ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa Modul IPA materi
makhluk hidup dan lingkungannya berbasis pendekatan kontekstual yang berkualitas ditinjau dari
dari validasi ahli dan uji coba kepada siswa. Penelitian pengembangan ini menggunakan prosedur
pengembangan model ADDIE (analysis, design, development, implementation, evaluation). Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV-B SD Negeri 033 Tarakan dengan jumlah sebanyak 24 orang.
Kriteria kualitas modul IPA materi hubungan makhluk hidup dan lingkungannya, dilihat hasil
validasi materi 98% (sangat valid), validasi desain 87.5% (sangat valid), validasi bahasa 97%
(sangat valid), validasi konstruk 100% (sangat valid) dan validasi praktisi 88% (sangat valid),
sehingga rata-rata hasil validasi memperoleh persentase sebesar 94% (sangat valid). Berdasarkan
angket respon siswa diperoleh 93% (sangat baik) Berdasarkan yang telah dipaparkan bahwa
modul IPA berbasis pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan berkualitas.
Kata Kunci: Modul IPA, Pendekatan Kontekstual, Hubungan Makhluk Hidup dan Lingkungannya
ABSTRACT
This study aimed to produce teaching materials in the form of IPA Modules of living
creatures and the environment based on a quality contextual approach in terms of expert validation
and testing to students. This development research uses the ADDIE model development procedure
(analysis, design, development, implementation, evaluation). The subjects of this study are students
of grade IV-B SD Negeri 033 Tarakan with a total of 24 people. Criteria for quality of IPA module
material of living creature relationship and environment, viewed material validation result 98%
(very valid), design validation 87.5% (very valid), validation of language 97% (very valid), 100%
validation validation (very valid) and validation practitioner 88% (very valid), so the average
validation result gets a percentage of 94% (very valid). Based on the questionnaire, the students'
responses were 93% (very good) Based on what has been explained that the IPA module based on
the contextual approach that has been developed is qualified.
Keywords: IPA Module, Contextual Approach, Relationship of Living Beings and Environment
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 29
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
dilakukan di SDN 033 Tarakan, cara suatu strategi pembelajaran yang selain
mengajar guru dengan menggunakan dapat menghubungkan dunia kehidupan
metode ceramah, selain itu bahan ajar nyata siswa dengan sekolah, juga
yang digunakan siswa belum menyentuh diyakini akan menghasilkan suatu
kehidupan nyata di sekitar mereka, bahan pemahaman yang mendalam terhadap
ajar yang digunakan belum membuat materi-materi yang disajikan oleh guru
siswa terlibat langsung dalam (Crawford dalam Habibi, 2016). Abrori
pembelajaran sehingga kurang memberi and Adhani (2017) juga menyatakan
pengalaman langsung bagi siswa bahwa kemampuan siswa sebagai peserta
sehingga hasil Ujian Tengah semester didik dalam mengatasi dan berpikir kritis
siswa tidak ada yang mengalami dalam pembelajaran yang berbasis
ketuntasan. Guru mata pelajaran potensi lokal akan berdampak pada
IPA/guru kelas belum pernah membuat peningkatan hasil belajar mereka. Hal ini
bahan ajar yang dapat digunakan untuk senada dengan Nasiroh (2014), yang
proses pembelajaran. Kurangnya ke- mengatakan bahwa penggunaan
mampuan guru dalam mengembangkan pendekatan kontekstual akan mencipta-
bahan ajar dikarenakan ketidakpahaman kan pembelajaran yang menekankan pada
dalam merancang bahan ajar dan keterkaitan antara materi pembelajaran
keterbatasan waktu. Materi Hubungan dengan dunia kehidupan siswa secara
Makhluk Hidup dan Lingkungannya nyata. Dengan demikian, pembelajaran
merupakan materi pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan
sekolah dasar yang erat kaitannya dengan kontekstual akan melibatkan siswa secara
permasalahan dalam kehidupan sehari- langsung dalam permasalahan kehidupan
hari, materi tersebut masih bersifat sehari-hari dan lingkungannya.
abstrak jika tidak menggunakan bahan Berdasarkan uraian yang telah
ajar yang tepat dalam menyampaikan dikemukakan maka peneliti tertarik untuk
materi tersebut, namun kenyataannya mengembangkan bahan ajar materi
dalam penyampaian materi tersebut hubungan makhluk hidup dan
masih bersifat monoton, dan menjadikan lingkungannya berbasis pendekatan
bahan ajar buku paket dan LKS sebagai kontekstual. Bahan ajar yang dikembang-
sumber satu-satunya dalam proses kan berupa modul pembelajaran.
pembelajaran. Maka diperlukan bahan Depdiknas (2008) mengatakan bahwa
ajar yang tepat dalam menyelesaikan modul adalah salah satu bentuk bahan
permasalahan tersebut. Adanya bahan ajar yang digunakan oleh siswa agar
ajar yang tepat, maka materi yang bersifat dapat belajar secara mandiri. Tergambar
rumit atau abstrak dapat dijelaskan jelas bahwa modul digunakan untuk
dengan mudah. Hal ini melatarbelakangi belajar mandiri dan diharapkan mampu
pemilihan materi hubungan makhluk meningkatkan motivasi peserta didik
hidup dan lingkungannya. dalam pencapaian hasil belajar.
Berdasarkan uraian yang telah Penyusunan modul harus disesuaikan
dikemukakan, pendekatan pembelajaran dengan kompetensi dan standar
yang tepat dalam mengatasi kompetensi yang akan dikembangkan.
permasalahan yang sesuai dengan yang Hal ini didukung oleh pernyataan Yanti,
dikemukakan adalah pendekatan (2017) mengatakan bahwa modul sangat
kontekstual. Pendekatan ini dipilih karena diperlukan sebagai inovasi baru untuk
dengan menggunakan pendekatan ini, penunjang keberhasilan siswa dalam
siswa bisa mendapatkan pengalaman memahami isi materi pembelajaran.
langsung secara nyata, sehingga dapat Sulisyanti (2017) mengatakan bahwa
membuat pembelajaran lebih bermakna. dengan menggunakan modul, peserta
Pembelajaran kontekstual merupakan didik dapat mengukur tingkat
30 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 31
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
32 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
yang ada dalam modul berupa konsep/ mendukung penjelasan materi, tetapi
prinsip-prinsip, fakta penting yang terkait untuk dapat menambah daya tarik dan
langsung dan mendukung untuk mengurangi rasa kebosanan. Indikator
pencapaian kompetensi dan harus gambar dan ilustrasi yang disajikan
dikuasai oleh peserta didik (Rahdiyanta, terdapat dalam kehidupan sehari-hari, dan
2017). Indikator keakuratan fakta dan dilengkapi penjelasan, pada indikator
data yang disajikan sesuai dengan tersebut mendapatkan skor 100% hal ini
kenyataan dan efisien untuk meningkat- dikarenakan gambar yang disajikan
kan pemahaman peserta didik, indikator dalam modul sesuai dengan kehidupan
tersebut mendapatkan skor 100% hal ini sehari-hari kemudian setiap gambar yang
disebabkan di dalam modul data disajikan disajikan terdapat penjelasan mengenai
sesuai dengan kondisi fisik atau fakta gambar tersebut, hal ini sesuai dengan
yang ada disekitar lingkungan peserta pendapat Prastowo (2015), mengatakan
didik, seperti gambar yang disajikan bahwa terdapat gambar di dalam modul
dalam modul merupakan gambar-gambar dan penjelasan materinya.
yang sering mereka temui dalam Indikator menciptakan kemampuan
kehidupan sehari-hari, sehingga modul bertanya yang disajikan dalam uraian,
pembelajaran IPA yang dikembangkan yang mendapatkan skor 100% hal ini
dapat meningkatkan pemahaman peserta sesuai dengan yang terdapat di modul
didik, hal ini sesuai dengan Rahdiyanta bahwa uraian materi yang disajikan dapat
(2017) mengatakan bahwa penulisan menciptakan kemampuan peserta didik
modul bertujuan untuk meningkatkan untuk bertanya. Indikator selanjutnya,
motivasi dan gairah belajar siswa. terdapat latihan atau contoh-contoh
Indikator keakuratan contoh dan kasus, yang mendapatkan skor 100% hal
kasus sesuai kenyataan dan efisien untuk ini sesuai dengan karakteristik modul
pemahaman peserta didik, yang bahwa soal latihan tugas atau sejenisnya
mendapatkan skor 100%, hal ini yang memungkinkan untuk mengukur
dikarenakan modul IPA yang dikembang- pemahaman siswa (Rahdiyanta, 2017).
kan terdapat contoh-contoh atau kasus Uji validasi desain dilakukan oleh
yang sesuai dengan kenyataan dosen PPKIA Tarakanita dengan
sebagaimana pendapat Rahdiyanta (2017) memperoleh skor sebesar 87.5% dengan
bahwa modul harus tersedia contoh dan kategori sangat valid. Penjelasan
ilustrasi yang mendukung kejelasan penilaian tiap-tiap indikator sebagai
pemaparan materi pembelajaran. berikut: indikator ukuran modul, ukuran
Indikator selanjutnya keakuratan gambar yang digunakan modul IPA materi
yang disajikan sesuai dengan kenyataan hubungan makhluk hidup dan
dan efisien untuk meningkatkan lingkungannya, sesuai dengan standar iso
pemahaman peserta didik, di dalam yaitu B5 (176 x 250 mm) sesuai dengan
modul terdapat gambar-gambar yang pedoman penyusunan modul dalam
disajikan sesuai dengan kenyataan dan (BSNP, 2016) selanjutnya indikator
lingkungan sekitar peserta didik, seperti ilustrasi modul yang mendapatkan skor
contoh gambar yang terdapat di dalam 100%, hal ini dikarenakan ilustrasi yang
modul misalkan contoh gambar kebun terdapat dalam modul mampu
jagung, ekosistem laut yang didapat dari mengungkapkan materi sesuai dengan
lingkungan sekitar peserta didik sehingga kenyataan dan disajikan dalam bentuk
menimbulkan daya tarik untuk kreatif dan menarik, dan peneliti
mempelajarinya, karena sesuai dengan mengambil gambar langung sesuai
pendapat Prastowo (2015), mengatakan dengan materi yang disajikan hal ini
bahwa gambar-gambar yang disajikan di sesuai dengan panduan (BSNP, 2016).
dalam modul tidak hanya dapat
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 33
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
Uji validasi bahasa dilakukan oleh kan skor 100% hal ini dikarenakan materi
dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan yang disajikan dalam modul sesuai
Sastra Indonesia Universitas Borneo dengan kondisi dan kenyataan yang
Tarakan yang mendapatkan skor 97% terdapat di lingkungan sekolah. Indikator
dengan kategori sangat valid. Berikut pembelajaran mendorong siswa membuat
penjelasan dari tiap-tiap indikator : hubungan antara pengetahuan yang
Lugas, pada indikator tersebut dimiliki siswa dengan penerapannya
mendapatkan skor 100% hal ini dalam kehidupan sehari-hari, indikator
dikarenakan penyajian struktur kalimat tersebut mendapatkan skor 100% hal
yang tepat, kefeektifan kalimat dan tersebut dikarenakan di dalam modul
kebakuan istilah yang terdapat dalam terdapat pengetahuan yang dapat siswa
modul, sesuai dengan panduan (BSNP, terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
2016). Indikator selanjutnya, komunikatif karena pendekatan yang digunakan dalam
yang mendapatkan skor 100% hal ini modul berbasis pendekatan kontekstual.
dikarenakan modul dapat membuat siswa Indikator materi dalam modul bersifat
menjadi lebih paham terhadap pesan atau mengkontruksi pengetahuan dan bukan
informasi yang disajikan. Modul harus menerima pengetahuan, indikator
menggunakan bahasa yang sederhana dan tersebut mendapatkan skor 100% hal ini
komunikatif (Rahdiyanta, 2017). Indikaor disebabkan siswa dapat belajar untuk
dialogis dan interaktif pada indikator menemukan pengetahuan baru melalui
tersebut mendapatkan skor 100% hal ini kegiatan berbasis pendekatan
dikarenakan penyajian bahasa yang kontekstual. Indikator materi merangsang
interaktif di modul dapat mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan
siswa untuk bertanya, selanjutnya sendiri, pada indikator tersebut
indikator kesesuaian dengan per- mendapatkan skor 100% hal ini
kembangan peserta didik, bahasa yang disebabkan karena pembelajaran yang
digunakan dalam modul tersebut sesuai terdapat dalam modul tidak hanya
dengan usia dan jenjang pendidikan didapatkan dari membaca tetapi membuat
siswa. siswa untuk menemukan pengetahuannya
Uji validasi konstruk dilakukan sendiri berdasarkan fakta lingkungan
oleh dosen Jurusan Pendidikan Guru sekitar, seperti menemukan contoh-
Sekolah Dasar yang mendapatkan skor contoh hubungan simbiosis dan
100% dengan kategori sangat valid. Hal ekosistem di lingkungan sekitar sekolah.
ini disebabkan oleh seluruh indikator Indikator selanjutnya terdapat
yang mendapatkan masing-masing skor pertanyaan-pertanyaan yang mendorong
100%. Hasil penilaian dari validasi membimbing, dan mengukur kemampuan
konstruk dijelaskan sebagai berikut: berpikir siswa, indikator tersebut
menuliskan standar kompetensi, menulis- mendapatkan skor 100% karena di dalam
kan kompetensi dasar, menuliskan modul terdapat beberapa pertanyaan-
indikator, pada indikator tersebut modul pertanyaan yang dapat membimbing
yang dikembangkan telah sesuai dengan siswa untuk belajar mandiri dan
standar kompetensi yang sesuai dengan mengukur kemampuan siswa hal ini
kurikulum 2006 serta menuliskan SK, sesuai dengan tujuan modul yang
KD dan Indikator tersebut dalam dikemukakan Rahdiyanta (2017) yang
pendahuluan (petunjuk umum modul) mengatakan bahwa memungkinkan
sesuai dengan struktur modul Surahman siswa dapat mengukur dan menilai hasil
(Prastowo, 2015). kemampuan hasil berpikir siswa.
Indikator adanya keterkaitan materi Terdapat tugas kelompok, dan materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata merangsang siswa untuk berdiskusi
siswa, pada indikator tersebut mendapat- (sharing) dengan teman-temannya,
34 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 35
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
36 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 37