Anda di halaman 1dari 4

Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) sebagai pembelajaran Inovatif

Deskripsi
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting pada masa saat ini. Dengan
berkualitasnya pendidikan yang diberikan kepada peserta didik diharapkan akan menjadi
dampak yang lebih baik untuk kehidupan yang akan datang. Selain dalam pengetahuan juga
dapat menjadi dampak baik bagi perkembangan pola pikir dan sikap peserta didik yang mampu
memecahkan masalah masalah yang di hadapi saat proses pembelajaran maupun di kehidupan
sehari hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah PBL (Problem Based Learning) pada Pembelajaran Agribisnis
Ternak Unggas Pedaging meliputi penjelasan tentang PBL, langkah-langkah pembelajaran, ciri
pembelajaran, kelebihan dan kelemahannya serta manfaatnya bagi peserta didik.
PBL merupakan dua model pembelajaran yang disarankan untuk digunakan dalam
pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka yang saat ini sedang
digalakan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan. Dengan menguasai sintak atau
langkah-langkah pembelajaran model ini diharapkan dapat menjadi modal bagi guru untuk
merancang pembelajaran yang lebih variatif.
Dalam rangka mempersiapkan SDM yang berkualitas, pemerintah merancang kurikulum yang
menuntun sekolah mempersiapkan pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad 21
dikembangkan dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
center), bukan lagi berpusat pada guru (teacher center). Hal ini tentu sesuai dengan tuntutan
masa depan, dimana relevansinya peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan dalam
pengetahuan saja, melainkan juga memiliki kemampuan dalam sikap dan keterampilan. Dalam
hal ini, peserta didik dituntut memiliki keterampilan-keterampilan yang dikenal dengan
keterampilan 4C abad 21. Keterampilan 4C abad 21 meliputi critical thinking (keterampilan
berpikir kritis), creativity and innovation (keterampilan berpikir kreatif dan inovatif),
collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi), dan communication (berkomunikasi).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu pendidikan kejuruan di Indonesia.
Pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang
agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada
bidang-bidang pekerjaan lainnya. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Kegiatan
pembelajaran di SMK seyogyanya selalu mengaitkan ilmu pengetahuan dan
kebermanfaatannya bagi kehidupan nyata peserta didik, terutama manfaat yang sesuai dengan
bidang kejuruannya.
A. Tahap Pendahuluan, melakukan aktivitas berdasarkan pada pertanyaan umum yang
mengkaitkan tentang masalah pada kehidupan sehari hari atau info terkini yang memiliki
banyak kemungkinan jawaban dan metode untuk menjawab pertanyaan tersebut. Guru
menggali kemampuan siswa melalui tanya jawab, setelah itu guru memantik dengan
mengaikan dengan materi sebelumnya yang sudah di pelajari. Proses pembelajaran ini berpusat
pada peserta didik atau (student center) guru berperan sebagai fasilitator
B. Tahapan Inti, tahapan ini berisi sintaks model pembelajaran PBL
Berikut sintak pembelajaran berbasis masalah menurut Johnson (2007).
1. Orientasi siswa kepada masalah
Pada tahap ini Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan,
pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
pada tahap ini Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Pada tahap ini Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan
kelompoknya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
C. Tahapan Penutup
Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik individu maupun
kelompok serta Menginformasikan materi yang akan datang pada peserta didik
Menurut Pawson, Eric, At. Al. (2006) , dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah
siswa akan belajar secara mendalam untuk memahami konsep dan mengembangkan
keterampilan, siswa berpartisipasi dan saling memotivasi dalam pembelajaran. PBL tidak
hanya memberi pengaruh berupa keuntungan menyelesaikan satu pelajaran saja namun juga
pelajaran lain yang ada di dalam kurikulum sekaligus bermanfaat untuk mengasah “Life Long
Education”.
Dalam kaitanya pada mata pelajaran Agribisnis Ternak Unggas Pedaging, guru diharapkan
mampu untuk memaksimalkan capaian dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
peserta didik, peserta didik diharapkan mampu memahami dan meningkatkan pengetahuan
mengenai materi yang di ajarkan guna memperoleh ketuntasan dalam pembelajaran.
Sesuai dengan ciri ciri dalam model Pembelajaran PBL ini adalah Dalam pelaksanaannya,
metode problem based learning dilakukan dengan berfokus pada keaktifan siswa, sedangkan
guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
 Pengajuan Masalah atau Pertanyaan, Pembelajaran berkisar pada masalah atau
pertanyaan yang nyata dan penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan
masalah yang diajukan harus memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas,
dan bermanfaat.
 Keterkaitan dengan Berbagai Disiplin Ilmu, Masalah yang diajukan dalam proses
pembelajaran sebaiknya berkaitan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
 Penyelidikan yang Autentik, Penyelidikan dilakukan pada masalah yang autentik.
Selain itu, penyelidikan juga diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang
bersifat nyata. Dalam penyelidikan, siswa akan menganalisis dan merumuskan
masalah, mengembangkan, dan membuat hipotesis, serta menggambarkan hasil akhir.
 Menghasilkan Karya, Pada problem based learning, siswa bertugas untuk menyusun
hasil penelitiannya dalam sebuah karya dan menunjukkan hasilnya. Artinya, siswa
diminta untuk membuat laporan dari hasil penyelesaian masalah.
 Kolaborasi, Pada problem based learning, tugas-tugas yang diberikan harus
diselesaikan secara kolaboratif. Kerja kolaboratif dapat dilakukan baik antarsiswa
dalam kelompok besar atau kecil, maupun antara siswa dan guru.

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya;


a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
d. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi
dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
a. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran Agribisnis Ternak Unggas Pedaging
memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah: a. Merupakan representasi dimensi-dimensi
proses yang alami dan bukan suatu usaha yang dipaksakan. b. Merupakan model pembelajaran
yang dinamis sehingga memacu siswa untuk lebih terampil. c. Melatih siswa untuk bekerja
dalam suatu prosedur kerja yang tersusun baik. d. Melibatkan banyak aktivitas seperti riset
sederhana, pengamatan terhadap lingkungan sekitar dan sebagainya. Pada poin inilah, PBL
sangat relevan dengan pembelajaran yang notabene adalah ilmu pengetahuan yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari dan pembekalan peserta didik pada kehidupan yang akan
datang yang berkaitan dengan kompetensi yang dimilikinya. e. Membina sikap ingin tahu,
berfikir objektif, mandiri, kritis dan analitis.
Selain tulisan di atas, tentu masih banyak penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-
hari yang dapat disajikan sebagai rangsangan peserta didik untuk belajar. Masalah yang
dikaitkan dengan kehidupan peserta didik SMK, dalam hal ini sesuai dengan jurusan mereka
diharapkan dapat lebih memotivasi peserta didik dalam mempelajari materi yang diajarkan.
Dengan demikian, peserta didik akan merasakan manfaat pembelajaran PBL dalam
kehidupannya. Untuk selanjutnya, diharapkan setelah peserta didik lulus SMK akan dapat terus
memanfaatkan ilmu yang disampaikan yang telah diperoleh untuk diterapkan dalam dunia
kerja.

Daftar Pustaka
Johnson, B. Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Terjemahan Ibnu Setiawan. Bandung. Mizan Learning
Centre (MLC)
Pawson, Eric, At. Al. 2006. Problem Based Learning in Geography:Toward a Critical
Assessment of Its Purposes, Benefits and Risks. Journal of Geography in Higher Education. P.
Routledge. Vol. 30, No. 1. 103-116, March 2006

https://apps.detik.com/detik/ (di akse 22 November 2022)

Anda mungkin juga menyukai