Tepat hari ini, 19 tahun tragedi Bom Bali I terjadi.
Kala itu bom meledak di Saru Club dan Paddy's
Pub Kuta pada 12 Oktober 2002. Di hari yang sama satu bom meledak di dekat Konsulat Amerika Serikat.
Tiga bom meledak di waktu yang bersamaan yakni
sekitar pukul 23.15 Wita.
Tragedi Bom Bali I itu disebut sebagai peristiwa
terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Tak hanya meninggalkan kesedihan bagi para
korban. Aksi terorisme tersebut juga mengoyak industri pariwisata Bali.
Bali seakan mati suri dan perekonomian warga
Bali ikut terpuruk. Bali pun berusaha bankit untuk meyakinkan wisatawan mancanegara jika Bali aman untuk dikunjungi.
Peristiwa tersebut berawal saat teroris Ali Imron
menyiapkan satu bom kotak dengan berat 6 kilogram yang telah dipasang sistem remote ponsel. Rakitan bom tersebut diletakkan di trotoar dekat Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat pada Sabtu (12/10/2021) pukul 20.45 Wita. Sekitar pukul 22.30 Wita, Ali Imron bersama 2 pelaku bom bunuh diri lainnya yakni Jimi dan Iqbal menuju Legian dengan mobil Mitsubishi L300.
Sementara pelaku lainnya, Idris mengikuti tiga
rekannya dengan menggunakan motor. Iqbal adalah pengantin bom dan meledakkan diri di Paddy's Pub.
Namun ledakan terdahsyat terjadi di Sari Club.
Sari Club adalah salah dari sekian banyak klub
malam yang berada di Jalan Legian, Kuta. Hampir setiap malam, klub ini ramai dikunjungi wisatawan.
Asisten manajer Sari Club saat itu, Jatmiko
Bambang menceritakan peristiwa malam itu dalam buku Luka Bom Bali yang ditulis Ni Komang Erviani (2017:130).
Malam itu Jatmiko bertugas meracik minuman
untuk pelanggan. Ia berdiri di meja bartender tepat di depan disk jokey (DJ) yang memainkan musik.
Melihat tumpukan jenazah di trotoar
Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, itu pun berlari ke arah belakang, lalu naik tangga ke lantai dua.
Dari lantai dua itu, tak ada jalan lain selain
melompat ke arah atap rumah tetangga di belakang Sari Club.
"Karena tidak ada jalan lain lagi, terpaksa
melompat ke atap rumah tetangga," kenang Jatmiko.
Setelah meloncat ke atap rumah tetangga,
Jatmiko dan korban lainnya merangkak di atap beberapa rumah yang lain dan berusaha mencari jalan turun.
Ia nekat melompat dari atap salah satu rumah
dengan ketinggian sekitar 3 sampai 4 meter.
Setelah turun dari atap, ia terus saja menyusuri
Jalan Popies II, sebuah jalan kecil tak jauh dari Sari Club. Jatmiko kemudian berjalan ke ke arah Sari Club.
Ia ingin melihat apa sebenarnya yang terjadi. Di
depan Sari Club, sudah ada banyak sekali tubuh manusia yang terbakar.
Ia juga melihat ada tubuh manusia yang
menggantung, seperti tersangkut di pagar. Ada banyak jenazah yang ditumpuk-tumpuk di atas trotoar.
202 orang meninggal dunia
Tragedi Bom Bali I merengut 202 jiwa melayang
serta 209 orang luka-luka. Ledakan yang terjadi di Sari Club menewaskan 184 orang, 250 orang luka-luka, 47 bangunan hancur dan ratusan mobil rusak berat.
Tak hanya menewaskan ratusan orang, ledakan
bom yang terjadi di Sari Club juga meninggalkan lubang besar berdiameter 2x4 meter dan kedalaman 1,5 meter.
Selain warga lokal, ledakan Bom Bali tersebut juga
merenggut nyawa dari kalangan turis terdiri dari 21 negara.
Tragedi Bom Bali I merengut 202 jiwa melayang
serta 209 orang luka-luka.
Ledakan yang terjadi di Sari Club menewaskan
184 orang, 250 orang luka-luka, 47 bangunan hancur dan ratusan mobil rusak berat.
Tak hanya menewaskan ratusan orang, ledakan
bom yang terjadi di Sari Club juga meninggalkan lubang besar berdiameter 2x4 meter dan kedalaman 1,5 meter.
Selain warga lokal, ledakan Bom Bali tersebut juga
merenggut nyawa dari kalangan turis terdiri dari 21 negara.
Amankan pelaku utama Bom Bali I
Tersangka kunci tragedi Bom Bali I yakni Amrozi
Bin Nurhasyim yang ditangkap di rumahnya di Desa tenggulun, Lamongan, Jawa Timur pada 10 November 2002.
Amrozi membeberkan ada lima orang yang
menjadi tim inti pengeboman.
Eksekutor di Sari Club dan Paddy's yakni Ali Imron
(adik Amrozi), Ali Fauzi (saudara lain ibu kandung Amrozi) dan Qomaruddin.
M Gufron (kakak Amrozi) dan Mubarok menjadi
orang yang membantu mempersiapkan pengeboman.
Pada 26 November 2002, Imam Samudra, satu
tersangka lain bom Bali ditangkap di Kapal Pelabuhan Merak.
Dari hasil penyelidikan polisi ada 26 orang yang
ditetapkan sebagai tersangka termasuk Umar Patek alias Umar Kecil.
Setelah 19 tahun berlalu, Made Yoga Pramana
berharap kejadian tersebut tak terulang kembali.
Yoga, sapaan akrabnya, harus kehilangan sosok
sang ayah yang merupakan petugas keamanan di pintu masuk Sari Club.
"Harapannya Bali aman, aksi terorisme tidak boleh
terulang kembali seperti peristiwa seperti 19 tahun lalu," kata Yoga, saat berbincang dengan Kompas.com.
Yoga mengaku, sejak kepergian sang ayah akibat
menjadi bom Bali tahun 2002 silam, ibunya langsung banting setir menjadi tulang punggung keluarga.