Disusun oleh:
Kampus II
Bandung 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang "Gerakan dan
tantangan pengembangan koperasi" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi
Koperasi, selain itu penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Ekonomi Koperasiyaitu Bapak Muhammad Yusuf,S.E.,M.M.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13
ii
PENDAHULUAN
Kata koperasi diambil dari Bahasa Inggris, co-operation yang berarti kerja sama. Jadi
sistem pengelolaan koperasi didasarkan pada asas kekeluargaan dan kehidupan
berdemokrasi. Agar lebih paham tentang seluk beluk koperasi, berikut penjelasannya
seperti dikutip dari berbagai sumber.
Secara umum, koperasi dapat diartikan sebagai badan usaha yang dimiliki serta
dikelola para anggotanya. Namun, ada pengertian lain dari koperasi menurut
beberapa ahli. Salah satunya dari Bapak Koperasi, Mohammad Hatta. Menurutnya,
koperasi adalah usaha bersama guna memperbaiki atau meningkatkan kehidupan atau
taraf ekonomi berlandaskan asas tolong menolong.
Berdasarkan pengertian koperasi secara umum dan para ahli, pembentukan koperasi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dari para anggotanya. Tujuan
lainnya, antara lain:
Di Pasal 4 UU Nomor 25/1992 menyebut, empat fungsi dan peran koperasi, antara
lain:
1
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Dalam perannya, koperasi kerap memberi bantuan, seperti kredit atau pinjaman dana
kepada anggota dalam hal finansial. Pembentukan koperasi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat di Indonesia.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kriteria untuk dapat terjaring dalam global 300 adalah jumlah volume
usaha(turnover) serta asset, dan kegiatan pelaksanaan Cooperative Social
Responsibility(CSR) yang meliputi :pelaksanaan nilai dan prinsip koperasi,
pelaksanaa demokrasi, kepedulian pada lingkungan, serta keterlibatan dalam
pembangunan masyarakat.
Dalam BAB IV Undang – undang NO. 12 Tahun 1967 yang membahas asas
dan sendi dasar koperasi, dimana dikatakan bahwa asas koperasi adalah kekeluargaan
dan kegotong – royongan, sednagkan dalam sendi dasar koperasdi di antaranya
dimasukan keanggotaan yang sukarela, pembagian sisa hasil usaha diatur menurut
masing – masing anggota, pembatasan bunga atas modal dan sebagainya, yang semua
ini oleh ICA dikelompokkan sebagai Cooperative Principles.
Sidang ICA pada tahun 1966 merumuskan prinsip – prinsip koperasi, dirinci sebagai
berikut:
* Keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang dibuat – buat
( Open and voluntarily membership )
* Kepimpinan yang demokrasi atas dasar satu orang satu suara (Democratic control –
one member one vote)
* Modal menerima bunga yang terbatas, itupun bila ada ( Limited interest of capital )
3
* SHU dibagi tiga :
* Gerakan koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik di tingkat regional,
nasional, maupu internasional (Intercooperative network).
4
Dari waktu ke waktu koperasi mengalami perkembangan yang sangat pesat,
dan menyebar luas keseluruh belahan dunia. Negara yang satu dengan negara lain
pastinya memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam mengembangkan
koperasi.Agar terjadi keseragaman dan tidak terjadi kesimpangsiuran, maka gerakan
koperasi di dunia menyerahkan tugas dan tanggung jawab untuk merumuskan jati diri
koperasi kepada International Cooperative Alliance(ICA) yang telah berdiri sejak
tahun 1895. ICA bertindak sebagai lembaga yang menyatukan gerakan-gerakan
koperasi di tiap-tiap negera di dunia agar terjadi keseragaman tertutama dalam hal
cara memandang jati diri koperasi yang sejati agar dapat berjalan selaras dan sepadan
antar negera.
Dalam konggres ICA tahun 1937 di Paris, tahun 1948 di Praha, dan tahun
1966 di Wina telah dirumuskan jati diri koperasi berupa prinsip-prinsip yang
berkiblat pada prinsip-prinsip Rochdale sebagai kerangka dasarnya. Kemudian pada
tahun 1995 di Kota Manchester Inggris ICA berhasil merumuskan jati diri koperasi
yang terdiri dari tiga unsur yaitu: definisi, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip koperasi.
Akhirnya konggres di Manchester menerima dan mengesahkan rumusan tersebut.
Hingga saat ini ada 220 anggota organisasi tingkat nasional maupun internasional
yang menjadi anggota Internasional Co-operative Alliance (ICA) sebagai organisasi
gerakan koperasi di tingkat global. Dilaporkan oleh ICA bahwa sekurang-kurangnya
telah merepresentasikan 90 negara dengan800 juta anggota individu yang sebagian
besar diantaranya tinggal di kawasan Asia dan Pasifik. Dilaporkan oleh Sekretaris
Jenderal ICA, Ian Macdonnald (2005) bahwa menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) kurang lebih 3 milyar orang atau separuh dari penduduk dunia mendapatkan
mata pencaharian dari perluasan usaha-usaha koperasi, 40% penduduk Amerika
Serikat adalah anggota koperasi, di Iran 25% dari penduduknya, di Kenya
menyumbang PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar 45%, di New Zealand 22% dari
PDB, di Perancis beberapa bank koperasi seperti Credit Mutuel, Banque Populaire,
Credit Agricole menjadi bank-bank besar tingkat dunia, di Switzerland koperasi
konsumen Migros dan Suisse menguasai 90% perdagangan ritail disana. Di Columbia
menguasai 24% dari jasa kesehatan dan menyediakan pekerjaan yang luas bagi
penduduk, di Sweden memberikan kontribusi 66% dari pusat layanan pribadi sehari-
hari, 13% jasa layanan listrik di Amerika Serikat disediakan oleh Koperasi. Dalam
urusan lapangan kerja, telah dihasilkan sebanyak 100 juta pekerjaan yang berarti 20%
lebih dari yang diciptakan oleh Korporasi Multinasional (Multinational Corporation).
Tetapi pada perkembangannya banyak terjadi penyelewengan terutama dalam
hal jati diri koperasi. Untuk itu pada tahun 1995 gerakan koperasi menyelenggarakan
kongres koperasi di Manchester Inggris dan melahirkan suatu landasan baru yang
5
dinamakan “International Cooperative Identity Statement” (ICIS) yang menjadi dasar
tentang pengertian prinsip dan nilai dasar koperasi untuk menjawab tantangan
globalisasi. Landasan utama diadakannya kongres ICA tahun 1995 di mana
bertepatan 100 tahun berdirinya koperasi Rochdale adalah bentuk dari kerisauan dari
fenomena yang terjadi di dunia di mana terjadi kecenderungan penyelewengan
terhadap jati diri koperasi di berbagai negara. Adapun bentuk penyelewengan adalah
sebagai berikut:
Adapun latar belakang diadakannya kongres ICA tahun 1995 adalah : (1) semangat
introspeksi karena ICA belum pernah menetapkan jati diri koperasi melalui
pengertian atau definisi koperasi yang berlaku secara global. (2) menetapkan nilai-
nilai dasar koperasi, dan (3) menetapkan prinsip-prinsip koperasi.
6
2.2 gerakan koperasi di indonesia
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada
umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh
orang-orang yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika
penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh
sistem kapitalisme semakin memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya
sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan
beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong
dirinya sendiri dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria
Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri
(priyayi).Ia terdorong oleh keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin
menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga
yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di
Jerman. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan
Westerrode, seorang asisten residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti
berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan
Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan
Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu karena mereka makin
menderita karena tekanan para pengijon. Ia juga menganjurkan
mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan
lumbung-lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada
musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia
pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi.Tetapi
Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan
dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah Belanda
membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah
gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia
(BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang
Pemerintah.
7
oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah
jajahan itu.
8
DEKOPIN mengikuti siding tahunan tersebut berturut-turut di Australia (1971),
Thailand (1972), di Jepang (1973), di Sri Langka (1974), di Filipina (1975), di Iran
(1976), di Indonesia (1977), di Thailand (1978) dan di Malaysia (1979). Juga dalam
kursus-kursus, seminar-seminar dan pertemuan-pertemuan lainnya yang dilakukan
dalam rangka program pendidikan dan latihan, Indonesia tetap di undang untuk
mengirim calon-calon pesertanya. Akan tetapi dari 108 kali pertemuan yang diadakan
sejak tahun 1960 sampai 1979 ternyata DEKOPIN hanya sanggup mengirim jumlah
pesertanya yang sangat kecil, berhubung dengan kekurangan biaya dan kurang dapat
menguasai bahasa inggris dengan baik. Juga kesempatan untuk mengadakan
pertemuan-pertemuan tadi di Indonesia sendiri sebagai tuan rumah ternyata tidak
dapat dimanfaatkan sepenuhnya,terbukti bahwa dalam jangka waktu 19 tahun
tersebut, Indonesia hanya bersedia melaksanakan pertemuan-pertemuan tersebut 4
kali,yaitu : tahun 1972 (Januari) mengenai Perencanaan dan Management Koperasi
Konsumsi, pada tahun 1972 (September/Oktober) mengenai pemasaran
(Koperasi/Pemasaran) hasil-hasil pertanian, tahun 1974 (Januari) Konperensi para
Pimpinan Lembaga Pendidikan dan Latihan Koperasi dan Guru-Guru Koperasi (yang
terpilih) pada Pusat-Pusat Latihan Koperasi, dan pada tahun 1977 (Desember) Sidang
Tahunan Dewan I.C.A untuk Asia Tenggara.
9
1975. Seminar terbuka tentang manajemen Koperasi (Open Seminar on
Coorperative Management) di Bangkok tahun
Dengan singkat dapat diterangkan bahwa hubungan dengan luar negeri ini
member kesempatan yang luas untuk memperoleh bantuan tenaga-tenaga ahli dan
tawaran untuk mengikuti latihan-latihan di bidang perkoperasian. Adapun Koperasi-
Koperasi luar negeri yang menawarkan bantuannya melalui DEKOPIN ialah :
1977. Pusat Koperasi Swedia (Swedish Cooperative Center) yang bersedia mendidik
tenaga-tenaga Indonesia terutama dibidang Koperasi
1978. Koperasi Asuransi Malaysia, yang telah menyanggupi bantuan latihan
dibidang Koperasi perasuransian di Kuala
1979. Koperasi Asuransi Jepang, yang bersedia membantu tenaga Indonesia dalam
pendidikan peransuransian.
10
2.5. sikap pemerintah terhadap gerakan koperasi
1. Antagonism (antipasti)
Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah pada
waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan pengawasan yang
keras terhadap koperasi.Sikap-sikap tersebut ditunjukkan dengan sistem
perpajakan yang tidak adil, peraturan-peraturan atau undang- undang yang
mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke- koperasian.Di
negara-negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang berlebihan terhadap
gerakan Koperasi..
2. Indiference (Netral)
Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan berbagai
bentuk badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak memperhatikan ternyata
dari tidak adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi bekerja
secara wajar.Sikap pemerintah tersebut sepertinya tidak menggambarkan sikap
menghalangi gerakan, tetapi tidak pula mengerti bahwa gerakan koperasi itu
merupakan bagian yang dinamis dalam perekonomian serta sosial negara-negara
dan negara berlaku seolah-olah gerakan ini tidak ada.Sikap ini sering muncul di
negara-negara Eropa dimana koperasi baru lahir.
11
cepat.Namun hal ini justru merugikan koperasi itu sendiri karena kelangsungan
hidupnya tergantung oleh bantuan pemerintah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alasan utama lahirnya koperasi adalah karena sistem industri kapitalis dimana
keuntungan terhadap para pemilik pabrik/modal pada saat itu sangat besar tetapi
memberi kerugian kepada para pekerjanya. Hal tersebut memberikan reaksi besar
bagi para pemikir-pemikir sosialis.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14