Anda di halaman 1dari 21

KULTUR TUNAS PADA TANAMAN PUCUK MERAH (Syzygium oleana)

LAPORAN

OLEH:

FEBBY INDAH SAFIRA


200301019
AGROTEKNOLOGI 1

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB PEMULIAAN TANAMAN

P R O G R A M ST U D I A G R O T E K N O L O G I

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KULTUR TUNAS PADA TANAMAN PUCUK MERAH (Syzygium oleana)

LAPORAN

OLEH:

FEBBY INDAH SAFIRA


200301019
AGROTEKNOLOGI 1

Laporan sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Praktikum Bioteknologi Pertanian Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor

(Ajifa Anshari)
180301014

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB PEMULIAAN TANAMAN

P R O G R A M ST U D I A G R O T E K N O L O G I

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini pada

waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Kultur Tunas Pada Tanaman

Pucuk Merah (Syzygium oleana)” yang merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian pada Praktikum Laboratorium Bioteknologi

Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP., M.Sc., dan Ir. Revandy Iskandar Muda

Damanik, M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Bioteknologi Pertanian, serta

kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kebaikan penulis di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Selesai, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

PENDAHULUAN .................................................................................................1
Latar Belakang ............................................................................................1
Tujuan Penulisan .........................................................................................2
Kegunaan Penulisan ....................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................3


Botani Tanaman Pucuk Merah (Syzygium oleana) .....................................3
Syarat Tumbuh Tanaman Pucuk Merah (Syzygium oleana) .......................4
Iklim ......................................................................................................4
Tanah.....................................................................................................5
Kultur Tunas pada Tanaman Pucuk Merah (Syzygium oleana) ..................6

BAHAN DAN METODE .....................................................................................8


Tanggal dan Waktu Praktikum....................................................................8
Alat dan Bahan ............................................................................................8
Prosedur Pengerjaan ....................................................................................9

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................10


Hasil ............................................................................................................10
Pembahasan .................................................................................................13

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pucuk merah adalah tanaman hias yang sedang populer di Indonesia

tergolong dalam famili Myrtaceae, sehingga keberadaannya dapat mudah

dijumpai di pot yang ditanam di tepi-tepi jalan, baik di daerah perkotaan maupun

di perkampungan. Adapun yang unik dari tanaman pucuk merah adalah ujung

daun mudanya yang berwarna jingga kemerahan dan tidak lama berubah menjadi

coklat lalu berubah lagi menjadi warna hijau (Qosim, 2015).

Daun pucuk merah ini berbentuk oval dengan lancip pada ujung daunnya,

untuk struktur daun pucuk merah mempunyai tulang daun dengan tumbuh ditiap

rantingnya. Warna dari daun pucuk merah ini cukup unik, karena jika daun masih

muda, daunnya akan berwarna merah, seiring waktu daunnya akan berubah menjadi

hijau (Pohan, 2016).

Kerimbunan dan keunikan warna daun tanaman Pucuk Merah

menjadikannya dipilih sebagai penghias rumah dan taman. Kultur jaringan

Tanaman adalah salah satu cara menumbuhkan organ tanaman dalam suatu

wadah/botol yang berisi media dalam keadaan steril. Tujuannya untuk

mendapatkan tanaman dalam jumlah yang sangat besar dalam waktu yang

singkat (Raghavan, 2016).

Selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu pemulian

tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa

diperbanyak secara vegetative. Kultur jaringan memiliki pengertian yang luas

mengenai kultur in vitro berbagai bagian tanaman pada kondisi nutrisi dan

lingkungan yang aseptic dan terkendali (Sculze, 2017).

Dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional

perbanyakan tanaman secara kultur jaringan banyak mempunyai kelebihan seperti


1
2

perbanyakan secara kultur jaringan menawarkan peluang besar untuk menghasilkan

jumlah bibit tanaman yang banyak dalam relative singkat, tidak membutuhkan

tempat yang luas, tidak tergantung oleh musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat

dan dapat memungkinkan dilakukannya manipulasi genetic (Ahril, 2011).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara

membuat media kultur, mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam

melakukan media kultur dan pengaplikasian kultur tunas pucuk merah

(Syzygium oleana) dengan benar.

Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Pucuk merah mempunyai klasifikasih tergolong dalam family

Myrtaceae yakni keluarga tumbuhan dengan ukuran yang besar. Bentuk dari

daun pucuk merah ini berbentuk oval dengan lancip pada ujung daunnya,

untuk struktur daun pucuk merah mempunyai tulang daun dengan tumbuh

ditiap rantingnya. Warna dari daun pucuk merah ini cukup unik, karena jika

daun masih muda, daunnya akan berwarna merah, seiring waktu daunnya

akan berubah menjadi hijau. Dua warna yang dikombinasikan tersebut

menjadikan tanaman ini memiliki warna yang indah jika dilihat (Eren, 2013).

Klasifikasi tanaman pucuk adalah Kingdom : Plantae; Divisi :

Tracheophyta; Subdivisi : Spermatophyta; Kelas : Magnoliopsida; Ordo :

Myrtales; Famili : Myrtaceae; Genus : Syzygium P; Spesies : Syzygium

Oleana (Tjitrosoepomo, 2014).

Bunga dari tanaman pucuk merah ini merupakan bunga yang

majemuk dengan tersusun dalam malai berkarang terbatas. Ketika bunga

sudah mekar, bunga dari pucuk merah akan tampak kepala putik yang

berwarna putih dengan tangkai putik yang berukuran lebih pendek jika

dibanding benang sari dari bunganya. Letak putik tepat berada di tengah

sedangkan tangkai sari berwarna putih berukuran lebih panjang dari putiknya

dan memiliki jumlah yang banyak (Endah, 2013).

Daun pucuk merah berbentuk elips, halus dan mengkilap, hijau,

panjang 3- 8 cm. Daun muda berwarna merah cerah dan akan menjadi warna

yang lebih ringan jika terkena sinar matahari langsung. Sementara itu batang

berwarna coklat. Spesies oleana akan tumbuh cepat pada Negara yang
3
4

menerima cukup air dan sinar matahari langsung. Tanaman ini bisa mencapai

ketinggian 3 m dalam waktu kurang dari 4 tahun. Selain itu tanaman ini juga

tahan terhadap hama dan penyakit (Swandra, 2012).

Buah pucuk merah (Syzygium oleana) berbentuk bulat agak pipih,

pada permukaan bagian atas terdapat cekungan di bagian tengahnya.

Diameter buah pucuk merah ± 0,7 cm, ketika buah sudah masak akan

berwarna hitam mengkilat,. Kandungan antosianin juga terdapat pada buah

berwarna merah kehitaman dari tanaman pucuk merah yang bermanfaat bagi

kesehatan (Tang dan Newton, 2014).

Biji pucuk merah (Syzygium oleana) berbentuk agak bulat,

permukaannya tidak rata, berwarna coklat agak keunguan, diameternya ± 3-4

mm. Biji Pucuk merah Reproduksi pucuk merah secara alami adalah dengan

biji, namun secara komercial tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara

cangkok atau stek batang. Manfaat pucuk merah pada umumnya hanya

sebagai tanaman hias dan tanaman peneduh (Swandra, 2012).

Batang pucuk merah keras berkayu sebagaimana pohon dari family

Syzygium. Batang pucung merah mempunyai bentuk bulat, berisi kambium

didalamnya dan berkayu. Ketinggian batang pada tanaman pucuk merah bisa

mencapai hingga 6 meter kalau tumbuh di tempat yang subur serta kaya akan

nutrisi (Wirmen, 2017).

Syarat Tumbuh Tanaman

Iklim

Tanaman Pucuk Merah dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di

dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.000 dpl. Meskipun

demikian,tiap jenis pucuk merah mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap


5

lingkungan tumbuh. Tanaman Pucuk Merah membutuhkan tanah yang bertekstur

pasir sampai liat pH masam sampai netral (Ph 5-7). (Thomas et al., 2012).

Tanaman Pucuk Merah dapat tumbuh dengan curah hujan 112-119

mm/bulan dengan 6-9 hari hujan/bulan serta mempunyai iklim dengan 2-3 bulan

kering dan 5-6 bulan basah.Suhu udara yang cocok bagi tanaman Pucuk Merah

pada siang hari yaitu 28-360C dan suhu udara malam hari yaitu 24-30oC Tanaman

Pucuk merah dapat tumbuh dengan kelembaban udara (RHT) 50- 80%, cukup

mendapat sinar matahari (Wattimena, 2018).

Tanaman Pucuk Merah hanya tumbuh baik di luar ruangan terbuka dan

terkena sinar matahari penuh. Di daerah 4 musim tanaman bisa bertahan apabila

suhu di musim dingin tidak kurang dari 10oC sedangkan di daerah tropis suhu

yang dibutuhkan berkisar antara 15-20oC pada malam hari dan 27-32oC pada

siang hari (Herell, 2012).

Tanah

Tanaman pucuk merah dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti

latosol dan alluvial. Tanaman pucuk merah dapat tumbuh subur pada tanah

gembur dan fermeabilitas sedang. Sifat kimia tanah yang terdiri dari tingkat

keasaman dan komposisi kandungan mineral di dalamnya. Tanaman pucuk merah

dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 – 6,5. Sedangkan, pH optimal antara 5 –

5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran ataupun

pemupukan Dolomite (Wiendi, 2011).

Hampir semua jenis tanah pertanian pada prinsipnya dapat ditanam.

Tanah merupakan tempat dimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang, tekstur

dan struktur tanah sangat mempengaruhi semua sifat fisik tanah, seperti daya

tahan tanah mengikat air dan permeabilitas, peredaran udara didalam tanah,
6

temperatur serta mudah tidaknya pengolahan tanah (Wattimena, 2018).

Penggunaan bahan organik memberi keuntungan antara lain tekstur tanah

menjadi lebih baik, mengandung kurang lebih 16 unsur hara yang diperlukan bagi

pertumbuhan tanaman, aktifitas mikro organisme menguntungkan lebih baik, dan

mudah diperoleh. Tanaman pucuk merah sangat cocok hidup di daerah tropis

karena di indonesia menjadi tempat ideal bagi pertumbuhan si pucuk merah

(Thomas et al., 2012).

Kultur Anther Pada Tanaman Papaya (Carica Papaya L.)

Pada perbanyakan tanaman secara in vitro dengan menggunakan kultur

tunas pucuk merupakan salah satu teknik mikropropagasi yang dilakukan dengan

mengkulturkan eksplan yang mengandung meristem pucuk dengan tujuan

perangsangan dan perbanyakan tunastunas/cabang-cabang aksilar sedangkan

kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk merangsang munculnya tunas-

tunas aksilar dari mata tunas yang dikulturkan (Yusnita, 2013).

Zat pengatur tumbuh yang tepat merupakan salah s atu factor yang

mempengaruhi keberhasilan kultur pucuk. Beberapa golongan zat pengatur

tumbuh yang banyak digunakan antara lain auksin, sitokinin, dan asam giberelat

(GA). Kinetin merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang aktif

dalam proses pembelahan sel dan induksi tunas (Wulkar, 2013).

Modifikasi media kultur jaringan dengan menambah zat pengatur tumbuh

perlu dilakukan untuk menaikkan presentase keberhasilannya. Ada dua jenis

hormon tanaman (auksin dan sitokinin) yang banyak dipakai dalam propagasi

secara in vitro. Auksin dapat merangsang pembentukan akar sedangkan sitokinin

berperan sebagai perangsang pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan

serta merangsang pertumbuhan tunas daun (Hendaryono, 2014).


7

Media kultur jaringan ialah suatu media tanam yang terdiri dari berbagai

komposisi dan macam unsur hara dan sebagainya. Media tanam berisi kombinasi dari

asam amino essensial, garam-garam anorganik, vitamin-vitamin, larutan buffer, dan

sumber energi (glukosa). Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro (Khumaida, 2013).

Tujuan dari kultur pucuk adalah perbanyakan vegetative tanaman. Eksplan

kultur pucuk yang lebih besar mempunyai keuntungan yang lebib dari eksplan kulur

pucuk yang lebih kecil antara lain: lebib tahan hidup pada kondisi in wire, malai tumbuh

lebih cepat, lebih banyak mengandung pucuk-pucuk aksilar (Kresnawati, 2016).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Jalan Dr. Wahidin Dusun III Desa Sei

Limbat Kec. Selesai Kab. Langkat, pada hari Jumat, 25 Maret 2022 s/d Selesai

pukul 14.00-15.40 WIB pada ketinggian 0-4 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini laptop untuk

mengerjakan laporan, handphone untuk melakukan praktikum dan mencari

informasi, pulpen untuk menulis, kertas untuk menulis atau mencatat hasil

praktikum, botol kaca sebagai media sterilisasi, pinset untuk menambil bahan,

karet gelang sebagai perekat alumunium foil/sampul coklat, gunting untuk

memotong kertas alumunium foil/kertas coklat, spons/sikat untuk membersihkan

botol kaca, tisu untuk mengeringkan botol kaca, cutter untuk memotong wortel,

wadah (gelas) untuk meletakkan bahan, kulkas untuk tempat sterilisasi.

Adapun bahan yang digunakan adalah bunga papaya (Carica papaya L.),

buah wortel (Daucus carota L.), biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.), tunas pucuk

merah (Syzygium paniculatum), materi pembahasan untuk petunjuk pengerjaan

laporan, paket data dan wifi untuk mencari sumber informasi serta jurnal sebagai

bahan informasi, alkohol untuk mensterilkan wadah, alumunium foil/sampul

coklat untuk menutup bagian atas botol, aqua untuk di letakkan pada media,

betadine untuk diberikan ke bahan eksplan, byclin untuk pemutih bahan eksplan,

deterjen untuk membersihkan botol/gelas, hand sanitizer untuk disemprotkan ke

wadah agar terhindar dari bakteri, Bunsen/lilin untuk menghangatkan bahan

eksplan.

8
9

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum adalah sebagai berikut :

Sterilisasi Eksplan

1) Dipotong-potong keempat bahan bagian yang paling mudah

kemudian dimasukkan kedalam gelas masing-masing

2) Direndam dengan detergen sambil di gojrok selama 10 menit kemudian

dibilas 3x dengan air mengalir

3) Direndam dengan betadine (100ml air/5 tetes) selama 5 menit sambil di

gojrok, kemudian dibilas 3x menggunakan air mengalir

4) Direndam dengan pemutih pakaian selama 5 menit sambil di gojrok,

kemudian dibilas air aqua sebanyak 3x

Penanaman Eksplan

1) Disiapkan bahan eksplan yang telah disterilisasi

2) Diambil pinset dan scapel dimasukkan kedalam alkohol 70% kemudian

dipanaskan diatas bunsen

3) Diambil botol kultur yg telah disiapkan minggu lalu kemudian dibakar

diatas bunsen

4) Dibuka tutup botol kultur dengan menggunakan pinset lalu bakar luar dan

dalam aluminium foil supaya steril

5) Diambil eksplan kemudian dimasukkan kedalam botol kultur

6) Dibakar kembali permukaan botol kultur dengan bunsen

7) Ditutup kembali botol kultur dengan menggunakan aluminium foil

sampai rapat

8) Disemprot alkohol

9) Dimasukkan kedalam pendingin dengan cahaya cukup.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
NO GAMBAR KETERANGAN

1 Dipotong-potong keempat bahan bagian yang

paling muda kemudian dimasukkan kedalam

gelas masing- masing

2 Direndam dengan detergen sambil di gojrok

selama 10 menit kemudian dibilas 3x dengan air

mengalir

3 Direndam dengan betadine (100ml air/5 tetes)

selama 5 menit sambil di gojrok, kemudian

dibilas 3x menggunakan air mengalir

4 Direndam dengan pemutih pakaian selama 5

menit sambil di gojrok, kemudian dibilas air aqua

sebanyak 3x

5 Disiapkan bahan eksplan yang telah

disterilisasi

10
11

6 Diambil pinset dan scapel dimasukkan kedalam

alkohol 70% kemudian dipanaskan diatas

bunsen

7 Diambil botol kultur yg telah disiapkan minggu

lalu kemudian dibakar diatas bunsen

8 Dibuka tutup botol kultur dengan menggunakan

pinset lalu bakar luar dan dalam aluminium foil

supaya steril

9 Diambil eksplan kemudian dimasukkan kedalam

botol kultur
12

10 Dibakar kembali permukaan botol kultur dengan

bunsen

11 Ditutup kembali botol kultur dengan

menggunakan aluminium foil/kertas coklat

sampai rapat

12 Disemprot alkohol

13 Dimasukkan kembali kedalam kulkas pendingin

dalam keadaan steril dengan pencahayaan cukup


13

Pembahasan

Kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk merangsang munculnya

tunas-tunas aksilar dari mata tunas yang dikulturkan. Hal ini sesuai dengan literatur

Yusnita (2013) yang menyatakan bahwa pada perbanyakan tanaman secara in vitro

dengan menggunakan kultur tunas pucuk merupakan salah satu teknik mikropropagasi

yang dilakukan dengan mengkulturkan eksplan yang mengandung meristem pucuk

dengan tujuan perangsangan dan perbanyakan tunastunas/cabang- cabang aksilar.

Terdapat zat pengatur tumbuh pada tanaman pucuk merah yaitu seperti auksin,

sitokinin, serta asam giberelat. Hal ini sesuai dengan literatur Wulkar (2013) yang

menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh yang tepat merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi keberhasilan kultur pucuk. Beberapa golongan zat pengatur tumbuh

yang banyak digunakan antara lain auksin, sitokinin, dan asam giberelat (GA). Kinetin

merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang aktif dalam proses

pembelahan sel dan induksi tunas.

Auksin dapat merangsang pembentukan akar sedangkan sitokinin berperan

sebagai perangsang pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan serta

merangsang pertumbuhan tunas daun. Hal ini sesuai dengan literatur Hendaryono

(2014) yang menyatakan bahwa modifikasi media kultur jaringan dengan menambah

zat pengatur tumbuh perlu dilakukan untuk menaikkan presentase keberhasilannya.

Ada dua jenis hormon tanaman (auksin dan sitokinin) yang banyak dipakai dalam

propagasi secara in vitro.

Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam

perbanyakan tanaman secara in vitro. Hal ini sesuai dengan literatur Khumida (2013)

yang menyatakan bahwa media kultur jaringan ialah suatu media tanam yang terdiri

dari berbagai komposisi dan macam unsur hara dan sebagainya. Media tanam pada

kultur jaringan berisi kombinasi dari asam amino essensial, garam-garam anorganik,

vitamin-vitamin, larutan buffer, dan sumber energi (glukosa).


14

Adapun tujuan dari kultur tunas adalah untuk memperbanyak pucuk secara

vegetative pada suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Kresnawati (2016) yang

menyatakan bahwa tujuan dari kultur pucuk adalah perbanyakan vegetative tanaman.

Eksplan kultur pucuk yang lebih besar mempunyai keuntungan yang lebib dari eksplan

kulur pucuk yang lebih kecil antara lain: lebib tahan hidup pada kondisi in wire, malai

tumbuh lebih cepat, lebih banyak mengandung pucuk-pucuk aksilar.


KESIMPULAN

1. Kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk merangsang munculnya tunas-

tunas aksilar dari mata tunas yang dikulturkan.

2. Terdapat zat pengatur tumbuh pada tanaman pucuk merah yaitu seperti auksin,

sitokinin, serta asam giberelat.

3. Auksin dapat merangsang pembentukan akar sedangkan sitokinin berperan sebagai

perangsang pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan serta merangsang

pertumbuhan tunas daun.

4. Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam

perbanyakan tanaman secara in vitro.

5. Adapun tujuan dari kultur tunas adalah untuk memperbanyak pucuk secara vegetative

pada suatu tanaman.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahril, R. 2011. Pembiakan In Vitro. Makasar : Fakultas Pertanian Universitas


Hasanuddin. 139 hal.

Eren, H. 2013.Daun Ampuh Pembasmi Penyakit. Nusa Creativa : Yogyakarta

Endah, 2002. Ekstraksi minyak atsiri bunga pucuk merah. Skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijjaga.

Hendaryono DPS, Wijayani A, 2014. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.


Yogyakarta.

Herell, D. F. 2012. Pengantar propagasi tanaman secara in vitro. Koesoemardiyah,


penerjemah. Fakultas Farmasi. Univ. Gadjahmada. 109 hal.
Khumaida N, Fauzi AR, 2013. Induksi Tunas Ubi Kayu (Manihot esculenta) Var.
Adira 2 Secara In Vitro. J. Agron. Indonesia, 41(2): 133-139.

Kresnawati E, 2016. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan Kinetin Terhadap Induksi
Kalus dari Daun Nilam (Pogostemon cablin Beth). [Skripsi]. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Pohan, S. D. 2016. Kultur Tunas Tumbuhan Andalas (Morus macroura Miq) pada
Beberapa Media Secara In Vitro. Universitas Andalas : Padang.

Qosim, W.A., R. Poerwanto., G.A. Wattimenna dan Witjaksono. 2015. Pembentukan


Planlet Manggis Dari Kalus Nodular In Vitro. Zuriat, Vol. 16, No. 2. Bogor.

Raghavan, V. 2016. Embryogenesis in angiosperm : A developmental and experimental


study. Cambridge Univ. Press. Cambridge.

Sculze, J. 2017. Improvements in Cereal Tissue Culture by Thidiazuron A Review.


Fruit, Vegetable and Cereal Science and Biotechnology 1(2) : 64-79.

Swandra, E. 2012. Multiplikasi Tunas Andalas (Morus macroura) dengan Menggunakan


Thidiazuron dan Sumber Eksplan Berbeda secara In Vitro. Laboratorium Riset
Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Padang.

Tang, W. and R.J. Newton. 2014. Increase of polyphenol oxidase and decrease of
polyamines correlate with tissue browning in Virginia pine. Plant Sci. 167(3):621-
628

Thomas, T. D., A. K. Bhatnagar, and S. S. Bhojwani. 2012. Production of Triploid Plants of


Mulberry (Morus alba L) by Endosperm Culture. Plant Cell Reports 19 : 395-399.

Tjitrosoepomo, Gembong. (2014). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,


Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

6
Wattimena, G. A. 2018. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman, Pusat Antar Universitas,
IPB. Bogor. 145. Bioteknologi dalam Pertanian. IPB Press. Bogor.

Wiendi, Gunawan, 2011. Bioteknologi Tanaman. Tim Laboratorium Kultur


Jaringan Tanaman Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB. Bogor. 507 hal.

Wirmen. 2017. Produksi Bibit Pohon Andalas (Morus macroura Miq.) Secara In
Vitro dalam Upaya Pelestarian Maskot Flora Sumatera Barat. Laporan
Research Grand Technologicalanad Proffesional Skill Development
Sector Project (TPSDP) Batc III. Universitas Andalas Padang.

Wulkar. 2013. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusnita. 2013. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Agromedia Pustaka. Depok. 7-9 hal.

Anda mungkin juga menyukai