Anda di halaman 1dari 10

Akulturasi Budaya Islam-Jawa dalam Pementasan

Kesenian Ketoprak

Bagus Wahyu Setyawan1 dan Kundharu Saddhono jurnal tari, teater, dan wayang
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah volume 2 number 1, May 2019
page 25 – 34

Abstract
The purpose of this study was to describe the form of acculturation of Javanese-
Islamic culture in ketoprak performance. The acculturation of Javanese-Islamic
culture can be found in a variety of Egyptian-style of ketoprak. The Egyptian’s
ketoprak is often referred to as Ketoprak Baghdad, Ketoprak Stambul, and
Ketoprak 1001 nights because the performed stories are from the Middle East
(the story of 1001 nights). The acculturation of Islamic-Javanese culture in the
Egyptian’s ketoprak can be seen in terms of stories that adopt the plays from
the Middle East or the play of 1001 nights. Besides, the acculturation of Islamic-
Javanese culture also appears in terms of costumes and accompaniment. The
costumes used are different from Ketoprak in general, which is a combination of
Javanese costume and Middle Eastern style clothing. In terms of accompaniment,
the Egyptian style of ketoprak also uses “terbang” musical instruments by
bringing in the Islamic nuances of songs. In today’s era, Islamic nuances of
ketoprak are used in any activities related to ceremonies and commemorations
of Islamic holidays. Therefore, the development of ketoprak in the present has
become more flexible and adapted to the needs of the community.
Keywords: acculturation; Islamic-Javanese culture; the Egyptian style;
Ketoprak; Islamic nuances

Pendahuluan unsur dari suatu budaya tersebut. Dalam


pembahasan kali ini, penulis membahas
Membahas mengenai kesenian yang mengenai bentuk kesenian yang merupakan
berkembang di masyarakat tentu saja kita bagian dari suatu kebudayaan.
membahas mengenai budaya lokal yang Penciptaan sebuah kesenian tidak
melingkupi, termasuk juga bahasa. Kesenian terlepas dari unsur-unsur budaya yang
yang berkembang di masyarakat kerap melatarbelakangnya. Unsur-unsur seperti
kali disebut dengan kesenian rakyat atau adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, keperca-
kesenian tradisional sebagai manifestasi yaan, sosial masyarakat, dan/ataupun unsur
dari kebudayaan. Isi atau unsur-unsur yang lain yang terlibat langsung dengan diri
tercakup dalam suatu kebudayaan sangatlah manusia seperti bahasa, cara bertindak,
kompleks, yaitu meliputi 1) sistem religi dan cara menampilkan dirinya yang ter-
dan upacara kegamaan; 2) sistem organisasi cermin melalui busana juga bisa dilihat
kemasyarakatan; 3) sistem pengetahuan; 4) dari bentuk keseniannya. Bisa dikatakan
bahasa dan sastra; 5) kesenian; 6) sistem mata kesenian merupakan representasi dari suatu
pencaharian hidup; dan 7) sistem teknologi kebudayaan. Misalnya, dengan melihat tari
dan peralatan (Koentjoroningrat, 2004: 2). tradisional Jawa yang menonjolkan sisi
Jadi, apabila membahas suatu budaya maka gerakan yang halus dan gemulai sebagai
pembahasannya juga mengarah pada unsur- representasi sikap dari masyarakat Jawa yang
1
Alamat korespondensi: Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Gedung Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Jebres, Surakarta. Kode Pos: 57126. E-mail:
bagusws93gmail.com; HP: 081938709199

25
BW. Setyawan & K. Saddhono, Akulturasi Budaya dalam Kesenian Ketoprak

terkesan kalem dan penuh sopan santun. Hal muda, sarana pengenalan budaya dan kearifan
tersebut berbeda ketika kita melihat tarian lokal, serta digunakan untuk menanamkan ni-
jaipong dari Jawa Barat, Tari Bali, maupun lai sejarah kepada generasi muda, (Setyawan,
tari-tari dari daerah Kalimantan atau Papua 2018: 205).
yang memiliki ciri khas tersendiri yang juga Faktor-faktor yang memengaruhi per-
digunakan sebagai lambang kebudayaan geseran fungsi tersebut sangatlah beragam.
mereka masing-masing. (Setyawan, 2016: 14) Masyarakat yang semula sangat respect
Ketoprak merupakan kesenian drama dan menyenangi keberadaan kesenian
tradisional Jawa yang merepresentasikan tradisional seiring berjalannya waktu mulai
kehidupan sosial masyarakat berlatar berkurang. Hal ini dikarenakan masuknya
belakang budaya Jawa. Hal tersebut dapat beberapa hiburan-hiburan baru yang
dilihat dari setiap lakon atau cerita dalam bersifat kontemporer dan berbasis teknologi.
kesenian ketoprak. Ketoprak merupakan Fenomena ini tentu saja membuat seni tradisi
kesenian rakyat yang menceritakan tentang –kesenian yang bersumber dari budaya lokal–
kisah-kisah kehidupan yang terjadi di jaman semakin tidak mendapat tempat di hati
kerajaan dahulu, yang merupakan kisah para penikmatnya. Oleh karenanya, banyak
legenda yang ada di dalam masyarakat dengan seniman-seniman tradisi yang melakukan
latar belakang kehidupan kerajaan Jawa pada upaya modifikasi dalam kesenian garapannya
waktu dahulu (Lisbiyanto, 2013: 1; Fujiastuti, dengan memasukkan unsur-unsur modern
2015: 7; Anisa & Hanifa, 2016: 686). Selain bahkan mengadopsi dari kebudayaan lain.
menceritakan tentang kehidupan di kerajaan, Istilah lain biasa disebut dengan akulturasi.
ketoprak juga mengisahkan mengenai cerita- Proses akulturasi adalah proses penam-
cerita sosial masyarakat, seperti lakon Saridin bahan unsur budaya lain dalam budaya sendi-
yang menceritakan kisah seorang yang selama ri. Akulturasi sering disebut dengan mixed and
hidupnya dibohongi oleh kakak dan saudara adopting the other culture with local culture.
iparnya, ataupun kisah Suminten Edan yang Acculturation here refers to a social process
mengisahkan seorang wanita yang hanya which emerges when a group of people with
karena cintanya tidak diterima oleh lelaki particular culture encouters foreign culture ele-
pujaan hatinya sampai ia menjadi gila dan ment. This foreign element is then accepted and
akhirnya mati bunuh diri. appropriated without losing its original cul-
Pada perkembangannya, seni keto- ture, (Triratnawati, 2016: 41). Boleh dikatakan
prak sekarang mengalami beberapa proses akulturasi budaya adalah pemasukkan unsur-
perubahan,baik dari bentuk kemasannya mau- unsur yang diserap dari budaya lain ke dalam
pun fungsi pementasan ketoprak. Semula ke- budaya sendiri, tanpa menghilangkan ciri khas
toprak hanya berfungsi sebagai media hiburan atau jiwa dari budaya tersebut. Akulturasi
pelepas penat di kalangan masyarakat, dalam budaya sudah merambah ke berbagai aspek
konteks ini masyarakat Jawa. Sekarang, sedikit kebudayaan, salah satu diantaranya adalah
demi sedikit sudah mengalami pergeseran. Se- akulturasi budaya dalam kesenian ketoprak.
jak kelaiharannya ketoprak merupakan seni Proses akulturasi budaya tersebut yang
yang bersifat terbuka, dapat menerima pen- menjadikan kesenian ketoprak menjadi
garuh dari berbagai cabang seni pertunjukan lebih berkembang dan diminati oleh masya-
atau cabang seni manapun (Iswantoro, 1997: rakat. Pada awal mulanya kesenian rakyat
195). Ketoprak banyak digunakan seagai sa- belum memiliki aturan yang ketat dan
rana protes terhadap pemerintahan, acara dalam pertunjukkannya tersirat adanya
komersial, bahkan digunakan sarana kampa- penggarapan yang masih relatif sederhana
nye salah satu partai. Terlepas dari beberapa (Soemaryatmi, 2012: 26). Setelah mengalami
fungsi tersebut, ada beberapa fungsi ketoprak proses akulturasi, pementasan ketoprak
yang positif, misalnya digunakan sebagai sa- menjadi sangat menarik, baik secara cerita
rana pendidikan karakter kepada generasi maupun bentuk kemasan visual. Penambahan-

26
Dance & Theatre Review | volume 2 number 1, May 2019

penambahan aksen dalam panggung, adanya dikemas untuk mendukung dan menguatkan
tata lampu, serta penggunaan kostum yang argumen ketika dilakukan analisis data dalam
bervariasi membuat kesenian ketoprak makalah ini.
menjadi tidak monoton. Akulturasi budaya
terlihat juga dari beberapa lakon pementasan Sejarah Ketoprak
ketoprak yang mulai terdapat pergerseran,
dari yang mulanya hanya menceritakan Banyak pendapat yang menjelaskan
menengenai kehidupan Kerajaan Jawa, mengenai sejarah awal munculnya ketoprak.
sekarang banyak menceritakan kisah atau Salah satu pendapat menyatakan bahwa
lakon dari luar negeri, misalnya Sampek-Eng ketoprak pertama kali muncul di Klaten,
Tay dari China, Pangeran Hamlet dari opera yaitu dicetuskan oleh seorang abdi dalem
barat, lakon Odipus dari Mitologi Yunani, dan Kraton Kasunanan yang berdomisili di
Simbad dari kisah 1001 malam. Bentuk-bentuk Klaten (baca Endraswara, 2014). Beberapa
akulturasi budaya yang terdapat dalam cerita lain menyebutkan bahwa ketoprak muncul
atau lakon ketoprak ini yang akan menjadi pertama kali pada tahun 1908, bertepatn
fokus perhatian dalam artikel kali ini. dengan masa latihan RMT. Wreksodiningrat
(Satoto, 2012: 180). Sumber lain mengung-
Metode Penelitian kapkan bahwa asal mula ketoprak lahir di
Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Bantul.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kua- Memang masalah lahirnya ketoprak sampai
litatif, seperti dikemukakan oleh Sutopo (2002: sekarang masih menjadi perdebatan dikarena-
111) penelitian deskriptif dalam penelitian kan belum ada sumber tertulis yang langsung
kualitatif studi kasusnya mengarah pada menyebutkan mengenai lahirnya ketoprak
pendeskripsian secara rinci dan mendalam secara otentik. Badan Kesenian Jawatan Kebu-
mengenai potret kondisi tentang apa yang dayaan Kementerian Pendidikan Pengajaran
sebenarnya terjadi menurut pada adanya dan Kebudayaan Republik Indonesia, da-
di lapangan studinya. Sumber data dalam lam penelitiannya menyatakan bahwa
penelitian ini adalah beberapa pementasan kethoprak lahir di Surakarta pada tahun
ataupun lakon ketoprak yang bernuansa 1908 diciptakan oleh almarhum Raden Mas
islami dan ketoprak gaya mesiran. Data atau Tumenggung Wreksodiningrat, pada saat
informasi yang dikumpulkan dan dianalisis beliau mengadakan latihan kethoprak. Pada
dalam penelitian ini berupa data kualitatif. saat itu RMT Wreksodiningrat melatih para
Teknik yang digunakan dalam penelitian pemuda di kampung Widyataman untuk
ini meliputi beberapa teknik, yaitu analsisi berlatih kethoprak yang pada awal mula
langsung, pencatatan, dan analisis dokumen pertunjukannya dengan menggunakan tari-
yang terkait dengan objek penelitian, pen- tarian. Jika pada tahun 1908 bertepatan
dekatan, dan metode analisis data. dengan masa latihan RMT. Wreksodiningrat
Teknik analilis data yang digunakan merupakan tahun lahirnya kethoprak,
dalam penelitian ini mengadopsi dari teori maka tahun 1909 merupakan tahun pentas
Miles & Huberman (2009: 18) mengenai pertama kethoprak yang bertepatan dengan
teknik analisis jalinan mengalir atau flow perkawinan agung Kanjeng Pangeran Adipati
model of analysis. Dalam teknik analisis jalinan Arya Paku Alam VII dengan Gusti Bendara
terdapat tiga tahapan yang meliputi reduksi Raden Ajeng Retna Puwasa, putri Sri Susuhan
data (data reduction), sajian data (data Paku Buwana di Surakarta yang berlangsung
display), dan penarikan simpulan (conclution di dalam Kepatihan Surakarta pada tanggal 5
drawing). Data-data diperoleh dari beberapa Januari 1909, (Setyawan, 2016)
pementasan ketoprak yang bergaya mesiran, Akan tetapi, hal itu tidak membatasi
baik itu berupa data teks, gambar, maupun para seniman dan pemerhati ketoprak dalam
rekaman video. Data tersebut kemudian rangka melestarikan dan mengembangkan

27
BW. Setyawan & K. Saddhono, Akulturasi Budaya dalam Kesenian Ketoprak

seni ketoprak. Perlu digaris bawahi bahwa- berkembang pula ketoprak radio (audio) dan
sannya kesenian ketoprak lahir dari kalangan ketoprak televisi (audiovisual) menunjukkan
masyarakat sebagai kesenian masyarakat, bahwa ketoprak terus menerus melakukan
bukan kesenian yang muncul dari lingkungan pergulatan dengan budaya yang semakin
kraton (seni adiluhung). Bentuk kesenian modern (2014: 176). Selain beberapa hal
ketoprak pertama kali disajikan pada tahun yang diungkapkan di atas, perkembangan
1908 di Kampung Widyataman (sekarang kesenian ketoprak juga dipengaruhi oleh
Kampung Madyataman), Surakarta, Tumeng- tuntutan penonton yang lebih menyenangi
gung Wreksodiningrat yang mengumpulkan kesenian ketoprak yang dipentaskan dengan
beberapa anak muda untuk diajak bermain menyesuaikan teknologi yang berkembang
kesenian ketoprak, yang pada saat itu ben- pada saat ini, seperti penggunaan tata
tuknya masih sederhana. Kesenian ketoprak panggung, tata lampu (lighting) yang
pada masa itu masih sekedar acara kesenian memukau, tata rias dan kostum yang variatif,
yang dilakukan oleh para petani sebagai bentuk hingga cerita yang lebih relevan dengan pola
rasa syukur dari hasil panen yang diterimanya. kehidupan sekarang.
Mereka bercanda dan menyanyikan lagu
sambil menggunakan alat yang seadanya, para Ketoprak Mesiran
petani pada saat itu menggunakan lesung,
gendang, suling, dan rebana. Mengacu pada Seperti sudah dijelaskan pada penjelas-
piranti utama yang digunakan pada saat itu an sebelumnya, kesenian ketoprak sudah
adalah lesung, maka periodesasi ketoprak mengalami perkembangan akibat pengaruh
pada masa itu kemudian dinamakan ketoprak akulturasi budaya. Ketoprak mesiran banyak
lesung (baca: Satoto, 2012). disebut dengan istilah ketoprak stambulan,
Adapun mengenai sejarah perkembanga ketoprak 1001 malam, dan Ketoprak Bagdad.
kesenian ketoprak bisa dilihat dalam buku Penyebutan istilah tersbut dikarenakan cerita
National Geographic Traveler edisi Mei yang dibawakan berasal dari cerita 1001
2013, yang mengisahkan perjalanan kesenian malam atau cerita-cerita dari timur tengah.
ketoprak dimulai dari tahun 1887 yang masih Apabila ditelisih secara mendalam penyebutan
menggunakan lesung, masa surut ketoprak ragam ketoprak tersebut disesuaikan dengan
pada tahun 1942 – 1945 akibat pendudukan asal-mula cerita yang dibawakan dalam
Jepang hingga kethoprak yang hampir punah ketoprak yang berasal dari ragam cerita 1001
pada tahun 1966–1967 akibat pergolakan malam dan sebagian diambil dari cerita-cerita
politik pascatragedi 1965. Seniman ketoprak yang berasal dari Bagdad.
yang tergabung dalam LEKRA diburu, Cerita ketoprak yang berkembang pada
diasingkan, bahkan banyak yang dibunuh. mulanya menceritakan mengenai kisah-
Sampai pada kesenian ketoprak yang kisah di seputar kerajaan pada jaman dahulu,
berkembang dan bisa diterima masyarakat mulai dari Jaman Kerajaan Majapahit sampai
pada saat kemunculan Ketoprak Humor di pada Mataram Islam. Cerita ketoprak yang
acara televisi swasta sekitar tahun 2001 berkembang juga mendapat pengaruh dari
hingga sekarang di era kesenian ketoprak asal daerah dimana cerita itu berkembang,
yang sudah mengalami proses penggarapan. misalnya cerita tentang Patih Gajah Mada
Mengenai sejarah ketoprak Endraswara sangat dikenal orang di wilayah Jawa Timur dan
mengatakan bahwa kesenian ketoprak sebagai cerita-cerita lain yang berkaitan dengan cerita
salah satu bentuk seni pertunjukan rakyat, tak pada jaman Majapahit, seperti Damarwulan,
luput dari dampak perubahan (transformasi) Sri Huning, Ranggalawe, dan sebagainya.
budaya. Sejak lahirnya ketoprak lesung disusul Hal tersebut berbeda dengan ketoprak di
kemudian oleh ketoprak ongkek (barangan), wilayah Solo-Jogja yang banyak membahas
lalu ketoprak pendhapan (semuwanan), mengenai cerita-cerita yang diambil dari
hingga ketoprak keliling (tobong), maka kini jaman Kerajaan Demak sampai Mataram

28
Dance & Theatre Review | volume 2 number 1, May 2019

Islam, seperti kisah Jaka Tingkir yang menjadi komersial. Kesan-kesan tradisional yang
Raja Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya, cerita- bersifat konvensional lama-kelamaan mulai
cerita tentang pergolakan dan suksesi Kraton ditinggalkan. Sama seperti halnya dengan
Pajang menjadi Kraton Mataram di Kotagede, cerita kethopak yang mulai mengalami proses
sampai pada kisah Panembahan Senopati akulturasi atau mendapat pengaruh dari
dan Nyi Roro Kidul. Kecenderungan dalam budaya lain.
pemilihan lakon juga sangat kental dengan Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa
budaya yang berkembang di wilayah tersebut. cerita 1001 malam merupakan cerita yang
Lakon Arya Penangsang dan Kanjeng Ratu berasal dari budaya Timur Tengah. Cerita 1001
Kalinyamat sangat sakral apabila dipentaskan malam dalam budaya timur tengah berasal
di daerah pesisir utara Pulau Jawa, seperti Pati, dari tradisi lisan. Hal itu yang membuat cerita
Rembang, Cepu, dan Blora. 1001 malam bersifat anonim atau tidak dapat
Pemilihan lakon ketoprak juga di- diketahui secara pasti siapa pengarangnya.
sesuaikan dengan kondisi penonton pada Sebuah tradisi lisan merupakan milik bersama
saat pementasan. Simatupang (2013: 166) masyarakat, bahkan mungkin juga diciptakan
menyatakan bahwa kebanyakan pergelaran bersama oleh masyarakat (Yanti, 2009: 308).
seni pertunjukkan rakyat adalah seni ‘dalam Lebih lanjut mengenai cerita 1001 malam
rangka’, entah itu dalam rangka perkawinan, seperti dituturkan oleh Haddawy (2000: 12)
sunatan, ruwatan, tujuh-belasan, minta mulai didengar orang seja abad 9 M. Statement
hujan, ritual keagamaan, jumenengan, dan tersebut dibuktikan oleh para ahli sejarah
sebagainya. Masing-masing ‘rangka’ tersebut Arab dari abad kesepuluh, seperti Al-Mas’udi
sedikit banyak ikut menentukan wujud seni dan Ibnu al-Nazim yang menyebutkan bahwa
yang tergelar. Hal ini seperti dalam seni pada masanya terdapat beberapa macam
pementasan ketoprak dalam kategori ketoprak karya sastra berbahasa Arab yang berjudul
tanggapan (ketoprak yang pementasannya Seribu Kisah atau Seribu Malam, terjemahan
karena permintaan seseorang) ceritanya juga dari sebuah karya berbahasa Persia berjudul
bergantung dari si penanggap. Hazar Afsana.
Masyarakat Indonesia yang beragama Cerita-cerita yang bersumber dari kisah
Islam juga menentukan proses kreatif 1001 malam banyak memaparkan mengenai
mengenai cerita dan garapan lakon ketoprak. kehidupan masyarakat yang berlatar belakang
Cerita-cerita yang bernuansa Islam mulai budaya timur tengah. Mulai dari kehidupan
diperkenalkan dalam sebuah pementasan sosial, cara mereka berinteraksi, pakaian
ketoprak, seperti Pangeran Bahdad, Pe- yang digunakan dalam keseharian, termasuk
nyamun, Wong Agung Jayengrana dari Serat latar belakang sosial politik khas negara
Menak, dan cerita-cerita yang berkaitan Arab seringkali ditemukan dalam kisah
dengan kisah 1001 malam. Ragam ketoprak 1001 malam. Pemerintahan yang berbentuk
yang menceritakan mengenai kisah-kisah Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja
bernuansa islami tersebut dikenal dengan atau Sultan banyak ditemukan di lakon-lakon
istilah Ketoprak Mesiran. Ketoprak Mesiran 1001 malam. Adapun kisah raja yang paling
kerap kali dipergelarkan dalam acara-acara terkenal, yaitu mengenai kisah Sultan Harun
yang berkaitan dengan hari besar Islam, Al-Rasyid, seorang khalifah pada masa dinasti
seperti Maulud Nabi, Peringatan Isra’ Mi’raj, Abbasiyah, yang memiliki kerajaan di Bahdad,
pengisi acara di Bulan Ramadhan, maupun (Yanti, 2009: 309). Sultan Harun Al-Rasyid
acara-acara keagamaan lainnya. seperti dikemukakan oleh Anshori (2015:
Bisa dikatakan fungsi kesenian ketoprak 211) bernama asli Harun Ibnu Muhammad,
sudah mengalami pergeseran, dari yang putra termuda dari Muhammad Ibnu Ja’far Al-
semula merupakan kesenian rakyat sebagai Manshur, yang mendapat kursi kekhalifahan
sarana bersosialisasi dan bergotong-royong, pada tahun 170 Hijriyah/786 Masehi. Setelah
sekarang menjadi seni garapan yang terkesan menduduki puncak kekuasaan dia mendapat

29
BW. Setyawan & K. Saddhono, Akulturasi Budaya dalam Kesenian Ketoprak

gelar kehormatan Harun ar-Rasyid. Pada masa tuk mengingatkan pesan moral keagamaan
pemerintahan Sultan Harun Ar-Rasyid dinasti (2016: 32). Jadi, terdapat suatu misi tertentu
Abbasiyyah mencapai masa keemasan dan dari proses akulturasi budaya tersebut.
memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Sama seperti halnya dalam karya sastra
Jawa, akulturasi budaya Islam-Jawa juga terjadi
Bentuk Akulturasi Budaya Islam-Jawa dalam kesenian ketoprak. Akibat adanya
dalam Kesenian Ketoprak proses akulturasi antara budaya Islam dan
Jawa dalam kesenian ketoprak maka terjadi
Akulturasi adalah perpaduan antara perubahan-perubahan dalam tatanan pentas
dua budaya atau lebih dalam satu kemasan. ketoprak. Perubahan-perubahan tersebut
Akulturasi menurut pendapat Satoto (2010: tercermin dari unsur-unsur pendukung
1) pengaruh dari dinamika proses globalisasi pentas, diantaranya bahasa yang digunakan,
di segala bidang, termasuk budaya dan seni, jalan cerita, make up dan kostum, serta musik
fenomena tersebut akan berdampak pada pengiring dalam pementasan. Akan tetapi,
proses akulturasi lintas/silang budaya, perge- tidak semua unsur dalam kesenian ketoprak
seran dan atau perubahan tata nilai dan iden- berubah akibat adanya proses akulturasi
titas budaya bangsa. Masuknya unsur budaya budaya, hanya beberapa saja yang mengalami
luar dalam suatu budaya akan berdampak pada pembaharuan dan penyesuaian, unsur-unsur
berubahnya sistem dan unsur-unsur budaya di pendukung pentas lainnya masih tetap seperti
dalamnya. Proses akulturasi ini berkembang kesenian ketoprak pada umumnya. Berikut
karena adanya suatu proses interaktif dan ber- akan dijelaskan mengenai unsur-unsur
kesinambungan yang berkembang dalam dan ketoprak yang mengalami proses akulturasi
melalui komunikasi seorang imigran dengan akibat pengaruh dari budaya Islam dan Jawa.
lingkungan sosio-budaya yang baru. a. Cerita
Masuknya kebudayaan Islam pada sekitar Cerita dalam naskah ketoprak yang
abad 14 ditandai dengan berdirinya Kerajaan sudah mengalami proses akulturasi juga
Demak secara tidak langsung menjadi pemicu mengalami perubahan. Perubahan tersebut
proses transformasi budaya, yang semula Hin- nampak dari cerita maupun tokoh dalam
du-Budha menjadi kebudayaan Islam. Bersa- pementasan ketoprak. Lisbiyanto (2013:
maan dengan itu terjadi proses akulturasi bu- 1) mengemukakan bahwa ketoprak adalah
daya antara kebudayaan Islam dan Jawa dalam kesenian rakyat yang menceritakan tentang
setiap segi kehidupan masyarakat, termasuk kisah-kisah kehidupan yang terjadi di
dalam hal kesenian. Soemaryatmi (2012: 32) jaman kerajaan dahulu, yang merupakan
mengatakan bahwa pengaruh dari akulturasi kisah legenda yang ada di dalam masyaraat
akan mengakibatkan perubahan pola budaya. dengan latar belakang kehidupan kerjaan
Tidak hanya mengakibatkan perubahan pola Jawa pada waktu dahulu. Sekarang
budaya, interaksi antara dua kebudayaan juga mengalami perkembangan karena proses
dapat dijadikan sarana peleburan budaya akulturasi.
menjadi kemasan budaya baru, dalam hal ini Cerita ketoprak yang semula berkiblat
budaya Islam dan Jawa. Hal itu dapat dilihat mengenai masalah kerajaan Jawa, seperti
dari perubahan unsur-unsur budaya asli yang Majapahit, Demak, Mataram Islam, Pajang,
sudah mendapat modifikasi sebagai akibat sampai Surakarta setelah mendapat
pemasukkan nilai dan paham dari budaya pengaruh akulturasi budaya Islam dan
baru. Bentuk akulturasi budaya dapat dilhat Jawa ceritanya menjadi berkembang.
dengan jelas salah satunya dari kesenian dan Widayat (2001: 4) menyatakan bahwa
karya sastranya. Kamal memberikan contoh dalam periode ketoprak gamelan ceritanya
dalam karya sastra Jawa yang telah dikemas sangat beragam, dari cerita-cerita rakyat
sedemikian rupa untuk menyampaikan misi DIY, Jateng, dan Jatim bahkan cerita dari
moral yang telah dikemas secara Islami un- cerita 1001 Malam-pun mulai disajikan.

30
Dance & Theatre Review | volume 2 number 1, May 2019

Berbagai cerita beraliran 1001 malam yang dengan cerita yang dibawakan, dimana
disajikan antara lain, Pangeran Baghdad, pakaian akan disesuai dengan kostum
Para Penyamun, dan masih banyak lainnya. yang dipakai tokoh yang diperankan
Selain lakon yang bersumber dari pada saat itu. Lebih lanjut ia mengatakan
cerita-cerita yang berkembang di Timur bahwa pakaian pemaian ketoprak biasanya
Tengah, terdapat pula beberapa lakon adalah pakaian yang digunakan masyarakat
ketoprak yang berasal dari Jawa yang sehari-hari waktu itu (Lisbiyanto, 2013:
mendapat pengaruh budaya islami. Lakon- 14-15). Kostum-kostum ketoprak bergaya
lakon seperti Adeging Menara Kudus, Syekh Majapahit dalam lakon mesiran tidak
Jangkung, Sunan Kalijaga Sungkem, Syeh Siti digunakan lagi. Pakaian dalam pentas
Jenar Mbalela, dan Adeging Masjid Demak ketoprak mesiran disesuaikan dengan
merupakan beberapa lakon yang bersumber pakaian dari Arab dan Timur Tengah.
dari Jawa dan mendapat pengaruh budaya Hastuti (2014: 9) mengemukakan
Islam. Cerita-cerita tersebut mendapat mengenai jenis busana mesiran atau
pengaruh Islam dan memuat ajaran-ajaran stambulan digunakan untuk membawakan
Islam. Tokoh-tokoh seperti Sunan Kalijaga, cerita-cerita dari luar seperti dongeng 1001
Syeh Jangkung, dan beberapa wali lainnya malam dari Irak. Hanya bila cerita berbeda
merupakan para tokoh yang memiliki peran daerahya, caranya pun dibedakan (pemain
penting dalam rangka penyebaran agama mengadakan variasi dalam menggunakan
Islam. jenis busana yang sama). Misalnya ubel
Selain beberapa cerita di atas terdapat India akan lain variasinya dengan ubel
pula lakon ketoprak yang diambil dari Serat model Persi. Jenis busana mesiran yang
Menak. Serat Menak menceritakan me- dipakai terdiri dari:
ngenai kepahlawana tokoh Hamzah paman 1. Celana panjang glombyor.
Nabi Muhammad SAW. Ketika berperang 2. Kemeja panjang.
melawan kaum kafir Quraisy sampai 3. Rumpai.
kemudian terbunuh secara kejam oleh 4. Jubbah.
orang suruhannya Hindun (Arifin, 2013). 5. Ubel, dari kain polos dengan bermacam
Mengenai lakon Serat Menak yang diangkat bentuk yang mengkilat.
dalam cerita ketoprak diungkapkan oleh 6. Simbar yang dibuat dari kain bludru yang
Darmasti bahwa Serat Menak telah diangkat dibordir, yang banyak menggunakan
dalam sandiwara Ketoprak yang disiarkan seniman-seniman ketoprak dari Sura-
RRI stasiun Nusantara II Yogyakarta pada karta dan panggung keliling di luar
tahun 1961-1963. Ceritera tentang Wong Yogyakarta, seperti kelompok Ketoprak
Agung Jayeng Rana juga telah terlebih Siswo Budoyo dari Tulungagung.
dahulu dipergunakan sebagai sumber
ceritera wayang dari Sentolo oleh ki dalang
Widiprayitna sekitar tahun 1967-1968
(2013: 1). Muatan yang terdapat dalam
lakon-lakon ketoprak islami berkaitan
dengan penyebaran agama Islam. Hal ini
berhubungan dengan strategi penyebaran
agama Islam lewat kesenian yang gencar
dilakukan oleh Walisongo.
b. Kostum
Kostum yang digunakan dalam
pementas-an sebelum mendapat pengaruh Gambar 1. Pementasan Ketoprak Mesiran dari
akulturasi hanya sederhana. Pada mulanya Kelompok Sanggar Seni Kemasan Surakarta, Lakon
kostum pementasan ketoprak disesuaikan Pangeran Arab.

31
BW. Setyawan & K. Saddhono, Akulturasi Budaya dalam Kesenian Ketoprak

Gambar 1 merupakan lakon pemen- Selanjutnya untuk kostum yang


tasan ketoprak mesiran lengkap dengan digunakan oleh rakyat jelata dalam
kostumnya. Terlihat beberapa para pemain pementasan ketoprak Mesiran dibuat
di atas menggunakan kostum seperti seperti kostum yang digunakan dalam
yang digunakan oleh orang Mesir. Raja cerita 1001 Malam. Kostum yang
yang tidak menggunakan mahkota tetapi digunakan untuk pemain pria, yaitu celana
menggunakan ikat kepala, terlihat juga gombyor, rompi, baju kemeja polos, dan
dari pengawal yang menggunakan penutup menggunakan aksesoris kepala seperti
kepala seperti yang digunakan oleh orang kopyak atau songkok. Kostum rakyat jelata
Mesir, tidak menggunakan blangkon). dapat dilihat pada gambar 4.
Kostum yang digunakan Putri Layla
dalam gambar 2 merupakan perpaduan
antara kostum bergaya Mesir dan kostum
dari Jawa. Kostum mesiran terlihat dari
penggunaan kain yang polos berlengan
panjang dengan celana gombyor. Aksesoris
jilbab dan mahkota kecil yang dikenakan di
kepala Putri Layla juga menunjukkan kesan
busana Timur Tengah. Untuk rompi yang
digunakan adalah menggunakan rompi tari
khas Jawa seperti yang digunakan dalam
rompi prajurit. Kostum prajurit dalam
pementasan ketoprak mesiran juga hampir Gambar 3. Kostum prajurit dan pegawai kerajaan
sama, yaitu menggunakan celana gombyor, dalam Pementasan Ketoprak Mesiran.
kemeja panjang, rompi, dan menggunakan
aksesoris penutup kepala, seperti terlihat
dalam gambar 3.

Gambar 4. Kostum rakyat jelata dalam Pementasan


Ketoprak Mesiran.

Gambar 2. Kostum putri dalam pementasan Ketoprak


Mesiran Lakon Jin Bagdad. Gambar 5. Instrumen alat musik terbang.

32
Dance & Theatre Review | volume 2 number 1, May 2019

c. Iringan islami. Ketoprak bernuansa islami juga


Iringan ketoprak yang mendapat kerap digunakan dalam beberapa acara
akulturasi dari budaya Islam juga seperti, peringatan 1 Muharram, peringatan
mengalami perubahan. Penggunaan iringan hari besar keagamaan, dan untuk mengisi
seperti terbang, tamborin, marakas, juga acara pada Bulan Ramadhan. Jadi, dalam
sudah mulai digunakan sebagai musik perkembangannya kesenian ketoprak menjadi
pengiring. Selain itu penggunaan, lagu-lagu lebih luwes dan disesuaikan dengan kebutuhan
bernuansa islami juga digunakan sebagai masyarakat di jaman sekarang.
pengantar dalam pementasan ketoprak
bernuansa islami. Berikut ini merupakan Kepustakaan
alat utama dalam pementasan ketoprak
mesiran. Anisa, Siti & Hanifa, Ulya. 2016. “Padepokan
Walaupun sudah mengalami akulturasi Seni Kirun di Madiun tahun 1985-2009”
dengan penambahan unsur-unsur musik dalam Jurnal AVATARA, Vol. 4, No. 3, Oktober
Islami, pementasan ketoprak Mesiran 2016. Universitas Negeri Surabaya.
juga tetap menggunakan iringan gamelan. Darmasti, D. (2013). Makna Etis dan Estetis
Gamelan yang digunakan tidak komplit Tari Adaninggar Kelaswara. Gelar: Jurnal
seperti gamelan pada pementasan ketoprak Seni Budaya, 11(1).
pada umumnya, hanya beberapa saja Endraswara, Suwardi. 2014. Metode
sebagai instrument utama, seperti kendang, Pembelejaran Drama: Apresiasi, Ekspresi,
saron, bonang, dan rebab. Instrumen music dan Pengkajian. Yogyakarta: Penerbit
gamelan digunakan sebagai instrument Caps
utama untuk mengatur ritme dan untuk Fujihastuti, Ariesty. 2015. “Penanaman
menambahkan kesan musik pengisi Pendidikan Karakter melalui Budaya Jawa
suasana dalam pementasan ketoprak (Ketoprak)” dalam Jurnal Bahastra, Vol.
Mesiran. Gambar 5 adalah instrument yang 34, No. 1. 2015
digunakan dalam pementasan Ketoprak Haddawy, Husain. 2000. Kisah Seribu Satu
Mesiran. Malam. Cet.XIV (Terjemah Rahmani A.).
Bandung: Mizan.
Penutup Hastuti, Nur. 2013. “Perbedaan Tata Busana
dan Tata Rias antara Pertunjukan
Dari pembabaran masalah di atas dapat Ketoprak dan Kabuki” dalam Jurnal
ditarik kesimpulan mengenai akulturasi IZUMI (Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya
budaya Islam dan Jawa dalam pementasan Jepang. Fakultas Ilmu Budaya Universitas
ketoprak, khususnya ketoprak gaya mesiran. Diponegoro, Semarang.
Akulturasi budaya ini memberikan warna yang Iswantoro, Nur, 1997, “Ketoprak dan Teater
berbeda dalam pementasan ketoprak. Unsur- Modern Kita” dalam Lephen Purwa
unsur seperti cerita, bahasa, kostum dan Raharja, ed., Ketoprak Orde Baru.
make up, serta iringan dalam ketoprak gaya Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
mesiran mengalami sedikit perbedaan dengan Kamal, M. A. M. (2016). Interelasi Nilai
ketoprak konvensional pada umumnya. Hal Jawa dan Islam dalam Berbagai Aspek
tersebut disesuaikan dengan adaptasi budaya Kehidupan. Jurnal Kalam, 10(1), 19-42.
Arab dalam pementasan ketoprak supaya Koentjoroningrat. 2004. Kebudayaan Jawa.
terkesan seolah-olah seperti pementasan Jakarta: Balai Pustaka.
lakon 1001 malam. Lisbiyanto, Herry. 2013. Ketoprak. Yogyakarta:
Selain adaptasi dan pengaruh dari budaya Graha Ilmu.
Arab dalam ketoprak bernuansa islami juga Miles, Matthew B. & Huberman, A. Michael.
terdapat lakon ketoprak yang mengadaptasi (2009). Analisis Data Kualitatif: Buku
dari cerita asli Jawa yang diberikan nuansa Sumber Tentang Metode-Metode Baru.

33
BW. Setyawan & K. Saddhono, Akulturasi Budaya dalam Kesenian Ketoprak

(Terj. Tjetjep Rohandi Rohidi). Jakarta: Internasional RIKSA BAHASA X “Literasi


Universitas Indonesia Press. dan Budaya Bangsa (pp. 734-739)
Murwandani, Nunuk Giari. 2007. “Arsitektur- Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran:
Interior Keraton Sumener sebagai Wujud Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya.
Komunikasi dan Akulturasi Budaya Yogyakarta: Jalasutra.
Madura, Cina, dan Belada” dalam Jurnal Soemaryatmi. 2012. “Dampak Akulturasi
Dimensi Interior, Vo. 5, No. 2 Desember Budaya pada Kesenian Rakyat” dalam
2007. Surabaya: Universitas Negeri Jurnal Seni & Budaya Panggung, Vol. 22,
Surabaya. No. 1, Januari-Maret 2012.
Satoto, Soediro. 2010. “Seni Sastra, Teater, Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.
dan Film dalam Konteks Perkotaan: Surakarta: UNS Press.
Industrialisasi dan Urbanisme (Studi Triratnawati, Atik. 2016. “Acculturation in
Kasus Serial Sinetron Film “INTAN”). Javanese Traditional Medicine Practice
Dalam Jurnal LITERA. Yogyakarta: in Yogyakarta” dalam Jurnal KOMUNITAS
Universitas Negeri Yogyakarta. (International Journal of Infonesia Society
Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan and Culture) Vol. 8, No. 1.
Teater Jilid I. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Widayat, Afendy. 2001. “Kethoprak: Seni
Setyawan, Bagus Wahyu, Saddhono, Kundharu, Pertunjukkan dan Seni Sastranya, Media
& Rakhmawati, Ani. (2018). Potret Kondisi Menuju Konteks Multikultural” makalah
Sosial Masyarakat Jawa dalam Naskah disampaikan dalam Seminar Nasional
Ketoprak Klasik Gaya Surakarta. Jurnal Pemberdayaan KBJ III di UNY Yogyakarta
Aksara, 30(2), 205-220. Yanti, Neneng. 2009. “Analisis Strukturalisme
Setyawan, Bagus Wahyu. (2016). Membaca Levi-Strauss terhadap Kisah Pedagang
Sejarah Melalui Kegiatan Membaca dan Jin dalam Dongeng Seribu Satu
Naskah Ketoprak (Literasi Pada Ranah Malam” dalam Jurnal Adabiyyat,Vol. 8,
Sastra Jawa). In  Prosiding Seminar No. 2, Desember 2009.

34

Anda mungkin juga menyukai