Anda di halaman 1dari 2

PRESTASI PENDIDIKAN DI DESA DENGAN KETERBATASANNYA

Untuk menilai sudah sebaik apa pendidikan di bangsa ini salah satunya dapat di
tinjau dari segi kualitas pendidikan yang tinggi. Tetapi yang menjadi kendala
selanjutnya apakah kualitas pendidikan itu dari pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi sudah merata apabila di tinjau dari lokasinya. Tentunya akan timbul perbedaan
kualitas pendidikan di kawasan perkotaan dan daerah pedesaan. Dan kalau pun
dilihat dari berbagai sisi mana pun dapat di terka bahwa pendidikan yang lokasinya
berada dalam wilayah perkotaan akan lebih unggul. Tapi tidak dapat dikatakan
demikian masih perlu di jabarkan apa kelebihan dan kekurangan dari
pendidikandikotadan di desa.

Sebagai salah satu orang yang pernah merasakan sendiri pendidikan di wilayah
perkotaan, tentunya saya merasa beruntung dapat merasakan pendidikan di kota
dengan segala fasilitas-fasilitas yang di sediakan, tapi apakah saudara-saudara kita
yang mengenyam pendidikan di desa mereka mendapatkan perlakuan yang sama
seperti kami di kota , kalau di analisa maka dapat dikatakan bahwa adanya
ketidakadilan perlakuan pendidikan di kota dan di desa. 
Dan saat ini , ketika saya merasakan sendiri mengajar di desa , banyak hal yang
masih dirasakan kurang baik dari segi fasilitas , sarana prasarana dan tentunya daya
dukung teknis yang multi komplek .Di desa kita cukup mengandalkan faktor non
teknis dalam semangat dan ketulusan dedikasi inilah yang meyakinkan saya dan
teman teman di desa untuk membuat perbedaan, dalam beberapa hal justru desa
telah menunjukkan prestasi luar biasa dibanding dengan kota. Khusus untuk
masalah pendidikan misalnya, secara umum dari sisi fasilitas, perbedaan sekolah
antara di kota dan di desa, memang sungguh jauh perbedaannya. Namun dari sisi
semangat belajar, tak kalah. Bahkan belakangan secara umum di kota dengan
berbagai kemudahan, anak-anak tidak menunjukkan prestasi yang sepadan.
Sebaliknya di desa, dengan berbagai keterbatasan, muncul anak-anak yang
berprestasi dan memiliki semangat belajar luar biasa. Kemajuan teknologi telah
diserap sempurna oleh anak-anak perkotaan, sehingga telah menjadi pemandangan
sehari-hari bagaimana anak-anak perkotaan tak bisa terlepas dari gadget.
Sementara anak-anak di desa, memiliki alat-alat teknologi tinggi masih belum
merata. Tapi dampak dari teknologi yang negatif, telah pula terserap dengan
sempurna di kota, sementara desa tak begitu kelihatan mencolok pengaruhnya.Pada
saat menjelang maghrib, anak-anak di perkotaan masih sibuk di depan televisi,
mesin PS atau sedang berselancar di dunia maya, sementara anak-anak di desa
menjelang Maghrib masih terlihat banyak yang telah siap untuk pergi ke mesjid,
mushola dan langgar, untuk shalat Maghrib berjamaah dan mengaji. 

Keadaan di sekolah pun antara di kota dan di desa juga berbeda. Fasilitas sekolah
perkotaan relatif lebih maju, tidak seperti yang ada di desa, gedung sekolahnya saja
banyak yang masih memprihatinkan. Di sekolah perkotaan anak-anak berseragam,
cantik dan tampan, bersepatu dan wangi. Sementara di sekolah pedesaan, seperti
kita lihat masih jauh dari kata cukup , walaupun ada satu dua anak yang mungkin
keadaan ekonomi orang tua yang dapat membuat penampilan yang berbeda ,
Keadaan geografis di desa dengan perbukitan , pegunungan dan pesisir adalah
aneka medan pertempuran bagi pengajar dan siswa , mereka tak hanya
menyisakan PR dari segi akademis ,tetapi PR psikolagis , sosial dan geografis
mereka lebih berat dari yang ada , itulah yang akhirnya membentuk semangat juang
untuk tidak pernah mau kalah dengan saudara mereka di kota , itu terbukti dengan
prestasi yang mereka torehkan baik prestasi yang akademis maupun prestasi non
akademis , bahkan beberapa tahun ini dari segi prestasi dalam nilai Ujian Nasional
peringkat 1-5 masih di dominasi daerah pedesaan dalam hal perlombaan baik seni
maupun olahraga , daerah pedesaan selalu menyisipkan perwakilannya , artinya
kawan kawan mereka yang tinggal di kota tak dapat meremehkan kemampuan
saudara nya di desa ,meskipun dengan pola pembelajaran anak yang masih
konvensional, sebab guru hanya menerangkan secara ceramah tanpa ada inovasi
atau modifikasi sistem pembelajaran.kawan kawan pengajar di desa lebih memiliki
semangat yang polos dalam menerjemahkan Kurikulum ataupun informasi dari luar ,
karena metode dan model belajar yang mereka gunakan tidak jauh berbeda dengan
10 tahun atau 15 tahun yang lalu ,,,kemauan lah yang menjiwai mereka untuk
menunjukkan bahwa mereka bisa bersaing , mereka berkeyakinan bahwa alat
apaupun kurang bermanfaat jika tak ada kemauan dalam diri kita untuk tulus
mendidik siswa dan berprestasi .

Anda mungkin juga menyukai