Anda di halaman 1dari 5

JURNAL PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALITIK FA3221

Analisis Amilum Kacang Hijau (Vigna radiata)

Tanggal Percobaan: Jumat, 11 Februari 2022

Disusun oleh:

Andra Wahdini
10719040
Kelompok JM-1

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI ANALITIK


PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan karakteristik amilum kacang hijau (Vigna radiata) berdasarkan
bentuk granul, bentuk dan posisi hilum serta lamella
2. Menentukan ukuran granul amilum kacang hijau (Vigna radiata) menggunakan
skala pada mikroskop okuler tunggal

II. PRINSIP PERCOBAAN


Amilum merupakan senyawa karbohidrat yang kompak (polimer) dan berupa
butiran pada sel. (Farmakope Herbal Indonesia II, 2017). Pembuatan amilum dilakukan
dengan penghalusan bagian tanaman yang mengandung amilum, kemudian dilakukan
penyaringan dengan kain batis. Filtrat yang didapat didekantasi, kemudian endapan yang
dihasilkan dikeringkan untuk selanjutnya dikarakterisasi. Prinsip karakterisasi amilum
adalah mengamati ukuran, bentuk, dan struktur hilum dan lamelanya dengan
menggunakan mikroskop. Untuk mengamati amilum ini digunakan media air ditambah
gliserin. (Farmakope Herbal Indonesia II, 2017).
Amilum merupakan campuran dua macam stuktur polisakarida yang berbeda
yaitu amilosa (17-20%) dan amilopektin (80-83%). Amilum juga didefinisikan sebagai
karbohidrat yang berasal dari tanaman, sebagai hasil fotosintesis, yang disimpan dalam
bagian tertentu tanaman sebagai cadangan. Amilum bersifat inert dan memiliki kelebihan
sebagai eksipien yaitu dapat tercampurkan dengan sebagian besar bahan obat (Priyanta
dkk., 2011). Amilum merupakam polimer dalam glukosa dalam bentuk anhidrat. Amilum
mempunyai dua ikatan glikoidik yang merupakan golongan dari dua polisakarida yaitu
amilosa dan amilopektin (Suryani dkk., 2013). Amilum merupakan homopolimer glukosa
dengan ikatan α-glikosidik. Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan
air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin.
Amilosa mempunyai sturktur lurus sedangkan amilopektin mempunyai struktur yang
bercabang (Pramesti dkk., 2015).
Salah satu sumber karbohidrat yaitu umbi-umbian disimpan dalam bentuk
polisakarida seperti pati/amilum. Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang
larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum
oleh asam mineral secara hampir kuantitatif menghasilkan glukosa sebagai produk akhir
(Gunawan, 2004). Keberadaan maupun struktur granul amilum menjadi hal penting
dalam identifikasi suatu tanaman. Granul amilum memiliki bentuk dan ukuran yang
bermacam-macam. Perbedaan ini berdasarkan posisi hilus dalam granul amilum. Hilum
merupakan titik permulaan terbentuknya granul amilum. Sedangkan lamella merupakan
garis-garis halus yang mengelilingi hilum. Karakteristik granul amilum meliputi ukuran,
bentuk (cukup bulat, elips, angular, dll), posisi hilum (sentris, eksentris), jenis hilum
(pointed, clefted, terbelah, atau stellate), dan derajat stratifikasi. Tipe amilum sentris
adalah amilum yang posisi hilusnya berada di tengah, sedangkan tipe amilum eksentris
adalah amilum yang posisi hilusnya berada di tepi. Amilum dapat terdeteksi dalam
preparasi yang dibuat dengan gliserol atau air yang tidak dipanaskan dan dapat diwarnai
dengan larutan iodine sehingga menghasilkan warna biru kehitaman (Wohlmuth, 2012).
Mikroskop optik dapat memberikan informasi terkait morfologi dan ukuran
granul amilum. Sampel didispersikan pada slide kaca bersih. Lalu, diteteskan air dan
apusan dibuat untuk mendapatkan lapisan homogen. Sebuah kaca penutup ditempatkan di
atasnya. Kemudian, ditempatkan di meja kerja mikroskop dan diamati di bawah lingkup
mikro pada perbesaran tertentu (Kowsik et al., 2018). Tanaman dengan kandungan
amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah jagung (Zea mays), padi/beras (Oryza
sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon
(Manihot utilissima).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat

1. Pisau 6. Kaca objek dan kaca penutup

2. Blender penghalus 7. Mikroskop

3. Timbangan analitik 8. Okuler mikrometer

4. Corong penyaring 9. Mikrometer objek untuk kalibrasi

5. Gelas kimia

3.2. Bahan

1. Kacang hijau

2. Akuades

3. Kain batis

4. Kertas saring

5. Gliserin

IV. PROSEDUR
4.1. Pembuatan Amilum

Kacang hijau dicuci dan dibersihkan lalu ditimbang



Kacang hijau yang telah diketahui bobotnya dihaluskan menggunakan blender
penghalus dengan cara diparut/digiling/dihancurkan

Ditambahkan sejumlah air pada saat penghalusan hingga terbentuk massa
seperti bubur

Hasil penghalusan disaring menggunakan kain batis

Filtrat yang dihasilkan diambil dan dipisahkan

Pada filtrat yang telah didapatkan dilakukan tahapan dekantasi selama 24 jam
sehingga terbentuk lapisan supernatan dan endapan

Endapan yang terbentuk dicuci sebanyak 3 kali dengan air

Amilum kacang hijau dipindahkan ke kertas saring dan dikeringkan lalu,
dilakukan karakterisasi produk amilum

4.2. Karakterisasi Produk Amilum


4.2.1. Penentuan Bentuk Granul, Bentuk dan Posisi Hilum serta Lamela

Disiapkan produk amilum kacang hijau pada preparat kaca objek



Diteteskan dengan akuades lalu ditutup dengan menggunakan kaca penutup

Kaca objek ditempatkan pada meja kerja mikroskop lalu diamati bentuk
granul, bentuk dan posisi hilum serta lamela melalui lensa okuler

4.2.2. Penentuan Ukuran Amilum

Digunakan mikroskop okuler tunggal yang dilengkapi dengan lensa okuler


mikrometer (berskala)

Skala pada okuler mikroskop dikalibrasi dengan menggunakan mikrometer
objek (ditentukan garis awal dan garis akhir pada skala yang berhimpitan)

Disiapkan produk amilum pada preparat kaca objek lalu digunakan kaca
penutup yang telah dibagi menjadi 4 kuadran

Ditempatkan kaca objek pada meja kerja mikroskop lalu ditentukan ukuran
granul amilum menggunakan skala pada okuler mikrometer

Diambil sejumlah sampel dari setiap kuadran untuk ditentukan ukurannya

V. HASIL

VI. DISKUSI

VII. KESIMPULAN

VIII. PUSTAKA
Gunawan, D. & Mulyani,S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi
II. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kowsik, PV, Mazumder, N. (2018). Structural and Chemical Characterization of Rice
and Potato Starch Granules Using microscopy and Spectroscopy. Microsc Res
Tech. 81: 1533– 1540. https://doi.org/10.1002/jemt.23160
Pramesti, H. A., Kusoro, S., dan Edy, C., (2015). Analisis Rasio Kadar
Amilosa/Amilopektin dalam Amilum dari Beberapa Jenis Umbi, Indonesia
Journal of Chemical Science Vol. 4(1).
Priyanta, R. B. S., Arisanti, C. I. S., & Anton, I. G. N. (2013). Sifat Fisik Granul Amilum
Jagung yang Dimodifikasi secara Enzimatis dengan Lactobacillus acidophilus
pada Berbagai Waktu Fermentasi. Jurnal Farmasi Udayana. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/view/5192
Suryani, N., M.Yanis, M., dan Afit, S., (2013), Penggunaan Amilum Umbi Suweg
(Amorphophallus campanulatus BI. Decne) Sebagai Pengikat Tablet Ibuprofen
Dengan Metode Granulasi Basah, Prosiding Seminar Nasional Perkembangan
Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013.
Wohlmuth, Hans. (2012). American Herbal Pharmacopoeia: Botanical Pharmacognosy
– Microscopic Characterization of Botanical Medicines. R. Upton, A. Graff, G.
Jolliffe, R. Länger, E. Williamson (Eds.). CRC Press, Boca Raton, FL, USA
(2011), ISBN: 978-1-4200-7326-3.

Anda mungkin juga menyukai