BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama penderita Jenis kelamin Tempat/tanggal lahir Umur Alamat rumah Agama Suku bangsa/bangsa : An. N : Perempuan : Jakarta, 31 Maret 2010 : 9 bulan 13 hari : Komplek Yon Arhanud I Serpong Tangerang : Islam : Jawa/Indonesia
IDENTITAS ORANG TUA Orang Tua Nama Umur sekarang Perkawinan ke Pendidikan terakhir Pekerjaan Pangkat Agama Suku bangsa Ayah Tn.S 43 tahun Pertama SMA TNI AD Kopral Islam Jawa Ibu Ny.A 39 tahun Pertama SMA Ibu rumah tangga Islam Jawa
II.
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 13 Januari 2011, pukul 12.15 WIB Keluhan utama : Demam
Pasien seorang bayi perempuan berusia 9 bulan 13 hari datang ke RSPAD Gatot Soebroto atas rujukan dari RS Kesdam Tangerang dengan keluhan demam. Demam sudah
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 1
Pada usia tujuh bulan pasien mengalami BAB berdarah setelah ibunya memberikan makanan tambahan berupa pisang sehingga sejak saat itu pasien tidak mau makan dan berat badannya tidak naik. Riwayat penyakit dalam keluarga/sekitarnya yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang : Anggota keluarga/sekitarnya tidak ada yang menderita penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit pasien sekarang. Pengobatan yang telah diperoleh : Obat penurun panas Obat batuk sirup Vitamin
Riwayat kehamilan
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 2
Perkembangan pubertas Riwayat makanan UMUR 0-2 bulan 2-4 bulan 4-6 bulan 6-8 bulan 8-10 bulan
ASI/PASI (8 kali/hari, tidak banyak) (8 kali/hari, tidak banyak) (lebih dari 8 kali/hari, tidak banyak) (lebih dari 8 kali/hari, tidak banyak) PASI(9 bln susu formula, lebih dari 8
BUAH/BISKUIT
BUBUR SUSU
NASI TIM
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 3
Riwayat imunisasi BCG DPT/DT POLIO CAMPAK HEPATITIS B Kesan : Imunisasi tidak lengkap
Dilakukan pada tanggal 13 Januari 2011, pukul 14.30 WIB Panjang badan Berat badan Keadaan umum Kesadaran : 69 cm : 6,2 kg : Tampak sakit sedang : compos mentis
Tanda-tanda vital Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi napas Suhu tubuh : tidak dilakukan : 128 kali/menit, reguler, isi cukup : 42 kali/ menit, reguler : 36,2 oC
Page 4
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Data antropometri Berat badan Panjang badan Lingkaran kepala Lingkaran dada Lingkar lengan atas Status gizi : 6,2 kg : 69 cm : 37 cm : 44 cm : 8 cm
Trisemester I = 25 x 90 = 2250 gram Trisemester II = 20 x 90 = 1800 gram Trisemester III = 15 x 90 = 1350 gram Trisemester IV = 10 x 6 = 60 gram BB seharusnya = BB lahir + kenaikan BB seharusnya = 3400 gram + 5460 gram = 8860 gram 6200/8860 x 100% = 69,99% didapatkan hasil < 70 % sehingga pasien diklasifikasikan sebagai gizi buruk.
Kepala
dicabut.Ubun-ubun besar teraba 1,5 cm x 1,5 cm, datar. Mata : palpebra superior kanan dan kiri tidak edema,konjungtiva tidak
anemis,sklera ikterik +/+,kornea jernih,pupil bulat isokor 2mm/2mm,reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif. Telinga : daun telinga simetris kanan dan kiri, liang telinga lapang, tidak ada
nafas cuping hidung. Mulut : bibir tidak pucat dan tidak sianosis, mukosa bibir basah, lidah tidak
kotor, tidak ada celah, tonsil sulit dinilai. Leher : teraba KGB submandibula kiri 2x1 cm, kenyal, mudah digerakkan,
tidak nyeri tekan, trakea ditengah. Thoraks : normochest, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada retraksi, tidak ada sikatriks, tidak ada pelebaran vena Jantung
Inspeksi Palpasi
: ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat pada sela iga IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
: fremitus taktil kanan dan kiri simetris : tidak dilakukan : suara napas vesikuler, Rhonki-/- wheezing -/-
Perkusi
Auskultasi Abdomen
Inspeksi
: datar, tidak ada benjolan/luka/sikatriks/venektasi/pendarahan : bising usus normal. : Supel,nyeri tekan tidak ada,hati dan limpa tidak teraba
Page 6
Auskultasi Palpasi
ELLIZA KUSUMANINGRUM
: perempuan, tidak ditemukan kelainan : ada, tidak ada kelainan. : akral hangat, oedem tidak ada, tidak ada pitting edema,tidak ada
sianosis, perfusi perifer kurang dari 3 detik. Pemeriksaan Neurologis : Refleks Fisiologis : tidak dilakukan Refleks Patologis : tidak dilakukan
IV.
Hematologi Darah rutin : Eritrosit Trombosit 4,6 344000 4,3-6,0 juta/L 150000400000/uL Hemoglobin Hematokrit IT ratio Leukosit(0-12 bln) MCV 78 80-96 fl
Page 7
11,2 36 15700
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Scoring TB paru
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 8
demam tanpa sebab jelas > 2 tidak ada minggu batuk > 3 minggu tidak ada
pembesaran kelenjar limfe kelenjar limfe submandibula koli, aksila, inguinal pembengkakan tulang/sendi tidak ada panggul, lutut, falang foto dada normal total score Kesan : TB tidak terbukti
V.
RESUME
Pasien seorang bayi perempuan berusia 9 bulan 13 hari datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak terlalu tinggi dan naik turun. Selain itu, pasien menderita batuk pilek yang sudah berlangsung 5 hari sebelum masuk rumah sakit bersamaan dengan demam. Batuknya berdahak, sehingga seringkali pasien sesak napas. Pasien juga sempat mengalami muntah beberapa kali akibat batuknya. Karena sakitnya, pasien tidak napsu makan. Sebelumnya, napsu makan pasien sudah menurun sejak usia 7 bulan. Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Pasien mengalami BAB (buang air besar) berdarah setelah diberi makan pisang. Pasien tidak sampai dirawat, hanya berobat ke dokter praktek. Sejak saat itu napsu makan pasien terus menurun sehingga berat badan pasien tidak naik. Ibu pasien sudah mencoba beberapa alternatif makanan tambahan berupa bubur susu, buah, dan nasi tim saring tetapi pasien tetap tidak mau makan. Ibu pasien juga menyampaikan bahwa pasien agak sulit BAB, sedikit keras dan keluar hanya butiran-butiran kecil. Pemeriksaan fisik :
Page 9
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Pemeriksaan penunjang Laboratorium darah tanggal 6 Januari 2011 Hematologi Hemoglobin 11,2 g/dL Hematokrit 36% MCV 78 fl LED 19 mm/1jam
Kimia SGOT (AST) 39 U/L Ureum 12 mg/dL Kreatinin 0,4 mg/dL Gula darah sewaktu 32 mg/dL
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 10
VII.
VIII. PENATALAKSANAAN cefixime 2x30 mg p.o B compleks 1 tab Vitamin C 35 mg As.folat 1 mg Nebulisasi NaCl 0,9%, berotec 10 tetes 2 x 1 hari
IX.
PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad fungtionam Quo ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam
X.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 11
S (subjektif)
6/01/2011 demam (-), batuk >2mgu, panas6 hari naik turun, napsu makan turun, BB tidak naik, muntah (-), diare (-) KU:compos mentis BB=6,2kg, PB=69 cm, HR=110 x/mnt, RR= 30 x/mnt, suhu=36oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi buruk - Curiga TB paru - IVFD D5 saline= 500 cc/24jam
O (objektif)
7/01/2011 belum terpasang NGT, minum peroral, makan tidak mau, demam (-), BAB mencret, BAK banyak, batuk pilek (+), muntah (-) KU:compos mentis BB=6,2kg,PB=69cm, HR=115x/mnt, RR=36x/mnt, suhu=37oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, turgor kurang Ekstremitas : akral hangat, udem (-) ISPA Gizi buruk Curiga TB paru IVFD D5 saline= 500 cc/24jam
Page 12
A (assesment) P (penatalaksanaan)
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Ceftriaxone inj 1x350 mg IV drip Paracetamol 4x cth (k/p) p.o Pulv batuk 3xpulv I p.o Vit A 1x50.ooo IU p.o B complex 1x1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 12x70 cc /NGT (bila perlu dg syring pump) Cek urinalisa, timbang BB tiap pagi Baca mantoux tes Cek elektrolit, ureum, kreatinin, LFT, GDS,albumin, protein Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 3x1 hari
S (subjektif) O (objektif)
8/01/2011 terpasang NGT, batuk pilek (+), demam (+) KU:compos mentis BB=6,2kg,PB=69cm, HR=120x/mnt, RR=28x/mnt, suhu=38,4oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, turgor kurang Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
9/01/2011 terpasang NGT, batuk pilek (+), demam (+) KU:compos mentis BB=6,2kg,PB=69cm, HR=120x/mnt, RR=28x/mnt, suhu=38,4oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, turgor kurang Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Page 13
ELLIZA KUSUMANINGRUM
S (subjektif)
O (objektif)
10/01/2011 BB mulai naik, demam (-), batuk pilek (-), kejang (-), diare (-), minum dg NGT, muntah (-), residu (-), hasil mantoux tes (-) KU:compos mentis BB=6,5kg, PB=69 cm, HR=112 x/mnt, RR= 28 x/mnt, suhu=36,6oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU
11/01/2011 terpasang NGT, minum dg NGT, demam (-), batuk berdahak (+), pilek (+),muntah (-) KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=109x/mnt, RR=20x/mnt, suhu=36,3oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU
Page 14
ELLIZA KUSUMANINGRUM
A (assesment)
P (penatalaksanaan)
lepas infus Cefixime 2x30 mg p.o B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 8x100 cc /NGT timbang BB tiap pagi Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 3x1 hari Foto toraks Scoring TB
(+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi buruk - Scoring TB paru tidak terbukti - Cefixime 2x30 mg p.o - B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg - F75 8x100 cc /NGT - timbang BB tiap pagi - Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 3x1 hari
S (subjektif)
O (objektif)
12/01/2011 terpasang NGT, minum per NGT, batuk berdahak (+),pilek (+), demam (-), minum lewat mulut hanya mau air putih dan teh manis, mual (+) KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=105x/mnt, RR=24x/mnt, suhu=35,8oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki
13/01/2011 terpasang NGT, minum per NGT hanya susu, minum peroral air putih dan teh manis,makan sedikit,batuk pilek (+), demam (+), BAB (-) KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=110x/mnt, RR=27x/mnt, suhu=36,6oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki
Page 15
ELLIZA KUSUMANINGRUM
A (assesment) P (penatalaksanaan)
S (subjektif)
O (objektif)
14/01/2011 mual jika mencium bau susu, makan biskuit diencerkan setiap selang wkt 1 jam, minum air putih dan teh manis, BAB 3xsehari agak keras dan butiran KU:compos mentis BB=6,5kg, PB=69 cm, HR=92 x/mnt, RR= 28 x/mnt, suhu=36,3oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran
15/01/2011 demam (-), batuk (-), pilek (+),muntah (-), mual saat mencium bau susu, BAB 3xsehari, BAK normal, napsu makan mulai membaik KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=100x/mnt, RR=28x/mnt, suhu=36,5oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran
Page 16
ELLIZA KUSUMANINGRUM
A (assesment) P (penatalaksanaan)
KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - Gizi buruk - ISPA Cefixime distop B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 6x140 cc /NGT timbang BB tiap pagi Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 2x1 hari
Cefixime 2x30 mg p.o B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 130cc/kgBB/hari=845 cc 6x140 cc /NGT timbang BB tiap pagi Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 2x1 hari
S (subjektif)
16/01/2011 tadi malam muntah, demam (-), batuk pilek (-), napsu makan menurun lagi
O (objektif)
17/01/2011 minum per NGT hanya susu, minum peroral air putih dan teh manis,makan sedikit,batuk pilek (+), demam (+), BAB 2xsehari, makan minum susah KU:compos mentis BB=6,7kg,PB=69cm, HR=96x/mnt, RR=32x/mnt, suhu=36,1oC
Page 17
ELLIZA KUSUMANINGRUM
A (assesment) P (penatalaksanaan)
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 18
seimbangan selular antara persediaan bahan gizi dan energi serta kebutuhan tubuh untuk untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi spesifik. Malnutrisi energi protein , diuraikan pertama pertama kali pada tahun 1920, dan penelitian paling sering di lakukan pada negara berkembang. Di AS kurang dari 1% dari semua anak-anak yang mempunyai kekurangan gizi kronis. Insiden malnutrisi kurang dari 10%, bahkan di kelompok resiko yang paling tinggi ( anak-anak dalam penampungan tunawisma). Beberapa studi menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan sekunder terjadi sebanyak 10% pada anak-anak di pedesaan. Studi di rumah sakit menyatakan bahwa sebanyak 25% pasien menderita malnutrisi akut dan 27% menderita yang kronis. Secara internasional organisasi kesehatan dunia memperkirakan kirakira 150 juta anak-anak ( 26.7%) dibawah 5 tahun pada negara berkembang menderita malnutrisi. Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan menderita malnutrisi , 5 kali lebih besar dibandingkan Belahan bumi bagian barat. Di Afrika, 30% anak-anak menderita malnutrisi. Dua pertiga dari semua anak-anak malnutrisi tinggal di Asia, dan sisanya tinggal di Afrika. Efek dari malnutrisi meliputi gangguan fisik dan mental . lambatnya pertambahan berat badan dan pertambahan tinggi badan, berkurangnya respon imun, yang dapat mempermudah terjadinya infeksi. Anak-anak yang menderita malnutrisi yang kronis mengalami perubahan tingkah laku, mencakup sifat lekas marah, kelesuan dan berkurang kemampuan reaksi sosial, ketertarikan, dan kurang perhatian. Sebagai tambahan, pada bayi dan anak-anak yang menderita malnutrisi sering memperlihatkan gangguan kognitif permanen. Walaupun kematian akibat malnutrisi di Amerika Serikat jarang terjadi, tetapi pada negara berkembang, kira-kira 50% dari 10 juta\ tahun kematian adalah akibat malnutrisi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Anak peka terhadap efek malnutrisi pada masa kanak-kanak dan awal masa kanakkanak. Bayi prematur mempunyai kebutuhan gizi khusus yang tidak sama dengan makanan biasa ; mereka memerlukan ASI atau susu yang dirancang khusus. Selama masa remaja, diet yang berlebihan berperan untuk timbulnya defisiensi gizi.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 19
GIZI BURUK Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan protein dan energi, dapat karena asupan yang kurang atau kebutuhan/keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersamaan. MEP hampir selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Gambaran klinis bervariasi dari derajat ringan sampai berat, tergantung pada gangguan kesiembangan energi yang terjadi. Gizi buruk ditandai dengan adanya severe wasting (BB/TB <70% atau <-3 SD).
ETIOLOGI GIZI BURUK Dari berbagai penelitian tentang penyebab masalah gizi menyebutkan bahwa : 1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Pola pemberian ASI dan MP-ASI merupakan salah satu penyebab utama gangguan pertumbuhan pada balita ; Bayi yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah ( Purworejo = 48,89 % ) Tidak semua ibu memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Hanya sepertiga ibu memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah kelahiran.
2. Interaksi ibu dan anak Interaksi antara ibu dengan anak berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan perhatian lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan senyuman, mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 20
KRITERIA DIAGNOSIS Gizi buruk atau malnutrisi berat ditentukan berdasarkan tanda klinis disamping antropometris: - Berdasarkan tanda klinis : anak tampak sangat kurus atau ada edema
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 21
Marasmik-Kwasiorkor Marasmus
Klasifikasi KEP (Kurang energi Protein) 1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS; 2. KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS; 3. KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS. Pemeriksaan Fisik Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar 37,5oC) Frekuensi dan tipe pernapasan : pneumonia atau gagal jantung Sangat pucat Pembesaran hati dan ikterus
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 22
Adakah perut kembung, bising usus melemah/eninggi, tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
KLASIFIKASI GIZI BURUK Marasmus Etiologi : - Multifaktorial / kompleks - Masukan kalori yang kurang - Penyakit Metabolik - Kelainan Kongenital - Infeksi Kronik Patofisiologi : Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino, kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
Manifestasi Klinis : Pada mulanya terdapat kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. - Anak Tampak sangat kurus - Kulit keriput
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 23
Kwashiorkor Merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau dari kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Etiologi :
Selain faktor sosio-ekonomi diantaranya karena : - Diare Kronik menyebabkan keseimbangan nitrogen yang negatif. - Malabsorbsi protein - Hilangnya protein melalui air kemih (sindroma nefrotik) - Infeksi menahun
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 24
Patofisiologi : Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
Manifestasi Klinik : Bukti klinik awal malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi,apatis atau Bila terus maju mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup,kurang
iritabilitas.
stamina,kehilangan jaringan muskuler,bertambah kerentanan terhadap infeksi dan edema. - Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis) - Wajah membulat dan sembab - Pandangan mata sayu - Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut, rontok. Pada anak dengan rambut berwarna hitam,dispigmentasi menghasilkan coret-coret merah atau abu-abu pada warna rambut (hipokromotricia),anyaman rambut menjadi kasar pada penyakit kronik.. - Perubahan status mental : Cengeng, rewel, kadang apatis
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 25
Data Laboratorium : -
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali Harga glukose darah rendah tetapi kurva toleransi glukose dapat bertipe diabetik. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah tetapi kadar ini kembali kenormal sesudah beberapa Angka amilase,esterase,kolinesterase,transamilase,lipase dan alkalin fosfatase serum Ada penurunan aktivitas enzim pankreas dan santhin oksidase tetapi angka ini Anemia dapat normositik,mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang
biasanya terlambat.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 26
Diagnosis Banding : Diagnosis banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, keadaan ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein. Pencegahan : Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Karena kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulkan pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan keturunannya, petunjuk diet dan distribusinya makanan cukup sangat segera dibutuhkan di daerah endemik. Pengobatan : Bila terdapat keadaan dehidrasi ringan sampai sedang,cairan diberikan secara oral
atau dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki. Untuk dehidrasi berat,cairan intra vena diperlukan.Jika cairan intra vena tidak dapat diberikan,infus intraosseus (sumsum tulang ) atau intraperitoneal 70ml/kg larutan Ringer Laktat setengah-kuat dapat menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 5-10 hari. Bila dehidrasi terkoreksi,makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit sering,kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari berikutnya. Pada hari ke 6-8 anak harus mendapat 150 ml/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu sapi atuau yogurt untuk anak intolers-laktose harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Makanan khusus tersedia dari UNICEF
Page 27
ELLIZA KUSUMANINGRUM
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 28
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 29
Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari. Bila masih mendapatkan ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 30
Pemantauan Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit. Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (<54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.
Jika suhu rektal <35,5oC atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
Pencegahan Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.
HIPOTERMIA Definisi Faktor resiko : Suhu aksiler <36.5 C : Bayi <12 bulan Kerusakan kulit yang meluas Infeksi serius Penanganan : Kangaroo mother care (kontak langsung kulit ibu denga kulit
anak)/perawatan bayi lekat bungkus anak dengan selimut dan letakkan lampu didekatnya (50 cm). Hentikan pemanasan jika suhu tubuh sudah mencapai 37 C
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 31
KOREKSI ELEKTROLIT Kurangi garam pada makanan, berikan makanan yang banyak mengandung K dan Mg Sumber K : jus tomat, merica, paprika, kacang-kacangan, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak. Sumber Mg : coklat, kopi instan, kacang-kacangan, bayam, aprikot.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 33
DEFISIENSI MIKRONUTRIEN Berikan suplementasi vitamin A : Bayi < 6 bulan 50.000 IU/kali
Bayi 6-12 bulan 100.000 IU/kali Bayi > 12 bulan 200.000 IU/kali
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 34
Dosis Pemberian Fe
Tablet besi/folat (FeSO4 200 mg + 0.25 mg as.folat) Sirup besi (FeSO4 150 ml) 1-3 mg elemental
PEMBERIAN MAKANAN AWAL Fungsi hati dan usus kurang sempurna, gangguan keseimbangan elektrolit : Makanan dengan kandungan protein/lemak/natrium di jumlah kurang dari normal, karbohidrat tinggi. Diberikan dalam porsi kecil dan sering. Dengan NGT bila anak tidak dapat menelan. Pantau asupan makanan harian Bila nafsu makan timbul : Pemberian makan berhasil, anak masuk fase rehabilitasi Asupan kalori : 80-100 kcal/kgBB/hari Pantau BB tiap hari.
Zat gizi
Stabilisasi
Transisi
Rehabilitasi
Page 35
ELLIZA KUSUMANINGRUM
TUMBUH KEJAR Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi): Ganti F-75 dengan F-100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan.
Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mapu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100.
a. Bantu anak makan sesuai kemampuannya b. Menyusui setiap kali anak menginginkannya c. Merangsang perkembangan emosi d. Mempersiapkan ibu/pengasuh untuk perawatan di rumah e. Rehabilitasi nutrisi :
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 36
STIMULASI Ruang rawat dengan warna cerah dan suara musik, aktivitas bermain dengan anak lain dan aktivitas fisik. Lakukan : Ungkapan kasih sayang Lingkungan yang ceria Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari Aktifitas fisik segera setelah anak cukup sehat Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan, memandikan, bermain)
TINDAK LANJUT Melatih orang tua untuk mencegah berulangnya gizi buruk, dengan cara menjelaskan: a. Penyebab malnutrisi b. Pemberian makan yang benar c. Cara stimulasi mental dan emosi d. Mampu menangani diare
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 37
2. Ibu
: - Mampu merawat - Mampu mempersiapkan dan memberikan makanan - Mampu membuat mainan/bermain dengan anak - Memahami cara menangani diare, demam dan ISPA
PENYAKIT PENYULIT Gangguan pada mata akibat defisiensi vitamin A Jika hanya bercak Bitot saja, tidak memerlukan obat tetes. Jika ada nanah dan peradangan berikan tetes mata kloramfenikol atau tetrasiklin. Jika ada kekeruhan pada kornea dan ulkus kornea, diberikan tetes mata kloramfenikol 0.25-1% atau tetes tetrasiklin 1% dengan tetes mata atropin 1%. Lalu di rujuk ke dokter mata. Dosis pemberian vitamin A :
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 38
Gangguan pada kulit (Dermatosis) a. Hipo/hiperpigmentasi Kompres pada bagian yang terkena dengan larutan KmnO4 selama 10 menit. b. Deskuamasi (kulit mengelupas) Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor) c. Lesi ulserasi eksudatif menyerupai luka bakar, sering disertai dengan infeksi sekunder oleh candida. Usahakan agar daerah tetap kering. Umunya terdapat defisiensi seng (Zn) : beripreparat Zn peroral ( sudah termasuk dalam larutan mineral)
Diare Persisten a. Jika anak mengalami diare oleh karena mengkonsumsi makanan yang mengandung tinng laktosa, berikan makanan secara berhati-hati. Yaitu makanan formula bebas yang rendah laktosa. b. Kerusakan mukosa usus dan Giardiasis. Berikan kotrimoksasol 5-8 mg/kgBB/hari, periksa dan ganti dengan metronidazol jika pemeriksaan positif.
c. Pemeriksaan tinja yang positif. Beri metronidazol 30-50 mg/kgBB/ hari selama 7-10
hari. Anemia Berat Jika Hb< 4 g/dL, atau Hb 4-6 g/dL disertai distress pernafasan atau tanda gagal jantung.
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 39
Parasit/cacing Jika anak umur 4 bulan atau lebih, dan belum pernah mendapatkan obat Pirantel Pamoat dalam 6 bulan terakhir, dengan hasil pemeriksaan tinja positif, diberikan dengan dosis tunggal (diberikan pada fase transisi)
UMUR
b. Terdapat reaksi kemerahan yang cepat dalam 3-7 hari setelah imunisasi BCG c. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik. d. Sakit atau demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas.
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 40
laporan keluarga, kontak dengan kontak pasien dengan pasien BTA positif BTA
negatif atau tidak tahu, atau BTA tidak jelas Uji tuberkulin negatif positif mm keadaan imunosupresi) Berat badan/keadaan gizi (dengan KMS atau label) Demam sebab jelas batuk
ELLIZA KUSUMANINGRUM
(10 pada
mm, atau 5
buruk
<70%
tanpa
3 minggu
Page 41
BB 5 - < 10 kg 50 mg 75 mg 150 mg
Demam (suhu >37.5 derajat Celcius) Syok Kaku kuduk atau kejang Kesulitan nafas Ikterik Perdarahan
b. c. d. e. f.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 42
Pengobatan suportif : Pada malaria tanpa komplikasi, misal : pengobatan simptomatik terhadap
demam. b. Pada malaria berat: termasuk perawatan umum, pemberian cairan dan
pengobatan simptomatik seperti : penanggulangan demam, pemberian obat anti kejang. 3. a. Pengobatan komplikasi Pengobatan terhadap komplikasi yang timbul, misal : terhadap anemia,
hipoglikemia, syok hipovolemia, asidosis metabolik dan lain-lain. b. Penanganan gangguan fungsi organ akibat komplikasi malaria berat, misalnya
TUMBUH KEMBANG ANAK 1. Berat badan Pada bayi yang baru lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada heri ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan mulai pre-adolescent growth spurt dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan adolescent growth spurt. Dibandingkan dengan anak laki-laki, growth spurt anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekita umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki pada umur sekitar 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun. Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, jika mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara:
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 43
25 gram/hari pada trisemester I 20 gram/hari pada trisemester II 15 gram/hari pada trisemester III 10 gram/hari pada trisemester IV : 240 g/bulan : 180 g/bulan
Intrepretasi gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan 120 % 110-120% 90-110% 80-90 % 70-80 % 70 % : obesitas : overwight : normal : mild malnutrition : moderate malnutrition : severe malnutrition
2. Tinggi badan Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut : 1 tahun 1,5 x TB lahir 4 tahun 2 x TB lahir 6 tahun 1,5 x TB setahun
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 44
Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun) Rata-rata kenaikan tinggi badan pada anak prasekolah adalah 6-8 cm/tahun. Kemudian pada masa remaja terjadi pacu tumbuh adolesen, yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan seperti halnya berat badan. Anak perempuan umumnya memulai pacu tumbuh tinggi badan adolesennya kira-kira pada umur 10,5 tahun dan mencapai puncaknya kira-kira umur 12 tahun di Inggris dan 3 bulan lebih awal di Amerika. Anak laki-laki memulai pacu tumbuh tinggi badan dan mencapai puncaknya 2 tahun kemudian. Namun, puncak untuk anak laki-laki lebih tingi daripada anak perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki 10,3 cm per tahun dibandingkan dengan 9 cm pertahun pada anak perempuan. Kecepatan rata-rata seluruh tahun adalah 9,5 cm per tahun untuk anak laki-laki dan 8,1 pada anak perempuan. Rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik berdasarkan data tinggi badan orang tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai dengan potensinya, adalah sebagai berikut : TB anak perempuan = (TB ayah-13 cm) + TB ibu 8,5 cm 2 TB anak laki-laki = (TB ibu+13 cm) + TB ayah 8,5 cm 2 (13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara orang tua dewasa laki-laki dan perempuan di Inggris dan 8,5 cm adalah nilai absolut tentang tinggi badan). Klasifikasi Waterlow (1973) menggunakan indikator berat badan terhadap usia dan berat badan terhadap tinggi badan meskipun masih mengacu pada baku Harvard. Waterlow mengelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu : normal, kurus, kurus dan pendek, serta pendek. Data seperti ini penting karena pendekatan serta antisipasi lamanya terapi keduanya tidak sama. Sebagai contoh, untuk menormalkan mereka yang kurus tidak memakan waktu lama,
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 45
3. Lingkar kepala Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala ini lebih besar dari lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-ratanya adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama ini adalah 10 cm, atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, demikian pula sebaliknya. Pertumbuhan otak yang tercepat terjadi pada trisemester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan pertama setelah lahir. Pada masa ini terjadi pembesaran sel-sel otak yang pesat, setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Sehingga pada waktu lahir berat otak bayi berat otak dewasa, tetapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 46
4. Gigi Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2 tahun sudah terdapat 20 gigi susu. Sedangkan waktu erupsi gigi tetap, adalah sebagai berikut : Molar pertama Insisor Premolar Kaninus Molar kedua Molar ketiga 6-7 tahun 7-9 tahun 9-11 tahun 10-12 tahun 12-16 tahun 17-25 tahun
5. Jaringan lemak Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang. Pertambahan jumlah sel lemak meningkat pada trisemester III kehamilan sampai pertengahan masa bayi. Setelah itu jumlah sel lemak tidak banyak bertambah. Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak melambat sampai anak berumur 6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing. Jaringan lemak akan bertambah lagi pada anak perempuan umur 8
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 47
PERKEMBANGAN ANAK BALITA Frankenberg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, yaitu :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan dengan
kempuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda, dll.
3. Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa milestone pokok yang harus kita ketahui dalam taraf perkembangan anak, antara lain : umur 4-6 minggu 12-16 minggu
ELLIZA KUSUMANINGRUM
taraf perkembangan tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian Menegakkan kepala, tengkurap
Page 48
ditangannya meraih benda yang didekatkan kepadanya Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya Duduk,dengan tangannya kedepan bantuan kedua
9-10 bulan
Makan biskuit sendiri Menunjuk dengan jari telunjuk Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk Merangkak Bersuara da...da... Berjalan tanpa bantuan Mengucapkan kata-kata tunggal
13 bulan
PEMERIKSAAN PENUNJANG SCREENING TUMBUH KEMBANG Skrining gangguan perkembangan anak.Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya.
SKRININGPERKEMBANGAN Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 49
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 51
Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan protein dan energy, dapat karena asupan yang kurang atau kebutuhan/keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersamaan. MEP hampir selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Gambaran klinis bervariasi dari derajat ringan sampai berat, tergantung pada gangguan kesiembangan energy yang terjadi. Gizi buruk ditandai dengan adanya severe wasting (BB/TB <70% atau <-3 SD). Pada pasien An.N yang berusia 9 bulan 13 hari memiliki berat badan 6,2 kg dengan panjang badan 69 cm. Lingkar kepala 37 cm dan lingkar lengan atas 8 cm. Klasifikasi status gizi : Seharusnya kenaikan berat badan pada pasien : Trisemester I = 25 x 90 = 2250 gram
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 52
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2006.BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK BUKU I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2006.BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK BUKU II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. World Health Organization. 2008. PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT. Jakarta : WHO Indonesia. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. EGC. Jakarta. http://www.wikipedia.org http://www.medicastore.com www.dinkespurworejo.go.id
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 55
ELLIZA KUSUMANINGRUM
Page 56