211.159.699.911

Retribusi Jasa Usaha

3.008.194.000
2015 = x 100% = 1,76%
170.822.326.558

3.246.120.850
2016 = x 100% = 1,80%
180.273.363.595

4.035.606.200
2017 = x 100% = 1,61%
249.692.648.564

4.615.890.950
2018 = x 100% = 2,18%
211.159.699.911
118

Retribusi Perizinan Tertentu

603.067.135
2015 = x 100% = 0,35%
170.822.326.558

958.562.172
2016 = x 100% = 0,53%
180.273.363.595

568.042.736
2017 = x 100% = 0,22%
249.692.648.564

1.207.147.475
2018 = x 100% = 0,57%
211.159.699.911

Anda mungkin juga menyukai