Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Oleh :
Golongan E/ Kelompok 2C

Siti Maisaroh (151510501141)


` Arifin Surya Mahardika (151510501210)

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di
Indonesia sebagai pengganti padi utamanya musim kemarau. Jagung yang
diproduksi di Indonesia masih kurang dan belum mencukupi pemasokan,
utamanya untuk pangan dan pakan. Permintaan akan jagung yang tinggi
merupakan penyebab utama ketersediaan jagung menjadi kurang. Berkembangnya
industri pengolahan pangan seperti tepung maize, roti jagung dan lainnya serta
kebutuhan akan pakan ternak menjadi satu kesatuan komplek yang merupakan
penyebab kebutuhan jagung harus diperhitungkan. Jagung juga mengandung
karbohidrat serta gula yang cukup untuk kebutuhan manusia, sebagai peralihan
dari tanaman padi.
Salah satu teknologi inovasi yang dapat diterapkan agar produktivitas
jagung naik adalah dengan melakukan olah tanah. Tanah merupakan salah satu
faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas tanaman jagung. Tanah dapat
menjadi faktor penghambat produksi tanaman jagung karena tanah merupakan
media tumbuh tanaman jagung. Tanah juga berfungsi sebagai penyedia unsur hara
bagi tanaman. Berdasarkan fungsi tanah tersebut maka dalam melakukan
budidaya tanaman jagung tersebut perlu diberi perlakuan tertentu guna menunjang
pertumbuhan tanaman. Perlakuan yang dapat diberikan adalah pengolahan tanah
guna memberikan media tanam atau tempat tumbuh yang baik bagi tanaman
jagung khususnya akar tanaman. Setelah pengolahan tanah, permasalahan kedua
ialah vigor dan kualitas benih. Dalam hal ini para petani kita masih banyak yang
ketergantungan terhadap varietas hibrida yang katanya lebih unggul dan
kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan teknologi. Benih hibrida terkait
jagung memang menghasilkan tongkol yang baik, namun benih hibrida tersebut
dapat merusak plasma nutfah disekitar tanaman. Selain itu, benih hibrida terpaku
pada pupuk dan perlakuan kimiawi yang dalam porsi yang besar, sehingga tanah
akan cenderung lemah dalam pengikatan KTK dan ekosistem terganggu akibat
pestisida.

2
Permasalahan selanjutnya ialah terkait pengendalian OPT. pengendalian
tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan lingkungan disekitar supaya
tidak merusak lingkungan. Selektif dan teliti dalam mencari bibit penanaman,
penyesesuain penggunaan lahan yang baik serta diolahnya dengan mekanisme
pengendalian OPT. Keseluruhan permasalahan tersebut dapat terselesaikan
dengan baik apabila telah dapat dipahami terkait budidaya tanaman jagung yang
efisien dan efektif. Benih yang mempunyai kualitas baik maka akan menghasilkan
tanaman yang bagus yaitu tanaman menjadi dapat berproduksi tinggi. di kalangan
para petani yang sering kita jumpai dalam pembenihan adalah harga benih yang
mahal sehingga petani lebih memilih menanam turunan hibrida dari pertanaman
musim sebelumnya. Sehingga produksi jagung menjadi turun drastis.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman
jagung.
2. Mahasiswa mampu melatih keterampilan dalam menetukan
komponenkomponen budidaya yang baik bagi tanaman jagung.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Melakukan budidaya tanaman jagung perlu melakukan pengolahan lahan


untuk mendapatkan media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman terutama
perakaran tanaman. Menurut Istiqomah dkk. (2016), pengolahan lahan bertujuan
untuk menyiapkan tempat tumbuh benih yang baik, pengendalian gulma pada
lahan serta membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya guna menyiapkan tanah
sesuai yang dibutuhkan akar tanaman sehingga sirkulasi udara dalam tanah,
infiltrasi air, pertumbuhan akar dan menyerapan hara oleh akar juga meningkat.
Adanya media tanam yang baik dapat meningkatkan produksi tanaman.
Penurunan produksi tanaman saat ini banyak dipengaruhi oleh pengolahan lahan
yang kurang optimal serta kurangnya perlakuan yang dilakukan pada lahan tanam
tempat budidaya. Adanya pengolahan lahan tersebut mengakibatkan penyerapan
unsur hara oleh tanaman juga dapat dilakukan secara optimal sehingga dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal pula (Larosa dkk., 2014). Hal
tersebut dikarenakan pengolahan lahan merupakan suatu kegiatan fisik yang
bertujuan memecah bongkahan-bongkahan tanah menjadi partikel yang lebih kecil
sehingga hubungan antara akar tanaman dan tanah tersebut akan meningkat
karena akar tanaman dapat dengan mudah untuk tumbuh dan menembus tanah.
Selain melakukan pengolahan lahan, inovasi lain yang dapat dilakukan
adalah penggunaan mulsa. Mulsa merupakan penutup tanah yang mana dapat
berasal dari tanaman maupun sisa-sisa tanaman. Menurut Jayasumarta (2012),
fungsi mulsa dalam menutupi permukaan tanah tersebut ada dua yaitu sebagai
insulator yang dapat mencegah terjadinya kerusakan tanah akibat erosi serta dapat
mengurangi penguapan yang terjadi di tanah. Fungsi kedua yaitu sebagai
prekursor bahan organik sehingga mempengarui transformasi unsur hara dalam
tanah agar tersedia bagi tanaman.
Teknologi inovasi yang digunakan dalam budidaya tanaman dapat
dilakukan pada pemupukan. Pemupukan tersebut perlu teknologi inovasi yang
dapat membantu keefektifan dan keefisiensian pemupukan agar pupuk cepat
tersedia dan terserap oleh tanaman. Ada beberapa unsur hara yang sulit tersedia 4

4
dan terserap bagi tanaman sehingga perlu suatu perlakuan tertentu agar kebutuhan
hara tanaman dapat dengan mudah tercukupi. Unsur N termasuk dalam unsur
yang lambat pelepasannya dari berbagai macam mineral anorganik yang
dipengaruhi oleh energi dari sistem kelarutan nutrisi tersebut (Zou et al., 2014).
Pemupukan pada tanaman juga harus memperhatikan 5 tepat yaitu tepat
jenis, tepat dosis, tepat tempat, tepat waktu dan tepat cara. Hal tersebut harus
dipenuhi agar pupuk dapat tersedia dan diserap oleh tanaman. Ketersediaan hara
tanaman dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal sehingga
tanaman dapat memberikan produksi yang optimal pula. Pemupukan pada
tanaman jagung harus memperhatikan tingkat dan jenis pupuk yang sesuai untuk
mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman (Rahhutami et al., 2015).
Menurut Chen et al. (2017), pupuk juga berperan dalam peningkatan produksi
jagung akan tetapi setangah dari pupuk yang diaplikasikan pada lahan tersebut
tidak terserap oleh tanaman sehingga menimbulkan residu dalam tanah. Pupuk
yang diaplikasikan ke tanah tersebut biasanya pupuk padat. Ada 2 jenis pupuk
padat, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal hanya
mengandung 1 unsur hara sedangkan pupuk majemuk mengandung lebih dari 1
unsur hara (Hendaryono, 1998).

5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah “Budidaya Tanaman Pangan” dengan judul acara
“Budidaya Tanaman Jagung” dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 07 Oktober
2017 pukul 14.00 WIB – selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian
Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Timba
2. Rafia
3. Ajir
4. Timbangan
5. Meteran
3.2.2 Bahan
1. Benih jagung hibrida dan lokal
2. Pupuk kandang atau kompos
3. Pupuk urea
4. Pupuk SP-36
5. Pupuk KCL
6. Pestisida

3.3 Cara Kerja


1. Peserta praktikum dalam 1 golongan dibagi menjadi 6 kelompok.
2. Mempersiapkan lahan dengan membersihkan tanah dari sisa-sisa tanaman dan
gulma, kemudian mengolah tanah secara intensif dengan membajak/mencangkul
sedalam l5 - 20 cm sebanyak 2 kali, meratakan dan membuat saluran drainase.
3. Menanaman dilaksanakan dengan cara :
Kelompok Jenis jagung Jumlah benih perlubang
1 Manis 2

6
2 Lokal 2
3 Hibrida 2
4 Manis 3
5 Lokal 3
6 Hibrida 3

4. Memeliharan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan,


penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Menjarangan dilakukan setelah 1 minggu setelah tanam, menyisakan sesuai
dengan perlakuan.
b. Memupukan menggunakan Bahan Organik, Urea, SP 36, dan KCl dengan dosis
masing-masing 2 ton/ha, 250 kg/ha, 75 kg/ha, dan 50 kg/ha. Seluruh bagian SP 36
dan KCL serta sepertiga bagian urea diberikan saat tanam, memberikan sepertiga
lagi urea diberikan saat tanaman berumur 2 minggu, dan sisa urea saat tanaman
mulai berbunga.
c. Setelah benih ditanam, melakukan pengairan dengan penyiraman secukupnya,
kemudian menjelang tanaman berbunga diperlukan air yang lebih banyak.
d. Menyiang dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan
dilakukan setiap 2 minggu sekali. Menyiang pada tanaman jagung yang masih
muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat (koret).
e. Membumbun dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama untuk
memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas tanah. Membumbun berikutnya dilakukan saat tanaman
berusia 6 minggu setelah tanam, bersamaan dengan kegiatan pemupukan.
f. Melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan hama dan penyakit
yang ada. Untuk menghindari penyakit bulai, mengendalikan dengan perlakuan
benih (seed treatment), yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil
secara merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
g. Memanen dilakukan pada umur 90 -100 hari setelah tanam. Jagung yang sudah
dapat dipanen mempunyai kelobot berwarna kuning, biji sudah cukup keras dan

7
mengkilap, apabila biji ditusuk dengan ibu jari maka biji tersebut tidak berbekas,
dan mempunyai kadar air biji sekitar 25 %.

3.4 Variabel Pengamatan


Praktikum acara “Budidaya Tanaman Jagung” tersebut melakukan
pengamatan terrhadap tinggi tanaman (cm), leba daun, panjang akar dan jumlah
akar.

3.5 Analisis Data


Analisi data yang digunakan pada acara ”Budidaya Tanaman Jagung”
ialah analis kuantitatif terhadap data-data hasil pengamatan yang sudah diolah.

8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman Jagung

Tinggi Tanaman
100

80 1-Manis-2 benih/lubang

60 4-Manis-3 benih/lubang
2-Lokal-2 benih/lubang
40
5-Lokal 3 benih/lubang
20
3-Hibrida-2 benih/lubang

0
6-Hibrida-3 benih/lubang
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 5 6

Berdasarkan data diatas terdapat perbedaan yang sangat jauh antara jagung
lokal, hibrida dan jagung manis. Tanaman jagung manis dengan jumlah 3
perlubang yang dilakukan pada petak 4 merupakan jagung tertinggi yaitu 82 cm.
Sementara jagung lokal dengan 2 benih perlubang merupakan jagung dengan
tinggi yang paling rendah yaitu 12 cm.

4.1.2 Jumlah Daun

Jumlah Daun
9

8
1-Manis-2 benih/lubang
7 4-Manis-3 benih/lubang

6 2-Lokal-2 benih/lubang
5-Lokal 3 benih/lubang
5

4 3-Hibrida-2 benih/lubang

3 9 6-Hibrida-3 benih/lubang

2 Minggu 1Minggu 2Minggu 3Minggu 4Minggu 5Minggu 6

1
Berdasarkan data diatas dapat diketahui jumlah daun tanaman jagung
memiliki perbedaan yang sangat nyata. Ada 2 tanaman yang memiliki daun
terbanyak yaitu jagung manis dengan jumlah 3 benih per lubang dan jagung
hibrida dengan 2 benih per lubang. Daun yang paling sedikit ialah jagung lokal
dengan 3 benih perlubang.

4.1.3 Volume Akar

Volume Akar
200
Manis-2 benih/lubang

Lokal 2 benih/lubang
150
Hibrida 2 benih/lubang

Manis 3 benih/lubang
100
Lokal 3 benih/lubang

Hibrida 3 benih/lubang
50
Minggu 6

Volume akar tanaman jagung memiliki perbedaan yang sangat jauh.


0
Jagung hibrida yang 2 benih perlubang merupakan jagung dengan volume
tertinggi yaitu 175 cc sementara jagung hibrida yang 3 benih perlubang
merupakan jagung dengan volume akar paling sedikit yaitu 51 cc.

4.2 Pembahasan
Budidaya tanaman jagung utamanya terdiri dari pengolahan tanah,
persiapan benih, pembibitan, pemeliharaan, pengendalian OPT, pemupukan dan
panen. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna, dilanjut dengan penyiangan.
Benih jagung yang digunakan sebagai variabel ialah benih jagung manis, hibrida
dan lokal. Benih unggul akan mendukung varietas unggul. Varietas yang unggul
harusnya dapat berproduksi tinggi, berumur pendek, tahan serangan penyakit

10
utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Penyiapan benih jagung dapat
dilakukan dengan memperoleh benih dari penanaman sendiri yang dipilih dari
beberapa tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya (Warisno, 1998).
Tanaman jagung manis dengan 3 benih perlubang memiliki rata-rata tinggi
tanaman tertinggi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengelolaan yang lebih
baik. Selain itu, tanaman jagung manis merupakan tanaman jagung yang tinggi.
Menurut ginting dkk. (2017) tanaman jagung manis merupakan tanaman c4 yang
dapat tumbuh tinggi apabila menerima cahaya penuh. Kondisi daerah lahan yang
cukup terang merupakan faktor lain yang mampu meningkatkan tinggi tanaman
jagung manis. Jagung jenis lokal dengan jumlah benih penanaman 2 benih
perlubang merupakan jagung yang paling pendek rata-rata tingginya. Hal tersebut
dapat diakibatkan oleh kualitas benih serta asal mula benih itu ada. Karena benih
lokal yang digunakan ialah benih lokal yang dijual dipasar dalam bentuk pipilan.
Jumlah daun dari jagung cukup merata perbedaannya. Penanaman jagung
memang paling baik ialah dengan menanam setiap lubang 2 benih. Jagung manis
dengan 3 benih perlubang dan jagung hibrida dengan 2 benih perlubang memiliki
jumlah daun yang sama dan jumlahnya paling tinggi. Jagung manis merupakan
tanaman dengan daun terbanyak diimbangi oleh tinggi tanaman. Sementara
jagung hibrida memang memiliki ciri daun yang banyak dan tinggi tanaman yang
sedang. Hal tersebut demi membuat fotosintesis menjadi optimal dan fotosintat
tidak terbuang atau terfokus pada tinggi tanaman. Jumlah daun mempengaruhi
fotosintesis, fotosintesis membutuhkan unsur hara dan unsur hara diberikan saat
pemupukan. Pemupukan pada tanaman jagung harus memperhatikan tingkat dan
jenis pupuk yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman
(Rahhutami et al., 2015).
Volume akar yang paling besar ialah volume tanaman hibrida dengan 2
benih perlubang. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh tanaman hibrida yang aktif
dalam pergerakan menyerap unsur hara sehingga akar bergerak mencari celah atau
pori dalam tanah. hal lain yang perlu diperhatikan juga pemupukan yang
dilakukan pada tanaman sangat mempengaruhi banyak dan volume dari akar
tanaman. Pemupukan yang diberikan sesuai dengan dosis yang tepat akan

11
meningkatkan hasil produksi dibandingkan dengan pemberian pupuk yang
berlebihan malah justru akan meunrunkan hasil produksi. Penggunaan pupuk yang
di terapkan di antaanya yaitu urea sebanyak 50kg/ha, SP-36 sebanyak 75kg/ha dan
KCL sebanyak 75kg/ha. Pemberian pupuk guna meningkatkan kualitas dan
kuantitas tanaman serta memenuhi unsur-unsur yang di perlukan tanaman
(Warisno, 1998).

12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum budidaya tanaman Jagung, dapat kami simpulkan :
1. Tinggi tanaman jagung yang paling baik antara jagung lokal, hibrida dan
jagung manis ialah jagung manis.
2. Jumlah daun yang paling banyak dari ketiga jagung ialah jagung hibrida
dan jagung manis.
3. Volume akar yang paling besar ialah volume akar jagung hibrida.

5.2 Saran
Budidaya tanaman jagung sebaiknya juga diperhitungkan waktu
pemupukannya karena pemupukan jagung umumnya dilakukan setelah jagung
tumbuh. Selain pengambilan akar jagung untuk pengukuran volume sebaiknya
menggunakan alat yang mamadai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chen, J., F. Cao, H. Xiong, M. Huang, Y. Zou, and Y. Xiong. 2017. Effects of
Single Basal Application of Coated Compound Fertilizer on Yield and
Nitrogen Use Efficiency in Double Cropped Rice. The Crop, 5(1): 265-
270.

Ginting, R.P., Syafrinal, S. Yoseva. 2017. Pengaruh Beberapa Bahan Aktif


Herbisida Pada Sistem Tanam Segitiga Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Var. Saccharata Sturt.). Jom
Faperta,2(4): 1 – 15.

Hendaryono, D. P. S. 1998. Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol.


Yogyakarta: Kanisius.

Istiqomah, N., Mahdiannoor, dan F. Rahman. 2016. Metode Pengolahan Tanah


terhadap Pertumbuhan Ubi Alabio (Dioscorea alata L.). Ziraa’ah, 41(2):
233-236.

Jayasumarta, D. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pupuk P terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril).
Agrium, 17(3): 148-154.

Larosa, O. L., T. Simanungkalit, dan S. Damanik. 2014. Pertumbuhan dan


Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada Beberapa
Persiapan Tanah dan Jarak Tanam. Agroekoteknologi, 3(1): 1-7.

Rahhutami, R., Sudradjat, dan S. Yahya. 2015. Optimization and Effect of N, P,


and K Single Fertilizer Package Rate on Two Years Old Immature Oil
Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Applied Sciences, 3(3): 382-387.

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

Zou, H., Y. Ling, X. Dang, N. Yu, Y. Zhang, Y. Zhang, and H. Dong. 2014.
Solubility Characteristics and Slow Release Mechanism of Nitrogen from
Organic-Inorganic Coumpound Coated Urea. Photoenergy, 2015(1): 1-6.

14
LAMPIRAN

Chen, J., F. Cao, H. Xiong, M. Huang, Y. Zou, and Y. Xiong. 2017. Effects of
Single Basal Application of Coated Compound Fertilizer on Yield and
Nitrogen Use Efficiency in Double Cropped Rice. The Crop, 5(1): 265-
270.

15
16
17
18
Ginting, R.P., Syafrinal, S. Yoseva. 2017. Pengaruh Beberapa Bahan Aktif Herbisida
Pada Sistem Tanam Segitiga Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung
Manis (Zea Mays Var. Saccharata Sturt.). Jom Faperta,2(4): 1 – 15.

19
20
Hendaryono, D. P. S. 1998. Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol.

Yogyakarta: Kanisius.

21
Istiqomah, N., Mahdiannoor, dan F. Rahman. 2016. Metode Pengolahan Tanah
terhadap Pertumbuhan Ubi Alabio (Dioscorea alata L.). Ziraa’ah, 41(2):
233-236.

22
23
Jayasumarta, D. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pupuk P terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril).
Agrium, 17(3): 148-154.

24
25
26
27
Larosa, O. L., T. Simanungkalit, dan S. Damanik. 2014. Pertumbuhan dan
Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada Beberapa
Persiapan Tanah dan Jarak Tanam. Agroekoteknologi, 3(1): 1-7.

28
Rahhutami, R., Sudradjat, dan S. Yahya. 2015. Optimization and Effect of N, P,
and K Single Fertilizer Package Rate on Two Years Old Immature Oil
Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Applied Sciences, 3(3): 382-387.

29
Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

30
Zou, H., Y. Ling, X. Dang, N. Yu, Y. Zhang, Y. Zhang, and H. Dong. 2014.
Solubility Characteristics and Slow Release Mechanism of Nitrogen from
Organic-Inorganic Coumpound Coated Urea. Photoenergy, 2015(1): 1-6.

31
32

Anda mungkin juga menyukai