by swaramuslim.net
Meski Ramadhan bulan adalah bulan ampunan, untuk menyambut bulan suci
Ramadhan yang kini `menyapa' kita, di bawah ini kami sarikan 16
kekeliruan umum yang sering dialami umat Islam selama Ramadhan
Hanya orang yang tidak tahu dan enggan saja yang tidak segera bergegas
menyambut bulan suci ini dalam arti yang sebenarnya, lahir maupun
batin. "Berapa banyak orang yang berpuasa (tapi) tak memperoleh
apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga belaka". (HR. Ibnu
Majah & Nasa'i)
1. Merasa sedih, malas, loyo dan tak bergairah menyambut bulan suci
Ramadhan
Semoga ini menjadi motivator bagi kita semua, agar tidak bermental
loyo & malas dan tidak berlindung di balik kata "Aku sedang puasa".
Ini biasanya menimpa sebagian umat yang tak kunjung dewasa dalam
menyikapi puasa Ramadhan, kendati telah berpuluh-puluh kali mereka
melakoni bulan puasa tetapi tetap saja paradigma mereka tentang ibadah
puasa tak kunjung berubah. Dalam benak mereka, saat berbuka adalah
saat "balas dendam" atas segala keterkekangan yang melilit mereka
sepanjang + 12 jam sebelumnya, tingkah mereka tak ubahnya anak berusia
8-10 tahun yang baru belajar puasa kemarin sore.
Asal makna berpuasa bermakna menahan diri dari segala aktifitas, dalam
Islam, ibadah puasa membatasi kita bukan hanya dari aktifitas yang
diharamkan di luar Ramadhan, bahkan puasa Ramadhan juga membatasi kita
dari hal-hal yang halal di luar Ramadhan, seperti; Makan, minum,
berhubungan suami-istri di siang hari.
Kesimpulannya, jika yang halal saja kita dibatasi, sudah barang tentu
hal yang haram, jelas lebih dilarang.
Sehingga dengan masa training selama sebulan ini akan mendidik kita
menahan pandangan liar kita, menahan lisan yang tak jarang lepas
kontrol, dsb.
Para pelaku poin ini biasanya derivasi dari pelaku poin 3, mengapa ?
Sebab cara pandang mereka terhadap puasa tak lebih dari ; "Agar badan
saya tetap fit dan kuat selama puasa, maka saya harus makan banyak,
minum banyak, tidur banyak sehingga saya tak loyo". Kecenderungan
terhadap hak-hak badan yang over (berlebihan).
Barangkali ini adalah akibat dari pemahaman yang kurang tepat dari
sebuah hadits Rasul yang berbunyi "Tidurnya orang yang berpuasa adalah
ibadah" Memang selintas prilaku tidur di siang hari adalah sah dengan
pedoman hadits diatas, namun tidur yang bagaimana yang dimaksud oleh
hadits diatas? Tentu bukan sekedar tidur yang ditujukan untuk sekedar
menghabiskan waktu, menunggu waktu ifthar (berbuka) atau sekedar
bermalas-malasan, sehingga tak heran bila sebagian -besar- umat ini
bermental loyo saat berpuasa Ramadhan.
Benar bahwa shalat tarawih adalah sunnah tetapi bila dikaji secara
lebih seksama niscaya kita akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadhan minus
shalat tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan
sunnah di bulan ini diganjar sama dengan amalan wajib.
13. Tidak memiliki keinginan di hatinya untuk memburu malam Lailatul Qadar
Poin nomor 8, 10, 11, 12 dan 13 secara umum, adalah indikasi-indikasi
kecilnya ilmu, minat dan apresiasi yang dimiliki oleh seseorang
terhadap bulan Ramadhan, karena semakin besar perhatian dan apresiasi
seseorang kepada Ramadhan, maka sebesar itu pula ibadah yang
dijalankannya selama Ramadhan.
16 Kekeliruan Umum Selama Ramadhan
by swaramuslim.net
Meski Ramadhan bulan adalah bulan ampunan, untuk menyambut bulan suci
Ramadhan yang kini `menyapa' kita, di bawah ini kami sarikan 16
kekeliruan umum yang sering dialami umat Islam selama Ramadhan
Hanya orang yang tidak tahu dan enggan saja yang tidak segera bergegas
menyambut bulan suci ini dalam arti yang sebenarnya, lahir maupun
batin. "Berapa banyak orang yang berpuasa (tapi) tak memperoleh
apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga belaka". (HR. Ibnu
Majah & Nasa'i)
1. Merasa sedih, malas, loyo dan tak bergairah menyambut bulan suci
Ramadhan
Semoga ini menjadi motivator bagi kita semua, agar tidak bermental
loyo & malas dan tidak berlindung di balik kata "Aku sedang puasa".
Ini biasanya menimpa sebagian umat yang tak kunjung dewasa dalam
menyikapi puasa Ramadhan, kendati telah berpuluh-puluh kali mereka
melakoni bulan puasa tetapi tetap saja paradigma mereka tentang ibadah
puasa tak kunjung berubah. Dalam benak mereka, saat berbuka adalah
saat "balas dendam" atas segala keterkekangan yang melilit mereka
sepanjang + 12 jam sebelumnya, tingkah mereka tak ubahnya anak berusia
8-10 tahun yang baru belajar puasa kemarin sore.
Asal makna berpuasa bermakna menahan diri dari segala aktifitas, dalam
Islam, ibadah puasa membatasi kita bukan hanya dari aktifitas yang
diharamkan di luar Ramadhan, bahkan puasa Ramadhan juga membatasi kita
dari hal-hal yang halal di luar Ramadhan, seperti; Makan, minum,
berhubungan suami-istri di siang hari.
Kesimpulannya, jika yang halal saja kita dibatasi, sudah barang tentu
hal yang haram, jelas lebih dilarang.
Sehingga dengan masa training selama sebulan ini akan mendidik kita
menahan pandangan liar kita, menahan lisan yang tak jarang lepas
kontrol, dsb.
Para pelaku poin ini biasanya derivasi dari pelaku poin 3, mengapa ?
Sebab cara pandang mereka terhadap puasa tak lebih dari ; "Agar badan
saya tetap fit dan kuat selama puasa, maka saya harus makan banyak,
minum banyak, tidur banyak sehingga saya tak loyo". Kecenderungan
terhadap hak-hak badan yang over (berlebihan).
Barangkali ini adalah akibat dari pemahaman yang kurang tepat dari
sebuah hadits Rasul yang berbunyi "Tidurnya orang yang berpuasa adalah
ibadah" Memang selintas prilaku tidur di siang hari adalah sah dengan
pedoman hadits diatas, namun tidur yang bagaimana yang dimaksud oleh
hadits diatas? Tentu bukan sekedar tidur yang ditujukan untuk sekedar
menghabiskan waktu, menunggu waktu ifthar (berbuka) atau sekedar
bermalas-malasan, sehingga tak heran bila sebagian -besar- umat ini
bermental loyo saat berpuasa Ramadhan.
Benar bahwa shalat tarawih adalah sunnah tetapi bila dikaji secara
lebih seksama niscaya kita akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadhan minus
shalat tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan
sunnah di bulan ini diganjar sama dengan amalan wajib.
8. Masih sering meninggalkan shalat fardhu 5 waktu secara berjama'ah
tanpa udzur/halangan ( terutama untuk laki-laki muslim )
Ini pun contoh dari orang yang tertipu dengan Ramadhan, hanya sedikit
lebih berat dibanding poin-poin diatas. Karena mereka Hanya beribadah
di bulan Ramadhan, itupun yang sunnah-sunnah saja, semisal shalat
tarawih, dan setelah Ramadhan berlalu, berlalu pula ibadah shalat
fardhunya.
13. Tidak memiliki keinginan di hatinya untuk memburu malam Lailatul Qadar
Poin nomor 8, 10, 11, 12 dan 13 secara umum, adalah indikasi-indikasi
kecilnya ilmu, minat dan apresiasi yang dimiliki oleh seseorang
terhadap bulan Ramadhan, karena semakin besar perhatian dan apresiasi
seseorang kepada Ramadhan, maka sebesar itu pula ibadah yang
dijalankannya selama Ramadhan.