Anda di halaman 1dari 2

KAWULA

Sulit, memang sangat kasihan,

Sulit menerima nasib, sulit menerima keadaan,

Terhanyut dalam lamunan,

Mulai emosi tak pasti entah bagaimana bisa bertahan.

Terjadi

Aku pumuda yang harus selalu berdiri,

Berdiri di pijakan dan bertumpu walau pijakanku berduri.

Pernah berfikir untuk pergi,

Bahkan ingin ini semua berhenti.

Siksa, oh sangat sulit sekali.

Semua akan hilang, sirna, musnah

Dihempas sang perkasa Corona

Sudah,sudah, akan ku hentikan semua derita.

Aku pemuda perkasa,

Semangat juang 45 Penerus bangsa.

Ekonomi bangsa memang terpuruk, terkurung, tersungkur, hancur.

Aku pemuda dan aku bangkit, melihat duka nestapa yang kian meraja.

Tak sanggup rasanya melihat manusia mengemis, berada di jalan, dan menderita.
Aku pemuda, aku cerdas.

Keadaan memaksaku semakin berfikir agar pantas,

Bagaimana membuat kita menjadi bangsa yang tangkas.

Injeksi sang corona kian meraja,

Tapi aku pemuda, aku semakin meng-gagah.

Hey kawula muda!

Kalian yang berjjiwa lemah dan tak ingin berdaya!

Kalian yang menikmati keterpurukan dengan rela!

Genggamlah tangan ini saudara!

Kita gerakkan roda gigi ekonomi yang menjadi nyawa.

Bagi bangsa.

Hey kawula muda!

Butuh berapa purnama lagi kita harus menjadi hadirin dalam penyiksaan massa?

Mengunyah, mengulum, menikmati ekonomi kita terkikis paksa,

Masyarakat tersiksa, tak bisa apa-apa.

Hey kawula muda!

Bergeraklah, beranjaklah dari lantai tanpa asa,

yang membuat mendidih di kepala.

Ingatlah kawula muda,

Yang kita butuhkan hanya bangkit dan bersaudara,

Yang kita butuhkan hanya ruang dan usaha,

Yang kita butuhkan adalah kita.

KAWULA!

Anda mungkin juga menyukai