Oleh:
Kelompok 8
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
“RISIKO SDM DAN RISIKO PEMASARAN”
1
Rendahnya tingkat kesehatan juga bisa diindikasikan oleh akses ke pusat kesehatan.
Oleh karena itu, banyak perusahaan mengembangkan klinik untuk mempermudah
karyawan untuk mendapat perawatan. Harapannya, pengawasan dan
penanggulangan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien.
b. Tingkat Kematian
Tingkat kematian SDM tidak selalu dikaitkan dengan kondisi perusahaan tertentu.
Tingkat kematian terkait dengan tingkat kesehatan secara nasional.
c. Pengaruh Usia
Usia SDM antara 30 sampai 45 tahun dianggap sebagai usia paling
produktif. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan stamina dan fisik sangat
tergantung pada usia. Berbeda dengan pekerjaan yang menuntut mental, pemikiran,
dan pengalaman, justru semakin banyak usia semakin baik.
d. Sistem dan Sarana
Pemenuhan kebutuhan berdampak pada dua hal: peningkatan motivasi dan
peningkatan kepuasan. Sistem dan sarana yang berhasil meningkatkan motivasi
adalah sistem dan sarana yang bisa meningkatkan produktivitas karyawan.
Peningkatan kepuasan menyebabkan karyawan tidak mengeluh, tidak keluar kerja,
tidak mangkir, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan kerja. Sistem dan sarana
yang baik juga perlu untuk mendukung kelancaran pekerjaan.
e. Risiko Kecurangan
Risiko kecurangan menurut yang dipaparkan oleh Halim (2005) adalah unsur dari
risiko murni yang dapat ditimbulkan dalam setiap usaha. Halim mengemukakan
dari kedua macam risiko yang merupakan bagian dari risiko murni adalah
merupakan dampak dari suatu usaha yang harus mendapatkan perhatian lebih
karena dalam menjaga agar tidak terjadinya risiko tersebut adalah sangat riskan.
Banyak perusahaan mengatakan kecurangan merupakan kejadian yang lumrah dan
alamiah di perusahaan selama mental orang-orang dalam perusahaan masih
menganggap uang adalah tujuan bekerja, selain lemahnya moral. Kecurangan dapat
diketahui dengan cepat tetapi dapat juga memakan waktu yang lama. Menurut Umar
(1998:99) ada lima indikator kecurangan, yaitu:
2
1. Jumlah barang secara fisik didalam gudang memperlihatkan jumlah yang
berkurang jika dibandingkan dengan yang ada di catatan atau komputer.
2. Ada karyawan yang terlihat menjadi kaya mendadak, dimana dia beralasan
misalnya karena kekayaan itu didapat dari judi atau lotere.
3. Karyawan yang jarang libur walaupun pada hari-hari libur resmi dimana
karyawan lain tidak ada dikantor.
4. Bukti-bukti yang melibatkan pemasok, misalnya hanya pemasok tertentu
saja yang dilibatkan dalam suatu proyek.
5. Bukti-bukti yang melibatkan konsumen, misalnya catatan tentang
pemberian kredit yang disamarkan.
3
K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia,
fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi
kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program
yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang
yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi
khususnya, dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam
bekerja kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk
menjaga hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian
bagi perusahaan. UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana,
dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur
agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. UU
Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja
(UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang
memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja
di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar
hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun
1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak
hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan
kecelakaan/penyakit.
UU No.14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta
pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh
adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur
yang harus dipenuhi adalah:
4
1. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja, dan
3. Ada bahaya di tempat kerja (Suma’mur, 1981).
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di
kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting
karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan kaitannya pada kinerja perusahaan.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Sementara pekerjaan dikatakan nyaman apabila
para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan
betah, sehingga tidak mudah merasa kelelahan. Bekerja dengan tubuh dan lingkungan
yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja.
Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja.
Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan
peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat
(sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya
kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Pada umumnya kesehatan tenaga
pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal
ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan
dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.
5
C. Risiko Kecurangan
Risiko kecurangan menurut yang dipaparkan oleh Halim (2005) adalah unsur dari risiko
murni yang dapat ditimbulkan dalam setiap usaha. Halim mengemukakan dari kedua
macam risiko yang merupakan bagian dari risiko murni adalah merupakan dampak dari
suatu usaha yang harus mendapatkan perhatian lebih karena dalam menjaga agar tidak
terjadinya risiko tersebut adalah sangat riskan.
Banyak perusahaan mengatakan kecurangan merupakan kejadian yang lumrah dan
alamiah di perusahaan selama mental orang-orang dalam perusahaan masih
menganggap uang adalah tujuan bekerja, selain lemahnya moral. Kecurangan dapat
diketahui dengan cepat tetapi dapat juga memakan waktu yang lama. Menurut Umar
(1998:99) ada lima indikator kecurangan, yaitu:
Jumlah barang secara fisik didalam gudang memperlihatkan jumlah yang
berkurang jika dibandingkan dengan yang ada di catatan atau computer
Ada karyawan yang terlihat menjadi kaya mendadak, dimana dia beralasan
misalnya karena kekayaan itu didapat dari judi atau lotere.
Karyawan yang jarang libur walaupun pada hari-hari libur resmi dimana
karyawan lain tidak ada dikantor.
Bukti-bukti yang melibatkan pemasok, misalnya hanya pemasok tertentu saja
yang dilibatkan dalam suatu proyek.
Bukti-bukti yang melibatkan konsumen, misalnya catatan tentang pemberian
kredit yang disamarkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa risiko kecurangan
adalah faktor kesalahan yang sengaja dilakukan oleh orang dari diluar maupun dari
dalam perusahaan tersebut.
D. Kegagalan Pemasaran
Pemasaran merupakan sebuah titik penting dalam keberhasilan sebuah usaha. Berikut
beberapa kegagalan dalam pemasaran :
1. Tidak memahami kebutuhan konsumen
Desain produk yang luar biasa akan menjadi sia-sia jika tidak dibuat berdasarkan
apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Melakukan analisis kebutuhan konsumen
sangat disarankan jika ingin mengurangi resiko kegagalan usaha.
6
2. Perencanaan pemasaran yang buruk
Strategi pemsaran sebaiknya dipikirkan sejak awal dan direncanakan, karena tujuan
utama dari sebuah prosesproduksi adalah memasarkan kepada pembeli.
3. Keahlian brand building
Tidak hanya membeli sebuah barang, tetapi konsumen akan lebih percaya dan
terikat jika produk yang kita miliki memiliki brand yang melekat di pikiran mereka.
Contohnya, ada banyak orang yang hanya mau membeli air mineral merk “A”,
karena beranggapan brand tersebut kualitasnya sudah terjamin.
4. Tidak memahami target konsumen
Perlu diperhatikan siapa yang menjadi target konsumen kita. Jika target konsumen
kita berasal dari kalangan menengah, tentu memberikan harga yang semakin rendah
adalah pilihan yeng tepat, namun tidak jika target pasar kita adalah konsumen yang
lebih mementingkan kualitas daripada harga.
5. Kurangnya pengetahuan terhadap produk yang dijual
Tidak dapat dipungkiri, banyak marketer yang tidak begitu paham tentang apa yang
dia coba untuk pasarkan. Padahal pengetahuan ini sangat perlu untuk dapat
memposisikan diri dalam memperkirakan perilaku pembelian konsumen.
6. Komunikasi perusahaan lemah
Komunikasi adalah kunci utama dari pemasaran, informasi mengenai keunggulan
produk harus dipastikan tersampaikan kepada calon pembeli.
7. Tidak memantau pesaing
Kita perlu menganalisis pesaing, karena pasar sangat dinamis, seringkali pemimpin
pasar yang merasa telah jauh meninggalkan pesaingnya menjadi tidak peka
terhadap hal ini, dan menjadi celah untuk kemunduran perusahaan tersebut.
8. Salah mengelola hubungan dengan stakeholders
pemangku kepentingan (stakeholders) adalah bagian penting dalam rantai produksi,
seringkali masalaha dengan stakeholder menjadikan pemasaran menjadi tidak
efektif.
9. Tidak digerakan oleh manajamen dengan baik
Manajemen pengelolaan yang baik adalah kunci dalam yang mendirikan
perusahaan yang mampu bertahan dalam kesuskesan jangka panajang.
7
10. Tidak mampu menemukan peluang baru (kreatif)
Inovasi adalah sesuatu yang sangat penting, baik itu untuk mempertahankan
konsumen agar tidak bosan, menjadi pembeda/keunikan, maupun bertahan dari
serangan pesaing.
8
5. Rasio Produktivitas Volume Penjualan
Selain itu, Anda juga sebaiknya melakukan perbandingan antara jumlah pendapatan
kotor dengan jumlah petugas sales yang dipekerjakan. Hal ini akan membuat Anda
mendapatkan rasio produktivitas untuk meningkatkan penjualan secara efektif.
9
2. Asesmen Risiko
Cara manajemen risiko berikutnya yaitu tahap asesmen risiko. Dalam tahap ini,
perusahaan atau organisasi akan memberikan penilaian terhadap kemungkinan
kerugian yang akan didapatkan. Bukan hanya pemimpin perusahaan atau
organisasi, asesmen risiko ini juga harus dilakukan oleh individu di masing-masing
bidangnya untuk turut menganalisis. Dengan menilai kerugian dari identifikasi
masalah yang dapat terjadi, bisa memudahkan perusahaan dalam mengambil
strategi penanganan yang baik dan efektif. Sehingga meskipun risiko kerugian tidak
dapat dihindari, namun bisa lebih diminimalisir. Hal ini juga berguna untuk
melakukan upaya bangkit dari masalah yang dihadapi.
Cara manajemen risiko selanjutnya yaitu respon risiko. Sesuai dengan namanya,
respon risiko dilakukan untuk memilih berbagai langkah atau cara yang dapat
dilakukan dalam menangani masalah yang terjadi. Cara ini juga memudahkan
pemimpin perusahaan dalam pengambilan kebijakan atau strategi untuk mengatasi
situasi yang ada. Berikut adalah beberapa respon risiko yang dapat dilakukan :
Risk Avoidance : mengambil kebijakan untuk menghentikan kegiatan yang
berpotensi menyebabkan risiko masalah
Risk Reduction : mengambil tindakan mengurangi kemungkinan dampak
dengan mengendalikan bagian internal perusahaan.
Risk Sharing of Transfer : mengambil tindakan mentransfer beberapa risiko
melalui asuransi, outsourcing atau hedging.
Risk Acceptence : tidak mengambil tindakan apapun untuk mengatasi
risiko, atau dengan kata lain menerima risiko tersebut terjadi.
Create a Risk Management Plan : yaitu membuat penanggulangan risiko
yang tepat untuk masing-masing kategori.
3. Implementasi
Cara manajemen risiko yang dapat dilakukan berikutnya yaitu tahap implementasi.
Tahap ini tidak lain adalah melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan.
Dengan melakukan setiap metode yang telah disusun dapat mengurangi dan
menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada. Dalam penerapannya perlu
dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan rencana. Meskipun begitu, setiap
tindakan yang dilakukan bisa disesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi.
Sebab, tidak menutup kemungkinan terjadi berbagai situasi yang di luar dugaan.
10
4. Evaluasi dan Review
Cara manajemen risiko yang terakhir adalah melakukan evaluasi dan review.
Perencanaan yang telah disusun, bisa jadi dalam pelaksanaannya tidak berjalan
sesuai target. Hal ini tentu saja mendapatkan pengaruh dari faktor lingkungan yang
tidak dapat diprediksi sebelumnya. Tidak jarang, kondisi ini akan menyebabkan
perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat sebelumnya. Dengan
begitu, meskipun telah dilakukan perencanaan manajemen risiko, hal ini tidak
bersifat mutlak. Melainkan dapat berubah seiring waktu menyesuaikan dengan
situasi yang terjadi. Maka dari itu, setiap pemimpin dan individu yang memiliki
tanggung jawab dalam perusahaan perlu beradaptasi dengan cepat. Kemampuan
beradaptasi ini menjadi syarat penting yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada dengan baik dan dinamis.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://hikmatrukmana.blogspot.com/2014/11/resiko-sumber-daya-manusia.html?m=1
https://pdfcoffee.com/makalah-penerapan-manajemen-resiko-pada-k3-pdf-free.html
https://crmsindonesia.org/publications/5-indikator-risiko-di-pemasaran/
12