Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN MODUL IPA MATERI HUBUNGAN MAKHLUK

HIDUP DAN LINGKUNGANNYA BERBASIS PENDEKATAN


KONTEKSTUAL

Sari Damara Gita1, Muhsinah Annisa2, A. Wilda Indra Nanna3


Universitas Borneo Tarakan1,2,3
qiqi.adhe@gmail.com1, echa.ok@gmail.com2, wiradjab@gmail.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa Modul IPA materi
makhluk hidup dan lingkungannya berbasis pendekatan kontekstual yang berkualitas ditinjau dari
dari validasi ahli dan uji coba kepada siswa. Penelitian pengembangan ini menggunakan prosedur
pengembangan model ADDIE (analysis, design, development, implementation, evaluation). Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV-B SD Negeri 033 Tarakan dengan jumlah sebanyak 24 orang.
Kriteria kualitas modul IPA materi hubungan makhluk hidup dan lingkungannya, dilihat hasil
validasi materi 98% (sangat valid), validasi desain 87.5% (sangat valid), validasi bahasa 97%
(sangat valid), validasi konstruk 100% (sangat valid) dan validasi praktisi 88% (sangat valid),
sehingga rata-rata hasil validasi memperoleh persentase sebesar 94% (sangat valid). Berdasarkan
angket respon siswa diperoleh 93% (sangat baik) Berdasarkan yang telah dipaparkan bahwa
modul IPA berbasis pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan berkualitas.

Kata Kunci: Modul IPA, Pendekatan Kontekstual, Hubungan Makhluk Hidup dan Lingkungannya

ABSTRACT

This study aimed to produce teaching materials in the form of IPA Modules of living
creatures and the environment based on a quality contextual approach in terms of expert validation
and testing to students. This development research uses the ADDIE model development procedure
(analysis, design, development, implementation, evaluation). The subjects of this study are students
of grade IV-B SD Negeri 033 Tarakan with a total of 24 people. Criteria for quality of IPA module
material of living creature relationship and environment, viewed material validation result 98%
(very valid), design validation 87.5% (very valid), validation of language 97% (very valid), 100%
validation validation (very valid) and validation practitioner 88% (very valid), so the average
validation result gets a percentage of 94% (very valid). Based on the questionnaire, the students'
responses were 93% (very good) Based on what has been explained that the IPA module based on
the contextual approach that has been developed is qualified.

Keywords: IPA Module, Contextual Approach, Relationship of Living Beings and Environment

PENDAHULUAN yang baik serta memiliki keterampilan


Tujuan Pendidikan yang tercantum yang dapat berguna bagi dirinya sendiri,
dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 masyarakat dan bangsa. Demi terciptanya
tentang Sistem Pendidikan Nasional tujuan pendidikan, maka diterapkan
menyebutkan bahwa pendidikan dalam kebijakan wajib belajar dan program
proses pembelajaran yang aktif dan tersebut menjadi tanggung jawab
efektif mampu mengembangkan potensi Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
diri siswa, sehingga memiliki sikap Wajib belajar adalah suatu program
spiritual keagamaan yang baik, memiliki pendidikan minimal yang harus diikuti
akhlak yang mulia, memiliki kecerdasan oleh warga Negara Indonesia tanpa

28 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA


Vol. 8 No. 1, Mei 2018, pp.28- 37| ISSN : 2301-5071 | eISSN : 2406-7393
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

terkecuali, pendidikan formal dimulai pembelajaran, maka perlu adanya


dari pendidikan dasar, pendidikan pembuatan bahan ajar yang menarik dan
menengah dan pendidikan tinggi. Sekolah inovatif untuk memudahkan siswa dalam
Dasar (SD) merupakan awal dari memahami materi pembelajaran, dan
pendidikan dasar, sehingga usia anak 7- sebagai panduan guru dalam menyampai-
15 tahun setidaknya mendapatkan kan materi pembelajaran. Kenyataannya
pendidikan dasar berbentuk (SD). banyak guru kurang mengembangkan
Pembelajaran di sekolah memiliki kemampuannya dalam menciptakan
pedoman yang dinamakan kurikulum, pembelajaran menjadi lebih bermakna,
kurikulum merupakan seperangkat guru hanya lebih terpaku dan lebih
rencana mengenai tujuan pembelajaran menggunakan buku paket dan LKS,
yang didalamnya terdapat isi, dan bahan padahal kita ketahui bahwa bahan ajar
dari suatu pelajaran, sehingga menjadi bukan hanya buku paket dan LKS. Hal
pedoman dalam kegiatan melaksanakan ini sejalan dengan pendapat Astika
tujuan pembelajaran. Kurikulum yang (2014), yang menyatakan bahwa peran
digunakan setiap sekolah telah menjadi guru dalam kurikulum KTSP tidak hanya
ketetapan pemerintah daerah, peng- sebagai pengajar namun sebagai
gunaan kurikulum sesuai dengan fasilitator dalam proses pembelajaran
pemerintah pusat menjadi pertimbangan yang dituntut untuk mempunyai
bagi daerah-daerah lainnya. Penggunaan kemampuan dalam mengelola dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengembangkan bahan ajar. Hal itu juga
(KTSP) yang merupakan penyempurnaan merupakan bagian dari kompetensi
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru,
(KBK) dikembangkan sesuai dengan yaitu menggunakan media pembelajaran
relevansi yang berpusat pada potensi, dan sumber belajar yang relevan dengan
perkembangan, kebutuhan serta ke- karakteristik peserta didik dan mata
pentingan baik dari lingkungan maupun pelajaran yang diampu untuk mencapai
dari peserta didik itu sendiri, sehingga tujuan pembelajaran secara utuh.
peserta didik mampu mengembangkan Kompetensi yang harus dikuasai guru,
kompetensinya, agar menjadi manusia yang mengacu pada Permendiknas No.
beriman dan bertakwa kepada Tuhan 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
Yang Maha Esa. standar kualifikasi akademik dan standar
Pembelajaran IPA merupakan mata kompetensi guru diuraikan bahwa standar
pelajaran yang diperoleh sejak sekolah kompetensi guru terdiri dari kompetensi
dasar, pembelajaran IPA tersebut pedagogik, kepribadian, sosial dan
melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas professional (Annisa, Hamid and Kartini,
fisik maupun aktivitas mental, dan 2016)
berhubungan langsung dengan kehidupan Guru harus mengembangkan bahan
sehari-hari. Pembelajaran IPA pada ajar yang dapat digunakan dalam proses
dasarnya harus mengaitkan keadaan pembelajaran, hal ini cukup beralasan
langsung dengan kenyataan yang dikarenakan, pertama, bahan ajar yang
sesungguhnya atau kondisi nyata, karena sudah tersedia belum mencukupi
IPA mempelajari segala hal yang ada di kebutuhan sesuai tuntutan kurikulum,
bumi. Pembelajaran IPA akan menjadi kedua, bahan ajar sudah tersedia belum
lebih menarik dan bermutu, mulai dari sesuai dengan karakteristik sasaran, baik
gaya mengajar, penggunaan bahan ajar lingkungan fisik sosial, geografis, budaya
yang dapat melibatkan lingkungan dan karakteristik siswa. Ketiga, adanya
sekitar, sehingga pembelajaran yang tuntutan pemecahan masalah belajar
menarik tersebut dapat memberikan (Depdiknas dalam Astika, 2014).
kesan yang bermakna dalam suatu Berdasarkan hasil observasi yang

LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 29
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

dilakukan di SDN 033 Tarakan, cara suatu strategi pembelajaran yang selain
mengajar guru dengan menggunakan dapat menghubungkan dunia kehidupan
metode ceramah, selain itu bahan ajar nyata siswa dengan sekolah, juga
yang digunakan siswa belum menyentuh diyakini akan menghasilkan suatu
kehidupan nyata di sekitar mereka, bahan pemahaman yang mendalam terhadap
ajar yang digunakan belum membuat materi-materi yang disajikan oleh guru
siswa terlibat langsung dalam (Crawford dalam Habibi, 2016). Abrori
pembelajaran sehingga kurang memberi and Adhani (2017) juga menyatakan
pengalaman langsung bagi siswa bahwa kemampuan siswa sebagai peserta
sehingga hasil Ujian Tengah semester didik dalam mengatasi dan berpikir kritis
siswa tidak ada yang mengalami dalam pembelajaran yang berbasis
ketuntasan. Guru mata pelajaran potensi lokal akan berdampak pada
IPA/guru kelas belum pernah membuat peningkatan hasil belajar mereka. Hal ini
bahan ajar yang dapat digunakan untuk senada dengan Nasiroh (2014), yang
proses pembelajaran. Kurangnya ke- mengatakan bahwa penggunaan
mampuan guru dalam mengembangkan pendekatan kontekstual akan mencipta-
bahan ajar dikarenakan ketidakpahaman kan pembelajaran yang menekankan pada
dalam merancang bahan ajar dan keterkaitan antara materi pembelajaran
keterbatasan waktu. Materi Hubungan dengan dunia kehidupan siswa secara
Makhluk Hidup dan Lingkungannya nyata. Dengan demikian, pembelajaran
merupakan materi pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan
sekolah dasar yang erat kaitannya dengan kontekstual akan melibatkan siswa secara
permasalahan dalam kehidupan sehari- langsung dalam permasalahan kehidupan
hari, materi tersebut masih bersifat sehari-hari dan lingkungannya.
abstrak jika tidak menggunakan bahan Berdasarkan uraian yang telah
ajar yang tepat dalam menyampaikan dikemukakan maka peneliti tertarik untuk
materi tersebut, namun kenyataannya mengembangkan bahan ajar materi
dalam penyampaian materi tersebut hubungan makhluk hidup dan
masih bersifat monoton, dan menjadikan lingkungannya berbasis pendekatan
bahan ajar buku paket dan LKS sebagai kontekstual. Bahan ajar yang dikembang-
sumber satu-satunya dalam proses kan berupa modul pembelajaran.
pembelajaran. Maka diperlukan bahan Depdiknas (2008) mengatakan bahwa
ajar yang tepat dalam menyelesaikan modul adalah salah satu bentuk bahan
permasalahan tersebut. Adanya bahan ajar yang digunakan oleh siswa agar
ajar yang tepat, maka materi yang bersifat dapat belajar secara mandiri. Tergambar
rumit atau abstrak dapat dijelaskan jelas bahwa modul digunakan untuk
dengan mudah. Hal ini melatarbelakangi belajar mandiri dan diharapkan mampu
pemilihan materi hubungan makhluk meningkatkan motivasi peserta didik
hidup dan lingkungannya. dalam pencapaian hasil belajar.
Berdasarkan uraian yang telah Penyusunan modul harus disesuaikan
dikemukakan, pendekatan pembelajaran dengan kompetensi dan standar
yang tepat dalam mengatasi kompetensi yang akan dikembangkan.
permasalahan yang sesuai dengan yang Hal ini didukung oleh pernyataan Yanti,
dikemukakan adalah pendekatan (2017) mengatakan bahwa modul sangat
kontekstual. Pendekatan ini dipilih karena diperlukan sebagai inovasi baru untuk
dengan menggunakan pendekatan ini, penunjang keberhasilan siswa dalam
siswa bisa mendapatkan pengalaman memahami isi materi pembelajaran.
langsung secara nyata, sehingga dapat Sulisyanti (2017) mengatakan bahwa
membuat pembelajaran lebih bermakna. dengan menggunakan modul, peserta
Pembelajaran kontekstual merupakan didik dapat mengukur tingkat

30 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

penguasaannya terhadap materi yang Mengacu dari permasalahan yang


dibahas pada setiap satuan modul. Jadi, telah diuraikan, maka peneliti akan
dapat disimpulkan bahwa modul dapat mengembangkan bahan ajar berupa
digunakan sebagai panduan guru dalam modul pembelajaran IPA berbasis
menyampaikan pembelajaran secara satu pendekatan kontekstual sebagai alternatif
kesatuan. Penyajian materi pada modul dalam mengatasi permasalahan yang
disesuaikan dengan pendekatan yang telah dipaparkan. Nasiroh (2014)
digunakan, yaitu pendekatan kontekstual mengatakan bahwa dengan perantara
yang dimana terdapat tujuh ciri khas dari modul, setidaknya guru dapat mengaitkan
pendekatan kontekstual tersebut. pembelajaran, sehingga pembelajaran
Bahan ajar berupa modul menjadi lebih bermakna, menyenangkan
pembelajaran IPA yang dikembangkan dan mudah dipahami. Berdasarkan
memiliki beberapa keunggulan yang akan uraian-uraian tersebut maka peneliti
membuat siswa menjadi belajar secara mengambil judul “Pengembangan Modul
mandiri, lebih aktif, dan efisien dalam IPA Materi Hubungan Makhluk Hidup
pembelajaran, serta dapat memvisualkan dan Lingkungan Berbasis Pendekatan
objek yang abstrak, kemudian dapat Kontekstual”.
digunakan dalam pencapaian tujuan
materi sehingga lebih mudah dipahami. METODE PENELITIAN
Penyajian modul yang menarik menjadi Model penelitian pengembangan
daya tarik bagi pembacanya, sehingga ini menggunakan alur model ADDIE
dapat menambah pengetahuan dan yang diadaptasi oleh Pribadi (2009), yang
menghilangkan kebosanan. Hal ini meliputi tahap pertama analysis
didukung oleh pernyataan Sudarno, (analisis), kedua design (perancangan),
Sunarno and Sarwanto (2015) yang ketiga development (pengembangan),
mengatakan bahwa, modul yang baik keempat implementation (implementasi)
tidak hanya menarik tetapi juga harus dan kelima evaluation (evaluasi). Pada
bisa merangsang rasa ingin tahu peserta penelitian ini hanya dilakukan sampai
didik terhadap ilmu yang dipelajari. pada tahap implementasi. Tahap
Apabila peserta didik memiliki rasa ingin pelaksanaan penelitian dengan meng-
tahu yang tinggi terhadap materi gunakan model ADDIE dapat dilihat
pembelajaran, maka peserta didik akan pada Tabel 1 berikut.
lebih termotivasi untuk belajar.

Tabel 1. Alur Penelitian dengan menggunakan model ADDIE


Analisis Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada siswa serta mengidentifikasi
kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal
penggunaan bahan ajar dengan memberikan angket kepada siswa dan melakukan
observasi dan wawancara dengan guru.
Desain Merancang draft bahan ajar, yaitu berupa modul berdasarkan analisis kerja dan
analisis keutuhan yang sudah dilakukan, yaitu modul pembelajaran IPA dengan
menggunakna pendekatan konteksual dan mengumpulkan data dan sumber
untukpmbuatan modul tersebut.
Pengembangan Penilaian oleh validasi ahli yang meliputi Validasi ahli materi,Bahasa, desain,
konstruk dan praktisi
Implementasi Penerapan uji coba kepada siswa. Uji coba terbatas terdiri dari 6 siswa, sedangkan
uji coba skala besar pada ssiwa kelas IVB yang berjumlah 24 orang. Uji coba
kepada siswa digunakan untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap modul yang
digunakan dengan menggunkn pendekatan kontektual.

LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 31
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

HASIL PENELITIAN Tabel 4. Hasil Angket Respon Siswa


Validasi Produk Validasi produk Uji Coba Lapangan
dilakukan untuk mendeskripsikan No Aspek Persentase Keterangan
kualitas modul yang ditinjau penilaian 1. Kemudahan 91.6% Sangat Baik
validasi ahli materi, ahli desain, ahli 2. Kemenarikan 84.33% Sangat Baik
3. Keterpahaman 88.07% Sangat Baik
bahasa, ahli konstruk dan praktisi. Rata-rata Sangat Baik
Berikut hasil rekapitulasi persentase skor
hasil penilaian dari ke lima validator, PEMBAHASAN
yang dapat di lihat pada tabel 2. Validasi Ahli
Validasi ahli terdiri dari ahli materi,
Tabel 2. Rekapitulasi Persentase Skor ahli desain, ahli bahasa, ahli konstruk dan
Validasi Ahli praktisi. Uji validasi materi dilakukan
Persentase
No Validator
Skor (%)
Ket. oleh satu orang dosen Jurusan Pendidikan
1 Ahli Materi 98% Sangat Valid Guru Sekolah Dasar Universitas Borneo
3 Ahli Bahasa 97% Sangat Valid Tarakan dengan mendapatkan persentase
2 Ahli Desain 87.5% Sangat Valid skor 98% dengan kategori sangat valid,
4 Ahli Konstruk 100% Sangat Valid indikator penilaian materi meliputi :
5 Praktisi 88% Sangat Valid kelengkapan materi yang disajikan
Rata-rata 94% Sangat Valid terkandung dalam KD, yang mendapat
skor 100%, hal ini disebabkan oleh
Hasil dari analisis respon siswa materi yang disajikan di dalam modul
terdiri dari dua uji coba. Uji coba pertama sudah sesuai dengan kompetensi dasar
dilakukan dengan jumlah 6 orang siswa, (KD) dalam kurikulum 2006. Hal ini
sedangkan uji coba kedua dilakukan senada dengan pendapat Prastowo
dengan jumlah 24 orang siswa atau pada (2015), kompetensi dasar yang tercantum
subjek uji coba penelitian ini. Hasil dari dalam modul diambil dari pedoman
uji coba terbatas dapat di lihat pada tabel khusus kurikulum, selanjutnya indikator
3 dan hasil analisis respon siswa uji coba keluasan materi yang disajikan
lapangan dapat di lihat pada tabel 4. mendukung pencapaian kompetensi
dasar, yang mendapatkan skor 100%, hal
Tabel 3. Hasil Angket Respon Siswa ini disebabkan oleh materi yang disajikan
Uji Coba Terbatas di dalam modul dapat mendukung
No. Aspek Persentase Keterangan pencapaian kompetensi dasar, Prastowo
1. Kemudahan 100% Sangat Baik (2015), mengatakan bahwa materi atau isi
2. Kemenarikan 95% Sangat Baik modul akan sangat bergantung pada
3. Keterpahaman 98% Sangat Baik kompetensi dasar yang akan dicapai,
selanjutnya indikator kedalaman materi
Berdasarkan hasil repon yang yang disajikan sesuai dengan tingkat
diberikan siswa pada saat uji coba pendidikan SD/MI, yang mendapat skor
terbatas dengan jumlah 6 orang siswa di 100% hal ini disebabkan materi yang
kelas V-D SD Negeri 033 Tarakan, maka disajikan di dalam modul sesuai dengan
peneliti melakukan perbaikan-perbaikan tingkat pendidikan SD/MI, sesuai dengan
berdasarkan catatan saran dan komentar pendapat Rahdiyanta (2017) mengatakan
yang diberikan siswa. bahwa materi berisi uraian pengetahuan/
Hasil respon yang diberikan siswa konsep/prinsip tentang kompetensi yang
pada saat uji coba lapangan menunjukkan sedang dipelajari.
aspek kemudahan, kemenarikan, dan Indikator keakuratan konsep dan
keterpahaman siswa terhadap modul yang definisi mendapatkan skor 100% hal ini
dikembangkan sangat baik. Hasil analisis disebabkan, terdapatnya keakuratan
yang dilakukan sebagaimana tabel 4. konsep di dalam modul. Materi/subtansi

32 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

yang ada dalam modul berupa konsep/ mendukung penjelasan materi, tetapi
prinsip-prinsip, fakta penting yang terkait untuk dapat menambah daya tarik dan
langsung dan mendukung untuk mengurangi rasa kebosanan. Indikator
pencapaian kompetensi dan harus gambar dan ilustrasi yang disajikan
dikuasai oleh peserta didik (Rahdiyanta, terdapat dalam kehidupan sehari-hari, dan
2017). Indikator keakuratan fakta dan dilengkapi penjelasan, pada indikator
data yang disajikan sesuai dengan tersebut mendapatkan skor 100% hal ini
kenyataan dan efisien untuk meningkat- dikarenakan gambar yang disajikan
kan pemahaman peserta didik, indikator dalam modul sesuai dengan kehidupan
tersebut mendapatkan skor 100% hal ini sehari-hari kemudian setiap gambar yang
disebabkan di dalam modul data disajikan disajikan terdapat penjelasan mengenai
sesuai dengan kondisi fisik atau fakta gambar tersebut, hal ini sesuai dengan
yang ada disekitar lingkungan peserta pendapat Prastowo (2015), mengatakan
didik, seperti gambar yang disajikan bahwa terdapat gambar di dalam modul
dalam modul merupakan gambar-gambar dan penjelasan materinya.
yang sering mereka temui dalam Indikator menciptakan kemampuan
kehidupan sehari-hari, sehingga modul bertanya yang disajikan dalam uraian,
pembelajaran IPA yang dikembangkan yang mendapatkan skor 100% hal ini
dapat meningkatkan pemahaman peserta sesuai dengan yang terdapat di modul
didik, hal ini sesuai dengan Rahdiyanta bahwa uraian materi yang disajikan dapat
(2017) mengatakan bahwa penulisan menciptakan kemampuan peserta didik
modul bertujuan untuk meningkatkan untuk bertanya. Indikator selanjutnya,
motivasi dan gairah belajar siswa. terdapat latihan atau contoh-contoh
Indikator keakuratan contoh dan kasus, yang mendapatkan skor 100% hal
kasus sesuai kenyataan dan efisien untuk ini sesuai dengan karakteristik modul
pemahaman peserta didik, yang bahwa soal latihan tugas atau sejenisnya
mendapatkan skor 100%, hal ini yang memungkinkan untuk mengukur
dikarenakan modul IPA yang dikembang- pemahaman siswa (Rahdiyanta, 2017).
kan terdapat contoh-contoh atau kasus Uji validasi desain dilakukan oleh
yang sesuai dengan kenyataan dosen PPKIA Tarakanita dengan
sebagaimana pendapat Rahdiyanta (2017) memperoleh skor sebesar 87.5% dengan
bahwa modul harus tersedia contoh dan kategori sangat valid. Penjelasan
ilustrasi yang mendukung kejelasan penilaian tiap-tiap indikator sebagai
pemaparan materi pembelajaran. berikut: indikator ukuran modul, ukuran
Indikator selanjutnya keakuratan gambar yang digunakan modul IPA materi
yang disajikan sesuai dengan kenyataan hubungan makhluk hidup dan
dan efisien untuk meningkatkan lingkungannya, sesuai dengan standar iso
pemahaman peserta didik, di dalam yaitu B5 (176 x 250 mm) sesuai dengan
modul terdapat gambar-gambar yang pedoman penyusunan modul dalam
disajikan sesuai dengan kenyataan dan (BSNP, 2016) selanjutnya indikator
lingkungan sekitar peserta didik, seperti ilustrasi modul yang mendapatkan skor
contoh gambar yang terdapat di dalam 100%, hal ini dikarenakan ilustrasi yang
modul misalkan contoh gambar kebun terdapat dalam modul mampu
jagung, ekosistem laut yang didapat dari mengungkapkan materi sesuai dengan
lingkungan sekitar peserta didik sehingga kenyataan dan disajikan dalam bentuk
menimbulkan daya tarik untuk kreatif dan menarik, dan peneliti
mempelajarinya, karena sesuai dengan mengambil gambar langung sesuai
pendapat Prastowo (2015), mengatakan dengan materi yang disajikan hal ini
bahwa gambar-gambar yang disajikan di sesuai dengan panduan (BSNP, 2016).
dalam modul tidak hanya dapat

LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 33
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

Uji validasi bahasa dilakukan oleh kan skor 100% hal ini dikarenakan materi
dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan yang disajikan dalam modul sesuai
Sastra Indonesia Universitas Borneo dengan kondisi dan kenyataan yang
Tarakan yang mendapatkan skor 97% terdapat di lingkungan sekolah. Indikator
dengan kategori sangat valid. Berikut pembelajaran mendorong siswa membuat
penjelasan dari tiap-tiap indikator : hubungan antara pengetahuan yang
Lugas, pada indikator tersebut dimiliki siswa dengan penerapannya
mendapatkan skor 100% hal ini dalam kehidupan sehari-hari, indikator
dikarenakan penyajian struktur kalimat tersebut mendapatkan skor 100% hal
yang tepat, kefeektifan kalimat dan tersebut dikarenakan di dalam modul
kebakuan istilah yang terdapat dalam terdapat pengetahuan yang dapat siswa
modul, sesuai dengan panduan (BSNP, terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
2016). Indikator selanjutnya, komunikatif karena pendekatan yang digunakan dalam
yang mendapatkan skor 100% hal ini modul berbasis pendekatan kontekstual.
dikarenakan modul dapat membuat siswa Indikator materi dalam modul bersifat
menjadi lebih paham terhadap pesan atau mengkontruksi pengetahuan dan bukan
informasi yang disajikan. Modul harus menerima pengetahuan, indikator
menggunakan bahasa yang sederhana dan tersebut mendapatkan skor 100% hal ini
komunikatif (Rahdiyanta, 2017). Indikaor disebabkan siswa dapat belajar untuk
dialogis dan interaktif pada indikator menemukan pengetahuan baru melalui
tersebut mendapatkan skor 100% hal ini kegiatan berbasis pendekatan
dikarenakan penyajian bahasa yang kontekstual. Indikator materi merangsang
interaktif di modul dapat mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan
siswa untuk bertanya, selanjutnya sendiri, pada indikator tersebut
indikator kesesuaian dengan per- mendapatkan skor 100% hal ini
kembangan peserta didik, bahasa yang disebabkan karena pembelajaran yang
digunakan dalam modul tersebut sesuai terdapat dalam modul tidak hanya
dengan usia dan jenjang pendidikan didapatkan dari membaca tetapi membuat
siswa. siswa untuk menemukan pengetahuannya
Uji validasi konstruk dilakukan sendiri berdasarkan fakta lingkungan
oleh dosen Jurusan Pendidikan Guru sekitar, seperti menemukan contoh-
Sekolah Dasar yang mendapatkan skor contoh hubungan simbiosis dan
100% dengan kategori sangat valid. Hal ekosistem di lingkungan sekitar sekolah.
ini disebabkan oleh seluruh indikator Indikator selanjutnya terdapat
yang mendapatkan masing-masing skor pertanyaan-pertanyaan yang mendorong
100%. Hasil penilaian dari validasi membimbing, dan mengukur kemampuan
konstruk dijelaskan sebagai berikut: berpikir siswa, indikator tersebut
menuliskan standar kompetensi, menulis- mendapatkan skor 100% karena di dalam
kan kompetensi dasar, menuliskan modul terdapat beberapa pertanyaan-
indikator, pada indikator tersebut modul pertanyaan yang dapat membimbing
yang dikembangkan telah sesuai dengan siswa untuk belajar mandiri dan
standar kompetensi yang sesuai dengan mengukur kemampuan siswa hal ini
kurikulum 2006 serta menuliskan SK, sesuai dengan tujuan modul yang
KD dan Indikator tersebut dalam dikemukakan Rahdiyanta (2017) yang
pendahuluan (petunjuk umum modul) mengatakan bahwa memungkinkan
sesuai dengan struktur modul Surahman siswa dapat mengukur dan menilai hasil
(Prastowo, 2015). kemampuan hasil berpikir siswa.
Indikator adanya keterkaitan materi Terdapat tugas kelompok, dan materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata merangsang siswa untuk berdiskusi
siswa, pada indikator tersebut mendapat- (sharing) dengan teman-temannya,

34 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

indikator tersebut mendapatkan skor berbasis pendekatan kontekstual, dapat


100% hal ini dikarenakan terdapat tugas dikatakan sangat valid oleh validator.
kelompok siswa yang dapat Kevalidan modul IPA materi
membelajarkan siswa secara ber- hubungan makluk hidup dan
kelompok karena di dalam pendekatan lingkungannya berbasis pendekatan
kontekstual terdapat pembelajaran kontekstual, yang dapat disimpulkan
kelompok. Terdapat gambar-gambar dengan melihat persentase skor dari
sebagai penguat materi, indikator tersebut penilaian ahli materi, ahli desain, ahli
mendapatkan skor 100% hal ini bahasa, ahli konstruk, dan praktisi.
dikarenakan di dalam modul terdapat Persentase skor dari kelima validator
gambar-gambar yang digunakan sebagai tersebut dapat di lihat pada tabel 1
penjelas materi. Terdapat rangkuman atas dengan persentase skor 94% dengan
materi yang telah dipelajari, pada kategori sangat valid. Hal ini sejalan
indikator tersebut mendapatkan skor dengan hasil penelitian (Astika, 2014)
100% hal ini dikarenakan sesuai dengan yang menyatakan bahwa modul yang
karakteristik modul yang terdapat berkualitas dilihat dari aspek kevalidan
rangkuman materi pembelajaran apabila menunjukkan kategori sangat
(Rahdiyanta, 2017). valid atau valid dari penilaian para
Uji validasi praktisi dilakukan oleh validator ahli.
salah satu guru SD Negeri 033 Tarakan Respon Siswa
yang mendapatkan skor 88% dengan Hasil analisis angket respon siswa
kategori sangat valid yang ditunjukkan dapat di lihat pada tabel 5 diperoleh skor
pada indikator, mencakup materi yang persentase 97.76%, sehingga dapat
ada dalam KTSP, kelengkapan modul dikategorikan sangat baik. Aspek respon
pembelajaran yang sesuai dengan terdiri dari aspek kemudahan, aspek
Widodo (Asyhar, 2011) pembuatan kemenarikan dan aspek keterpahaman.
modul harus disesuaikan dengan kriteria- Aspek kemudahan terdiri: a) modul
kriteria yang telah ditetapkan dan harus menggunakan bahasa yang mudah
dilakukan secara sistematis, sesuai dimengerti (95.8%); b) petunjuk yng
dengan kaidah-kaidah yang baik. Kaidah terdapat dalam modul mudah dimengerti
struktur penulisan modul adalah sebagai (83.3%) dan c) pemilihan huruf dan
berikut: bagian pembuka yang meliputi ukuran sangat memudahkan saya dalam
judul, daftar isi, peta informasi, tujuan membaca (95.8%). Penggunaan bahasa
kompetensi, bagian inti yang meliputi pada modul mendapatkan skor dengan
pendahuluan, hubungan dengan materi kategori sangat baik (95.8%), hal ini
yang lain, uraian materi, dan kegiatan dikarenakan bahasa yang disajikan dalam
belajar, dan bagian penutup meliputi, modul, disesuaikan dengan sasaran
glossary, dan indeks. penggunanya, karena modul ditunjukkan
Berdasarkan penilaian ahli materi pada siswa SD maka gaya penulisan tidak
sebesar 98% yang dikategorikan sangat terlalu formal. Hal ini sesuai dengan yang
valid, penilaian ahli desain sebesar 87.5% diungkapkan Prastowo (2015), yang
yang dikategorikan sangat valid, mengatakan bahwa, gaya penulisan bahan
penilaian ahli bahasa sebesar 97% yang ajar yang dikembangkan harus disesuai-
dikategorikan sangat valid, penilaian ahli kan dengan materi dan kemampuan
konstruk sebesar 100% yang dikategori- peserta didik.
kan sangat valid, penilaian praktisi Aspek respon siswa selanjutnya
sebesar 88%. Penilaian secara umum yaitu aspek kemenarikan, yaitu : a) Saya
mengenai modul IPA materi hubungan menyukai warna yang ada di modul
makluk hidup dan lingkungannya (84.3%); c) Penyajian modul sangat
menarik (81.2%); c) Saya menjadi

LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 35
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

bersemangat mengikuti pembelajaran dikembangkan tersebut diterima oleh


yang ada di modul (86.4%); d) Saya siswa.
termotivasi belajar IPA setelah
menggunakan modul ini (85.4%). KESIMPULAN
Pemilihan warna pada modul sehingga 1. Kualitas modul IPA materi hubungan
modul menarik mendapakan skor dengan makluk hidup dan lingkungannya
kategori sangat baik, hal ini dikarenakan berbasis pendekatan kontekstual yang
pemilihan jenis huruf dan font, dikembangkan, ditinjau dari aspek
menjadikan modul lebih menarik. Hal ini kevalidan, memperoleh skor 94%
sesuai dengan pernyataan (Prastowo, (sangat valid). Hal ini dapat
2015), yang mengatakan bahwa peneliti dijabarkan sebagai berikut: validasi
harus berani mencoba membuat modul ahli materi 98% (sangat valid),
inovatif dan menarik, misalkan dengan validasi ahli desain 87.5% (valid),
penggunaan variasi format tampilan fisik, validasi bahasa 97% (sangat valid)
dan menggunakan jenis dan ukuran font dan validasi ahli konstruk 100%
yang berbeda. (sangat valid) dan validasi praktisi
Aspek keterpahaman, terdiri dari : 88% (sangat valid).
a) Gambar di modul berfungsi 2. Kualitas modul IPA materi hubungan
menyampaikan maksud pada materi makhluk hidup dan lingkungannya
(88.5%); b) Penyampaian informasi berbasis pendekatan kontekstual yang
sangat jelas (95.8%); c) Modul IPA ini dikembangkan, ditinjau dari angket
mencakup kehidupan nyata atau sehari- respon siswa diperoleh 93% (sangat
hari (89.5%); d) Saya memperoleh baik).
pengetahuan dari modul ini (86.4%); e)
Saya dapat menerapkan isi modul yang SARAN
telah saya pelajari dalam kehidupan Berdasarkan kesimpulan yang
sehari-hari (89.5%); f) Saya memahami diperoleh, saran yang diberikan adalah
materi modul berbasis pendekatan sebagai berikut:
kontekstual ini (82.2%). Secara 1. Modul IPA materi hubungan makluk
keseluruhan, aspek keterpahaman hidup dan lingkungannya berbasis
memiliki skor 88.07% dan berada pada pendekatan kontekstual, yang telah
kategor sangat baik. Hal ini menunjukkan dikembangkan sudah cukup memadai
bahwa modul dapat mudah dipahami dalam proses pembelajaran, namun
siswa. Hasil penilaian juga dilihat dari alangkah lebih baik guru dapat
catatan dan komentar siswa, catatan dan mengembangkan modul IPA ini
komentar siswa tersebut digunakan menjadi materi lebih luas.
sebagai bahan revisi dan penyempurnaan 2. Jika dibutuhkan, perlu pengembangan
produk. Adapun komentar siswa sebagai bahan ajar modul IPA materi
berikut: saya menyukai modul IPA ini hubungan makluk hidup dan
cukup bagus, saya kira cukup dimengerti lingkungannya berbasis pendekatan
pelajarannya (AGF), modul ini sudah kontekstual, sesuai dengan kebutuhan
bagus sekali tetapi masih ada yang tidak siswa serta kondisi sekolah, sehingga
saya mengerti, tapi modul sudah bagus terciptanya pembelajaran yang aktif
sekali saya bisa belajar (RGN). Hal ini dan menyenangkan.
sejalan dengan penelitian yang telah 3. Modul diharapkan dapat digunakan
dilakukan oleh Asysyifa, Sopyan and dengan maksimal untuk pembelajaran
Masturi (2017) yang mengatakan bahwa IPA materi hubungan makhluk hidup
hasil respon siswa apabila menunjukkan dan lingkungannya pada kelas IV
efektif atau baik maka produk yang telah Sekolah Dasar.

36 LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA

4. Peneliti selanjutnya dapat Habibi (2016) „Pengembangan Strategi


mengembangkan modul IPA meng- Pembelajaran IPA Kontekstual
gunakan pendekatan kontekstual, Berbasis Ekosistem Mangrove‟,
kemudian dapat mengembangkan LENSA (Lentera Sains): Jurnal
modul pada materi lainnya. Pendidikan IPA, 6(2), pp. 69–75.
Nasiroh, D. (2014) Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Modul dengan Pendekatan
Abrori, M. . and Adhani, A. (2017) Kontekstual pada Materi barisan
„Pengembangan Buku Ajar dan Deret untuk Siswa SMP
Berbasis Potensi Lokal Keragaman Terbuka Kelas IX. Universitas
Tumbuhan Paku di Daerah Negeri Yogyakarta.
Tarakan‟, in Prosiding Seminar Prastowo, A. (2015) Panduan Kreatif
Nasional Saling Didik 4. Tarakan, Membuat Bahan Ajar Inovatif.
pp. 328–332. Jogjakarta: DIVA Press.
Annisa, M., Hamid, H. and Kartini Pribadi, B. A. (2009) Model Desain
(2016) „Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT.
Profesionalisme Guru melalui Dian Rakyat.
Pelatihan Penyusunan Karya Tulis Rahdiyanta, D. (2017) „TEKNIK
Ilmiah di Wilayah Pedalaman‟, PENYUSUNAN MODUL‟.
Jurnal Widya Laksana, 5(2), pp. Available at:
81–84. http://mgmppjoksmpkotabekasi.co
Astika, F. F. (2014) Pengembangan m/wp-
Modul pada Materi Matriks dengan content/uploads/2017/04/TEKNIK-
Pendekatan PMRI untuk Siswa PEMBUATAN-MODUL.pdf.
Kelas X SMK. UNIVERSITAS Sudarno, Sunarno, W. and Sarwanto
NEGERI YOGYAKART. (2015) „Pengembangan Modul IPA
Asyhar, R. (2011) Kreatif Terpadu Berbasis Kontekstual
Mengembangkan Media dengan Tema Pembuatan Tahu
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Kelas VII SMP Negeri 2 Jatiyoso‟,
Persada (GP) Press Indonesia. Jurnal Inkuiri, 4(3), pp. 104–111.
Asysyifa, D. S., Sopyan, A. and Masturi Sulisyanti (2017) Pengembangan Modul
(2017) „Pengembangan Bahan Ajar IPA Berorientasi Inkuiri Pada
IPA Berbasis Komplementasi Ayat- Materi Saling Ketergantunan Antar
Ayat Sains Quran pada Pokok Makhluk Hidup Untuk Siswa Kelas
Bahasan Sistem Tata Surya‟, Unnes IV SDN 043 Tarakan. Universitas
Physics Education Journal, 6(1), Borneo Tarakan.
pp. 44–54. Yanti, S. R. (2017) Pengembangan
BSNP, B. S. N. P. (2016) „Instrumen Modul Biologi SMA Kelas X Pada
Penilaian Buku Teks‟. Jakarta: Materi Invertebrata Berdasarkan
Badan Standar Nasional Analisis Struktur Komunitas
Pendidikan. Available at: Gastropoda Di Kawasan Pulau
http://bsnp- Tundung Kabupaten Bulungan.
indonesia.org/instrumen-penilaian- Universitas Borneo Tarakan.
btp-sd-kelas-iv/kegrafikaan/.
Depdiknas (2008) „Penulisan Modul‟.
Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen PMPTK,
Depdiknas.

LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 8 No. 1, Mei 2018 37

Anda mungkin juga menyukai