Anda di halaman 1dari 56

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama penderita Jenis kelamin Tempat/tanggal lahir Umur Alamat rumah Agama Suku bangsa/bangsa : An. N : Perempuan : Jakarta, 31 Maret 2010 : 9 bulan 13 hari : Komplek Yon Arhanud I Serpong Tangerang : Islam : Jawa/Indonesia

IDENTITAS ORANG TUA Orang Tua Nama Umur sekarang Perkawinan ke Pendidikan terakhir Pekerjaan Pangkat Agama Suku bangsa Ayah Tn.S 43 tahun Pertama SMA TNI AD Kopral Islam Jawa Ibu Ny.A 39 tahun Pertama SMA Ibu rumah tangga Islam Jawa

II.

ANAMNESIS

Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 13 Januari 2011, pukul 12.15 WIB Keluhan utama : Demam

Keluhan tambahan : Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien seorang bayi perempuan berusia 9 bulan 13 hari datang ke RSPAD Gatot Soebroto atas rujukan dari RS Kesdam Tangerang dengan keluhan demam. Demam sudah
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 1

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


berlangsung selama 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam yang diderita tidak terlalu tinggi dan naik turun. Riwayat kejang saat demam, menggigil, muntah mencret, dan perdarahan disangkal ibu pasien. Selain itu, pasien menderita batuk pilek yang sudah berlangsung 5 hari sebelum masuk rumah sakit bersamaan dengan demam. Menurut ibu pasien batuknya berdahak. Pasien belum dapat mengeluarkan dahaknya, sehingga seringkali pasien sesak napas akibat batuk pileknya. Pasien juga sempat mengalami muntah beberapa kali akibat batuknya. Keringat pada malam hari, napas mengi disangkal ibu pasien. Anggota keluarga tidak ada yang mengalami batuk pilek. Karena sakitnya, pasien tidak napsu makan. Namun, sebelum sakitnya saat ini napsu makan pasien sudah menurun sejak usia 7 bulan. Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Setelah itu, ibu pasien mencoba memberikan makan buah pisang. Namun, pasien mengalami BAB (buang air besar) berdarah. Pasien tidak sampai dirawat, hanya berobat ke dokter praktek. Sejak saat itu napsu makan pasien terus menurun sehingga berat badan pasien tidak naik. Ibu pasien sudah mencoba beberapa alternatif makanan tambahan berupa bubur susu, buah, dan nasi tim saring tetapi pasien tetap tidak mau makan. Ibu pasien juga menyampaikan bahwa pasien agak sulit BAB, sedikit keras dan keluar hanya butiran-butiran kecil.

Penyakit sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang

Pada usia tujuh bulan pasien mengalami BAB berdarah setelah ibunya memberikan makanan tambahan berupa pisang sehingga sejak saat itu pasien tidak mau makan dan berat badannya tidak naik. Riwayat penyakit dalam keluarga/sekitarnya yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang : Anggota keluarga/sekitarnya tidak ada yang menderita penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit pasien sekarang. Pengobatan yang telah diperoleh : Obat penurun panas Obat batuk sirup Vitamin

Riwayat kehamilan
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 2

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Kehamilan ini merupakan kehamilan anak kedua. Selama kehamilan ibu pasien tidak merasakan keluhan, hanya perasaan mual diawal kehamilan dan tidak pernah menderita sakit selama hamil. Ibu pasien juga melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Riwayat kelahiran Lahir bayi perempuan, pada tanggal 31 Maret 2010, dengan tindakan sectio cesarea atas indikasi ketuban pecah dini selama 15 jam dari ibu G0P2A0 di RS bersalin. Masa kehamilan 39 minggu, berat badan lahir 3400 gram, panjang badan 50 cm. Sewaktu lahir langsung menangis, ketuban jernih, tidak terdapat kelainan bawaan. Riwayat perkembangan Pertumbuhan gigi Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan Bicara : (-) belum ada : : 5 bulan : 8 bulan : 9 bulan (dengan tumpuan dan pegangan) ::-

Membaca & menulis : : belum ada

Perkembangan pubertas Riwayat makanan UMUR 0-2 bulan 2-4 bulan 4-6 bulan 6-8 bulan 8-10 bulan

ASI/PASI (8 kali/hari, tidak banyak) (8 kali/hari, tidak banyak) (lebih dari 8 kali/hari, tidak banyak) (lebih dari 8 kali/hari, tidak banyak) PASI(9 bln susu formula, lebih dari 8

BUAH/BISKUIT

BUBUR SUSU

NASI TIM

(7 bln, setengah buah)

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 3

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


kali/hari, 50 cc) 10-12 bulan Kesan : kualitas makanan kurang

Riwayat imunisasi BCG DPT/DT POLIO CAMPAK HEPATITIS B Kesan : Imunisasi tidak lengkap

III. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 13 Januari 2011, pukul 14.30 WIB Panjang badan Berat badan Keadaan umum Kesadaran : 69 cm : 6,2 kg : Tampak sakit sedang : compos mentis

Tanda-tanda vital Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi napas Suhu tubuh : tidak dilakukan : 128 kali/menit, reguler, isi cukup : 42 kali/ menit, reguler : 36,2 oC
Page 4

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

Data antropometri Berat badan Panjang badan Lingkaran kepala Lingkaran dada Lingkar lengan atas Status gizi : 6,2 kg : 69 cm : 37 cm : 44 cm : 8 cm

: Seharusnya kenaikan berat badan pada pasien :

Trisemester I = 25 x 90 = 2250 gram Trisemester II = 20 x 90 = 1800 gram Trisemester III = 15 x 90 = 1350 gram Trisemester IV = 10 x 6 = 60 gram BB seharusnya = BB lahir + kenaikan BB seharusnya = 3400 gram + 5460 gram = 8860 gram 6200/8860 x 100% = 69,99% didapatkan hasil < 70 % sehingga pasien diklasifikasikan sebagai gizi buruk.

Kepala

: mikrochepal, rambut hitam kusam, tipis, distribusi jarang, tidak mudah

dicabut.Ubun-ubun besar teraba 1,5 cm x 1,5 cm, datar. Mata : palpebra superior kanan dan kiri tidak edema,konjungtiva tidak

anemis,sklera ikterik +/+,kornea jernih,pupil bulat isokor 2mm/2mm,reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif. Telinga : daun telinga simetris kanan dan kiri, liang telinga lapang, tidak ada

sekret, sedikit serumen.


ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 5

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Hidung : bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada, tidak terdapat

nafas cuping hidung. Mulut : bibir tidak pucat dan tidak sianosis, mukosa bibir basah, lidah tidak

kotor, tidak ada celah, tonsil sulit dinilai. Leher : teraba KGB submandibula kiri 2x1 cm, kenyal, mudah digerakkan,

tidak nyeri tekan, trakea ditengah. Thoraks : normochest, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada retraksi, tidak ada sikatriks, tidak ada pelebaran vena Jantung
Inspeksi Palpasi

: ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat pada sela iga IV linea

midclavicula sinistra
Perkusi Auskultasi

: tidak dilakukan : BJ I-II reguler,murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru
Inspeksi

: simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi

supraclavicula, intercostalis, epigastrial

Palpasi

: fremitus taktil kanan dan kiri simetris : tidak dilakukan : suara napas vesikuler, Rhonki-/- wheezing -/-

Perkusi

Auskultasi Abdomen

Inspeksi

: datar, tidak ada benjolan/luka/sikatriks/venektasi/pendarahan : bising usus normal. : Supel,nyeri tekan tidak ada,hati dan limpa tidak teraba
Page 6

Auskultasi Palpasi

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Ginjal tidak teraba.
Perkusi

: timpani pada seluruh lapang abdomen

Genitalia Anus Ekstremitas

: perempuan, tidak ditemukan kelainan : ada, tidak ada kelainan. : akral hangat, oedem tidak ada, tidak ada pitting edema,tidak ada

sianosis, perfusi perifer kurang dari 3 detik. Pemeriksaan Neurologis : Refleks Fisiologis : tidak dilakukan Refleks Patologis : tidak dilakukan

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 06/01/2011 Nilai Rujukan

Hematologi Darah rutin : Eritrosit Trombosit 4,6 344000 4,3-6,0 juta/L 150000400000/uL Hemoglobin Hematokrit IT ratio Leukosit(0-12 bln) MCV 78 80-96 fl
Page 7

11,2 36 15700

13-18 g/dL 40-52% 0 5000-19.500/uL

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


MCH MCHC Hitung jenis : Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit Kimia Protein total Albumin Globulin Bilirubin total Bilirubin direct Bilirubin indirect SGPT (ALT) SGOT (AST) Ureum Kreatinin Natrium Kalium Klorida Glukosa sewaktu 24 39 12 0,4 137 4,1 103 32 6.6 3.9 2.7 0,6 6 8.5 g/dL 3.5 5.0 g/dL 2.5 3.5 g/dL < 1,5 mg/dL <0,3 mg/dL < 1,1 mg/dL < 40 U/L < 35 U/L 20-50 mg/dL 0,5-1,5 mg/dL 135-145 mEq/L 3.5-5.3 mEq/L 97-107 mEq/L <140 mg/dL 0 2 3 50 41 4 0-1% 1-3% 2-6% 50-70% 20-40% 2-8% 25 32 27-32 pg 32-36 g/dL

Scoring TB paru

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 8

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Parameter kontak dengan pasien TB uji tuberkulin berat badan/keadaan dengan KMS atau tabel keterangan tidak ada negatif gizi gizi buruk 0 0 2 0 0 1 0 0 3 score

demam tanpa sebab jelas > 2 tidak ada minggu batuk > 3 minggu tidak ada

pembesaran kelenjar limfe kelenjar limfe submandibula koli, aksila, inguinal pembengkakan tulang/sendi tidak ada panggul, lutut, falang foto dada normal total score Kesan : TB tidak terbukti

V.

RESUME

Pasien seorang bayi perempuan berusia 9 bulan 13 hari datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak terlalu tinggi dan naik turun. Selain itu, pasien menderita batuk pilek yang sudah berlangsung 5 hari sebelum masuk rumah sakit bersamaan dengan demam. Batuknya berdahak, sehingga seringkali pasien sesak napas. Pasien juga sempat mengalami muntah beberapa kali akibat batuknya. Karena sakitnya, pasien tidak napsu makan. Sebelumnya, napsu makan pasien sudah menurun sejak usia 7 bulan. Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Pasien mengalami BAB (buang air besar) berdarah setelah diberi makan pisang. Pasien tidak sampai dirawat, hanya berobat ke dokter praktek. Sejak saat itu napsu makan pasien terus menurun sehingga berat badan pasien tidak naik. Ibu pasien sudah mencoba beberapa alternatif makanan tambahan berupa bubur susu, buah, dan nasi tim saring tetapi pasien tetap tidak mau makan. Ibu pasien juga menyampaikan bahwa pasien agak sulit BAB, sedikit keras dan keluar hanya butiran-butiran kecil. Pemeriksaan fisik :
Page 9

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Keadaan umum BB saat ini TB saat ini LK LD LILA Rambut Gigi : tampak sakit sedang : 6,2 kg : 69 cm : 37 cm : 44 cm : 8 cm : warna hitam kusam, tumbuh jarang, terlihat kulit kepala : belum tumbuh

Lemak dibawah kulit : tidak ada

Pemeriksaan penunjang Laboratorium darah tanggal 6 Januari 2011 Hematologi Hemoglobin 11,2 g/dL Hematokrit 36% MCV 78 fl LED 19 mm/1jam

Kimia SGOT (AST) 39 U/L Ureum 12 mg/dL Kreatinin 0,4 mg/dL Gula darah sewaktu 32 mg/dL

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 10

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


VI. DIAGNOSA KERJA ISPA Gizi buruk

VII.

DIAGNOSA BANDING ISPA Gizi buruk Tuberkulosis paru

VIII. PENATALAKSANAAN cefixime 2x30 mg p.o B compleks 1 tab Vitamin C 35 mg As.folat 1 mg Nebulisasi NaCl 0,9%, berotec 10 tetes 2 x 1 hari

IX.

PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad fungtionam Quo ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

X.

FOLLOW UP PASIEN (terlampir)

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 11

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

S (subjektif)

6/01/2011 demam (-), batuk >2mgu, panas6 hari naik turun, napsu makan turun, BB tidak naik, muntah (-), diare (-) KU:compos mentis BB=6,2kg, PB=69 cm, HR=110 x/mnt, RR= 30 x/mnt, suhu=36oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi buruk - Curiga TB paru - IVFD D5 saline= 500 cc/24jam

O (objektif)

7/01/2011 belum terpasang NGT, minum peroral, makan tidak mau, demam (-), BAB mencret, BAK banyak, batuk pilek (+), muntah (-) KU:compos mentis BB=6,2kg,PB=69cm, HR=115x/mnt, RR=36x/mnt, suhu=37oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, turgor kurang Ekstremitas : akral hangat, udem (-) ISPA Gizi buruk Curiga TB paru IVFD D5 saline= 500 cc/24jam
Page 12

A (assesment) P (penatalaksanaan)
ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Ceftriaxone inj 1x350 mg IV drip Paracetamol 4x cth (k/p) p.o Pulv batuk 3xpulv I p.o Diet : ASI ad libitum/PASI ad libitum Bubur susu 1x Buah 1x Cek DL, differensial,retikulosit , CRP,RDW,LED CRP Mantoux tes Foto toraks Scoring TB -

Ceftriaxone inj 1x350 mg IV drip Paracetamol 4x cth (k/p) p.o Pulv batuk 3xpulv I p.o Vit A 1x50.ooo IU p.o B complex 1x1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 12x70 cc /NGT (bila perlu dg syring pump) Cek urinalisa, timbang BB tiap pagi Baca mantoux tes Cek elektrolit, ureum, kreatinin, LFT, GDS,albumin, protein Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 3x1 hari

S (subjektif) O (objektif)

8/01/2011 terpasang NGT, batuk pilek (+), demam (+) KU:compos mentis BB=6,2kg,PB=69cm, HR=120x/mnt, RR=28x/mnt, suhu=38,4oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, turgor kurang Ekstremitas : akral hangat, udem (-)

9/01/2011 terpasang NGT, batuk pilek (+), demam (+) KU:compos mentis BB=6,2kg,PB=69cm, HR=120x/mnt, RR=28x/mnt, suhu=38,4oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, turgor kurang Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Page 13

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


A (assesment) P (penatalaksanaan) - ISPA - Gizi buruk - Curiga TB paru terapi dilanjutkan - ISPA - Gizi buruk - Curiga TB paru terapi dilanjutkan

S (subjektif)

O (objektif)

10/01/2011 BB mulai naik, demam (-), batuk pilek (-), kejang (-), diare (-), minum dg NGT, muntah (-), residu (-), hasil mantoux tes (-) KU:compos mentis BB=6,5kg, PB=69 cm, HR=112 x/mnt, RR= 28 x/mnt, suhu=36,6oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU

11/01/2011 terpasang NGT, minum dg NGT, demam (-), batuk berdahak (+), pilek (+),muntah (-) KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=109x/mnt, RR=20x/mnt, suhu=36,3oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU
Page 14

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


(+), hepar-lien tidak teraba Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi kurang - Curiga TB paru
-

A (assesment)

P (penatalaksanaan)

lepas infus Cefixime 2x30 mg p.o B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 8x100 cc /NGT timbang BB tiap pagi Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 3x1 hari Foto toraks Scoring TB

(+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi buruk - Scoring TB paru tidak terbukti - Cefixime 2x30 mg p.o - B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg - F75 8x100 cc /NGT - timbang BB tiap pagi - Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 3x1 hari

S (subjektif)

O (objektif)

12/01/2011 terpasang NGT, minum per NGT, batuk berdahak (+),pilek (+), demam (-), minum lewat mulut hanya mau air putih dan teh manis, mual (+) KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=105x/mnt, RR=24x/mnt, suhu=35,8oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB:teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki

13/01/2011 terpasang NGT, minum per NGT hanya susu, minum peroral air putih dan teh manis,makan sedikit,batuk pilek (+), demam (+), BAB (-) KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=110x/mnt, RR=27x/mnt, suhu=36,6oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki
Page 15

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


(-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi buruk - Cefixime 2x30 mg p.o - B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg - F75 8x100 cc /NGT - timbang BB tiap pagi - Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes2x1 hari - Imunisasi campak ditunda sampai setelah pulang perawatan 2minggu lagi (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - ISPA - Gizi buruk - Cefixime 2x30 mg p.o - B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg - F75 8x100 cc /NGT - timbang BB tiap pagi - Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes2x1 hari - Fisioterapi motorik oral

A (assesment) P (penatalaksanaan)

S (subjektif)

O (objektif)

14/01/2011 mual jika mencium bau susu, makan biskuit diencerkan setiap selang wkt 1 jam, minum air putih dan teh manis, BAB 3xsehari agak keras dan butiran KU:compos mentis BB=6,5kg, PB=69 cm, HR=92 x/mnt, RR= 28 x/mnt, suhu=36,3oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran

15/01/2011 demam (-), batuk (-), pilek (+),muntah (-), mual saat mencium bau susu, BAB 3xsehari, BAK normal, napsu makan mulai membaik KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=100x/mnt, RR=28x/mnt, suhu=36,5oC Kepala:mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran
Page 16

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - Gizi buruk - ISPA -

A (assesment) P (penatalaksanaan)

KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - Gizi buruk - ISPA Cefixime distop B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 6x140 cc /NGT timbang BB tiap pagi Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 2x1 hari

Cefixime 2x30 mg p.o B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg F75 130cc/kgBB/hari=845 cc 6x140 cc /NGT timbang BB tiap pagi Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 2x1 hari

S (subjektif)

16/01/2011 tadi malam muntah, demam (-), batuk pilek (-), napsu makan menurun lagi

O (objektif)

KU:compos mentis BB=6,5kg,PB=69cm, HR=101x/mnt, RR=25x/mnt, suhu=36,5oC

17/01/2011 minum per NGT hanya susu, minum peroral air putih dan teh manis,makan sedikit,batuk pilek (+), demam (+), BAB 2xsehari, makan minum susah KU:compos mentis BB=6,7kg,PB=69cm, HR=96x/mnt, RR=32x/mnt, suhu=36,1oC
Page 17

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Kepala: mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - Gizi buruk - ISPA - B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg - F75 6x140 cc /NGT - timbang BB tiap pagi - Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 2x1 hari Kepala: mikrochepal Mata: CA (-), SI (-) KGB: teraba pembesaran KGB submandibula Toraks:pulmo:simetris, retraksi (-), vesikuler, rhonki (-), wheezing (-) cor: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : datar, supel, BU (+), hepar-lien tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat, udem (-) - Gizi buruk - ISPA - B complex 1 tab vit C 35 mg as.folat 1 mg - F100 6x140 cc /NGT - timbang BB tiap pagi - Nebulisasi NaCL 0,9% 3cc berotec 10 tetes 2x1 hari - Fisioterapi oral dilanjutkan - rencana pulang besok

A (assesment) P (penatalaksanaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 18

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Organisasi kesehatan dunia mendefinisikan kekurangan gizi sebagai ketidak

seimbangan selular antara persediaan bahan gizi dan energi serta kebutuhan tubuh untuk untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi spesifik. Malnutrisi energi protein , diuraikan pertama pertama kali pada tahun 1920, dan penelitian paling sering di lakukan pada negara berkembang. Di AS kurang dari 1% dari semua anak-anak yang mempunyai kekurangan gizi kronis. Insiden malnutrisi kurang dari 10%, bahkan di kelompok resiko yang paling tinggi ( anak-anak dalam penampungan tunawisma). Beberapa studi menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan sekunder terjadi sebanyak 10% pada anak-anak di pedesaan. Studi di rumah sakit menyatakan bahwa sebanyak 25% pasien menderita malnutrisi akut dan 27% menderita yang kronis. Secara internasional organisasi kesehatan dunia memperkirakan kirakira 150 juta anak-anak ( 26.7%) dibawah 5 tahun pada negara berkembang menderita malnutrisi. Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan menderita malnutrisi , 5 kali lebih besar dibandingkan Belahan bumi bagian barat. Di Afrika, 30% anak-anak menderita malnutrisi. Dua pertiga dari semua anak-anak malnutrisi tinggal di Asia, dan sisanya tinggal di Afrika. Efek dari malnutrisi meliputi gangguan fisik dan mental . lambatnya pertambahan berat badan dan pertambahan tinggi badan, berkurangnya respon imun, yang dapat mempermudah terjadinya infeksi. Anak-anak yang menderita malnutrisi yang kronis mengalami perubahan tingkah laku, mencakup sifat lekas marah, kelesuan dan berkurang kemampuan reaksi sosial, ketertarikan, dan kurang perhatian. Sebagai tambahan, pada bayi dan anak-anak yang menderita malnutrisi sering memperlihatkan gangguan kognitif permanen. Walaupun kematian akibat malnutrisi di Amerika Serikat jarang terjadi, tetapi pada negara berkembang, kira-kira 50% dari 10 juta\ tahun kematian adalah akibat malnutrisi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Anak peka terhadap efek malnutrisi pada masa kanak-kanak dan awal masa kanakkanak. Bayi prematur mempunyai kebutuhan gizi khusus yang tidak sama dengan makanan biasa ; mereka memerlukan ASI atau susu yang dirancang khusus. Selama masa remaja, diet yang berlebihan berperan untuk timbulnya defisiensi gizi.

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 19

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

GIZI BURUK Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan protein dan energi, dapat karena asupan yang kurang atau kebutuhan/keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersamaan. MEP hampir selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Gambaran klinis bervariasi dari derajat ringan sampai berat, tergantung pada gangguan kesiembangan energi yang terjadi. Gizi buruk ditandai dengan adanya severe wasting (BB/TB <70% atau <-3 SD).

ETIOLOGI GIZI BURUK Dari berbagai penelitian tentang penyebab masalah gizi menyebutkan bahwa : 1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Pola pemberian ASI dan MP-ASI merupakan salah satu penyebab utama gangguan pertumbuhan pada balita ; Bayi yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah ( Purworejo = 48,89 % ) Tidak semua ibu memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Hanya sepertiga ibu memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah kelahiran.

2. Interaksi ibu dan anak Interaksi antara ibu dengan anak berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan perhatian lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan senyuman, mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 20

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


makanan yang seimbang, maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapat perhatian orang tua. 3. Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada status pertumbuhan anak seperti ; - Pemantauan berat badan balita di Posyandu - Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi bulan Februari dan Agustus. - Kunjungan Neonatal - Imunisasi pada bayi 4. Kesehatan Lingkungan Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) akan mengurangi penyakit infeksi. 5. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi.

KRITERIA DIAGNOSIS Gizi buruk atau malnutrisi berat ditentukan berdasarkan tanda klinis disamping antropometris: - Berdasarkan tanda klinis : anak tampak sangat kurus atau ada edema
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 21

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


- Berdasarkan antropometri : BB/TB < -3 SD dan (TTB/U < -3 SD) atau berdasarkan klasifikasi Wellcome. BB// U Berdasar % Median standar 80-60 < 60 Kwashiorkor Undernutrision Edema (+) Edema ( - )

Marasmik-Kwasiorkor Marasmus

Klasifikasi KEP (Kurang energi Protein) 1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS; 2. KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS; 3. KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS. Pemeriksaan Fisik Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.

Demam (suhu aksilar 37,5oC) Frekuensi dan tipe pernapasan : pneumonia atau gagal jantung Sangat pucat Pembesaran hati dan ikterus

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 22

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

Adakah perut kembung, bising usus melemah/eninggi, tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

KLASIFIKASI GIZI BURUK Marasmus Etiologi : - Multifaktorial / kompleks - Masukan kalori yang kurang - Penyakit Metabolik - Kelainan Kongenital - Infeksi Kronik Patofisiologi : Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino, kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.

Manifestasi Klinis : Pada mulanya terdapat kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. - Anak Tampak sangat kurus - Kulit keriput
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 23

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


- Wajah seperti orang tua - Pada mulanya bayi cengeng dan rewel tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang - Abdomen dapat kembung atau datar gambaran usus dapat dengan mudah dilihat - Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni - Suhu biasanya subnormal - Nadi mungkin lambat. - Angka metabolisme basal cenderung menurun - Bayi biasanya konstipasi,tetapi dapat muncul diare tipe kelaparan dengan buang air besar sering,tinja berisi mukus dan sedikit. - Sering disertai : Penyakit kronik, Diere kronik

Kwashiorkor Merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau dari kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Etiologi :

Selain faktor sosio-ekonomi diantaranya karena : - Diare Kronik menyebabkan keseimbangan nitrogen yang negatif. - Malabsorbsi protein - Hilangnya protein melalui air kemih (sindroma nefrotik) - Infeksi menahun
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 24

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


- Luka bakar - Penyakit hati

Patofisiologi : Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

Manifestasi Klinik : Bukti klinik awal malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi,apatis atau Bila terus maju mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup,kurang

iritabilitas.

stamina,kehilangan jaringan muskuler,bertambah kerentanan terhadap infeksi dan edema. - Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis) - Wajah membulat dan sembab - Pandangan mata sayu - Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut, rontok. Pada anak dengan rambut berwarna hitam,dispigmentasi menghasilkan coret-coret merah atau abu-abu pada warna rambut (hipokromotricia),anyaman rambut menjadi kasar pada penyakit kronik.. - Perubahan status mental : Cengeng, rewel, kadang apatis
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 25

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


- Pembesaran hati - Otot mengecil (hipotrofi) Sering ada dermatitis yaitu berupa penggelapan kulit tampak pada daerah yang teriritasi tetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari. Keadaan ini berlawanan dengan keadaan pada pellagra. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkupas . - Sering disertai : Infeksi parasit, Anemia, Diare.

Data Laboratorium : -

Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali Harga glukose darah rendah tetapi kurva toleransi glukose dapat bertipe diabetik. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah tetapi kadar ini kembali kenormal sesudah beberapa Angka amilase,esterase,kolinesterase,transamilase,lipase dan alkalin fosfatase serum Ada penurunan aktivitas enzim pankreas dan santhin oksidase tetapi angka ini Anemia dapat normositik,mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang

menghilang pada stadium akhir.

non-esensial,dan dapat menambah aminoasiduria.

hari pengobatan. turun. kembali normal segera sesudah mulai pengobatan.

biasanya terlambat.

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 26

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

Diagnosis Banding : Diagnosis banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, keadaan ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein. Pencegahan : Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Karena kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulkan pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan keturunannya, petunjuk diet dan distribusinya makanan cukup sangat segera dibutuhkan di daerah endemik. Pengobatan : Bila terdapat keadaan dehidrasi ringan sampai sedang,cairan diberikan secara oral

atau dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki. Untuk dehidrasi berat,cairan intra vena diperlukan.Jika cairan intra vena tidak dapat diberikan,infus intraosseus (sumsum tulang ) atau intraperitoneal 70ml/kg larutan Ringer Laktat setengah-kuat dapat menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 5-10 hari. Bila dehidrasi terkoreksi,makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit sering,kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari berikutnya. Pada hari ke 6-8 anak harus mendapat 150 ml/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu sapi atuau yogurt untuk anak intolers-laktose harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Makanan khusus tersedia dari UNICEF
Page 27

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Pada masa penyembuhan,makanan energi tinggi terbuat dari susu,minyak dan gula diperlukan. Susu skim,hidrolisat casein,atau campuran asam amino sintetik dapat digunakan menambah cairan dasar dan regimen nutrisi. Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal dan cepat, hati dapat menjadi besar,abdomen menjadi sangat kembung,dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak sayur diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukose yang terganggu dapat diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 g kromium klorida. Vitamin dan mineral,terutama vitamin A,kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anamia. Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet,sedang pengobatan infestasi parasit jika tidak berat dapat ditunda sampai penyembuhan mulai berlangsung. Sesudah pengobatan dimulai penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu karena menghilangnya udem. Enzim serum dan usus kembali ke normal dan penyerapan lemak dan protein usus membaik. Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu,retardasi mental dapat permanen. Makin muda bayi saat kekurangan makin rusak pengaruh jangka lamanya. dan fisik untuk

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 28

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Marasmik-kwashiorkor Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

Tatalaksana Gizi Buruk Langkah Tatalaksana Gizi Buruk

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 29

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


HIPOGLIKEMIA Merupakan salah satu penyebab kematian pada gizi buruk. Dapat disebabkan infeksi sistemik atau tidak mendapat makanan 4-6 jam sebelumnya. Definisi Tanda Klinis : Kadar glukosa darah <54 mg/dL atau <3 mmol/L : Lemah, suhu tubuh <36,5C, kadang ada gangguan kesadaran. Anak tidak berkeringat dan pucat seperti anak normal, lebih sering didapatkan anak mengantuk. Bila ada tanda klinis berikan glukosa tanpa menunggu pemeriksaan lab. Anak mampu minum : 50 ml glukosa 10% atau F-75 Sukrosa 10% : 1 sendok teh gula pasir dalam 5 sendok teh air Anak tidak sadar atau kejang : Glukosa 10% 5ml/kgBB iv diikuti 50 ml glukosa 10% per NGT Semua anak gizi buruk yang menderita hipoglikemia harus diberi antibiotika spektrum luas karena kemungkinan besar menderita infeksi sistemik. Tatalaksana Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan. Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.

Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari. Bila masih mendapatkan ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 30

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosan10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kgBB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT. Beri antibiotik

Pemantauan Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit. Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (<54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.

Jika suhu rektal <35,5oC atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.

HIPOTERMIA Definisi Faktor resiko : Suhu aksiler <36.5 C : Bayi <12 bulan Kerusakan kulit yang meluas Infeksi serius Penanganan : Kangaroo mother care (kontak langsung kulit ibu denga kulit

anak)/perawatan bayi lekat bungkus anak dengan selimut dan letakkan lampu didekatnya (50 cm). Hentikan pemanasan jika suhu tubuh sudah mencapai 37 C

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 31

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


DEHIDRASI DAN SYOK SEPTIK Dehidrasi dan syok septik sulit dibedakan pada anak dengan gizi buruk. Pada syok septik sering dijumpai riwayat diare dengan dehidrasi sehingga gambaran klinis menjadi kabur. Diagnosis : Tanda dehidrasi yang biasa digunakan untuk menilai anak normal sulit diterapkan pada anak gizi buruk karena : Pada anak gizi buruk terjadi atrofi kelenjar ludah dan air mata sehingga mukosa menjadi kering dan air mata tidak ada tidak cukup baik untuk menilai dehidrasi. Lemak subkutan tipis sehingga pada cubitan kembalinya kulit selalu lambat. Sebaliknya, edema menutupi tanda ini. Tatalaksana : Dehidrasi diatasi dengan pemberian cairan peroral. Pemberian cairan intravena dapat menyebabkan over hidrasi dan gagal jantung, karena itu hanya diberikan pada keadaan syok. Penderita gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan kadar natrium yang tinggi, maka seharusnya cairan rehidrasi mengandung lebih banyak kalium dan lebih sedikit natrium dibanding oralit standard (formula WHO). Cairan rehidrasi untuk malnutrisi disebut ReSoMal. Cara pemberian : 70-100ml/kgBB selama 12jam, dimulai dengan 5ml/kg setiap 30 menit untuk 2 jam pertama (oral/NGT), kemudian 5-10 ml/kg/jam. Hentikan ReSoMal bila ada : Kenaikan frekuensi jantung dan respirasi Pelebaran (kenaikan tekanan) vena jugularis
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 32

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Peningkatan edema (termasuk kelopak mata bengkak) Rehidrasi diberikan sampai anak tidak merasa haus, air kemih telah diproduksi dengan baik, tanda dehidrasi lain sudah hilang. Rehidrasi intravena : Diberikan pada syok hipovolemik atau syok septik. Larutan Darrow (half-strength) dengan glukosa (dekstrosa) 5% atau RL dengan glukosa 5% atau D5 saline. Diberikan 15ml/kgBB selama 1 jam, pantau tanda overhidrasi. Dapat diulang dengan dosis yang sama. Pasang NGT dan berikan ReSoMal 10ml/kgBB/jam. Anak dievaluasi tiap jam. Anak dengan tanda sebagai berikut dianggap menderita syok septik : Tanda dehidrasi tanpa riwayat diare cair Hipotermia atau Hipoglikemia Edema dan tanda Dehidrasi

KOREKSI ELEKTROLIT Kurangi garam pada makanan, berikan makanan yang banyak mengandung K dan Mg Sumber K : jus tomat, merica, paprika, kacang-kacangan, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak. Sumber Mg : coklat, kopi instan, kacang-kacangan, bayam, aprikot.

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 33

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


INFEKSI Demam sebagai tanda infeksi tidak tampak pada penderita gizi buruk. Pada semua penderita gizi buruk sebaiknya diberikan antibiotika spektrum luas. a. Tanpa tanda infeksi dan komplikasi : Kotrimoksasol (25mg sulfametoksasol + 5mg trimetoprim/kgBB/kali) Dua kali sehari peroral. b. Dengan infeksi / komplikasi : Ampisilin 50mg/kg/kali tiap 6 jam i.m atau i.v selama 2 hari diteruskan dengan Amoksisilin 15mg/kg/kali tiap 8 jam peroral selama 5 hari. Gentamisin 7,5mg/kg sekali sehari selama 7 hari. Bila dalam 48 jam tidak ada perbaikan tambahkan Kloramfenikol 25mg/kg/kali i.m atau i.v. tergantung respon anak. Bila ada infeksi lain (amoebiasis, candidiasis, tuberculosis, dll) terapi sesuai penyakitnya. Berikan imunisasi campak sewaktu masuk rumahsakit dan dosis ulang pada waktu keluar. Hal ini karena mortalitas karena campak sangat tinggi pada anak dengan gizi buruk.

DEFISIENSI MIKRONUTRIEN Berikan suplementasi vitamin A : Bayi < 6 bulan 50.000 IU/kali

Bayi 6-12 bulan 100.000 IU/kali Bayi > 12 bulan 200.000 IU/kali
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 34

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Diberikan pada hari pertama, kedua, dan keempatbelas dihitung sejak perawatan dimulai bila ada tanda defisiensi vitamin A (buta senja, xerosis konjungtiva, xerosis kornea, bercak bitot, ulkus kornea, keratomalasia). Hanya hari pertama jika tidak ada tanda defisiensi vitamin A. Berikan suplementasi vitamin dan mikronutrien lainnya kecuali besi. Besi diberikan pada minggu kedua setelah BB mulai naik, dosis 3mg/kgBB/kali

Dosis Pemberian Fe

Tablet besi/folat (FeSO4 200 mg + 0.25 mg as.folat) Sirup besi (FeSO4 150 ml) 1-3 mg elemental

PEMBERIAN MAKANAN AWAL Fungsi hati dan usus kurang sempurna, gangguan keseimbangan elektrolit : Makanan dengan kandungan protein/lemak/natrium di jumlah kurang dari normal, karbohidrat tinggi. Diberikan dalam porsi kecil dan sering. Dengan NGT bila anak tidak dapat menelan. Pantau asupan makanan harian Bila nafsu makan timbul : Pemberian makan berhasil, anak masuk fase rehabilitasi Asupan kalori : 80-100 kcal/kgBB/hari Pantau BB tiap hari.

Zat gizi

Stabilisasi

Transisi

Rehabilitasi
Page 35

ELLIZA KUSUMANINGRUM

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


(hari ke 1-2) Energi 80-100 kkal/kgBB/hr Protein 1-1.5 gram/kgBB/hr Cairan 100ml/kgBB/hr bila berat ada edema 150ml/kgBB/hr 150-200 ml/kgBB/hr (hari ke 3-7) 100-150 kkal/kgBB/hr 2-3gram/kgBB/hr (Minggu ke 2-6) 150-220 kkal/kgBB/hr 3-4 gram/kgBB/hr

TUMBUH KEJAR Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi): Ganti F-75 dengan F-100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan.

Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mapu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100.

a. Bantu anak makan sesuai kemampuannya b. Menyusui setiap kali anak menginginkannya c. Merangsang perkembangan emosi d. Mempersiapkan ibu/pengasuh untuk perawatan di rumah e. Rehabilitasi nutrisi :
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 36

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


- Kebutuhan energi 150-220 kcal/kgBB/hari - Protein 4-6 g/kgBB/hari - Berikan besi dan asam folat - Pantau BB tiap hari

STIMULASI Ruang rawat dengan warna cerah dan suara musik, aktivitas bermain dengan anak lain dan aktivitas fisik. Lakukan : Ungkapan kasih sayang Lingkungan yang ceria Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari Aktifitas fisik segera setelah anak cukup sehat Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan, memandikan, bermain)

TINDAK LANJUT Melatih orang tua untuk mencegah berulangnya gizi buruk, dengan cara menjelaskan: a. Penyebab malnutrisi b. Pemberian makan yang benar c. Cara stimulasi mental dan emosi d. Mampu menangani diare
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 37

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


e. Mengenali kemungkinan infeksi f. Memahami perlunya pemberian obat cacing tiap 6 bulan. Kriteria Pulang Dari Rumah Sakit 1. Anak : - BB/TB atau BB/PB mencapai -1 SD atau 90 % standard WHO- NCHS - Mampu makan dalam jumlah cukup - Kenaikan BB sesuai - Defisiensi vitamin dan mineral teratasi - Infeksi terobati - Vaksinasi telah dimulai

2. Ibu

: - Mampu merawat - Mampu mempersiapkan dan memberikan makanan - Mampu membuat mainan/bermain dengan anak - Memahami cara menangani diare, demam dan ISPA

PENYAKIT PENYULIT Gangguan pada mata akibat defisiensi vitamin A Jika hanya bercak Bitot saja, tidak memerlukan obat tetes. Jika ada nanah dan peradangan berikan tetes mata kloramfenikol atau tetrasiklin. Jika ada kekeruhan pada kornea dan ulkus kornea, diberikan tetes mata kloramfenikol 0.25-1% atau tetes tetrasiklin 1% dengan tetes mata atropin 1%. Lalu di rujuk ke dokter mata. Dosis pemberian vitamin A :

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 38

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Umur < 6 bulan : 50.000 SI (1/2 kapsul biru) Umur 6-11 bulan : 100.000 SI (1 kapsul biru) Umur 1-5 tahun : 200.000 SI (1 kapsul merah)

Gangguan pada kulit (Dermatosis) a. Hipo/hiperpigmentasi Kompres pada bagian yang terkena dengan larutan KmnO4 selama 10 menit. b. Deskuamasi (kulit mengelupas) Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor) c. Lesi ulserasi eksudatif menyerupai luka bakar, sering disertai dengan infeksi sekunder oleh candida. Usahakan agar daerah tetap kering. Umunya terdapat defisiensi seng (Zn) : beripreparat Zn peroral ( sudah termasuk dalam larutan mineral)

Diare Persisten a. Jika anak mengalami diare oleh karena mengkonsumsi makanan yang mengandung tinng laktosa, berikan makanan secara berhati-hati. Yaitu makanan formula bebas yang rendah laktosa. b. Kerusakan mukosa usus dan Giardiasis. Berikan kotrimoksasol 5-8 mg/kgBB/hari, periksa dan ganti dengan metronidazol jika pemeriksaan positif.
c. Pemeriksaan tinja yang positif. Beri metronidazol 30-50 mg/kgBB/ hari selama 7-10

hari. Anemia Berat Jika Hb< 4 g/dL, atau Hb 4-6 g/dL disertai distress pernafasan atau tanda gagal jantung.
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 39

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


a. Transfusi darah segar sebanyak 10 ml/kgBB dalam waktu 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cell untuk transfusi dengan jumlah yang sama. b. Beri furosemide 1 mg/kgBB IV pada saat transfusi dimulai c. Hentikan semua pemberian cairan lewat oral atau NGT selama anak ditransfusi. Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, hemoglobinuria, renjatan atau syok). Bila pada anak dengan distress nafas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dL atau antara 4-6 g/dL jangan diulangi pemberian darah.

Parasit/cacing Jika anak umur 4 bulan atau lebih, dan belum pernah mendapatkan obat Pirantel Pamoat dalam 6 bulan terakhir, dengan hasil pemeriksaan tinja positif, diberikan dengan dosis tunggal (diberikan pada fase transisi)

UMUR

BERAT BADAN (kg)

PIRANTEL PAMOAT (125mg/TABLET)

4-9 bulan 9-12 bulan 1-3 tahun 3-5 tahun

6 - <8 8 - <10 10 - < 14 14 - < 19

tablet tablet 1 tablet 1 tablet

Tuberculosis Hal-hal yang mencurigakan TBC :


a. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC yang BTA positif

b. Terdapat reaksi kemerahan yang cepat dalam 3-7 hari setelah imunisasi BCG c. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik. d. Sakit atau demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas.
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 40

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


e. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu. f. Pembesaran kelenjar limpe superficial yang spesifik. g. Scofuloderma h. Konjungtivitis fliktenularis i. Uji tuberkulin yang positif (>10 mm) j. Gambaran foto rontgen yang mendukung. Bila gejala diatas >3 positif, maka dianggap TBC. Beri OAT dan diobservasi selama 2 bulan. Jika membaik maka OAT diteruskan. Sedangkan jika gejala tidak membaik, maka kemungkinan bukan TB atau TB yang kebal obat. Sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB anak Parameter kontak pasien TB 0 dengan Tidak jelas 1 2 3

laporan keluarga, kontak dengan kontak pasien dengan pasien BTA positif BTA

negatif atau tidak tahu, atau BTA tidak jelas Uji tuberkulin negatif positif mm keadaan imunosupresi) Berat badan/keadaan gizi (dengan KMS atau label) Demam sebab jelas batuk
ELLIZA KUSUMANINGRUM

(10 pada

mm, atau 5

gizi kurang : gizi BB/TB <90% BB/TB atau <80% 2 minggu

buruk

<70%

BB/U atau BB/U <60%

tanpa

3 minggu
Page 41

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


pembesaran kelenjar koli, inguinal pembengkakan tulang/sendi panggul, falang foto dada normal jelas tidak sugestif TB lutut, ada pembengkakan limfe aksila, 1 cm jumlah 1, tidak nyeri

Jenis obat Isoniazid Rifampicin Pirazinamid

BB 5 - < 10 kg 50 mg 75 mg 150 mg

BB 10 - <20 kg 100 mg 150 mg 300 mg

BB 20 33 kg 200 mg 300 mg 600 mg

Malaria Tanda-tanda atau gejala klonis :


a.

Demam (suhu >37.5 derajat Celcius) Syok Kaku kuduk atau kejang Kesulitan nafas Ikterik Perdarahan

b. c. d. e. f.

Terapi : 1. Pemberian obat anti malaria :

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 42

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


a. b. 2. a. Obat oral untuk malaria tanpa komplikasi atau malaria ringan Obat parenteral untuk malaria berat atau yang tak dapat minum obat

Pengobatan suportif : Pada malaria tanpa komplikasi, misal : pengobatan simptomatik terhadap

demam. b. Pada malaria berat: termasuk perawatan umum, pemberian cairan dan

pengobatan simptomatik seperti : penanggulangan demam, pemberian obat anti kejang. 3. a. Pengobatan komplikasi Pengobatan terhadap komplikasi yang timbul, misal : terhadap anemia,

hipoglikemia, syok hipovolemia, asidosis metabolik dan lain-lain. b. Penanganan gangguan fungsi organ akibat komplikasi malaria berat, misalnya

tindakan dialisis, pemasangan ventilator dan lain-lain.

TUMBUH KEMBANG ANAK 1. Berat badan Pada bayi yang baru lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada heri ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan mulai pre-adolescent growth spurt dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan adolescent growth spurt. Dibandingkan dengan anak laki-laki, growth spurt anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekita umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki pada umur sekitar 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun. Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, jika mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara:
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 43

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


25 gram/hari pada trisemester I 20 gram/hari pada trisemester II 15 gram/hari pada trisemester III 10 gram/hari pada trisemester IV : 240 g/bulan : 180 g/bulan

Usia 1-3 tahun Usia 4-6 tahun

Intrepretasi gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan 120 % 110-120% 90-110% 80-90 % 70-80 % 70 % : obesitas : overwight : normal : mild malnutrition : moderate malnutrition : severe malnutrition

2. Tinggi badan Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut : 1 tahun 1,5 x TB lahir 4 tahun 2 x TB lahir 6 tahun 1,5 x TB setahun
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 44

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


13 tahun 3 x TB lahir

Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun) Rata-rata kenaikan tinggi badan pada anak prasekolah adalah 6-8 cm/tahun. Kemudian pada masa remaja terjadi pacu tumbuh adolesen, yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan seperti halnya berat badan. Anak perempuan umumnya memulai pacu tumbuh tinggi badan adolesennya kira-kira pada umur 10,5 tahun dan mencapai puncaknya kira-kira umur 12 tahun di Inggris dan 3 bulan lebih awal di Amerika. Anak laki-laki memulai pacu tumbuh tinggi badan dan mencapai puncaknya 2 tahun kemudian. Namun, puncak untuk anak laki-laki lebih tingi daripada anak perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki 10,3 cm per tahun dibandingkan dengan 9 cm pertahun pada anak perempuan. Kecepatan rata-rata seluruh tahun adalah 9,5 cm per tahun untuk anak laki-laki dan 8,1 pada anak perempuan. Rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik berdasarkan data tinggi badan orang tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai dengan potensinya, adalah sebagai berikut : TB anak perempuan = (TB ayah-13 cm) + TB ibu 8,5 cm 2 TB anak laki-laki = (TB ibu+13 cm) + TB ayah 8,5 cm 2 (13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara orang tua dewasa laki-laki dan perempuan di Inggris dan 8,5 cm adalah nilai absolut tentang tinggi badan). Klasifikasi Waterlow (1973) menggunakan indikator berat badan terhadap usia dan berat badan terhadap tinggi badan meskipun masih mengacu pada baku Harvard. Waterlow mengelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu : normal, kurus, kurus dan pendek, serta pendek. Data seperti ini penting karena pendekatan serta antisipasi lamanya terapi keduanya tidak sama. Sebagai contoh, untuk menormalkan mereka yang kurus tidak memakan waktu lama,
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 45

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


sementara sebaliknya : mengejar ketertinggalan pertumbuhan linier (kalau masih dapat) memerlukan waktu cukup panjang Tabel klasifikasi kurang kalori protein menurut Waterlow Derajat kependekan Persen (derajat) BB/U >90% (derajat 0) 95-90% (derajat 1) 85-90% (derajat 2) <85% (derajat 3) pendek kurus-pendek Derajat kekurusan (BB/TB) >90% (0) 80-90% (1) normal 70-80% (2) <70% (3) kurus

3. Lingkar kepala Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala ini lebih besar dari lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-ratanya adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama ini adalah 10 cm, atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, demikian pula sebaliknya. Pertumbuhan otak yang tercepat terjadi pada trisemester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan pertama setelah lahir. Pada masa ini terjadi pembesaran sel-sel otak yang pesat, setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Sehingga pada waktu lahir berat otak bayi berat otak dewasa, tetapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.

Kenaikan berat otak anak adalah sebagai berikut :

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 46

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


umur 6-9 bulan kehamilan lahir-6 bulan 6 bulan-3 tahun 3 tahun-6 tahun kenaikan berat otak : gram/24 jam 3 2 0,35 0,15

4. Gigi Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2 tahun sudah terdapat 20 gigi susu. Sedangkan waktu erupsi gigi tetap, adalah sebagai berikut : Molar pertama Insisor Premolar Kaninus Molar kedua Molar ketiga 6-7 tahun 7-9 tahun 9-11 tahun 10-12 tahun 12-16 tahun 17-25 tahun

5. Jaringan lemak Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang. Pertambahan jumlah sel lemak meningkat pada trisemester III kehamilan sampai pertengahan masa bayi. Setelah itu jumlah sel lemak tidak banyak bertambah. Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak melambat sampai anak berumur 6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing. Jaringan lemak akan bertambah lagi pada anak perempuan umur 8
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 47

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


tahun dan pada anak laki-laki umur 10 tahun sampai menjelang awal pubertas. Setelah itu pertambahan jaringan pada pria mengurang, sedangkan pada wanita terus bertambah dan mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk tubuh wanita dewasa. Untuk mengukur tebalnya jaringan lemak, yaitu dengan mengukur tebalnya lipatan kulit.

PERKEMBANGAN ANAK BALITA Frankenberg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, yaitu :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan dengan

kempuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.


2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang berhubungan dengan

kempuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda, dll.
3. Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.


4. Gross motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa milestone pokok yang harus kita ketahui dalam taraf perkembangan anak, antara lain : umur 4-6 minggu 12-16 minggu
ELLIZA KUSUMANINGRUM

taraf perkembangan tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian Menegakkan kepala, tengkurap
Page 48

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


sendiri 20 minggu 26 minggu Menoleh ke arah suara Memegang benda yang ditaruh

ditangannya meraih benda yang didekatkan kepadanya Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya Duduk,dengan tangannya kedepan bantuan kedua

9-10 bulan

Makan biskuit sendiri Menunjuk dengan jari telunjuk Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk Merangkak Bersuara da...da... Berjalan tanpa bantuan Mengucapkan kata-kata tunggal

13 bulan

PEMERIKSAAN PENUNJANG SCREENING TUMBUH KEMBANG Skrining gangguan perkembangan anak.Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya.

SKRININGPERKEMBANGAN Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 49

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


tertentu. Tes skrining yang ideal harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas), memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang berbeda, murah dan cepat digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak sepenuhnya ada. Perlu dipisahkan antara skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan. Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan imunisasi. Terdapat tiga pendekatan pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak, bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrininginformal.
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 50

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Skrining perkembangan formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko rendah. Meskipun di negara berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil dalam deteksi dini cerebral palsy. INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN Ahli penyakit anak sekarang mempunyai banyak instrumen perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang paling baik adalah yang mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk sensitifitas, spesifitas, validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah distandarisasi pada populasi luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak, seperti Parents Evaluation of Developmental Status, Ages and Stages Questionnaires, dan Child Development Inventories Mempunyai data psikometrik ysng baik dan mempunyai keunggulan dimana untuk melakukannya membutuhkan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan instrument yang membutuhkan pemeriksaan langsung oleh ahli penyakit anak. Instrument seperti Denver-II screening test, Bayley Infant Neurodevelopmental Screener, Battelle Developmental Inventory, Early Language Milestone Scale, dan Brigance Screens melibatkan pemeriksaan langsung terhadap kemampuan anak. The CATCLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan bahasa dari anak. Setiap tes skrining mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the Denver-II screening test yang telah digunakan secara luas, namun mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah tergantung dari interpretasi hasilnya. Setiap tes juga harus dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak maka hasilnya akan tidak valid.

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 51

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

BAB III ANALISA KASUS

Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan protein dan energy, dapat karena asupan yang kurang atau kebutuhan/keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersamaan. MEP hampir selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Gambaran klinis bervariasi dari derajat ringan sampai berat, tergantung pada gangguan kesiembangan energy yang terjadi. Gizi buruk ditandai dengan adanya severe wasting (BB/TB <70% atau <-3 SD). Pada pasien An.N yang berusia 9 bulan 13 hari memiliki berat badan 6,2 kg dengan panjang badan 69 cm. Lingkar kepala 37 cm dan lingkar lengan atas 8 cm. Klasifikasi status gizi : Seharusnya kenaikan berat badan pada pasien : Trisemester I = 25 x 90 = 2250 gram
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 52

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Trisemester II = 20 x 90 = 1800 gram Trisemester III = 15 x 90 = 1350 gram Trisemester IV = 10 x 6 = 60 gram BB seharusnya = BB lahir + kenaikan BB seharusnya = 3400 gram + 5460 gram = 8860 gram 6200/8860 x 100% = 69,99% didapatkan hasil < 70 % sehingga pasien diklasifikasikan sebagai gizi buruk. 1. Berdasarkan berat badan terhadap umur BB/Ux100% = 6,2/8,5x100% = 72,9% 2. Tinggi badan terhadap umur TB/Ux100% = 69/70x100% = 98% 3. Berat badan terhadap tinggi badan BB/TBx100% = 6,2/8,2x100% = 75,6% 4. Lingkar kepala Tidak sesuai dengan usianya yang seharusnya 44 cm. lingkar kepala berada di bawah -2SD. Hal ini menunjukkan bahwa pasien An.N dengan mikrochepali. Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Waterlow dinyatakan bahwa pasien An.N termasuk dalam derajat 3 (<70%) yaitu, kurus pendek. Setelah dilakukan penilaian antropometri maka diagnosis pada pasien An.N sesuai, yaitu pasien mengalami gizi buruk. Namun, dari keadaan klinis yang ditemukan, penyusun melengkapi diagnosis, yaitu gizi buruk tipe marasmus. Hal ini sesuai dengan klinis, yaitu pasien tampak sangat kurus, pada mulanya pasien cengeng dan rewel kemudian lesu dan nafsu makan hilang, angka metabolisme basal cenderung turun, pasien mengalami konstipasi, dan tidak ditemukan edema.
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 53

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


Pemberian kebutuhan cairan perhari 500 cc/24 jam. Sebaiknya pemberian cairan dihitung berdasarkan berat badan, yaitu 100 ml/kgBB/24 jam. Jadi pada pasien An.N kebutuhan cairan yang seharusnya diberikan, yaitu 100 ml x 6,2=620 ml/24 jam. Nebulisasi diberikan NaCl 0,9% 3cc ditambah dengan berotec 10 tetes. Hal ini telah sesuai untuk mengatasi batuk pilek yang dialami pasien, sehingga sesak napas dapat dihindari. Pasien An.N mengalami hipoglikemia yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan gula darah sewaktu menunjukkan nilai 32 mg/dL. Untuk itu dilakukan penatalaksanaan untuk mengatasi keadaan hipoglikemia berdasarkan 10 langkah utama mengatasi gizi buruk dengan pemberian Formula WHO 75 (F-75) pada fase stabilisasi sampai dengan fase transisi yang digantikan dengan Formula WHO 100 (F-100). Pemberian makanan awal F-75 tiap 2 jam, yaitu 70 ml/kali makan sebanyak 12 kali makan selama tiga hari (fase stabilisasi). Kemudian dilanjutkan dengan pemberian F-75 tiap 3 jam, yaitu 100 ml/kali makan sebanyak 8 kali makan diberikan selama 4 hari. Pemberian F-75 setiap 4 jam, yaitu 140 ml/kali makan sebanyak 6 kali makan selama 3 hari. Kemudian dilakukan penggantian F-75 dengan F-100 dengan jumlah yang sama, yaitu 140 ml/kali makan sebanyak 6 kali makan (fase transisi). Pemberian Formula WHO 75 (F-75) dan 100 (F-100) sudah sesuai dengan tata cara mengatasi hipoglikemia pada gizi buruk. Pasien An.N datang dengan keluhan demam yang disertai batuk pilek sehingga An.N dikategorikan sebagai gizi buruk tipe marasmus dengan infeksi. Pada saat perawatan pasien mendapat terapi antibiotika ceftriaxone injeksi 1x350 mg IV drip dan dilanjutkan cefixime 2x30 mg per oral selama 5 hari. Sebaiknya pada pasien gizi buruk dengan infeksi dianjurkan mendapat terapi antibiotika spektrum luas, misalnya gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari selama 7 hari. Selain itu berikan imunisasi campak sewaktu masuk rumah sakit dan dosis ulang pada waktu keluar. Hal ini dikarenakan mortalitas yang disebabkan oleh campak sangat tinggi pada anak dengan gizi buruk. Pasien An.N mendapatkan suplementasi vitamin A 50.000 IU. Pada pasien todak didapatkan tanda defisiensi vitamin A. Vitamin A tetap diberikan pada hari pertama untuk mencegah defisiensi mikronutrien. Namun, seharusnya vitamin A yang diberikan 100.000 IU sesuai dengan bayi usia 6-12 bulan. Selain pemberian vitamin A, pasien juga diberikan vitamin lain, yaitu vitamin C dengan dosis 35 mg. Dosis pemberian vitamin C pada pasien ini
ELLIZA KUSUMANINGRUM Page 54

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1


sudah tepat, yaitu 35 mg sesuai dengan AKG (angka kecukupan gizi) pada bayi. Pasien juga diberikan vitamin B kompleks yang terdiri dari tiamin 0,4 mg, riboflavin 0,4 mg, niacin 4 mg, piridoksin 0,3 mg. Kobalamin 0,5 mcg. Asam folat juga diberikan sebanyak 1 mg. Hal ini sesuai dengan dosis anjuran atau AKG (angka kecukupan gizi). Fisioterapi oral dilakukan untuk menstimulasi pasien agar mampu makan dalam jumlah cukup sesuai dengan usianya. Skrining perkembangan sebaiknya dilakukan pada pasien An.N, hal ini dikarenakan pasien didapatkan belum mampu bersuara ma..ma.. atau da..da.. dan juga didapatkan hasil mikrosefal pada pemeriksaan fisik. Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasi secepatnya disabilitas perkembangan anak yang risiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan DDST atau Denver II screening test

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2006.BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK BUKU I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2006.BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK BUKU II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. World Health Organization. 2008. PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT. Jakarta : WHO Indonesia. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. EGC. Jakarta. http://www.wikipedia.org http://www.medicastore.com www.dinkespurworejo.go.id

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 55

GIZI BURUK TIPE MARASMUS 201 1

ELLIZA KUSUMANINGRUM

Page 56

Anda mungkin juga menyukai