Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN RISIKO

“RISIKO SDM DAN RISIKO PEMASARAN”

Oleh:
Kelompok 8

1. I Gusti Ngurah Agung Ari Mahendra (1932121452)


2. Ni Kadek Tiara Utami (1932121509)
3. Dewa Ayu Candra Laksmi (1932121532)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2022
“RISIKO SDM DAN RISIKO PEMASARAN”

A. Risiko lemahnya Manajemen dan pekerja inti


Resiko sumber daya yang dikemukakan oleh tanjung (2005), bahwa dalam kegiatan
suatu usaha apabila ada resiko sumberdaya yang dihadapi maka dapat diwaspadai oleh
perusahaan tersebut dengan pengendalian unit sumberdaya manusia menurut fungsinya
serta kaitannya dengan resiko atau pelanggaran tersebut diberikan sehingga terjadi
pemberian sanksi oleh pihak perusahaan dari pelanggar.
Resiko ketenaga kerjaan manajer hitt, et all (1996:289) ialah resiko kehilangan
pekerjaan, kehilangan konfensasi atau hilangnya reputasi manajerial. Menurut Siagian
(2001:25) imbalan nonfinansial bagi karyawan adalah untuk memuaskan kebutuhan
psikologis dan status karyawan. Termasuk dalam hal ini adalah kendaran dinas pribadi,
pengemudi, tempat parker khusus di pelataran parker, makan siang atas biaya
perusahaan dan sekertaris pribadi.
Menurut Umar (1998:78) “beberapa perusahaan sangat bergantung kepada pegawai
utama atau para pekerja senior atau anggota direksi. Jika para pekerja inti/senior ingin
pindah ke perusahaan pesaing maka jelas perusahaan dalam resiko besar, seperti
pemberian informasi, pencurian rencana strategis perusahaan dan membujuk konsumen
untuk pindah ke perusahaan pesaing”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa resiko Sumberdaya
manusia adalah masalah yang ditimbulkan oleh tenaga kerja sehingga berdampak
negative terhadap perusahaan. Kemungkinan kejadian risiko yang berkaitan dengan
kondisi SDM terdiri dari: kemungkinan rendahnya tingkat kesehatan, kemungkinan
tingkat kematian, dan pengaruh usia.
a. Rendahnya Tingkat Kesehatan
Rendahnya tingkat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagai contoh
tingkat kesehatan dipengaruhi oleh kondisi atau kebersihan kerja. Selain kondisi
keja, rendahnya tingkat kesehatan juga dipengaruhi oleh suasana kerja. Kondisi
kesehatan yang paling buruk adalah kalau karyawan sampai mengalami kecelakaan
sampai cacat. Semakin tinggi tingkat kecelakaan dan tingkat cacat, semakin buruk
pengelolaan SDM di perusahaan yang bersangkutan.

1
Rendahnya tingkat kesehatan juga bisa diindikasikan oleh akses ke pusat kesehatan.
Oleh karena itu, banyak perusahaan mengembangkan klinik untuk mempermudah
karyawan untuk mendapat perawatan. Harapannya, pengawasan dan
penanggulangan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien.
b. Tingkat Kematian
Tingkat kematian SDM tidak selalu dikaitkan dengan kondisi perusahaan tertentu.
Tingkat kematian terkait dengan tingkat kesehatan secara nasional.
c. Pengaruh Usia
Usia SDM antara 30 sampai 45 tahun dianggap sebagai usia paling
produktif. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan stamina dan fisik sangat
tergantung pada usia. Berbeda dengan pekerjaan yang menuntut mental, pemikiran,
dan pengalaman, justru semakin banyak usia semakin baik.
d. Sistem dan Sarana
Pemenuhan kebutuhan berdampak pada dua hal: peningkatan motivasi dan
peningkatan kepuasan. Sistem dan sarana yang berhasil meningkatkan motivasi
adalah sistem dan sarana yang bisa meningkatkan produktivitas karyawan.
Peningkatan kepuasan menyebabkan karyawan tidak mengeluh, tidak keluar kerja,
tidak mangkir, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan kerja. Sistem dan sarana
yang baik juga perlu untuk mendukung kelancaran pekerjaan.
e. Risiko Kecurangan
Risiko kecurangan menurut yang dipaparkan oleh Halim (2005) adalah unsur dari
risiko murni yang dapat ditimbulkan dalam setiap usaha. Halim mengemukakan
dari kedua macam risiko yang merupakan bagian dari risiko murni adalah
merupakan dampak dari suatu usaha yang harus mendapatkan perhatian lebih
karena dalam menjaga agar tidak terjadinya risiko tersebut adalah sangat riskan.
Banyak perusahaan mengatakan kecurangan merupakan kejadian yang lumrah dan
alamiah di perusahaan selama mental orang-orang dalam perusahaan masih
menganggap uang adalah tujuan bekerja, selain lemahnya moral. Kecurangan dapat
diketahui dengan cepat tetapi dapat juga memakan waktu yang lama. Menurut Umar
(1998:99) ada lima indikator kecurangan, yaitu:

2
1. Jumlah barang secara fisik didalam gudang memperlihatkan jumlah yang
berkurang jika dibandingkan dengan yang ada di catatan atau komputer.
2. Ada karyawan yang terlihat menjadi kaya mendadak, dimana dia beralasan
misalnya karena kekayaan itu didapat dari judi atau lotere.
3. Karyawan yang jarang libur walaupun pada hari-hari libur resmi dimana
karyawan lain tidak ada dikantor.
4. Bukti-bukti yang melibatkan pemasok, misalnya hanya pemasok tertentu
saja yang dilibatkan dalam suatu proyek.
5. Bukti-bukti yang melibatkan konsumen, misalnya catatan tentang
pemberian kredit yang disamarkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa risiko


kecurangan adalah faktor kesalahan yang sengaja dilakukan oleh orang dari
diluar maupun dari dalam perusahaan tersebut.

f. Resiko Pekerja inti


Resiko yang yang timbul yang ada pada bagian ini adalah jika perusahaan atau
organisasi, melakukan penyewaan atau meminta bantuan kepada organisasi lain
untuk melakukan pekerjaan initinya adalah organisasi tersebut akam kehilangan ciri
khas apa yang di hasilkan oleh organisasinya karena pekerjaan nya terlalu banyak
di lakukan oleh organisasi dari luar.

B. Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan
kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain
yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. K3 cukup penting bagi
moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang
waktu. Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit.

3
K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia,
fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi
kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program
yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang
yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi
khususnya, dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam
bekerja kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk
menjaga hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian
bagi perusahaan. UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana,
dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur
agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. UU
Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja
(UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang
memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja
di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar
hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun
1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak
hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan
kecelakaan/penyakit.
UU No.14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta
pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh
adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur
yang harus dipenuhi adalah:

4
1. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja, dan
3. Ada bahaya di tempat kerja (Suma’mur, 1981).

UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan


kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan
undang-undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah,
mengurangi dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja untuk
mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
aefisien, dan proses produksi berjalan lancar (Hukum Keselamatan dan Kesehatan
Kerja,2007).

Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di
kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting
karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan kaitannya pada kinerja perusahaan.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Sementara pekerjaan dikatakan nyaman apabila
para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan
betah, sehingga tidak mudah merasa kelelahan. Bekerja dengan tubuh dan lingkungan
yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja.
Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja.
Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan
peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat
(sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya
kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Pada umumnya kesehatan tenaga
pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal
ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan
dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.

5
C. Risiko Kecurangan
Risiko kecurangan menurut yang dipaparkan oleh Halim (2005) adalah unsur dari risiko
murni yang dapat ditimbulkan dalam setiap usaha. Halim mengemukakan dari kedua
macam risiko yang merupakan bagian dari risiko murni adalah merupakan dampak dari
suatu usaha yang harus mendapatkan perhatian lebih karena dalam menjaga agar tidak
terjadinya risiko tersebut adalah sangat riskan.
Banyak perusahaan mengatakan kecurangan merupakan kejadian yang lumrah dan
alamiah di perusahaan selama mental orang-orang dalam perusahaan masih
menganggap uang adalah tujuan bekerja, selain lemahnya moral. Kecurangan dapat
diketahui dengan cepat tetapi dapat juga memakan waktu yang lama. Menurut Umar
(1998:99) ada lima indikator kecurangan, yaitu:
 Jumlah barang secara fisik didalam gudang memperlihatkan jumlah yang
berkurang jika dibandingkan dengan yang ada di catatan atau computer
 Ada karyawan yang terlihat menjadi kaya mendadak, dimana dia beralasan
misalnya karena kekayaan itu didapat dari judi atau lotere.
 Karyawan yang jarang libur walaupun pada hari-hari libur resmi dimana
karyawan lain tidak ada dikantor.
 Bukti-bukti yang melibatkan pemasok, misalnya hanya pemasok tertentu saja
yang dilibatkan dalam suatu proyek.
 Bukti-bukti yang melibatkan konsumen, misalnya catatan tentang pemberian
kredit yang disamarkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa risiko kecurangan
adalah faktor kesalahan yang sengaja dilakukan oleh orang dari diluar maupun dari
dalam perusahaan tersebut.

D. Kegagalan Pemasaran
Pemasaran merupakan sebuah titik penting dalam keberhasilan sebuah usaha. Berikut
beberapa kegagalan dalam pemasaran :
1. Tidak memahami kebutuhan konsumen
Desain produk yang luar biasa akan menjadi sia-sia jika tidak dibuat berdasarkan
apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Melakukan analisis kebutuhan konsumen
sangat disarankan jika ingin mengurangi resiko kegagalan usaha.

6
2. Perencanaan pemasaran yang buruk
Strategi pemsaran sebaiknya dipikirkan sejak awal dan direncanakan, karena tujuan
utama dari sebuah prosesproduksi adalah memasarkan kepada pembeli.
3. Keahlian brand building
Tidak hanya membeli sebuah barang, tetapi konsumen akan lebih percaya dan
terikat jika produk yang kita miliki memiliki brand yang melekat di pikiran mereka.
Contohnya, ada banyak orang yang hanya mau membeli air mineral merk “A”,
karena beranggapan brand tersebut kualitasnya sudah terjamin.
4. Tidak memahami target konsumen
Perlu diperhatikan siapa yang menjadi target konsumen kita. Jika target konsumen
kita berasal dari kalangan menengah, tentu memberikan harga yang semakin rendah
adalah pilihan yeng tepat, namun tidak jika target pasar kita adalah konsumen yang
lebih mementingkan kualitas daripada harga.
5. Kurangnya pengetahuan terhadap produk yang dijual
Tidak dapat dipungkiri, banyak marketer yang tidak begitu paham tentang apa yang
dia coba untuk pasarkan. Padahal pengetahuan ini sangat perlu untuk dapat
memposisikan diri dalam memperkirakan perilaku pembelian konsumen.
6. Komunikasi perusahaan lemah
Komunikasi adalah kunci utama dari pemasaran, informasi mengenai keunggulan
produk harus dipastikan tersampaikan kepada calon pembeli.
7. Tidak memantau pesaing
Kita perlu menganalisis pesaing, karena pasar sangat dinamis, seringkali pemimpin
pasar yang merasa telah jauh meninggalkan pesaingnya menjadi tidak peka
terhadap hal ini, dan menjadi celah untuk kemunduran perusahaan tersebut.
8. Salah mengelola hubungan dengan stakeholders
pemangku kepentingan (stakeholders) adalah bagian penting dalam rantai produksi,
seringkali masalaha dengan stakeholder menjadikan pemasaran menjadi tidak
efektif.
9. Tidak digerakan oleh manajamen dengan baik
Manajemen pengelolaan yang baik adalah kunci dalam yang mendirikan
perusahaan yang mampu bertahan dalam kesuskesan jangka panajang.

7
10. Tidak mampu menemukan peluang baru (kreatif)
Inovasi adalah sesuatu yang sangat penting, baik itu untuk mempertahankan
konsumen agar tidak bosan, menjadi pembeda/keunikan, maupun bertahan dari
serangan pesaing.

E. Sumber Risiko Pemasaran


Banyak sekali kejadian buruk di luar dugaan yang berpotensi terjadi dalam dunia bisnis.
Tentunya penting bagi Anda untuk mengetahui berapa peluang kejadian tersebut yang
akan benar-benar terjadi dan sebesar apa dampaknya jika hal tersebut benar-benar terjadi.
Salah satunya yaitu mengenai pemasaran dari produk atau jasa yang ditawarkan.
Seringkali, wirausaha yang baru memulai bisnis justru melewatkan untuk mengukur hasil
dan mengetahui risiko dari setiap kegiatan pemasaran yang dilakukan.
Lima poin penting yang menjadi indikator risiko dalam pemasaran :
1. Persentase Biaya Promosi
Poin utama yang harus diperhatikan adalah seberapa besar persentase biaya promosi
yang akan dilakukan pada bisnis Anda. Jangan sampai jumlahnya melebihi total
profit yang diperoleh perusahaan dalam satu tahun atau kurun waktu tertentu.
Cobalah untuk membagi biaya promosi dengan total penjualan lalu dikalikanlah
dengan 100% untuk mendapatkan indikator yang sesuai.
2. Tingkat Penjualan per salesperson
Bagi para pebisnis pemula tentunya akan berat untuk menentukan berapa salesperson
yang harus dipekerjakan serta membayar gaji pokok mereka. Untuk mengetahuinya
Anda bisa mendapatkan angka atau indikator yang sesuai dengan cara membagi
pendapatan bersih dengan total petugas sales (salesman/SPG) yang dipekerjakan.
3. Indek kepuasan Konsumen
Indikator penting lainnya saat menjalankan sebuah bisnis adalah mengenai kepuasan
atau ketidakpuasan konsumen. Hasil ini dapat Anda peroleh dengan melakukan
survei kepuasan pelanggan baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi.
4. Rasio Konsumen dan Total Salesperson
Petugas sales memegang peran penting. Salah satunya adalah harus dapat memahami
kebutuhan konsumen dan meyakinkan bahwa produk atau jasa perusahaan dapat
memuaskan kebutuhan para pelanggan. Untuk mendapatkan rasio yang tepat antara
jumlah konsumen dan total petugas sales, cobalah untuk membandingkan jumlah
keduanya untuk proses penjualan yang efektif.

8
5. Rasio Produktivitas Volume Penjualan
Selain itu, Anda juga sebaiknya melakukan perbandingan antara jumlah pendapatan
kotor dengan jumlah petugas sales yang dipekerjakan. Hal ini akan membuat Anda
mendapatkan rasio produktivitas untuk meningkatkan penjualan secara efektif.

F. Penanganan risiko pemasaran


Dalam menjalankan sebuah bisnis, tentu terdapat berbagai macam tantangan dan risiko
yang akan dihadapi. Terlebih lagi jika bisnis yang dijalankan dengan skala besar yang
berbasis perusahaan. Dalam hal ini pemimpin perusahaan harus dapat mengelola dan
mengatur setiap sumber daya yang dimiliki dengan baik sehingga dapat mencapai
tujuan yang direncanakan.
Untuk mengelola bisnis dengan baik, perlu menerapkan apa yang disebut dengan
manajemen risiko. Manajemen risiko ini merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
melindungi perusahaan atau organisasi dari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di
kemudian hari. Dalam hal ini meliputi perlindungan terhadap karyawan, properti,
reputasi, dan berbagai hal penting yang dimiliki perusahaan
Terdapat beberapa cara manajemen risiko yang dapat diterapkan untuk mengatasi
berbagai masalah yang akan terjadi. Bukan hanya itu, manajemen risiko juga dapat
merencanakan upaya pencegahan sebagai antisipasi terhadap berbagai masalah. Jika
manajemen risiko ini dapat diterapkan dengan baik, maka berbagai kemungkinan
masalah atau hambatan dapat diminimalisir dan diatasi dengan lebih efektif.
1. Identifikasi Risiko
Cara manajemen risiko yang dilakukan pertama adalah identifikasi risiko. Tahap ini
dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan risiko yang akan terjadi atau
dialami oleh perusahaan, organisasi, atau lembaga. Identifikasi kemungkinan risiko
ini bisa meliputi berbagai aspek. Mulai dari aspek sosial, hukum, ekonomi,
produk/jasa, pasar, hingga teknologi. Risiko dari berbagai aspek ini diidentifikasi
dan dicatat berdasarkan kelompok atau kategori masing-masing. Dengan begitu,
akan terlihat dengan jelas dan sistematis kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi dan dialami di kemudian hari. Identifikasi risiko ini menjadi salah satu upaya
pencegahan untuk meminimalisir risiko yang akan dihadapi.

9
2. Asesmen Risiko
Cara manajemen risiko berikutnya yaitu tahap asesmen risiko. Dalam tahap ini,
perusahaan atau organisasi akan memberikan penilaian terhadap kemungkinan
kerugian yang akan didapatkan. Bukan hanya pemimpin perusahaan atau
organisasi, asesmen risiko ini juga harus dilakukan oleh individu di masing-masing
bidangnya untuk turut menganalisis. Dengan menilai kerugian dari identifikasi
masalah yang dapat terjadi, bisa memudahkan perusahaan dalam mengambil
strategi penanganan yang baik dan efektif. Sehingga meskipun risiko kerugian tidak
dapat dihindari, namun bisa lebih diminimalisir. Hal ini juga berguna untuk
melakukan upaya bangkit dari masalah yang dihadapi.
Cara manajemen risiko selanjutnya yaitu respon risiko. Sesuai dengan namanya,
respon risiko dilakukan untuk memilih berbagai langkah atau cara yang dapat
dilakukan dalam menangani masalah yang terjadi. Cara ini juga memudahkan
pemimpin perusahaan dalam pengambilan kebijakan atau strategi untuk mengatasi
situasi yang ada. Berikut adalah beberapa respon risiko yang dapat dilakukan :
 Risk Avoidance : mengambil kebijakan untuk menghentikan kegiatan yang
berpotensi menyebabkan risiko masalah
 Risk Reduction : mengambil tindakan mengurangi kemungkinan dampak
dengan mengendalikan bagian internal perusahaan.
 Risk Sharing of Transfer : mengambil tindakan mentransfer beberapa risiko
melalui asuransi, outsourcing atau hedging.
 Risk Acceptence : tidak mengambil tindakan apapun untuk mengatasi
risiko, atau dengan kata lain menerima risiko tersebut terjadi.
 Create a Risk Management Plan : yaitu membuat penanggulangan risiko
yang tepat untuk masing-masing kategori.
3. Implementasi
Cara manajemen risiko yang dapat dilakukan berikutnya yaitu tahap implementasi.
Tahap ini tidak lain adalah melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan.
Dengan melakukan setiap metode yang telah disusun dapat mengurangi dan
menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada. Dalam penerapannya perlu
dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan rencana. Meskipun begitu, setiap
tindakan yang dilakukan bisa disesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi.
Sebab, tidak menutup kemungkinan terjadi berbagai situasi yang di luar dugaan.

10
4. Evaluasi dan Review
Cara manajemen risiko yang terakhir adalah melakukan evaluasi dan review.
Perencanaan yang telah disusun, bisa jadi dalam pelaksanaannya tidak berjalan
sesuai target. Hal ini tentu saja mendapatkan pengaruh dari faktor lingkungan yang
tidak dapat diprediksi sebelumnya. Tidak jarang, kondisi ini akan menyebabkan
perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat sebelumnya. Dengan
begitu, meskipun telah dilakukan perencanaan manajemen risiko, hal ini tidak
bersifat mutlak. Melainkan dapat berubah seiring waktu menyesuaikan dengan
situasi yang terjadi. Maka dari itu, setiap pemimpin dan individu yang memiliki
tanggung jawab dalam perusahaan perlu beradaptasi dengan cepat. Kemampuan
beradaptasi ini menjadi syarat penting yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada dengan baik dan dinamis.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://hikmatrukmana.blogspot.com/2014/11/resiko-sumber-daya-manusia.html?m=1

(di akses pada 2 Juni 2022)

https://pdfcoffee.com/makalah-penerapan-manajemen-resiko-pada-k3-pdf-free.html

( di akses pada 2 Juni 2022)

Darmawi, Herman. 1990. Manajemen Risiko, Rajawali Pers. Jakarta.

https://crmsindonesia.org/publications/5-indikator-risiko-di-pemasaran/

(di akses pada 2 Juni 2022)

12

Anda mungkin juga menyukai